Oleh :
1. Dyah Sawitri, ST.MT
2. Dr.-Ing. Doty Dewi Risanti, ST.MT
3. Lizda Johar Mawarani, ST.MT
PERATURAN
Agar praktikum terlaksana dengan baik, lancar, dan teratur maka dibuat beberapa
peraturan sebagai berikut:
1. Setiap praktikan wajib membawa kartu kendali yang sudah ada fotonya, modul, dan
tugas pendahuluan.
2. Praktikan wajib berpakaian standar kuliah
3. Praktikan wajib membersihkan dan merapikan bahan dan alat praktikum yang selesai
digunakan.
4. Praktikan wajib mengisi form peminjaman alat ke asisten masing-masing.
5. Jika terjadi kerusakan alat, wajib mengganti bagi kelompok yang bertanggung jawab saat
itu.
6. Pergantian jadwal yang disebabkan praktikan berhalangan hadir wajib menghubungi
asisten awal, koordinator, dan asisten yang dituju maksimal 1x24 jam sebelum
praktikum.
7. Toleransi keterlambatan 15 menit.
8. Wajib izin apabila tidak mengikuti praktikum minimal 1x24 jam kepada Koordinator
Praktikum dan asisten (bagi yang sakit harap membawa surat dari dokter)
9. Tugas Pendahuluan ditempel atau di upload dalam website maksimal 1x24 jam sebelum
praktikum.
10. Tugas Pendahuluan wajib ditulis tangan di kertas TP.
11. Asistensi minimal 1 kali dalam 1 kali praktikum.
12. Praktikan wajib menyelesaikan tanggungan praktikum sebelumnya sebelum lanjut ke
praktikum berikutnya.
13. Praktikan wajib mengikuti briefing dan pre-test sebelum praktikum.
14. Tugas khusus merupakan kebijakan asisten setiap praktikum.
SANKSI
Untuk praktikan yang melanggar peraturan diatas, maka dikenakan sanksi berikut:
1. Terlambat lebih dari 15 menit, praktikan tidak bisa mengikuti praktikum.
2. Pakaian tidak sopan, wajib pulang untuk mengganti baju.
3. Tidak membawa TP, kartu kendali dan modul maka praktikan tidak bisa mengikuti
praktikum.
Praktikum Rekayasa Bahan 2014
4. Setiap 5 menit keterlambatan, akan ada pengurangan 5 poin. (Jika asisten datang telat
maka akan ada penambahan 5 poin setiap 5 menit keterlambatan)
5. Apabila selesai melaksanakan praktikum kondisi peralatan dan tempat praktikum tidak
bersih dan rapi nilai akan dikurangi 5 poin.
6. Apabila kewajiban praktikum sebelumnya belum diselesaikan maka praktikan tidak bisa
mengikuti praktikum.
7. Apabila membuat keributan, makan, minum dan melakukan kegiatan diluar kegiatan
praktikum maka akan dikeluarkan dari praktikum yang bersangkutan.
8. Bagi praktikan yang 2x melanggar peraturan praktikum wajib menghadap asisten.
9. Terlambat mengumpulkan laporan resmi nilai dikurangi 10 poin.
10. Jika tidak mengikuti pre-test, praktikan wajib mengikuti pre-test susulan sebelum
praktikum pertama.
11. Jika tidak mengikuti briefing, praktikan wajib membuat resume jurnal yang berkaitan
dengan praktikum.
P1 PERCOBAAN LOGAM
KOROSI BASAH DAN KOROSI ATMOSFERIK
TUJUAN:
1. Mengenal jenis-jenis korosi
2. Mengetahui pengaruh lingkungan pada logam
3. Menghitung laju korosi
DASAR TEORI
Korosi adalah degradasi (perusakan atau penurunan kualitas) material akibat interaksi
dengan lingkungan. Untuk logam, reaksinya disebut reaksi elektrokimia sedangkan untuk non
logam disebut degradasi atau pelapukan. Secara umum, kata korosi identik dengan karat.
Jenis-jenis korosi antara lain:
Korosi basah: korosi dalam lingkungan air
Korosi atmosferik: korosi dalam lingkungan campuran udara + uap
Korosi kering: korosi tanpa adanya fasa cair (proses oksidasi)
Korosi temperatur tinggi: korosi pada temperatur di atas + 500C : oksidasi, sulfidasi,
karburasi, nitridasi, dll
Korosi galvanik
Korosi celah
Korosi celah
Korosi erosi
Korosi kavitasi
Mekanisme Korosi
Korosi terjadi jika terjadi reaksi elektrokimia, yakni jika ada :
- anoda dan katoda
- elektrolit
- konduktor listrik
Proses elektrokimia yang terjadi pada korosi merupakan reaksi oksidasi dan reduksi.
Reaksi oksidasi :
M Mn+ + neReaksi reduksi :
2H+ +2e H2
(evolusi H)
Mn+ + ne- M
Berikutnya:
Fe2+ + 2H2O Fe(OH)2 + 2H+
K .W
D . A .t
(2.1)
Dengan konstanta (K) sebesar 3,45x106 untuk mils per year (mpy) dan 8,76x104 untuk
milimeter per year (mm/y).
Bahan:
1. Timbangan
1. Aquades
2. Gelas ukur
2. NaOH
3. Gelas plastik
3. HCl
4. Pengaduk
4. NaCl
5. Kertas amplas
5. Paku besi
6. Wadah plastik/kertas
PROSEDUR KERJA
1. Siapkan peralatan dan bahan
2. Buatlah larutan NaOH dengan molaritas sebesar 0,5 M, 1 M dan 3 M masing-masing
di dalam sebuah gelas plastik
3. Buatlah larutan HCl dengan molaritas sebesar 0,5 M, 1 M dan 3 M masing-masing di
dalam sebuah gelas plastik
4. Buatlah larutan NaCl dengan molaritas sebesar 0,5 M, 1 M dan 3 M masing-masing
di dalam sebuah gelas plastik
5. Siapkan pula gelas berisi aquades kemudian tandai kesepuluh gelas tersebut
6. Bersihkan 20 buah paku dengan amplas hingga bersih mengkilat
7. Timbanglah masing-masing paku kemudian catat beratnya
8. Celupkan hingga basah masing-masing satu buah paku ke dalam masing-masing
larutan.
9. Letakkan paku-paku yang telah dicelup tersebut di atas wadah plastic kemudian catat
waktu (jam) pada saat diletakkan
10. Masukkan masing-masing 1 paku ke dalam tiap larutan dan catat waktu (jam) pada
saat paku dimasukkan.
11. Biarkan semua paku selama 3 hari
12. Setelah 3 hari, catat keadaan masing-masing paku
13. Bersihkan kembali masing-masing paku dengan amplas, catat waktu (jam) saat paku
dibersihkan.
14. Timbang masing-masing paku lalu catat beratnya
15. Hitung laju korosi masing-masing paku
16. Buatlah kurva dari hasil laju reaksi yang diperoleh
TUJUAN
1. Mengenal bahan keramik
2. Memahami proses pembuatan bahan keramik tradisional
3. Menentukan harga kekerasan dari bahan keramik.
DASAR TEORI
BAHAN KERAMIK
Keramik berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah
liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan ensiklopedi tahun 1950-an
mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang
dari tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat
ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru
mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat.
Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah felspard, ball clay, kwarsa, kaolin,
dan air. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral
bawaannya. Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung ada lingkungan geologi dimana
bahan diperoleh.
Sifat yang umum dan mudah dilihat secara fisik pada bahan keramik,yaitu:
1. brittle atau rapuh, keras, dan kaku. Sifat ini dapat dilihat pada keramik jenis tradisional
seperti barang pecah belah, gelas, kendi, gerabah dan sebagainya, coba jatuhkan piring
yang terbuat dari keramik bandingkan dengan piring dari logam, pasti keramik mudah
pecah, walaupun sifat ini tidak berlaku pada jenis keramik tertentu,terutama jenis keramik
hasil sintering, dan campuran sintering antara keramik dengan logam.
2. tahan terhadap suhu tinggi. Contoh keramik tradisional yang terdiri dari clay, flint dan
feldfar tahan sampai dengan suhu 12000C, keramik engineering seperti keramik oksida
mampu tahan sampai dengan suhu 20000C.
3. tahan korosi
4. mempunyai kekuatan tekan lebih baik dibanding kekuatan tariknya. Hal ini merupakan
salah satu faktor yang membuat penelitian tentang keramik terus berkembang.
10
Fungsi glasir pada produk keramik adalah untuk menambah keindahan, supaya lebih
kedap air, dan menambahkan efek-efek tertentu sesuai keinginan. Kesemua proses dalam
pembuatan keramik akan menentukan produk yang dihasilkan. Oleh karena itu
kecermatan dalam melakukan tahapan demi tahapan sangat diperlukan untuk
menghasilkan produk yang memuaskan.
Pada prinsipnya jenis jenis keramik terbagi atas:
1. Keramik tradisional yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan alam,
seperti kuarsa, kaolin, dll. Yang termasuk keramik ini adalah: barang pecah belah
(dinnerware), keperluan rumah tangga (tile, bricks), dan untuk industri (refractory).
2. Keramik halus (fine ceramics, keramik modern atau biasa disebut keramik teknik,
advanced ceramic, engineering ceramic, techical ceramic) adalah keramik yang dibuat
dengan menggunakan oksida-oksida logam atau logam, seperti: oksida logam (Al2O3,
ZrO2, MgO,dll). Beberapa jenis industri keramik teknik antara lain :
Zirkonia dan silikon, seperti untuk kebutuhan otomotif (blok mesin, gear, mata
pisau dan gunting
Penahan Panas : Dinding pesawat ulang alik, Isolator panas, Lapisan penahan
panas, Bahan tahan api
Keramik Bangunan : Atap, lantai, Kaca, Semen, Beton, Gelas keramik, Terakota, ,
Batu bata
11
KEKERASAN BAHAN
Hardness adalah pengukuran ketahanan dari logam untuk mencapai deformasi
permanen. Dari uraian singkat di atas maka kekerasan suatu material dapat didefinisikan
sebagai ketahanan material tersebut terhadap gaya penekanan dari material lain yang lebih
keras. Penekanan tersebut dapat berupa mekanisme penggoresan (scratching), pantulan
ataupun indentasi dari material keras terhadap suatu permukaan benda uji. Hardness test jauh
lebih simple daripada tensile test dan bersifat tidak merusak.Karena alasan ini hardness test
digunakan di industry untuk quality control. Berdasarkan mekanisme penekanan tersebut,
dikenal 3 metode uji kekerasan:
1. Metode gores
Metode ini tidak banyak digunakan dalam dunia metalurgi dan material lanjut, tetapi
sering dipakai dalam dunia mineralogi. Metode ini dikenalkan oleh Friedrich Mohs yang
membagi kekerasan material di dunia ini berdasarkan skala (yang kemudian dikenal sebagai
skala Mohs). Skala ini bervariasi dari nilai 1 untuk kekerasan yang paling rendah, yang
dimiliki oleh material talk, hingga skala 10 sebagai nilai kekerasan tertinggi, yang dimiliki
oleh intan. Dalam skala Mohs urutan nilai kekerasan material di dunia ini diwakili oleh:
1. Talc
6. Orthoclase
2. Gipsum
7. Quartz
3. Calcite
8. Topaz
4. Fluorite
9. Corundum
5. Apatite
Prinsip pengujian: bila suatu mineral mampu digores oleh Orthoclase (no. 6) tetapi
tidak mampu digores oleh Apatite (no. 5), maka kekerasan mineral tersebut berada antara 5
dan 6. Berdasarkan hal ini, jelas terlihat bahwa metode ini memiliki kekurangan utama
berupa ketidak akuratan nilai kekerasan suatu material. Bila kekerasan mineral-mineral diuji
dengan metode lain, ditemukan bahwa nilai-nilainya berkisar antara 1-9 saja, sedangkan nilai
9-10 memiliki rentang yang besar.
2. Metode elastik/pantul (rebound)
Dengan metode ini, kekerasan suatu material ditentukan oleh alat Scleroscope yang
mengukur tinggi pantulan suatu pemukul (hammer) dengan berat tertentu yang dijatuhkan
dari suatu ketinggian terhadap permukaan benda uji. Tinggi pantulan (rebound) yang
dihasilkan mewakili kekerasan benda uji. Semakin tinggi pantulan tersebut, yang ditunjukkan
oleh dial pada alat pengukur, maka kekerasan benda uji dinilai semakin tinggi.
12
3. Metode indentasi
Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan penekanan benda uji dengan indentor
dengan gaya tekan dan waktu indentasi yang ditentukan. Kekerasan suatu material ditentukan
oleh dalam ataupun luas area indentasi yang dihasilkan (tergantung jenis indentor dan jenis
pengujian). Berdasarkan prinsip bekerjanya metode uji kekerasan dengan cara indentasi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Metode Brinell
Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh J.A. Brinell pada tahun 1900. Pengujian
kekerasan dilakukan dengan memakai bola baja yang diperkeras (hardened steel ball)
dengan beban dan waktu indentasi tertentu,
2. Metode Vickers
Pada metode ini digunakan indentor intan berbentuk piramida dengan sudut 136o.
Prinsip pengujian adalah sama dengan metode Brinell, walaupun jejak yang dihasilkan
berbentuk bujur sangkar berdiagonal. Panjang diagonal diukur dengan skala pada
mikroskop pengujur jejak.
3. Metode Rockwell
Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers dimana kekerasan suatu bahan dinilai dari
diameter/diagonal jejak yang dihasilkan maka metode Rockwell merupakan uji
kekerasan dengan pembacaan langsung (direct-reading). Metode ini banyak dipakai
dalam industry karena pertimbangan praktis. Variasi dalam beban dan indetor yang
digunakan membuat metode ini memiliki banyak macamnya. Metode yang paling
umum dipakai adalah Rockwell B (dengan indentor bola baja berdiameter 1/6 inci dan
beban 100 kg) dan Rockwell C (dengan indentor intan dengan beban 150 kg).
13
10. Meteran
Pembuatan Bahan Keramik
1. Buat 8 jenis campuran semen dan pasir masing masing dengan komposisi semen : pasir
sebesar 1:1; 1:2; 1:3; 1:4
2. Tambahkan campuran semen dan pasir tersebut dengan air dengan kondisi yang kental.
Aduk hingga rata
3. Masukkan campuran dalam cetakan yang telah disediakan.
4. Jemur campuran selama 24 jam. Usahakan agar kondisi lingkungan benar benar kering.
Jika campuran telah kering. Keluarkan dari cetakan.
5. Panaskan sampel tersebut dalam furnace dengan temperatur 200oC dan 400oC selama 5
jam.
6. Jika pemanasan telah selesai, biarkan dingin secara alami. Keluarkan sampel dari dalam
furnace.
7. Haluskan seluruh permukaan sampel dengan menggosokkan pada kertas ampelas.
Pengujian Kekerasan dengan Metode Gores
1. Gores sampel pertama dengan genteng, kaca, batu bata. Sampel yang tergores
mempunyai sifat lebih lunak dibanding yang lainnya. Catat hasil urutan yang diperoleh.
2. Lakukan hal yang sama untuk sampel kedua, ketiga dan keempat.
3. Urutkan nilai kekerasan hasil eksperimen anda dari sifat yang kurang keras sampai yang
terkeras
Pengujian Kekerasan dengan Metode Pantulan
1. Siapkan statip pengukuran kekerasan.
2. Jatuhkan bola diatas permukaan sampel 1. Ukur tinggi pantulan. Lakukan sebanyak 5
kali percobaan. Lanjutkan pengukuran yang sama untuk sampel 2, 3 dan 4.
3. Masukkan semua data pada tabel dibawah.
Pengukuran
1:1
1:4
1
2
3
4
5
Rata-rata
4. Lakukan perhitungan statistik pada seluruh data (rata-rata, standar deviasi, range, error)
14
5. Lakukan analisa data pada hasil pengukuran diatas dengan menghubungkan nilai tinggi
pantulan dengan nilai kekerasan sampel dan komposisi campuran awal bahan keramik
tersebut.
15
TUJUAN:
1. Mengenal bahan polimer
2. Mengetahui sifat-sifat polimer termoplastik dan termoset
3. Membedakan polimer termoplastik dan termoset
DASAR TEORI
Polimer merupakan jenis bahan baru yang saat ini banyak digunakan karena memiliki
banyak keunggulan dibandingkan dengan bahan jenis lainnya. Polimer merupakan istilah dari
bahasa yunani poly (banyak) dan meros (bagian, unit). Jadi polimer berarti bagian yang
berulang-ulang, yakni molekul yang terdiri dari unit-unit yang sama berulang-ulang.
Polietilen adalah molekul etilen dalam jumlah banyak bersambung berulang hingga mencapai
ratusan ribu kali.
Secara umum, karakteristik polimer adalah sebagai berikut:
Densitas yang rendah, dibandingkan dengan logam dan keramik.
Rasio kekuatan terhadap berat (strength to weight) yang baik untuk beberapa jenis
polimer.
Ketahanan korosi yang tinggi.
Konduktivitas listrik dan panas yang rendah.
Dibandingkan dengan bahan-bahan jenis lain, polimer memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia, karena:
Dapat difabrikasi dengan cetakan menjadi bentuk-bentuk yang rumit, umumnya tanpa
proses pengerjaan lanjutan.
Atas dasar kriteria volumetric basis, polimer:
sangat kompetitif dalam hal harga dibandingkan logam.
umumnya membutuhkan energi proses yang lebih sedikit dibandingkan logam.
Beberapa jenis plastik adalah sangat transparan seperti polymethyl methacrylate
PMMA atau akrilik, yang sangat kompetitif dibandingkan dengan gelas/kaca.
Meski demikian, secara umum polimer memiliki keterbatasan sebagai material teknik, antara
lain:
16
Beberapa jenis polimer mengalami degradasi ketika di-ekspos dalam cahaya matahari
dan radiasi lainnya.
17
Contoh:
rubber.
Tabel Perbedaan sifat polimer termoplastik dan termoset
Termoplastik
Termoset
Mudah diregangkan
Fleksibel
Tidak fleksibel
18
suhu diatas 135oC. Pada temperatur tinggi, polimer tidak hanya melunak, tetapi juga dapat
mengalami degradasi termal. Sebuah plastik yang mengalami pelunakan pada temperatur
tinggi tetapi mulai mengalami degradasi termal pada suhu yang jauh lebih rendah hanya
dapat digunakan pada suhu di bawah suhu dia mulai mengalami degradasi. Menentukan
temperatur aplikasi membutuhkan pengetahuan mengenai perilaku degradasi termal dari
polimer tersebut.
ALAT DAN BAHAN
Alat :
Bahan:
1. Hotplate/kompor listrik
2. Termometer digital
2. Polimer B (Resin+Hardener)
4. Pengaduk
5. Cetakan
6. Wadah tahan panas/panci
7. Pengaduk
PROSEDUR KERJA
1. Siapkan peralatan dan bahan
2. Buat 3 macam polimer A dari bahan silica rubber dengan variasi 3 jumlah hardener
yang berbeda. Aduk rata, masukkan dalam cetakan yang telah disediakan. Tunggu
hingga kering dan lepaskan dari cetakan.
3. Buat 3 macam polimer B dari bahan resin dengan variasi 3 jumlah hardener yang
berbeda. Aduk rata, masukkan dalam cetakan yang telah disediakan. Tunggu hingga
kering dan lepaskan dari cetakan.
4. Jatuhkan bola diatas permukaan polimer A. Ukur tinggi pantulan. Lakukan sebanyak
5 kali percobaan. Lanjutkan pengukuran yang sama untuk polimer B dan C.
5. Masukkan semua data pada tabel dibawah.
Tinggi Pantulan (cm)
Pengukuran
Polimer A
I
II
III
Polimer B
I
II
Polimer
C
III
1
2
3
4
5
Rata-rata
Praktikum Rekayasa Bahan 2014
19
6. Lakukan perhitungan statistik pada seluruh data (rata-rata, standar deviasi, range,
error)
7. Lakukan analisis data pada hasil pengukuran diatas manakah yang termasuk termoset
dan termoplastik berdasarkan ketinggian pantulan.
8. Masukkan bahan polimer A ke dalam wadah tahan panas.
9. Letakkan wadah di atas hot plate atau kompor listrik, lalu nyalakan (set suhu hot plate
300C)
10. Amati kenaikan suhu polimer dan catat jika terjadi perubahan pada polimer
11. Lanjutkan pengamatan hingga perubahan besar terjadi (misal: meleleh atau gosong)
dan catat suhunya (pada saat terjadi perubahan)
12. Ulangi untuk polimer B dan C dengan cara yang sama.
13. Tentukan manakah yang termasuk termoplastik dan termoset, jelaskan alasannya.
20