Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir (Sarwono, 2010 : 89).
Kehamilan trimester I adalah suatu keadaan dimana seorang wanita
mengandung hasil konsepsi di dalam tubuhnya yang akan tumbuh dan
berkembang menjadi sosok manusia baru dimana pada usia 0-12 minggu
terjadi pembentukan pertama alat-alat tubuh janin pada usia 8 minggu
mempunyai ciri khas kepala fleksi ke dada, hidung, telinga, jari terbentuk
pada usia kehamilan 12 minggu. Ciri khasnya telinga lebih jelas, kelopak mata
terbentuk, genetalia eksterna terbentuk.
2.1.2 Patofisiologi
Untuk mempelajari proses konsepsi sebaiknya terlebih dahulu memahami
ovum dan sperma.
a. Ovum
Dikeluarkan oleh ovarium saat fase ovulasi, satu kali setiap siklus haid
dan akan habis jika sudah masuk masa menopause.
Ovum mempunyai waktu hidup 24-28 jam setelah dikeluarkan dari
ovarium.
Bisa dibuahi jika sudah melewati proses oogenesis.
Mempunyai diameter 0,1 mm, di tengah-tengahnya dijumpai nukleus,
terapung-apung dalam sitoplasma yang kekuning-kuningan yakni
vitelus. Vitelus banyak mengandung karbohidrat dan asam amino.
Mempunyai lapisan pelindung sel=sel granulosum / korona radiata dan
zona pelusida, didalam zona ini terdapat ruang perivitelina, dan tempat
benda-benda kutub. Bahan-bahan dari sel korona radiata dapat
disalurkan ke ovum melalui saluran halus di zona pelusida. Jumlah sel
korona radiata dalam perjalanan ovum di ampul tuba makin berkurang,
sehingga ovum hanya dilingkari oleh zona pelusida pada waktu berada
dekat pada perbatasan ampula dan ismus tuba, tempat pembuahan
umum terjadi.
b. Sperma
Dikeluarkan oleh testis dan peristiwa pematangannya disebut
spermatogenesis.
Jumlahnya akan berkurang, tetapi tidak akan habis seperti pada ovum
dan tetap berproduksi meskipun pada lansia.
Kemampuan fertilisasi selama 2-4 hari, rata-rata 3 hari
Terdapat 100 juta sperma pada setiap mili liter air mani yang
dihasilkan, rata-rata 3 cc tiap ejakulasi.
Pada spermatozoa ditemukan peningkatan konsentrasi DNA di
nukleusnya, dan kaputnya lebih mudah mennembus dinding ovum
karena dapat mengeluarkan enzim hialuronidase untuk melunakkan
korona radiate atau sel-sel granulosa.
Mempunyai morfologi yang sempurna, yaitu kepala : berbentuk
lonjong agak gepeng berisi inti (nukleus), diliputi lagi oleh kromosom
dan membran plasma. Leher : menghubungkan kepala dengan bagian

tengah. Ekor : panjangnya kurang lebih 10 kali bagian kepala dan


dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat.
Secara garis besar, proses kehamilan melputi beberapa tahapan sebagai
berikut :
a. Fertilisasi
Fertilisasi adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa
yang biasanya berlangsung di ampul tuba (Sarwono 2009). Saat terjadi
ejakulasi, kurang lebih 3 cc sperma dikeluarkan dari organ reproduksi pria
yang kurang lebih berisi 300 juta sperma. Setelah masuk ke organ
genetalia interna wanita, sperma akan menghadapi beberapa rintangan
antara lain lendir vagina yang bersifat asam, lendir serviks yang kental,
panjang uterus, serta silia yang ada di tuba fallopi. Untuk menghadapi
rintangan tersebut sperma harus mempunyai akrosom yang melewati
proses kapasitasi. Sedangkan ovum akan dikeluarkan dari ovarium
sebanyak satu dalam tiap bulan, ditangkap oleh fimbrae dan berjalan
menuju tuba fallopi. Tempat bertemu ovum dan sperma paling sering
adalah di daerah ampul tuba. Adapun proses fertilisasi meliputi :
Penetrasi spermatozoa ke dalam ovum
Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi
mampu melakukan penetrasi membran sel ovum. Untuk mencapai
ovum, spermatozoa harus melewati korona radiata (lapisan sel di luar
ovum) dan zona pelusida (suatu bentuk glikoprotein ekstraseluler),
yaitu dua lapisan yang menutupi dan mencegah ovum mengalami
fertilisasi lebih dari satu sperma. Suatu molekul kompleks khusus di
permukaan kepala sperma mengikat ZP3 glikoprotein di zona pelusida.
Pengikatan ini memicu akrosom untuk mengaluarkan enzim yang
membantu spermatozoa menembus zona pelusida, pada saat yang
bersamaan terjadi reaksi korteks ovum. Granula korteks di dalam
ovum (oosit sekunder) berdifusi denganmembran plasma sel, sehingga
enzim di dalam granula-granula dikeluarkan secara eksitosis ke zona
pelusida. Hal ini yang menyebabkan glikoprotein di zona pelusida
berkaitan satu sama lain membentuk suatu materi keras dan tidak
dapat ditembus oleh spermatozoa. Proses ini mencegah ovum di buahi
lebih dari satu sperma.
Fusi spermatozoa dan ovum
Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan membran
nukleusnya, yang tinggal hanya pronukleusnya, sedangkan ekor
spermatozoa dan mitokondrianya berdegenerasi. Itulah sebabnya
seluruh mitokondria manusia berasal dari ibu. Masuknya spermatozoa
ke dalam vitelus membangkitkan nucleus ovum yang masihdalam
metaphase untuk proses pembelahan selanjutnya (miosis ke II /
anafase). Sesudah anaphase kemudian telofase, dan benda kutub kedua
menuju ke ruang perivitelina. Ovum sekarang hanya mempunyai
pronukleus yang haploid. Pronukleus spermatozoa juga telah
mengandung jumlah kromosom yang haploid.
Fusi materi genetik
Kedua pronukleus dekat mendekati dan bersatu membentuk
zigotyang terdiri atas bahan genetic dari perempuan dan laki-laki. Pada
manusia terdapat 46 kromosom, ialah 44 kromosom otosom dan 2
kromosom kelamin. Pada laki-laki satu X dan satu Y. sesudah
pembelahan kematangan, maka ovum matang mempunyai 22
kromosom otosom dan 1 kromosom X, dan suatu spermatozoa
mempunyai 22 kromosom otosom dan 1 kromosom X atau Y. Zigot

yang memliki 44 kromosom otosom dan 2 kromosom X akan tumbuh


menjadi janin perempuan, namun bila memiliki 44 kromosom otosom
dan 1 kromosom X dan 1 kromosom Y akan tumbuh menjadi janin
laki-laki.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah
pembentukan zigot. Hal ini dapat berlangsung karena sitoplasma ovum
mengandung bnyak asam amino dan enzim. Hasil konsepsi berada dalam
stadium morula. Energi pembelahan ini diperoleh dari vilitelus, sehingga
volume vitelus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula.
Dengan demikian, zona pelusida tetap utuh, atau dengan kata lain besar
hasil konsepsi tetap sama. hasil konsepsi ini akan disalurkan ke pars
ismika danpars interstisisalis tuba dan terus di salurkan kea rah cavum
uteri.
b. Nidasi
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi kedalam
endometrium. Hasil konsepsi menanamkan dirinya dalam bentuk
blastokista (blastocyst), suatu bentuk yang dibagian luarnya adalah
trofoblas dan di bagian dalamnya disebut massa inner cell yang
berkembang menjadi plasenta. Blastokista diselubungi oleh suatu simpai
yang disebut trofoblas, sejak trofoblas terbentuk, produksi hCG dimulai.
Trofoblas mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan
jaringan endometrium dalam masa sekresi, dengan sel-sel desidua.
Blastula dengan bagian yang berisi inner cell mass akan mudah masuk ke
desidua, menyebabakan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup
lagi. Itulah sebabnya, terkadang nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat
luka desidua (Tanda Hartman). Sel desidua mengandung banyak glikogen
serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Nidasi diatur oleh suatu proses
yang kompleks antara trofoblas dan endometrium. Di suatu sisi trofoblas
mempunyai kemampuan invasi yang kuat, di sisi lain endometrium
mengontrol invasi trofoblas dengan mengeluarkan cyrokine dan protease.
Keberhasilan nidasi dan plasentasi yang normal adalah hasil
keseimbangan proses antara trofoblas dan endometrium. Setelah bernidasi
erat kurang lebih 10 hari setelah fertilisasi, maka akan dimulai proses
pertumbuhan dan perkembangan janin :
1) Masa preembrionik
Berlangsung selama 2 minggu setelah fertilisasi terjadi proses
pembelahan sampai nidasi, kemudian bagian inner cell mass akan
membentuk 3 lapisan utama ectoderm, endoderm dan mesoderm
2) Masa embrionik
Berlangsung sejak 2-8 minggu, sistim utama di dalam tubuh tekah ada
dalam bentuk rudimenter (mengecil, menciut dan akhirnya
menghilang). Seringkali disebut masa oogenesis atau masa
pembentukan organ.
3) Masa fetal
Berlangsung setelah minggu ke-8 sampai bayi lahir.
c. Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.
Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada
manusia plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi.
Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi, trofoblas invasive
telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrium. Terbentuklah
sinus intertrofoblastik yakni ruangan yang berisi darah maternal dari
pembuluh darah yang dihancurkan. Pertumbuhan ini berjalan terus,

sehingga timbul ruang ruang interviler dimana vili korialis seolah olah
terapung diatas ruangan tersebut sampai terbentuk plasenta.
Tiga minggu pascafertilisasi sirkulasi darah janin dapat diidentivkasi
dan dimulai pembentukan fili korialis. Sirkulasi darah janin ini berakhir di
lengkung kaplier di dalam vili corialis yang ruang interfilinya dipenuhi
dengan darah maternal yang dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan
melalui vena uterine. Vili korialis akan tumbuh menjadi suatu massa
jaringan yaitu plasenta
Ovarium

Sperma

Ovum

Vagina

Fimbriae

Uterus

Tuba Fallopi

Tuba fallopi
Konsepsi
Nidasi di uterus
Berkembang
(Ummi Hani, dkk. 2010 : 37-40)

2.1.3

Tanda-Tanda Kehamilan
a. Tanda Tidak Pasti (Presumtive Sign)
Tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat
dikenali dan pengakuan atau yang dirasakan oleh wanita hamil.
1) Amenorea (berhentinya menstruasi)
2) Mual (nausea) dan muntah (emesis)
3) Ngidam (menginginkan makanan tertentu)
4) Syncope (pingsan)
5) Kelelahan
6) Payudara tegang
7) Sering miksi
8) Konstipasi atau obstipasi
9) Pigmentasi Kulit
10) Epulis.
11) Varises atau penampakan pembuluh darah vena
b. Tanda Kemungkinan (Probability Sign)
Tanda kemungkinan adalah perubahan-perubahan fisiologis yang
dapat diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik
kepada wanita hamil.
1) Pembesaran Perut
2) Tanda Hegar (pelunakan isthmus uteri)
3) Tanda Goodel(pelunakan serviks)
4) Tanda Chadwick(warna keunguan pada vulva)
5) Tanda Piscacek
6) Kontraksi Braxton Hicks
7) Teraba Ballaotement
8) Pemeriksan Test Biologis Kehamilan (Planotest) positif.
c. Tanda Pasti (Positif sign)

2.1.4

2.1.5

Tanda pasti adalah tanda yang menunjukan langsung keberadaan janin


yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa.
1) Gerakan janin dalam rahim
2) Denyut Jantung Janin
3) Bagian-bagian Janin
4) Kerangka Janin
(Ummi Hani, dkk. 2010 : 72-75)
Perubahan Fisiologis Wanita Hamil
a. Uterus
Uterus bertambah besar semula 30 gram menjadi 1000 gram pembesaran
ini dikarenakan hipertropi oleh otot-otot rahim.
b. Vagina
Elastisitas vagina bertambah, Getah dalam vagina biasannya bertambah,
reaksi asam PH : 3,5-6, Pembuluh darah dinding vagina bertambah,
hingga waran selpaut lendirnya berwarnakebiru-biruan (Tanda Chadwick).
c. Ovarium (Indung Telur)
Ovulasi terhenti, masih terdapt corpus luteum graviditatis sampai
trbentuknya uriyang mengambil alih pengeluaran estrogen dan
progesteron.
d. Kulit
Terdapat hiperpigmentasi antara lain pada areola normal, papila normal,
dan linea alba.
e. Dinding perut
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebablan perobekan
selaput elestis di bawah kulit sehingga timbul strie gravidarum.
f. Payudara
Biasanya membesar dalam kehamilan, disebabkan hipertropi dari alveoli
puting susu biasanya membesar dan berwarna lebih tua. Areola mammae
melebar dan lebih tua warnanya.
g. Sistem Respirasi
Wanita hamil tekadang mengeluh sering sesak nafas, yang sering
ditemukan pada kehamilan 3 minggu ke atas. Hal ini disebabkan oleh
usus yang tertekan kearah diafragma akibat pembesaran rahim, kapsitas
paru meningkat sedikit selama kehamilan sehingga ibu akan bernafas
lebih dalam. Sekitar 20-25%.
h. Sistem urinaria
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus
yang membesar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk
pertumbuhan janin dan persiapan pemberian ASI.
(Sarwono,2007:94-100)
Perubahan Psikologis pada Wanita Hamil
a. Trimester pertama
Peningkatan hormone estrogen dan progesteron dalam tubuh, maka
akan muncul berbgai macam ketidaknyamanan secara fisiologis seperti
mual, muntah, letih, dan pembesaran payudara. Hal ini akan memicu
perubahan psikologis yaitu :
1) Ibu membenci kehamilannya, merasakan kecewa, penolakan,
kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan kesedihan.
2) Mencari tahu secara aktif apa memang benar hamil dengan
memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan sering kali
memberitahukan orang lain apa yang dirahasiakan.
3) Hasrat melakukan seks berbeda-beda pada setiap wanita. Ada yang
meningkat libidonya, tetapi ada juga yang mengalami penurunan. Pada

2.1.6

wanita yang mengalami penurunan libido, akan menciptakan suatu


kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan
suami.
4) Sedangkan bagi suami sebagai calon ayah akan timbul kebanggaan,
tetapi bercampur aduk dengan keprihatinan akan kesiapan untuk
mencari nafkah bagi keluarga.
b. Trimester kedua
Ibu merasa sehat dan sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi,
serta rasa tidak nyaman akibat kehamilan sudah mulai berkurang. Perut
ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasakan ibu sebagai beban. Ibu
sudah mulai menerima kehamilannya dan dapat mulai menggunakan
energi dan pikirannya secara lebih konstruktif. Ibu mulai merasakan
pergerakan janin dan merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang di
luar dirinya dan dirinya sendiri. Pada masa ini terjadi peningkatan libido.
c. Trimester ketiga
Periode menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu tidak sabar
menunggu kehadiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut
merupakan dua hal yang mengingatkan ibu pada bayinya. Seperti
melindungi anaknya dan akan menghindari orang atau benda yang
mungkin akan membahayakan bayinya.
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali dan banyak ibu
yang merasa dirinya aneh dan jelek. Selain itu, ibu juga merasa sedih
karena akan berpisah dengan bayinya dan kehilangan perhatian khusus
yang diteriam selama ini dari suaminya. Pada trimester ini, ibu
membutuhkan ketenangan dan dukungan dari suami, keluarga, dan bidan.
Trimester ini juga saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi
orang tua bayi.
(Ummi Hani,dkk, 2010: 68-69)
Ketidaknyamanan Wanita Hamil
a. Mual dan muntah
Biasanya terjadi pada minggu ke 5-12 dan timbul pada pagi hari.
Penyebabnya yang persis tidak diketahui, mungkin disebabkan oleh HCG,
estrogen, dan progesterone yang meningkat, relaksasi otot halus
perubahan metabolisme karbohidrat.
Cara meringankan atau mencegah :
Makan sedikit, misalnya biscuit dan the sebelum bangun dari tempat tidur.
Malam harus dalam porsi yang kecil-kecil tetapi sering, misalnya 5 kali
sehari. Mengkonsumsi vitamin B complex, vitamin C dan sedative.
b. Sakit pinggang
Sebagian besar disebabkan karena perubahan sikap badan pada kehamilan
lanjut, karena titik berat badan berpindah ke depan disebabkan perut yang
membesar. Ini diimbangi dengan lordosis yang berlebihan dan sikap ini
dapat menimbulkan spasmus dari otot-otot pinggang.
Cara meringankan :
Dengan analgetika, istirahat yang cukup dan pemakaian korset dapat
mengurangi keluhan. Terjadi pada awal TM II dan TM III.
c. Sesak nafas
Disebabkan leher rahim yang membesar, sehingga menekan diafragma ke
atas.
Cara meringankan :
Tidur dengan bantal yang tinggi, berdiri dan merentangkan lengan di atas
kepala serta menarik nafas panjang.

2.1.7

d. Oedem
Paling sering timbul pada kaki dan tungkai bawah, harus selalu diperiksa
apakah disebabkan toxemia gravidarum. Jika disebabkan oleh tekanan dari
rahim yang menekan vena-vena panggul, akan hilang dengan istirahat.
e. Sakit kepala
Timbul pada hamil muda TM I, penyebabnya antara lain keletihan,
pengaruh hormone, dinamikan cairan saraf yang berubah. Jika sakit kepala
ini terjadi pada trimester ketiga dapat merupakan preeklamsi berat.
Cara meringankan :
Teknik relaksasi, masase leher dan atas bahu, istirahat
Tanda bahaya :
Bila bertambah parah atau terus berlanjut dan dibarengi dengan tekanan
darah tinggi dan protein uria (preeklamsi).
f. Varises
Biasanya terjadi pada TM II dan TM III. Penyebabnya kongesti vena
dalam vena bagian bawah yang meningkat sejalan dengan kehamilan oleh
karena tekanan uterus.
Cara meringankan :
Meningkatkan kaki sewaktu berbaring atau duduk, hindari beridiri / duduk
terlalu lama, istirahat berbaring ke kiri.
g. Konstipasi
Penyebabnya tingkat progesterone yang meningkat sehingga motilitas
usus berkurang serta penyerapan air dan kolon meningkat.
Cara meringankan :
Meningkatkan intake cairan-cairan makanan berserat (buah, sayur),
istirahat teratur dan olahraga teratur.
Terjadi pada TM II dan III.
h. Frekuensi kemih meningkat
Terjadi karena tekanan uterus terhadap kandung kemih.
Cara meringankan :
Batasi minum bahan uterik alamiah missal kopi, kola dengan kefein,
berbaring miring ke kiri pada malam hari untuk meningkatkan diuresis.
(Manuaba, 2007: 210)
Konsep Antenatal Care
a. Pengertian
ANC (Antenatal Care) adalah bagian dari asuhan kebidanan yang
komponen- komponennya meliputi diagnosis dan manajemen dini
kehamilan, penilaian dan evaluasi kesejahteraan wanita, penilaian dan
evaluasi kesejahteraan janin, pengurangan ketidaknyamanan umum pada
ibu hamil. Anticipatory guidance dan instruksi serta skrining komplikasi
maternal dan fetal.
(Ummi Hani,dkk., 2010: 2-3)
b. Tujuan pengawasan antenatal, adalah:
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
ibu dan bayi.
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian

ASI eksklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
(Ika Pantikawati, 2010:3)
c. Pemeriksaan Antenatal Care
Pemeriksaan antenatal paling sedikit 4 kali kunjungan, yaitu:
1) Satu kali pada Trimester I Sebelum minggu ke 14
2) Satu kali pada Trimester II Pada minggu ke 14-28
3) Dua kali pada Trimester III Antara minggu ke 28-36 dan setelah
minggu ke 36.
d. Standar Minimal Asuhan Antenatal (10 T)
1) Timbang berat badan dan pengukuran berat badan
Pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil yaitu
berdasarkan masa tubuh (BMI: Body Mass Index) dimana metode ini
untuk menentukan pertambahan berat badan yang optimal selama
masa kehamilan, karena merupakan hal yang penting mengetahui BMI
wanita hamil. Total pertambahan berat badan pada kehamilan yang
normal 11,5-16 kg. adapun tinggi badan menentukan ukuran panggul
ibu, ukuran normal tinggi badan yang baik untuk ibu hamil antara lain
>145 cm.
2) Ukur tekanan darah
Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui perbandingan nilai
dasar selama masa kehamilan, tekanan darah yang adekuat perlu
untuk mempertahankan fungsi plasenta, tetapi tekanan darah sistolik
140 mmHg atau diastolik 90 mmHg pada saat awal pemeriksaan dapat
mengindikasikan potensi hipertensi.
3) Ukur tinggi fundus uteri
Apabila usia kehamilan dibawah 24 minggu pengukuran dilakukan
dengan jari, tetapi apabila kehamilan diatas 24 minggu memakai
pengukuran Mc Donald yaitu dengan cara mengukur tinggi fundus
memakai cm dari atas simfisis ke fundus uteri kemudian ditentukan
sesuai rumusnya.
4) Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap
Pemberian imunisasi tetanus toxoid pada kehamilan umumnya
diberikan 2 kali saja, imunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan
16 minggu untuk yang kedua diberikan 4 minggu kemudian. Akan
tetapi untuk memaksimalkan perlindungan maka dibentuk program
jadwal pemberian imunisasi pada ibu hamil.
Imunisasi TT 0,5 cc
Interval (Selang Waktu
Minimal)
Pada kunjungan antenatal
pertama

Lama
Perlindungan

% Perlindungan

TT2

4 minggu setelah TT1

3 tahun*

80

TT3

6 bulan setelah TT2

5 tahun

95

TT4

1 tahun setelah TT3

10 tahun

99

TT5

1 tahun setelah TT4

25 tahun

99

Antigen
TT 1

Keterangan : * artinya dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan,


maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari TN (Tetanus
Neonatorum).

5) Pemberian Tablet Besi minimal 90 tablet selama kehamilan


6) Tes terhadap penyakit menular seksual
Menganjurkan untuk pemeriksaan Infeksi Menular Seksual (IMS)
lain pada kecurigaan adanya resiko IMS.
7) Temu wicara (konseling dan pemecahan masalah)
Temu wicara pasti dilakukan dalam setiap klien melakukan
kunjungan. Bisa berupa anamnesa, konsultasi, dan persiapan rujukan.
Anamnesa meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan,
riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, biopsikososial, dan
pengetahuan klien. Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama
penanganan. Tindakan yang harus dilakukan bidan dalam temu wicara
antara lain:
a) Merujuk ke dokter untuk konsultasi
dan menolong ibu
menentukan pilihan yang tepat.
b) Melampirkan kartu kesehatan ibu serta surat rujukan.
c) Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat
hasil rujukan.
d) Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan.
e) Memberikan asuhan antenatal.
f) Perencanaan dini jika tidak aman melahirkan dirumah.
g) Menyepakati diantara pengambilan keputusan dalam keluarga
tentang rencana proses kelahiran.
h) Persiapan dan biaya persalinan
8) Tentukan persentasi janin dan hitung DJJ
Tujuan pemantauan janin itu adalah untuk mendeteksi dari dini ada
atau tidaknya faktor-faktor resiko kematian prenatal tersebut
(hipoksia/asfiksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan infeksi).
Pemeriksaan denyut jantung janin adalah salah satu cara untuk
memantau janin.
Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil.
Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16
minggu / 4 bulan. Gambaran DJJ:
a) Takikardi berat: detak jantung diatas 180x/menit
b) Takikardi ringan: antara 160-180x/menit
c) Normal: antara 120-160x/menit
d) Bradikardia ringan: antara 100-119x/menit
e) Bradikardia sedang: antara 80-100x/menit
f) Bradikardia berat: kurang dari 80x/menit
9) Tetapkan status gizi
Pada ibu hamil (bumil) pengukuran LiLA merupakan suatu cara
untuk mendeteksi dini adanya Kurang Energi Kronis (KEK) atau
kekurangan gizi. Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan transfer
nutrient ke janin berkurang, sehingga pertumbuhan janin terhambat
dan berpotensi melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR). BBLR berkaitan dengan volume otak dan IQ seorang anak.
Kurang Energi Kronis atau KEK (ukuran LILA < 23,5 cm), yang
menggambarkan kekurangan pangan dalam jangka panjang baik dalam
jumlah maupun kualitasnya.
Cara melakukan pengukuran LiLA
a) Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku
dengan meteran.
b) Lingkarkan dan masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita
LiLA. Baca menurut tanda panah.

c) Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku


dengan pita LiLA.
10) Tatalaksana kasus
e. Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan
Pemeriksaan diagnostik kehamilan adalah pemeriksaan yang
dilakukan untuk memastikan seorang wanita sedang hamil atau tidak,
bukan pemeriksaan yang dilakukan pada seorang wanita ketika ia sudah
diketahui hamil. Pemeriksaan diagnostik kehamilan pada trimester
pertama dan kedua mengacu pada kombinasi tanda-tanda tidak pasti, tanda
mungkin, dan tanda pasti.
Pemeriksaan ini terdiri atas anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
panggul, serta pemeriksaan laboratorium.
1) Anamnesis
Dari anamnesis, dapat diketahui tanda-tanda berikut ini:
a) Terhentinya menstruasi/amenorea.
b) Mual dan muntah.
c) Tinglip (dilep), tegang, berbenjol-benjol, pembesaran payudara,
dan pelebaran puting susu.
d) Peningkatan frekuensi berkemih.
e) Kelelahan.
f) Perubahan warna pada payudara seperti menghitamnya puting
serta areola primer dan sekunder.
g) Peningkatan suhu basal tubuh tanpa adanya infeksi.
h) Pengeluaran kolostrum dari puting susu.
i) Salivasi berlebihan.
j) Tanda Chadwick.
k) Quickening ( gerakan janin pertama yang dirasakan ) biasanya UK
16-18 minggu.
l) Pigmentasi kulit seperti cloasma, striae pada payudara dan
abdomen, linea nigra, jaring-jaring pembuluh darah, dan palmar
eritema.
2) Pemeriksaan fisik
a) Pengeluaran kolostrum.
b) Perubahan warna pada payudara.
c) Tinglip (dilep), tegang, berbenjol-benjol, pembesaran payudara,
dan pelebaran puting susu.
d) Pembesaran abdomen.
e) Teraba garis janin.
f) Ballotement.
g) Gerakan janin.
h) Bunyi jantung janin.
3) Pemeriksaan pelvis
a) Pembesaran uterus.
b) Perubahan bentuk uterus.
c) Tanda Piscaseck.
d) Tanda Hegar.
e) Tanda Goodell.
f) Teraba kontraksi Braxton Hicks.
g) Tanda Chadwick.
4) Tes laboratorium dann pemeriksaan penunjang
a) Tes kehamilan positif.
b) USG tampak keberadaan janin.
c) Tampak rangka janin pada foto rontgen (x-ray film).

( Ummi Hani dkk, 2010: 76 )


f. Penatalaksanaan
Pengumpulan data dasar melalui pengkajian riwayat, pemeriksaan
fisik dan panggul, tes laboratorium merupakan langkah pertama pada
proses penatalaksanaan. Langkah-langkah berikutnya pada proses
penatalaksanaan ini bergantung pada data dasar yang diperoleh dan
interpretasi data tersebut. Interpretasi terhadap data dasar tersebut
mencakup hal-hal di bawah ini :
1) Menentukan normal tidaknya kondisi kehamilan dari data yang
diperoleh.
2) Membedakan antara ketidaknyamanan yang umum dialami pada saat
hamil dan komplikasi yang mungkin terjadi.
3) Mengidentifikasi tanda dan gejala penyimpangan yang munngkin dari
kondisi normal atau komplikasi.
4) Mengidentifikasi area tertentu yang perlu dipelajari.
Antisipasi masalah potensial terkait adalah hal yang penting pada
pengembangan rencana perawatan yang komprehensif. Evaluasi terhadap
kebutuhan akan intervensi yang segera oleh bidan atau dokter dan/atau
untuk konsultasi atau penatalaksanaan kolaboratif dengan anggota tim
perawatan kesehatan penting hanya jika terdapat penyimpangan dari nilai
normal, dengan atau tanpa situasi kedaruratan. Pengembangan rencana
perawatan yang komprehensif mencakup komponen berikut:
1) Penentuan kebutuhan untuk melakukan tes laboratorium atau tes
penunjang lain untuk menyingkirkan, mengonfimasi, atau
membedakan antara berbagai komplikasi yang mungkin timbul.
2) Penentuan kebutuhan untuk melakukan konsultasi dengan dokter.
3) Penentuan kebutuhan untuk melakukan evaluasi ulang diet dan
intervensi.
4) Penentuan tidakan instruksional untuk memenuhi kebutuhan
pembelajaran.
5) Penentuan kebutuhan untuk mengatasi ketidaknyamanan atau upaya
terapi lain.
6) Penentuan kebutuhan untuk pengobatan atau tindakan lain untuk
penatalaksanaan komplikasi minor (mis., vaginitis, bakteriuria
asimptomatik, ISK tahap awal, anemia bordeline).
7) Penentuan kebutuhan untuk melakukan konsul dengan atau perujukan
ke tenaga profesional lain (mis., ahli gizi, pekerja sosial, perawat
kesehatan masyarakat).
8) Penentuan kebutuhan untuk melibatkan orang terdekat lain untuk lebih
aktif dalam perencanaan perawatan.
9) Penentuan kebutuhan untuk memberi konseling khusus atau panduan
antisipasi.
10) Penentuan kebutuhan untuk konseling HIV (jika anda tidak
melakukannya sendiri).
11) Penjadwalan kunjungan ulang berikutnya. Kunjungan ulang bagi
wanita yang mengalami perkembangan normal selama kehamilan
biasanya dijadwalkan sebagai berikut :
a) Hingga usia kehamilan 28 minggu, kunjungan dilakukan setiap
empat minggu.
b) Antara minggu ke-28 hingga ke-36, setiap dua minggu.
c) Antara minggu ke-36 hingga persalinan, dilakukan setiap minggu.
( Varney, 2007 : 531 )

2.2 Konsep Pre Eklampsia


2.2.1 Pengertian
Pre- eklampsia adalah penyakit hipertensi yang khas dengan disertai
proteinuria dan edema yang timbul akibat kehamilan setelh usia kehamilan 20
minggu atau segera setelah persalinan tanpa disertai kejang (Kapita Selekta
Jikid I, 2001).
Pre- eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih
(Rustam Muchtar, 1998).
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
protein uria yang timbul akibat kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada
triwulan ke -3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola
hidatidosa (Sarwono Prawiroharjo : 2006 : 282)
Pre-eklampsia berat merupakan kesatuan penyakit yang disebabkan oleh
kehamilan walaupun belum jelas bagaimana terjadi di Indonesia preeclampsia,
eklampsia, disamping perdarahan dan infeksi masih merupakan sebab utama
kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi (Prof. Dr. Sarwono
Prawiroharjo, Ds06)
Pre-eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg, atau lebih disertai proteinuria
dan atau diserati edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan
Patologi Kebidanan : 2009).
Eklampsia berasal dari Yunani yang berarti halilintar karena gejala
eklampsia dating dengan mendadak dan mendatangkan suasana gawat dalam
kebidanan. Dikemukakan beberapa teori yang dapat menerangkan kejadian
preeclampsia dan eklampsia sehingga dapat menetapkan upaya promotif dan
preventfi ( Manuaba : 2009)
Pre-eklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit
digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala di bawah ini :
a. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic 110 mmHg
atau lebih.
b. Protein uria 5 g atau lebih dalam 24 jam : 3 atau 4 + pada pemeriksaan
kualitatif.
c. Oligouria, air kencing 400ml atau kurang dalam 2-4jam
d. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium.
e. Edema paru dan sianosis. (Ilmu kebidanan : 2005)
2.2.2 Etiologi
Pre eklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Teori
yang dapat di terima harus dapat menerangkan hal-hal berikut :
a. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion dan, molahidatidosa.
b. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
c. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian
janin dalam uterus.
d. Sebab dapat terjadi eklampsi pada kehamilankehamilan berikutnya
e. Sebab timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
(Sarwono, 2008 : 283)
2.2.3 Patofisiologi
Perubahan pokok yang didapatkan pada pre-eklampsi adalah spasme
pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Perjalanan klinis dan
temuan anatomis bukti presumtif yang menyebabkan thrombosis di banyak
pembuluh halus yang selanjutnya mengakibatkan nekrosis di beberapa organ.

Vasospasme adalah dasar patofisiologi pre-eklampsi eklampsi. Kontriksi


vascular menyebabkan resistensi terhadap aliran darah menjadi penyebab
hipertensi arterial. Tekanan darah yang meningkat merupakan usaha untuk
mengatasi kenaikan tahanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi.
Vasospasme yang terjadi kemungkinan besar menimbulkan kerusakan sel
endotel dan kebocoran dicelah antara sel-sel endotel. Kebocoran ini
menyebabkan konstituen darah termasuk trombosit dan fibrinogen yang
mengendap di subendotel. Perubahan perubahan vascular ini bersama dengan
hipoksia vascular jaringan disekitarnya, diperkirakan menyebabkan
perdarahan, nekrosis dan kerusakan endo organ yang kadang dijumpai pada
pre-eklampsi berat (Cunningham, 2006 : 645).
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan
yang berlebihan dalam ruang interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin
karena retensi garam dan air..
2.2.4 Perubahan fisiologik patologik
a. Otak
Pada pre eklampsi aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batasbatas normal
b. Plasenta dan rahim
Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin.
c. Ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun.
d. Paru-Paru
Kematian ibu pada pre eklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh
edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis
e. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah
f. Keseimbangan elektrolit dan air
Pada pre eklampsi ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata
pada metabolisme air, elektrolit, kristaloid, dan protein serum
(Sarwono, 2008 : 285)
2.2.5 Tanda dan gejala pre eklampsia
a.
Hipertensi
Sebagai batas diambil tekanan darah 140 mmHg sistole dan 90 mmHg
diastole tapi juga kenaikan sistole 30 mmHg atau diastole 15mmHg di atas
tekanan yang biasa. Tekanan darah dapat mencapai 180 mmHg sistole dan
110 mmHg diastole tapi jarang mencapai 200mmHg.
b.
Oedema
Timbulnya oedema didahului oleh tambah berat badan yang
berlebihan. Penembahan berat badan 0,5 kg pada seorang hamil dianggap
normal, tapi kalau mencapai 1 kg seminggu atau 3 kg dalam sebulan, pre
eklampsia harus dicurigai
Tambah berat disebabkan oleh retensi air dalam jaringan dan
kemudian baru oedema nampak. Oedema ini tidak hilang dengan istirahat.
c.
Proteinuria
Proteinuria sering ditemukan pada pre eklampsia rupa-rupanya karena
vasospasmus pembuluh-pembuluh darah ginjal. Biasanya timbul lebih
lambat dan hipertensi dan tambah berat.
d.
Gejala-gejala subyektif
Sakit kepala yang keras karena vasospasmus atau
oedema otak

2.2.6

2.2.7

Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati


oleh hemorraghia atau oedema atau sakit karena perubahan pada
lambung.
Gangguan penglihatan : penglihatan menjadi
kabur malahan kadang-kadang pasien buta. Gangguan ini disebabkan
vasospasmus, oedema, atau ablatio retina.
Klasifikasi Pre Eklampsia
a. Pre-ekslampsia ringan
Gejala dan tanda :
1) Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam
2) Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam
3) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih seminggu
4) Protein uria 0,3 gram atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1-2 pada
urine kateter atau urine aliran pertengahan.
b. Pre-ekslmapsia berat
Gejala dan tanda :
1) Tekanan darah 160 / 110 mmHg
2) Ovigo uria, urine kurang dari 400 cc / 24 jam
3) Protein uria lebih dari 3 gram/liter
4) Keluhan subjektif :
5) Nyeri epigastrium
6) Gangguan penglihatan
7) Nyeri kepala
8) Edema paru dan sianosis
9) Gangguan kesadaran
Pemeriksaan :
1) Kadar enzim hati meningkat disertai ikterus
2) Perdarahan pada retina
3) Trombosit kurang dari 100.000/mm
c. Ekslampsia
Menjelang kejang-kejang dapat didahului gejala subjektif yaitu nyeri
kepala di daerah frontal, nyeri epigastrium, penglihatan semakin kabur dan
terdapat mual dan muntah dan pemeriksaan menunjukkan hiperfleksia
atau makin terangsang.
Diagnosis Pre Eklampsia
a. Kriteria Minimum :
1)
Tekanan darah > 140/90 mmHg setelah hamil 20
minggu
2)
Proteinuria > 300mg/24 jam atau > +1
b. Meningkat menjadi pasti pre eklampsia
1)
Tekanan darah 160/110 mmHg
2)
Proteinuria 2,0 gr/24 jam > +2
3)
Kreatinin serum di atas 1,2 md/dl kecuali diketahui
sebelumnya telah meningkat
4)
Trombosit < 100.000/mm
5)
Mikroangiopati hemolisis (meningkatnya LDH)
6)
Meningkatnya ALT atau AST
7)
Gangguan serebral tetap (sakit kepala dan gangguan
penglihatan)
8)
Sakit pada epigastrium menetap
(Manuaba, 2007 : 409)

2.2.8

Penatalaksanaan
a. Pencegahan
1) Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti
2) Waspada selalu kemungkinan terjadinya pre eklampsi kalau ada
faktor-faktor predisposisi
3) Berikan nasehat tentang manfaat istirahat dan tidur tenang
4) Pembatasan pemakaian garam pada trimester III.
b. Pengobatan
Pengobatan yang terbaik untuk pre eklampsia adalah mengakhiri
kehamilan karena :
1) Untuk mencegah timbulnya eklampsi
2) Pre eklampsia dengan sendirinya akan berangsur baik setelah
persalinan
3) Mengingat kemungkinan kematian anak dalam rahim
Tujuan pengobatan antara lain :
1)
mencegah terjadinya eklampsia
2)
anak harus lahir dengan kemungkinan hidup
yang besar
3)
persalinan harus dengan trauma seminimal
mungkin
4)
mencegah hipertensi yang menetap
c. Penanganan pre eklampsia berat
Semua kasus pre eklampsia berat harus ditangani secara aktif
Penanganan umum :
a.
Beri obat anti konvulsan (MgSO4)
1)
Dosis awal
a)
MgSO4 20 % 4 gr I.V selama 5 menit
b)
Lanjutkan pemberian 10 gr MgSO4 40 %
masing-masing 5 gr di bokong kanan dan bokong kiri I.M
dalam.
2)
Dosis pemeliharaan
a)
MgSO4 1-2 gr per jam per infus.
b)
Lanjutkan MgSO4 sampai 24 jam pasca
persalinan atau kejang berakhir
b.
Jika tekanan diastolik > 110mmHg, berikan obat anti
hipertensi, yaitu : hidralazin 5 mg I.V pelan-pelan tiap 5 menit sampai
tekanan darah turun (diastolik 90-100mmHg) atau nifedipin 5 mg sub
lingual (jika tidak baik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg sub
lingual)
c.
Pasang infus dengan jarum besar (16 gauge/lebih besar)
d.
Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai overload
cairan
e.
Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan
proteinuria
f.
Observasi TTV, dan denyut jantung janin tiap jam.
Persalinan (harus diusahakan segera setelah keadaan stabil)
a.
Periksa serviks : jika serviks matang, lakukan amniotomi,
lalu induksi persalinan dengan oksitosin drip
b.
Jika persalinan pervaginam tidak bisa diharapkan dalam
12 jam (eklampsia) /24 jam (pre eklampsia) lakukan SC
c.
Jika DJJ < 100x/menit atau > 180x/menit, lakukan SC
d.
Jika serviks belum matang, janin hidup, lakukan SC

e.

Jika anastesia untuk SC tidak ada atau jika janin


mati/terlalu kecil : usahakan lahir pervaginam, matangkan serviks
dengan misoprostol, prostaglandin.
(Saifudin, 2002 : M-38)
Rekomendasi pengobatan secara internasional adalah magnesium sulfat
ditambah obat anti hipertensi dan diuretik dengan indikasi khusus.
Pemberiannya aman dengan memperhatikan :
a.
Refleks patella masih positif/bisep refleks
b.
Tidak ada gangguan pernapasan sekitar 16x/menit
c.
Terdapat peningkatan produksi urine
Pemberian cairan dengan :
a.
Glukosa 5-10%
b.
Ringer laktat
c.
Ringer dekstrose
Tujuan : mengimbangi hipervolume darah, mengharapkan darah menjadi
hiperkonsentrasi/tekanan osmotiknya turun sehingga dapat meningkatkan
produksi urin, glukosanya untuk mengubah metabolisme menjadi lebih
baik dan melindungi liver dari kerusakan.
Dosis magnesium sulfat pada pre eklampsia dan eklampsia
a.
Infus intravena
1)
Dosis 4-6 gram dosis permulaan diencerkan dengan 100
ml I.V dan habis dalam 15-20 menit
2)
Mulai 2gr/jam dalam 100 ml I.V untuk mempertahankan
konsentrasi
3)
Ukur magnesium serum antara 4-6 jam dan infus kembali
untuk mengatur agar konsentrasi 4-7 mEq/l (4,8-8,4 mg/dL)
4)
Magnesium sulfat diteruskan hanya sampai 24 jam post
partum
b.
Suntikan intermitten I.M
1)
berikan 4 gr magnesium sulfat larutan 20% I.V dengan
tidak lebih dari1 gr/menit
2)
diikuti dengan 10 gr larutan 50% masing-masing 5 gr
pada bokong dalam jarum masuk 3 inci dan jarumnya 20. (berikan
lidocain 1,0 ml untuk mengurangi ketidaknyamanan). Bila terjadi
konvulsi dalam 15 menit, berikan 2 gr tambahan larutan 20%
dengan perlahan-lahan sehingga tidak lebih dari 1gr/menit. Bila
gemuk, dapat ditambahkan sampai 4 gr.
3)
Setiap 4 jam selanjutnya ditambah 5 gr larutan 50%
suntikkan dalam kuadran bokong dengan catatan refleks patela
masih positif, tidak terdapat depresi pernapasan dan produksi urin
dalam 4 jam lebih dari 100 cc
4)
Magnesium sulfat tidak diteruskan setelah 24 jam post
partum
(Manuaba, 2007 : 411)
2.3 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Kehamilan
2.3.1 Pengkajian
Tanggal
:...................
Jam
:....................
Oleh
:....................
Tempat:....................
a. Data Subyektif

1) Biodata
Nama : Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama
dengan klien (Christian .I. 1984 : 84).
Umur : dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,
mental dan psikisnya belum siap. sedangkan umur lebih dari
35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa
nifas (Ambarwati, 2008: 131).
Agama : untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa
(Ambarwati, 2008: 132).
Pendidikan: Pendidikan adalah suatu pengembangan kemampuan yang
diinginkan, proses perubahan mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka semakin mudah ia menerima
dan menangkap informasi yang disampaikan. Pada
umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin
baik pula tingkat pengetahuannya (Notoatmodjo, 2005).
Pekerjaan : perlu dikaji untuk mengetahui gambaran aktifitas dan
tingkat kesejahteraan ekonomi yang didapatkan. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa ibu yang bekerja
mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik dari ibu
yang tidak bekerja. Karena pada ibu yang bekerja akan
lebih banyak memiliki kesempatan untuk berinteraksi
dengan orang lain. Tenaga kesehatan perlu mengkaji hal
ini agar dapat memberikan informasi dan penyuluhan
yang tepat sesuai dengan kondisi pasien (Suryati
Romauli, 2011).
Alamat
: Ditanyakan untuk maksud mempermudah komunikasi
dan kunjungan rumah (Jenny Sondakh. 2013).
2) Alasan Datang
Mengetahui alasan ibu datang ke tempat pelayanan kesehatan, apakah
ingin memeriksakan kehamilannya.
3) Keluhan Utama
Mengetahui keadaan ibu saat datang. Keluhan yang sering terjadi pada
saat kehamilan yaitu pigmentasi, nyeri ulu hati, nyeri kepala, nyeri
ligamentum, dll (Bobak, 2004; 178 - 179).
4) Riwayat Kesehatan Ibu dan Keluarga
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu atau keluarga mempunyai
riwayat penyakit yang sedang atau pernah dialami seperti penyakit
jantung, tekanan darah tinggi, TBC, diabetes mellitus, asma, dan
penyakit infeksi atau menular seksual seperti HIV.
Hipertensi dapat mempredisposisikan pada trombosit vena profilasi
dan selanjutnya embolisme paru. Kondisi lain seperti asma, epilepsi,
infeksi memerlukan pengobatan dan dapat menimbulkan efek samping
pada janin. Komplikasi media utama seperti DM, jantung memerlukan
keterlibatan dan dukungan spesialis medis.
Menurut Poedji Rouhjati, 2003 riwayat kesehatan yang dapat
berpengaruh pada kehamilan yang dapat berdampak pada saat proses
persalinan hingga nifas antara lain:
- Anemia (kurang darah), bahaya jika Hb < 6 gr % yaitu kematian
janin dalam kandungan, persalinan prematur, persalinan lama dan
perdarahan postpartum.

TBC paru, janin akan tertular setelah lahir. Bila TBC berat akan
menurunkan kondisi ibu hamil, tenaga bahkan ASI juga berkurang.
Dapat terjadi abortus, bayi lahir prematur, persalinan lama dan
perdarahan postpartum
- Jantung, bahayanya yaitu payah jantung bertambah berat, kelahiran
prematur/ lahir mati
- Diabetes melitus, bahayanya yaitu dapat terjadi persalinan
premature, hydramnion, kelainan bawaan, BBL besar, kematian
janin dalam kandungan.
- HIV/AIDS, bahayanya pada bayi dapat terjadi penularan melalui
ASI dan ibu mudah terinfeksi.
(Salmah, 2006: 134)
5) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
- Kehamilan
Pengkajian mengenai masalah/gangguan saat kehamilan seperti
hiperemesis, perdarahan pervaginam, pusing hebat, pandangan
kabur, dan begngkak bengkak ditangan dan wajah
- Persalinan
Cara kelahiran spontan atau buatan, aterm atau prematur,
perdarahan dan ditolong oleh siapa
- Nifas
Adakah panas, perdarahan, kejang kejang, dan laktasi
6) Riwayat haid
Anamnese haid memberikan kesan tentang faal alat reproduksi /
kandungan, meliputi hal-hal seperti ; umur menarche, lamanya, siklus
haid, banyaknya darah, HPHT, keluhan saat haid.
(Marjati dkk, 2010:126)
7) Riwayat Pernikahan
Ditanyakan nikah atau tidak, berapa kali menikah, usia pertama
menikah dan berapa lama menikah.
(Marjati dkk, 2010:126)
8) Riwayat Kehamilan Sekarang
Trimester I
:
berisi tentang bagaimana awal mula terjadinya
kehamilan, ANC dimana dan berapa kali, keluhan selama hamil muda,
obat yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat.
Trimester II :
berisi tentang ANC dimana dan berapa kali,
keluhan selama hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang
didapat. Sudah atau belum merasakan gerakan janin, usia berapa
merasakan gerakan janin, serta imunisasi yang didapat.
Trimester III :
berisi tentang ANC dimana dan berapa kali,
keluhan selama hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang
didapat.
(Marjati dkk, 2010: 126)
9) Riwayat KB
Ditanyakan apakah ibu menggunakan KB, jika iya ibu menggunakan
KB jenis apa, sudah berhenti berapa lama, keluhan selama ikut KB dan
rencana penggunaan KB setelah melahirkan. Hal ini untuk mengetahui
apakah kehamilan ini karena faktor gagal KB atau tidak.
10) Pola kebiasaan sehari-hari.
b) Pola Nutrisi
Untuk mengetahui bagaimana kecukupan gizi dengan menanyakan
frekuensi makan dan minum berapa kali, dengan porsi berapa, dan

dengan jenis makanan serta minuman apa saja, serta adakah


pantangan makanan.
c) Pola Eliminasi
BAB dan BAK berapa kali sehari, adakah gangguan yang dialami,
bagaimana konsistensi serta warna.
d) Pola Istirahat
Untuk mengetahui bagaimana kecukupan istirahat dengan
menanyakan tidur siang dan malam berapa jam, adakah gangguan
yang dialami.
e) Pola Aktivitas
Bentuk aktivitas, adakah gangguan atau tidak dengan aktivitas
yang dilakukan
f) Pola kebersihan
Mandi......kali/hari,GosokGigi.......kali/hari,Ganti
Pakaian......kali/hari,Ganti celana dalam......kali/hari.
g) Pola Seksual
Untuk mengetahui bagaimana frekuensi seksual yang dilakukan
dan untuk mengetahui apakah ada gangguan.
11) Riwayat Psikososial
a) Psikologis
Keadaan ini direncanakan/diharapkan/tidak, tanggapan suami,
orang tua, keluarga lain terhadap keadaan, apakah ada gangguan
atau tidak.
b) Sosial
Hubungan suami istri, orang tua dan keluarga lain apakah baik atau
tidak serta bagaimana dengan orang yang berpengaruh dalam
keluarga
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
: baik, cukup, lemah
Kesadaran
: composmentis, letargis, somnolen, apatis, koma
Tanda- tanda vital :
Tekanan darah : Normal (100/60 mmHg-130/90 mmHg)
Pernafasan
: Normal (16-24x/menit)
Nadi
: Normal (60-90x/menit)
Suhu
: Normal (36,5-37,5 C)
BB
: ... Kg
TB
: > dari 145 cm.(kurang dari 145 kemungkinan panggul
sempit)
Lila
: > 23,5 cm. Jika <23,5 merupakan indikator status gizi
kurang.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Rambut
: Bersih/kotor, warna hitam/merah jagung, mudah
rontok/tidak
Muka
: Muka
bengkak/oedem
tanda
eklampsi,
terdapat/tidak cloasma gravidarum sebagai tanda
kehamilan. Muka pucat tanda anemia, perhatikan
ekspresi ibu, kesakitan atau menyeringai.
Mata
: Konjungtiva pucat menandakan anemia pada ibu
yang akan mempengaruhi kehamilan dan
persalinan yaitu perdarahan, Sklera ikterus perlu
dicurugai ibu mengidap hepatitis.

Hidung
: Simetris, adakah sekret/ polip/atau kelainan lain.
Mulut & gigi : Bibir pucat tanda ibu anemia, bibir kering tanda
dehidrasi, sariawan tanda ibu kekurangan vitamin
C. Caries gigi menandakan ibu kekurangan
kalsium.
Leher
: Adanya pembesaran kelenjar tyroid menandakan
ibu kekurangan iodium, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya kretinisme pada bayi dan
terdapat bendungan vena jugularis/tidak
Dada
: bagaimana
kebersihannya,
Terlihat
hiperpigmentasi pada areola mammae tanda
kehamilan, puting susu datar atau tenggelam
membutuhkan
perawatan
payudara
untuk
persiapan menyusui
Genetalia
: bersih/tidak, varises/tidak, ada condiloma/tidak
keputihan/tidak.
Ekstremitas : Adanya oedem pada ekstremitas atas atau bawah
dapat dicurigai adanya hipertensi hingga
Preeklampsi dan diabetes melitus, varises/tidak,
kaki sama panjang/tidak mempengaruhi jalannya
persalinan. (Hani, dkk.2010)
b) Palpasi
Kepala
: terdapat benjolan abnormal/tidak
Leher
: Tampak/ tidak tampak pembesaran vena jugularis.
Hal ini dapat menambah tekanan pada jantung.
Potensial terjadi gagal jantung. Tampak/ tidak tampak
pembesaran kelanjar tiroid, jika ada potensial terjadi
kelahiran prematur, lahir mati, kretinisme dan
keguguran. Tampak/ tidak tampak pembesaran limfe,
jika ada kemungkinan terjadi infeksi oleh berbagai
penyakit misal TBC, radang akut di kepala.
Dada
: Adanya benjolan pada payudara waspadai adanya
Kanker payudara dan menghambat laktasi. Kolostrum
mulai diproduksi pada usia kehamilan 12 minggu tapi
mulai keluar pada usia 20 minggu.
Ekstremitas : Adanya oedema pada ekstremitas atas atau bawah
dapat dicurigai adanya hipertensi hingga
Preeklampsi dan Diabetes melitus.
Abdomen
:
Leopold I : Untuk menentukan usia kehamilan berdasarkan
TFU dan bagian yang teraba di fundus uteri.
Pengukuran tinggi fundus uteri
Sebelum bulan III tinggi fundus uteri belum bisa diraba
12 minggu : TFU 1 2 jari diatas symphisis
16 minggu : TFU pertengahan antara symphisi dan pusat
20 minggu : TFU 3 jari dibawah pusat
24 minggu : TFU setinggi pusat
28 minggu : TFU 3 jari diatas pusat
32 minggu : TFU pertengahan antara pusat dan procesus
xymphoideus
36 minggu : TFU 3 jari dibawah procesus xymphoideus
40 minggu : TFU pertengahan antara pusat dan procesus
xyphoideus

Tanda kepala : keras, bundar, melenting


Tanda bokong: lunak, kurang bundar,kurang melenting.
Leopold II : Menentukan letak punggung anak pada letak
memanjang dan menentukan letak kepala pada
ketak lintang
Leopold III : Menentukan bagian terbawah janin, dan apakah
bagian terbawah sudah masuk PAP atau belum.
Leopold IV : Seberapa jauh bagian terbawah masuk PAP.
c) Auskultasi
Dada
: Adanya ronkhi atau wheezing perlu dicurigai adanya
asma atau TBC.
Abdomen : DJJ (+) normal 120-160 x/menit, teratur dan reguler.
d) Perkusi
Reflek patella : Reflek patella negatif menandakan ibu kurang
terpenuhi dalam vit B1.
(Marjati dkk, 2010:12-13)
3) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
Wanita diperiksa urinnya untuk mengetahui kadar protein
glukosanya, diperiksa darah untuk mengetahui faktor rhesus,
golongan darah, Hb

Tes Lab

Nilai Normal

Hemoglobin

10,5-14,0

Protein Urin

Terlacak/negatif
Bening/negatif
Warna hijau

Glukosa
dalam urin

Nilai Tidak Diagnosis


Normal
Masalah Terkait
<10,5
Anemia
Protein urine

Negatif
Rh +
A B O AB

Kuning,
orange,
coklat
Positif
Rh-

Negatif

+
Positif

Feses untuk Negatif


ova/telur
cacing
dan
parasit

Positif

VDRL/RPR
Faktor rhesus
Golongan
Darah
HIV
Rubella

Diabetes
Syphilis
Rh sensitization
Ketidakcocokan
ABO
AIDS
Anomali
pada
janin jika ibu
terinfeksi
Anemia akibat
cacing

b) Pemeriksaan Rontgen
Dilakukan pada kehamilan yang sudah agak lanjut karena sebelum
bulan ke IV rangka janin belum tampak. Pemeriksaan rontgen
dilakukan pada kondisi-kondisi:
Diperlukan tanda pasti hamil
Letak anak tidak dapat ditentukan dengan jelas dengan palpasi

2.3.2

2.3.3

Mencari sebab dari hidraamnion


Untuk menentukan kelainan anak
c) Pemeriksaan USG
Kegunaannya:
Diagnosis dan konfirmasi awal kehamilan
Penentuan umur gestasi dan penafsiran ukuran fetal
Mengetahui posisi plasenta
Mengetahui adanya IUFD
Mengetahui pergerakan janin dan detak jantung janin.
(Marjati dkk, 2010:95-97)
Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Dx
: G_ P_ _ _ _ Ab _ _ _ Uk ... minggu, tunggal, hidup, intrauterine,
dengan kehamilan normal
Ds
: ibu mengatakan ini kehamilan ke....Usia kehamilan....HPHT....
Do
: kesadaran
: composmentis/letargis/koma
Tekanan darah : Normal (100/60 mmHg-130/90 mmHg)
Pernafasan
: Normal (16-24x/menit)
Nadi
: Normal (60-90x/menit)
Suhu
: Normal (36,5-37,5 C)
TB
: ... cm
BB hamil
: ... kg
TP
: ...
LILA
: cm
Leopold I
: ...
Leopold II
: ...
Leopold III
: ...
Leopold IV
: ...
Masalah : ketidaknyamanan seperti mual, muntah, kram kaki, dll
Diagnosa dan Masalah Potensial: Kebutuhan Segera: Pemantauan adekuat
Intervensi
Dx
: G_ P_ _ _ _ Ab_ _ _ Uk ... minggu, Tunggal, hidup, letkep,
intrauterine, keadaan ibu dan janin baik dengan kehamilan
normal
Tujuan : - Kehamilan berjalan normal tanpa komplikasi
- Keadaanibu dan janin baik
Do
: kesadaran : baik
Tekanan darah : Normal (100/60 mmHg - 130/90 mmHg)
Pernafasan
: Normal (16-24x/menit)
Nadi
: Normal (60-90x/menit)
Suhu
: Normal (36,5-37,5 C)
Lila
: ...
TFU
: Sesuai usia kehamilan
DJJ
: 120 160x/menit
Intevensi.
1. Beri informasi pada ibu tentang kondisi ibu dan janin.
R: mengidentifikasi kebutuhan atau masalah ibu hamil tentang kondisinya
dan janin sehingga lebih kooperatif dalam menerima asuhan
2. Berikan konseling tentang perubahan fisiologis pada trimester II
R : adanya respon positif dari ibu terhadap perubahan perubahan yang
terjadi dapat mengurangi kecemasan dan dapat beradaptasi dengan
perubahan perubahan yang terjadi.

2.3.4
2.3.5

3. Anjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi seimbang


R : sebagai sumber tenaga, pembangun, pengatur, dan pelindung tubuh
yang sangat penting bagi kesehatan ibu dan janin
4. Jelaskan pada ibu tentang tanda tanda bahaya pada trimester II seperti
perdarahan, sakit kepala yang hebat dan nyeri abdomen yang akut
R: dengan mengetahui tanda tanda bahaya, maka ibu dapat mencari
pertolongan segera jika hal itu terjadi
5. Ajarkan ibu tentang perawatan payudara
R: perawatan payudara membantu dalam masa laktasi, seta puting susu
menonjol
6. Beritahu ibu untuk periksa kehamilan secara teratur
R: sebagai upaya dini untuk mendeteksi adanya kelainan kelainan
kehamilan
Masalah: disesuaikan dengan ketidaknyamanan yang terjadi
Implementasi
Dilaksanakan berdasarkan Intervensi
Evaluasi
Hasil evaluasi tindakan nantinya dituliskan setiap saat pada lembar catatan
perkembangan dengan melaksanakan observasi dan pengumpulan data
subyektif, obyektif, mengkaji data tersebut dan merencanakan terapi atas hasil
kajian tersebut. Jadi secara dini catatan perkembangan berisi uraian yang
berbentu SOAP, yang merupakan singkatan dari :
S
: Subyektif
Merupakan informasi/data yang diperoleh dari keluhan pasien.
O
: Objektif
Merupakan informasi yang didapatkan dari hasil pemeriksaan oleh
bidan maupun oleh tenaga kesehatan lainnya.
A
: Assesment
Merupakan penilaian yang disimpulkan dari informasi subyektif dan
obyektif.
P
: Planning
Merupakan rencana tindakan kebidanan yangt dibuat sesuai dengan
masalah klien.
(Depkes, 2005 : 57).

Anda mungkin juga menyukai