PENDAHULUAN
Kanker paru adalah kanker yang paling sering didiagnosa didunia yang
menyebabkan kematian 1,4 juta pertahun serta menjadi penyebab utama kematian
akibat kanker pada laki-laki dewasa pada tahun 2008. Pada wanita di dunia kanker
ini merupakan keganasan ke- 4 tersering terdiagnosa dan penyebab ke-2 kematian
akibat kanker. Secara umum, risiko terserang kanker paru pada laki-laki 1 dari 13
laki-laki dan pada wanita 1 dari 16 wanita. Risiko ini meningkat secara signifikan
pada perokok dan menurun pada yang bukan perokok. (1,2)
Di hongkong kanker paru menjadi the top killer cancer, dimana lebih dari
4000 kasus per tahun dengan the 5 years survival rate hanya sekitar 15 %.(3) Di
Jepang kanker paru menyumbang kematian 20% dari seluruh kematian akibat
kanker dengan the 5 years survival rate sekitar 30%.(4) Di Amerika Serikat
kanker paru menjadi penyebab utama kematian akibat kanker baik pada laki-laki
maupun pada wanita. Pada tahun 2012 diperkirakan terdapat 226.160 kasus baru
kanker paru di Amerika Serikat yang mewakili 14 % dari seluruh diagnosa kanker.
Dengan the 5 years survival rate untuk kasus lanjut adalah 3,5% dan untuk kasus
yang terdiagnosa dini (hanya 15% dari seluruh kasus ) adalah 52,6%. (5) Sementara
di Indonesia berdasarkan data dari WHO yang dipublikasikan pada April 2011
disebutkan bahwa kematian akibat kanker paru di Indonesia mencapai 35.185 atau
2,47% dari total kematian.(6) Berdasarkan global cancer map disebutkan saat ini
insiden kanker paru di Indonesia adalah 19,5 per 100.000 orang dengan kematian
18,1 per 100.000 orang.(7)
Kanker paru merupakan salah satu kanker yang paling menantang dalam
hal pengobatannya, standar terapi antara lain operasi reseksi, kemoterapi berbasis
platinum, terapi radiasi tunggal atau kombinasi. Sayangnya prognosis pasien
dengan kanker paru (ketahanan hidup 5 tahun 15%) tidak berubah secara dramatis
dengan pendekatan terapi ini, sekalipun perbaikan terapeutik terlihat pada model
uji klinis kanker paru. Penemuan inhibitor molekul kecil pada kanker paru selama
dekade terakhir memberikan harapan akan terjadi peningkatan sejumlah obat yang
tersedia dalam waktu dekat untuk menurunkan penderitaan dan mortalitas pada
pasien dengan penyakit yang merusak.(2,4)
Pengobatan berbasis target akan banyak memberi keuntungan bagi pasien
pengidap kanker. Tidak seperti kemoterapi yang dikenal selama ini yang bersifat
sitotoksik dan tidak selektif, yang menyebabkan sel-sel normal ikut mengalami
kerusakan. Pada terapi target karena bersifat selektif maka sel-sel normal tidak
akan terpengaruh. Sehingga efek samping sistemik yang sering dijumpai pada
kemoterapi seperti anemi, trombositopeni dan lekopeni, maupun efek samping
non sistemik seperti nekrosis kutis akibat ekstravasasi dapat dihindari. Ada 4 terpi
target yang telah disetujui untuk pengobatan kanker paru yaitu: Gefitinib tahun
2002, erlotinib tahun 2003, bevacizumab tahun 2006 dan crizotinib tahun 2011. (8)
Dalam referat ini akan mendalami tentang terapi target molekular pada
kanker paru, sehingga kita dapat memahami apakah itu terapi target, apa-apa saja
obat yang tersedia, bagaimana cara pemberiannya serta kriteria pemilihan
pasiennya dan sebagainya.
BAB II
KANKER PARU
risiko
kanker
paru
sebanyak
13-34%.
Secara
Ada dua bentuk utama kanker paru yaitu non small cell lung cancer
(NSCLC) dan small cell lung cancer (SCLC). Dari kedua bentuk ini kasus
NSCLC lebih sering terjadi yaitu 85% dari seluruh kanker paru sedangkan
SCLC hanya 15 % dari seluruh kanker paru. Sekalipun saat ini telah
terjadi kemajuan dalam deteksi dini dan standar pengobatan, NSCLC
sering didiagnosa dalam stadium lanjut dengan prognosis yang buruk. (9)
1. Non small cell lung cancer (NSCLC)
Lebih dari 80% kanker paru adalah NSCLC dan sekitar 60% pasien
dalam stadium lanjut pada saat pertama kali terdiagnosa. NSCLC
berasal dari epitelium paru-paru, dimana ada 3 bentuk sub tipe NSCLC
yang
membangunnya. (13)
Non small cell lung cancer dapat dibagi menjadi tiga utama subtipe
histologis yaitu: squamous cell carcinoma, adenocarcinoma dan large
cell lung cancer. Rokok menyebabkan semua tipe kanker paru namun
yang paling berkaitan adalah small cell carcinoma dan squamous cell
carcinoma sementara adenocarcinoma adalah tipe yang paling sering
muncul pada penderita yang tidak merokok. (14)
a. Squamous cell carcinoma: 25%-30% dari seluruh kanker paru
adalah jenis ini, dimana sangat berkaitan dengan rokok, sering
ditemukan didaereah pertengahan paru didekat bronkus. (13,14)
b. Adenokarsinoma: tipe ini adalah 40% dari kanker paru, yang sering
ditemukan pada bagian terluar dari paru. Jenis kanker paru ini
terutama terjadi pada orang yang merokok, tapi juga paling sering
ditemukan pada penderita yang tidak pernah merokok. Jenis ini
lebih sering pada wanita dibandingkan laki-laki dan lebih sering
ditemukan pada usia muda dibandingkan jenis kanker paru yang
lainnya. Orang-orang dengan adenokarsinoma insitu mempunyai
kecenderungan prognosis yang lebih baik dibandingkan jenis
kanker paru lainnya.(13,14)
c. Large cell (undifferentiated) carcinoma: sekitar 10-15% dari
kanker paru adalah jenis ini, yang dapat mulai dari bagian
manapun dari paru. Jenis ini cepat tumbuh dan menyebar sehinga
sulit untuk diterapi.(13,14)
4
C. Diagnosis
1. Tes pencitraan
a. X-ray thorak: kanker paru jarang memperlihatkan gambaran X ray
thorak yang normal (hanya 2 % dalam satu studi). Pasien dengan
kanker paru selalu memperlihatkan gambaran obstruktif (37%) dan
pleural effusion (22%), yang mengindikasikan investigasi lanjutan
sekalipun tidak terlihatnya massa lesi.(16)
b. CT scan: dapat memberikan gambaran tumor paru yang lebih jelas
dibandingkan X-ray thorak , dengan CT scan dapat dilihat ukuran,
bentuk dan lokasi tumor atau dapat juga untuk melihat
pembekakan kelenjar limfe yang mungkin mengandung sel kanker.
jika
cairan
terdapat
disekitar
paru-paru,
berubah pada penelitian kanker paru dan daftar biomarker diduga akan
berkembang dengan cepat. (17)
seberapa
besar
kanker
dan
seberapa
untuk
jauh
san spesifitas
10
Limited stage (LD) berarti kanker terbatas hanya pada satu paru
dan mungkin kelenjar limfe sisi dada yang sama. Kanker hampir
selalu berada pada area yang sangat kecil untuk dilakukan terapi
radiasi. Hanya1 dari 3 orang dengan stadium limited stage SCLC
saat pertama kali ditemukan
Extensive stage berarti kanker telah menyebar ke luas di paruparu, pada paru lainnya, pada kelenjar limfe sisi dada berbeda
atau pada organ yang jauh. Sekitar 2 dari 3 penderita SCLC
memiliki stadium ini ketika pertama kali didiagnosa.
b. TNM staging system (15,16,17)
Sistem yang lebih resmi untuk mendeskripsikan pertumbuhan
dan penyebaran kanker paru adalah American Joint Committe
on Cancer (AJCC) TNM staging system, yang didasarkan pada
tiga informasi kunci yaitu:
Ukuran tumor utama dan apakah telah tumbuh ke area
terdekat.
Apakah kanker telah mencapai kelenjar limfe terdekat
Apakah kanker telah menyebar kebagian lain tubuh
2. Staging untuk non small cell carcinoma adalah TNM staging system
yang dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
Tabel 3: TNM ke 7 klasifikasi kanker paru (17)
11
T= Besar tumor
12
7 cm
T3 : tumor lebih dari 7 cm, atau kurang dari 7 cm namun nodul
terpisah di satu lobus. Tumor T3 juga termasuk tumor yang
ukurannya kurang dari 7 cm namun menyerang lapisan pleura,
dinding dada dan diafragma, bronkus utama atau terdapat pada
area 2 cm dimana bronkus terbagai menuju masing-masing paru.
Tumor juga diklasifikasikan sebagai T3 jika kurang dari 7 cm
yang sama
N2 : tumor menyebar pada kelenjar limfe yang jauh, namun
13
14
Suatu
seri
kasus
yang
menguji
kemoterapi
dapat
memberikan
keuntungan
kelangsungan hidup.
b. Radioterapi
1) Radioterapi thorax paliativ pada pasien kanker paru stadium
lanjut terlokalisir simptomatik.(15,16)
Tidak ada uji klinis acak yang spesifik dalam mengidentifikasi
efektifitas radioterapi paliatif pada pasien SCLC, sehingga
mengakibatkan ketidak jelasan dalam efektivitas radioterapi
paliatif untuk kelompok pasien ini. Pengalaman dari beberapa
kelompok yang membentuk guideline menyatakan bahwa
SCLC adalah tumor yang radio responsif dengan demikian
setidaknya radioterapi paliativ efektif untuk kelompok ini
sebagaimana kelompok NSCLC.
Pasien dengan SCLC dipertimbangkan untuk radioterapi
thorak paliativ bila memiliki gejala yang signifikan dan terapi
lain tidak efektif atau dianggap tidak tepat.
2) Radioterapi paliativ pada pasien dengan gejala metastase.(16,17)
Banyak pasien dengan kanker paru menunjukkan gejala
metastase yang dapat diobati dengan menggunakan radioterapi.
Sistematik review yang mengidentifikasi 11 percobaan yang
melibatkan 3435 pasien, secara keseluruhan tidak ada
perbedaan antara yang menggunakan radioterapi satu fraksi
15
kemoterapi
dibandingkan
dengan
perawatan
(16,17)
khususnya
sangat
penting
karena
informasi
dengan
pembedahan
pada
kanker
paru
prospective
randomized
controlled
trial
yang
b. Kemoterapi
Hampir 70% pasien dengan kanker paru datang dengan
dengan diagnosa lanjut dan metastase. Kemoterapi bermanfaat
untuk paliatif pada pasien dengan stadium lanjut lokal dan
metastase. Kemoterapi adjuvan secara umum dilakukan pada
pasien resectable pada stadium IIA hingga IIIA NSCLC. (16,17)
Meskipun kemoterapi sesuai bagi banyak pasien dengan
kanker paru-paru, ada rasa bahwa penggunaan kemoterapi telah
mencapai efek terapi yang mendatar. Peningkatan pemahaman
tentang biologi kanker telah menghasilkan berbagai strategi terapi,
termasuk terapi target EGFR dan transduksi sinyal lain dan jalur
angiogenesis.
1) Kemoterapi adjuvan untuk stadium dini NSCLC: pasien
dengan kanker paru yang resectable berisiko tinggi untuk
kambuh. Dari metaanalisis yang dilakukan tahun 1995 yang
menggunakan data dari 52 uji klinis acak dibandingkan luaran
setelah operasi saja dengan luaran operasi diikuti dengan
17
keunggulan
18
c. Terapi radiasi
Percobaan besar pertama yang menguji terapi radiasi dalam
pengobatan kanker paru yang unresectable dilakukan oleh the
Veterans Administration Lung Cancer Study Group. Pasien dengan histologi
small cell dirandom untuk menerima radio terapi atau plasebo. Pengobatan
terdiri dari pemberian 40-50 Gy yang diberikan perhari terbagi dalam 1,75
sampai 2,0 Gy menggunakan orthovoltage atau kobal-60 RT. Keselamatan
signifikan tinggi pada radioterapi dibandingkan plasebo (1 tahun dan rata-rata
kelangsungan hidup 18,2% dan 142 hari dengan radioterapi dibandingkan
dengan 13,9% dan 111 hari dengan plasebo). (12)
The
Radiation
Therapy
Oncology
Group
(RTOG)
dasar
cisplatin
ditambah
dengan
radioterapi
19
F. Prognosis
1. SCLC
Faktor penting untuk prognosis adalah stadium penyakit pada saat
ditemukan. Pasien dengan keterlibatan susunan saraf pusat atau hati
saat diagnosa ditemukan signifikan memiliki luaran yang buruk.
Terlepas dari stadium prognosis pasien dengan SCLC sekalipun
terdapat perbaikan dalam diagnosa dan terapi selama 25 tahun adalah
buruk. Secara keseluruhan angka harapan hidup selama 5 tahun hanya
sekitar 5-10%. (23)
Untuk pasien dengan stadium penyakit limited, rata-rata harapan
hidup adalah 16-24 bulan dan angka harapan hidup selama5 tahun
dengan bentuk terapi saat ini telah ada dilaporkan sebanyak 14%.
Sedangkan untuk pasien dengan stadium extensive, angka harapan
hidup 6-12 bulan telah dilaporkan dengan regimen terapi saat ini, tapi
angka harapan hidup yang panjang jarang. Sebagian besar pasien yang
mampu bertahan selama 2 tahun adalah dari kelompok stadium
penyakit limited. (23)
2. NSCLC
Di Eropa ketahanan hidup selama 5 tahun pada NSCLC adalah 8%,
sama dengan negara-negara berkembang di dunia. Ketahanan hidup
selama 5 tahun tertinggi ditemukan di Amerika Serikat yaitu sekitar
15,7%. Namun angka harapan hidup selama 5 tahun tergantung
seberapa lanjut penyakit saat ditemukan, yaitu: (24)
49 % untuk penyakit lokal
20
Stadium 1A
Stadium 1B
Stadium IIA
Stadium IIB
Stadium IIIA
Stadium IIIB
Stadium IV
: 75%
: 55%
: 50%
: 40%
: 10-35%
: kurang dari 5%
: kurang dari 5%
21
BAB III
TERAPI TARGET KANKER PARU
22
didiagnosis sekitar 70 tahun. Kanker paru didiagnosis pada stadium lanjut pada
mayoritas pasien, yang akhirnya menjadi alasan utama tingginya kematian akibat
penyakit ini. Pendeteksian dini menjadi tujuan yang sulit untuk dipenuhi dan
sejumlah pasien yang didiagnosa penyakit pada stadium lokal sering tidak dapat
dilakukan operasi kuratif akibat penyakit komorbid.(1)
Kanker paru bersifat agresif dan pengobatannya tetap menjadi tantangan
di dunia medis. Terapi konvensional meliputi operasi, radioterapi dan kemoterapi
seperti yang telah dibicarakan pada bab sebelumnya. (5) Namun kemoterapi
memiliki keterbatasan dalam memperbaiki ketahanan hidup penderita kanker
paru.(25)
ataupun lini kedua respon ratenya masih rendah. Ketahanan hidup selama 5 tahun
oleh program Surveilance Epidemiologi and End Results (SEER) di Amerika
Serikat adalah 15% yang merupakan populasi terbaik yang tercatat. Rata-rata
ketahanan hidup di Eropa adalah 10%, tidak lebih baik dari 8,9% yang diamati
pada populasi negara berkembang. Informasi ini yang mengindikasikan bahwa
kemoterapi secara substansi belum mampu memberikan hasil jangka panjang
untuk sebagian besar pasien kanker paru pada dekade terakhir dan sepertinya hasil
ini menunjukkan bahwa kemoterapi telah mencapai hasil yang mendatar.(8) Oleh
karena itu dibutuhkan strategi lain yang harus dilancarkan untuk peperangan
melawan kanker paru.(25) Telah terjadi peningkatan besar dalam memahami
mekanisme molekuler yang mendasari kanker paru yang telah menyebabkan
berkembangnya diagnostik molekuler yang canggih dan cerita tentang terapi
target. Selain faktor klinis konvensional, keputusan pengobatan saat ini dapat
diambil berdasarkan pendekatan sub tipe molekular tumor minimal untuk subset
pasien dengan NSCLC.(1,26)
mengendalikan tumor pada pasien secara individual. Ini adalah jalan untuk
mengevaluasi strategi untuk memodulasi terapi target molekular untuk
pengobatan NSCLC. Selain pendekatan terapi target molekular, obat kemoterapi
baru dengan indeks terapi yang diinginkan juga telah dikembangkan. Hal ini
untuk meningkatkan kemampuan untuk membuat penyempurnaan terhadap
23
strategi terapi sistemik yang mapan dan membangun metoda baru untuk mencapai
kontrol penyakit.(1)
Penemuan dan pengembangan obat inhibitor molekul memiliki dampak
besar untuk pengobatan NSCLC. Pada dekade terakhir, 4 obat target molekul yang
telah disetujui untuk pengobatan kanker paru adalah: gefinitib (2002), erlotinib
(2003), bevacizumab (2006) dan crizotinib (2011). Ketahanan hidup 1 tahun untuk
kanker paru adalah 43% 2003-2006. Namun secara keseluruhan ketahan hidup 5
tahun untuk seluruh stadium masih rendah yaitu sekitar 16-17% untuk NSCLC
dan bahkan lebih rendah lagi untuk SCLC yaitu 6 %. Sekalipun ketahanan hidup 5
tahun dapat mencapai 53% bila pasien didiagnosa pada stadium dini, namun
hanya 15 % kasus yang ditemukan pada stadium dimana tumor masih terlokalisir.
(5)
2005 yang
24
dipublikasikan oleh the Japan Lung Cancer Society. Kaitan antara tipe
histologi dan stadium kanker paru diperlihatkan pada gambar 1. Oleh karena
itu pembedahan, radioterapi dan kemoterapi tidak diatur hanya berdasarkan
satu basis histologis dan stadium melainkan dengan berbagai agen kemoterapi
dan beberapa metode.(4)
Gambar 1: Kaitan antara tipe histologi dan stadium kanker paru dengan
pengobatan (4)
Saat ini, terapi target molekuler praktis hanya pada non small cell lung
cancer. Obat terapi target molekular hanya digunakan untuk NSCLC yang
inoperable (stadium III dan IV pada gambar 1) atau pada yang recurrent.
Dilain pihak, terapi target molekular tidak digunakan untuk SCLC olek
karena kurang efektifnya obat-obat terapi target pada jenis kanker ini. Untuk
SCLC kemoterapi dengan menggunakan obat-obat sitotoksik yang biasa
digunakan dan radioterapi adalah metoda yang efektif.(4,5)
C. Target Molekular
Teknik biologi molekular terkini telah mengalami kemajuan besar dalam
memahami biologi kanker. Penerapan teknologi serupa ini untuk penelitian
kanker paru telah melahirkan pengakuan bahwa kanker paru memiliki
25
26
EGFR Adalah anggota dari ErbB family dari sel surface receptor
tyrosine kinase (RTK). Family EGFR terdiri dari 4 jenis yaitu EGFR (or
ErbB-1), HER-2 (or ErbB-2), HER-3 (or ErbB-3), dan HER-4 (or ErbB4).
RTK merupakan protein yang terlibat dalam berbagai proses fisiologis
antara lain modulasi proliferasi sel, apoptosis, motilitas sel dan
neovaskularisasi, sehingga mampu menginduksi mekanisme penting yang
berkaitan dengan karsinogenesis.(5,28,29) Epidermal growth factor (EGF)
dan transforming growth factor (TGF)-
untuk dapat menimbulkan efek biologik dan efek mitogenik. Ligan yang
berikatan dengan EGFR menginduksi sub satuan reseptor dan
mengaktifkan RTK (kecuali HER-2) (gambar 3). Langkah ini selanjutnya
menyebabkan autofosforilasi reseptor, mulainya dua jalur transduksi
sinyal yaitu PI3KCA/AKTI/MTOR dan RAS/RAFI/MAP2KI/MAPKI
kinase yang akhirnya menimbulkan proliferasi sel, inhibisi apoptosis dan
angiogenesis.
peningkatan
ekspresi
EGFR-TK
atau
ligannya.
27
ini
selanjutnya
menjadi
potensial
dipertimbangkan
untuk
28
Total EGFR
Beberapa namun tidak semua studi menunjukkan bahwa jumlah gen
EGFR dikaitkan dengan signifikannya ketahanan hidup setelah teapi
dengan
TKI.
Meskipun
fakta
dari
sebagian
besar
studi
berkaitan
dengan
kebenaran
nilai
prognostiknya.
2. EML 4- ALK
ALK tirosin kinase inhibitor reseptor telah mendapatkan banyak perhatian
akhir-akhir ini sebagai biomarker relevan yang baru dan terapi target pada
NSCLC. ALK adalah satu dari anggota keluarga reseptor insulin yang
berlokasi pada kromosom 2 dan mengkode suatu trans-membrane reseptor
tirosin kinase. Aktivasi ALK terutama melalui pembentukan fusi gen
(gambar 1). Translokasi EML-ALK adalah penata ulangan gen ALK
dinama yang tersering ditemukan. Kinase intraseluler domain ALK fusi
dengan N terminal dari EML 4 dan kemudian mengkode sitoplasmik
simerik protein dengan aktivitas kinase, yang selanjutnya mengendallikan
pertumbuhan tumor. penataulangan EML 4-ALK pada pasien NSCLC
terutama ditemukan pada pasien muda yang tidak merokok dengan
adenokarsinoma. Penata ulangan EML4+ALK saling eksklusif dengan
mutasi EGFR atau KRAS. Telah dilaporkan bahwa 2%-11% tumor positif
EML4-ALK yang jarang ditemukan pada squamous cell carcinoma
(SCC).(4,5,29,30)
3. KRAS
Mutasi KRAS merupakan prediktor negatif terhadap respon EGFR.
Terutama dihitung untuk resistensi primer. Sebagian besar mutasi KRAS
pada adenokarsinoma dikaitkan dengan rokok. Mutasi KRAS positif
terbatas pada NSCLC (terutama adenokarsinoma) dan secara mutual
eksklusif terhadap mutasi EGFR dan ALK. Dibeberapa negara, pasien
dengan mutasi KRAS dikeluarkan dari terapi EGFR TKI.(4,5,30)
4. Target potensial yang sedang dalam pengembangan.
30
31
Gambar 4: contoh terapi target molekular dan obat-obat target molekular pada
kanker. (4)
Gambar 5: Terapi target potensial relevan terhadap jalur sinyal NSCLC (8)
32
Obat-obat terapi target yang baru telah dibuat dan menjadi terapeutik
nyata. Obat-obat ini antara lain dapat dibagi menjadi beberapa tipe yaitu:
1. Terapi target EGFR
Ada 2 pendekatan utama untuk menginhibisi sinyal EGFR, yaitu:
a. Anti EGFR monoklonal antibodies (Mabs) (Cetuximab)
Monoklonal antibodi cetuximab adalah IgG1 Mab yang berikatan
secara
afinitas
sering.(32)
Cetuximab kombinasi dengan kemoterapi
33
parsial
dan
17%
penyakit
stabil.(35)
Cetuximab
dihentikan.
Munculnya
rash
pada
pemakaian
34
the Iressa
(38,39)
Survival
Evaluation
in
Lung
Cancer
(ISEL).
35
gefitinib
menunjukkan
pada
respon
pasien
pada
(40).
dengan
55-75%
EGFR
pasien.(37)
mutasi,
Penelitian
kemoterapi
pada
pasien
stadium
lanjut
menerima
docetaxel
atau
gefitinib.
Uji
korelasi
naive,
tidak
pernah
merokok
dengan
36
mielosupresi,
alopecia,
fatig,
sementara
memberikan
efikasi
klinis
tambahan
dalam
menilai
gambaran
klinikopatologi
histologi
dilakukan oleh the Spanish Lung Cancer Group, dari total 2105
pasien NSCLC stadium lanjut, mutasi EGFR terlihat pada 350
pasien (16,6%). 217pasien yang dievaluasi
memperlihatkan
38
pasien dengan
39
Sejumlah
studi
telah
mensupport
penggunaan
karena
meningkat
risiko
terjadinya
perdarahan
40
OS.
Namun
publikasi
hasil
penelitian
studi
ini
41
Aflibercept
Merupakan antibodi monoklonal yang dibangun dari
domain yang dicakup dalam VEGFR1dan VEGFR2 dengan
afinitas tinggi untuk VEGF. Fase 1 uji klinis aflibercept
memperlihatkan toksisitas yang bergantung dosis yaitu ulserasi
rektum dan proteinuria pada dosis 7 mg/kg bb intravena setiap 2
minggu, selanjutnya dosis 4 mg/kg BB menjadi dosis tetap yang
direkomendasikan pada fase II. Pada studi ini (47 pasien dengan
tumor solid stadium lanjut), ditemukan ada 3 respon resisten. Pada
uji klinis fase II pasien sebelumnya telah diterapi dengan
kemoterapi berbasis platinum dan erlotinib, ada 33 safety data
pasien. Oleh karena itu selanjutnya dosis 4 mg/kgBB intravena
setiap 2 minggu aman dan dapat ditoleransi tanpa hemoptisis yan
signifikan. Yang sedang diusahakan saat ini adalah mengeksplorasi
peranan aflibercept pada kanker paru kombinasi dengan platinum
based ganda dan obat tunggal docetaxel.(37,48)
lini
kedua
terapi
(contohnya
docetaxel,
42
Sorafenib.
Sorafenib memiliki afinitas membran respon yang luas, antara lain
VEGFR-2, VEGFR-3, KIT dan FLT-3. Berdasarkan data fase III,
sekarang penggunaannya disetujui untuk hepatoseluler karsinoma
dan RCC metastasis, peranan sorafenib dalam NSCLC sedang
dalam penelitian. Dalam studi window opportunity pasien yang
sebelumnya tidak diterapi dengan terapi NSCLC metastase diterapi
dengan sorafenib, dosis 400 mg 2 kali sehari. Pada studi ini pasien
diperiksa tiap minggu selama siklus 4 minggu, dan mereka yang
memperlihatkan progresifitas menerima kemoterapi standar. Dari
25 pasien yang didaftar, median PFS adalah 29 bulan dan secara
keseluruhan RR adalah 12%. Studi didisain menjadi 2 stadium,
namun tidak ditemukan kriteria efikasi stadium 1 untuk diproses
memasuki fase II.
Penelitian fase III ESCAPE menilai kombinasi carboplatin dan
paclitaxel dengan atau tanpa sorafenib. Namun sayangnya dari
analisis menyatakan tidak ada perbaikan OS dan kemungkinan
peningkatan mortalitas pada pasien dengan histologi squamous.
Percobaan Nexus juga mencoba memeriksa penggunaan terapi
sorafenib, ini merupakan percobaan random fase III yang
membandingkan cisplatin dan gemcitabine dengan sorafenib vs
plasebo. Pasien mendapatkan 6 siklus terapi dengan maintenance
43
paclitaxel.
Pazopanib
Sama dengan sunitinib, sorefanib dan vandetanib, pazopanib
merupakan multi target tirosin inhibitor yang memperlihatkan
aktivitas terhadap NSCLC, target VEGFR-1, 2 dan 3, PDGFRalpha dan beta dan c-kit. Percobaan neo adjuvan pazopanib pada
stadium I-II NSCLC menggunakan volumetric reduction melalui
CT untuk mengevaluasi respon. Menggunakan pendekatan ini,
penurunan volume tumor terlihat pada 20 dari 26 pasien (87%). 3
pasien mendapatkan respon parsial dengan kriteria RECIST. Pasien
menerima 2 sampai 6 minggu terapi pazopanib. Kesuksesan
VEGFR-TKI dimasa depan mungkin akan terjadi dengan
pemahaman yang lebih baik dari pemilihan pasien dan target obat
ini.
44
dalam terapi NSCLC. Beberapa molekul kecil inhibitor domain IGF-IR tirosin
kinase saat ini dalam pengembangan klinik dalam kombinasi dengan
kemoterapi dan EGFR-TKI.
5. mTOR inhibitor
mTOR oral everolimus inhibitor memperlihatkan aktivitas pada VEGFTKI refrakter metastatik RCC. Namun data fase 1 evorilimus
menunjukkan aktivitas sinyal pada NSCLC. Namun data fase II yang
mengevaluasi everolimus monoterapi mengecewakan. Pada Simon twostage design, studi tidak dilanjutkan pada tahap II karena hasil yang
buruk. Sekalipun everolimus monoterapi tidak memberikan hasil yang
menjanjikan , data awal telah tersedia dari studi yang menilai kombinasi
obat dengan erlotinib atau gefitinib.
6. COX-2 inhibitor
Pada model pre klinik, diamati bahwa inhibisi COX 2 dapat merangsang
interferon (IFN)-gamma-dependent antitumor immunity. Dengan rasional
ini, peranan COX-2 inhibitor dalam NSCLC stadium lanjut sedang
dievaluasi dalam beberapa studi. Beberap penelitian berskala besar telah
mengevaluasi peranan COX-2 inhibitor celecoxib dalam NSCLC. Pada
45
penelitian fase II menggunakan randomisasi 2x2 untuk gemcitabineirinotecan atau docetaxel-irinotecan dengan atau tanpa celecoxib. Hanya
133 pasien yang dapat dinilai pada penelitian ini. Interpretasi dari hasil
studi menjadi tantangan. Namun ketahanan hidup dengan celecoxib
bernilai rendah (6,31 vs 8,99 bulan).
7. HDAC inhibitor
Laboratorium menduga sinergis antara HDAC inhibitor dan kemoterapi
berbasis platinum. Data ini didukung oleh studi random fase II yang
membandingkan carboplatin-paclitaxel dengan atau tanpa HDAC
inhibitor vorinostat. Dengan 94 pasien yang diikutkan memperlihatkan
RR yang signifikan tinggi secara keseluruhan (34% vs 12,5%, p=0,02)
yang diamati dengan penambahan vorinostat. Kecenderungan perbaikan
PFS (6,0 vs 4,1bulan, p=0,48) dan OS (13,0 vs 9,7bulan, p=0,17) juga
ditemukan.
8. Arah masa depan
Dengan perkembangan list terapi target untuk tumor, menigkat sejumlah
tantangan. Pertama, dibutuhkan data untuk mengetahui kombinasi
rasional obat-obatan ini. Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya yang mengkombinasi obat sitotoksik dengan terapi target,
sinergi tidak selalu dapat diprediksi dari model preklinik dan
membutuhkan validasi klinik. Sejumlah studi telah menilai per mutasi
dari antiangiogenik, EGFR TKI danCOX-2 inhibitor memberikan variasi
yang luas pada NSCLC sebagai mana diperlihatkan pada tabel 6 dibawah.
Diluar kombinasi yang optimal, dibutuhkan usaha lebih untuk
menemukan biomarker yang dapat memprediksi respon terapi target.
BATTLE studi mempresentasikan randomisasi pasien untuk terapi target
(sorafenib, erlotinib, vandetinib atau erlotinib-bexarotene) dengan dasar
prediktor multipel molekular antara lain mutasi KRAS, mutasi EGFR,
mutasi BRAF dan lain-lain). Dengan total 255 pasien yang dirandom,
kontrol penyakit rata-rata 8 minggu adalah 46%. Median OS adalah 9
bulan dan ketahanan hidup 1 tahun adalah 39 %. Kontrol penyakit yang
lebih baik dapat diamati pada (1) mutasi EGFR pada terapi erlotinib (2)
46
dengan
14
akademik
menskrining
pasien
dengan
47
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Terapi target molekular merupakan terapi baru yang spesifik
menghambat aktifitas kanker.
2. Obat-obat terapi target baru dapat diberikan berdasarkan strategi
seleksi pemilihan pasien dengan mutasi positif.
3. Pengobatan dengan EGFR TKI pada pasien dengan mutasi positif
mencapai respon rate 50%-75% .
48
ini
secara
keseluruhan
belum
dapat
DAFTAR PUSTAKA
Factor.
Available
in:
http://www.cdc.gov/cancer/lung/basic_info/risk_factors.htm.
11. Cancer Research UK. Lung Cancer Risk Facotor. Available in:
http://www.cancerresearchuk.org/cancerinfo/cancerstats/types/lung/riskfactors/
12. Molina JR, Yang P, Stephen D, Steven E, Alex A, Adjei. Non Small Cell
Lung Cancer: Epidemiology, Risk Factor, Treatment and Survivorship.
Mayo Clin Proc.2008;83:584-594.
13. Papaetis GS, Roussos C, Syrigos KN. Targeted Terapies for Non Small
Cell Lung Cancer. Current Pharmaceutical Design 2007; 13: 1-22
14. Roy S, Herbst, Jhon V, Heymach, Scott, Lippman. Lung Cancer. The New
Eng J Med 2008;359:1367-1380.
15. American Cancer Society. Lung Cancer (Small Cell) Overview. Available
in:
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/00
3061-pdf.pdf
50
25. Hong WK. Biomarker based Approaches of Targeted Therapy for Lung
Cancer Elimination. Annual Report 2011: 4-108.
26. West L, Vidwans SJ, Campbell NP, Shrager J, Simon GR, Bueno R,et al.
A Novel Classification of Lung Cancer into Molecular Sub Tipe. Plos one
2012;7: 1-11.
27. Ross JS. Targeted Therapy for Cancer: Integrating Diagnostic and
Therapeutics. Dalam: Kurzrock, Razelle, Markman, Maurie, editors. Text
book of Targeted Cancer Therapy. 2008: 192-206.
28. Gerard A. Silvestri, Patricia M. Targeted Therapy for the Treatment of
Advanced Non Small Cell Lung Cancer. Chest 2006;128:3975-3984.
29. Antonicelli A, Cafarotti S, Indini A, Galli A, Russo A, Cesario A, et al.
EGFR Targeted Therapy for NSCLC: Focus on EGFR Oncogenic
Mutation. Int J Med Sci 2013;10:320-330.
30. Cheng L, Alexander RE, Maclennan GT, Cumming OW, Montironi R,
Beltran AL, et al. Molecular pathology of lung cancer:key to personalized
medicine. Modern Pathology 2012;25:347-369.
51
growth
factor
receptor
(EGFR)
blockingantibody,
in
53