Anda di halaman 1dari 156

dept of acct - umy

MURABAHAH

dept of acct - umy

Definisi
Murabahah adalah akad jual beli barang
dengan menyatakan harga perolehan
dan
keuntungan
(margin)
yang
disepakati oleh penjual dan pembeli.

Penjual
&
Pembeli

Rukun Transaksi Murabahah


1. Transaktor
(Pihak yang
bertransaksi)

Penjual
&
Pembeli

2. Objek
Murabahah

Barang yang
diperjualbelikan

3. Ijab & Kabul

Pernyataan
jual beli oleh
pihak yang
bertransaksi

Transaksi Murabahah dapat


dilakukan dengan:
1. Murabahah tanpa pesanan
Lembaga keuangan bertindak sebagai penjual
barang yang diperolehnya tanpa adanya pesanan
terlebih dahulu dari nasabah
2. Murabahah berdasarkan pesanan
Lembaga Keuangan bertindak sebagai penjual
barang yang diperolehnya dengan adanya pesanan
terlebih dahulu dari nasabah

Alur Transaksi Murabahah


1. Negosiasi

Lembaga
Keuangan
(Penjual)

2. Akad
Murabahah
6. Bayar

Nasabah
(Pembeli)

5. Kirim Dokumen
Pemasok
3. Beli Barang

4. Kirim Barang

Kasus 9.1. Transaksi jual beli murabahah


Pada tgl 5 januari 20xA PT Haniya melakukan negosiasi dgn
LKMurni Syariah untuk memperoleh fasilitas Murabahah dgn
pesanan utk pembelian kendaraan sebuah mobil dgn rencana
sebagai berikut:
1.Harga Barang

Rp 100 juta

2.Uang muka Rp 10 juta (10% dari harga barang)


3.Pembiayaan oleh LK Rp 90 juta
4.Margin

Rp 18 juta (20% dari pembiayaan oleh LK)

5.Harga jual

Rp 118 juta (harga barang plus margin)

6.Jumlah bulan angsuran

24 bulan

7.Biaya administrasi 1 % dari pembiayaan oleh LK

1. Perhitungan jumlah cicilan perbulan


Perhitungan cicilan dapat dilakukan dgn rumus sebagai berikut:
Cicilan perbulan = Total Piutang Uang Muka
Jumlah Bulan Pelunasan
Misalkan dgn menggunakan data murabahah dgn pesanan diatas
(Total Piutang Rp 118 jt, Uang Muka Rp 10 jt, Jangka Waktu 24 bulan)
maka:
Cicilan perbulan = Tot. Piutang Uang Muka
Jumlah bulan pelunasan
= Rp 118.000.000 Rp 10.000.000
24
= Rp 108.000.000
24

2. Perhitungan pendapatan yang diakui


Setiap tanggal jatuh tempo, lembaga keuangan syariah
akan mengakui adanya pendapatan margin.
Prosentase keuntungan = Total margin / Tot. Piutang bersih X 100%
= Rp 18.000.000 / Rp 108.000.000 X 100%
= 16,666666%
Untuk setiap pembayaran cicilan sbesar Rp 4.500.000 perbulan,
terkandung didalamnya margin sbesar Rp 750.000 (Rp 4.500.000 x
16,666666%)
Cara lain untuk menghitung pendapatan margin perbulan, dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:

Pendapatan margin per bulan = Piut. Murabahah jth tempo


perbln /
Tot. Piutang bersih X MYD
(margin yang
ditangguhkan)

Pendapatan margin per bln = Rp 4.500.000 / Rp


108.000.000 X
Rp.18.000.000
= Rp 750.000
Jika pada jumlah cicilan per bulan sebesar Rp 4.500.000
mengandung margin sebesar Rp 750.000 maka pokok
piutang yang terlunasi adalah Rp 3.750.000 (cicilan
dikurangi margin)

Tabel 9.1. Skedul pembayaran


Murabahah PT. HANIYA
No Tanggal Jatuh
Tempo

Cicilan
Perbulan
(Rp)

Pokok
(Rp)

margin
(Rp)

10 Feb 20XA

4.500.000

3.750.000

750.000

10 Mar 20XA

4.500.000

3.750.000

750.000

10 Apr 20XA

4.500.000

3.750.000

750.000

10 Mei 20XA

4.500.000

3.750.000

750.000

10 Jun 20XA

4.500.000

3.750.000

750.000

10 Jul 20XA

4.500.000

3.750.000

750.000

10 Agst 20XA

4.500.000

3.750.000

750.000

10 Sept 20XA

4.500.000

3.750.000

750.000

10 Okt 20XA

4.500.000

3.750.000

750.000

10

10 Nop 20XA

4.500.000

3.750.000

750.000

11

10 Des 20XA

4.500.000

3.750.000

750.000

12

10 Jan 20XB

4.500.000

3.750.000

750.000

Lanjutan...
No

Tanggal Jatuh
Tempo

Cicilan
Perbulan
(Rp)

Pokok
(Rp)

margin
(Rp)

13

10 Feb 20XB

4.500.000

3.750.000

750.000

14

10 Mar 20XB

4.500.000

3.750.000

750.000

15

10 Apr 20XB

4.500.000

3.750.000

750.000

16

10 Mei 20XB

4.500.000

3.750.000

750.000

17

10 Jun 20XB

4.500.000

3.750.000

750.000

18

10 Jul 20XB

4.500.000

3.750.000

750.000

19

10 Agt 20XB

4.500.000

3.750.000

750.000

20

10 Sep 20XB

4.500.000

3.750.000

750.000

21

10 Okt 20XB

4.500.000

3.750.000

750.000

22

10 Nop 20XB

4.500.000

3.750.000

750.000

23

10 Des 20XB

4.500.000

3.750.000

750.000

24

10 Jan 20XC

4.500.000

3.750.000

750.000

Total

108.000.000 90.000.000 18.000.000

9.5.2. Akuntansi Transaksi Murabahah


a.

Saat Negosiasi = LK syariah tidak melakukan jurnal apapun

b.

Pengakuan Uang Muka


PSAK no 102 paragraf 30 : uang muka diakui sebagai uang
muka pembelian sebesar jumlah yang diterima.
Dalam praktik perbankan ada 3 alternatif perlakuan:
Pertama: mendebit langsung uang muka yang disepakati
tersebut
Kedua: memblokir rekening nasabah sebesar nilai yang
disepakati, dan
Ketiga: uang muka dipegang dan dibayar langsung oleh
nasabah kepada pemasok

9.5.2. Akuntansi Transaksi Murabahah


Pengakuan Uang Muka (Urbun)
Mendebit langsung kas atau rekening nasabah sebesar uang muka yang disepakati
2. PT. Haniya membayar uang muka sebesar Rp. 10.000.000 (10% dari harga barang)

Tanggal

Rekening

5/1/XA Db. Kas/Rek. Tabungan


murabahah PT. HANIYA
Kr. Uang muka

Debit
(Rp)
10.000.000

Kredit
(Rp)

10.000.000

Pembelian Barang Pesanan


Alternatif 1: Membeli langsung barang secara tunai kepada pemasok.

Jurnal : Tanggal 7 Januari 20XA, Untuk keperluan transaksi


murabahah dengan PT. HANIYA, LKS melakukan pembelian barang
pesanan PT. HANIYA kepada pemasok senilai Rp100jt secara tunai.
Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut:

Tanggal
7/1/XA

Rekening

Debit (Rp)

Db. Persediaan aset murabahah

100.000.000

Kr. Kas/rekening
pemasok

Kredit (Rp)
100.000.000

Alternatif 2

Membeli langsung barang secara kredit kepada pemasok.


Jurnal: Tanggal 7 Januari 20XA, Untuk keperluan transaksi
murabahah dengan PT. HANIYA, LKS melakukan pembelian
barang pesanan PT. HANIYA kepada pemasok senilai Rp
100 juta secara kredit. Jurnal untuk mencatat transaksi
tersebut adalah sebagai berikut:

Tangga
Rekening
Debit (Rp) Kredit (Rp)
l
7/1/XA Db. Persediaan aset
100.000.000
murabahah
Kr. Utang pada pemasok
100.000.000

Saat LKS melakukan pelunasan utang pada pemasok,


jurnalnya adalah sebagai berikut:

Rekening
Db. Utang pada pemasok
Kr. Kas/rekening pemasok

Debit (Rp) Kredit (Rp)


100.000.000
100.000.000

Saat Akad Murabahah Tidak Jadi Disepakati


Misalkan pada tanggal 10 Januari 20XA, nasabah pembeli
membatalkan rencana pembeliannya dan meminta kembali
uang muka yang telah didebit oleh LKS. Atas pembatalan
rencana pembelian tersebut, LKS memotong uang muka
sebesar Rp 1.000.000 untuk mengganti biaya-biaya yang telah
dikeluarkan oleh LKS dalam rangka pengadaan barang. Jurnal
pengembalian uang muka tersebut adalah sebagai berikut:

Rekening
Db. Uang muka
Kr. Pendapatan operasional
Kr. Kas/kredit rekening pemasok

Debit (Rp) Kredit (Rp)


10.000.000
1.000.000
9.000.000

Saat Akad Murabahah disepakati.


Tanggal 10/1/XA, PT. HANIYA menandatangani akad
murabahah sebagaimana yang telah dinegosiasikan tgl 5
januari 20XA .
pada saat akad murabahah jadi disepakati tersebut, terdapat
beberapa transaksi yang perlu dicatat yaitu:
1. Penjualan murabahah oleh LKS kepada PT. HANIYA
2. Pengakuan uang muka sebagai bagian pelunasan piutang
murabahah
3. Pengakuan pendapatan administrasi dan penerimaan lain
atas biaya yang dibebankan kepada nasabah pembiayaan.

1.

Pencatatan penjualan murabahah


Tanggal

Rekening

Debit (Rp)

10/1/XA Db. Piutang Murabahah

Kredit (Rp)

118.000.
000

Kr. Aset murabahah

100.000.0
00

Kr. margin murabahah yang


ditangguhkan

18.000.00
0

2. Pencatatan Urbun Sbg Bagian Pelunasan Piutang.


Untuk uang muka yang sebelumnya diakui dgn mendebit rekening nasabah,
maka jurnal pengakuan uang muka sebagai bagian pelunasan piutang
murabahah adalah:
Tanggal

Rekening

10/1/XA Db. Uang muka


Kr. Piutang murabahah

Debit (Rp)

Kredit (Rp)

10.000.000
10.000.000

3.

Pencatatan biaya-biaya yang ditanggung nasabah

Misalkan dalam transaksi murabahah PT. HANIYA, nasabah dikenakan biaya-biaya


sebagai berikut:
Biaya administrasi
Rp. 900.000
Biaya materai
Rp. 30.000
Biaya notaris
Rp. 225.000 (0,25% dari pmbiayaan oleh LKS)
Biaya asuransi jiwa
Rp. 378.000 (0,21% X 2 thn X pembiayaan oleh LKS)

Tanggal

Rekening

10/1/X Db. Rekening nasabah PT.


A
HANIYA
Kr. Pendapatan
administrasi
Kr. Persediaan Materai

Debit (Rp)

Kredit (Rp)

1.533.000
900.000
30.000

Kr. Rekening notaris

225.000

Kr. Rekening perusahaan


asuransi

378.000

Tabel 9.2.
Skedul dan Realisasi Pembayaran Cicilan murabahah
PT. HANIYA
No

Tanggal
Jatuh
Tempo

Cicilan
perbulan
(RP)

Pokok
(Rp)

margin
(Rp)

Tanggal
pembayaran

Jumlah yang
dibayar

10 Feb
XA

4.500.00 3.750.00
0
0

750.00
0

10 Feb
XA

4.500.000

10 Mar
XA

4.500.00 3.750.00
0
0

750.00
0

20 Mar
XA

4.500.000

10 Apr
XA

4.500.00 3.750.00
0
0

750.00
0

10 Apr
XA

2.000.000

15 Apr
XA

2.500.000

10 Mei
XA

4.500.00 3.750.00
0
0

750.00
0

30 Mei
XA

4.500.000
Plus denda

10 Jun
XA

4.500.00 3.750.00
0
0

750.00
0

10 Jun
XA

Pelunasan dini
(90.000.000)
Minus potongan

I) Pembayaran cicilan dilakukan pada tgl jatuh tempo


Pada saat jatuh tempo tgl 10 Februari, nasabah membayar cicilan
sebesar Rp 4.500.000. dengan menggunakan skedul pembayaran
pada tabel 9.2. Pada cicilan nasabah perbulan Rp 4.500.000,terdapat pendapatan margin sebesar Rp 750.000,- maka jurnal
untuk transaksi tsb adalah:
Tanggal
10/2/XA

Rekening
Db. Kas/rekening nasabah PT.
HANIYA

Debet (Rp)
4.500.000

Kr. Piutang murabahah


Db. Margin murabahah yang
ditangguhkan
Kr. Pendapatan margin
murabahah

Kredit (Rp)

4.500.000
750.000
750.000

2) Pembayaran Cicilan dilakukan setelah tanggal jatuh tempo tanpa


dikenakan Denda
Pada pembayaran bulan Maret, hingga tgl jatuh tempo, LKS belum
menerima pembayaran cicilan dari nasabah. Pembayaran cicilan baru
dilakukan nasabah pada tgl 20 Maret, sebesar Rp 4.500.000. Jurnalnya
sebagai berikut:
Tanggal
10/3/XA

Rekening
Db. Piutang murabahah jt tempo

Debet (Rp)
4.500.000

Kr. Piutang murabahah


Db. Margin murabahah yang
ditangguhkan
Kr. Pendapatan margin
murabahah - akrual

Kredit (Rp)

4.500.000
750.000

750.000

Lanjutan..
20/3/X Db. Kas/Rekening nasabah PT.
A
HANIYA

4.500.0
00

Kr. Piutang murabahah jatuh


tempo
Db. Pendapatan margin murabahah
akrual
Kr. Pendapatan margin
murabahah

4.500.000

750.000
750.000

3) Pembayaran Cicilan dilakukan sebagian pada waktu tgl jatuh


tempo dan sebagian lagi setelah jatuh tempo tanpa dikenakan
denda.
Misalkan pada tanggal 10 April (tgl jatuh tempo) ketika LKS hendak mendebit
rekening nasabah, didapati tidak terdapat dana yang cukup direkening PT.
HANIYA untuk membayar cicilan bulan April. Saldo rekening yang tersedia hanya
Rp.2.025.000 dan BMS maksimal hanya dpt mendebit rekening sebesar
Rp 2.000.000.

maka jurnal yang diperlukan adalah:


Tanggal
10/4/X
A

Rekening

Debit (Rp)

Db. Kas/Rekening nasabah

2.000.000

Db. Piutang murabahah jatuh tempo

2.500.000

Kr. Piutang murabahah


Db. Margin murabahah yang ditngguhkan

Kredit (Rp)

4.500.000
750.000

Kr. Pendapatan margin murabahah

333.333

Kr. Pendapatan margin murabahah -

416.667

akrual

pendptan margin murabahah = persentase keuntungan x cicilan yang dibayar


= 16.6666% X 2.000.000
= Rp 333.333,pendptn margin murabahah akrual = margin murabahah ditgguhkan Pendptan
margin murahahah
= Rp 750.000 Rp 333.333
= Rp 416.667,-

Pada tgl 15 April, PT. HANIYA membayar kekurangan pembayaran


cicilannya (4.500.000 Rp 2.000.000). BMS memaklumi alasan
keterlambatan pembayaran bulan April sehingga tidak dikenakan
denda. Jurnal pembayaran tsb adalah sebagai berikut:
tanggal
15/4/X
A

Rekening

Db. Rekening nasabah PT.


HANIYA

Debet (Rp)

2.500.000

Kr. Piutang murabahah


jatuh tempo
Db. Pendapatan margin
murabahah akrual
Kr. Pendapatan margin
murabahah

Kredit (Rp)

2.500.000

416.667
416.667

4) Pembayaran cicilan dilakukan setelah tanggal jatuh


dengan pengenaan denda keterlambatan

tempo

Misalkan PT. HANIYA tidak memenuhi kewajiban


pembayaran cicilannya untuk bulan April hingga
akhir bulan Mei.
PT. Haniya baru membayar
kewajibannya pada tanggal 30 Mei 20XA sebesar Rp
4.500.000. Karena ketidakdisiplinan PT. Haniya
tersebut, LKS mengenakan denda sebagaimana yang
telah disepakati dalam akad yaitu sebesar 10% dari
total pendapatan margin akrual yang tertunggak. PT.
Haniya mengakui ketidakdisiplinannya dan bersedia
membayarnya. Semua pembayaran dilakukan pada
tanggal 30 Mei 20XA. Maka jurnal selama bulan Mei
adalah sebagai berikut..

Tgl
10/5/XA

Rekening
Db. Piutang murabahah jatuh tempo

Debet (Rp)

Kredit (Rp)

4.500.000

Kr. Piutang murabahah

4.500.000

Db. Margin murabahah yang ditangguhkan


750.000
Kr. Pendptan margin murabahah akrual
30/5/XA

Db. Kas/rekening nasabah PT HANIYA

750.000
4.500.000

Kr. Piutang murabahah jatuh tempo

4.500.000

Db. Pendapatan margin murabahah akrual


750.000
Kr. Pendptan margin murabahah
30/5/XA

Db. Kas/rekening nasabah PT HANIYA


Kr. Rekening dana kebajikan*
Dana Kebajikan = 10% x tot. margin akrual
= 10% x 750.000 = 75.000

750.000
75.000
75.000

5) Pembayaran untuk melunasi piutang lebih awal dari waktu yang


ditentukan (pelunasan dini)

Misalkan pada tgl 10 Juni 20XA, PT. HANIYA bermaksud melunasi


sisa kewajibannya dgn nilai buku Rp. 90.000.000 yang terdiri atas
pokok pembiayaan sebesar Rp 75.000.000 dan margin yang
ditangguhkan sebesar Rp 15.000.000 disepakati pada saat
pelunasan bahwa potongan pelunasan akan diberikan sebesar 80%
dari sisa margin murabahah yang masih ditangguhkan.
Margin yang ditangguhkan

= Rp 15.000.000

Potongan pelunasan

= Rp 80% X Rp 15.000.000
= Rp 12.000.000

Pendptan margin murabahah = margin yg ditangguhkan Pot. Pelunasan


= Rp 15.000.000 Rp 12.000.000
= Rp 3.000.000

Pemberian potongan pelunasan piutang murabahah dpt dilakukan


dengan menggunakan salah satu dari metode berikut:
1. Potongan diberikan pada saat pelunasan
Tanggal

10/6/X
A

Rekening

Db. Beban potongan Mudharabah

Debet (Rp)

Kredit (Rp)

12.000.000

Kr. Piutang murabahah

12.000.000

Ket: mengakui potongan pelunasan piutang


yang diberikan
Db. Kas/rekening nasabah PT HANIYA

78.000.000

Kr. Piutang murabahah


Db. Margin Murabahah yag ditangguhkan
Kr. Pendapatan margin murabahah
Catatan: pendapatan margin yang akan dibagi hasil,
nantinya dikurangi terlebih dahulu dg. Potongan
pelunasan piutang)

78.000.000
15.000.000
15.000.000

2. Potongan diberikan setelah pelunasan


Tanggal

5/6/XA

Rekening

Db. Kas/Rekening nasabah PT. HANIYA

Debet (Rp)

90.000.000

Kr. Piutang murabahah


Db. Margin murabahah yang ditangguhkan

Kredit (Rp)

90.000.000
15.000.000
A

Kr. pendptan margin murabahah

15.000.000

Catt: margin yang akan dibagihasil nantinya dikurangi terlebih


dahulu dengan potongan pelunasan piutang

Db. Beban potongan murabahah


Kr. Kas/Rekening nasabah PT.
HANIYA

12.000.000
12.000.000

Penyajian Transaksi Murabahah di Laporan keuangan (Khusus Bank Syariah)

Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 4.9-10) terdapat beberapa


akun terkait pembiayaan murabahah yang relevan untuk
disajikan dalam laporan keuangan.

1. Uang muka murabahah dari pembeli disajikan sebagai


liabilitas lainnya.

2. Tagihan kepada nasabah atas pembatalan transaksi


murabahah dimana uang muka nasabah lebih kecil dari beban
riil yang dikeluarkan nasabah disajikan sebagai piutang qardh.

3. Piutang murabahah disajikan sebesar saldo pembiayaan


murabahah nasabah kepada bank.

4. Marjin murabahah ditangguhkan disajikan sebagai pos


lawan piutang murabahah.

Penyajian Transaksi Murabahah di Laporan keuangan

5. Beban potongan pelunasan / angsuran Murabahah sebagai pos


lawan pendapatan marjin murabahah.

6. Dalam hal bank menggunakan metode proporsional,


pendapatan dan beban yang terkait langsung dengan transaksi
murabahah yang belum diamortisasi, disajikan sebagai liabilitas
lainnya dan aset lainnya.

7. Pendapatan marjin murabahah yang akan diterima disajikan


sebagai bagian dari aset lainnya pada saat nasabah tergolong
performing. Sedangkan, apabila nasabah tergolong nonperforming maka pendapatan marjin murabahah yang akan
diterima, disajikan pada rekening administratif.

8. Cadangan kerugian penurunan nilai murabahah disajikan


sebagai pos lawan (contra account) piutang Murabahah.

9. Denda (tazir) disajikan sebagai komponen dari sumber dana


kebajikan (qardhul hasan)

dept of acct - umy

Pengungkapan Transaksi Murabahah di Laporan keuangan


Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 4.14-15), hal-hal yang harus
diungkapkan terkait transaksi pembiayaan dengan skema
murabahah antara lain:
1. Rincian piutang murabahah berdasarkan jumlah, jangka
waktu, jenis valuta, kualitas piutang, jenis penggunaan, sektor
ekonomi dan cadangan kerugian penurunan nilai.
2. Jumlah piutang murabahah yang diberikan kepada pihak yang
berelasi.
3. Kebijakan dan metode akuntansi untuk pengakuan
pendapatan, cadangan kerugian penurunan nilai, penghapusan
dan penanganan piutang murabahah yang bermasalah.
4. Besarnya piutang murabahah baik yang dibebani sendiri oleh
bank maupun secara bersama-sama dengan pihak lain sebesar
bagian pembiayaan bank
dept of acct - umy

SALAM

dept of acct - umy

DEFINISI

PENGGUNAAN TRANSAKSI SALAM


DAN SAL`AM PARALEL

DAN

Bai as salam atau biasa disebut dengan salam, merupakan


pembelian barang yang pembayarannya dilunasi di muka
sedangkan penyerahan barang dilakukan di kemudian hari.

Akad salam ini digunakan untuk memfasilitasi pembelian suatu


barang (biasanya barang hasil pertanian) yang memerlukan
waktu untuk memproduksinya.

Salam paralel merupakan jual beli barang yang melibatkan dua


transaksi salam, dalam hal ini transaksi salam pertama
dilakukan dilakukan antara nasabah dengan bank, sedang
transaksi salam kedua dilakukan antara bank dengan petani
atau pemasok.

KETENTUAN SYARI, RUKUN TRANSAKSI


DAN PENGAWASAN SYARIAH TRANSAKSI
SALAM DAN SALAM PARALEL

Ketentuan Syari Transaksi Salam


dan Salam Paralel
Landasan syari dibolehkannya transaksi salam
adalah sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi SAW
riwayat Ibnu Abbas berikut:
Barang siapa yang melakukan salaf (salam) hendaknya ia
melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang
jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.

Ketentuan syari transaksi salam diatur dalam


fatwa DSN no 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli
Salam. Fatwa tersebut mengatur tentang ketentuan
pembayaran, barang, salam paralel, waktu penyerahan
dan syarat pembatalan kontrak.

Rukun Transaksi Salam


Rukun-rukun salam meliputi:
(a)transaktor yakni pembeli (muslam) dan
penjual (muslam ilaih);
(b)objek akad salam berupa barang dan harga
yang diperjualbelikan dalam transaksi salam;
dan
(c)ijab dan kabul yang menunjukkan
pernyataan kehendak jual beli secara salam,
baik berupa ucapan atau perbuatan.

A. Transaktor

Rukun Transaksi Salam

Transaktor terdiri atas pembeli (muslam) dalam hal ini


nasabah dan penjual (muslam ilaih) dalam hal ini bank
syariah.
Kedua transakstor disyaratkan memiliki kompetensi
berupa akil baligh dan kemampuan memilih yang optimal
seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa dan lain yang
sejenis. Adapun untuk transaksi dengan anak kecil, dapat
dilakukan dengan izin dan pantauan dari walinya.
Terkait

dengan penjual, fatwa DSN no 05/DSNMUI/IV/2000 mengharuskan agar penjual menyerahkan


barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah
yang telah disepakati.

Penjual diperbolehkan menyerahkan barang lebih cepat


dari waktu yang disepakati dengan syarat kualitas dan
jumlah barang sesuai dengan kesepakatan dan ia tidak
boleh menuntut tambahan harga.

B. Objek salam

Rukun Transaksi Salam

DSN menyatakan beberapa ketentuan dalam


transaksi salam :

1.Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai


utang

2.Harus dapat dijelaskan spesifikasinya


3.Penyerahannya dilakukan kemudian
4.Waktu dan tempat penyerahan barang harus
ditetapkan berdasarkan kesepakatan

5.Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum


menerimanya.

6.Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan


barang sejenis sesuai kesepakatan

Rukun Transaksi Salam

Terkait dengan alat pembayaran, DSN


mensyaratkan alat bayar harus diketahui
jumlah dan bentuk nya. Alat bayar bisa
berupa uang, barang atau manfaat.
Pembayaran harus dilakukan pada saat
kontrak disepakati. Pembayaran itu sendiri
tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang.

C. Ijab dan Kabul

Rukun Transaksi Salam

Ijab dan Kabul adalah pernyataan dari


kedua belah pihak yang berkontrak, dengan
cara penawaran dari penjual (bank syariah)
dan penerimaan yang dinyatakan oleh
pembeli (nasabah).
Pelafalan perjanjian dapat dilakukan
dengan lisan, isyarat (bagi yang tidak bisa
bicara), tindakan maupun tulisan, tergantung
pada praktik yang lazim di masyarakat dan
menunjukkan keridhaan satu pihak untuk
menjual barang salam dan pihak lain untuk
membeli barang salam.

Rukun Transaksi Salam Paralel


Berdasarkan fatwa DSN no 5 tahun
2000, disebutkan bahwa akad salam kedua
(antara bank sebagai pembeli dengan petani
sebagai penjual) harus dilakukan terpisah dari
akad pertama. Adapun akad kedua baru
dilakukan setelah akad pertama sah. Rukunrukun yang terdapat pada akad salam
pertama juga berlaku pada akad salam kedua.

Pengawasan Syariah Transaksi Salam


Dan Salam Paralel
a)

Memastikan barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh


syariah islam;

b)

Memastikan bahwa pembayaran atas barang salam kepada


pemasok telah dilakukan diawal kontrak secara tunai sebesar akad
salam;

c)

Meneliti bahwa akad salam telah sesuai dengan fatwa DSN-MUI


tentang salam dan peraturan bank indonesia yang berlaku;

d)

Meneliti kejelasan akad salam yang dilakukan dalam format salam


paralel atau akad salam biasa;

e)

Meneliti bahwa keuntungan bank syariah atas praktik salam


paralel diperoleh dari selisih antara harga beli dari pemasok
dengan harga jual kepada nasabah/pembeli akhir.

ALUR TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL


Bank Syariah
5
sebagai Penjual
(muslam ilaih)
pada salam 1
dan Pembeli
(Muslim) pada
salam 2

4. Bayar

1. Negosiasi
dan Akad
Salam

2. bayar
6. Kirim
dokumen
PEMASOK

3. Negosiasi &
akad salam

Nasabah
sebagai
Pembeli
(Muslim)

[5] Kirim barang

TEKNIS PERHITUNGAN DAN


PENJURNALAN TRANSAKSI SALAM

Kasus 1 : Transaksi Salam Pertama


PT. Thariq Agro Mandiri , membutuhkan 100 ton biji jagung
hibryda untuk keperluan ekspor 6 bulan yang akan datang.
Pada tanggal 1 Juni 20XA, PT. Thariq Agro Mandiri melakukan
pembelian jagung dengan skema salam kepada Bank Syariah
Sejahtera. Adapun informasi tentang pembelian tersebut adalah
sebagai berikut:
Spesifikasi barang

: Biji jagung manis hybrida kualitas no 2

Kuantitas

: 100 ton

Harga
ton)

: Rp 700.000.000 ( Rp 7.000.000 per

Waktu penyerahan : dua tahap setiap tiga bulan sebanyak 50


ton (2 September dan 2 Desember 20XA)
Syarat pembayaran : dilunasi pada saat akad ditandatangani

Kasus 2 : Transaksi Salam Kedua


Untuk pengadaan produk salam sebagaimana diinginkan oleh PT. Thariq
Agro Mandiri, bank syariah selanjutnya pada tanggal 2 Juni 20XA
mengadakan transaksi salam dengan petani yang bergabung dalam
KUD. Tunas Mulia dengan kesepakatan sebagai berikut:

Spesifikasi barang

: Biji jagung manis hybrida kualitas kualitas no 2

Kuantitas

: 100 ton

Harga

: Rp 650.000.000 (Rp 6.500.000 per ton)

Penyerahan modal

: uang tunai sejumlah Rp 650.000.000

Waktu penyerahan barang: dua tahap setiap tiga bulan sebanyak 50


ton (1 September dan 1 Desember 20XA)

Agunan

Syarat pembayaran

: Tanah dan kendaraan senilai Rp 700.000.000


: dilunasi pada saat akad ditandatangani

Denda kegagalan penyerahan karena kelalaian atau kesengajaan: 2% dari


nilai produk yang belum diserahkan.

Penjurnalan Transaksi Salam

a. Penerimaan dana dari nasabah


Pada saat akad disepakati,
pembeli pembeli disyaratkan

untuk sudah membayar produk salam secara lunas.


Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 17 disebutkan
bahwa kewajiban salam diakui pada saat penjual
menerima modal usaha sebesar modal usaha salam
yang diterima.
Jurnal: Pada saat bank syariah melakukan akad salam
Jurnal:
dengan PT
PT.. Thariq Agro Mandiri (PT
(PT.. TAM) dan menerima
dana salam sebesar Rp 700
700..000
000..000
000,, maka jurnal transaksi
Tangg
Debit
Kredit
Rekening
tersebut adalah sebagai
berikut
berik
ut::[
al
(Rp)
(Rp)
1/6/XA Db.Kas/rekening nasabah
700.000.0
pembeli PT. TAM
00
Kr. Hutang salam

700.000.00
0

b. Penyerahan modal salam dari bank syariah


kepada pemasok atau petani
Berdasarkan PSAK no 103 paragraf
11 disebutkan bahwa piutang salam
diakui pada saat modal usaha salam
dibayarkan atau dialihkan kepada penjual.
Modal usaha salam dalam bentuk kas
diukur sebesar jumlah yang dibayarkan
(PSAK no 103 paragraf 12).
Jurnal: Pada tanggal 1 Juni, bank syariah
menyerahkan modal berupa uang tunai sebesar
Rp 650.000.000,ke rekening Debit
KUD di Kredit
bank
Tanggal
Rekening
(Rp)salam (Rp)
maka jurnal saat penyerahan modal
oleh
Piutang kepada
salam
bank Db.
syariah
KUD 650.000.0
adalah sebagai
2/6/XA
berikut:
00
Kr. Kas/rekening
650.000.0
nasabah penjual
00
KUD TM

c. Penerimaan barang pesanan


dari pemasok atau petani
Berdasarkan PSAK no 103 paragraf
16 disebutkan bahwa barang pesanan yang
diterima diakui sebagai persediaan. Adapun
waktu penerimaan produk salam dari
pemasok atau petani, dilakukan sesuai
dengan tanggal kesepakatan.
Pada saat penerimaan produk salam,
sangat mungkin terjadi perbedaan antara
kualitas dan nilai wajar barang dengan
kualitas dan nilai kontrak. Perbedaan
tersebut antara lain berupa; (1) Kualitas
barang dan nilai wajar barang, sama
dengan nilai kontrak; (2) Kualitas barang
lebih rendah dan nilai wajar barang lebih
rendah dari nilai kontrak; (3) Kualitas

Contoh Kasus

Misalkan pada tanggal 1


September
20XA
dan
1
Desember 20XA, KUD Tunas
Mulia
(TM)
menyerahkan
masing-masing 50 ton biji
jagung manis hybrida kualitas
no
2
sebagaimana
yang
disepakati
dalam
perjanjian
salam. Adapun nilai wajar
produk tersebut pada saat
penyerahan sama dengan nilai
kontrak yaitu Rp 325.000.000
(50 ton x Rp 6.500.000 per

Jurnal: Tanggal 1 September 20XA


dan 1 Desember 20XA, KUD TM
menyerahkan masing-masing 50
ton biji jagung manis hybrida
kualitas no 2 sebagaimana yang
Tangg
Debit
Kredit
disepakatiRekening
dalam perjanjian
salam.
al
(Rp)
(Rp)
NilaiDb.
kontrak
yaitu Rp325.000.
325.000.000
1/9/X
Persediaan
ton x Rp
6.500.000
A (50 produk
salam
000 per ton)
Kr. Piutang
salam
1/12/ Db.Persediaan
XA
produk salam
Kr. Piutang
salam

dept of acct - umy

Ket: Penyerahan tahap


pertama sebanyak 50
ton biji jagung kualitas
2 dengan kualitas
barang dan nilai wajar

325.000.
000
325.000.
000
325.000.
000

d. Penyerahan barang salam dari bank


syariah kepada nasabah pembeli
Misalkan dalam kasus di atas, setelah
menerima produk salam dari KUD TM pada
tanggal 1 September 20XA dan 1 Desember
20XA masing-masing sebanyak 50 ton
dengan kualitas dan harga sesuai dengan
kesepakatan antara bank syariah dan KUD TM
(Rp 325.000.000), bank langsung mengirim
produk salam ke gudang milik PT TAM pada
tanggal 2 September 20XA dan
2 Desember
Tangg
Debit
Kredit
Rekening
20XA pada kuantitas dan kualitas sesuai
al
(Rp)
(Rp)
kesepakatan. Maka jurnal atas pengiriman
02/9/X Db. Hutang salam
350.000.0
barang kepada nasabah pembeli tersebut
A
00
adalah sebagai berikut :
Kr. Persediaan produk
325.000.00
salam
0
Kr. Pendapatan bersih
25.000.000
salam
02/12/X Db. Hutang salam

350.000.0

PENYAJIAN
Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 4.2425), piutang salam dan utang salam
adalah akun yang terkait dengan jual
beli dengan skema salam. Ketentuan
penyajian transaksi tersebut dalam
laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
1. Piutang salam disajikan sebesar
jumlah tercatat. Piutang salam yang
tidak dapat dipenuhi oleh pemasok
dan pemasok menyatakan tidak
dapat memenuhi kewajibannya
disajikan sebagai piutang qardh.
2. Utang salam disajikan sebesar
jumlah tercatat.

PENGUNGKAPAN
Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 4.25),
hal-hal yang harus diungkapkan terkait
transaksi pembiayaan dengan skema
salam antara lain:
1. Rincian piutang salam dan utang
salam berdasarkan jumlah, jangka
waktu, jenis valuta, jenis, dan
kuantitas barang pesanan.
2. Piutang salam dari pemasok dan
utang salam kepada nasabah yang
merupakan pihak berelasi.

ISTISHNA

dept of acct - umy

DEFINISI DAN PENGGUNAAN


Bai al istishna atau disebut dengan istishna, merupakan
kontrak jual beli dalam bentuk pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan ( pembeli, mustahni ) dan penjual ( pembuat, shani ).
Barang yang diperjualbelikan biasanya adalah barang
manufaktur, adapun dalam hal pembayaran, transaksi istishna
dapat dilakukan di muka, melalui cicilan atau ditangguhkan
sampai suatu waktu pada masa yang akan datang.
Penggunaan akad istishna oleh bank syariah diindonesia
relatif masih minim.

Ketentuan syari, rukun transaksi dan pengawasan syariah

Transaksi istishna dan istishna paralel


Ketentuan syari transaksi Istishna dan Istishna paralel
Rukun transaksi Istishna
transaktor
Objek Istishna
Ijab dan kabul
Rukun Transaksi Istishna Paralel
Pengawasan Syariah Transaksi Istishna dan Istishna paralel
Alur Transaksi Istishna dan Istishna Paralel

Ketentuan syari Transaksi Istishna dan Istishna Paralel

Menurut mazhab Hanafi, istishna hukumnya boleh


karena hal itu telah dilakukan oleh masyarakat muslim
sejak masa awal tanpa ada ulama yang mengingkari.
Ketentuan syarI transaksi istishna diatur dalam fatwa
DSN no 06/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG jual beli
istishna
Fatwa tersebut mengatur tentang ketentuan
pembayaran, dan ketentuan barang.

Rukun Transaksi Istishna


Transaktor

Transaktor terdiri atas pembeli dan penjual. Kedua transaktor


disyaratkan memiliki kompetensi berupa akil baligh dan
kemampuan memilih yang optimal seperti tidak gila, tidak sedang
dipaksa dan yang lain sejenis.

Adapun untuk transaksi dengan anak kecil, dapat dilakukan


dengan izin dan pantauan dari walinya. Terkait dengan penjual,
DSN mengharuskan agar penjual menyerahkan barang tepat pada
waktunya dengan kualitas dan jumlah yang telah disepakati.
Penjual diperbolekan menyerahkan barang lebih cepat dari waktu
yang disepakati dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai
dengan kesepakatan dan ia tidak boleh menuntut tambahan harga.

Objek Istishna
harus jelas spesifikasinya
penyerahanya dilakukan kemudian
waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan
berdasarkan kesepakatan
pembeli ( mustashni ) tidak boleh menjual barang sebelum
menerimanya
tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan
memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati;
barang yang diserahkan harus sesuai dengan spesifikasi pemesan,
bukan barang masal

Ijab kabul

Ijab dan kabul istishna merupakan pernyataan dari kedua belah


pihak yang berkontrak, dengan cara penawaran dari penjual (
bank syariah ) dan penerimaan yang dinyatakan oleh pembeli (
nasabah )

Menurut PSAK no 104 paragraf 12 pada dasarnya Istishna


tidak dapat dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi :
a) Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya
b) Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang
dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad

Rukun Transaksi Istishna Paralel


Berdasarkan fatwa DSN no 6 tahun 2000, disebutkan
bahwa akad istishna kedua ( antara bank sebagai
pembeli dengan petani sebagai penjual ) harus dilakukan
terpisah dari akad pertama
Adapun akad kedua baru dilakukan setelah akad
pertama sah, rukun-rukun yang terdapat pada akad
istishna pertama juga berlaku pada akad istishna kedua

Pengawasan syariah Transaksi Istishna dan Istishna paralel


Pengawasan tersebut dilakukan untuk :
1.

Memastikan barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah


islam

2.

Meneliti apakah bank membiayai pembuatan barang yang diperlukan nasabah


sesuai pesanan dan kriteria yang disepakati;

3.

Memastikan akad Istishna dan akad Istishna paralel dibuat dalam akad yang
terpisah;

4.

Memastikan bahwa akad Istishna yang sudah dikerjakan sesuai kesepakatan


hukimnya mengikat, artinya tidak dapat dibatalkan kecuali memenuhi kondisi
antara lain (i) kedua belah pihak setuju untuk menghentikan akad Istishna
(ii) akad ini batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat
menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad

ALUR TRANSAKSI ISTISHANA PARALEL

Bank Syariah
Sebagai penjual
( shani 1dan
Pembeli
( mustashni )
Pada istishna 2

1.Negosiasi,
Pesan barang
Dan akad
Istishna

Nasabah
sebagai
Pembeli
( mustashni )

9. Pelunasan pembayaran
4.Kirim tagihan penyelesaian barang
5.bayar

1.Negosiasi,
Pesan barang
Dan akad
Istishna

8.Kirim dokumen pengiriman


7.Kirim
barang
Pemasok
( shani )

3. Buat barang

Cakupan Standar Akuntansi IstishnaParalel


Akuntansi istishna diatur dalam Pernyataan Standar
Keuangan ( PSAK ) no 104 tentang istishna.terkait
dengan pengakuan dan pengukuran transaksi, standar
ini mengatur tentang penyatuan dan segmentasi akad,
pendapatan istishna dan istishna parale,
istishnadengan pembayaran tangguh, biaya perolehan
istishna, penyelesaian awal pengakuan taksiran rugi,
perubahan pesanan dan tagihan.

Teknis Perhitungan Transaksi Istishna

Transaksi Istishna Pertama


Untuk mengembangkan klinik ibu dan anak yang dikelolanya, dr. Ursila
berencana menambah satu unit bangunan seluas 100 m2 khusus untuk
rawat inap di sebelah barat bangunan utama klinik. Untuk kebutuhan itu,
dr. Ursila menghubungi Bank Berkah Syariah untuk menyediakan
bangunan baru sesuai dengan spesifikasi yang diinginkannya. Setelah
serangkaian negosiasi beserta kegiatan survey untuk menghasilkan desain
bangunan yang akan dijadikan acuan spesifikasi barang, pada tanggal 10
Februari 20XA ditandatanganilah akad transaksi istishna pengadaan
bangunan untuk rawat inap. Adapun kesepakatan antara dr. Ursila
dengan Bank Berkah Syariah adalah sebagai berikut:

Harga Bangunan
Lama penyelesaian
Mekanisme panagihan
Mekanisme pembayaran

: Rp 150.000.000
: 5 bulan (paling lambat tanggal 10 Juli)
: 5 termin sebesar Rp 30.000.0000 per
termin mulai tanggal 10 Agustus
: setiap 3 hari setelah tanggal penagihan

Transaksi Istishna Kedua


Untuk membuat bangunan sesuai dengan keinginan dr. Ursila, pada
tanggal 12 Februari 20XA, Bank Berkah Syariah memesan kepada
kontraktor PT. Thariq Konstruksi dengan kesepakatan sebagai
berikut:
Harga Bangunan
: Rp 130.000.000
Lama penyelesaian
: 4 bulan 15 hari (paling
lambat tgl 25 Juni)
Mekanisme penagihan kontraktor
: tiga termin pada saat
penyelesaian 20%, 50% dan 100%.
Mekanisme pembayaran oleh Bank
: dibayar tunai sebesar
tagihan dari kontraktor.

Penjurnalan Transaksi Istishna


A.Transaksi biaya prakad ( Bank sebagai penjual )
misalkan : Pada tanggal 5 Februari 20XA, untuk keperluan
survey dan pembuatan desain bangunan yang akan dijadikan
acuan spesifkasi barang, bank Berkah syariah telah
mengeluarkan kas hingga Rp 2.000.000. jurnal untuk
mengakui transaksi ini adalah sbb :
Tanggal

Rekening

Debit

5/2/XA

Db. Beban praakad yang ditangguhkan

2.000.000

Kr. Kas

Kredit

2.000.000

B. Penandatanganan akad dengan pembeli


( Bank sebagai Penjual)

Misalkan kasus dr. Ursila dengan bank berkah syariah


diatas, transaksi istishna jadi disepakati pada tanggal 10
Februari, maka jurnal pengakuan beban prakaad menjadi
biaya istishna adalah sebagai berikut:
Tanggal

10/2/XA

Rekening

Db. Biaya istishna


Kr. Beban praakad yg ditangguhkan

Debit
( Rp )

Kredit
( Rp )

2.000.000
2.000.000

C. Pembuatan akad istishna paralel dengan pembuat


barang
( Bank Sebagai Pembeli )

Berdasarkan PSAK no 104 paragraf 29 disebutkan bahwa


biaya perolehan istishna paralel terdiri dari :
Biaya Perolehan Barang Pesanan Sebesar Tagihan
Produsen Atau Kontraktor Kepada Entitas
Biaya Tidak Langsung, Yaitu Biaya Overhead Termasuk
Biaya Akad Dan Praakad; Dan
Semua Biaya Akibat Produsen Atau Kontrktor Tidak
Dapat Memenuhi Kewajibannya , Jika Ada

D. Penerimaan dan pembayaran tagihan kepada penjual


(pembuat ) barang istishna
Dalam kasus 11.1, disebutkan bahwa mekanisme pembayaran dilakukan dalam
tiga termin yaitu pada saat penyelesaian 20%, 50% dan 100%. Misalkan dalam
perjalanannya, realisasi tagihan ketiga termin tersebut ditunjukkan dalam tabel
berikut:

No. Termin

Tingkat
penyelesaian

Tanggal
penagihan
kontraktor

Tanggal
Tanggal
Jumlah
penagihan Pembayara Pembayaran
kontraktor
n

20%

1 April

26.000.0000

8 April

26.000.0000

II

50%

15 Mei

39.000.0000

22 Mei

39.000.0000

III

100%

25 Juni

65.000.0000

2 Juli

65.000.0000

Lanjutan

Misalkan pada tanggal 1 April, PT. Thariq Konstruksi menyelesaikan


20% pembangunan dan menagih pembayaran termin pertama sebesar
Rp 26.000.000 (20% x Rp 130.000.000) kepada Bank Berkah Syariah.
Jurnal pengakuan penagihan pembayaran oleh pembuat barang adalah
sebagai berikut:
Tanggal

Rekening

1/4/XA Db. Aset istishna dalam


penyelesaian
Kr. Utang Istishna

Debit ( Rp )

Debit ( Rp )

26.000.0000
26.000.000

Lanjutan

Misalkan tagihan kedua diterima pada tanggal 15 Mei Rp 39.000.000 dan


diikuti dengan pembayaran oleh bank pada tanggal 22 Mei 20XA. Jurnal
untuk transaksi tersebut adalah sebagai berikut:

Tanggal
Rekening
Debit (Rp) Kredit (Rp)
15/5/XA Db. Aset istishna dalam 39.000.000
penyelesaian
Kr. Utang Istishna
39.000.000*
*(50%-20%)
x
Rp
130.000.000
=
Rp
39.000.000
22/5/XA Db. Utang Istishna
Kr.Kas/rekening
nasabah pemasok

39.000.000
39.000.000

Lanjutan

Misalkan tagihan ketiga diterima tanggal 25 Juni 20XA Rp.


65.000.000 dan dibayarkan pada tanggal 2 Juli 20XA. Jurnal untuk
transaksi tersebut adalah sebagai berikut:
Tanggal
25/6/XA

2/7/XA

Rekening
Debit (Rp) Kredit (Rp)
Db.
Aset
istishna
dalam 65.000.000
penyelesaian
Kr. Utang istishna
65.000.000*
*(100%-50%) x Rp 130.000.000 =
Rp 65.000.000
Db. Utang istishna
Kr.
Kas/rekening
pemasok

65.000.000
nasabah

65.000.000

E. Pengakuan Pendapatan istishna


Berdasarkan PSAK no 104 Paragraf 18 disebutkan bahwa jika
metode prosentae penyelesaian digunakan, maka :
bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah
diselesaikan dalam periode tersebut, diakui sebagai pendapatan
istishna pada periode yang bersangkutan
bagian margin keuntungan istishna yang diakui selama periode
pelaporan ditambahkan kepada aset istishna dalam penyelesaian
; dan
pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya
istishna yang telah dikeluarkan sampai dengan periode tesebut

Pengakuan Pendapatan istishna


Untuk kasus 11.1, dengan menggunakan metode persentase penyelesaian, maka
pendapatan diakui sesuai dengan persentase penyelesaian.

Adapun perhitungan pendapatan istishna, harga pokok istishna dan


keuntungan istishna adalah sebagai berikut:

Pendapatan istishna diukur sebesar bagian nilai akad yang sebanding dengan
pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut
Pendapatan istishna = persentase penyelesaian x nilai akad penjualan

Maka pada tanggal 10 April saat penyelesaian 20%, diakui pendapatan sebesar
Rp 30.000.000 (20% x Rp 150.000.000).

Harga pokok istishna diakui sebesar persentase penyelesaian aset istishna.


Harga pokok istishna = persentase penyelesaian x nilai akad pembelian
= 20% x Rp 130.000.000
= Rp 26.000.000

dept of acct - umy

Pengakuan
Pendapatan istishna
Keuntungan istishna yang dimaksud adalah
bagian margin keuntungan istishna yang
diakui selama periode pelaporan yang
ditambahkan kepada aset istishna dalam
penyelesaian.
Keuntungan istishna
= persentase
penyelesaian x margin keuntungan istishna
= 20% x (Rp 150.000.000
Rp 130.000.000)
= 20% x Rp 20.000.000
= Rp 4.000.000

dept of acct - umy

Dalam jurnal penyesuaian yang dibuat,


pengakuan keuntungan istishna dilakukan
dengan mendebit asset istishna dalam
penyelesaian sebesar Rp 4.000.000.

Pengakuan Pendapatan istishna

Secara keseluruhan, jurnal yang terkait dengan transaksi


pengakuan pendapatan saat penyelesaian 20%, 50% dan 100%
adalah sebagai berikut.
Tanggal

Rekening

Debit (Rp)

10/4/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian


Db. Harga pokok istishna
Kr. Pendapatan istishna

4.000.000
26.000.000

15/5/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian


Db. Harga pokok istishna
Kr. Pendapatan istishna

6.000.000
39.000.000

25/6/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian


Db. Harga pokok istishna
Kr. Pendapatan istishna

10.000.000
65.000.000

dept of acct - umy

Kredit (Rp)

30.000.000*

45.000.000

75.000.000

F. Penagihan Piutang Istishna pada Pembeli


Misalkan dalam kasus di atas, penagihan oleh bank
kepada pembeli akhir dilakukan dalam 5 termin
dalam jumlah yang sama yaitu Rp 30.000.000,
setiap tanggal 10 mulai bulan April. Maka jurnal
untuk mengakui setiap kali penagihan piutang istishna
kepada pembeli dan penerimaan pembayaran dari
pembeli tersebut adalah sebagai berikut.
Tanggal
10/04/XA

Rekening
Db. Piutang istishna
Kr. Termin Istishna
* Rp 150.000.000/ 5 termin = Rp
30.000.000 per termin

Debit ( Rp )

Kedit ( Rp )

30.000.000
30.000.000

( F ) Penerimaan Pembayaran Piutang Istishna dari Pembeli


Pembayaran piutang istishna oleh nasabah dilakukan setelah menerima tagihan

istishna dari bank. Oleh karena termin istishna merupakan pos lawan dari
piutang istishna, maka pada waktu pembayaran piutang, bank sebagai penjual
perlu menutup termin istishna.
Misalkan dalam kasus di atas, pembayaran oleh nasabah pembeli dilakukan 3
hari setelah menerima tagihan dari bank sebagai penjual Rp. 30.000.000 yang
seharusnya dibayar pada 10 Aprtil 20XA. Maka jurnal untuk mengakui setiap
penerimaan pembayaran dari pembeli tersebut adalah sebagai berikut

Tanggal

Rekening

13/04/XA

Db. Kas/rekening nasabah pembeli istishna 30.000.000


Kr. Piutang Istishna

Debit (Rp)

Kredit (Rp)

30.000.000

(G) Saat barang pesanan diserahkan pada nasabah


Menurut PAPSI 2013 (h. 4.19), pada saat barang pesanan telah

diserahkan kepada nasabah, bank melakukan jurnal balik atas


rekening aktiva istishna dalam penyelesaian dan termin istishna.
Untuk kasus 11.1, misalkan barang pesanan diserahkan pada
tanggal 13/8/XA, maka jurnal pada saat penyerahan barang
tersebut adalah sebagai berikut:
Tanggal

Rekening

13/8/XA

Db. Termin Istishna


Kr. Aset istishna dalam penyelesaian

dept of acct - umy

Debit (Rp)

Kredit (Rp)

150.000.000
150.000.000

( G ) Variasi Transaksi dan Kebijakan akuntansi


g.1.Pengakuan Pendapatan dengan metode akad selesai
Berdasarkan PSAK no 104 paragraf 19 disebutkan bahwa pada
metode akad selesai melekat beberapa ketentuan berikut :
1.Tidak ada pendapatan istishna yang diakui sampai dengan
pekerjaan tersebut selesai:
2.Tidak ada harga pokok istishna yang diakui sampai dengan
pekerjaan tersebut selesai:
3.Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna dalam
penyelesaian sampai dengan pekerjaan tersebut selsai: dan
4.Pengakuan pendapatan istishna, harga pokok istishna, dan
keuntungan dilakukan hanya pada saat penyelasaian pekerjaan.

g.2. Pembayaran dengan cara tangguh


Berdasarkan PSAK no 104 paragraf 20, jika menggunakan
metode persentase penyelesaian dan proses pelunasan dilakukan
dalam periode lebih dari satu tahun setelah penyerahan barang
pesanan, maka pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua
bagian, yaitu:
a. Margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung
apabila istishna dilakukan secara tunai, diakui sesuai persentase
penyelesaian; dan
b. Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan
diakui selama periode pelunasan secara proporsional sesuai
dengan jumlah pembayaran. Proporsional yang dimaksud sesuai
dengan paragraf 24-25 PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah

PENYAJIAN

Menurut PAPSI 2013 (h. 4.19-20), ketentuan penyajian transaksi terkait


jual beli dengan skema istishna dalam laporan keuangan adalah sebagai
berikut:

1. Uang muka Istishna disajikan sebagai liabilitas lainnya.


2. Uang muka kepada pemasok disajikan sebagai aset lainnya.
3. Utang Istishna disajikan sebesar tagihan dari pemasok yang belum dilunasi.
4. Aktiva Istishna dalam Penyelesaian disajikan sebesar dana yang dibayarkan
Bank kepada supplier.
5. Termin Istishna disajikan sebesar jumlah tagihan termin Bank kepada
nasabah.
6. Piutang Istishna disajikan sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli
akhir.
7. Margin Istishna ditangguhkan disajikan sebagai pos lawan piutang istishna.

PENGUNGKAPAN
Menurut PAPSI 2013 (h. 4.21) hal-hal yang harus diungkapkan terkait jual
beli dengan skema istishna antara lain:
1. Rincian piutang istishna berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta dan
kualitas piutang dan cadangan kerugian penurunan nilai piutang Istishna.
2. Jumlah piutang istishna yang diberikan kepada pihak yang berelasi.
3. Kebijakan akuntansi yang dipergunakan dalam pengakuan pendapatan
cadangan kerugian penurunan nilai, penghapusan dan penanganan piutang
istishna yang bermasalah.
4. Besarnya piutang istishna baik yang dibiayai sendiri oleh bank maupun
secara bersama-sama dengan pihak lain sebesar bagian pembiayaan bank.
5. Jumlah akumulasi biaya atas kontrak berjalan serta pendapatan dan
keuntungan sampai dengan akhir periode berjalan.
6. Jumlah sisa kontrak yang belum selesai menurut spesifikasi dan syarat
kontrak.
7. Klaim tambahan yang belum selesai dan semua denda yang bersifat
kontinjen sebagai akibat keterlambatan pengiriman barang.
dept of acct - umy

PENGUNGKAPAN
8. Nilai kontrak istishna yang sedang berjalan serta rentang
periode pelaksanaannya.
9. Nilai kontrak istishna yang telah ditandatangani bank selama
periode berjalan tetapi belum dilaksanakan dan rentang
periode pelaksanaannya.
10. Rincian utang istishna berdasarkan jumlah, tujuan
(pemasok atau nasabah), jangka waktu dan jenis mata uang.
11. Utang istishna kepada nasabah yang merupakan pihak
berelasi.
12. Jenis dan kuantitas barang pesanan.

IJARAH

dept of acct - umy

12.1 DEFINISI DAN PENGGUNAAN


-Ijarah dan ijarah Muntahiyah Bit tamlik (IMBT) merupakan
transaksi sewa menyewa yang diperbolehkan oleh syariah. Akad
ijarah merupakan akad yang memfasilitasi transaksi pemindahan
hak guna (maanfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu
tertentu melalui pembayaran sewa/upah tanpa diikuti pemindahan
kepemilikan barang.
Bagi bank syariah, transaksi ini memiliki beberapa keunggulan
jika dibandingkan dengan jenis akad lainnya yaitu:
1) Dibandingkan dengan akad murabahah, akad ijarah lebih
fleksibel dalam hal objek transaksi.
2) Dibandingkan dengan investasi, akad ijarah mengandung
resiko usaha yang lebih rendah, yaitu adanya pendapatan
sewa yang relatif tetap

12.2 KETENTUAN SYARII, RUKUN TRANSAKSI DAN


PENGAWASAN SYARIAH RANSAKSI IJARAH DAN
TRANSAKSI IMBT
12.2.1. Ketentuan syari Transaksi Ijarah dan Transaksi IMBT
Berdasarkan terminologi, Ijarah adalah pemindahan
kepemilikan fasilitas dengan imbalan. Penyewaan dalam sudut
pandang Islam meliputi dua hal yaitu;
1. Penyewaan terhadap potensi atau sumber daya manusia
2. Penyewaan terhadap suatu fasilitas
Ketentuan syari transaksi ijarah diatur dalam fatwa DSN no
09 tahun 2000. Adapun ketentuan syari transaksi ijarah untuk
penggunaan jasa diatur dalam fatwa DSN no 44 tahun 2004.
Sedangkan ketentuan syari IMBT diatur dalam fatwa DSN no 27
tahun 2000.

12.2.2 Rukun Transaksi Ijarah


Rukun transaksi ijarah meliputi :
(a) transaktor yakni penyewa dan pemberi sewa,
(b) objek ijarah, yakni fasilitas dan uang sewa; dan
(3) ijab dan kabul menunjukkan serah terima, baik berupa
ucapan atau perbuatan.

a. Transaktor
Transaktor terdiri atas penyewa (nasabah) dan pemberi sewa (bank
syariah). Kedua transaktor disyaratkan memiliki kompetensi berupa akil
baligh dan kemampuan memilih yang optimal seperti tidak gila, tidak sedang
dipaksa dan yang lain yang sejenis. Impilikasi perjanjian sewa kepada bank
syariah sebagai penyewa adalah sebagai berikut:
a.

Menyediakan aset yang disewakan

b.

Menanggung biaya pemeliharaan aset

c.

Menjamin bila terdapat cacat pada aset yang disewakan

Adapun kewajiban nasabah sebagai penyewa adalah:


a. Membayar sewa dan bertanggungjawab untuk menjaga keutuhan aset
yang disewa serta menggunakannya sesuai kontrak.
b. Menanggung biaya pemeliharaan yang sifatnya ringan (tidak
materiil).
c. Jika aset yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari
penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak
penyewa dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas
kerusakan tersebut.

b.

Objek ijarah

Objek kontrak ijarah meliputi pembayaran sewa dan manfaat


dari penggunaan aset. Adapun ketentuan objek ijarah adalah sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.

Objek ijarah adalah maanfaat dari penggunaaan barang dan jasa.


Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak.
Fasilitasnya mubah (dibolehkan).
Manfaat harus dikenali secara spesifit sedemikian rupa untuk menghilangkan
ketidaktahuan yang akan mengakibatkan sengketa
5. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas termasuk jangka waktunya.
6. Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar kepada LKS sebagai
pembayaran manfaat.
7. Ketentuan dalam menentukan sewa dapat diwujudkan dalam ukuran waktu,
tempat dan jarak.

C. Ijab dan kabul


Ijab dan kabul dalam akad ijarah merupakan peryataan
dari kedua belah pihak yang berkontrak, dengan cara
penawaran dari pemilik aset (bank syariah) dan
penerimaan yang dinyatakan oleh penyewa (nasabah).

12.2.3. Rukun Transaksi IMBT


Berdasarkan fatwa DSN no 27 tahun 2002,
disebutkan bahwa pihak yang melakukan transaksi IMBT
harus melaksanakan akad ijarah terlebih dahulu. Dengan
demikian pada akad IMBT, juga berlaku semua rukun dan
syarat transaksi ijarah. Adapun akad perjanjian IMBT
harus disepakati ketika akad ijarah ditandatangani.
Selanjutnya pelaksanaan akad pemindahaan kepemilikan,
baik dengan jual beli atau pemberian hanya dapat
dilakukan setelah masa ijarah selesai.

dept of acct - umy

12.2.4.Rukun Transaksi Ijarah Untuk


Pembiayaan Multijasa

Pembiayaan multijasa dengan skema


ijarah adalah pembiayaan yang diberikan oleh
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kepada
nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu
jasa dengan menggunakan akad ijarah,
pembiayaan multijasa hukumnya boleh (jaiz)
dengan menggunakan akad ijarah atau kafalah.

dept of acct - umy

12.2.5. Pengawasan Syariah Transaksi Ijarah


dan IMBT
a.

Memastikan penyaluran dana beredasarkan prinsip ijarah tidak


dipergunakan untuk kegiatan yang bertentangan dengan prinsip
syariah;

b.

Memastikan bahwa akad pengalihan kepemilikan dalam IMBT


dilakukan setelah akad ijarah selesai, dan dalam akad ijarah, janji
(waad) untuk pengalihan kepemilikan harus dilakukan pada saat
berakhirnya akad ijarah;

c.

Meneliti pembiayaan berdasarkan prinsip ijarah untuk multijasa


menggunakan perjanjian sebagaimana diatur dalam fawa yang
berlaku tentang multijasa dan ketentuan lainnya antara lain ketentuan
standard akad;

d.

Memastikan besar ujrah atau fee multijasa dengan menggunakan


akad ijarah telah disepakati di awal dan diyatakan dalam bentuk
nominal bukan dalam bentuk persentase.

dept of acct - umy

Gambar 12.1
ALUR TRANSAKSI IJARAH DAN IMBT
Bank Syariah
sebagai
pemberi sewa
barang dan
jasa

Nasabah
sebagai
penyewa

1. Negosiasi
dan akad
ijarah

4. membayar sewa pada bank

2. membeli
barang/jasa
pemasok

3. menggunakan
objek
ijarah

OBJEK
IJARAH
5. mengalihkan hak
milik barang ijarah
pada akhir masa sewa
(khusus IBMT)

12.4. CAKUPAN STANDAR AKUNTANSI IJARAH


DAN IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK

Standar akuntansi untuk ijarah menggunakan


PSAK no 107. Standar ini memuat tentang mekanisme
transaksi dan ketentuan tentang pengakuan dan
pengukuran transaksi dalam yang terdapat dalam skema
ijarah dan IMBT. Beberapa hal dicakup dalam standar ini
adalah pengakuan dan pengukuran perolehan objek ijarah,
pendapatan ijarah dan IMBT, piutang pendapatan ijarah
dan IMBT, biaya perbaikan yang dikeluarkan,
perpindahan hal milik objek sewa, terjadinya penurunan
nilai objek sewa secara permanen.

12.5. TEKNIS PERHITUNGAN DAN PENJURNALAN


TRANSAKSI IJARAH BAGI BANK SYARIAH.
Pembahasan teknis perhitungan dan penjurnalan transaksi ijarah
akan mengacu pada kasus 12.1 berikut.
Kasus 12.1.: Transaksi ijarah
PT. Namira membutuhkan sebuah mobil untuk keperluan
usahanya. Pada bulan januari 20XA, PT Namira mengajukan
permohonan ijarah kepada bank syariah. Adapun informasi
tentang penyewaan tersebut adalah sebagai berikut:
Harga perolehan barang
Umur ekonomis barang
Masa Sewa
: 24
Nilai sisa umur ekonomis:
Sewa per bulan
Uang muka sewa
: Rp
Biaya administrasi : Rp

: Rp 120.000.000
: 5 tahun (60 bulan)
bulan
Rp 0
: Rp 2.400.000
7.200.000
480.000

12.5.1 Teknis Perhitungan Transaksi


Ijarah
Beberapa hal yang perlu dilakukan perhitungan terkait transaksi ijarah
adalah perhitungan penentuan keuntungan dan fee ijarah, perhitungan
uang muka sewa, dan biaya administrasi ijarah.
Perhitungan biaya administrasi ijarah
Biaya administrasi bisa diterapkan dengan menggunakan persentase
tertentu dari modal yang digunakan untuk persewaan. Misalkan dalam
kasus di atas, bank syariah menggunakan kebijakan 1% dari modal
persewaan. Maka biaya administrasinya adalah sebagai berikut:
Biaya administrasi ijarah = n% x modal persewaan per bulan x jumlah
bulan
= 1% x Rp 2.000.000 x 24
= 1% x Rp 48.000.000
= Rp 480.000

12.5.2 PERJURNALAN TRANSAKSI IJARAH


a.

Transaksi pengadaan aset ijarah

Sebelum akad ijarah dilakukan, bank syariah terlebih dahulu melakukan


pengadaan aset ijarah. Berdasarkan PSAK no 59 paragraf 108
disebutkan bahwa objek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat
perolehan.
Misalkan untuk keperluan transaksi ijarah PT Namira di atas, pada
tanggal 5 juni 20XA bank syariah membeli aset pada perusahaan
yang mensuplai barang yang diperlukan.

Tanggal

Rekening

Debet (Rp)

5/6/XA

Db Persediaan ijarah

120.000.000

Kr. Kas/Rekening
supplier

Kredit (Rp)

120.000.000

b. Transaksi pada saat akad disepakati


Pada saat akad disepakati, terdapat beberapa transaksi yang harus
diakui oleh bank syariah. Transaksi tersebut adalah (1) konversi
persediaan untuk ijarah menjadi aset ijarah, sebagai bentuk
pengakuan atas adanya pengalihan hak guna kepada penyewa (2)
Penerimaan biaya administrasi.
Misalkan pada tanggal 10 Juni, PT. Namira menandatangani
akad ijarah untuk sebuah mesin. Maka jurnal yang diperlukan
pada waktu itu adalah:
Tgl

rekening

10/6/XA Db. Aset yang diperoleh untuk ijarah

Debit (Rp) Kredit(Rp)


120.000.000

Kr. Persediaan ijarah


10/6/XA Db. Kas/Rekening nasabah PT.
Namira
Kr. Pendapatan administrasi

120.000.000
480.000
480.000

c. Transaksi Pengakuan Pendapatan Ijarah


Misalkan rencana dan realisasi pembayaran sewa oleh
PT. Namira adalah sebagai berikut:

No. Tanggal
Sewa per
Jatuh
bulan
Tempo
(Rp)
1. 10 Juli XA 2.400.000

Porsi
Porsi
Tanggal Jumlah
pokok
ujrah Pembayaran dibayar
(Rp)
(Rp)
(Rp)
2.000.000 400.000 10 Juli XA 2.400.000

2. 10 Agt XA 2.400.000

2.000.000 400.000 10 Agt XA

2.400.000

3. 10 Sept XA 2.400.000

2.000.000 400.000 10 Sept XA

2.400.000

4. 10 Okt XA

2.400.000

2.000.000 400.000 10 Okt XA

2.400.000

5. 10 Nov XA 2.400.000

2.000.000 400.000 5 Des XA

2.400.000

6. 10 Des XA

2.000.000 400.000 10 Des XA


3 Jan XA

1.400.000
1.000.000

2.400.000

a. Pembayaran sewa oleh nasabah


dilakukan saat jatuh tempo

Tanggal Rekening

Debet (Rp) Kredit (Rp)

10/7/XA Db. Kas/rekening nasabah


Kr. Pendapatan sewa

2.400.000

10/8/XA Db. Kas/rekening nasabah


Kr. Pendapatan sewa

2.400.000

10/9/XA Db. Kas/rekening nasabah


Kr. Pendapatan sewa

2.400.000

10/10/XA Db. Kas/rekening nasabah


Kr. Pendapatan sewa

2.400.000

2.400.000

2.400.000

2.400.000

2.400.000

b. Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan


setelah tanggal jatuh tempo
Misalkan untuk pembayaran sewa bulan Nopember, pada tanggal 10
Nopember 20XA, nasabah belum membayar sewa kepada bank.
Pembayaran baru dilakukan pada tanggal 5 Desember 20XA. Maka jurnal
atas transaksi tanggal 10 Nopember dan 5 Desember tersebut adalah:
Tgl
10/11

Rekening
Db. Piutang sewa (porsi pokok)
Db. Piutang pendapatan sewa (porsi ujrah)

Debit (Rp)
2.000.000
400.000

Kr. Pendapatan ijarah akrual


5/12

Db. Kas/rekening nasabah

2.400.000
2.400.000

Kr. Piutang sewa (porsi pokok)

2.000.000

Kr. Piutg pendptn sewa (porsi ujrah)


Db. Pendapatan ijarah akrual
Kr. Pendapatan ijarah

Kredit (Rp)

400.000
2.400.000
2.400.000

c. Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan sebagian pada


saat jatuh tempo dan sebagian lagi setelah tanggal jatuh tempo
Misalkan tanggal 10 Desember 20
20XA,
XA, nasabah membayar sebesar Rp
1.400
400..000
000.. Sisanya dibayar kemudian pada tanggal 3 Januari 20
20XB
XB.. Jurnal atas
transaksi tanggal 10 Desember 20
20XA
XA adalah sebagai berikut
berikut::
Rekening
Tgl
10/12/XA

Debit (Rp)
Db. Kas/rekening nasabah

Kredit (Rp)

1.400.000

Db. Piutang sewa (porsi pokok)

833.333

Db. Piutang pendapatan sewa (porsi


ujrah)

166.667

Kr. Pendapatan sewa

1.400.000

Kr. Pendapatan sewa akrual

1.000.000

c. Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan sebagian


pada saat jatuh tempo dan sebagian lagi setelah
tanggal jatuh tempo
Jurnal
Ju
rnal untuk transaksi tanggal 3 Januari 20
20XB
XB tersebut
adalah sebagai berikut
berikut::
Tgl

Rekening

3/1/XB Db. Kas/rekening nasabah

Debit
Kredit
(Rp)
(Rp)
1.000.000

Kr. Piutang sewa (porsi


833.333
pokok)
Kr. Piutang pendapatan
166.667
sewa (porsi ujrah)
Db. Pendapatan sewa akrual
1.000.000
Kr. Pendapatan sewa
1.000.000

dept of acct - umy

d. Pengakuan penyusutan aset yang diperoleh


untuk ijarah
Dengan menggunakan teknik perhitungan
penyusutan yang telah dibahas pada sub bab 12
12..5.1a,
jurnal untuk pengakuan penyusutan aset yang diperoleh
ijarah untuk enam bulan pertama adalah sebagai berikut
berikut..
Tanggal
10/7/XA

Rekening
Db. Beban penyusutan aset ijarah
Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah

Debet (Rp)
2.000.000

Db. Beban penyusutan aset ijarah


Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah

2.000.000

Db. Beban penyusutan aset ijarah


Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah

2.000.000

10/10/XA Db. Beban penyusutan aset ijarah


Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah

2.000.000

10/11/XA Db. Beban penyusutan aset ijarah


Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah

2.000.000

10/12/XA Db. Beban penyusutan aset ijarah


Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah

2.000.000

10/8/XA

10/9/XA

Kredit (Rp)
2.000.000

2.000.000

2.000.000

2.000.000

2.000.000

2.000.000

e. Perlakuan akuntansi beban perbaikan dan


pemeliharaan
Berdasarkan PSAK no 107, biaya perbaikan objek ijarah
merupakan tanggungan pemilik.
Misalkan pada tanggal 23 Desember 20XA dilakukan
perbaikan aset ijarah sebesar Rp500.000. Perbaikan tersebut
dilakukan atas tanggungan Bank Syariah sebagai pemilik
objek sewa dengan sistem pembayaran langsung pada
perusahaan jasa ruko maka jurnal atas transaksi tersebut
adalah:
Tanggal

Rekening

Debit (Rp)

23/12/XA

Db. Beban perbaikan aset


ijarah

500.000

Kr. Kas/rekening

Kredit (Rp)

500.000

f. Penyajian pada laporan laba rugi dan laporan


perhitungan bagi hasil
Pendapatan sewa, dilaporkan baik pada laporan laba rugi maupun laporan
perhitungan bagi hasil. Pada kedua laporan, pendapatan yang disajikan adalah
pendapatan bersih yaitu pendapatan sewa dikurangi beban-beban yang terkait
dengan ijarah antara lain beban penyusutan dan beban perbaikan dan
pemeliharaan. Pada laperan laba rugi biasanya dibuat pada akhir tahun,
sedangkan laporan perhitungan bagi hasil biasanya disajikan setiap bulan untuk
keperluan perhitungan bagi hasil dengan pemilik dana pihak ketiga.
(i). Laporan Laba Rugi
Juli
Agust

Sept

Okt

Nop

Des

Total

Pendapatan
sewa
(saldo
kas+akrual)

2.400.000

2.400.000

2.400.000

2.400.000

2.400.000

2.400.000

14.400.000

(beban
penyusutan)

(2.000.000)

(2.000.000)

(2.000.000)

(2.000.000)

(2.000.000)

(2.000.000)

(12.000.000)

(Beban
perbaikan)

(500.000)

(500.000)

(Beban lain)

Pendapatan
sewa bersih

400.000

400.000

400.000

400.000

400.000

(100.000)

1.900.000

(ii). Laporan perhitungan bagi hasil


Juli

Agustus Septembe Oktobe Nopembe Desember


r
r
r

2.400.000 2.400.000
2.400.000 2.400.000
3.800.000
Pendapatan
Sewa
(hanya yang
telah
berwujud kas
saja)
(2.000.000) (2.000.000) (2.000.000) (2.000.000) (2.000.000) (2.000.000)
(Beban
penyusutan)
(500.000)
(Beban
perbaikan)
(Beban lain)
400.000
400.000
400.000
400.000 (2.000.000) 1.300.000
Pendapatan
Sewa Bersih

Total
13.400.000

(12.000.000)
(500.000)
900.000

12.6. TEKNIK PERHITUNGAN DAN PENJURNALAN


TRANSAKSI IMBT BAGI BANK SYARIAH
Pembahasan teknis perhitungan dan penjurnalan transaksi IMBT
akan dilakukan dengan mengacu pada kasus 12.2 berikut.
Kasus 12.2.: Tansaksi IMBT
Dengan mengacu pada transaksi kasus 12.1. PT Namira yang
telah dibahas pada bagian terdahulu, misalkan akad yang
disepakati adalah IMBT dengan informasi tentang penyewaan
sebagai berikut:
Biaya perolehan barang
: Rp 120.000.000
Umur barang
: 5 tahun (60 bulan)
Masa Sewa (umur ekonomis)
: 24 bulan
Waktu Pembelian barang
: Setelah bulan ke24

12.6.1. Teknis perhitungan transaksi IMBT


Teknis perhitungan transaksi IMBT pada dasarnya sama
dengan transaksi ijarah. Perbedaan teknis perhitungan
terletak pada penentuan penyusutan aset ijarah.
a.Perhitungan penyusutan aset IMBT
Berdasarkan PSAK no 59 paragraf 108b, objek sewa
disusutkan sesuai dengan masa sewa jika merupakan
transaksi ijarah muntahiya bittamlik.
Berdasarkan kasus diatas maka beban penyusutan
Biaya perolehan
perbulan
barang
IMBT
adalah:
Penyusutan IMBT per bln =

Jumlah bulan masa sewa

Penyusutan IMBT per bln =

Rp 120.000.000
24

= Rp 5.000.000

b. Penentuan Pendapatan IMBT


Selanjutnya dengan kebijakan keuntungan sewa
20% dari modal barang yang disewakan,
pendapatan IMBT per bulan adalah sebagai berikut:
Pdptn IMBT perbulan = modal penyewaan + n% modal
penyewaan
= Rp 5.000.000 + (20% x 5.000.000)
= Rp 5.000.000 + 1.000.000
= Rp 6.000.000

Ttl pdptn IMBT selama masa sewa = 24 x Rp 6.000.000


= Rp 144.000.000

12.6.2. Penjurnalan transaksi IMBT


Penjurnalan transaksi IMBT pada dasarnya sama dengan
penjurnalan pada transaksi ijarah.
Perbedaan mendasar hanya terdapat pada konsep
perhitungan penyusutan yang tidak dikaitkan dengan umur
ekonomis melainkan dikaitkan dengan masa sewa
sebagaimana telah dibahas pada sub bab 12.6.1.

12.6.2. Penjurnalan transaksi IMBT

Perpindahan hak milik IMBT dapat dilakukan


dengan beberapa alternatif, yaitu melalui (1) hadiah,
(2) pembayaran sisa sewa sebelum berakhirnya
masa sewa dan (3) pembayaran sekedarnya.

a. Pelepasan sebagai hadiah


Berdasarkan PSAK no 107, perpindahan
kepemilikan objek ijarah dari pemilik kepada
penyewa dalam ijarah muntahiya bittamlik
dengan cara:
1. Hibah,
2. Penjualan sebelum berakhirnya masa, sebesar
sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepakati,
3. Penjualan setelah selesai masa akad

dept of acct - umy

b. Pelepasan melalui penjualan objek


sewa sebelum berakhirnya masa sewa
Berdasarkan PSAK no 107 disebutkan bahwa
pada penjualan objek ijarah sebelum berakhirnya
masa sewa, sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah
yang disepakati, maka selisih antara harga jual dan
jumlah

tercatat

objek

keuntungan atau kerugian

ijarah

diakui

sebagai

(i) Jika harga jual di atas nilai buku aset ijarah


Misalkan setelah penerimaan pendapatan sewa bulan ke 20, bank
syariah menjual mesin yang menjadi aset ijarah tersebut sebesar
sisa cicilan sewa kepada nasabah penyewa yaitu Rp 24.000.000 (4
x Rp 6.000.000), Adapun nilai buku aset di neraca pada bulan ke
20 adalah:
penyajian di neraca (bulan ke 20)
Aset Ijarah
120.000.000
Akumulasi penyusutan
(100.000.000)
Nilai bersih
20.000.000

maka jurnal untuk transaksi tersebut adalah:


Rekening
Db. Kas
Db. Akumulasi penyusutan aset ijarah
Kr. Aset ijarah
Kr. Keuntungan penjualan aset ijarah

Debet (Rp) Kredit (Rp)


24.000.000
100.000.000
120.000.000
4.000.000

(ii) jika harga jual dibawah nilai buku aset


ijarah
Misalkan setelah penerimaan pendapatan sewa
bulan ke 20, bank syariah menjual mesin yang
menjadi aset ijarah tersebut sebesar Rp
15.000.000.
Adapun
nilai buku aset di neraca
penyajian
di neraca (bulan
ke 20)
pada bulan ke 20 adalah:120.000.000
Aset Ijarah
Akumulasi penyusutan
(100.000.000)
Nilai bersih
20.000.000
maka jurnal untuk transaksi tersebut adalah:
Rekening
Db. Kas
Db. Akumulasi penyusutan aset ijarah
Db. Kerugian penjualan aset ijarah
Kr. Aset ijarah

Debet (Rp)
15.000.000
100.000.000
5.000.000

Kredit (Rp)

120.000.000

c. Pelepasan melalui penjualan objek sewa setelah


berakhirnya masa sewa

Berdasarkan PSAK no 107 disebutkan bahwa pada penjualan


setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan
jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau
kerugian.

Misalkan setelah berakhirnya


masa sewa, bank syariah menjual
mesin yang menjadi aset ijarah
senilai Rp 2.000.000. Adapun
nilai buku penyajian
aset didineraca
pada
neraca (bulan
ke 24)
bulan ke 24
Aset adalah:
Ijarah
120.000.000
Akumulasi penyusutan
Nilai bersih

(120.000.000)
0

maka jurnal untuk transaksi tersebut adalah:


Rekening
Db. Kas
Db. Akumulasi penyusutan aset ijarah
Kr. Aset ijarah
Kr. Keuntungan penjualan aset ijarah

Debet (Rp) Kredit (Rp)


2.000.000
120.000.000
120.000.000
2.000.000

d. Pelepasan melalui penjualan objek


sewa secara bertahap
Berdasarkan PSAK no 107, disebutkan bahwa penjualan
objek ijarah secara bertahap, maka:
(i) selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek
ijarah yang telah dijual diakui sebagai keuntungan atau kerugian;
sedangkan
(ii) bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai
aset tidak lancar atau aset lancar sesuai dengan tujuan penggunaan
aset tersebut.

12.7. TEKNIS PERHITUNGAN DAN


PENJURNALAN TRANSAKSI IJARAH
UNTUK MULTIJASA

Praktik perhitungan dan penjurnalan


transaksi ijarah untuk jasa pada dasarnya
sama dengan perhitungan dan penjurnalan
transaksi ijarah untuk barang.

oKasus 12.3. : Transaksi Ijarah untuk


multijasa
Ibu Ulli melakukan transaksi ijarah dengan BPRS
Anugerah Sejahtera untuk keperluan biaya sekolah anaknya
selama 1 semester di Universitas Gadjah Mada (UGM). Adapun
informasi tentang transaksi untuk penyediaan jasa tersebut
adalah sebagai berikut:
Biaya perolehan jasa : Rp 9.000.000 (dibayar ke UGM tanggal 1
feb20XA
Masa Sewa
:6 bulan (mulai 1 feb 20XA s/d 1 Agustus
20XA)
Sewa per bulan
: Rp 1.700.000 (setiap tanggal 1 mulai
bulan Maret)
Penyusutan per bulan : Rp 1.500.000 (setiap tanggal 1 mulai
bulan Maret)
Biaya administrasi 0,5% : Rp 45.000 (diterima tanggal 1 Feb
20XA)
dept of acct - umy

Jurnal untuk transaksi di atas meliputi jurnal pengadaan


aset ijarah, jurnal pada saat akad, jurnal penyusutan aset ijarah dan
jurnal penerimaan pendapatan sewa ijarah.
a. Pengadaan aset ijarah
Jurnal pengadaan aset ijarah jasa adalah sebagai berikut:
Tanggal

Rekening

Debet (Rp)

1/2/XA

Db. Aset ijarah

9.000.000

Kr. Rekening UGM

Kredit (Rp)

9.000.000

Ket: Pengadaan aset ijarah

Tanggal Rekening

Debet (Rp)

1/2/XA
Db.pada
Rekening
Nasabah/Kas
Jurnal
saat akad
adalah sebagai berikut:

45.000

b. Saat akad disepakati


Kr. Pendapatan administrasi
Ket: Penerimaan biaya administrasi pembiayaan

Kredit
(Rp)

45.000

c. Saat pengakuan penyusutan aset ijarah dan pembayaran


sewa ijarah
Berikut adalah tabel penyusutan aset ijarah dan pembayaran sewa ijarah

No
1
2
3
4
5
6

Biaya penyusutan (Rp) Pembayaran Sewa (Rp)


1.500.000
1.700.000
1.500.000
1.700.000
1.500.000
1.700.000
1.500.000
1.700.000
1.500.000
1.700.000
1.500.000
1.700.000

Tanggal
1/3/XA

Keterangan Tanggal penyusutan dan pembayaran


1 Maret 20XA
1 April 20XA
1 Mei 20XA
1 Juni 20XA
1 Juli 20XA
1 Agustus 20XA

Rekening
Db. Beban penyusutan aset ijarah

Debet
(Rp)
1.500.00
0

Kr. Akumulasi penyusutan aset


ijarah
1/3/XA

Db. Rekening Nasabah/Kas


Kr. Pendapatan sewa

Kredit
(Rp)

1.500.000
1.700.00
0
1.700.000

Tanggal

1/4/XA

Rekening

Db. Beban penyusutan aset ijarah

Debet (Rp)

1.500.000
1.500.000

Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah

1/4/XA

Db. Rekening nasabah/kas

1.700.000
1.700.000

Kr. Pendapatan sewa

1/5/XA

Db. Beban penyusutan aset ijarah

1.500.000
1.500.000

Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah

1/5/XA

Db. Rekening nasabah/kas

1.700.000
1.700.000

Kr. Pendapatan sewa

1/6/XA

Db. Beban penyusutan aset ijarah

1.500.000
1.500.000

Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah

1/6/XA

Db. Rekening nasabah

1.700.000
1.700.000

Kr. Pendapatan sewa

1/7/XA

Db. Beban penyusutan aset ijarah

1.500.000
1.500.000

Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah

1/7/XA

Db. Rekening nasabah

Kredit (Rp)

1.700.000

12.7. Penyajian
Penyajian Transaksi Ijarah atas Asset Berwujud
Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 6.4):
1. Objek sewa yang diperoleh bank disajikan sebagai aset Ijarah.
2. Akumulasi penyusutan/amortisasi dan cadangan kerugian penurunan
nilai dari aset ijarah disajikan sebagai pos lawan aset ijarah.
3. Porsi pokok atas pendapatan sewa yang belum dibayar disajikan
sebagai piutang sewa.
4. Porsi ujrah atas pendapatan sewa yang belum dibayar disajikan
sebagai pendapatan sewa yang akan diterima yang merupakan bagian
dari aset lainnya pada saat nasabah tergolong performing. Sedangkan,
apabila nasabah tergolong non-performing maka pendapatan sewa yang
akan diterima disajikan pada rekening administratif.
5. Cadangan kerugian penurunan nilai atas piutang sewa disajikan
sebagai pos lawan (contra account) piutang ijarah.
6. Beban penyusutan/amortisasi aset ijarah disajikan sebagai pengurang
pendapatan ijarah pada laporan laba rugi.

dept of acct - umy

12.7. Penyajian
Penyajian Transaksi Ijarah atas Jasa
Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 6.8):
1. Perolehan atas jasa disajikan sebagai bagian aset ijarah dan disajikan
terpisah dari aset ijarah lain.
2. Amortisasi atas perolehan aset ijarah disajikan sebagai pos lawan dari
aset ijarah.
3. Porsi pokok atas pendapatan sewa multijasa yang belum dibayar
disajikan sebagai piutang sewa.
4. Porsi ujrah atas pendapatan sewa multijasa yang belum dibayar
disajikan sebagai pendapatan sewa multijasa yang akan diterima yang
merupakan bagian dari aset lainnya pada saat nasabah tergolong
performing. Sedangkan, apabila nasabah tergolong non-performing
maka pendapatan sewa multijasa yang akan diterima disajikan pada
rekening administratif.
5. Cadangan kerugian penurunan nilai atas piutang sewa disajikan
sebagai pos lawan (contra account) piutang sewa.
06. Beban amortisasi aset ijarah disajikan sebagai pengurang
pendapatan ijarah pada laporan laba rugi.
dept of acct - umy

12.8 Pengungkapan
Pengungkapan Transaksi Ijarah atas Aset Berwujud
Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 6.6-7), hal-hal yang harus diungkapkan
terkait transaksi ijarah dengan menggunakan aset berwujud antara lain:
1. Sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan Ijarah.
2. Jumlah piutang cicilan Ijarah yang akan jatuh tempo hingga dua tahun
terakhir.
3. Jumlah obyek sewa berdasarkan jenis transaksi (ijarah dan ijarah
muntahiyah bittamlik), jenis aset dan akumulasi penyusutannya serta
cadangan kerugian penurunan nilai jika ada, apabila bank sebagai pemilik
obyek sewa.
4. Komitmen yang berhubungan dengan perjanjian ijarah muntahiyah
bittamlik yang berlaku efektif pada periode laporan keuangan berikutnya.
5. Kebijakan akuntansi yang digunakan atas transaksi Ijarah dan Ijarah
muntahiyyah bittamlik.
6. Transaksi dan saldo dengan pihak-pihak yang berelasi.

12.8 Pengungkapan
Pengungkapan Transaksi Ijarah atas Jasa
Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 6.10), hal-hal yang harus
diungkapkan terkait transaksi ijarah dengan jasa antara lain:
01. Sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan ijarah.
02. Rincian perolehan atas jasa berdasarkan jenis.
03. Jumlah piutang cicilan ijarah yang akan jatuh tempo hingga
dua tahun terakhir.
04. Transaksi dan saldo dengan pihak-pihak yang berelasi.

dept of acct - umy

PENDAHULUAN
Berkaitan dengan perhitungan bagi hasil dari
pendapatan yang diterima, bank syariah dapat
berada dalam dua posisi yang berbeda,

1.Bagi hasil pendapatan antara bank


dengan
nasabah
dimana
bank
sebagai mudharib dan nasabah
sebagai sahibul maal,
2.Bagi hasil pendapatan antara bank
dengan
nasabah
dimana
bank
sebagai sahibul maal dan nasabah
sebagai mudharib.

dept of acct - umy

KONSEP
PERHITUNGAN
BAGI HASIL

dept of acct - umy

15.1. Tahapan Perhitungan


Bagi hasil
Menghitung
pendapatan
yang akan
dibagi hasil
Menentukan
bagi hasil
yang akan
digunakan

dept of acct - umy

Distribusi bagi hasil


pendapatan kepada
masing-masing
nasabah sesuai nisbah
yang disepakati

Menghitung
saldo rata-rata
harian sumber
dana

Menghitung proporsi
bagi hasil
pendapatan untuk
setiap jenis sumber
dana

Menghitung
saldo rata-rata
harian penyalur
dana

Menghitung
pendapatan bagi
hasil untuk nasabah
dan bank

15.2 Menentukan Prinsip Perhitungan Bagi


Hasil
Dewan Syariah Nasional dalam fatwanya dengan
nomor 15 tahun 2000 menyatakan bahwa bank
syariah boleh menggunakan prinsip bagi hasil (revenue
sharing) maupun bagi untung (profit sharing) sebagai
dasar bagi hasil.
revenue yang dimaksud dalam dasar bagi hasil bank
syariah dan yang dipraktikkan selama ini adalah
pendapatan dikurangi harga pokok barang yang dijual

dept of acct - umy

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)


no 105 paragraf 11 menyatakan bahwa
pembagian hasil usaha mudharabah dapat
dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil atau
bagi laba dan jika berdasarkan prinsip bagi hasil,
maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba
bruto (gross profit) bukan total pendapatan
usaha (omset). Sedangkan jika berdasarkan
prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba
neto (net profit) yaitu laba bruto dikurangi beban
yang
berkaitan
dengan
pengelolaan
dana
mudharabah.

dept of acct - umy

Dalam praktik perbankan, gross profit


sharing yang dibagihasil kepada pihak ketiga
meliputi:
1. Margin bank yang meliputi margin murabahah, salam &
istishna. Sekiranya ada pemberian potongan kepada
nasabah, maka potongan tersebut akan mengurangi margin
bank.
2. Pendapatan sewa bersih. Dalam hal ini pendapatan sewa
bersih adalah selisih antara pendapatan sewa dengan
akumulasi penyusutan ijarah. Gain atas penjualan aset
ijarah juga termasuk dalam pendapatan sewa.
3. Bagi hasil investasi mudharabah dan investasi musyarakah

dept of acct - umy

Perbedaan prinsip Bagi Hasil Revenue Sharing dan Profit


Sharing
PRINSIP REVENUE
SHARING

Pendapatan
Bagi Hasil
Margin
Sewa
Lainnya

PRINSIP PROFIT SHARING

Dasar
Perhitungan
Bagi Hasil

Pendapatan
Bagi Hasil
Margin
Sewa
Lainnya

Dikurangi: Hak bagi hasil


Pihak ketiga
Dikurangi: Beban
Operasional Pembiayaan
Mudharobah

Ditambah: Pendapatan
operasional lainnya.

Dikurangi: Beban
Operasional

Laba/Rugi Bersih

dept of acct - umy

Dasar
Perhitungan
Bagi Hasil

Laba/Rugi Bersih

15.3. Menghitung Jumlah Pendapatan yang


dibagi hasil.
Untuk menghitung jumlah
pendapatan yang
akan didistribusikan, terdapat tiga alternatif
pendekatan. Pendapatan yang akan dibagi hasil
dihitung berdasarkan:
1.Sumber Dana Pihak
Mudharabah saja.

ketiga

dari

Dana

2.Sumber Dana Pihak ketiga


Mudharabah dan Wadiah.

dari

Dana

3.Seluruh Sumber dana


dept of acct - umy

Perhitungan Pendapatan Yang Akan Dibagi


Hasil Menggunakan Pendekatan Sumber Dana
Dari Dana Mudharabah Saja
1. Menghitung Rata-rata Saldo Harian Sumber
Dana (RSSD). Hal ini dilakukan karena saldo
nasabah dapat berubah setiap hari
RSSD =

Saldo tgl 1 + saldo tgl 2 dst ... tgl n


Jumlah hari n

2. Menghitung Rata-rata Saldo Harian


Pembiayaan (RSP). Hal ini dilakukan karena
saldo untuk
RSP =masing-masing
Saldo tgl 1 + saldo pembiayaan
tgl 2 dst ... tgl n
dapat berubah setiap hari
Jumlah hari n
dept of acct - umy

3. Menghitung pendapatan untuk bagi hasil.


Pendapatan untuk bagi hasil dihitung dengan
menggunakan rumus :

Jumlah Rata-rata Saldo


Pendapatan
Sumber Dana
X jumlah
=
Bagi Hasil
Jumlah Rata-rata Saldo pendapatan
harian Pembiayaan
Pendapatan
Bagi Hasil

dept of acct - umy

200.000.000
400.000.000

X 2.000.000

Tabel 15.3
Perhitungan pendapatan yang akan dibagi hasil
berdasarkan sumber dana pihak ke tiga dari Sumber
Dana Mudharabah
Kelompok

Rata-Rata
Harian
Sado
Sumber
Dana
1

Rata-rata Pendapatan Pendapatan


harian
Penyaluran untuk bagi
Pembiayaan
dana
hasil

Penghimpunan
Dana
- Tab Mudharabah
60.000.000
- Dep Mudharabah
140.000.000
Jumlah
Dana

Sumber
200.000.000

Penyaluran dana
- Jual Beli

180.000.000
550.000

- Ijarah

30.000.000
100.000

- Bagi Hasil

140.000.000
1.050.000

Penyaluran
lainnya
Jumlah
dept of acct - umy

50.000.000
300.000
400.000.000
-

1.000.000
2.000.000

Tabel 15.4
Perhitungan pendapatan yang akan dibagi hasil
berdasarkan sumber dana pihak ke tiga dari Sumber Dana
Mudharabah dan Wadiah
Kelompok

Prinsip Wadiah
Tabungan Wadiah
Giro Wadiah
Jumlah
Penghimpunan Dana
- Tab Mudharabah
- Dep Mudharabah
Jumlah
Jumlah Sumber Dana

Rata-Rata
Harian

Rata-rata
Harian

Pendapatan Pendapatan
Penyaluran untuk bagi
dana
hasil
3
4

50.000.000
80.000.000
130.000.000
60.000.000
140.000.000
200.000.000
330.000.000

Penyaluran dana
- Jual Beli

180.000.000
550.000

- Ijarah

30.000.000
100.000

- Bagi Hasil

140.000.000
1.050.000

- Penyaluran lainnya

50.000.000
300.000

Jumlah

400.000.000

1.650.000
2.000.000

dept of acct - umy

Tabel 15.5
Perhitungan pendapatan yang akan dibagi hasil berdasarkan
seluruh sumber dana
Kelompok

Prinsip Wadiah
Tabungan Wadiah
Giro Wadiah
Jumlah
Penghimpunan Dana
- Tab Mudharabah
- Dep Mudharabah
Jumlah
Modal
Jumlah
Jumlah Sumber Dana

Rata-Rata
Harian

Rata-rata
Harian

Pendapatan
Penyaluran
dana
3

Pendapatan
untuk bagi
hasil
4

50.000.000
80.000.000
130.000.000
60.000.000
140.000.000
200.000.000
70.000.000
70.000.000
400.000.000

Penyaluran dana
- Jual Beli
- Ijarah
- Bagi Hasil
- Penyaluran lainnya
Jumlah

dept of acct - umy

180.000.000
30.000.000
140.000.000
50.000.000
- 400.000.000

550.000
100.000
1.050.000
300.000
2.000.000

2.000.000

15.6. Menentukan hak bagi hasil untuk


bank dan nasabah.
Dari data dalam tabel 15.3 dan tabel 15 .4 dihitung proporsi pendapatan yang
akan dibagi hasil untuk masing-masing kelompok sumber dana dengan
menggunakan rumus:
Proporsi Tabungan
Mudharabah

x jumlah
Saldo rata-rata sumber
pendapatan
=
dana
yang dibagi
Jumlah keseluruhan Saldo
hasil
Rata-rata Sumber Dana

Proporsi Tabungan
Mudharabah

60.000.000
200.000.000

Proporsi Tabungan Mudharabah = Rp 300.000.


dept of acct - umy

x 1.000.000

Setelah diketahui jumlah pendapatan yang akan dibagi hasil untuk


masing-masing kelompok investasi, selanjutnya dihitung
pendapatan bagi hasil untuk bank dan nasabah dengan
menggunakan rumus berikut:
Pendapatan Nasabah Tabungan Mudharabah
= Proporsi Pendapatan tabungan Mudharabah x Nisbah bagi
hasil nasabah.
Pendapatan Nasabah Tabungan Mudharabah = 300.000 x 40 %
= 120.000.
Pendapatan Bank dari Tabungan Mudharabah
= Proporsi Pendapatan tabungan Mudharabah x Nisbah bagi
hasil bank.
Pendapatan Bank dari Tabungan Mudharabah = 300.000 x 60 % =
180.000.
Untuk perhitungan sumberdana deposito 1 bulan, 3 bulan 6 bulan
dan 12 bulan mengikuti perhitungan yang sama dengan perhitungan
tabungan.
dept of acct - umy

Equivalent Rate
Equivalent Rate

Equivalent Rate

Pendapatan nasabah x 365 x 100%


Saldo Rata-rata
x 30

Equivalent Rate

120.000 x 365 x 100%


60.000.000 x 30
2,43%

Untuk sumber dana deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan menggunakan rumus yang
sama dengan sumber dana tabungan.

dept of acct - umy

Tabel 15.8: Tabel Equivalent Rate Atas Bagi Hasil Untuk Nasabah
Jenis
Kelompok

Saldo RataRata

Proporsi
Pndapata
n dibagi

Tab
Mudharabah

60.000.000 300.000

Dep.
Mudharabah

1 Bulan
3 Bulan
6 Bulan
12 Bulan

40.000.000 200.000
30.000.000 150.000
50.000.000 250.000
20.000.000 100.000
200.000.000 1.000.000

dept of acct - umy

Nasabah
Nisbah

Bank

Pedapatan Eq R

2,43
%

40% 120.000

Nisbah

60%

Pedapatan

180.000
-

60% 120.000

3,65
%

40%

80.000

65% 97.500

3,95
%

35%

52.500

65% 162.500

3.95
%

35%

87.500

70% 70.000

4,26
%

30%

30.000

570.000

430.000

Setelah equivalent rate diperoleh, bank selanjutnya dapat


menghitung bagi hasil bagi nasabah perorangan pada
setiap akhir bulan. Untuk menghitung bagi hasil untuk
nasabah perorangan dapat menggunakan rumus berikut:

Bagi hasil nasabah = Saldo rata-rata nasabah x 30 hari x equivalent rate


365 hari x 100
Misalkan Hanif nasabah tabungan mudharabah memiliki
saldo rata-rata pada bulan Januari sebesar Rp 1.000.000.
Maka perhitungan bagi hasil yang diperolehnya adalah:

dept of acct - umy

Bagi hasil nasabah = Saldo rata-rata nasabah x 30 hari x equivalent rate


365 hari x 100

dept of acct - umy

Bagi hasil Hanif

Rp 1.000.000 x 30 x 2,92
365 x 100

Bagi hasil Hanif

Rp 1.000.000 x 30 hari x 2,92


365 x 100

Bagi hasil Hanif

Rp 87.600.000
36500

Bagi hasil Hanif

Rp 2.400

Sekian
Terima Kasih
Wassalamualaikum wr wb
dept of acct - umy

Anda mungkin juga menyukai