Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER

PEMERIKSAAN ANTE MORTEM DAN POST MORTEM PADA HEWAN


TERINFEKSI ANTRAX

OLEH :
ERVIN ELMAKHVUDZ 1309012039

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
TAHUN 2016/2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada pemeriksaan hewan sebagai penjaminan hewan yang sehat, memerlukan
langkah-langkah yang runtut dan harus dilakukan. Antara lain diperlukan kemampuan
atau kompetensi yang memadai agar dapat melakukan langkah-langkah dengan
memahami alasan dengan baik. Penjaminan hewan sehat sangat penting karena secara
tidak langsung atau secara langsung akan menghambat transmisi penyakit. Terlebih
sekarang banyak penyakit hewan yang terdeteksi dapat menular pada manusia atau
sebaliknya.Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan pemeriksaan ante mortem
dan post mortem.Tempat pemotongan yang telah disiapkan secara formal adalah
Rumah Potong Hewan, karena mempunyai fasilitas gedung dan kelayakan yang
memadai, serta tenaga kesehatan hewan yang kompeten.
Semua ternak yang akan dipotong baik yang berasal dari dalam maupun dari
luar kota Balikpapan dilakukan pemeriksaan Ante Mortem di kandang peristirahatan
yang dilakukan oleh petugas Subdinas Kesehatan hewan dan Peternakan.
Pemeriksaan Ante Mortem adalah serangkaian prosedur pemeriksaan atau uji
terhadap hewan hidup sebelum pemotongan / penyembelihan untuk menentukan
apakah hewan boleh disembelih atau tidak.
Pemeriksaan post mortem adalah serangkaian prosedur pemeriksaaan atau uji
terhadap kepala, karkas dan jeroan setelah hewan disembelih/dipotong untuk
menentukan apakah daging dapat diedarkan untuk konsumsi masyarakat.
1.2 TUJUAN

Mengetahui teknik pemeriksaan ante dan post mortem pada hewan yang

terkena antrax
Penangulangan dan tindakan apabila terdapat kasus antrax

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemeriksaan ante mortem
Pemeriksaan antemortem adalah pemeriksaan sebelum pemotongan atau
pemeriksaan kesehatan hewan sebelum hewan dipotong. Yang bertujuan memperoleh
hewan yang berada dalam keadaan cukup istirahat, menghindari pemotongan hewan
yang sakit (penyakit hewan menular, zoonosis), mencegah kemungkinan terjadinya
kontaminasi pada tempat pemotongan, alat dan pegawai/pekerja, bahan informasi
bagi keperluan pemeriksaan postmortem dan mengawasi penyakit-penyakit tertentu
yang harus dilaporkan.
Prosedur pemeriksaan antemortem dilakukan maksimum 24 jam sebelum
penyembelihan.

Hewan

harus

diistirahatkan

minimum

12

jam

sebelum

penyembelihan .Prinsip pemeriksaan dengan pengamatan (inspeksi) dan perabaan


(palpasi), terhadap:status gizi dan keaktivan (sikap hewan berdiri dan bergerak dilihat
dari segala arah) ,lubang kumlah (selaput lendir mulut, mata, dan cermin hidung),
kult dan bulu( kekusaman dan kebersihan), limfogalndula(lgl. Submaxillaris,
prescapularis, dan inguinalis) dan suhu badan.
Biasanya hewan yang terjangkit antrax :
1. Demam suhu 41 420 C, gelisah, lemah, paha gemetar, nafsu makan hilang,
kejang dan rubuh (akut)
2. Keluar darah dari dubur, mulut dan lubang hidung. Darah berwarna merah tua
seperti kecap , agak berbau amis dan busuk serta sulit membeku.
3. Pembengkakan di daerah leher, dada dan sisi lambung, pinggang dan alat kelamin
luar
4. Kematian dalam waktu singkat tanpa disertai tanda-tanda sebelumnya (perakut).

Gambar 1. Terlihat pada ronggo hidung mengeluarkan darah


2.2 Pemeriksaan post mortem
Pemeriksaan post mortem yang dilakukan adalah pemeriksaan terhadap
kepala, paru, jantung, hati, ginjal, kelenjar limpa dan jaringan otot. Organ-organ
tersebut dilihat keadaan, warna, bau dan konsistensinya. Bila ada benjolan yang
mencurigakan disayat/dibuka.
Perubahan patologi anatomi terhadap hewan yang terkena anthrak adalah
keluar darah berwarna gelap (merah tua-hitam) dari lubang-lubang kumlah seperti
dubur, hidung, mulut, terjadi pembengkakan di daerah leher, dada dan sisi lambung,
pinggang dan alat kelamin luar. Selain itu jika hewan yang menderita anthrak
dilakukan

nekropsi

atau

pemeriksaan

post

mortem

maka

akan

terlihat

peradangan/pembengkakan pada limpa. Hewan yang dicurigai anthrax sebaiknya


tidak dilakukan nekropsi atau pemeriksaan post mortem. Pemeriksaan limpa pada
penderita antrax berwarna hitam seperti tir (afkir).

Gambar 2. Terlihat sapi perah yang mati karena antrax keluar darah pada
vulva,anus hidung dan telihat selaput mata hiperemi

Gambar 3. A.potongan limpa yang berwarna hitam dan banyak mengandung


darah. B. pada pulpa putih terlihat reaksi pendarahan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan ante mortem untuk antrax yaitu :
1. Demam suhu 41 420 C, gelisah, lemah, paha gemetar, nafsu makan hilang,
kejang dan rubuh (akut)
2. Keluar darah dari dubur, mulut dan lubang hidung. Darah berwarna merah tua
seperti kecap , agak berbau amis dan busuk serta sulit membeku.
3. Pembengkakan di daerah leher, dada dan sisi lambung, pinggang dan alat kelamin
luar
4. Kematian dalam waktu singkat tanpa disertai tanda-tanda sebelumnya (perakut).
Perubahan patologi anatomi terhadap hewan yang terkena anthrak adalah
keluar darah berwarna gelap (merah tua-hitam) dari lubang-lubang kumlah seperti
dubur, hidung, mulut, terjadi pembengkakan di daerah leher, dada dan sisi lambung,
pinggang dan alat kelamin luar. Selain itu jika hewan yang menderita anthrak
dilakukan

nekropsi

atau

pemeriksaan

post

mortem

maka

akan

terlihat

peradangan/pembengkakan pada limpa. Hewan yang dicurigai anthrax sebaiknya


tidak dilakukan nekropsi atau pemeriksaan post mortem. Pemeriksaan limpa pada
penderita antrax berwarna hitam seperti tir (afkir).
3.2 Saran
Pada pemeriksaan post mortem hewan yang terkena antrax tidak boleh di
nekropsi sehingga pengamatan organ-organ kurang banyak dipelajarin.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1978. Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan Menular jilid 1. Direktorat
Kesehatan Hewan, Direktorat jendral Peternakan Departemen Pertanian. : 4961.Anonim.

2007.

Bacillus

anthracis

(Anthrax).

http://www.upmc-

biosecurity.org/website/focus/agents_diseases/fact_sheet...
[CDC] Center for Disease Control and Prevention. 2009. Cutaneous Anthrax:
Recommended Specimens for Microbiology and Pathology for Diagnosis.
http://www.bt.cdc.gov/agent/anthrax/lab-testing/cutaneousspecimens.asp
Cunha, B. A. 2001. Anthrax. e-medicine J. 26 Okt. Vol. 2 No :10.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Sekilas Tentang
Penyakit Anthraks. Buletin Penyakit Zoonosa Edisi Kelima.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2010. ANTHRAX : Penyakit hewan yang perlu
diwaspadai.http://www.deptan.go.id/pengumuman/berita/anthrax1.htm
Gardner,R.A.2001.Anthrax(Bacillusanthracis).http://www.csa.com/discoveryguides/a
nthrax/overview.php

Anda mungkin juga menyukai