Case Cholelitiasis
Case Cholelitiasis
PRESENTASI KASUS
I. Identitas
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Tanggal Masuk RS
Tanggal Pemeriksaan
II.
: Tn. N
: 45 tahun
: Laki-laki
: Jl. Sirajuddin Rani, Kab. Gowa
: 26/08/2015
: 04/09/2015
Anamnesis
a. Keluhan utama
:
Nyeri perut sebelah kanan atas tembus ke belakang.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
:
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut sebelah kanan
atas tembus ke belakang yang dialami sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri hilang
timbul. Nyeri dirasakan memberat sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien mengeluh mual, muntah 1 kali pada saat di UGD, batuk (+) sekalikali dan bila batuk perut terasa nyeri. Pasien juga mengeluh BAB hitam dan
BAK berwarna seperti teh yang dialami 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit. Riwayat demam sebelumnya disangkal.
Pasien belum pernah memeriksakan dirinya ke dokter. Pasien juga
tidak meminum obat apapun untuk mengobati keluhan tersebut.
c. Riwayat Penyakit Terdahulu :
- Diabetes Mellitus
- Hipertensi
- Alergi
Riwayat penyakit keluarga
III.
Pemeriksaan Fisis
a. Keadaan Umum
b. Status Kesadaran
c. Keadaan Jiwa
d. Tanda vital
: disangkal
: (+)
: disangkal
: tidak ada yang mengalami hal serupa
: Tampak lemah
: E4V5M6, composmentis
: Hypothym
: TD : 110/80 mmHg
N : 80 kali/menit
P : 20 kali/menit
S : 36.4C
e. Status Generalis
Kepala
: Normocephal
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), RCL (+/+)
Hidung
: Deformitas (-)
Mulut
: Sianosis (-), lidahkotor (-)
Tenggorok : Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
Telinga
: Normotia, deformitas (-), sekret (-/-)
Leher
: Pembesaran KGB (-), deviasitrakea (-)
Thorax
: Inspeksi:
Pada keadaan statis dan dinamis pergerakan dinding dada
terlihat simetris kanan dan kiri, tidak ada yang tertinggal,
tidak retraksi.
Pulsasi ictus cordis tidak terlihat
Palpasi:
Massa tumor (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), ictus cordis
tidak teraba.
Perkusi:
Pada lapangan paru didapatkan bunyi sonor kiri dan kanan.
Batas paru belakang kiri Th XI, batas paru belakang kanan Th
X, batas paru hepar di ICS V kanan.
Batas jantung:
Batas atas ICS III kiri
Batas kanan linea parasternalis kanan
Batas kiri linea midclavicularis kiri
Auskultasi:
Bunyi pernapasan vesikuler, bunyi tambahan Wh -/-, Rh -/Bunyi jantung I/II murni reguler, bising (-), shouffle (-), thrill
Abdomen
(-)
:Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: Timpani
Palpasi
Ekstremitas superior
Ekstremitas Inferior
f. Status lokalis
:
Regio Hypochondrium Dextra
- Inspeksi
: Tidak tampak kelainan
- Palpasi
: Nyeri tekan epigastrium (+)
Murphy sign (+)
IV.
V.
Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
WBC
: 3.900 /L
RBC
: 6.050.000 /L
Hb
: 14.0 g/dl
PLT
: 188.000 /L
GDS
: 104 mg/dL
Ureum
: 17 mg/dL
SGOT
: 16 U/L
SGPT
: 11 U/L
Bilirubin total : 0.76 mg/dL
- USG Abdomen
Kesan: Cholelithiasis Multiple
Follow Up
Tanggal
05-09-2015
Perjalanan Penyakit
S:Pasien masuk rumah
Instruksi Dokter
sakit - IVFD RL 20 tpm
- Ceftriaxone inj/12jam
dengan keluhan nyeri perut
- Ketorolac inj/8jam (bila
sebelah kanan atas tembus ke
nyeri)
belakang yang dialami sejak 1 - Pindah konsul bagian
bulan yang lalu. Nyeri hilang
bedah
bila
setuju operasi
pasien
Pasien
mengeluh
mual,
sakit.
Riwayat
demam
disangkal.
O: TD: 110/80 mmHg
N : 80 kali/menit
P : 20 kali/menit
S : 36.4C
Regio: Hypochondrium dextra
I: Tidak tampak kelainan
P: Nyeri tekan epigastrium (+)
Murphy sign (+)
A: Cholelithiasis
06-09-2015
07-09-2015
P: Cholecystectomy
S: Nyeri perut kanan atas (+), mual - IVFD RL 20 tpm
- Ceftriaxone inj/12jam
(-), muntah (-). BAB: baik,
- Ketorolac inj/8jam (bila
BAK: baik.
nyeri)
O: TD: 120/90 mmHg
N: 60 kali/menit
S: 36.5C
P: 20 kali/menit
Regio: Hypochondrium dextra
I: Tidak tampak kelainan
P: Nyeri tekan epigastrium (+)
Murphy sign (+)
A: Cholelithiasis
P: Cholecystectomy
S: Nyeri perut kanan atas (+), mual - IVFD RL 20 tpm
- Ceftriaxone inj/12jam
(-), muntah (-), BAB: baik,
- Ketorolac inj/8jam
BAK: baik
- Pindah opname bila
O: TD: 120/80 mmHg
pasien setuju operasi
N: 60 kali/menit
S: 37C
P: 24 kali/menit
Regio: Hypochondrium dextra
I: Tidak tampak kelainan
P: Nyeri tekan epigastrium (+)
4
08-09-2015
09-09-2015
10-09-2015
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Definisi Kolelitiasis
Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan suatu keadaan
dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea)
yang memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih
sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita
dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu: obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak
dan genetik.
II.
Anatomi
Kandung empedu (Vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear
yang terletak pada permukaan visceral hepar, panjangnya sekitar 7 10 cm.
Kapasitasnya sekitar 30-50 cc dan dalam keadaan terobstruksi dapat
menggembung sampai 300 cc. Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus dan
collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir
inferior hepar yang dimana fundus berhubungan dengan dinding anterior
6
III.
Fisiologi
Fungsi kandung empedu, yaitu:
a. Tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang
ada di dalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu
ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati.
b. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan
vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari
usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah diubah
menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam
empedu.
makanan
akan
menimbulkan
pelepasan
hormon
hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan
kolesterol, garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan
vitamin yang larut dalam lemak untuk membantu proses penyerapan, garam
empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu
menggerakkan isinya, bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke
dalam empedu sebagai limbah dari sel darah merah yang dihancurkan.
IV.
10
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi
untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar
kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam
empedu serta mengurangi kontraksi / pengosongan kandung empedu.
d. Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah
operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari
empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.
e. Riwayat keluarga
Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar
dibandingn dengan tanpa riwayat keluarga.
f. Aktifitas fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya
kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit
berkontraksi.
V.
Etiologi
Secara pasti penyebab dari batu empedu belum dapat diketahui dengan
sempurna, akan tetapi, faktor predisposisi yang paling penting tampaknya
adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan
empedu, statis empedu dan infeksi kandung empedu.
VI.
Patofisiologi Umum
Batu empedu yang ditemukan pada kandung empedu di klasifikasikan
berdasarkan bahan pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu pigment dan
batu campuran. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang
mengandung > 50% kolesterol) atau batu campuran (batu yang mengandung
20-50% kolesterol). Angka 10% sisanya adalah batu jenis pigmen, yang mana
mengandung < 20% kolesterol. Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu
11
12
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Kolelitiasis dapat dibagi menjadi beberapa stadium yaitu: asimptomatik
(adanya batu empedu tanpa gejala), simptomatik (kolik bilier), dan kompleks
(menyebabkan kolesistitis, koledokolitiasis, serta kolangitis). Sekitar 60-80 %
kolelitiasis adalah asimptomatik. Setengah sampai duapertiga penderita
kolelitiasis adalah asimptomatis. Keluhan yang mungkin timbul adalah
dispepsia yang kadang disertai intoleran terhadap makanan berlemak. Pada
yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran
kanan atas atau perikondrium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang
mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru menghilang
beberapa jam kemudian. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan tetapi
pada 30% kasus timbul tiba-tiba.
Penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, skapula, atau ke puncak
bahu, disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita
melaporkan bahwa nyeri berkurang setelah menggunakan antasida. Kalau
terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik
nafas dalam.
Pemeriksaan Fisik
Batu kandung empedu
Apabila ditemukan kelainan, biasanya berhubungan dengan komplikasi,
seperti kolesistitis akut dengan peritonitis lokal atau umum, hidrop
kandung empedu, empiema kandung empedu, atau pankretitis. Pada
pemeriksaan ditemukan nyeri tekan dengan punktum maksimum didaerah
letak anatomis kandung empedu. Tanda Murphy positif apabila nyeri tekan
13
Kolesistografi
14
Penatalaksanaan
1. Penanganan Non Bedah
a. Diet rendah lemak
b. Analgetik untuk mengurangi nyeri
c. Antiemetik untuk mengontrol mual dan muntah
d. Terapi asam empedu untuk melarutkan batu empedu yang kecil
(Chenodiol)
e. Antibiotik, bila disertai kolesistitis.
f. Disolusi kontak
Meskipun pengalaman masih terbatas, infus pelarut kolesterol yang
poten (Metil-Ter-Butil-Eter (MTBE)) ke dalam kandung empedu melalui
kateter yang diletakkan per kutan telah terlihat efektif dalam melarutkan
batu empedu pada pasien-pasien tertentu. Prosedur ini invasif dan kerugian
utamanya adalah angka kekambuhan yang tinggi (50% dalam 5 tahun).
g. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
15
2. Penanganan Bedah
16
17
b. Kolesistektomi Terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien
dengan kolelitiasis simptomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang
dapat terjadi adalah cedera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien.
Angka mortalitas yang dilaporkan untuk prosedur ini kurang dari 0,5%.
Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris
rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.
Pada kolesistektomi terbuka, insisi dilakukan di daerah subcostal,
biasanya pada kolesistektomi terbuka dilakukan intraoperatif kolangiogram
dengan cara memasukkan kontras lewat kateter kedalam duktus sistikus
untuk mengetahui outline dari saluran bilier, alasan dilakukannya
intraoperatif kolangiogram adalah karena ada kemungkinan 10% terdapat
batu pada saluran empedu.
18