Anda di halaman 1dari 30

Arsip untuk rocks N minerals Kategori

Zeolit
Posted: Maret 2, 2011 in rocks N' minerals
Kaitkata:genesa zeolit, mineral, Zeolit

0
1. PENDAHULUAN
Zeolit alam merupakan senyawa alumina-silikat terhidrasi yang secara fisik dan kimia
memiliki daya sebagai bahan penyerap (adsorpsi), penukar kation, dan katalis.
Di Indonesia, zeolit baru sekitar 10 tahun dikenal untuk diusahakan dan dimanfaatkan. Untuk
itu, penelitian dan pengembangan ter-hadap mineral zeolit untuk ber-bagai keperluan masih
berlanjut. Di negara Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang, zeolit telah digunakan secara luas di
sektor pertanian, peternakan, perikanan, industri manufaktur, dan konstruksi.
2. GEOLOGI
2.1.

Mula Jadi

Mineral-mineral yang termasuk dalam grup zeolit pada umumnya dijumpai dalam batuan tufa
yang terbentuk dari hasil sedimentasi debu vulkanik setelah mengalami proses alterasi.
Secara geologi, endapan zeolit terbentuk karena proses sedimentasi debu vulkanik pada
lingkungan danau yang bersifat alkali (air asin), proses disgenetik (metamorfosa tingkat
rendah), dan proses didrotermal.
a. Endapan sedimen vulkanik
Endapan jenis ini dicirikan oleh zona mineralogi secara lateral akibat perubahan komposisi
air danau, yaitu mulai dari indikasi debu vulkanik yang tidak teralterasi dan tersingkap pada
batas cekungan danau, diikuti oleh zona zeolit non-analsimik, dan akhirnya terbentuk zona
natrium felspar ditengah cekungan. Strukturnya sangat sederhana, dengan ketebalan hingga
beberapa meter. Daerah penyebaran cukup luas dan mempunyai konsentrasi tinggi untuk jenis
mineral zeolit tertentu.
Secara umum, dijumpai di daerah yang bersifat asam dan kering, yang terdapat mineral
klinoptilolit, erionit, khabazit, dan fillipsit.
b. Endapan Zeolit yang Berasal dari Hasil alterasi Air Tanah
Endapan jenis ini dicirikan oleh lapisan tufa zeolitik yang tebal. Zona zeolitik yang terbentuk
lebih bersifat vertical disebabkan oleh perubahan komposisi kimia sebagai akibat dari reaksi
air tanah.

Ketebalan endapan ini dapat mencapai ratusan meter. Mineral yang pada umumnya dijumpai
adalah klinoptilolit dan mordenit.
c. Endapan Zeolit Jenis Diagenetik
Endapan jenis ini dicirikan oleh perlapisan sampai ratusan meter dengan pola sebaran sangat
luas, namun kandungan mineral zeolit sangat rendah.
Ciri lain jenis endapan ini adalah struktur geologi yang komplek, sebagai akibat proses
tektonik. Endapan zeolit ini mengandung mineral heulandit dan laumontit.
d. Endapan Zeolit Hidrothermal
Endapan zeolit jenis ini dicirikan oleh zona mineralisasi klinoptilolit dan morderit pada
daerah intrusi yang terdangkal dan terdingin.
Meskipun endapan zeolit jenis ini mempunyai kadar yang tinggi, keterdapatannya di alam
sangat terbatas, sehingga kurang begitu ekonomis untuk ditambang.
2.2 Mineralogi
Zeolit alam merupakan senyawa alumino-silikat terhidrasi, dengan unsur untama yang terdiri
dari kation alkali dan alkali tanah. Senyawa ini berstruktur tiga dimensi dan mempunyai pori
yang dapat diisi oleh molekul air. Rumus empiris zeolit alam adalah :
M2/nO.Al2O3. x (SiO2).yH2O; dengan
M

: kation alkali atau alkali tanah,

: valensi kation,

: suatu harga dari 2 10

: suatu harga dari 2 7

Sebagai contoh, formula unit sel dari klinoptilolit merupakan mineral zeolit paling umum
dijumpai, yaitu :
(Na, K)2O.Al2O3.10SiO2.8H2O
atau dapat ditulis :
(Na3K3)(Al6Si30O72).24H2O
Ion Na+ dan K+ merupakan kation yang dapat dipertukarkan, sedangkan atom Al dan Si
merupakan struktur kation dan oksigen akan membentuk struktur tetrahedron pada zeolit.
Molekul-molekul air yang terdapat dalam zeolit merupakan molekul yang mudah lepas.
Zeolit alam terbentuk dari reaksi antara batuan tufa asam berbutir halus dan bersifat rhyiolitik
dengan air pori atau air meteorik.

Komponen utama pembangunan struktur zeolit adalah struktur bangun primer (SiO4)4- yang
mampu membentuk struktur tiga dimensi. Muatan listrik yang dimiliki oleh kerangka zeolit,
baik yang terdapat dipermukaan maupun di dalam pori menyebabkan zeolit dapat berperan
sebagai penukar kation, penyerap, dan katalis.
Pori-pori terbentuk dengan cara pengusiran air pada pemanasan di atas 100 oC. Keadaaan itu
memungkinkan zeolit dapat penyerap molekul-molekul yang bergaris tengah lebih kecil dari
pori-pori zeolit tersebut. Kandungan air yang terperangkap dalam rongga zeolit biasanya
antara 10 35 %.
Perbandingan antara atom Si dan Al yang bervariasi akan menghasilkan banyak jenis atau
spesies zeolit yang terdapat di alam. Sampai saat ini telah ditemukan lebih dari 50 jenis
zeolit. Namun mineral pembentuk zeolit terbesar hanya ada sembilan jenis, yaitu analsim,
khabazit, klinoptilolit, erionit, mordenit, ferrierit, heulandit, laumontit, dan fillipsit (Tabel 1).
Di Indonesia, jenis mineral zeolit yang terbanyak adalah klinoptilolit dan mordenit.
Struktur kristal zeolit membentuk suatu kerangka tetrahedron berantai dalam bentuk tiga
dimensi. Pada kristal zeolit, kedudukan atom pusat tetrahedron ditempati oleh atom Si dan Al,
sedangkan atom-atom oksigen berada pada sudut-sudutnya.
Kedudukan atom Al dalam posisi tetrahedron perlu tambahan muatan positif sebagai penetral
muatan listrik, seperti kation logam alkali atau alkali tanah. Keadaan itu menyebabkan zeolit
dapat bersifat sebagai penukar kation. Sementara pori-pori yang tedapat di dalam struktur
kristal zeolit diisi oleh molekul air. Pada umumnya pori-pori tersebut mencapai 20 30% dari
total volume kristal.
Struktur kristal zeolit mempunyai sifat hidrofoik serta memperlihatkan sifat afinitas yang
sangat kuat terhadap molekul air. Dengan demikian semua aplikasi penyerapan dan reaksireaksi lainnya memerlukan proses dehidrasi terlebih dahulu untuk mencapai kondisi bebas
air. Perlu diketahui bahwa semua proses penyerapan, katalis dan penukaran kation terjadi di
dalam struktur kristal zeolit ini.
Secara garis besar, struktur zeolit dibangun dalam tiga bagian utama, yaitu (Gambar 1) :

Unit bangun primer (TO4), yaitu tetrahedro dari empat oksigen dengan atom pusat
tetrahedra (T) adalah Si4+ dan Al 3+. Semua atom oksigen mengambil bagian di antara
dua tetrahedra, (TO2)n.

Unit bangun sekunder, yaitu susunan tetrahedra yang membentuk cincin, seperti
cincin tunggal berbentuk lingkar empat, enam, delapan atau berbentuk kubus serta
cincin ganda lingkar empat, prisma heksagonal atau gabungan dari dua cincin lingkar
empat.

Polihedra besar yang simetri dan tersusun atas kudung oktahedra, 11 hedra atau unit
ganelimit.

2.3 Cadangan Zeolit di Indonesia

Indikasi adanya endapan di berbagai tempat yang telah diketahui, secara umum dijumpai
pada sebaran batuan berumur tersier.
Beberapa daerah di Indonesia yang diperkirakan mempunyai cadangan zeolit sangat besar
dan berpotensi untuk dikembangkan, yaitu Jawa Barat dan Lampung. Daerah potensi zeolit
ini dapat dilihat pada Lampiran A.
Di Indonesia mutu bentonit pada setiap lokasi berbeda-beda (Tabel 2).

3. PERTAMBANGAN
3.1 Penambangan
Secara umum, penambangan zeolit dilakukan secara tambang terbuka. Peralatan yang
digunakan dapat yang sederhana hingga mekanis, tergantung kepada kapasitas produksi
(skala menengah ke atas), penggalian zeolit dengan cara pemboran dan peledakan tidak dapat
dihindari, mengingat kekerasan zeolit cukup tinggi.
Tahap penambangan zeolit terdiri atas :

Pengupasan tanah penutup.


o Penggalian zeolit, manual atau dengan pemboran dan peledakan.
o Pemuatan.
o Pengangkutan.

Produk tambang zeolit berukuran 20 30 cm, atau sesuai dengan mesin peremuk utama yang
digunakan.
3.2 Pengolahan
Pengolahan zeolit dilakukan dalam dua tahapan, yaitu pengecilan ukuran dan proses aktivasi
(Gambar 2).
a. Pengecilan Ukuran
Pengecilan ukuran dilakukan melalui beberapa tingkatan, yaitu mulai dari peremukan
(crushing) sampai dengan penggerusan (grinding).
Tahapan ini adalah untuk memperoleh ukuran produk sesuai dengan tujuan pemanfatan.
Produk yang dihasilkan dapat secara langsung digunakan (bidang pertanian dan peternakan)
atau diproses aktivasi terlebih dahulu.
Tingkatan dan peralatan yang digunakan dalam tahap pengecilan ukuran adalah :

Peremukan :

Crusher dan screen (ayakan).


o Ukuran produk 3 cm.

b. Aktivasi
Proses aktivasi bertujuan untuk meningkatkan sifat-sifat khusus zeolit dengan membuang
unsur pengotor yang terdapat di dalam zeolit. Ada dua cara yang digunakan dalam proses
aktivasi zeolit, yaitu pemanasan dan kimia.
Pemanasan
Pemanasan dilakukan dalam suatu tungku putar (rotary kiln) dengan menggunakan hembusan
udara panas pada suhu 200 400oC anatar 2-3 jam, tergantung kandungan unsur pengotor,
serta stabilitas zeolit terhadap panas.
Stabilitas ini dipengaruhi oleh jenis mineral zeolit yang terkandung, atau rasio atom Si dan Al
(Tabel 5). (lagi)

Marmer
Posted: November 30, 2010 in rocks N' minerals
Kaitkata:batu marmer, batuan, marmer, metamorf, proses

pembentukan marmer

0
PENDAHULUAN
Marmer umumnya tersusun oleh mineral kalsit dengan kandungan mineral minor lainya
adalah kuarsa, mika, klhorit, tremolit, dan silikat lainnya seperti graphit, hematit, dan limonit.
Nilai komersil marmer bergantung kepada warna dan tekstur. Marmer yang berkualitas
sangat tinggi adalah berwarna putih sangat jernih, sebab kandungan kalsitnya lebih besar dari
90 %. Marmer yang berwarna abu-abu dihasilkan dari kandungan grapit pada batuan tersebut,
pink dan merah akibat adanya kandungan hematit, kuning dan krem sebagai pengaruh dari
kandungan limonit. Marmerpun dicirikan pula oleh gores arah jarus dan lapisan grapit atau
silikat gelapnya. Berdasarkan besar butirnya, tekstur berkisar dari halus hingga kasar. Sifat
sifat lainnya yang berpengaruh terhadap kualitas marmer adalah porositas, kekuatan regangan
dan kekuatan terhadap cuaca.
Marmer merupakan bahan galian yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat luas, bahkan
cukup gencar pula muncul ke permukaan yang menimbulkan sensasi pencarian marmer yang
dapat tembus cahaya dengan harga penawaran sangat menggiurkan, walaupun hanya sebatas
orang-per orang dan diliputi misteri, hobi dan aspek mistik lainnya.
Sebagai bahan galian yang mempunyai nilai jual tinggi karena rona yang sangat indah,
artistik, dan aspek kuat tekan dan geser yang tinggi menjadikan bahan galian ini mempunyai
pangsa pasar yang relatif tinggi hingga pada pasar menengah.

Penggunaan marmer biasanya untuk meja, tegel, hiasan dinding, pelengkapan rumah tangga
sepeti guci, lampu hias dan lain sebagainya. Untuk tegel, dinding dan meja memerlukan
diameter yang besar dan kualitas yang sangat baik dalam artian sedikit sekali adanya retakan
dan kandungan minerl bijihnya, sehingga akan menimbulkan kesan dingin walaupun kenas
sinar matahari sekalipun.
Sejak zaman dahulu kala marmer sudah memiliki pasar yang baik, sehingga perburuan ke
lokasi-lokasi penghasil marmerpun cukup tinggi. Italia merupakan negara pengahsil marmer
yang sangat terkenal di dunia, walaupun pada kenyataannya bahanbaku marmer itu sendiri
bukan asli dari Italia tetapi dari negara-negara lainnya yang dimasukan terlebih dahulu ke
Italia. Marmer dari luar tersebut diproses terlebih dahulu di Intalia yang kemudian dikemas
sedmikian rupa dan dipasarkan dengan merek Italia.
Pasar marmer atau batu pualam yang sempat kandas saat krisis melanda kini mulai membaik.
Meski dari kualitas pengolahan marmer lokal masih kalah dengan polesan produk impor,
namun dari sisi penjualan marmer lokal lebih baik.
Produk lokal dengan impor memang tidak beda jauh seperti dari segi ornamen. Namun, harga
marmer lokal lebih murah dibanding dengan yang impor. Oleh karena itu rata-rata konsumen
menyukai produk lokal karena selain lebih murah ornamen yang disuguhkan juga hampir
sama. Jika belum cukup jeli, sulit untuk membedakan antara marmer lokal dan impor. Pada
umumnya marmer lokal berwarna terang, sedangkan yang impor warnanya agak gelap,
seperti warna coklat. Tetapi, tidak berarti seluruh marmer impor berwarna gelap. Karena
marmer yang asal Cina juga memiliki warna yang hampir sama dengan marmer lokal, seperti
warna krem.
Secara fisik akan nampak jelas dari aspek pori-porinya, dimana marmer impor memiliki poripori yang rapat sedangkan marmer lokal kurang rapat. untuk mengetahui pori-pori marmer
tersebut rapat atau tidakcukup dengan menyiramkan air pada bagian atas marmer, dan jika
meninggalkan bekas basah walau telah dilap dengan kain kering, berarti pori-pori marmer
tersebut besar (Mega Sari, Kompas, 2002).
2.

GEOLOGI

2.1 Mula Jadi


Marmer atau dikenal pula dengan sebutan batu pualam merupakan batuan hasil proses
metamorfosa atau malihan dari batuan asalnya yaitu batukapur. Pengaruh temperatur dan
tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen kan menyebabkan terjadinya kristalisasi kembali
pada batuan tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi.
Akibat rekristalisasi tersebut akan menghilangkan struktur asal batuan tersebut tetapi akan
membentuk tekstur baru, keteraturan butir. Pembentuk mineral ini di Indonesia yang sudah
ditemukan adalah sekitar 30 60 juta tahun yang lalu atau berumur Kwarter hingga Tersier.
2.2. Potensi:
Marmer akan selalu berasosiasi keberadaanya dengan batugamping. Setiap ada batu marmer
akan selalu ada batugamping, walaupun tidak setiap ada batugamping akan ada marmer.
Karena keberadaan marmer berhubungan dengan proses gaya endogen yang

mempengaruhinya baik berupa tekan maupun perubahan temperatur yang tinggi. Di


Indonesia penyebaran marmer tersebut cukup banyak, seperti dapat dilihat pada Tabel 2.1.
3. PERTAMBANGAN
Untuk mengetahui besarnya cadangan suatu tubuh marmer maka biasanya dilakukan
eksplorasi geofisika agar diketahui baik penyebaran horizontal maupun vertikal, kemudian
dbuat sumur uji dan pemboran untuk mengetahui ketebalan lapisan. Untuk mengetahui
kualitas marmer di suatu lokasi maka diambil sampel yang diuji di laboratorium baik fisika
maupun kimia, secara mikroskopis.
Sebelum keluar teknologi baru, penambangan marmer dilakukan dengan 2 tahapan yaitu:

Land clearing (pengupasan), yaitu kegiatan pengupasan lapisan tanah dengan


menggunakan buldozer dan ekskavator menggali tanah yang menutupi tubuh batuan
guna menyiapkan kegiatan penambangan

Kegiatan produksi, yaitu proses pemolaan, pemboran, pemahatan, dan seleksi tiap
blok dan mengangkutnya ke lokasi pengolahan selanjutnya.

Biasanya pemboran dilakukan dengan mengebor vertikal sampai kedalaman 110 cm pada sisi
pan jang dengan ukuran 260 cm dan sisi lebar (mendatar) sebesar 135 cm (Asril Riyanto,
1994). Sedangkan pemahatan mendatar dimaksudkan untuk melepas blok dengan ukuran
standar 260 x 110 x 135 cm. Kegiatan tersebut dibantu dengan alat angkat/tarik, alat dorong
serta alat angkut. Setelah muncul teknologi baru yaitu dengan menggunakan alat pengerat
bermata diamond, maka segala kegiatan eksploitasi dilakukan di lokasi marmer tersebut
berada. Untuk tahap awal dilakukan pemolaan diameter batu yang akan dibelah dan dipotong,
selanjutnya dibor sampai kedalam tertentu lalu dilakukan pengeratan tersebut.
Pengolahan merupakan proses kegiatan memperhalus produk hingga menjadi produk yang
siap dipasrkan. Adapaun kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
Untuk yang masih menggunakan teknologi lama maka blok batu pualam berukuran ( 260 x
100 x 135 ) cm digergaji menjadi lempengan-lempengan denganketebalan rata-rata 2 cm.
Lempengan batu pualam tersebut kemudian dipotong menjadi barang setengah jadi, sesuai
ukuran-ukuran standar pesanan
Barang setengah jadi tersebut kemudian digerinda dua tahap dan kemudian disempurnakan
atau ditambal da dipoles pada lapisan-lapisan yang berlubang hingga akan dihasilkan marmer
yang mengkilap.
4. KEGUNAAN
Penggunaan marmer atau batu pualam tersebut biasa dikategorikan kepada dua penampilan
yaitu tipe ordinario dan tipe staturio. Tipe ordinario biasanya digunakan untuk pembuatan
tempat mandi, meja-meja toilt, lanati, dinding dan sebagainya, sedangka tipe staturio sering
dipakai untuk seni pahat dan patung (Asril, 1994).

5. PERKEMBANGAN DAN ROSPEK


Marmer pada saat ini masih merupakan barang mewah, kecuali untuk ukuran yang kecilkecil sebagai souvenir. Marmer atau batu pualam yang mengkilap biasanya dijadikan salah
satu ciri fisik kemewahan sebuah bangunan dan rumah. Kemewahan marmer belum ada yang
menandingi karena kualitasnya yang baik dibandingkan produk lantai atau dinding dari bahan
lain.
Dilihat dari sisi pembiayaan, membuat lantai dari marmer harus menyiapkan dana yang tidak
sedikit. Hanya orang yang memiliki dana berlebih saja yang mampu membelinya, guna
menghiasi gedung atau rumah mewah mereka.
Perkembangan yang sangat mencolok adalah dari segi penambangannya, karena saat ini telah
lebih simple yaitu dengan menggunakan teknologi mutakhir. Sedangkan prospek ke depan
untuk marmer masih dalam pangsa pasar yang masih terbatas di kalangan menengah samapai
kalangan atas, kecuali hanya untuk souvenir yang kecil kecil saja masih dapat dijangkau
oleh kalangan menengah ke bawah.
Beberapa perusahaan yang bergerak di bidang eksploitasi marmer adalah PT. Dwi Tunggal
Marmer Indah, PT. Gramer, PT. Multi Marmer Alam, PT. Pusaka Marmer Indahraya, PT.
Citatah Marble, PT. Gramaron
Beberapa lokasi tambang marmer sudah dieksploitasi, misalnya daerah Citatah di Jawa Barat
oleh PT. Kurnia, PT. Bakri Prima Moramo telah meeksploitasi tahap uji coba di Kecamatan
Moramo Kendari, Kec, Wolo, Kecamatan Kasusua, dam Pulau Kbaena Buton dengan
kapasitas produksi tambang 90 m3/bulan dan kapasitas pabrik = 1.500 m2/bulan.
PT Citatah Tbk (dikenal dengan PT Citatah Industri Marmer Tbk) bergerak dalam bidang
penambangan dan prosesing marmer, yang beroperasi di Citatah dan Sukabumi (Jawa Barat)
dan Maros dan Pangkep (Sulawesi Selatan).
Anak perusahaan PT Quarindah Ekamaju Marmer (QEM), yang diakuisisi pada bulan Januari
1996, yang mengelola pabrik Pangkep, sedangkan dua anak perusahaan penjual lainnya
Quarindah Citatah (Malaysia) Sdn. Bhd di Kuala Lumpur dan UGM Citatah Inc., Amerika
Serikat yang mengelola penjualan di pasar utama regional dan Amerika Serikat.
PT. Citatah telah melakukan eksploitasi di Pangkep Sulawesi Selatan dengan kapasitas
terpasang pada tahun 2000 adalah 480.000 meter persegi, ubin 960.000 m2. Sedangkan di
Bandung Jawa Barat produk lempengan sebesar 60.000 m2, dan ubin 300.000 m2, di
Karawang, Jawa Barat sebanyak 396.000 m2 lempengan tiap tahun.
Pada tahun 1998 kapasitas pabrik di perusahaan mencapai 425,000 m2 termasuk 223,000 m2
lempengan dan 202,000 m2 ubin. Pabrik kedua dibangun di Pangkep untuk melengkapi enam
pemotongan ubin pararel dan line penggosok, sedangkan pabrik yang asli disusun kembali
kedalam dua line prosesing lempengan. Dengan kapasitas output 130,000 per bulan. Pangkep
saat ini merupakan pusat produksi utama bagi perusahaan.
Perkembangan harga marmer di Indonesia, baik yang berasal dari lokasl maupun impor adal
marmer lokal yang berasal dari Bandung, Tulung Agung, Bandar Lampung, dan Ujung
Pandang, untuk tiap meter perseginya dijual dengan kisaran harga Rp 150.000 Rp 250.000.

Sementara produk impor, yang berasal dari Italia, Cina, India, dan Benua Afrika dijual
dengan harga termurah Rp 400.000 per m2 dan tertinggi adalah di atas Rp 1 juta, tergantung
pada motifnya serta kehalusan proses pemolesan akhir.
Untuk perbandingan harga marmer tersebut dapat dilhat seperti pada Tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1 Harga Daftar Marmer Per Meter Persegi

Nama
Harga
Lokal
Milano
Rp 475.000
Mosaic Torano
Rp 375.000
Mosaic Bologna
Rp 350.000
Catona
Rp 150.000
Fucco
Rp 150.000
Diamond Black
Rp 425.000
Misty Grey
Rp 300.000
Moca Cream
Rp 450.000
Empired Red
Rp 600.000
Brecia Damascati
Rp 725.000
Impor
Verde Patricia (Italia)
Fantasi Pink (Cina)
Parket Antiquewood

Rp 450.000
Rp 350.000
Rp 2.000.000

(Italia)
Sumber: Pinangsia, Kompas Cyber Media, 2002
Produksi marmer tidak secara jelas muncul, tetapi hanya beberap perusahaan saja yang sudah
melakukan kegiatan eksploitasinya seperti telah dibahas di atas yaitu adalah PT. Dwi Tunggal
Marmer Indah, PT. Gramer, PT. Multi Marmer Alam, PT. Pusaka Marmer Indahraya, PT.
Citatah Marble, PT. Gramaron.
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa Impor marmer pada atahun 1997 berkisar 40 ribu ton yang
menurun drastis sekitar 24 % menjadi hanya 9,6 ribu ton , begitupula pada tahun 199 hanya
menjadi 3,2 ribu ton. Hal ini akibat kondisi perekonomian Indonesia sehingga sangat
mempengaruhi tingkat konsumsi material impor karena dari segi harga tentunya sangat tinggi
dengan perubahan nilai tukar rupiah terhdap dolar. Tetapi pada tahun 2000 hingga 2002
impor akan marmer kembali meningkat walaupun masih sekitar 50 % dari angka impor tahun
1997.
Kondisi demikian juga mempengaruhi pada tingkat konsumsi marmer tersebut, dan ada
peningkatan pada tahun 1998, para konsumen beralaih sementara pada produk domestik
tetapi pada tahun 1999 kembali turun hingga tahun 2002 hanya menjadi 14,3 ribu ton.

Ekspor bahan marmer tercatat di BPS sebagai ekspor barang tambang dan industri yakni pada
tahun 200 ekspornya berupa kermamik dan marmer sekitar 596 ton , tetapi turun menjadi 561
ton dan 579 pad atahun 2001 dan 2002. Sedangkan ekspor berupa granit dan marmer adalah
sebanyak 28,7 ton pada tahun 2000 tetapi turun pada tahun 2001 walaupun pad atahun 2002
kembali naik menjadi 28,4 ton.

Marmer atau dikenal pula dengan sebutan batu pualam merupakan batuan hasil proses
metamorfosa atau malihan dari batuan asalnya yaitu batukapur. Pengaruh temperatur dan
tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen kan menyebabkan terjadinya kristalisasi kembali
pada batuan tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi.
Perusahaan yang sudah bergerak dibidang marmer adalah PT. Dwi Tunggal Marmer Indah,
PT. Gramer, PT. Multi Marmer Alam, PT. Pusaka Marmer Indahraya, PT. Citatah Marble, PT.
Gramaron dan masih ada yang belum tercatat.
Impor marmer mengalami penu-runan drastis ejak tahun 1998 akibat dari krisis moneter di
Indonesia, dan konsumen beralih ke produk domestik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Asril Riyanto, 1994, Batu Pualam (Marmer), Bahan Galian Industri) Direktorat
Jenderal Pertambangan Umum, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Mineral, B.30.94.
2. Alamanda Gemilang, Alamanda Granit & Marble, 1998, PT. Alamanda Gemilang,
Jakarta, http://www.kompas.com/gayahidup/news/0204/29/22537.htm.
3. Tushadi, 1990. Bahan Galian Industri Indonesia, Direktorat Sumberdaya Mineral,
Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Bandung.
4. Pinangsia, Gaya Hidup dan Hiburan, 2002, Kompas Cyber Media.
5. Puslitbang Teknologi Mineral, Buletin Statistik Komoditi Mineral Indonesia Nomor
28 tahun 2001, Bandung: Proyek Pengembangan Manajemen Sumber Daya.
6. Badan Pusat Statistik, Ekspor dan Impor Non Migas Utama Menurut Sektor,
http://www. dperin.go.id/ind/ statistic/e_isic.asp

Bentonit
Posted: November 30, 2010 in rocks N' minerals
Kaitkata:batuan, bentonit, clay, lumpur, mineral

0
PENDAHULUAN
Potensi endapan bentonit di Indonesia cukup besar dan tersebar di beberapa lokasi, yaitu di
Pulau Jawa dan Sumatera dengan jumlah cadangan lebih dari 380 juta ton.
Berdasarkan sifat kimianya, bentonit dibedakan menjadi dua, yaitu sodium (Na) dan Calsium
(Ca) bentonit. Pemakai utama Na-bentonit adalah untuk lumpur bor dalam kegiatan
pemboran. Sementa- ra Ca-bentonit dipakai sebagai penyerap (penjernih) di industri minyak
goreng.
Salah satu indikator kenaikan produksi Ca-bentonit dapat dtunjukkan oleh produksi minyak
goreng. Hampir di atas 70 % dari total konsumsi digunakan dalam industri ini. Untuk Nabentonit jumlah pemakaian banyak tergantung kepada eksplorasi minyak bumi dan gas.
GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
Mula Jadi

Secara umum, mula-jadi endapan bentonit ada empat macam, yaitu hasil pelapukan,
hydrothermal, transformasi, dan sedimentasi.
Endapan hasil pelapukan;
Faktor pembentukan endapan ben-tonit hasil pelapukan adalah kondisi komposisi mineral
batuan, komposisi kimia dari air, dan daya lalu air pada batuan asal. Yang terakhir ini dapat
dikemukakan sebagai : iklim, berbagai relief dan tumbuh-tumbuhan yang berada di atas
batuan.
Pembentukan bentonit hasil pelapukan adalah akibat reaksi antara ion-ion hidrogen (H+)
dalam air tanah dengan senyawa silikat. Ion H+ tersebut berasal dari asam karbon akibat
pembusukan zat-zat organik di dalam tanah.
Mineral penting saat pembentukan lempung adalah plagioklas, kalium-feldspar, biotit,
muskovit, sedikit kandungan senyawa alumina dan ferro- magnesia. Plagioklas sangat reaktif,
berjumlah banyak dan sumber utama dari kation dan silika dalam air tanah.
Larutan hydrotermal
Larutan hydrotermal merupakan larutan bersifat asam dengan kandungan klorida, belerang,
karbon dioksida dan silika. Komposisi larutan berubah karena ada reaksi dengan batuan
gamping menjadi larutan alkali yang bersifat basa, lalu terbawa keluar dan akan tetap
bertahan selama unsur alkali dan alkali tanah tetap terbentuk akibat penguraian batuan asal.
Pada alterasi hydrotermal relatif lemah, mineral-mineral asal menentukan hasil alterasi
tersebut. Pada alterasi sangat lemah, mineral-mineral yang kaya dengan unsur magnesium
cenderung membentuk klorit. Pada alterasi lemah, adanya unsur alkali dan alkali tanah akan
membentuk monmorilonit kecuali kalium, mika, feromagnesia dan feldspar. Monmorillonit
terjadi karena adanya unsur magnesium.
Endapan transformasi
Endapan bentonit hasil transformasi/ devitrifikasi debu gunung api terjadi dengan sempurna
apabila debu diendapkan di dalam cekungan seperti danau atau laut. Mineral gelas gunung
api lambat laun akan mengalami devitrifikasi.
Endapan sedimen
Monmorilonit bisa juga terjadi sebagai endapan sedimen dalam kondisi basa (alkalin).
Mineral hasil sedimentasi terbentuk dalam cekungan dan bersifat basa dan tidak berasosiasi
dengan tufa, seperti atapulgit, sepiolit, mon-morillonit, karbonat, silika pipih, fosfat laut dan
sebagainya. Lingkungan ini banyak mengandung larutan silika yang terendapkan dalam
bentuk flint, kristobalit, atau senyawa alumunium dan magnesium.
Secara umum, Ca-bentonit terjadi dari alterasi mineral dalam batuan beku dan metamorfik
yang biasanya ter-dapat dekat dengan permukaan. Hal ini disebabkan ion Na+ dalam lempung
bentonit bersifat tidak mantap dan mudah diganti oleh ion Ca+, dan juga ion H+ pada tingkat
pelapukan selanjutnya. Sebaliknya, Keberadaan Na-bentonit di daerah tropis hanya dijumpai
pada tempat dalam yang mengalami proses pelapukannya tidak berkepanjangan.

Mineralogi
Bentonit adalah istilah lempung mon-morillonit dalam dunia perdagangan dan termasuk
kelompok dioktohedral. Penamaan jenis lempung tergantung dari penemu atau peneliti, misal
ahli geologi, mineralogi, mineral industri dan lain-lain.
Dalam keadaan awal, Na-bentonit berkemampuan tinggi untuk menyerap warna dan dapat
ditingkatkan lagi dengan melalui proses pengolahan dan pemanasan.
Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan alu-munium silikat
hydrous, yaitu activated clay dan fullers Earth. Activated clay adalah lempung yang kurang
memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan melalui pengolahan
tertentu. Sementara itu, fullers earth digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool
dari lemak. Berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu : (lagi)

Felspar
Posted: November 30, 2010 in rocks N' minerals
Kaitkata:felspar, mineral, pembentukan felspar

0
Kata felspar diserap dari feldspar yang menurut Deer dkk (1966) berasal dari dua kata dalam
bahasa Swedia: feldt atau flt yang berarti medan dan spath yang bermakna pecahan batuan
dalam batuan granit. Pengertian spar lebih diperjelas lagi oleh Castle dan Gilson (1960) yang
mengutip istilah spat dalam bahasa Jerman dan mengacu kepada setiap mineral transparan
atau translusen berkarakter bidang belah. Pada awalnya istilah spar digunakan untuk
menamakan setiap mineral selain dari felspar itu sendiri seperti kepada barit, kalsit dan fluorit
(Rogers dan Neal, 1975). Sebagai contoh istilah barium felspar walaupun jarang dan tidak
mempunyai nilai ekonomis adalah benar; dalam hal ini pengertian felspar untuk keperluan
komersial hanya mengacu kepada 3 mineral silikat yang mempunyai formula K3AlSi3O8
(ortoklas atau mikroklin), NaAlSi3O8 (albit) dan CaAl2Si2O8 (anortit). Dua yang terahir
adalah mineral-mineral yang termasuk ke dalam kelompok plagioklas. Di alam ketiganya
hampir tidak ditemukan dalam bentuk murni tetapi terdapat bersamaan secara melimpah.
Sebagai bahan galian industri yang banyak dipakai oleh industri keramik dan gelas/kaca,
pemenuhan kebutuhan felspar di Indonesia sebagian besar masih dipasok oleh felspar impor
walaupun potensi endapan felspar di Indonesia cukup berarti. Kualitas yang rendah menjadi
kendala bagi pemenuhan di industri di atas. Upaya mengurangi ketergantungan terhadap
felspar impor sudah merupakan suatu keharusan, mengingat saat ini krisis ekonomi sedang
melanda Indonesias. Salah satu cara adalah dengan meningkatkan kualitas felspar yang ada
menjadi layak konsumsi seperti felspar Bojonegoro cocok untuk bodi keramik, tapi tidak
cocok untuk glasur. Dalam hal ini pengolahan felspar Indonesia harus mengacu kepada jenis
dan karakteristik endapan felspar itu sendiri yang cenderung bervariasi (Ardha, 1993).
GEOLOGI
Mineral pembentuk batuan dibedakan atas mineral mafik dan felsik; yang pertama mengacu
kepada mineral-mineral feromagnesian berupa mineral-mineral silikat mengandung unsur
besi (Fe) dan atau magnesium (Mg) sebagai unsur dominan. Mineral mafik dikelompokkan

menjadi olivin, hipersten, augit, hornblende, dan biotit. Warna mineral-mineral tersebut
umumnya gelap (hijau gelap, coklat atau hitam). Felsik (akronim dari felspar silika)
digunakan untuk mineral-mineral silikat berwarna lebih terang seperti kuarsa, felspar dan
felspatoid. Batuan yang mempunyai komposisi mineral mafik lebih dominan disebut batuan
basa sebaliknya bila komposisi mineral felsik lebih abnyak di sebut batuan asam, sedangkan
batuan dengan komposisi mineral mafik dan felsik seimbang digolongkan ke dalam batuan
intermedien

Mula Jadi
Terbentuk dari proses kristalisasi magma, felspar biasanya berasosiasi dengan batuan granitis
dan metamorfis, paling umum dijumpai pada korok pegmatis. Pegmatit yang mempunyai
nilai komersial umumnya mempunyai bentuk seperti lensa dengan panjang bervariasi dari 0,3
sampai 1500 m. Karena terbentuk langsung dari proses kristalisasi magma, jenis felspar ini
disebut felspar primer, berukuran kasar dan terdapat berasosiasi dengan kuarsa. Kehadiran
kuarsa ini bersifat pengotor yang harus dipisahkan pada saat pengolahan. Untuk keperluan
komersial, felspar primer harus mempunyai kadar alkali total (K2O + Na2O) > 10%.
Selain felspar primer, terdapat pula jenis lain yang digolongkan ke dalam felspar diagenetis
dan aluvial. Kedua jenis felspar di atas adalah felspar sekunder. Yang pertama terbentuk
karena proses diagenesis sedimen piroklastik halus asam yang terendapkan dalam lingkungan
air lakustrin, yang berasosiasi dengan cekungan sedimen tersier, umumnya endapan bentonit
atau zeoilit, felspar diagenetis mempunyai kadar alkali total (K2O + Na2O) relatif rendah
(5%). Felspar aluvial terjadi sebagai akibat rombakan batuan granit dan batuan asam lainnya.
Kadar alkali total berkisar antara 5- 10%. Kedua jenis felspar banyak terkandung mineral
ikutan, seperti mika, hematit, tourmalin, garnet dan kuarsa (Hardjatmo dkk, 1992).

Mineralogi
Sebagai mineral silikat pembentuk batuan, felspar mempunyai kerangka struktur tektosilikat
yang menunjukkan 4 (empat) atom oksigen dalam struktur tetrahedra SiO2 yang dipakai juga
oleh struktur tetrahedra lainnya. Kondisi ini menghasilkan kisi-kisi kristal seimbang terutama
bila ada kation-kation lain yang masuk ke dalam struktur tersebut seperti penggantian silikon
oleh aluminium.

Terlepas dari bentuk strukturnya, apakah triklin atau monoklin, felspar secara kimiawi dibagi
menjadi empat kelompok mineral yaitu kalium felspar (KAlSi3O8), natrium felspar
(NaAlSi3O8), kalsium felspar (CaAl2Si2O8) dan barium felspar (Ba Al2Si2O8) sedangkan
secara mineralogi felspar dikelompokkan menjadi plagioklas dan K-felspar. Plagioklas
merupakan seri yang menerus suatu larutan padat tersusun dari variasi komposisi natrium
felspar dan kalsium felspar.

Kelompok felspar mempunyai struktur kristal triklin, terdiri dari Na-plagioklas murni (albit,
disingkat Ab) sampai Ca-plagioklas murni (anortit, disingkat An). Whiten dan Brooks (1972)
secara diagram mengelompokkan plagioklas sebagai berikut:

Plagioklas felspar hampir selalu memperlihatkan kenampakan melidah yang kembar


(lamellar twinning) bila sayatan tipis mineral tersebut dilihat secara mikroskopis. Sifat optis
yang progresif sejalan dengan berubahnya komposisi mineralogi memudahkan dalam
identifikasi mineral-mineral felspar yang termasuk ke dalam kelompok plagioklas tersebut.
Na-plagioklas banyak ditemukan dalam batuan kaya unsur alkali (granit, sienit). Andesin dan
oligoklas terdapat pada batuan intermediate seperti diorit sedangkan labradorit, bitownit dan
anortit biasanya sebagai komponen batuan basa (gabro) dan anortosit.
Mineral yang termasuk kelompok K-felspar diklasifikasikan berdasarkan suhu ristalisasinya,
mulai dari sanidin (suhu tinggi), ortoklas, mikroklin sampai adu-laria (suhu rendah).
Keempat mineral mempunyai rumus kimia sama yaitu KAlSi3O8 dan (terutama) ditemukan
pada batuan beku asam seperti granit dan sienit, selain itu ditemukan pula pada batuan
metamorfosis dan hasil re-work pada batuan sedimen.
Potensi Endapan
Berbicara mengenai potensi endapan felspar di Indonesia, sebaran material ini terdapat
hampir di seluruh negeri dengan bentuk endapan berbeda dari satu daerah dengan daerah
yang lain tergantung jenis endapan, primer atau sekunder.
Data dari Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral menunjukkan cadangan terukur
(proved), tereka (probable) dan terindikasi (possible) masing-masing sebesar 271.693, 11.728
dan 56.561 ribu ton (Lampiran).
PERTAMBANGAN
Letak endapan yang relatif dangkal dari permukaan tanah, penambangan felspar umumnya
dilakukan secara tambang terbuka. Perusahaan dengan investasi terbatas masih
menggunakan peralatan gali sederhana (cangkul, linggis, sekop) seperti yang terdapat di
daerah Blitar dan Banjarnegara (Ardha, 1995). Perusahaan yang mempunyai kecukupan
modal menambang bahan galian ini dengan peralatan yang relatif modern (backhoe,
bulldozer dll.) seperti yang terdapat di daerah Lampung Tengah.
Eksplorasi
Tujuan eksplorasi adalah mencari gambaran daerah yang akan ditambang sebagai panduan
agar diperoleh hasil yang optimum dan terarah dengan biaya yang bisa ditekan serendah
mungkin.
Kegiatan eksplorasi meliputi pemetaan skala rinci (biasanya 1:1.000), pemboran dan
pembuatan sumur uji. Pemetaan berisi informasi geologi rinci daerah yang akan ditambang
termasuk sebaran bahan galian termaksud, lokasi titik-titik bor dan sumur uji sedangkan
maksud pemboran adalah untuk mengetahui sebaran felspar secara vertikal dan horizontal
dan ketebalan lapisan tanah penutup. Sama dengan informasi dari pemboran, pembuatan

sumur uji juga dimaksudkan untuk mengetahui kondisi sebaran bahan galian yang
dikehendaki dan variasi ketebalan tanah penutup. Pemboran dan pembuatan sumur uji
dilakukan tergantung kepada kondisi bahan galian yang akan ditambang.

Penambangan
Langkah pertama penambangan felspar dengan metoda tambang terbuka adalah pengupasan
lapisan penutup. Buangan tanah penutup sebaiknya diatur dan ditempatkan sedemikian rupa
pada suatu area, tidak bercampur limbah buangan/ batuan lain. Itu dimaksudkan untuk
meminimumkan perubahan unsur hara asli sehingga ketika reklamasi (apabila usia tambang
telah habis), penanaman-ulang (re-vegetation) bisa berlangsung dengan baik. Penambangan
felspar biasanya menggunakan sistem teras (bench system) seperti dilakukan di Desa
Nyukangharjo, Kecamatan Padangratu, Kabupaten Lampung Tengah (Gambar 1). Teras
biasanya memiliki ketinggian tiga m sedangkan lebar jenjang sekitar 5 m untuk memperoleh
permukaan kerja yang aman dan memudahkan pekerjaan. Proses penambangan selanjutnya
adalah penggalian dan pembongkaran endapan yang dilanjutkan dengan penyortiran sebelum
diangkut ke pelataran penumpukan (stockpile). Dari tempat penumpukan, felspar dapat
langsung dipasarkan atau jika pengusaha tambang mempunyai kecukupan modal usaha,
material tersebut diolah terlebih dahulu untuk meninggikan mutu dengan jalan
menghilangkan material pengotor yang terkandung di dalamnya. Material silikat (kuarsa,
mineral lempung, mika dll.) dan oksida besi adalah pengotor-pengotor yang biasanya
berasosiasi dengan felspar dan dapat menurunkan kualitasnya.
Pengolahan
Tergantung kepada jenis batuan dan industri yang membutuhkannya, felspar dapat diolah
secara sederhana atau teknologi yang lebih rumit (Hartono dan Baraba dalam Ardha, 1995).
Proses yang sederhana bisa diterapkan untuk mineral felspar yang berukuran relatif kasar,
terutama yang berasal dari pegmatit dan (relatif) sedikit mengandung pengotor. Pengolahan
sederhana meliputi pemilahan kristal felspar (dengan tangan) untuk kemudian diremukkan
dan dicuci. Pengayakan dilakukan untuk memilah bahan baku sesuai dengan spesifikasi yang
dikehendaki oleh konsumen.
Pengolahan felspar yang lebih rumit dilakukan bila felspar terdapat pada atau terjadi dari
batuan yang mengalami ubahan (pelapukan, metamorfosa). Mineral-mineral oksida besi
dapat dipisahkan dengan magnet berintensitas tinggi, sementara mineral pengotor lain yang
tidak bersifat magnet dan juga mineral magnetis yang lolos (bila ada) dipisahkan secara
flotasi setelah melalui proses pengawalanauan (desliming). Proses flotasi sendiri dibedakan
atas flotasi buih (froth flotation) yang efektif untuk partikel berukuran relatif kasar (>10
mesh) dan flotasi kolom untuk partikel berukuran halus (< 10 mesh).
Kedua jenis flotasi, secara selektif memanfaatkan media gelembung udara untuk
mengapungkan mineral hidrofobi. Perbedaannya adalah kinerja udara, air dan padatan
bergerak dalam satu arah pada flotasi buih sedangkan prinsip dasar flotasi kolom adalah
memasukkan udara pada bagian dasar kolom sehingga gelembung naik ke permukaan melalui
aliran padatan (slurry) yang bergerak ke bawah (counter current). Kondisi ini memperbaiki
kinerja efek hidrodinamika yang terjadi pada saat flotasi konvensio-nal sehingga diharapkan
perolehan produk yang lebih bersih dengan biaya operasi relatif kecil. Baik flotasi buih

maupun kolom, keduanya membutuhkan reagen kimia tertentu untuk kelang-sungan


prosesnya seperti pengatur pH, surfactant dan pembuih (frother).
Contoh pengolahan felspar skala pilot plant di Indonesia yang cukup berhasil meningkatkan
kualitas felspar dari 5,22 % K2O+Na2O menjadi 22,81% adalah flotasi felspar Banjarnegara
yang dilakukan oleh Ardha, dkk. [2], pada 1999 (Gambar 2).
Sayang, kendala modal dari penambang rakyat setempat hanya melakukan proses sampai ke
tahap pengayak getar; partikel felspar berukuran +30 mesh langsung dijual ke konsumen
sedangkan yang berukuran 30 mesh sebelum dijual ke konsumen dicuci lebih dahulu.
Pemanfaatan bagan alir ini secara keseluruhan baru bisa terlaksana bila ada penanam modal
yang mempunyai dana memadai. Flotasi buih biasa berlangsung pada suasana asam seperti
dilakukan di Amerika Serikat, Jepang dan beberapa negara Eropa dengan menambahkan HF
pada saat pengkondisian.
Kesadaran lingkungan yang tinggi dan pemikiran ekonomi mendorong para pakar untuk
mencari alternatif flotasi pada pH (mendekati) normal tanpa harus menggunakan asam
hidrofluor yang beracun dan mahal, seperti yang berhasil dilakukan di Jepang.
KEGUNAAN DAN SPESIFIKASI
Keberadaan felspar dalam kerak bumi cukup melimpah. Walaupun demikian untuk
keperluan komersial dibutuhkan felspar yang memiliki kandungan (K2O + Na2O) > 10%.
Selain itu, material pengotor oksida besi, kuarsa, oksida titanium dan pengotor lain yang
berasosiasi dengan felspar diusahakan sesedikit mungkin.
Kegunaan
Felspar dari alam setelah diolah dapat dimanfaatkan untuk batu gurinda dan felspar olahan
untuk keperluan industri tertentu. Mineral ikutannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan
industri lain sesuai spesifikasi yang ditentukan. Industri keramik halus dan kaca/gelas
merupakan dua industri yang paling banyak mengkonsumsi felspar olahan, terutama yang
memiliki kandungan K2O tinggi dan CaO rendah. Kegunaan felspar secara lengkap dapat
dilihat pada Gambar 3.
Spesifikasi
Sebagai industri yang banyak mengkonsumsi felspar, industri keramik mensyaratkan
beberapa hal untuk felspar olahan agar bisa digunakan sebagai tercantum dalam Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 1145 tahun 1984 (Tabel 2).
Untuk pembuatan glasir dengan bahan felspar, tergantung kelasnya yang mengharuskan
memiliki kandungan oksida natrium dan besi dalam jumlah tertentu seperti tercantum pada
Tabel 3.
Industri kaca/gelas, gelas amber dan kaca lembaran mempunyai spesifikasi tertentu pula yang
harus dipenuhi agar produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan pasar seperti yan
tercantum pada Tabel 4.

Sebagai komponen batuan granit bersama kuarsa, mika dan mineral aksesori, keindahan
mineral felspar dimanfaatkan untuk batu hias (ornament stone). Keindahan ini akan terlihat
bila batuan granit tersebut telah dipotong dalam bentuk lembaran (slab) dan dipoles. Istilah
bahwa felspar adalah batu. Dalam hal ini batumulia mungkin muncul dari kondisi ini yang
kemudian menjadi salah kaprah. Felsparnya sendiri dan material lain penyusun granit tetap
berperan sebagai mineral bukan batuan, karena mineral ini ternasuk (included) bagian batuan
granit, masyarakat awam kemudian menyamaratakan menjadi batuan.

Tabel 2. Spesifikasi felspar untuk keperluan industri keramik halus

Jenis industri
Porselen Saniter
Gerabah hls. pdt.
Gerabah hls. tdk. pdt.

Komposisi (%)
K2O+Na2O
Fe2O3 maks TiO2 maks
6,0-15,0 6,0- 0,5 0,7 0,8 1,0 0,3 0,7 15,0 6,0-15,0
6,0-15,0

CaO maks
0,5 0,5 1,0 -

Sumber : Ardha, 1995, dimodifikasi


Tabel 3. Persyatan bahan baku felspar untuk keperluan industri glasir

Glasir kls.
12345

Komposisi (%)
Na2O
Fe2O3
2,00-2,99 3,00- Maks. 0,3% utk semua kls.
3,99 4,00-4,99
5,00-5,99 6,006,99

Sumber : Ardha, 1995, dimodifikasi

Jenis
industri

Syarat kimia

Komposisi oksida (%)


K2O+ K2O Al2O3 CaO
Na2O
Gelas
>11 - - >10 >17 2 Amber Kc.
>10 >18
lbr.
>18

Syarat fisik
Fe2O3

SiO2

0,1-0,2 68,000,05 69,99 6


<0,80 -

Ukuran partikel (%)


+20
-20 mesh-100
mesh
mesh
1 - 99,55 - 25% -

Tabel 4. Spesifikasi felspar yang diperlukan pada industri gelas/kaca

Sumber : Ardha, 1995, dimodifikasi

PERKEMBANGAN DAN PROSPEK

Dari segi cadangan, felspar Indonesia cukup melimpah. Secara keseluruhan cadangan
terukur adalah 271.693 ribu ton sedangkan cadangan terindikasi dan tereka masing-masing
sebesar 11.728 ribu ton dan 56.561 ribu ton, sehingga layak untuk dikembangkan. Walaupun
demikian dari segi kualitas, felspar negeri ini masih jauh dibandingkan dengan kualitas
felspar impor sehingga sisi teknologi pengolahan perlu mendapat perhatian.

Keekonomian
Potensi, teknologi, pemasokan, permintaan dan perkembangan industri hilir adalah faktor
yang harus diperhitungkan bila seseorang akan berusaha di sektor komoditas felspar. Kajian
terhadap faktor-faktor di atas akan berperan dalam penyediaan dana yang diperlukan untuk
investasi. Dalam hal ini dana menyangkut modal tetap dan kerja; yang pertama meliputi
tanah, bangunan,mesin dan peralatan, serta kendaraan untuk keperluan operasional lapangan.
Modal kerja diperlukan untuk kelangsungan operasional sehari-hari, meliputi gaji, upah,
bahan bakar dan lain-lain.
Beberapa kriteria yang bisa dijadikan indikator keberhasilan pengusahaan material ini adalah
net present value (NPV), internal rate of return (IRR) dan payback period (PP). NPV
menghitung selisih antara nilai investasi saat ini dengan nilai penerimaan-penerimaan kas
bersih saat ini di masa datang. Perusahaan di sebut merugi bila nilai NPV negatif. IRR
merupakan tingkat bunga yang menyamakan present value aliran kas yang masuk sedangkan
PP diperlukan untuk mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali modal. Di samping
ketiga hal di atas, faktor lain yang harus diperhatikan adalah analisis kepekaan, penurunan
harga felspar dan kenaikan biaya operasi (Mandalawanto, 2000).

Pemasokan dan Permintaan

Sejalan dengan berkembangnya industri pemakai felspar yang terus meningkat; kebutuhan
dan produksi material di indonesia juga ikut meningkat. Pada 1995 merupakan puncak
perkembangan produksi felspar yang tercatat oleh Biro Pusat statistik ( 50.000 ton).
Sayangnya seiring dengan krisis moneter yang melanda negeri ini yang dimulai pada 1998,
produksi felspar juga ikut menurun seperti terlihat pada Gambar 4, bahkan untuk era 2000
belum ditemukan lagi data terbaru mengenai komoditi ini yang dibuat oleh Biro Pusat
Statistik (Mandalawanto, tidak diterbitkan).
Pengamatan Mandalawanto (2000, tidak diterbitkan) terhadap konsumsi felspar di

Indonesia era 1977 1997 menunjukkan gambaran yang berfluktuasi. Hal ini tercermin dari
indikator peningkatan penawaran pada perioda tersebut. Konsumsi felspar terbesar tercatat
pada 1993 (105.380 ton), diserap oleh industri
keramik , porselen, gelas berwarna, kaca lembaran dan industri lainnya. Sayangnya
pemenuhan konsumsi dalam negeri ini karena keterbatasan teknologi dalam mengolah
felspar alam Indonesia sampai kadar tertentu sesuai spesifikasi yang diinginkan sebagian
masih dipasok oleh impor. Impor felspar untuk kurun 1977-1997 meningkat sebesar
17,6%; tercatat sebesar 6.014 ton pada 1997, 84.993 ton pada 1995 dan menurun drastis
menjadi 41.408 ton pada 1997 sejalan dengan krisis ekonomi negeri ini. Impor felspar berasal
dari Cina, Thailand, Malaysia dan Australia. Imbas krisis ekonomi di negeri ini terhadap
pemakaian felpar terlihat nyata pada 1998 (Gambar 5). Selama tahun tersebut hanya
38,589,646 Kg felspar yang dikonsumsi oleh industri pemakai material ini di Indonesia.
Gejala penurunan sebenarnya sudah mulai terjadi pada 1997 awal krisis moneter di negeri
ini. Pada 1999, pemakaian felspar sebagai bahan baku mulai nampak meningkat kembali.
Sayangnya tidak ada lagi data yang ditemui dari Biro Pusat Statistik (BPS) untuk konsumsi
pada 2000 2002 sehingga belum bisa dilihat apakah menurun kembali atau makin
meningkat. Keterbatasan data juga terjadi untuk sektor impor; yang tercatat di BPS adalah
impor felspar untuk 1998 sebesar 92.373,61ton sedangkan pada 1996, 1997, 1998 dan 2000
tidak ada data.
Produksi felspar selama kurun 1993 1998 juga tidak terlepas dari imbas krisis moneter
negeri ini. Pada 1993 1995, produksi felspar menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun
yang kemudian turun drastis pada 1996 menjelang krisis ekonomi yang terjadi pada 1997
bahkan pada 1997 tidak tercatat adanya produksi (Gambar 6).
Pada 1998 tercatat felspar yang diproduksi sebesar 53.063 ton.
Gambar 4. Data aktual dan estimasi produksi felspar untuk 1977-1997

Gambar 5. Pemakaian felspar di Indonesia dari 1995 1999

Gambar 6. Produksi felspar Indonesia dari 1993 1998

Walaupun angka tersebut menunjukkan hal yang signifikan dibandingkan tahun 1996, seperti
halnya data konsumsi, sulit diprediksi apakah tahun 1999 2001 produksi felspar akan

meningkat atau tidak mengingat sampai saat ini Indonesia belum keluar dari multi krisis yang
dihadapinya. Ada kemungkinan angka yang ditunjukkan pada 1998 merupakan data
gabungan antara data 1997 dengan 1998, walaupun untuk 1997 sendiri produksi felspar tidak
terdeteksi mungkin karena kecilnya angka tersebut.
Belum adanya laporan secara periodik membuat harga standar felspar di Indonesia belum
dapat ditentukan (Mandalawanto, tidak diterbitkan).
Harga biasanya diperoleh dengan membagi nilai konsumsi dengan jumlah tonase konsumsi
setiap tahunnya dan ini akan menunjukkan harga beli rata-rata oleh pabrik. Dalam hal ini,
kualitas dan kuantitas felspar yang dibeli dan jarak antar industri pemakai dari pelabuhan
impor adalah sebagian faktor yang turut menentukan variasi harga komoditi ini. Bila
berpatokan kepada harga konstan di tahun 1993 terjadi kenaikan rata-rata 10,4 % per tahun.
Namun kembali lagi kepada faktor krisis ekonomi neger ini, angka tersebut kemungkinan
berubah.

Sebagai komoditi yang mempunyai cadangan berlimpah, felspar di Indonesia


mempunyai kesempatan untuk dikembangkan potensinya dengan cara meningkatkan kualitas
dan kuantitas produksinya. Hal ini ditunjang oleh kenyataan bahwa kebutuhan terhadap
samping itu krisis moneter dan ekonomi yang berkepanjangan di negeri ini merupakan
motivasi agar kebutuhan felspar di Indonesia tidak tergantung kepada felspar impor yang
harganya semakin mahal. Penelitian yang berkesinambungan hingga mencapai sasaran
berdirinya industri pengolahan felspar skala pabrik komersial akan sangat bermanfaat dalam
menghasilkan felspar kualitas impor atau yang setara dengan standar industri pemakai.

Andesit
Posted: November 30, 2010 in rocks N' minerals
Kaitkata:andesit, batuan, kegunaan andesit, penambangan

andesit, proses pembentukan andesit,

sifat fisika kimia andesit


0
Andesit termasuk jenis batuan beku kategori menengah sebagai hasil bentukan lelehan
magma diorit. Nama andesit sendiri diambil berdasarkan tempat ditemukan, yaitu di daerah

Pegunungan Andes, Amerika Selatan. Peranan bahan galian ini penting sekali di sektor
konstruksi, terutama dalam pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya, gedung, jembatan,
saluran air/irigasi dan lainnya. Dalam pemanfaatannya dapat berbentuk batu belah, split dan
abu batu. Sebagai negara yang sedang membangun, Indonesia membutuhkan bahan galian ini
yang terus setiap tahun.
Mula Jadi
Jenis magma diorit merupakan salah satu magma terpenting dalam golongan kapur alkali
sebagai sumber terbentuknya andesit. Lelehan magma tersebut merupakan kumpulan mineral
silikat yang kemudian menghablur akibat pendinginan magma pada temparatur antara 1500
2500 C membentuk andesit berkomposisi mineral felspar plagioklas jenis kalium felspar
natrium plagioklas, kuarsa, felspatoid serta mineral tambahan berupa hornblenda, biotit dan
piroksen.
Andesit bertekstur afanitik mikro kristalin dan berwarna gelap.

Mineralogi
Mineral yang ada dalam andesit ini berupa kalium felspar dengan jumlah kurang 10% dari
kandungan felspar total, natrium plagioklas, kuarsa kurang dari 10%, felspatoid kurang dari
10%, hornblenda, biotit dan piroksen. Penamaan andesit berdasarkan kepada kandungan
mineral tambahannya yaitu andesit hornblenda, andesit biotit dan andesit piroksen.

Sifat Kimia dan Fisika


Komposisi kimia dalam batuan andesit terdiri dari unsur-unsur, silikat, alumunium, besi,
kalsium, magnesium, natrium, kalium, titanium, mangan, fosfor dan air. Prosentasi
kandungan unsur-unsur tersebut sangat berbeda di beberapa tempat. Sebagai contoh, dalam
Tabel 1., diperlihatkan komposisi kimia yang terdapat di Desa Kalirejo, Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Andesit berwarna abu-abu kehitaman, sedangkan warna dalam keadaan lapuk berwarna abuabu kecoklatan. Berbutir halus sampai kasar, andesit mempunyai kuat tekan berkisar antara
600 2400 kg/cm2 dan berat jenis antara 2,3 2,7, bertekstur porfiritik, keras dan kompak.
Tabel 1. Komposisi kimia Andesit
Senyawa
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
Na2O
K2O

Komposisi (%)
47,55
18,37
8,19
7,11
2,25
1,70
2,16

TiO2
MnO
P2O5
H2O
2.3.

0,59
0,22
0,30
0,52
Potensi dan Cadangan

Potensi andesit di Indonesia sangat besar dan tersebar di setiap propinsi. Hasil inventarisasi
dan eksplorasi oleh Direktorat Sumberdaya Mineral pada awal 1997, cadangan andesit
tercatat sekitar 2,1 juta ton (Tabel 2).
PERTAMBANGAN
Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi andesit dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu :
1. Penelitian geologi
Kegiatan ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui batas penyebaran secara lateral,
termasuk mengumpulkan segala informasi geologi dan pemetaan topografi. Peta topografi
pada tahap ini berskala 1 : 500;
1. Penelitian geofisika
Penelitian yang umum dilakukan berupa pendugaan geolistrik, yaitu penelitian berdasarkan
sifat tahanan jenis batuan.
Kegiatan ini diselaraskan dengan data geologi permukaan ataupun bawah permukaan. Hasil
interpretasi disajikan dalam bentuk penampang geologi yang didasarkan kepada hasil
pengolahan data pengukuran geolistrik dengan menghubungkan setiap titik duga satu dengan
yang lainya. Keadaan geologi ini akan memperlihatkan penyebaran, baik secara vertikal
maupun lateral pada suatu penampang. Pendugaan geolistrik secara umum akan menyajikan
data lapisan tanah pucuk dan lapisan andesit;
c. Pemboran
Kegiatan ini dilakukan untuk pengecekan secara rinci data endapan bagi keperluan
perhitungan cadangan;
1. Pengambilan contoh
Kegiatan ini dimaksudkan untuk keperluan analisis laboratorium dan mekanika batuan;

1. Perhitungan cadangan

Perhitungan cadangan yang terdapat di daerah penyelidikan dilakukan dengan cara metoda
penampang (cross section method) yang sangat cocok untuk batuan yang penyebarannya
homogen serta ketebalannya relatif merata.
Volume cadangan dihitung per luas penampang yang dimensinya adalah di antara dua luas
daerah penampang dan ketebalan pada titik-titik eksplorasi di sekelilingnya.
Dengan menjumlahkan volume seluruh penampang yang ada di daerah penyelidikan tersebut,
maka jumlah cadangan dapat diketahui.
Penambangan
Metode penambangan yang biasa diterapkan terhadap andesit adalah tambang terbuka
(quarry). Bentuk topografi bahan galian umumnya berbentuk bukit, dan penambangan
dimulai dari puncak bukit (top hill type) ke arah bawah (top down) secara bertahap
membentuk jenjang (bench). Secara garis besar tahapan kegiatan penambangan dapat
diuaraikan sebagai berikut :
1. Persiapan (development)
Meliputi pembangunan sarana dan prasarana tambang antara lain jalan, perkantoran, tempat
penumpukan (stockpile), mobil-isasi peralatan, sarana air, work-shop, listrik (genset), serta
poliklinik;
1. Pembersihan permukaan (land clearing)
Perbersihan permukaan lahan yang ditumbuhi pepohonan dan semak belukar dengan alat
konvensional atau buldoser;
1. Pengupasan lapisan penutup (stripping overburden)
Mengupas tanah penutup dilakukan dengan buldoser atau back hoe. Tanah penutup didorong
dan dibuang ke arah lembah (disposal area) yang terdekat, namun bila tumpukan hasil
pengupasan ini jauh dari disposal area pembuangan-nya dapat dibantu dengan dump truck.
1. Pembongkaran (lossening).
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk membongkar andesit dari batuan induknya sehingga dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Untuk melaksanakan pekerjaan ini
dilakukan dengan cara pemboran dan peledakan. Dalam kegiatan pemboran perlu ditentukan
geometri lubang tembak yang meliputi berden, kedalaman, pemampat, subdrilling dan spasi.
Peralatan yang digunakan untuk kegiatan pemboran adalah crawler rock drill (CRD) dan
kompresor.
Sedangkan untuk kegiatan peledakan digunakan bahan peledak ANFO/ damotin. Dalam
kegiatan peledakan ini, untuk mendapatkan ukuran produk yang diinginkan ditentukan
melalui perubahan spasi lubang ledak; makin rapat ukuran semakin kecil ukuran produknya.

1. Pemuatan (loading).
Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan alat muat mekanis untuk memuat hasil
kegiatan pembongkaran ke dalam alat angkut yaitu truk;
1. Pengangkutan (transporting)
Bongkahan andesit diangkut ke lokasi unit peremukan menggunakan dump truck.
Peremukan
Pengolahan andesit adalah mereduksi ukuran yang sesuai dengan berbagai kebutuhan. Untuk
kegiatan ini dilaksanakan melalui unit peremukan (crushing plant). Tahapan pengolahan
meliputi :
1 Peremukan dengan primary crusher seperti jaw crusher, cone crusher atau gyratory
crusher yang dilanjutkan dengan Secondary crusher;
2

Pengangkutan menggunakan ban berjalan;

Pemisahan menggunakan pengayak (screen);

Penghalus ukuran dengan rotopactor.

Dari proses peremukan akan menghasilkan beberapa macam ukuran antara lain :

jenis sirtu

ukuran 50 + 30 mm

ukuran 30 + 20 mm

ukuran 20 + 10 mm

ukuran 10 + 4 mm

ukuran 4 m (abu-abu).

Jenis peralatan pada unit peremukan terdiri dari :

Pengumpan grizzly getar, suatu alat yang berfungsi sebagai pengatur banyaknya
umpan masuk ke dalam peremuk berahang (jaw crusher) dan ayakan pemisah dengan
sirtu;

Pengumpan getar, suatu alat yang berfungsi sebagai pengatur banyaknya umpan
masuk ke dalam peremuk rahang II (secondary crusher);

Peremuk, digunakan untuk memperkecil ukuran yang sesuai dengan permintaan. Alat
yang digunakan adalah :
o Peremuk tingkat 1, yaitu peremuk berahang (jaw crusher) jenis single toggle;
o Peremuk tingkat II yaitu peremuk berahang II, memakai tipe 80 dan 71,
dengan ukuran masing-masing 36 x 10 dan 36 x 4.

Bagan alir proses peremukan terlihat pada Gambar 3. Untuk kepentingan lain seperti
pembuatan hias, lantai, nisan dan peralatan rumah tangga, perlu dilakukan tahap pengolahan,
pemahat-an, penghalusan, dan pemolesan.

KEGUNAAN DAN SPESIFIKASI.


Kegunaan
Andesit banyak digunakan untuk sektor konstruksi, terutama infrastruktur seperti sarana jalan
raya, jembatan, gedung-gedung, irigasi, bendungan dan perumahan, landasan terbang,
pelabuhan dan lain-lain.
Untuk menguji kualitas batuan dapat dilakukan dengan uji kuat tarik, kuat tekan, kuat geser,
densitas, berat jenis dan lain-lain. Hasil dari uji itu akan diperoleh sifat-sifat elastisitas dari
batuan. Sifat ini berperan penting sehubungan dengan pemanfaatan batuan itu sendiri.
Uji kuat tarik pada prinsipnya adalah dengan memberi beban atau gaya pada sisi contoh
andesit yang berbentuk silinder (penekanan diametral) sampai contoh batuan tersebut pecah
(Gambar 4).
Perhitungan besaran kuat tarik diberikan dengan persamaan sebagai berikut :
Tt = 2.Fc/ D.L ; atau Tt = Fc/ r.L
Keterangan :
Tt

= kuat tarik, (kg/cm2)

Fc

= gaya/bebas sampai contoh

batan pecah, (kg)


D

= garis tengah contoh, (cm)

= panjang contoh, (cm)

= jari-jari contoh, (cm)

Uji kuat tekan dilakukan untuk memperoleh nilai kuat tekan (Tc), batas elastis (Te), modulus
elastisitas/Young modulus (E), dan Poissons ratio (V). Kuat tekan dihitung dengan rumus :
Tu = Pu/A
Keterangan :
Tu = kuat tekan uniaxial, (kg/cm2)
Pu = beban maksimum pada saat contoh batuan pecah, (kg)
A

= luas permukaan contoh, (cm2)

Spesifikasi
Andesit banyak digunakan di sektor kontruksi. Pemanfaatan yang lain adalah untuk bahan
baku pembuatan dimension stone, patung seni dan sebagainya.
1. Kontruksi/bangunan
Dalam bentuk agregat, andesit banyak digunakan untuk pembangunan jembatan, pembuatan
galangan kapal untuk dermaga, pondasi jalan kereta api, bendungan/dam dan sebagainya.
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk kebutuhan konstruksi dan bangunan menurut SII.
0378-80 (Tabel 4).
1. Dimension stone
Pada pembuatan dimension stone andesit dipotong berdasarkan ukuran tertentu, dipahat,
diampelas/diasah, kemudian dipoles agar dapat dimanfaatkan untuk keperluan : batu hias,
tegel, dan peralatan rumah tangga.
PERKEMBANGAN DAN PROSPEK
Krisis ekonomi Indonesia sejak Juli 1997 menyebabkan lumpuhnya dunia usaha di dalam
negeri termasuk pula pembangunan infrastruktur seperti jalan raya, jembatan, irigasi, dan
pengembang sektor perumahan/real estate, sebagai pemakai utama andesit. Dengan
membaiknya kurs rupiah terhadap dolar diharapkan akan membawa ke arah pemulihan
perekonomian Indonesia sehingga dunia usaha akan bergairah kembali.
Cadangan andesit di Indonesia berjumlah milyaran ton, tersebar merata di seluruh daerah
Indonesia. Dari kenyataan itu, untuk masa mendatang diperkirakan pengusahaan andesit di
Indonesia akan mengalami peningkatan sejalan dengan kembali dimulainya pembangunan
perumahan baik RSS, RS maupun real estat, juga pembangunan sektor konstruksi lainnya
seperti jalan, jembatan dsb. Identifikasi faktor yang mempengaruhi pasar, baik itu sektor
pendukung maupun penghambat pengembangan usaha pertambangan andesit adalah :

cadangan; potensi andesit di Indonesia jelas memungkinkan dengan jumlah cadangan


yang besar dan lokasinya tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia;

tenaga kerja; cukup melimpah, biaya operasi tenaga kerja murah adalah faktor yang
menguntungkan baik bagi perusahaan maupun pemerintah;

konsumen; perkembangan sektor kontruksi (jalan dan perumahan) dan sektor industri
yang mulai membaik merupakan indikator akan meningkatnya tingkat kebutuhan
andesit di sektor ini. Oleh karena itu pengembangan pertambangan andesit dengan
berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan sektor ini cukup memberikan harapan.

Perkembangan konsumsi andesit di sektor industri dalam kurun waktu 1987 -1997
menunjukkan kecenderungan yang meningkat dengan laju perubahan tahunan sebesar 0,44%.
Jenis industri barang-barang dari semen, genteng, dan barang bukan logam lainnya
merupakan pemakai utama komoditas ini (Tabel 4).

andesit di sektor industri


Tahun
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997

Andesit (ton)
2.174.000
2.679.000
2.797.000
2.290.000
3.048.000
3.183.000
3.323.000
3.469.000
3.622.000
3.782.000
3.940.000

Sumber : Biro Pusat Statistik, diolah kembali

Di sektor konstruksi, konsumsi andesit sebagai indikatornya adalah pemakaian di sub sektor
perumahan.
Pembangunan perumahan di Indonesia dilakukan melalui dua cara yaitu dibangun oleh
perorangan dan melalui pihak lain/investor seperti Perumnas, KPR-BTN, dan Real Estate
Indonesia (REI).
Pembangunan perumahan di Indonesia dilakukan melalui dua cara yaitu dibangun oleh
perorangan dan investor seperti Perumnas, KPR-BTN, dan Real Estate Indonesia (REI).
Menurut data dari BPS, dalam kurun waktu tahun 1987 1996 melalui Perumnas telah
dibangun sebanyak 328.425 unit yang terdiri dari 127.023 unit Perumahan Sederhana,
190.442 unit Perumahan Inti, dan 10.960 unit Rumah Susun (Rusun). Dalam kurun waktu
yang sama telah dibangun sebanyak 163.247 unit melalui KPR-BTN yang terdiri dari
143.940 unit melalui developer swasta dan 19.307 unit melalui developer Perumnas. Adapun

melalui REI dalam kurun waktu tersebut jumlah terbesar yang dicapai adalah sebanyak
268.432 unit.
Khusus untuk KPR-BTN, Rumah Sederhana (RS) dan Rumah Sangat Sederhana (RSS), pada
2000 BTN mentargetkan sekitar 100.000 unit rumah. Hal ini diperkuat pula oleh perkiraan
pemerintah bahwa pada tahun 2000 menyediakan dana sebesar Rp. 1,2 triliun untuk program
pembangunan perumahan bagi masyarakat golongan penghasilan rendah.
Perekonomian Indonesia yang cenderung membaik diperkirakan kebutuhan akan perumahan
terutama tipe yang dibangun melalui KPR-BTN akan semakin meningkat di masa mendatang,
dan ini berarti kebutuhan akan andesit juga akan meningkat. Demikian juga halnya dalam
pembangun gedung-gedung pusat pertokoan, pusat perkantoran swasta ataupun
pemerintahan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan serta sarana irigasi yang
setiap tahun diperkirakan akan terus meningkat merupakan peluang bagi pertambangan
andesit.
Dari sisi teknologi, secara umum penambangan andesit dapat dilakukan secara sederhana atau
mekanis/ peledakan. Jumlah investasi yang dibutuhkan relatif kecil sehingga turut mendorong
pengembangan usaha pertambangan andesit.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pembangunan pertambangan andesit adalah jumlah
pengusahaan andesit non-formal. Selain itu, adanya beberapa kontraktor konstruksi yang juga
merupakan pemasok andesit yang keberadaannya tersamar dan sulit diketahui, akan menutup
peluang pihak lain yang akan berusaha menjadi pemasok andesit.
Masalah lingkungan dan tata guna lahan juga merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan.
Perusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan penambangan akan terjadi. Penggunaan
lahan berpotensi andesit untuk kegiatan sektor lain akan berakibat areal yang boleh
ditambang menjadi terbatas.

Pesatnya kegiatan pembangunan menyebabkan peningkatan pendayagu-naan sumber daya


alam termasuk andesit. Kebutuhan bahan galian tersebut bagi pembangunan menjadi sangat
besar, di sektor konstruksi maupun di sektor industri.
Potensi andesit yang demikian besar patut disyukuri dengan mulai membaiknya
perekonomian di dalam negeri dan diharapkan di waktu mendatang dapat menarik minat
para pengusaha tambang untuk mengembangkan usaha andesit, yang berarti pula
memperluas lapangan kerja dalam rangka pemberdayaan perekonomian masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai