Anda di halaman 1dari 18

PELUANG DAN TANTANGAN SEKTOR INDUSTRI

MENGHADAPI PEREKONOMIAN
NASIONAL, REGIONAL, GLOBAL DI MASA DEPAN
Disampaikan oleh :

Ir. H Airlangga Hartarto., MMT, MBA


Ketua Komisi VI DPR RI
Pada Rapat Kerja Kementerian Perindustrian RI

Tema : Undang-Undang Perindustrian sebagai Landasan Pembangunan Industri Untuk Menjadi Negara Industri Tangguh
Hotel Borobudur, Kamis 6 Februari 2014

1.
2.
3.
4.
5.

Pendahuluan
Arah dan Pengembangan Industri Menurut UndangUndang Perindustrian
Peluang dan Tantangan Dalam Pengembangan Sektor
Industri Secara Nasional, Regional dan Global
Langkah Strategi Mengembangkan Industri Nasional
Kedepan
Kesimpulan

Keberhasilan pembangunan ekonomi, sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan industri


nasional. (lihat Grafik )
Untuk menjadi negara dengan industri yang bertumbuh, kuat, dan maju, kontribusi industri
manufaktur harus setidaknya 40% terhadap PDB. Kontribusi industri manufaktur diharapkan bisa
naik menjadi 40% terhadap produk domestik bruto (PDB) dalam beberapa tahun ke depan. Jika angka
tersebut tercapai, Indonesia baru bisa mengaku sebagai negara dengan industri yang kuat. (tahun 2011,
kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB nasional tercatat 20,92%; tahun 2012, dengan pertumbuhan
6,4%, industri manufaktur menyumbang 20,8% atau sekitar Rp 1.714,3 triliun terhadap PDB nasional
yang sebesar Rp 8.241,9 triliun).
Untuk memacu percepatan pertumbuhan industri nasional tersebut, maka perkembangan ilmu
pengetahuan dan inovasi merupakan sarana yang akan menjadi andalan bagi peningkatan kualitas
produk serta keunggulan dan daya saing ekonomi dan industri nasional. Karena berkembangnya
kegiatan di sektor industri sudah tentu memberi sumbangan besar bagi keberhasilan pembangunan
ekonomi, terutama dapat menghemat devisa, mendorong ekspor, menyerap tenaga kerja dalam
jumlah yang signifikan, mengurangi pengangguran, mengentaskan kemiskinan dan menyumbang
pemerataan pendapatan masyarakat.
Percepatan pembangunan ekonomi dengan mengandalkan industri utamanya pengembangan Iptek
dan inovasi (knowledge based economy) serta didukung oleh upaya penciptaan iklim investasi yang
kondusif akan mendorong sektor swasta untuk berinvestasi dalam industri.

Meningkatnya investasi dalam sektor industri akan mempercepat pula penciptaan kesempatan
berusaha serta mendorong produktivitas tenaga kerja yang tinggi dibarengi dengan pemanfaatan
modal secara efisien, proteksi terhadap UMKM dan Koperasi, serta kelembagaan yang bersih dan
efektif.
Bidang industri yang sangat terkait dengan pemanfaatan iptek adalah dalam pengembangan industri
dasar, manufaktur, industri makanan dan minuman, industri penerbangan, industri transportasi,
industri perikanan, industri pertanian, industri perkebunan, industri kesehatan atau farmasi dan
industri pertahanan dan industri strategis.
Bila Indonesia kedepan mampu mengembangkan industri dengan memanfaatkan iptek ini maka akan
memberi sumbangan yang sangat besar terhadap pemenuhan kebutuhan produk industri dalam
negeri, mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap produk industri luar negeri yang pada
gilirannya akan mendorong kemajuan ekonomi bangsa dan meningkatkan daya saing nasional.
Undang-Undang Perindustrian yang baru saja selesai disahkan oleh DPR-RI dan Pemerintah pada
akhir tahun 2013 lalu diharapkan akan memberi ruang dan payung hukum yang memadai untuk
mengembangkan industri nasional sehingga mampu menjadi pelaku industri baik secara nasional,
regional dan global.
Undang-undang ini telah membangun suatu paradigma pembangunan dan pembangunan industri
dengan mengakomodir perkembangan yang terjadi di dunia industri sehubungan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta inovasi yang ada di seantero dunia ini.

Pertumbuhan PDB Nasional, pada


Triwulan I 2013 meningkat 6,0 %
Dari tahun 2012. Pertumbuhan itu
Didukung oleh pertumbuhan Industri
Manufaktur dan Non-Migas sebesar 6,7 %

Kontribusi beberapa sub sektor industri


Terhadap pertumbuhan PDB (selama
triwulan
I Tahun 2013

Sumber :Laporan Ekonomi Bappenas 2013

UU

PERINDUSTRIAN
27 BAB
123 Pasal
MELIPUTI :
Penyelenggaraan Urusan

Pemerintahan di Bidang
Perindustrian
Rencana Induk
Penbangunan Industri
Nasional

Kebijakan Industri Nasional


Perwilayahan Industri
Pembangunan SDM Industri
Pembangunan Sarana Dan

Prasarana Industri

Pembaberdayaan Industri
Tindakan Pengamanan dan

Penyelamatan Industri

Perizinan, Penanaman

modal bidang Industri dan


Fasilitasi

Komite Industri Nasional


Peran Serta Masyarakat
Pengawasan dan

Pengendalian

Memberikan Kepastian
Dalam Mengatur Tatanan
Perindustrian Nasional
TUJUAN
PERINDUSTRIAN
Mewujudkan Industri nasional sebagai
PILAR DAN PENGGERAK PEREKONOMIAN
NASIONAL
Mermberikan
KEDALAMAN DAN KEKUATAN STRUKTUR
INDUSTRI
Mewujudkan
INDUSTRI YANG MANDIRI, BERDAYA SAING
DAN MAJU SERTA INDUSTRI HIJAU
Mewujudkan
KEPASTIAN BERUSAHA, PERSAINGAN YANG
SEHAT, serta MENCEGAH PEMUSATAN atau
PENGUASAAN INDUSTRI OLEH SATU
KELOMPOK atau PERSERORANGAN YANG
MERUGIKAN MASYARAKAT
Mewujudkan
PEMERATAAN PEMBANGUNAN INDUSTRI
ke seluruh wilayah Indonesia guna
MEMPERKUAT DAN MEMPERKUKUH
KETAHANAN NASIONAl
Meningkatkan
KEMAKMURAN DAN KESEJATERAAH
MASYARAKAT SECARA BERKEADILAN.

Meningkatkan
DAYA SAING
Nasional
Merupakan Strategi
Pembangunan Jangka
Panjang yang Komprehensif
dan Payung Hukum untuk
Ketegasan atau Kejelasan
terhadap Penciptaan
Daya Saing Nasional

Kedaulatan Ekonomi
Nasional
yang
Mensejahterakan
Rakyat Indonesia

Key Issues

Arah dan Pengembangan

1. Rencana Induk
Kebijakan Industri
Nasional

Merupakan National Industrial Policy (yang mengatur antara lain industri prioritas,
industri strategis termasuk insentive serta hilirisasi (down-stream) industri hingga
intermediate industry),dll

2. Affitmative Action

UU Perindustrian ini menjadi landasan hukum bagi pemerintah untuk memajukan sektor
industri secara menyeluruh, dengan merumuskan dengan baik tentang (1) Penguasaan
dan Pengusahaan oleh negara, seperti rumusan industri strategis yang jelas dan ketat
dimana pemerintah harus lebih banyak berinisiatif masuk ke industri yang swastanya
tidak bersedia. Rumusan industri prioritas termasuk penentuan IKM dimana seluruh
industri selayaknya diarahkan menjadi ramah terhadap lingkungan

3. Keberpihakan terhadap
UKM

Perlu ada ketegasan bahwa industri nasional harus berpihak untuk mendorong UKM
mengingat akan berlakunya era perdagangan bebas (AFTA, CAFTA, Asean Economy
Community, etc)

4. Pengembangan Industri
Strategis

Perlu adanya ketentuan kepemilikan industri strategis khususnya terhadap pilihan jenis
industri strategis yang harus dikuasai oleh negara serta industri strategis mana yang
diberikan perlakuan khusus.

Key Issues

5. Daya Saing Nasional dan


Standardisasi Produk
Industri

Arah dan Pengembangan

Perlunya pengaturan standardisasi, HAKI, pemanfaatan penggunaan teknologi


yang mendukung efektifitas kegiatan perindustrian dalam rangka penigkatan
standardisasi yang bersesuaian dengan peningkatan kinerja industri
Perlu dibangun kesadaran bahwa tantangan peningkatan standard industri
nasional adalah dalam rangka memenuhi regulasi global

6. Lembaga Pembina Sektor


Industri

Mengadakan satu lembaga yang berwenang melakukan pembinaan terhadap sektor


industri

7. Kawasan Industri

Mencegah terpusatnya pembangunan kawasan industri hanya di tempat tertentu


saja dengan mengatur (1) ketentuan tentang batasan-batasan wilayah industri
masing-masing wilayah ; (2) ketentuan tentang kriteria kawasan industri ; (3)
pemetaan sentra industri pada masing-masing wilayah/klaster industri

8. Penggunaan Produk Dalam


Negeri (hasil dari Industri
dalam negeri)

9. Peran BUMN dan BUMN


dalam pengembangan
Industri

Perlu dicantumkan peran dan fungsi BUMN dan BUMD sebagai anchor untuk
mendorong Pengembangan Industri Nasional
mendukung dengan menekan cost (input cost, transportation cost, energy cost,
capital cost, labor cost) dengan melibatkan BUMN
penciptaan pasar dalam dan luar negeri dengan berbagai comprehensive strategy
termasuk menciptakan pasar bagi BUMN

keberpihakan pada produk dalam negeri dalam strategi industri nasional yang
komprehensfi termasuk penciptaan pasar bagi produk dalam negeri

Key Issues

Arah Pengembangan

11. Ketimpangan Struktur industri

Struktur Industri Indonesia saat ini sangat timpang, di mana jumlah industri kecil
sangat besar sementara industri menengah, besar sangat sedikit.

12. Pencegahan Deindustrialisasi

Mengidentifikasi faktor-faktor yang mengancam industri nasional

13. Pengeluaran R&D

Perlu ada intervensi pemerintah untuk mempercepat kemajuan industri khususnya


terhadap industri yang berbasis peningkatan (1) faktor produksi (modal & tenaga
kerja) dan (2) produktivitas input:
Tujuan intervensi perlu untuk peningkatan produktivitas atau daya saing
Peningkatan produktivitas industri perlu lebih ditekankan dari pada daya saing.
Bentuk intervensi pemerintah yang dapat dilakukan adalah terhadap (1) penyediaan
faktor produksi (input): public good (infrastruktur); pasokan feed stock dan tenaga
kerja; modal (investasi); dll. (2) mendorong peningkatan produktivitas faktor:
R&D; inovasi; pendidikan dan latihan, dll.
Perlu ada pendalaman teknologi melalui fasilitasi inovasi dan pembiayaan yang
konsisten

10. Menjadikan SDA sebagai modal mengatur pemanfaatan SDA untuk kepentingan industri
dalam pengembangan Industri
(pengendalian ekspor & ekspor jika kebutuhan terpenuhi

dalam

negeri

Key Issues

Arah Pengembangan

14. Industri Hijau

Seluruh industri selayaknya diarahkan menjadi ramah terhadap lingkungan.

15. Industri Kreatif

UU Perindustrian ini telah mengakomodasi industri kreatif secara ekstensif


mengingat pada masa mendatang berbagai cabang yang dicakup dalam
kelompok industri ini akan menjadi penentu dalam "paradigm shift" industri
dan perindustrian masa mendatang
Perlu ada perbendaan perlakuan terhadap industri lnfant maupun industri
lokal
Perlu diatur ketentuan tentang pembatasan bahan baku impor dan fasilitas
penyediaan bahan baku substitusi pengganti bahan baku impor mengingat
maraknya penggunaan bahan baku impor pada industri Indonesia, padahal
dengan menggunakan bahan baku dalam negeri dapat mendorong investasi
hulu-hilir yang meminimalisir biaya

16. Infant Industry-Industri Lokal


17. Bahan Baku Industri

17. KOMITE INDUSTRI NASIONAL

Untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan Industri dengan


melakukan koordinasi dan evaluasi dalam rangka pembangunan industri yang
memerlukan dukungan lintas sektor daerah terlaot pembangunan sumberdaya
industri, sarana dan prasarana
industri, pemberdayaan industri,
perwilayanaan industri, pengamanan dan penyelamatan industri, melakulan
pemantauan tindak lanjut hasil koordinasi, melakukan koordiasi kewenangan
pengaturan bersifat teknis untuk bidang infustri tertentu dalam rangka
pembinaan, pengembangan dan pengaturan industri, memberi masukan
dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Rencana Induk Pembangunan
Industri Nasional, Kebijakan Industri Nasional dan Rencana Kerja
Pembangunan Industri.

PELUANG

NASIONAL

TANTANGAN

SDA : penghasil bahan mentah dan bahan setengah jadi


bagi industri karena memiliki sumber daya alam dan
sumber daya genetik yang cukup banyak dan beraneka
ragam

Kemajuan teknologi dan Ilmu Pengetahuan

PENDUDUK : Jumlah penduduk mencapai 245 juta jiwa


( merupakan terbesar keempat setelah China, India, dan
Amerika Serikat.)

KELAS MENENGAH : Pertumbuhan kelas menengah


yang cukup tinggi belum didayagunakan sebagai potensi
strategis dalam menggerakkan sektor riil dan
mendorong pertumbuhan ekonomi
DAYA TAHAN EKONOMI : Di tengah krisis ekonomi
global pada tahun 2011/2012, ekonomi Indonesia tetap
tumbuh dengan angka sekitar 6,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa Indonesia mampu menjadi
kekuatan ekonomi utama di kawasan ASEAN,
POTENSI IPTEK DAN INOVASI : kemampuan
manusia indonesia untuk mengembangkan iptek dan
inovasi perlu dikelola secara optimal untuk mendorong
transformasi perkembangan ekonomidari yang
berbasis pertanian menuju industri, kemudian berbasis
pengetahuan, dan akhirnya berbasis inovasidalam
rangka meningkatkan nilai tambah proses produksi

Perubahan perilaku dan orientasi stakeholder industri


Keterlambatan pembangunan infrastruktur, reformasi
birokrasi yang belum tuntas, korupsi.

Rendahnya penguasaan aset dan akses rakyat


terhadap sumber-sumber ekonomi (lahan untuk
usaha
dan
sumber
permodalan)
sehingga
mengakibatkan ;
(a) ketimpangan antara kelompok yang kaya dan
miskin,
(b) Ketimpangan antara wilayah perkotaan dan
pedesaan
(c) Ketimpanga antar wilayah barat dan timur
Indonesia.
(d) ketimpangan sosial ekonomi ini juga disebabkan
karena terjadinya disparitas pembangunan yang
tinggi antara wilayah barat dan timur Indonesia

PELUANG
Elastisitas ekonomi Indonesia yang cukup baik
dibanding negara lain dengan tetap tumbuh
dengan angka sekitar 6,2%. Potensi kemampuan
Indonesia menjadi kekuatan ekonomi utama di
kawasan ASEAN, yang terbukti dari ketahanan
Indonesia menghadapi krisis ekonomi

REGIONAL

Jumlah penduduk Indonesia yang merupakan


merupakan terbesar kelima di dunia (setelah
China, India, dan Amerika Serikat dan Nigeria),
merupakan market potensial baik secara
nasional maupun regional
Pertumbuhan kelas menengah yang cukup tinggi
merupakan potensi strategis dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi

TANTANGAN
ASIAN ECONOMIC COMMUNITY
&
BERTUMBUHNYA KOMUNITAS KERJASAMA
REGINAL SEJENIS (seperti EUROPEAN
ECONOMIC COMMUNITY,
Persaingan antarnegara makin ketat akibat
makin pesat dan meluasnya proses globalisasi,
sehingga perlu dilakukan perubahan basis
kekuatan ekonomi dari yang mengandalkan
upah tenaga kerja murah dan ekspor bahan
mentah
bernilai tambah rendah hasil
eksploitasi sumber daya alam, menjadi
perekonomian berbasiskan ketrampilan sumber
daya manusia dan produk dengan nilai tambah
tinggi.
Belum
dikembangkannya
upaya
untuk
mendorong tumbuh dan berkembangnya
industri strategis guna memenuhi kebutuhan
nasional
secara
mandiri,
menyebabkan
tingginya ketergantungan terhadap berbagai
produk impor.

WTO
APEC
Skema Kerjasama
Lembaga Internasional

ASEAN Regional
Forum

Sub Regional
ASEAN+3
ASEAN+1
Bilateral

PELUANG

GLOBAL

Semakin terbukanya sistem perekonomian dunia


yang memberi ruang bagi ekspansi perekonomian
nasional.
Masuknya Indonesia menjadi Anggota APEC,
WTO merupakan peluang untuk menjalin
kerjasama dalam berbagai bidang dengan negara
lain yang dapat memberi nilai tambah bagi
industri nasional

TANTANGAN
GLOBALISASI EKONOMI DAN KOLABORASI &
STANDAR INTERNASIONAL
Dampak globalisasi yang paling dirasakan adalah
persaingan yang semakin ketat di erbagai kegiata
ekooni teritama di sektor industri
Salah sat perubahan di bidang industri ditandai dengan
berubahnya sistem produksi dari produksi masssal
menjadi kustomisasi. Peruahan mass customisazion
telah menhibah fokus industri dari berorientasi mampu
memuat menjadi mampu memenuhi harapan pasar

Strategi mengembangkan industri nasional ke depan perlu dilakukan dengan beberapa langkah-langkah sebagai berikut :

Membangun Industri berbasis Iptek dan Inovasi berdaya saing tinggi


Pengembangan Iptek dan inovasi diarahkan untuk mengembangkan industri nasional, khususnya industri energi,
agroindustri, manufaktur, dan industri transportasi. Pengembangan industri energi diarahkan untuk mengembangkan
energi baru terbarukan demi mendukung terwujudnya ketahanan energi nasional.

Revitalisasi Pertanian Pangan dan Pertanian Niaga


Agar pengembangan sektor pertanian tidak tertinggal dari sektor industri dan jasa, maka pertanian khususnya pangan
diarahkan untuk terwujudnya swasembada dan kedaulatan pangan yang didukung oleh mekanisasi pertanian dan
pertanian berskala besar. Pertanian berskala besar diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan
menghasilkan produk-produk yang berdaya saing tinggi di pasar global. Pengembangan industri hilir dari produk
pertanian berskala besar perlu dilakukan untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih besar

Penguatan Daya Saing Industri dengan Meningkatkan Produktivitas dan Infrastruktur yang Andal
Kebijakan industri yang diarahkan untuk meningkatkan daya saing industri nasional melalui diversifikasi produk dan
pasar guna meningkatkan ekspor;
Kebijakan industrikhususnya industri energi, agroindustri, manufaktur, dan industri transportasidiarahkan untuk
meningkatkan daya saing industri nasional melalui diversifikasi produk dan pasar guna meningkatkan ekspor;
melakukan transformasi industri berdasarkan keunggulan komparatif (dari industri berbasis buruh murah dan sumber
daya alam) menuju industri berbasis produktivitas yang didukung oleh SDM berkualitas serta ilmu pengetahuan dan
teknologi tinggi

Revitalisasi Industri Pertanian dalam rangka Ketahanan Pangan


Strategi pengembangan sektor pertanian agar tidak tertinggal dari sektor industri dan jasa. Pertanian pangan
diarahkan untuk terwujudnya swasembada dan kedaulatan pangan yang didukung oleh mekanisasi pertanian dan
pertanian berskala besar. Pertanian berskala besar diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan
menghasilkan produk-produk yang berdaya saing tinggi di pasar global. Pengembangan industri hilir dari produk
pertanian berskala besar perlu dilakukan untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih besar.
Mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan (khusus untuk beras 70% produksi lokal dan 30% impor) melalui
program intensifikasi berbasis keunggulan wilayah. (sebagai contoh, Sumatera untuk kelapa sawit, karet dan gula; Jawa
untuk beras; Kalimantan untuk kelapa sawit dan kayu; Sulawesi untuk pangan, kakao, dan perikanan; Bali dan Nusa
Tenggara untuk peternakan dan perikanan; serta Papua dan Maluku untuk food estate, peternakan dan perikanan).

Revitalisasi Industri Minyak dan Gas dalam rangka Ketahanan Energi


Mengupayakan terwujudnya ketahanan energi, termasuk diversifikasi energi dengan mengubah penggunaan bahan
bakar minyak menjadi bahan bakar gas dan bahan bakar yang bersumberkan energi baru terbarukan, seperti panas
bumi, tenaga surya, dan energi nuklir;
Mengupayakan ketersediaan energi dalam jumlah yang memadai untuk sektor transportasi, industri, dan pembangkit
tenaga listrik; mengendalikan konsumsi bahan bakar minyak dengan menerapkan kebijakan harga yang rasional,
pengendalian konsumsi bahan bakar subsidi, pendidikan atau sosialisasi mengenai penghematan dan keamanan energi;
serta mengoptimalisasi produksi minyak bumi dan gas serta pertambangan mineral dengan meninjau ulang kontrak
karya dan kontrak production sharing yang akan berakhir; meningkatkan permodalan, akses teknologi, sumber daya
manusia, dan kinerja BUMN.

Revitalisasi Industri Manufaktur.


Mendorong pengembangan sektor manufaktur yang dinamis dan produktif, serta revitalisasi dan transformasi Industri
Manufaktur.
Pengembangan kebijakan yang terfokus dan sistimatis dalam meningkatkan Industri Logam Dasar dan Industri Kimia,
antara lain melalui kerjasama internasional; Pengembangan industri makanan dan minuman secara terintegrasi;
Menjadikan Indonesia sebagai pusat industri otomotif di Asia Tenggara; Revitalisasi dan pengembangan industri kayu,
produk kayu dan rotan; serta Pertumbuhan industri manufaktur ditargetkan 9 11 % per tahun.
Mendorong hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah yang berasal dari sumber daya alam, dari
pertambangan, kehutanan, perkebunan dan pertanian.
.

Memperbaiki Iklim Usaha yang Kondusif


Memperbaiki iklim usaha melalui penyederhanaan peraturan agar menciptakan kepastian peraturan, kontrak, dan
hukum; serta merevisi Undang-Undang Ketenagakerjaan dan peraturan-peraturan yang terkait serta membuat undangundang tentang berusaha.

Industri Indonesia mempunyai peluang yang cukup besar untuk berkembang dan tangguh, sekalipun terhampar
tantangan yang juga tidak bisa dianggap ringan.

Industri Indonesia akan mampu bersaing dan bangkit sejajar dengan industri di negara tetangga dan regional lainnya
sepanjang pemerintah dan segenap pemangku kepentingan lainnya memiliki visi dan komitmen yang kuat
mengenmbangkannya yaitu dengan mengidentifikasikan semua tantangan dan peluang yang ada secara cermat dan
menuangkannya di dalam Rencana Induk Perindustian Nasional maupun Kebijakan Industri Nasional sebagi
impelentasi untuk menentukan priorotas industri yang akan dibangun termasuk bidang industri yang akan dijadikan
unggulan

Undang-Undang Perindustrian yang baru saja disahkan oleh DPR-RI pada akhir tahun 2013 lalu memiliki kekuatan
hukum yang memadai dan komprehensif sebagai payung hukum dalam membuat perencanaan dan implementasi
kebijakan Industri Nasional.

Mengingat industri merupakan salah satu faktor pendorong perekonomian nasional, maka untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, mau tidak mau pemerintah harus sudah mulai membuat
perencanaan dan kebijakan impelementasi yang utuh, komprehemsif serta terpadu dan memadai untuk
membangkitkan kembali industri nasional.

Melalui Komite Industri Nasional, pemerintah diharapkan akan menjadikan komite ini sebagai wadah untuk membuat
langkah strategis dalam menyusun rencana industri nasional.

Anda mungkin juga menyukai