Anda di halaman 1dari 36

Dimensi Sistem

Systems of Information Technology


Jogiyanto Hartono, M.B.A., C.M.A., Ph.D., Prof.

Antonius Hernanda
375998
Ari Haryadi
376764
Bagus Mayang Seto
376007

tem Informasi Keperilakuan

Perilaku
Perilaku (behavior) adalah tindakan-tindakan (actions) atau reaksireaksi (reactions) dari suatu objek. Perilaku dapat berupa sadar
(conscious) atau tidak sadar (unconscious), terus terang (overt)
atau diam-diam (covert), sukarela (voluntary) atau tidak sukarela
(involuntary).
Manusia mengevaluasi penerimaan dari perilaku dengan
menggunakan suatu standard pembandingan yang disebut dengan
norma-norma sosial (social norms) dan meregulasi perilaku dengan
menggunakan kontrol sosial (social control).
Perilaku organisasi (organizational behavior) adalah pemahaman
dari proses-proses yang dilakukan oleh manager-manager.

el Sistem Informasi Keperilakuan


Penelitian mengenai perilaku bagaimana dan mengapa individual
menggunakan sistem informasi dapat dikelompokkan ke dalam 2
aliran penelitian sebagai berikut :
1. Penelitian yang memfokuskan pada penerimaan, adopsi, dan
penggunaan dari sistem teknologi informasi, lebih berfokus pada
anteseden-anteseden. Aliran ini dibagi menjadi 2 kelompok :
a. Anteseden lebih berupa suatu perasaan (affect) dan kognitif
(cognitive)
b. Anteseden perilaku lebih ke suatu proses
2. Penelitian yang memfokuskan pada kesuksesan implementasi di
tingkat organisasi, lebih berfokus pada pengaruh perilaku
menggunakan sistem teknologi informasi ke dampak individual
dan organisasi.
Sikap (attitude)
individual
terhadap
teknologi
informasi

Niat
menggunakan
teknologi
informasi

Perilaku
(penggunaan
nyata teknologi
informasi)

Dampak
organisasi

Aliran pertama :
Aliran kedua:
anteseden-anteseden dari perilaku
Pengaruh dari perilaku ke organisasi

Theory of Reasoned Action (TRA)


Systems of Information Technology
Jogiyanto Hartono, M.B.A., C.M.A., Ph.D., Prof.

Antonius Hernanda
375998
Ari Haryadi
376764
Bagus Mayang Seto
376007

Definisi
Niat atau intensi (intention) adalah keinginan untuk melakukan perilaku
(niat belum berupa perilakunya), sedangkan perilaku (behavior)
merupakan tindakan atau kegiatan nyata yang dilakukan.
Theory of Reasoned Action (TRA) menjelaskan bahwa perilaku (behavior)
dilakukan karena individu mempunyai niat atau keinginan untuk
melakukannya (behavioral intention). Asumsinya adalah bahwa manusia
berperilaku dengan cara yang sadar, mempertimbangkan informasi yang
tersedia, dan mempertimbangkan implikasi dari tindakan yang dilakukan.
Perilaku volitional (volitional behavior) adalah perilaku yang diinginkan
oleh individual yang bersangkutan, atau menolak untuk tidak
melakukannya jika mereka memutuskan untuk melawannya. Disebut juga
perilaku yang diinginka (willful behavior).
Perilaku diwajibkan (mandatory behavior) adalah perilaku yang bukan
atas kemauannya sendiri tetapi karena tuntutan atau kewajiban kerja.

iat (intention)
Niat tidak selalu statis, dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu.
Semakin lebar interval waktu, semakin mungkin terjadi perubahan pada niat.
Niat merupakan suatu fungsi dari dua penentu dasar, yaitu :
1. Sikap terhadap perilaku (attitude toward the behavior) individual. Sikap ini
adalah evaluasi kepercayaan (belief) atau perasaan (affect) positif atau
negatif dari individual jika harus melakukan perilaku tertentu yang
dikehendaki.
2. Norma subyektif (subjective norms), berhubungan dengan preskripsi
normatif persepsian, yaitu persepsi atau pandangan seseorang terhadap
tekanan sosial (kepercayaan orang lain) yang akan mempengaruhi niat
untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang
dipertimbangkan.
. Kedua penentu tersebut memiliki bobot yang berbeda

MP
MP = (w1 x S) + (w2 x NS) S
NS
w1
w2

= niat perilaku (behavioral intention)


= sikap (attitude)
= norma subyektif (subjective norms)
= bobot untuk sikap
= bobot untuk norma subyektif

odel TRA yang lengkap


Kepercayaankepercayaan
perilaku
(behavior
beliefs)

Sikap
terhadap
perilaku
(attitude
towards
behavior)

Kepercayaankepercayaan
normatif
(normative
beliefs)

Norma
subyektif
(subjective
norms)

Niat
Perilaku
(Behavioral
Intention)

Perilaku
(Behavior)

TRA memiliki keterbatasan utama, yaitu hanya dimaksudkan untuk


menjelaskan perilaku-perilaku yang akan dikerjakan secara sukarela
bukan perilaku-perilaku yang diwajibkan, tidak cocok untuk
memprediksi perilaku yang spontan, kebiasaan, yang diinginkan,
sudah diatur atau kurang bersemangat

Theory of Planned Behavior (TPB)


Systems of Information Technology
Jogiyanto Hartono, M.B.A., C.M.A., Ph.D., Prof.

Antonius Hernanda
375998
Ari Haryadi
376764
Bagus Mayang Seto
376007

eory of Planned Behavior


TPB merupakan pengembangan lebih lanjut dari TRA dengan menambahkan
sebuah konstruk yaitu kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral
control) untuk mengontrol perilaku individual yang dibatasi oleh
kekurangannya dan keterbatasan sumber daya yang digunakan untuk
melakukan perilakunya.
Asumsi dasar TPB adalah bahwa banyak perilaku tidak di bawah kontrol
penuh individual sehingga perlu ditambahkan konsep kontrol perilaku
persepsian.
Kontrol perilaku persepsian adalah kemudahan atau kesulitan persepsian
untuk melakukan perilaku.
TPB dapat memiliki dua fitur sebagai berikut :
1. Teori ini mengasumsikan bahwa kontrol perilaku persepsian (perceived
behavioral control) mempunyai implikasi motivasional terhadap niat-niat.
2. Adanya kemungkinan hubungan langsung antara kontrol perilaku
persepsian (perceived behavioral control) dengan perilaku.

ercayaan-kepercayaan Kontrol
Teori TPB menunjukkan bahwa tindakan manusia diarahkan oleh 3
macam kepercayaan, yaitu :
1. Kepercayaan perilaku (behavioral beliefs), yaitu kepercayaan
tentang kemungkinan terjadinya perilaku (di TRA disebut sebagai
sikap)
2. Kepercayaan normatif (normative beliefs), yaitu kepercayaan
tentang ekspektasi normatif dari orang lain dan motivasi untuk
menyetujui ekspektasi tersebut (di TRA disebut sebagai norma
subyektif)
3. Kepercayaan kontrol (control beliefs), yaitu kepercayaan tentang
keberadaan faktor yang memfasilitasi atau merintangi kinerja
dari perilaku dan kekuatan persepsian dari faktor tersebut.

odel TPB yang lengkap


Kepercayaankepercayaan
perilaku
(behavior
beliefs)

Sikap
terhadap
perilaku
(attitude
towards
behavior)

Kepercayaankepercayaan
normatif
(normative
beliefs)

Norma
subyektif
(subjective
norms)

Kepercayaankepercayaan
kontrol
(control
beliefs)

Kontrol
perilaku
persepsian
(perceived
behavior
control)

Niat
Perilaku
(Behavioral
Intention)

Perilaku
(Behavior)

Technology Acceptance Model (TAM)


Systems of Information Technology
Jogiyanto Hartono, M.B.A., C.M.A., Ph.D., Prof.

Antonius Hernanda
375998
Ari Haryadi
376764
Bagus Mayang Seto
376007

hnology Acceptance Model


TAM juga merupakan pengembangan dari TRA. TAM digunakan
untuk menjelaskan penerimaan individual terhadap penggunaan
sistem teknologi informasi.
TAM menambahkan dua konstruk utama ke dalam model TRA, yaitu
:
1. Kegunaan persepsian (perceived usefulness), yaitu sejauh mana
seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan
meningkatkan kinerja pekerjaannya.
2. Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use),
yaitu sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan
Kegunaan
suatu
teknologi akan bebas dari usaha. Kemudahan penggunaan
persepsian
Sikap
(perceived
Niat Perilaku
persepsian
ini
mempengaruhi
kegunaan
persepsian.
terhadap
Penggunaan
usefulness)
Kemudahan
penggunaan
persepsian
(perceived
ease of use)

menggunakan
teknologi
(Attitude
towards using
technology)

menggunakan
teknologi
(Behavioral
intention to use
technology)

teknologi
(actual
technology
use)

rbedaan TAM dan TPB


1. Tingkat generalisasinya berbeda
Kepercayaan terhadap kegunaan persepsian (perceived
usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived
ease of use) di TAM lebih spesifik sebagai penentu utama
keputusan menggunakan teknologi. Kepercayaan di TPB lebih luas
dan berbeda untuk situasi tertentu.
2. Variabel-variabel sosial
TPB memasukkan norma-norma sosial , yaitu subjective norms ke
dalam modelnya. Variabel sosial itu tidak terdapat di TAM
3. Perlakuan berbeda terhadap kontrol perilaku
TPB memasukkan variabel-variabel yang mengontrol perilaku
yang disebut kontrol perilaku persepsian (perceived behavior
control) sedangkan di TAM tidak ada variabel pengontrol perilaku.

Kelebihan TAM
1. TAM merupakan model perilaku yang bermanfaat untuk menjawab
pertanyaan mengapa banyak sistem teknologi informasi gagal
diterapkan karena pemakainya tidak mempunyai niat (intention)
untuk menggunakannya.
2. TAM dibangun dengan dasar teori yang kuat.
3. TAM telah diuji dengan banyak penelitian dan sebagian besar
mendukung dan menyimpulkan bahwa TAM merupakan model
yang baik.
4. TAM merupakan model yang parsimoni (parsimonious), yaitu
model yang sederhana tetapi valid

elemahan TAM
1. TAM hanya memberikan hasil yang sangat umum saja tentang niat dan
perilaku pemakai sistem dalam menerima sistem teknologi informasi
2. Perilaku pemakai sistem di TAM tidak dikontrol dengan kontrol perilaku.
3. Perilaku yang diukur seharusnya adalah pemakaian yang sesungguhnya.
Kenyataannya banyak penelitian menggunakan self reported usage.
4. Penelitian TAM hanya menggunakan sebuah sistem informasi saja.
5. Beberapa penelitian TAM menggunakan subjek mahasiswa (bukan
profesional).
6. Penelitian TAM hanya menggunakan subjek tunggal sejenis saja.
7. Penelitian bersifat cross sectional yang hanya melibatkan waktu satu
periode tapi dengan banyak sampel individu.
8. Penelitian TAM umumnya hanya menggunakan sebuah tugas semacam
saja.
9. Model penelitian TAM kurang dapat menjelaskan sepenuhnya antar
hubungan variabel di dalam model.
10. Tidak memperhitungkan perbedaan kultur.

Model Gabungan TAM dan TPB


Systems of Information Technology
Jogiyanto Hartono, M.B.A., C.M.A., Ph.D., Prof.

Antonius Hernanda
375998
Ari Haryadi
376764
Bagus Mayang Seto
376007

del Gabungan TAM DAN TPB


Pada penelitian-penelitian terdahulu mengenai sistem teknologi informasi,
TAM sering digunakan sebagai teori yang mendasari penelitian-penelitian
sebelumnya.
Pada TAM variabel niat (intention) dipengaruhi oleh dua variabel utama
lainnya yaitu kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan
kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use). Namun, TAM
tidak memasukkan pengaruh dari faktor sosial dan faktor kontrol pada
perilaku. Padahal pada penelitian-penelitian selanjutnya diketahui bahwa
kedua faktor tersebut telah terbukti memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku penggunaan teknologi informasi. Faktor-faktor tersebut
juga merupakan penentu dari perilaku di teori perilaku rencanaan (theory
of planned behavior atau TPB).
Di TPB, faktor sosial atau pengaruh sosial disebut dengan norma subyektif
(subjective norm) yang telah terbukti mempengaruhi niat. Faktor kontrol
di TPB adalah kontrol perilaku persepsian (perceived behavior control)
yang dimodelkan mempengaruhi baik ke niat (intention) atau langsung ke
perilaku (behavior).

del Gabungan TAM DAN TPB


Integrasi TAM dan TPB merupakan sebuah teori yang memasukkan
kedua faktor TPB ke dalam model TAM sehingga kelemahan pada
model TAM yang tidak dapat mengontrol perilaku pengguna sistem
informasi dapat diatasi.
Hal tersebut berarti model TAM dan TPB dapat digunakan secara
bersama-sama
untuk
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi sikap dan perilaku penerimaan penggunaan suatu
sistem informasi dalam hal ini kaitannya dengan e-learning.
2 Penelitian empiris yang menggabungkan TAM dan TPB
1. Penelitian Taylor dan Todd (1995) menguji perbedaan penggunaan
sistem teknologi informasi untuk pemakai-pemakai berpengalaman
dengan pemakai-pemakail yang tidak berpengalaman dalam hal
menggunakan teknologinya
2. Penelitian Chan dan Hu (2002) menguji penerimaan teknologi
kedokteran oleh profesional dokter

elitian Taylor dan Todd (1995)

Kegunaa
n
Persepsi
an

Sikap

Kemudaha
n
Penggunaa
n

Norma
Subyekti
f
Kontrol
Perilaku
Persepsi
an

Minat
Perilaku

Hasil
Group Berpengalaman
Semua jalur signifikan kecuali jalur-jalur kemudahan penggunaan ke sikap,
Sikap ke miat perilaku
Kontrol persepsian ke perilaku
Group Tidak Berpengalaman
Semua jalur signifikan kecuali jalur sikap ke minat perilaku

Perilaku

elitian Chang dan Hu (2002)


Kegunaan
Persepsian

Kompatibilit
as

Kemudaha
n
Pengguna
an
Persepsian

Pengaruh
Kolega

Sikap
Kontrol
Teknologi
Persepsian

Hasil
Jalur signifikan
Kompabilitas ke penggunaan
persepsian
Kemudahan penggunaan persepsian
ke kontrol teknologi persepsian
Kegunaan persepsian ke sikap
Kegunaan persepsian ke intensi
perilaku
Sikap ke intensi perilaku
Kontrol teknologi persepsian ke intensi

Minat
Perilaku

Participation & Involvement


Systems of Information Technology
Jogiyanto Hartono, M.B.A., C.M.A., Ph.D., Prof.

Antonius Hernanda
375998
Ari Haryadi
376764
Bagus Mayang Seto
376007

PARTISIPASI DAN
KETERLIBATAN PEMAKAI

Partisipasi pemakai adalah perilaku-perilaku penugasan-penugasan, dan


aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh pemakai atau wakil-wakilnya selama
proses pengembangan sistem
Keterlibatan adalah suatu keadaan psikologikal.
Pertisipasi berhubungan dengan perilaku-perilaku dan aktivitas-aktivitas yang
dilakukan
4 rekomendasi yang berhubungan dengan partisipasi dan keterlibatan
pemakai
Partisipasi pemakai bukan keterlibatan pemakai digunakan jika berhubungan dengan perilaku
dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh pemakai dalam proses pengembangan sistem
Keterlibatan pemakai digunakan untuk menunjukan keadaan psikologis individual
Partisipasi pemakai dan keterlibatan pemakai diuji secara empiris dan mengusulkan partisipasi
pamakai sebagai pendahulu keterlibatan pemakai
Menghubungkan konstruk-konstruk partisipasi pemakai dan keterlibatan pemakai dengan
pemakaian sistem dan kepuasan pemakai

PARTISIPASI DAN
KETERLIBATAN PEMAKAI

Perusahaan besar memiliki tingkat kompleksibilitas yang tinggi. Perusahaan


dituntut untuk mengembangkan sistem informasi yang tepat sesuai
kebutuhan pemakai. Aksesbilitas dan kapabilitas dalam pengintegrasian
informasi menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan strategis.
Perusahaan harus mampu mendesign dan mengembangkan sistem informasi
yang berkualitas untuk menunjang kinerja karena bisnis mempunyai
ketergantungan yang besar terhadap sistem informasi organisasi tersebut,
maka dibutuhkan partisipasi dan keterlibatan langsung oleh pemakai guna
menghasilkan data informasi yang tepat dan berkualitas sesuai kebutuhan.
Sebagai keputusan strtegis, adopsi dan implementasi sistem informasi
biasanya ditentukan oleh manajemen puncak. Namun demikian, dalam
prosesnya diperlukan berbagai pertimbangan mengingat sistem diharapkan
dapat berjalan secara efektif dan mempunyai masa manfaat ekonomis yang
lama, mengingat besarnya investasi untuk pengembangan sistem ini. Hal ini
berarti bahwa dalam operasionalnya sistem akan berjalan secara rutin (dan
mungkin juga kompleks) dan pengguna-lah yang nantinya akan bergelut
secara intens dengan mekanisme dan segala permasalahan rutin yang ada

PARTISIPASI DAN
KETERLIBATAN PEMAKAI
Partisipasi eksekutif digunakan untuk menunjukan aktivitas-aktivitas
CEO atau intervensi-intervensi personal yang substantif yang dilakukan
di pengolahan teknologi informasi
Keterlibatan eksekutif adalah keadaan psikologikal dari CEO yang
merefleksikan tingkat kepentingan yang diletakkan di teknologi
informasi oleh eksekutif puncak
Dukungan partisipasi dan keterlibatan pemakai merupakan faktor
penting yang berpengaruh terrhadap suksesnya sebuah sistem IT.
Partisipasi dan keterlibatan pemakai akan menyebabkan semakin
tingginya tingkat kepuasan pemakai maupun akan meningkatkan
kualitas sistem dan pada akhirnya akan dapat meyebabkan
keberhasilan dalam penerapan sistem informasi. Keberhasilan
pengembangan sistem ini akan mendorong pencapaian tujuan ataupun
sasaran yang ada dalam organisasi

PARTISIPASI DAN
KETERLIBATAN PEMAKAI
Partisipasi dan keterlibatan pemakai memiliki manfaat motivasional,
selain itu juga bermanfaat bagi pengendalian organisasi.
Pengendalian organisasi ditujukan untuk memastikan apakah
kinerja sesuai dengan target. Keterlibatan pengguna dalam
pengembangan sistem akan memberikan gambaran target ataupun
tujuan pengembangan dan cara/mekanisme untuk mewujudkannya.
Partisipasi akan mendorong pencapaian efekifitas individu,
selanjutnya akan mendorong efektifitas kelompok dan pada
gilirannya akan menyebabkan efektifitas organisasi

Task Technology Fit


Systems of Information Technology
Jogiyanto Hartono, M.B.A., C.M.A., Ph.D., Prof.

Antonius Hernanda
375998
Ari Haryadi
376764
Bagus Mayang Seto
376007

Kesesuaian Tugas dan


Teknologi
Kesesuaian tugas teknologi merupakan

suatu profil ideal yang


dibentuk dari kumpulan ketergantungan-ketergantungan tugas
yang konsisten secara internal dengan elemen-elemen teknologi
digunakan yang akan berakibat pada kinerja pelaksana tugas
Profil
kesesuaia
n

Tugas

Teknologi

3 Klasifikasi tugas

Tugas
Tugas
Tugas
Tugas

sebagai
sebagai
sebagai
sebagai

penjelas perilaku
tuntutan-tuntutan kemampuan
tugas
kebutuhan-kebutuhan perilaku

Kinerja
Group

Kesesuaian Tugas dan


Teknologi
3 Komponan kerumitan tugas :
Kerumitan koordinatif

Jumlah dari urutan-urutan tidak linier antara komponen-komponen dan produk-produk


tugas

Kerumitan komponen
Jumlah dari kegiatan-kegiatan berbeda dan jumlah dari isyarat-isyarat informasi berbeda
yang
terlibat di suatu tugas

Kerumitan dinamik
Kestabilan hubungan-hubungan antara masukan-masukan dan produk

4 dimensi tingkat kerumitan tugas

Dimensi kejamakan hasil


Terdapat lebih dari satu hasil yang diberikan oleh suatu tugas
Dimensi kejamakan skema solusi
Terdapat lebih dari satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
Dimensi ketergantungan pertentangan
Konflik yang terjadi diantara skema-skema solusi ketika sudah mengadopsi skema solusi yang lain
Dimensi skema solusi/ketidakpastian hasil

Sejauh mana terdapat ketidak pastian entang apakah skema solusi tertentu akan
membawa ke
hasil yang diinginkan

Kesesuaian Tugas dan


Teknologi
Kategori tugas :
Tugas-tugas sederhana mempunyai hasil yang diinginkan, sebuah
skema solusi dan tidak mempunya interdependensi konflik atau tidak
mempunyai ketidak pastian solusi skema/hasil
Tugas tugas permasalahan fokus utamanya adalah untuk menemukan
skema solusi terbaik dari skema-skema
Tugas-tugas keputusan memfokuskan pada pembentukan suatu solusi
yang memenuhi beberapa hasil
Tugas-tugas pertimbangan menekankan pada mengatasi konflik dan
ketidakpastian informasi dalam menyelesaikan tugas tersebut
Tugas-tugas fusi berisi muatan informasi, divesiti informasi, konflik
dan ketidakpastian

Teknologi GSS
Sistem yag mengkobinasikan komunikasi, komputer, dan
teknologi keputusan untuk mendukung formulasi dan solusi
permasalahan di pertemuan group

Kesesuaian Tugas dan


Teknologi
3 struktur sosial GSS :
Dukungan komunikasi merupakan aspek apapun dari teknologi yang
mendukung, meningkatkan atau mendefinisikan kemampuan dari anggotaanggota grup untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya
- Paralelisma adalah kemampuan dari anggota-anggota grup untuk serentak
memasukan
informasi tanpa harus menunggu orang yang lain
menyelesaikan memasukan informasinya
- Anonimitas adalah status dari anggota-anggota grup yang tidak
menggunakan identitas
Dukungan pengelolahan informasi merupakan cara-cara untuk mengevaluasi,
mengumpulkan, mengagresi informasi, mengorganisasikan, dan menganalisis
informasi
Struktur proses merupakan segala aspek dari teknologi yang mendukung,
meningkatkan dan mengidentifikasikan prosesyang mana grup-grup
berinteraksi, termasuk kemampuan-kemampuan membentuk agenda,
pelaksana agenda fasilitasi dan menciptakan suatu catatan lengkap dari
interaksi grup

Article 5 :
Understanding and Predicting Electronic Commerce
Adoption : An Extension of the Theory of Planned
Behavior

Systems of Information Technology


Jogiyanto Hartono, M.B.A., C.M.A., Ph.D., Prof.

Antonius Hernanda
375998
Ari Haryadi
376764
Bagus Mayang Seto
376007

Bla...bla
Bla...bla...

Article 6 :
Dont Just Lead, Govern : How Top-Performing
Firms Govern IT

Systems of Information Technology


Jogiyanto Hartono, M.B.A., C.M.A., Ph.D., Prof.

Antonius Hernanda
375998
Ari Haryadi
376764
Bagus Mayang Seto
376007

Bla...bla
Bla...bla...

Anda mungkin juga menyukai