berbagai nama: Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan, Askeskin, Jamkesmas, Jamkesda,
Jampersal, sampai terakhir adalah Sistem Jaminan Sosial Nasional yang termasuk kesehatan.
Saat ini mekanisme pasar terjadi di pendidikan tenaga kedokteran. Pendidikan yang
sebenarnya merupakan public goods berubah menjadi private goods. Selama ini sistem pasar
di pendidikan tenaga kedokteran berjalan sangat liberal tanpa peraturan cukup, termasuk di
pendidikan spesialis-subspesialis. Peserta pendidikan hanya yang mampu membayar dengan
besaran yang tinggi. Setelah lulus, pengeluaran yang dilakukan dalam masa pendidikan dapat
disebut sebagai investasi yang perlu dikembalikan. Jika situasi pendidikan ini dibiarkan maka
akan tidak cocok dengan perkembangan sistem jaminan dan masalah pemerataan tenaga
kesehatan. Dokter umum dan dokter spesialis yang dihasilkan menjadi dokter yang cenderung
materialistik dan enggan untuk ditempatkan di daerah sulit.
Peran pemerintah dalam pendidikan kedokteran tidak terbatas pada pemberi dana
untuk mengatasi kegagalan pasar. Pemerintah dapat berfungsi lebih jauh sebagai pengendali
mutu pendidikan. Dalam konteks hubungan pemerintah dengan pelaku pendidikan memang
ada kecenderungan untuk menyerahkan ke elemen-elemen dalam masyarakat dalam civilsociety seperti ikatan profesi ataupun asosiasi lembaga dan berbagai lembaga independen.
Akan tetapi penyerahan ini perlu dilakukan secara bijaksana karena mempunyai risiko sektor
pendidikan menjadi sulit dikelola dan pemerintah akan kehilangan peran sebagai penanggung
jawab utama sektor pendidikan.
Saat ini di Indonesia pelayanan kesehatan menghadapi situasi yang sulit. Di satu sisi
harus memberikan pelayanan yang bermutu untuk lebih dari 100 juta masyarakat miskin
dengan dasar pemerataan. Di sisi lain ada lebih dari 30 juta masyarakat mampu yang
berkeinginan untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu tinggi yang menyerupai pelayanan
di negara maju. Akibatnya saat ini banyak warga Indonesia yang mencari pelayanan
kesehatan sampai ke luar negeri. Pendidikan kedokteran harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, khususnya isu: (1) sulitnya masyarakat di daerah yang tidak maju
untuk menjadi dokter karena tes akademik yang mengurangi kesempatan; (2) mahalnya
biaya pendidikan kedokteran yang pada ujungnya berdampak pada mahalnya biaya kesehatan
yang harus ditanggung oleh masyarakat, dan (3) lokasi fakultas kedokteran yang berada di
daerah maju. Dampak tersebut tentu saja membawa dampak buruk bagi masyarakat miskin,
yang semakin sulit mengakses pelayanan kesehatan karena keterbatasan tenaga dokter dengan
budaya yang cocok, kualitas yang memadai, dan kemauan mengabdi. Disamping lembaga
pendidikan, juga ada asosiasi-asosiasinya yang perlu dikembangkan untuk siap bekerja
bersama untuk meningkatkan mutu pendidikan profesi. Asosiasi tersebut antara lain: Asosiasi
institut penyelenggaran pendidikan kedokteran, Asosiasi Pendidikan Dokter Gigi, Asosiasi
fakultas kesehatan masyarakat, dan sebagainya. Yang menarik di Indonesia, ikatan profesi
seperti IDI mempunyai kolegium yang sangat penting dalam menentukan kurikulum
pendidikan di Indonesia.
Referensi :
Kompas.com
[online]
diakses
hari
Selasa,
5
April
2011
pukul
http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/18555569/Indeks.Pendidikan.Indonesia.Menurun
19.00
Kompas.com
21.00
[online]
diakses
hari
Sabtu,
13
April
2013
pukul
http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/13/makalah-kualitas-pendidikan-di-indonesia-saatini-454680.html
Blanke O, Stephanine O., Theodor L. Medical education activities of the Association of American
Medical Colleges. www.thelancet.com, Vol. 361 January 18, 2003, p.264.
Emilia O. Kompetensi dokter dan lingkungan pembelajaran klinik di RS Pendidikan. Gadjah Mada
University Press. 2009
Emilia O. Kurikulum Pendidikan Profesi untuk RS Daerah Terpencil. Seminar dalam rangka Annual
Scientific Meeting (ASM) 2011
Frenk J, Chen K. Dkk. Health Professionals for A New Century; Transforming Education to
Strengthen Health Systems in An Interdependent World. Lancet. Vol 376 December 4, 2010.
Hans Karle, David Gordon. Quality standars in medical education. www.thelancet.com, Vol. 370
December 1, 2007, p.1828.
HPEQ. Kajian mengenai demand dan supply tenaga kedokteran di Indonesia. 2011. Mimeo.
Lancet. Medical education and professionalism. Editorial. www.thelancet.com, Vol. 373 March 21,
2009, p.980.
Rokx, Claudia dkk. Health Financing in Indonesia, A Reform Road Map. The World Bank.
Washington DC, 2009.
Rokx, Claudia dkk. New Insights into the Provision of Health Services in Indonesia, A Health
Workforce Study.The World Bank. Washington DC, 2010
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Sistem Kesehatan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.