Anda di halaman 1dari 90

1

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Perkembangan

ilmu

pengetahuan

memungkinkan

kita

memperoleh

informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di
dunia. Pekembangan tersebut memberikan wahana yang memungkinkan
matematika

berkembang dengan pesat

pula.

Perkembangan matematika

menggugah kita untuk memiliki kemampuan yang membutuhkan pemikiran kritis,


sistematis, logis, kreatif, dan kemauan bekerjasama yang efektif sehingga mampu
mengahadapi segala tantangan globalisasi. Oleh karena itu, kita harus dibekali
ilmu dan pengetahuan dibidang matematika dengan berbagai kemampuan yang
handal, yaitu memperoleh, menganalisis dan mengolah informasi dengan cermat
serta kemampuan memecahkan masalah.
Konsep matematika tergolong abstrak hal ini merupakan penyebab
matematika dipandang sulit untuk dipahami. Untuk memahami yang abstrak;
tahap awal biasanya perlu ungkapan yang konkrit (ilustrasi). Namun kenyataan
yang ada, tidak setiap konsep di matematika diikuti dengan ilustrasi konkrit.
Contoh memang diberikan, namun hanya contoh tentang pembatasan konsep yang
dimaksud. Dalam proses belajar banyak hal yang kita temukan pada siswa,
misalnya siswa tidak dapat memunculkan atau mengutarakan tentang apa yang

tidak dimengerti, siswa merasa belum siap untuk bertanya karena bingung tentang
apa yang akan ditanyakan, dan siswa merasa segan untuk bertanya pada guru.
Kondisi yang tidak kondusif dalam proses pembelajaran tersebut, dapat
merugikan proses pembelajaran selanjutnya. Hal ini dapat terjadi berlarut-larut
jika tidak diatasi sejak dini. Untuk itu perlunya suatu desain pembelajaran yang
mampu mengungkapkan tentang permasalahan siswa serta penanggulangannya.
Pada pelaksanaan pembelajaran matematika, guru hendaknya tidak
ditekankan pada tujuan yang bersifat teoritis saja tetapi juga ditekankan pada
proses belajar dan hasil belajar. Pemilihan pembelajaran sangat menentukan
kualitas pengajaran yang merupakan proses dan hasil belajar mengajar. Kualitas
pembelajaran selalu terkait dengan penggunaan metode pengajaran yang optimal,
ini berarti untuk mencapai kualitas pengajaran yang tinggi harus diorganisasikan
dengan strategi yang tepat pula.
Proses pendidikan di Indonesia selalu mengalami penyempurnaan yang
pada akhirnya menghasilkan suatu hasil pendidikan yang berkualitas. Berbagai
usaha telah dilakukan oleh para pengelola pendidikan untuk memperoleh kualitas
dan kuantitas pendidikan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. Sebagai
seorang pendidik tentunya harus menguasai metode dan teknik pembelajaran agar
siswa terhindar dari kebosanan dan tercipta kondisi belajar yang interaktif, efektif,
dan efisien.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahuan 2005 tentang
Standar Pendidikan BAB IV pasal 19 yang menyebutkan bahwa proses
pembelajaran pada suatu pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,


serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.1
Sesuai dengan cita-cita dan harapan dari tujuan pendidikan nasional, guru
perlu memiliki beberapa prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan
kemampuan internal siswa di dalam merangsang strategi pembelajaran ataupun
melaksanakan pembelajaran. Peningkatan potensi internal itu misalnya dengan
menerapkan jenis-jenis strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa mampu
mencapai kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual. Salah satu pendekatan
dalam pembelajaran yang berbasis kompetensi adalah menempatkan siswa
sebagai subjek didik, yakni lebih banyak mengikutsertakan siswa dalam proses
pembelajaran. Pendekatan ini bertolak dari anggapan bahwa siswa memiliki
potensi untuk berpikir sendiri, dan potensi tersebut hanya dapat diwujudkan
apabila mereka diberi banyak kesempatan untuk berpikir sendiri. Oleh karena itu
pemilihan metode pembelajaran memberi peluang kepada peserta didik untuk
aktif dan kreatif di dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran yang efektif sangat bergantung pada pemilihan dan
penggunaan metode pembelajaran. Cara belajar- mengajar yang lebih baik adalah
mempergunakan kegiatan murid murid sendiri secara efektif dalam kelas,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan kegiatan sedemikian rupa secara

Undang-undang SISDIKNAS

kontinu dan juga melalui kelompok.2 Meningkatkan hasil belajar matematika


banyak usaha yang perlu ditempuh, sehingga memungkinkan terjadinya peristiwa
belajar yang optimal pada diri siswa. Salah satu usaha yang dapat dilakukan
adalah menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan proses belajar
mengajar supaya hasil belajar matematika siswa dapat ditingkatkan. Salah satunya
dengan menerapkan pembelajaran kooperatif.
Kooperatif Learning (Pembelajaran kooperatif)

merupakan strategi

pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok


belajar kecil dimana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran. 3
Menurut Slavin (1995) hasil penelitian 20 tahun terakhir mengindikasikan bahwa
pendekatan belajar kooperatif bisa digunakan secara efektif pada setiap tingkat
kelas untuk semua mata pelajaran.4
Oleh sebab itu, pembelajaran kooperatif merupakan salah satu faktor yang
penting dalam meningkatkan suatu hasil belajar matematika, sehingga diperlukan
adanya suatu metode yang baru dalam pembelajaran matematika. Salah satunya
yaitu pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif.
Dan banyak sekali model- model dalam pembelajaran kooperatif yang ada maka
peneliti menggunakan perbandingan antara model pembelajaran kooperatif STAD

W. James Popham dan Eva L.Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis (Jakarta :

Rineka Cipta, 2008), hal 141


3

Dr.Kokom Komala Sari,M.Pd, Pembelajaran Konstektual, (Bandung : PT Refika

Aditama, 2010), hal. 62


4

Dr.Farida Rahim, M.Ed, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara,

2008), hal. 34

(Student Team Achievement Divisions) dengan model pembelajaran kooperatif


TAI(Team Assisted Individualization)
Pembelajaran kooperatif model STAD dicirikan oleh suatu struktur tugas,
tujuan dan penghargaan kooperatif. Siswa bekerja sama dalam situasi dan
semangat pembelajaran kooperatif seperti membutuhkan kerjasama untuk
mencapai tujuan bersama dan mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan
tugas.Sedangkan pembelajaran kooperatif model TAI dicirikan setiap siswa secara
individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru.Hasil
belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling
dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab
atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.

Beberapa ahli

menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam


membuat siswa untuk memahami konsep-konsep tetapi juga membantu siswa
menumbuhkan kemampuan kerja sama, berfikir kritis dan mengembangkan sikap
sosial siswa.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka peneliti akan mengkaji
masalah tersebut melalui penelitian kuantitatif dengan judul Perbedaan Hasil
Belajar

Matematika

Menggunakan

Model

TAI

(Team

Assisted

Individualization) dengan Model STAD (Student Team Achievement Divisions)


Pada Peserta Didik Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Sunan Kalijaga
Kranding Kediri Tahun Ajaran 2012/2013.

B.

Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang di atas serta demi terwujudnya pembahasan

yang sesuai dengan harapan, maka penulis memaparkan rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah
1.

Apakah ada perbedaan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII
MTs. Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013 setelah
pembelajaran menggunakan model TAI?

2.

Apakah ada perbedaan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII
MTs. Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013 setelah
pembelajaran menggunakan model STAD?

3.

Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika pada peserta didik


kelas VII MTs. Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013
yang diberi model TAI dengan model STAD?

C.

Tujuan Penelitian
Setiap manusia dalam melakukan segala aktivitas yang dilakukannya tidak

terlepas dengan adanya tujuan tujuan yang ingin dicapai. Demikian halnya
dengan penulisan skripsi ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.

Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika peserta didik kelas


VII MTs. Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013 setelah
pembelajaran menggunakan model TAI

2.

Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika peserta didik kelas


VII MTs. Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013 setelah
pembelajaran menggunakan model STAD

3.

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar matematika siswa


MTs. Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013 yang diberi
model TAI dengan model STAD

D.

Hipotesis Penelitian
Hipotesis bisa diartikan sebagai proporsi atau hubungan antara dua atau

lebih konsep atau variabel yang harus diuji kebenarannya melalui penelitian
empiris. Dengan menguji hipotesis dan menegaskan perkiraan hubungan, maka
diharapkan solusi

dapat

ditemukan untuk

memecahkan

masalah

yang

dihadapinya. 5Hipotesis Dalam penelitian ini adalah :


1.

Ada perbedaan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII MTs. Sunan
Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013 setelah pembelajaran
menggunakan model TAI

2.

Ada perbedaan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII MTs. Sunan
Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013 setelah pembelajaran
menggunakan model STAD

3.

Ada perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar matematika antara


siswa yang diajarkan dengan model TAI dengan model STAD pada siswa
kelas VII MTs Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013.

Puguh Suharso, Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis : Pendekatan Filosofi dan

Praktis, (Jakarta : Indeks, 2009), hlm. 46.

E.

Kegunaan Penelitian
1.

Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif untuk


memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan keadaan
lingkungan belajar siswa.
2.

Secara Praktis

a.

Bagi Sekolah

Sebagai masukan bagi segenap komponen pendidikan untuk memberikan


proses pembelajaran matematika sehingga terwujud out-put pendidikan yang
berkualitas
b.

Bagi Guru

Sebagai bahan kajian dan pertimbangan dalam melaksanakan kegiatan


belajar mengajar anak didiknya, dalam rangka menciptakan mutu pendidikan
matematika.
c.

Bagi Penulis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan,


bahan rujukan dan perbandingan penelitian-penelitian selanjutnya.
F.

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian


1.

Ruang lingkup penelitian


Beberapa

pembelajaran

kooperatif

yang

telah

dikembangkan

diantaranya; STAD (Student Team Achievement Division), TGT (Team


Games Tournament), TAI (Team Assisted Individualization), CIRC
(Cooperative Integred Reading and Composition), Jigsaw, NHT(Numbered

Head Together) , model model tersebut memiliki prosedur yang berbeda


dalam pelaksanaannya. Sehingga dalam penelitian ini peneliti memfokuskan
pada model TAI dan model STAD yang dianggap sesuai untuk
meningkatkan hasil belajar matematika. Hasil belajar dapat dilihat melalui
kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang
akan menunjukkan tingkat kemampuan peserta didik dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil
belajar kognitif, instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar
adalah dengan post test.
2.

Keterbatasan penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan, dimana hasilnya nanti tidak

terlepas dari keterbatasan tersebut. Beberapa keterbatasan tersebut


diantaranya:
a.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya terdiri dari 2 kelas
yaitu kelas VII-A dan kelas VII-B

b.

Hasil belajar di batasi berupa hasil post test setelah diterapkan model
TAI dan STAD pada materi layang layang dan trapesium.

c.

Penelitian ini dilakukan pada siswa MTs Sunan Kalijaga Kranding


Kediri pada Tahun Ajaran 2012/2013.

G.

Definisi Konseptual
Untuk memperjelas dan menghindari kesalah pahaman dan salah penafsiran

istilah dalam judul skripsi ini, maka peneliti perlu menjelaskan istilah istilah
yang penting dalam judul ini.

10

a.

Pembelajaran kooperatif
Kooperatif Learning ( Pembelajaran kooperatif ) merupakan srtategi

pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok


belajar kecil dimana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran. 6
Salah satunya adalah model Pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe TAI.
b.

Model pembelajaran kooperatif STAD


Model pembelajaran kooperatif STAD adalah model pembelajaran yang

dikembangkan oleh Slavin yang melibatkan kompetisi antarkelompok. Siswa


dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan etnis.
Pertama tama, siswa mempelajari materi bersama dengan teman teman satu
kelompoknya, kemudian mereka diuji secara individual melalui kuis kuis.
Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor yang diperoleh oleh
kelompok. Jadi, setiap anggota harus berusaha memperoleh nilai maksimal dalam
kuis jika kelompoknya ingin mendapatkan skor tinggi. 7
c.

Model pembelajaran kooperatif TAI


Model pembelajaran kooperatif

TAI , model pembelajarn yang harus

ditekankan oleh guru yaitu tentang akuntabilitas individu, kesempatan yang sama
untuk sukses, dan dinamika motivasional, karena merupakan unsur unsur utama
dalam pembelajaran kooperatif TAI. 8

Dr.Kokom Komala Sari,M.Pd, Pembelajaran Konstektual, (Bandung : PT Refika

Aditama, 2010), hal. 62


7

Miftahul Huda, M.Pd, Cooperative Learning metode,teknik, struktur dan model

penerapan (Yogyakarta : Pustaka Pelajar , 2012 ), hal.116


8

Ibid.,hal.126

11

d.

Hasil belajar
Hasil belajar merupakan salah satu alat untuk mengetahui apakah seseorang

telah melakukan proses belajar. Hasil belajar akan tampak bila individu telah
mempunyai sikap dan nilai yang diinginkan, menguasai pengetahuan, dan
ketrampilan yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hasil belajar adalah
hasil yang telah diperoleh peserta didik dari pengalaman atau latihan latihan
yang telah diikutinya selama pembelajaran yang berupa ketrampilan kognitif ,
afektif dan psikomotorik. 9
Di dalam penelitian ini akan dilihat ada dan tidaknya pengaruh model
Pembelajaran kooperatif STAD dan TAI terhadap hasil belajar matematika siswa.
Terlebih dahulu peneliti akan memberikan perlakuan yang berbeda. satu kelas
yang diajar dengan menggunakan model Pembelajaran kooperatif

STAD

sedangkan kelas yang lain diajar dengan menggunakan model Pembelajaran


kooperatif TAI. Kemudian kedua kelas tersebut akan diberikan soal tes yang
sama. Hasil dari tes tersebut akan dibandingkan dan dicari hubungannya dengan
menggunakan uji t.
H. Sistematika Skripsi
Sistematika pembahasan dibuat guna mempermudah penulisan di lapangan,
sehingga akan mendapat hasil akhir yang utuh dan sistematik

dan menjadi

bagian-bagian yang saling terkait satu sama lain dan saling melengkapi. Sistem
penelitian yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah:
Bab I Pendahuluan
9

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Proyek Pengembangan dan

Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan,1994),hal.55

12

Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, ruang
lingkup dan keterbatasan penelitian, definisi operasional,dan sistematika skripsi.
Bab II Landasan Teori
Pada bab ini akan diuraikan tentang hakikat matematika, pembelajaran
kooperatif, model pembelajaran kooperatif STAD, model pembelajaran kooperatif
TAI, hasil belajar matematika, tinjauan materi, landasan teori perbedaan model
TAI dan STAD,implementasi STAD pada materi, Implementasi TAI pada materi,
Kajian penelitian terdahulu.
Bab III Metode Penelitian
Dalam bab ini akan diuraikan tentang pola penelitian, populasi, sampling
dan sampel penelitian, sumber data, variabel dan skala pengukurannya, teknik
pengumpulan data dan instrument penelitian, dan analisis data.
Bab IV Laporan Hasil Penelitian
Pada bagian ini berisi deskripsi latar belakang keadaan obyek, deskripsi data
dan pengujian hipotesis.
Bab V Penutup
Penutup berisi kesimpulan dan saran.
Bagian akhir terdiri dari daftar rujukan, lampiran-lampiran serta surat pernyataan
keaslian.

13

BAB II
LANDASAN TEORI
A.

Hakikat Matematika

a.

Pengertian Matematika
Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika, dipandang dari

pengetahuan dan pengalaman dari masing masing yang berbeda. Ada yang
mengatakan bahwa matematika itu bahasa simbol; matematika adalaha bahasa
numerik; matematika adalah bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur ,
majemuk, dan emosional; matematika adalah sarana berpikir logis; matematika
adalah sarana berpikir; matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang;
matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif; matematika adalah ilmu yang
mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur; matematika adalah cabang ilmu
pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik; matematika adalah
pengetahuan tentang penalaran logic dan berhubungan dengan bilangan;
matematika adalah pengetahuan tentang fakta fakta kuantitatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk ; matematika adalah pengetahuan tentang struktur
struktur yang logik; matematika adalah pengetahuan tentang aturan aturan yang
ketat; dan matematika adalah aktivitas manusia. 10
Matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta
operasi-operasi melainkan juga unsur ruang sebagai sasarannya. Namun
penunjukan kuantitas tersebut belum memenuhi sasaran matematika yang lain,
10

Erman Suherman, dkk., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Common

Textbook),(Bandung : JICA- Universitas Pendidikan Indonesia,2003 ), hal.15

13

14

yaitu yang ditunjukkan kepada hubungan, pola, bentuk dan struktur. Ciri utama
matematika ialah metode dalam penalarannya (reasoning). 11
Matematika bukanlah sesuatu yang mutlak. Matematika bukanlah sesuatu
yang dapat merengkuh kebenaran sepenuhnya, atau matematika mendiskripsikan
kenyataan dalam pengertian seperti apa yang pernah dipikirkan sebelumnya.
Beikut ini adalah beberapa definisi matematika dari berbagai pengemukakan
pendapatnya yaitu:
a.

James dan James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa


matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran,
dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan
jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisi
dan geometri. 12

b.

Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika


adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik,
matematika

itu

adalah

bahasa

yang

menggunakan

istilah

yang

mendefisinikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan


simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada
mengenai simbol.
c.

Herman Hudojo mengatkan bahwa matematika berkenan dengan ide-ide


(gagasan-gagasan), struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang
11

Jujun

S.Suriasumantri,

Ilmu

dalam

Perspektif,(Jakarta:Yayasan

Indonesia,2003),hal.172
12

Erman Suherman, dkk, Strategi pembelajaran , hal. 16

Obor

15

diatur secara logik sehingga matematika itu berkaitan dengan konsepkonsep abstrak.13
d.

Soedjadi mensajikan beberapa definisi atau pengertian matematika:


1.

Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir


secara sistematik.

2.

Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

3.

Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan


berhubungan dengan bilangan.

4.

Matematika adalah penalaran tentang fakta-fakta kuantitatif dan


masalah tentang ruang dan bentuk.

5.

Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.

6.

Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.14

Bagle dalam Hudojo menyatakan bahwasasaran atau objek penelaahan


matematika adalah fakta, konsep operasi dan prinsip. Objek penelaahan tersebut
menggunakan simbol simbol yang kosong dari arti. Ciri ini yang memungkinkan
matematika dapat memasuki wilayah bidang studi/ cabang ilmu lain.15
Dari definisi-definisi di atas, kita sedikit punya gambaran pengertian tentang
matematika itu, dengan menggabungkan pengertian dari definisi-definisi tersebut.

13

Herman Hudojo, Mengajar Belajar Matematika, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1988), hal.3


14

R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi Keadaan Masa Kini

Menuju Harapan Masa Depan, (ttp:Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen


Pendidikan Nasional 1999/2000), hal. 11
15

Herman

Hudojo.Pengembangan

Matematika,(Malang.UNM. 2001) hal. 36

Kurikulum

dan

Pembelajaran

16

Semua definisi ini dapat kita terima, karena memang matematika dapat ditinjau
dari segala sudut, dan matematika itu sendiri bisa memasuki seluruh segi
kehidupan manusia, dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.
Dengan uraian-uraian di atas memudahkan pengetahuan kita tentang
pengertian matematika makin bertambah luas, tidak terlalu sempit dengan hanya
memandang dari satu segi saja. Seperti diucapkan oleh Courant dan Robbin
bahwa untuk dapat mengetahui apa matematika itu sebenarnya, seseorang harus
mempelajari sendiri ilmu matematika itu, yaitu dengan mempelajari, mengkaji,
dan mengerjakannya. 16
b.

Karakteristik Matematika
Dalam hakikat matematika yang merupakan inti dari matematika itu sendiri

terdapat karakteristik atau cara yang dapat merangkum dari pengertian


matematika secara umum. Adapun karakter matematika menurut Soedjadi adalah
sebagai berikut:17
a.

Memiliki Objek Kajian Yang Abstrak


Matematika merupakan cabang ilmu yang spesifik. Dalam matematika

objek dasar yang dipelajari adalah abstrak. Sering juga disebut dengan objek
mental. Subtansi matematika adalah benda-benda fikir yang abstrak, walau pada
awalnya matematika lahir dari hasil pengamatan empiris terhadap benda-benda

16
17

Herman Suherman, Strategi Pembelajaran,hal.18


Ibid, hal. 13

17

konkrit(geometri)18. Namun dalam perkembangan matematika lebih memasuki


dunia abstrak obyek matematika yang merupakan obyek pikiran. Obyek tersebut
meliputi:
1.

Fakta
Fakta (abstrak) berupa konvensi-konvensi yang diungkapkan dengan simbol

tertentu. Misalnya: 3 dipahami sebagai bilangan Tiga.


2.

Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau

mengklasifikasi sekumpulan obyek. Misalnya: Segitiga, Bilangan asli,


Bilangan bulat, Pecahan.
3.

Operasi
Pada dasarnya operasi dalam matematika adalah suatu fungsi yaitu relasi

khusus, karena operasi adalah aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu
atau lebih elemen yang diketahui. Misalnya: penjumlahan, perkalian,
gabungan, irisan.
4.

Prinsip (abstrak)
Prinsip (abstrak) adalah objek matematika yang komplek. Prinsip dapat

terdiri atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi atau
operasi. Secara sederhana dapatkah dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan

18

Sriyanto, Strategi Sukses Menguasai Matematika Dilengkapi Cara Praktis Membuat

Rumus Cepat Maka Mengerjakan Tes Matematika Mengatasi Kesulitan Dalam Belajar
Matematika,(Yogyakarta: Indonesia Cerdas, 2007), hal. 12

18

antara

berbagai

objek

dasar

matematika.

Prinsipnya

dapat

berupa

aksioma,teorema,sifat dan sebagainya


b.

Bertumpu Pada Kesepakatan


Dalam matematika kesepakatan merupakan himpunan yang paling penting.

Kesepakatan yang paling mendasar adalah konsep aksioma dan konsep primitif.
Aksioma diperlukan untuk menghindarkan berpura-pura dalam pembuktian,
sedangkan

konsep

primitif

untuk

menghindarkan

berpura-pura

dalam

mengidentifikasi.
c.

Berpola Pikir Deduktif


Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang

berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal
yang bersifat khusus.
d.

Memiliki Simbol Yang Kosong Dari Arti


Dalam matematika terlihat banyak sekali simbol yang diperguna-kan, baik

berupa huruf ataupun bukan berupa huruf. Rangkaian simbol-simbol dalam


matematika misalnya
dengan tanda

belum tentu bermakna bilangan, demikian juga

belum tentu berarti operasi tambah untuk dua bilangan. Jadi

secara umum huruf dan tanda dalam model masih kosong dari arti, terserah
kepada yang akan memanfaatkan model itu.

19

e.

Memperhatikan Semesta Pembicaraan


Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol-simbol dan tanda-tanda

dalam matematika, menunjukkan dengan jelas bahwa menggunakan matematika,


diperlukan kejelasan dalam lingkup apa model itu dipakai.
Bila lingkup pembicaraannya bilangan, maka simbol-simbol bilangan
lingkup pembicaraan itulah yang disebut dengan semesta pembicaraan. Benar atau
salahnya ataupun ada tidaknya penyelesaian suatu model matematika sangat
ditentukan oleh semesta pembicaraannya.
f.

Konsisten Dalam Sistemnya


Dalam matematika terdapat banyak sistem, ada system yang mempunyai

kaitan satu sama lain, tetapi juga ada sistem yang terlepas satu sama lain.
Konsisten juga berarti anti kontradiksi, misal sistem aljabar, sistem sistem
geometri.
Sistem aljabar dan sistem geometri dipandang terlepas satu sama lain, tetapi
di dalam sistem aljabar sendiri terdapat beberapa sistem yang lebih kecil yang
terkait satu sama lain. Disinilah salah satu konsistenan dalam sistemnya.
B.

Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif

adalah sekumpulan strategi mengajar yang

digunakan guru agar saling membantu dalam mempelajari sesuatu. Pembelajaran


yang bernaung dalam teori konstruktivis adalah kooperatif. Pembelajaran
kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan

20

memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.
Hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam
pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan
partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan
dan membantu keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama sama siswa yang berbeda latar
belakangnya. Pembelajaran kooperatif memerlukan kerjasama antar siswa dan
saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan.
Keberhasilan pembelajaran tergantung dari keberhasilan masing masing
individu dan kelompok.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam
kelompok.Ada

unsur

unsur

dasar

pembelajaran

kooperatif

yang

membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal asalan.


1.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari

model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok kelompok kecil


dengan jumlah anggota tiap kelompok 4 5 orang secara hiterogen. Diawali
dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan
kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Slavin menyatakan bahwa pada STAD peserta didik ditempatkan dalam tim
belajar beranggotakan 4 5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian

21

peserta didik bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim
telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh peserta didik diberikan tes
tentang materi yang dijelaskan, pada saat tes ini peserta didik tidak diperbolehkan
saling membantu. 19
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa
keunggulan diantaranya sebagai berikut:
1.

Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi


norma norma kelompok.

2.

Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

3.

Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan


kelompok.

4.

Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam


berpendapat.
Selain keunggulan tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD juga

memiliki kekurangan-kekurangan, menurut Dess diantaranya sebagai berikut:


1.

Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai
target kurikulum.

2.

Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya
guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.

3.

Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat


melakukan pembelajaran kooperatif.

19

Trianto S.Pd, M.Pd., Model model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik., (Yogjakarta : Prestasi Pustaka Publisher,2007)., hal.52

22

4.

Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama. 20

2.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI


Model pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)

merupakan suatu model koooperatif yang menitikberatkan pada proses belajar


dalam kelompok, proses belajar dalam kelompok membantu peserta didik dalam
menentukan dan membangun sendiri pemahaman tentang materi pelajaran. Model
pembelajaran kooperatif tipe TAI yang dikembangkan oleh Robert Slavin adalah
salah satu model pembelajaran yang menggunakan kelompok yang heterogen
yang terdiri dari 4 sampai 5 orang yang saling bekerja sama dalam kelompok
kelompok peserta didik untuk memecahkan masalah.Model pembelajaran
kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) merupakan salah satu dari
model pembelajaran kooperatif yang dibentuk dari kelompok-kelompok kecil
dalam kelas yang heterogen dalam setiap kelompok dan diikuti dengan pemberian
bantuan individu bagi peserta didik yang memerlukan.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) yaitu:21
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI:
1.

Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah

2.

Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok

20

http://yankcute.blogspot.com/2010/02/keunggulan-dan-kekurangan-pembelajaran.html

27-12-2012 10:16
21

http://kireyinha.blogspot.com/2011/07/model-pembelajaran-cooperatif-type-team.html

27-12-2012 10:20

23

3.

Siswa

yang

pandai

dapat

mengembangkan

kemampuan

dalam

ketrampilannya
4.

Adanya rasa tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan


masalah

5.

Menghemat presentasi guru sehingga waktu pembelajaran lebih efektif.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah :


1.

Siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan menggantung pada
siswa yang pandai

2.

Tidak ada persaingan antar kelompok

3.

Tidak semua materi dapat diterapkan pada metode ini

4.

Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru kurang baik maka proses
pembelajarannya juga berjalan kurang baik

5.

Adanya anggota kelompok yang pasif dan tidak mau berusaha serta hanya
mengandalkan teman sekelompoknya.

C.

Hasil Belajar Matematika


Hasil belajar merupakan salah satu alat untuk mengetahui apakah seseorang

telah melakukan proses belajar. Hasil belajar akan tampak bila individu telah
mempunyai sikap dan nilai yang diinginkan, menguasai pengetahuan, dan
keterampilan yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Hasil belajar adalah pola- pola perbuatan, nilai nilai, pengertian
pengertian, sikap sikap , apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne,
hasil belajar berupa:

24

1.

Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam


bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

2.

Kemampuan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep.

3.

Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas


kognitifnya sendiri.

4.

Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak


jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.

5.

Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan


penilaian terhadap objek tersebut.22
Hasil belajar mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar dan hasil belajar.

Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar terutama
diperoleh dari hasil evaluasi guru. Dalam banyak buku, hasil belajar juga diartikan
sebagai prestasi belajar.
Menurut para ahli pendidikan, hasil belajar yang dicapai oleh para peserta
didik dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor yang terdapat dalam diri
peserta didik itu sendiri (faktor internal) dan faktor yang terdapat di luar diri
peserta didik (faktor eksternal).23
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkahlaku pada diri
siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap

22

Agus

Supriono.,Cooperative

Learning

Teori

dan

Aplikasi

PAIKEM.,

(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2011).,hal.5-6
23

130

Dra. Hallen A.,M.Pd, Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hal.

25

dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan


pengembangan yang lebih baik dibanding dengan sebelumnya, misalnya dari tidak
tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan, dan sebagainya. 24
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan
tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya. Hal ini dipengaruhi pula
oleh kemampuan guru sebagai perancang (designer) belajar mengajar.25 Hasil
belajar merupakan peningkatan kemampuan mental peserta didik. Hasil belajar
tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu dampak pembelajaran (prestasi), dan
dampak pengiring (hasil).26 Dampak pembelajaran adalah hasil yang dapat diukur
dalam setiap pelajaran (pada umumnya menyangkut domain kognitif) seperti
tertuang dalam angka rapot dan angka dalam ijazah.Dampak pengiring adalah
terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain yang merupakan suatu
transfer belajar (transfer of learning)
Dari uraian diatas apat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika peserta
didik adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik terhadap pelajaran
matematika yang diperoleh dari pengalaman pengalaman dan latihan latihan
selama proses belajar mengajar.

24

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran , hal. 155

25

Moch. Uzer Usman, menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2000),hal. 34
26

Drs Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009)

26

D.

Tinjauan Materi

1.

Layang-Layang

a.

Layang-layang adalah segiempat yang dua sisinya yang berdekatan sama


panjang, sedangkan kedua sisi yang lain juga sama panjang, atau bangun
datar yang dibentuk oleh dua pasang rusuk yang masing masing
pasangannya sama panjang dan saling membentuk sudut.

b.

Sifat-sifat Layang-layang
1)

Pada layang-layang terdapat dua pasang sisi yang sama panjang

2)

Pada layang-layang terdapat sepasang sudut berhadapan yang sama


besar

3)

Pada layang-layang terdapat sumbu simetri yang merupakan diagonal


terpanjang

4)

Pada layang-layang salah satu diagonalnya membagi dua sama


panjang diagonal secara tegak lurus

c.

Keliling dan Luas Layang-Layang


1)

Keliling

Perhatikan layang-layang ABCD disamping , jika layang-layang ABCD


mempunyai panjang sisi yang terpanjang = x dan panjang sisi yang
D

terpendek = y maka
y

C
O

gambar 2.1
B

27

2)

2.

Luas

Trapesium
Trapesium adalah segiempat yang mempunyai tepat sepasang sisi yang

berhadapan sejajar.
Segiempat ABCD di bawah adalah trapesium ABCD. Sisi AB dan DC
disebut alas trapesium , sisi AB sejajar dengan sisi DC,sedangkan sisi AD dan
sisi BC disebut kaki-kaki trapesium.
A

Gambar 2.2
1.

Sifat sifat trapesium adalah sebagai berikut:


a.

Jumlah keempat sudutnya

b.

Jumlah sudut yang berdekatan antara sisi sisi sejajar

c.

Pada trapesium sembarang dapat menempati bingkainya hanya dengan


satu cara

28

2.

d.

Pada trapesium sama kaki berlaku:

Dapat menempati bingkainya dengan 2 cara

Diagonal diagonalnya sama panjang

Sudut sudut alasnya sama besar

Kaki kakinya sama panjang

Keliling trapesium (ABCD)


Sisi sisi trapesium adalah AB, BC, CD, dan DA maka kelilingnya adalah

sebagai berikut.
Keliling = jumlah dua sisi sejajar + dua sisi yang lain
Keliling = AB + CD + BC + DA
3.

Luas Trapesium

Luas Trapesium adalah sebagai berikut.


Luas ABCD = x AE x ( AB + CD)
Luas = x tinggi x jumlah sisi sejajar
E.

Landasan Teori Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif TAI dan


STAD
Terdapat perbedaan dalam penggunaan pembelajaran kooperatif TAI

dengan STAD sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunita Hapsari
Indraranti yang berjudul Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Metode
STAD (Student Team Achievement Division) Dan TAI (Team Assisted
Individualization) Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Terhadap Hasil Belajar
Siswa SMK Negeri 2 Surakarta.27 Dan juga penelitian yang dibuktikan oleh Siti

27 27

http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=25670/15:16/03/07/2013

29

Rahayu yang berjudul Efektifitas Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


(Student Team Achievement Division)Dan TAI (Team Assisted Individualization)
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Yogyakart. 28
F.

Penerapan Materi layang layang dan trapesium dalam Model


Pembelajaran Kooperatif TAI dan STAD
Konsep pembelajaran kooperatif merupakan ide pembelajaran yang telah

lama dipikirkan. Ide ini bermula pada abad pertama, seseorang filosof
berpendapat bahwa untuk dapat belajar seseorang harus memiliki pasangan atau
teman.
Menurut pendapat Kauchak (1998:234) pembelajaran kooperatif adalah
suatu kumpulan strategi pembelajaran yang digunakan untuk membantu siswa
menemukan ilmu pengetahuan yang spesifik dan memberikan masukan antar
personal dalam grup. Sedangkan menurut Slavin (1997:22) mengatakan bahwa
pendekatan kontruktivis menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif atas
dasar teori bahwa siswa akan mudah menemukan dan memahami konsep
konsep yang sulit apabila mereka dapat mendiskusikan masalah masalah itu
dengan temannya.29

28

29

http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/84/43/150

Ricky Krisdianto, Penerapan Metode STAD Sebagai Strategi Penguasaan Pelajaran


Nada Baca Bahasa Mandarin Di SD Tripusaka Surakarta, (Surakarta : Tidak Diterbitkan, 2010)
hal. 30

30

1.

Implementasi STAD Pada Materi


Menurut Arends (1997) terdapat 6 langkah utama dalam pembelajaran

kooperatif. Berikut garis besar pembelajaran kooperatif. 30

Fase Persiapan : meyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Fase Penyajian materi: menyajikan materi atau informasi kepada siswa


dengan demostrasi.

Fase Kegiatan kelompok: mengorganisasikan siswa-siswa ke dalam


kelompok belajar.

Fase Penugasan: memberikan bimbingan kepada kelompok belajar pada saat


siswa mengerjakan tugas.

Tes: pemberian tes dan kelompok menyajikan hasil pekerjaannya

Fase Penghargaan : memberikan penghargaan atas upaya maupun hasil


belajar kelompok.
Menurut Slavin (1995). Penerapan metode STAD terdiri dari beberapa

tahapan pembelajaran yang membawa siswa pada suasana kerja sama yang
diharapkan. 31 tahapan tersebut meliputi:

Mengajar : Menyajikan pembelajaran

Belajar dalam kelompok: siswa bekerja dalam kelompok dengan dipandu


oleh lembar kegiatan untuk menuntaskan materi pelajaran bersama anggota
kelompok lainnya.
30

Anton Prayetno, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD Terhadap Kualitas

Belajar Matematika Siswa SMP , ( Malang : Skripsi Tidak Diterbitkan, 2008), hal. 8
31

Agus Supriono.,Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.,(Yogyakarta:Pustaka

Pelajar,2011).,hal.133-134

31

Tes : siswa mengerjakan kuis atau tugas secara individu

Penghargaan kelompok: skor kelompok dihitung berdasarkan skor


peningkatan anggota kelompok.
Dengan melaksanakan hal tersebut, maka akan terjadi kegiatan belajar

mengajar sesuai yang diharapkan. Siswa dan guru mendapatkan kemudahan untuk
memahami materi pelajaran dan mampu menuntaskan pelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, model pembelajaran kooperatif STAD yang
dapat dirancang guru dalam

kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan

penerapan pada materi dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran


(RPP). Tabel 2.1 Fase fase Model Pembelajaran STAD
Fase fase STAD
1. Persiapan
2. Penyajian materi

3. Kegiatan kelompok

4. Penugasan

5. Tes

6. Penghargaan

2.

Penerapan pada Materi


1. Menyampaikan tujuan pembelajaran
dan memotivasi siswa
2. Menyajikan materi tentang layang
layang dan trapesium dengan cara
demonstrasi
3. Mengorganisasikan siswa siswa
kedalam kelompok belajar anggota
kelompok terdiri dari 4- 5 siswa yang
heterogen
4. Memberikan bimbingan kepada
kelompok belajar pada saat siswa
mengerjakan tugas
5. Memberikan soal atau tes dan
kelompok menyajikan hasil
pekerjaannya
6. Memberikan penghargaan atas upaya
maupun hasil belajar kelompok

Implementasi TAI Pada Materi


Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)

diprakarsai sebagai usaha merancang sebuah bentuk pengajaran individual yang


bisa menyelesaikan masalah-masalah yang membuat metode pengajaran

32

individual menjadi tidak efektif. Dalam model pembelajaran TAI, siswa


ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen
untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya
diikuti

dengan

pemberian

bantuan

secara

individu

bagi

siswa

yang

memerlukannya. Keheterogenan kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama


(kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya.
Slavin (Widdiharto, 2006: 19) membuat model ini dengan beberapa alasan.
Pertama, model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program
pengajaran individual. Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial
dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam
program

pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara

individual. Dengan membuat para siswa bekerja dalam tim-tim pembelajaran


kooperatif dan mengemban tanggung jawab mengolah dan memeriksa secara
rutin, saling membantu satu sama lain dalam menghadapi masalah, dan saling
memberi dorongan untuk maju.
Menurut Retna (2007: 19), Model pembelajaran kooperatif tipe TAI
memiliki 8 komponen, kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut.
a.

Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5


siswa.

b.

Placement Test yaitu pemberian pre-test / tanya jawab kepada siswa atau
melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa
pada bidang tertentu.

33

c.

Student Creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok, dimana


keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.

d.

Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh
kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa
yang membutuhkan.

e.

Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil
kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok
yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang
berhasil dalam menyelesaikan tugas.

f.

Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang
pemberian tugas kelompok.

g.

Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh
siswa.

h.

Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu
pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
Adapun beberapa tahap-tahap dalam model pembelajaran TAI adalah

sebagai berikut.
1.

Guru menyiapkan materi bahan ajar.

2.

Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian
siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.
(Mengadopsi komponen Placement Test).

3.

Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi komponen Teaching


Group).

34

4.

Guru membentuk kelompok kecil


berdasarkan nilai ulangan harian

yang heterogen tetapi harmonis


siswa, setiap kelompok 4-5 siswa.

(Mengadopsi komponen Teams).


5.

Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang telah
dirancang sendiri sebelumnya, dan

guru memberikan bantuan secara

individual bagi siswa yang memerlukannya. (Mengadopsi komponen Team


Study).
6.

Ketua

kelompok

melaporkan

keberhasilan

kelompoknya

dengan

mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi kuis oleh guru.
(Mengadopsi komponen Student Creative).
7.

Guru memberikan kuis untuk dikerjakan secara individu.

8.

Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil


(jika ada) berdasarkan hasil koreksi.
Berdasarkan uraian diatas, model pembelajaran kooperatif TAI yang dapat

dirancang guru dalam kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan langkah


langkah model TAI terhadap penerapan pada materi dan penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah.
Tabel 2.2 Fase fase Model Pembelajaran TAI

1.

Fase fase TAI


Persiapan

Penerapan pada materi


1. Menyampaikan tujuan

2.

Penyajian materi

2. Memberikan tugas kepada siswa


untuk mempelajari materi
pembelajaran secara individual
yang sudah dipersiapkan oleh guru.

35

3.

Penugasan individu

3.

Guru memberikan kuis secara


individual kepada siswa untuk
mendapatkan skor dasar atau skor
awal

4.

Kegiatan kelompok

4. Guru membentuk beberapa


kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari 4 5 siswa

5.

Tes

5. Hasil belajar siswa secara


individual didiskusikan dalam
kelompok. Dalam diskusi
kelompok, setiap anggota
kelompok saling memeriksa
jawaban teman satu kelompok.

6.

Penghargaan

6.

Guru menetapkan kelompok


terbaik sampai kelompok yang
kurang berhasil (jika ada)
berdasarkan hasil koreksi.

G.

Kajian Penelitian Terdahulu


Kajian penelitian terdahulu adalah penelitian oleh Yunita Hapsari Indraranti

yang berjudul PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


METODE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) DAN TAI
(TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DITINJAU DARI KEMAMPUAN
AWAL SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMK NEGERI 2

36

SURAKARTA32 Persamaan Penelitian ini dengan penelitian terdahulu terdapat


pada model pembelajaran yang digunakan yaitu model TAI dan STAD yang
dibandingkan, Metode penelitian menggunakan pola penelitian: (1) penelitian
kuantitatif (2) penelitian komparasi (3) penelitian eksperimen, Teknik analisa data
dengan uji dua pihak yaitu uji t. Sedangkan perbedaannya terletak pada materi
yang digunakan. Peneliti terdahulu menggunakan materi mata pelajaran Ilmu
Bahan Gedung siswa semester ganjil tahun pelajaran 2011/ 2012. Sedangkan
peneliti ini menggunakan materi layang layang dan trapesium semester genap
tahun pelajaran 2012/2013. Selain itu, perbedaannya terdapat pada sampel
penelitian.Peneliti terdahulu mengambil sampel dari kelas X SMK Negeri 2
Surakarta Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012, sedangkan penelitian ini
mengambil kelas VII

MTs Sunan Kalijaga Kediri Tahun Ajaran 2012/2013

sebagai sampel.
Hasil penelitian Terdahulu : 1) Ada perbedaan hasil belajar mata pelajaran
Ilmu Bahan Gedung antara kelompok siswa yang diberi perlakuan menggunakan
model pembelajaran kooperatif metode STAD dan kelompok siswa yang
menggunakan pembelajaran kooperatif metode TAI ditinjau berdasarkan ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik pada siswa kelas X SMK Negeri 2 Surakarta
Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012. Metode TAI lebih efektif daripada
metode STAD terhadap pencapaian hasil belajar ilmu bahan gedung siswa ranah
kognitif pada pokok bahasan pasangan batu bata kelas X semester II SMK Negeri

32

http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=25670/15:16/03/07/2013

37

2 Surakarta, 2) Ada perbedaan hasil belajar Ilmu Bahan Gedung dengan model
kooperatif metode STAD dan TAI ditinjau dari kemampuan awal tinggi dan
rendah, baik pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa kelas X SMK
Negeri 2 Surakarta Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012. Siswa yang
mempunyai kemampuan awal tinggi mendapatkan hasil yang lebih baik nilainya
daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, 3) Ada interaksi antara
kemampuan awal terhadap hasil belajar siswa, baik pada ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik siswa kelas X SMK Negeri 2 Surakarta Semester Genap Tahun
Ajaran 2011/2012 dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif metode
STAD dan TAI
H.

Kerangka Berpikir
Agar mudah dalam memahami arah dan maksud dari penelitian ini, penulis

jelaskan dari penelitian dengan bagan sebagai berikut:


1.

Model pembelajarankooperatif TAI dengan STAD terhadap hasil belajar


matematika siswa

Pembelajaran
Kooperatif Tipe
STAD

Pembelajaran

Hasil Belajar Siswa


(Kooperatif Tipe
STAD)

Dibandingkan

Siswa
Pembelajaran
Kooperatif Tipe TAI

Hasil Belajar Siswa


(Kooperatif Tipe TAI)

Gambar 2.3 Bagan alur penelitian perbedaan pembelajaran STAD dan TAI

38

2. Alur penelitian pembelajaran matematika:

Langkah

Langkah
Pembelajaran TAI:
1.

Pembelajaran
Kooperatif Tipe
TAI
Pembelajaran
matematika
Pembelajaran
kooperatif Tipe
STAD

Langkah langkah Pembelajaran STAD:


1. Menyampaikan topik yang akan dipelajari dan
menyebutkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
2. Memberikan apresiasi dan motivasi kepada siswa
3. Menyajikan materi tentang layang layang dan trapesium
dengan cara demonstrasi
4. Mengorganisasikan siswa siswa kedalam kelompok
belajar anggota kelompok terdiri dari 4- 5 siswa yang
heterogen
5. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk
dikerjakan oleh anggota anggota kelompok.
6. Memberikan bimbingan kepada kelompok belajar
seperlunya
7. Memberikan fasilitas untuk presentasi setiap kelompok
8. Memberikan soal kuis yang dikerjakan oleh setiap siswa
secara individual untuk mengecek pemahaman siswa
9. Meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaan kuis
secara individual

Gambar 2.4 Bagan alur penelitian perbedaan


pembelajaran STAD dan TAI

Mengkomunikasikan
tujuan pembelajaran dan
hasil
belajar
yang
diharapkan akan dicapai
oleh siswa
2. Menginformasikan
pendekatan pembelajaran
menggunakan kooperatif
tipe TAI
3. Mengecek
kemampuan
prasyarat siswa dengan
cara tanya jawab
4. Menginformasikan
pengelompokan
siswa
setiap kelompok terdiri
dari 4 5 siswa dengan
kemampuan
akademik
yang heterogen
5. Menjelaskan materi secara
singkat
6. Memberikan lembar kerja
siswa (LKS) dan meminta
untuk dikerjakan secara
individual
7. Mengamati kerja setiap
siswa dan memberikan
bantuan kepada siswa
yang mengalami kesulitan
seperlunya
8. Menginformasikan untuk
membentuk
kelompok
belajar sesuai dengan
kelompok yang telah
ditentukan guru
9. Mengamati
kerja
kelompok
dan
memberikan
bantuan
seperlunya
10. Memfasilitasi siswa dan
merangkum
serta
memberikan penegasan
11. Memberikan soal kuis
yang dikerjakan oleh
setiap
siswa
secara
individual
untuk
mengecek
pemahaman
siswa
12. Meminta siswa untuk
mengumpulkan
hasil
pekerjaan kuis secara
individual
BAB III

39

BAB III
METODE PENELITIAN

A.

Pola Penelitian

a.

Penelitian kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalahsuatu

penelitian

yang

pada

dasarnya

menggunakan pendekatan deduktif, induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu


kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan
pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan permasalahan
beserta pemecahan - pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh
pembenaran (verifikasi) atau penolakan dalam bentuk dukungan data empiris di
lapangan. 33
Menurut Sudyaharjo (2002), riset kuantitatif merupakan metode pemecahan
masalah yang terencana

dan cermat, dengan desain yang terstruktur ketat,

pengumpulan data secara sistematis terkontrol dan tertuju pada penyusunan teori
yang disimpulkan secara induktif dalam kerangka pembuktian hipotesis secara
empiris ( Hypothetico Deductive Observational Procedure ).34

33

Tim penyusun Buku Panduan Penulisan Penelitian, Pedoman Penyusunan Penelitian,

(STAIN Tulungagung : 2005), hal 22


34

Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 100
39

40

Sedangkan menurut peneliti, penelitian kuantitatif adalah suatu prosedur


penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata kata tertulis atau lisan
dari orang orang dan perilaku yang dapat diamati.
Dalam penelitian ini, penulis mengangkat permasalahan tentang penerapan
model pembelajaran tipe STAD dengan model pembelajaran tipe TAI dalam
mempengaruhi hasil belajar Matematika siswa yang kemudian dicari

hasil

penelitian tersebut didasarkan data, perhitungan statistik.


b.

Penelitian Komparasi
Penelitian komparasi yaitu mencari perbedaan dua variabel sebagaimana

penjelasan Aswarni Sujud yang dikutip Suharsimi Arikunto sebagai berikut:


Penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan persamaan dan
perbedaan perbedaan tentang benda benda, orang, prosedur kerja, ide ide,
kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur
kerja.Dapat juga membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan
perubahan pandangan orang, grup atau negara, terhadap kasus, terhadap orang,
peristiwa atau terhadap ide ide. 35
Penelitian komparasi menurut peneliti adalah jenis penelitian dengan 2
variabel atau lebih yang bertujuan untuk membedakan atau membandingkan hasil
penelitian antara dua kelompok penelitian. Dalam hal ini, peneliti hanya ingin
mengetahui perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tipe
TAI terhadap hasil belajar peserta didik.

35

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:Rineka

Cipta,2002), hal.236

41

c.

Pola penelitian eksperimen


Sebelum membahas tentang jenis penelitian eksperimen yang digunakan

dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu menjabarkan tentang pengertian


penelitian eksperimen. Menurut Arikunto, penelitian eksperimen merupakan
penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari
sesuatu yang dikenakan pada subjek selidik. Penelitian ini mencoba meneliti
ada tidaknya sebab akibat. Caranya dengan membandingkan satu atau lebih
kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan satu atau lebih kelompok
pembanding yang tidak menerima perlakuan. 36
Jenis penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian eksperimen semu. Penelitian eksperimen semu adalah salah satu jenis
dari penelitian eksperimen dimana penelitian yang melakukan kontrol terhadap
aspek proses penelitian namun tidak semua aspek eksperimen dapat dipenuhi. 37
Pada penelitian ini, data yang diperlukan adalah data hasil belajar siswa
setelah program pengajaran, yaitu dengan mengadakan eksperimen belajar
mengajar terhadap dua kelas dengan menggunakan model STAD dengan TAI.
Kelas VII B diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sedangkan
kelas VII A diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Pada akhir
proses pembelajaran, kedua kelas tersebut diukur dengan menggunakan alat ukur
yang sama yaitu melalui tes hasil belajar matematika.

36

Safii,asrof, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya : sLKAF, 2005), hlm. 19.

37

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung : Alfabeta, 1999), hlm. 64.

42

B.

Populasi, Sampling, Dan Sampel Penelitian.

a.

Populasi
Populasi adalah sekumpulan obyek yang menjadi pusat perhatian, yang

daripadanya terkandung informasi yang ingin diketahui. 38Sementara itu Burhan


Bungin memberikan pengertian populasi yaitu keseluruhan dari obyek
penelitian. 39 Dan menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII
MTs Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah
372 siswa yang terdiri atas 8 kelas.
b.

Sampling
Sampling adalah cara mengumpulkan data dengan jalan mencatat atau

menyelidiki sebagian dari obyek penelitian. 40 Dengan kata lain, sampling adalah
cara mengumpulkan data dengan mencatat atau menyelidiki sampelnya saja.
Dalam penelitian

ini penulis mengambil teknik purposive sampling.

Sampling purposive adalah teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh


peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan pertimbangan tertentu di dalam

38

W, Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), hal

39

Burhan, Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta : Prenada Media, 2005), hal

40

Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta : Hinindita Offset, 1983), hal 41

76

99

43

pengambilan sampelnya. 41 Pertimbangan tertentu yang dilakukan dalam memilih


dua kelas sebagai sampel dengan melihat hasil belajar matematika.
Dengan teknik purposive sampling yaitu dengan mengambil 2 kelas dari 8
kelas yang ada, yaitu kelas VII A yang berjumlah 46 siswa sebagai kelas
eksperimen 1, dan kelas VII B yang berjumlah 48 siswa sebagai kelas
eksperimen 2.
c.

Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil untuk diselidiki. 42

Jadi sampel merupakan sebagian dari jumlah populasi yang menjadi obyek, dari
penelitian.
Mengenai jumlah sampel, penulis mengambil standar yang diberikan
Arikunto, sebagai berikut: Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil

semua

sehingga

penelitiannya

merupakan

penelitian

populasi.

Selanjutnya, jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 2025 % atau lebih43 Sampel penelitian ini ada dua kelas yaitu kelas VII A yang
dikenai perlakuan model pembelajaran TAI sebagai kelompok eksperimen 1,
kelas VII B yang dikenai perlakuan model pembelajaran STAD sebagai kelompok
eksperimen 2.

41

Asrof Safii, Metodologi Penelitian Pendidikan,(Surabaya: sLKAF,2005),hal.137

42

Ibid, hal 52

43

Suharsismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Praktek, (Jakarta : Rieka Cipta,

2002),,hal 112

44

C.

Sumber Data dan Variabel Penelitian

a.

Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah Subyek

darimana data dapat diperoleh.44


Sumber data dapat diklasifikasikan menjadi dua :
1.

Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah Data yang langsung diperoleh dari sumber data
pertama dilokasi penelitian atau obyek penelitian. 45
2.

Sumber Data Sekunder

Sumber Data Sekunder adalah Data yang langsung diperoleh lewat pihak
lain atau dari sumber kedua, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek
penelitian.Data Sekunder bisa berwujud dokumentasi, laporan-laporan dan arsiparsip kegiatan yang dapat digunakan oleh peneliti untuk diproses lebih lanjut.
Sumber data adalah subjek dari mana penelitian data dapat diperoleh:
1.

Subjek penelitian disini adalah peserta didik terutama siswa kelas VII A dan
VII B MTs Sunan Kalijaga Kranding Kediri.

2.

Narasumber atau responden dalam penelitian ini adalah guru dan kepala
sekolah.

3.

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah berupa arsip-arsip dokumen lain


yang berkaitan dengan penelitian.

122

44

Ibid, hal 107

45

Burhan, Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta : Prenada Media, 2005), hal

45

b.

Variabel Penelitian
Yang dimaksud variabel dalam penelitian adalah obyek penelitian, atau apa

yang menjadi titik penelitian suatu penelitian.


Variabel dalam penelitian secara sederhana dapat diartikan ciri dari
individu, obyek, gejala, peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif ataupun
kualitatif. 46 Variabel dalam penelitian dibedakan menjadi dua kategori utama,
yakni variabel bebas atau variabel independen dan variabel terikat atau variabel
dependen.
Berdasarkan pengertian di atas, maka variabel dalam penelitian ini dapat
dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
a.

Variabel Bebas (Variabel Independen)


Yaitu variabel perlakuan atau sengaja dimanipulasi untuk diketahui

intensitasnya atau pengaruhnya terhadap variabel terikat.47


Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah kompetensi guru (x)
yang terdiri dari sub variabel :
a.)

Model Pembelajaran tipe TAI

b.)

Model Pembelajaran tipe STAD

b.

Variabel Terikat (Variabel Dependen)


Yaitu variabel yang timbul akibat variabel bebas, atau respon dari variabel

bebas. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa (Y).

46

Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, (Bandung : Sinar Baru Algesindo,

1997), hal 23
47

Ibid, hal 24

46

D.

Skala Pengukuran Data

1.

Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


1.

Data Primer yaitu data yang diperoleh dari sumber aslinya dengan
menggunakan metode pengumpulan data yang sesuai.

2.

Data Sekunder yaitu data yang sudah disusun atau data yang berupa
dokumen-dokumen. Data ini meliputi dokumen yang terdiri dari data siswa.

2.

Pengukuran
Dalam penelitian, data yang dimaksud adalah semua data yang ditunjukkan

pada indikatornya baik barupa fakta atau skor. Setelah data tersebut terkumpul
maka diperlukan adanya pengukuran. Yang dimaksud dengan pengukuran adalah
suatu kejadian yang ditujukan untuk mengidentifikasi besar kecilnya suatu obyek
atau gejala dalam penelitian ini. Adapun pendapat lain mengenai pengukuran
adalah proses penterjemahan hasil-hasil pengamatan menjadi angka-angka.
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam menganalisis data,
terutama untuk data kuantitatif. Adapun dalam penelitian ini, pengukuran yang
penulis pakai adalah pengukuran yang menggunakan skala.
Jenis data dan skala pengukuran sangat menentukan teknik analisis datanya.
Pengukuran adalah proses penetapan bilangan (nilai) pada obyek atau peristiwa
yang terjadi pada variabel penelitian dengan menggunakan aturan tertentu. Aturan
penggunaan notasi bilangan dalam pengukuran disebut skala atau tingkat
pengukuran (scales of measurement). Pengukuran hanya dilakukan terhadap

47

variabel yang dapat diukur, memiliki indikator yang jelas dan tersedia alat
pengukur yang tepat.48
Skala pengukuran yang digunakan dalam statistik ada empat macam, yaitu:
a.

Skala Nominal
Data berskala nominal merupakan atribut, simbol, nama, dan identitas untuk
membedakan data dari individu satu dan lainnya. Data berskala nominal ini
termasuk data kualitatif yang tidak dapat diberi skor kuantitatif. Jadi angka
pada data nominal hanya merupakan simbol dari objek yang akan dianalisa.

b.

Skala Ordinal
Data berskala ordinal ini menunjukkan peringkat ataupun tingkatan. Akan
tetapi angka jarak antara angka satu dan lainnya tidak konstan atau tidak
mempunyai interval tetap.

c.

Skala Interval
Data berskala interval yaitu datanya berupa data kuantitatif yang
mempunyai jarak sama antara satu dan lainnya. Datanya tidak mempunyai
nilai nol dan tidak maksimum yang sebenarnya. Nilai nol dan titik
maksimum ini tidaklah mutlak.

48

Endang Wayutiningsih, Metode Penelitian Terapan,hlm.34

48

d.

Skala Rasio
Skala rasio merupakan skala paling tinggi dalam suatu pengukuran. Data
berskala rasio hampir sama dengan skala interval, yaitu sama-sama
mempunyai jarak yang sama pada masing-masing tingkatan. Perbedaannya
terletak pada nilai nol mutlak. Jika dalam skala interval tidak mempunyai
nilai nol mutlak, akan tetapi pada skala rasio nilai nolnya mutlak atau nilai
nol benar-benar tidak mempunyai nilai apa-apa.
Dalam penelitian ini skala yang digunakan adalah skala rasio. Skala rasio
dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur data berupa hasil belajar
siswa.

E.

Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

a.

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data sering disebut teknik pengumpulan data. Dalam

pengumpulan data ini digunakan istilah metode yaitu cara yang dapat digunakan
peneliti dalam memperoleh atau mengumpulkan data penelitian.
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

49

Metode Observasi
Observasi adalah suatu penelitian yang dijalankan secara sistematik dan

sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera (terutama mata) terhadap


kejadian-kejadian yang langsung ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi. 49
Jadi pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa metode observasi adalah
suatu cara dengan pengamatan atau pencatatan terhadap obyek di tempat
terjadinya peristiwa sehingga observasi bersama obyek yang diselidiki.

Metode Test
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu

tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok
anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku yang dapat
dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai
standar yang ditetapkan.50
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah post tes. Post tes tersebut
yang akan digunakan untuk melihat pengaruh hasil belajar matematika siswa.

Metode Dokumentasi
Dalam hal ini Arikunto menegaskan bahwa metode dokumentasi adalah

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda, dan sebagainya.51
49

Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1993),

50

Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan. ( Surabaya: Usaha Nasional,

hal 49

1986), hal,25
51

hal 206

Suharsismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Praktek, (Jakarta : Rieka Cipta, 2002) ,

50

Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data nilai raport siswa, data
guru, data jumlah siswa, dan data nama-nama siswa.
b.

Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah. 52
Setiap teknik atau metode pengumpulan data menggunakan instrumen
pengumpul data yang berbeda-beda.Secara umum, instrumen adalah suatu yang
karena memenuhi persyaratan akademis dapat digunakan sebagai alat untuk
mengukur objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel. 53
Adapun instrument yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a.

Tes Hasil Belajar


Adapun tes hasil belajar digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang

setelah mengikuti proses pembelajaran, baik kemampuan dalam hal pengetahuan,


sikap maupun keterampilan. 54 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes tertulis. Menurut Wina Sanjaya tes testulis adalah tes yang dilakukan
dengan cara siswa menjawab sejumlah item soal dengan cara tertulis. 55 Jenis tes
tertulis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian. Tes uraian ini
52

Ibid., hal136

53

Ibidhlm. 131

54

Ibid,..hlm. 120

55

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,

2009),hlm. 239

51

digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi pokok bangun datar
layang layang dan trapesium yang diberikan pada kelas eksperimen. Tes ini
dilakukan pada akhir pembelajaran (post test). Adapun soal dan pedoman
penskoran soal test ini sebagaimana terlampir (Lampiran 17).
Sebagai sebuah instrument maka tes hasil belajar harus memenuhi
persyaratan yang dituntut untuk dimiliki oleh sebuah alat ukur yang baik
sebagaimana alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data. 56 Instrumen
yang baik itu harus memenuhi dua persyaratan yaitu instrumen harus valid dan
reliabel. Pada tahap validitas dan realibilitas inilah tes hasil belajar diuji
kualitasnya sebagai suatu perangkat secara menyeluruh. Pengujiannya dilakukan
setelah dilakukan pengujian atas kualitas pada masing-masing butirnya.
Didalam Uji Instrument terdapat dua uji yaitu Uji validitas dan Uji
reliabilitas.
a.

Uji Validitas
Validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu alat evaluasi.

Adapun pendapat lain mengenai pengertian validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instruman. 57 Suatu
alat/ teknik evaluasi dikatakan valid, jika alat itu dapat mengukur apa yang harus
diukur oleh alat itu.58 Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas yang
rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi

56

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar,hlm. 96

57

Suharsimi Ari konto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka

Cipta 2006), hal.87.


58

Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 74.

52

antara

bagian-bagian

dari

alat

ukur

secara

keseluruhan

dengan

cara

mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah
tiap skor butir, Adapun yang digunakan untuk mencari validitas tes uraian/essai
tersebut adalah dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Adapun
rumusnya adalah:

Keterangan:
: koefisien korelasi
: banyaknya subyek uji coba
: jumlah skor item
: jumlah skor total
: jumlah perkalian skor item dan skor total
: jumlah kuadrat skor item
: jumlah kuadrat skor total
: kuadrat jumlah skor item
: kuadrat jumlah skor total59
Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus:
Dimana:
t
r
59

: Nilai
: koefisien korelasi hasil

Riduwan,Metode &Teknik Menyusun Tesis, ( bandung: Alfabeta, 2006), hal. 110.

53

: Jumlah responden

Distribusi (Tabel t) untuk

dan derajat kebebasan (dk = n 2)

Kaedah keputusan : Jika

berarti valid sebaliknya

Jika

berarti tidak valid

Jika instrument itu dikatakan valid, maka kita dapat melihatnya dengan kriteria
penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut:
Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,799 : tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,599 : cukup tinggi
Antara 0,200 sampai dengan 0,399 : rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,199 : sangat rendah ( tidak valid) 60
b.

Uji Reliabilitas
Suatu alat pengukuran dikatakan reliable bila alat itu dalam mengukur suatu

gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Jadi
alat yang reliable secara konsisten memberikan hasil ukuran yang sama. 61 Maka
untuk menguji reliabilitas ini digunaka rumus berupa metode Alpha. Adapun
rumusnya adalah sebagai berikut:

Keterangan:
a.

reabilitas tes

60

Ibid, hal. 110.

61

Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 76.

54

c.

b.

jumlah soal

c.

jumlah varian dari skor soal

d.

jumlah varian dari skor total

Pedoman Observasi
Bentuk pedoman observasi yang dipakai dalam penelitian ini merupakan

pedoman yang berstruktur (memakai kemungkinan jawaban) dan telah ditetapkan


indikator-indikator dari setiap jawaban sebagai pegangan pengamat waktu
melakukan observasi. 62 Pedoman observasi yang digunakan adalah Keadaan dan
lokasi dari sekolah, mengamati karakteristik masing-masing kelas VII MTs Sunan
Kalijaga Kranding Kediri dan mengamati langsung kegiatan pembelajaran
matematika pada kelas yang terpilih menjadi sampel untuk mengetahui prestasi
akademik sebagai acuan pembagian kelompok yang heterogen. Adapun pedoman
observasi tersebut sebagaimana terlampir (Lampiran 1).
d.

Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi dalam penelitian ini adalah suatu alat pengumpul

data tentang subjek penelitian dengan menggunakan teknik dokumentasi.


Pedoman ini berupa daftar-daftar pertanyaan terkait data tentang daftar nama dan
jumlah populasi serta nilai raport matematika siswa pada semester ganjil.
Pedoman dokumentasi tersebut sebagaimana terlampir (lampiran 2).

62

Tukiran Taniredja dan Hidayati M, Penelitian Kuantitatif, hlm. 49

55

F.

Analisa Data
Analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam rangka

memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. 63 Setelah data hasil penelitian


dikumpulkan oleh peneliti (tentunya dengan menggunakan berbagai teknik
pengumpulan data), langkah selanjutnya yang dapat dilakukan oleh peneliti adalah
bagaimanna menganalisis data yang diperoleh tadi. Langkah ini diperlukan karena
tujuan dari analisa data adalah untuk menyusun dan menginterpretasikan data
kuantitatif yang sudah diperoleh.64
Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitiannnya jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif
adalah data yang berhubungan dengan angka-angka dan dianalisis dengan statistik
deskriptif atau statistik inferensial menggunakan rumus statistik. Statistik
inferensial dibagi menjadi dua yaitu statistik parametrik dan statistik
nonparametrik. Penelitian ini menggunakan statistik parametrik, data yang
dianalisis berupa skala rasio atau interval. Data ini diambil dari populasi
berdistribusi normal. Analisis data statistik dilakukan untuk menjawab dari
rumusan masalah yang telah terbentuk dalam jawaban sementara (hipotesis). Pada
analisis inilah hipotesis yang telah diajukan diuji sehingga akan terlihat apakah
hipotesis dapat diterima atau tidak diterima. Sebelum mencapai kesimpulan
bahwa hipotesis diterima ataupun tidak diterima maka, sebelumnya perlu untuk
melakukan pengujian hipotesis.
63

Mohammad Ali, Strategi penelitian pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm.171

64

Bambang Prasetyo & Lina Miftahul Jannah,Metode penelitian kuantitatif, (Jakarta: PT

Raja Garfindo Persada, 2005), Hlm.170

56

Adapun prasyarat yang harus dipenuhi dalam menganalisa komparasi dua


perlakuan dengan uji t, maka harus diawali dengan serangkaian pengetesan/
pengujian yang lain, seperti berikut ini65;
1.

Menentukan hipotesis nol

2.

Menentukan sampel representatif (termasuk ukuran sampelnya)

3.

Mengetes normalitas sebaran data setiap kelompok penelitian.

4.

Jika kedua kelompok sebaran datanya normal, dilanjutkan dengan


pengetesan homogenitas varians.

5.

Jika kedua varians kelompok data itu homogen, dilanjutkan dengan uji t.

6.

Jika pada langkah (3) diketahui salah satu kelompok atau keduanya
mempunyai sebaran data tidak normal, maka pengujian perbedaan dua ratarata (mean) ditempuh dengan analisis tes statistik non-parametrik.

7.

Jika pada langkah (4) diketahui sebaran datanya normal, tetapi varians data
tidak homogen, maka pengujian perbedaan dua rata-rata (mean) ditempuh
dengan analisa uji t.
Penelitian ini membahas terkait dengan perbandingan hasil belajar

matematika antara siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe TAI
dengan kooperatif tipe STAD. Adapun serangkaian pengetesan / pengujian adalah
sebagai berikut;
1.

Tahap Awal

a.

Hipotesis dirumuskan sebagai berikut;

Menentukan formulasi hipotesis dalam bentuk kalimat

65

Subana. dkk, Statistik pendidikan,hlm. 169

57

1.

H o = ( X 1 X 2 ) tidak ada perbedaan yang signifikan antara model


pembelajaran TAI dengan konvensional terhadap hasil belajar matematika
peserta didik kelas VII MTs Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran
2012/2013.
Ha = (

) ada perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran

TAI dengan konvensional terhadap hasil belajar matematika peserta didik


kelas VII MTs Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012/2013.
2.

H o = ( X 1 X 2 )tidak ada perbedaan yang signifikan antara model


pembelajaran STAD dengan konvensional terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas VII MTs Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran
2012/2013.
Ha = (

) ada perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran

STAD dengan konvensional terhadap hasil belajar matematika siswa kelas


VII MTs Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012/2013.
3.

H o = ( X 1 X 2 ) tidak ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran


kooperatif tipe TAI dengan STAD terhadap hasil belajar matematika siswa
kelas VII MTs Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012/2013.
Ha = (

) ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran

kooperatif tipe TAI dengan STAD terhadap hasil belajar matematika siswa
kelas VII MTs Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012/2013.

58

Keterangan:
rata-rata hasil belajar siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe TAI (kelas

eksperimen).
rata-rata hasil belajar siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD

(kelas eksperimen)
Menentukan
Ha: _1

_2

H0: _1

_2

formulasi

hipotesis

dalam

bentuk

statistik

Kriteria pengujian : jika thitung ttabel ( maka Ho diterima )


b.

Uji homogenitas
Uji homogenitas variansi sangat diperlukan sebelum kita membandingkan

dua kelompok atau lebih, agar perbedaan yang ada bukan disebabkan oleh adanya
perbedaan data dasar. Maka uji yang digunakan adalah uji F yaitu varians terbesar
dibandingkan dengan varians terkecil. Adapun rumusnya sebagai berikut:

Denga taraf signifikan (

dan derajat kebebasan (dk = n 1)

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:


Jika

, berarti tidak homogen dan

Jika

, berarti homogen

59

c.

Tes normalitas distribusi data


Normalitas sebaran data menjadi sebuah asumsi yang menjadi syarat untuk

menentukan

jenis

statistik

apa

yang

dipakai

dalam

penganalisaan

selanjutnya.66Langkah-langkah dalam uji normalitas sebagai berikut;


a)

Mencari skor terbesar dan terkecil

b)

Mencari nilai rentangan (R)

c)

Mencari banyaknya kelas (BK) dengan rumus Sturgess67

d)

Mencari nilai panjang kelas interval

e)

Membuat tabulasi dengan tabel penolong

f)

Mencari rata-rata (mean) dengan rumus68;

g)

Mencari simpangan baku (standard deviasi)

h)

Membuat daftar frekuensi

i)

Mencari dengan rumus kai kuadrat (chi square).


Rumusnya adalah: 69

Keterangan:
.

koefisien chi kuadrat

Frekuensi yang diperoleh (obtained frequency)

66

Subana, dkk, Statistik Pendidikan,..hlm. 123

67

Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, hlm. 180

68

Ibid,hlm. 180

69

Ibid,hlm. 124

60

.
j)

Frekuensi yang diharapkan (expected frequency)

Membandingkan

dengan

dengan kriteria pengujian

sebagai berikut;

2.

jika

berarti distribusi data tidak normal,tapi

jika

berarti data berdistribusi normal.

Tahap Akhir
Setelah melalui tahap awal, maka peneliti melanjutkan ke tahap akhir yang

bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan TAI pada siswa kelas
VII

MTs Sunan Kalijaga Kranding Kediri. Data diambil dari hasil belajar

matematika siswa setelah diberi perlakuan, yaitu:


a.

Kelas VII

B diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe

STAD (Student Teams Achievement Division).


b.

Kelas VII A diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI


(Team Assisted Individualization).
Karena pada

penelitian ini

menggunakan dua

sampel yang

tidak

berhubungan, maka peneliti menggunakan t-test. Rumus yang digunakan


dalam t-test adalah sebagi berikut:70

t-test

70

Tulus Winarsunu, Statistik Edisi Revisi, (Malang : UMM Press, 2006), hlm. 82.

61

Keterangan :
= Mean pada distribusi sampel 1
= Mean pada distribusi sampel 2
= Nilai varian pada distribusi sampel 1
= Nilai varian pada distribusi sampel 2
= Jumlah individu pada sampel 1
= Jumlah individu pada sampel 2
G.

Prosedur Penelitian
Untuk memperoleh hasil dari penelitian, peneliti menggunakan prosedur

atau tahapan-tahapan. Sehingga penelitian dapat berjalan lebih terfokus dan


terarah. Adapun prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Persiapan Penelitian

a.

Membuat, mengumpulkan dan melakukan seminar proposal dengan


didampingi Dosen Pembimbing.

b.

Melakukan observasi ke MTs Sunan Kalijaga Kranding Kediri yang akan


digunakan

untuk penelitian. Meminta izin kepada Kepala MTs Sunan

Kalijaga Kranding Kediri.


c.

Meminta surat permohonan izin penelitian kepada pihak BAK STAIN


Tulungagung.

d.

Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Kepala MTs Sunan


Kalijaga Kranding Kediri.

e.

Berkonsultasi kepada Kepala Madrasah dan juga Guru bidang studi


matematika untuk mengetahui kondisi dan lokasi penelitian serta

62

menginformasikan secara garis besar kapan dan bagaimana rencana


penelitiannya nanti.
2.

Mengadakan Studi Pendahuluan

a.

Membuat

RPP dan tes yang digunakan dalam penelitian, serta

mengkonsultasikan perangkat

pembelajaran

tersebut

kepada

Dosen

Pembimbing dan guru bidang studi matematika untuk memperoleh nasehat


dan mengajukan beberapa pertanyaan.
b.

Peneliti membaca laporan penelitian yang dulu pernah dilakukan oleh


peneliti lain yang temanya sama.

3.

Pengumpulan Data

a.

Peneliti melakukan praktek mengajar di kelas sesuai dengan RPP yang telah
dibuat.

b.

Peneliti melakukan tes pada siswa yang menjadi subjek penelitian.

c.

Data hasil tes akan dianalisa dengan menggunakan analisis statistik yaitu
t-test, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

d.

Peneliti mencari data yang berhubungan dengan sejarah berdirinya sekolah,


serta jumlah guru dan siswa di MTs Sunan Kalijaga Kranding Kediri.

63

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Singkat Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs Sunan kalijaga Kranding Kediri, yaitu kelas
VII Adan kelas VII B. Kelas tersebut dipilih sebagai sampel penelitian. Adapun
yang diteliti dalam penelitian ini adalah Perbedaan Hasil Belajar Matematika
Menggunakan Model TAI (Team Assisted Individualization) dengan Model
STAD (Student Team Achievement Divisions) Pada Peserta Didik Kelas VII
Madrasah Tsanawiyah Sunan Kalijaga Kranding Kediri Tahun Ajaran
2012/2013Untuk dapat menggambarkan tentang objek penelitian ini. Peneliti akan
mendeskripsikan beberapa hal tentang MTs Sunan Kalijaga Kranding Kediri.
1.

Lokasi MTs Sunan Kalijaga Kranding Kediri


Merupakan Madrasah Tsanawiyah swasta yang terbesar di wilayah Kediri

letak geografisnya berada di wilayah Kabupaten Kediri bagian selatan, lebih


tepatnya dekat perbatasan Kediri Tulungagung dan dari pusat kota Kediri lebih
kurangnya 20 km, di sebelah timurnya terdapat aliran sungai brantas.
Adapun batas batasnya adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara

: Desa Maesan, kecamatan Mojo

Sebelah Selatan

: Desa Ngadi, kecamatan Mojo

Sebelah Timur

: Sungai Brantas

Sebelah Barat

: Desa Ponggok, kecamatan Mojo


63

64

Letak MTs Sunan Kalijaga mudah dijangkau oleh siswa, oleh karena
letaknya sangat dekat dengan jalan raya dan dekat dengan pondok pondok
pesantren, sehingga sebagian besar siswa berasal dari santri yang mondok di
pesantren dan siswa tidak perlu bersusah payah untuk pergi ke sekolahan tersebut.
Selain itu juga mudah dijangkau oleh kendaraan umum baik dari Kediri maupun
Tulungagung.
2.

Jumlah Siswa
Saat ini MTs Sunan Kalijaga Kranding Kediri terdiri atas delapan belas

kelas dimana kelas VII terdiri atas delapan kelas, kelas VIII terdiri atas lima kelas,
dan kelas IX terdiri atas lima kelas.
Adapun kelas VII yang merupakan populasi penelitian di bagi atas kelas:

Tabel 4.1 Data siswa MTs Sunan Kalijaga tahun ajaran 2012/2013
Kelas VII di bagi atas kelas:
Kelas

VII

A
B
C
D
E
F
G
H

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
28 siswa
18 siswa
27 siswa
21 siswa
31 siswa
17 siswa
28 siswa
19 siswa
27 siswa
18 siswa
28 siswa
17 siswa
27 siswa
20 siswa
31 siswa
15 siswa

Jumlah Siswa
46 siswa
48 siswa
48 siswa
47 siswa
45 siswa
45 siswa
46 siswa
47 siswa

65

B.

Penyajian Data Hasil Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang

signifikan antara model pembelajaran TAI dengan STAD terhadap hasil belajar
siswa MTs Sunan Kalijaga Kranding Kediri kelas VII materi pokok bangun datar
layang layang dan trapesium. Penelitian yang dilaksanakan di MTs Sunan
Kalijaga Kranding Kediri Tahun Pelajaran 2012/2013 dimulai pada tanggal 18
25 Mei 2013 siswa sebagai sampel yang terbagi dalam dua kelompok kelas yaitu
kelas VII-A terdiri dari 46 siswa sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas VII-B
terdiri dari 48 siswa sebagai kelas eksperimen 2.
Sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu peneliti menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/RPP (lampiran 11 14), kisi-kisi instrumen
(lampiran 6), soal test hasil belajar (lampiran 17), lembar kegiatan guru dalam
penerapan model Pembelajaran TAI (lampiran 15), lembar kegiatan guru dalam
penerapan model Pembelajaran STAD (lampiran16)

dan pedoman penskoran

(lampiran 17). Adapun data mengenai hasil belajar diperoleh melalui teknik tes
tertulis. Sebelum instrumen tes digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba
instrumen di luar sampel. Uji coba instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
terlebih dahulu dilakukan uji validitas isi dan uji reliabilitas
C.

Hasil Analisis Instrumen


Setelah semua data yang diperlukan telah terkumpul langkah selanjutnya

yaitu menganalisa data tersebut. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan


pengujian terhadap instrument yang terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas.

66

Pengujian prasyarat sebelum menggunakan t-test yaitu dengan uji homogenitas


dan uji normalitas, dan kemudian pengujian hipotesis dengan uji-t.
Hasil uji coba instrumen yang diuji cobakan kepada siswa yang tidak
terpilih menjadi sampel yaitu:
a.

Uji Validitas
Dari uji validitas isi diperoleh dengan dua uji validitas yaitu menggunakan

validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis diperoleh berdasarkan hasil
penilaian

dosen

matematika

STAIN

Tulungagung

yaitu

ibu

Dr.Eny

Setyowati,S.Pd.MM dan ibu Ummu Sholehah, M.Si menyatakan validitas isi dari
instrumen penelitian yang berupa tes esay sejumlah 5 butir soal. Hasil telah
instrumen hasil belajar selengkapnya dapat ditunjukkan pada (lampiran 5).
Setelah diadakan diskusi dengan dosen pembimbing dan soal diadakan
revisi penulis menguji soal post tes tersebut dengan menggunakan validasi
empiris. Validitas empiris ini soal yang akan digunakan sebagai tes hasil belajar
diuji cobakan kepada siswa yang tidak terpilih menjadi sampel pada tanggal 11
Mei 2013. Dari hasil uji coba tersebut dapat di lihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Validitas Soal Post tes
No Soal
1
2
3
4
5

Koefisien Korelasi

Keputusan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Dari hasil korelasi tersebut soal soal post tes sebanyak 5 soal tersebut
dinyatakan valid karena r

tabel

= 0,632 dan nilai r

hitung

lebih besar dari r tabel maka

67

soal post test tersebut dinyatakan valid.Selengkapnya dapat ditunjukkan pada


(lampiran 8).
b.

Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah butir soal yang akan

diuji reliabel dalam memberikan hasil pengukuran hasil belajar siswa. Pada
penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach. Hasil perhitungan diperoleh
indeks reliabilitas sebesar

. Selanjutnya diberikan interpretasi terhadap

koefisien reliabilitas tes yang menghasilkan r hitung (0,693) > rtabel (0,632) dengan
demikian berarti instrumen tes tersebut reliabel (perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 9).
D.

Analisis Data dan Uji Hipotesis


Setelah hasil penelitian diperoleh, langkah selanjutnya adalah mengadakan

analisis terhadap hasil penelitian tersebut. Dalam analisis ini akan mengikuti
tahapan yang sudah dijelaskan dalam BAB III . Data tersebut kemudian dianalisis
untuk mendapat kesimpulan data dari penelitian. Pengujian hipotesis ini melalui
beberapa tahapan pengujian yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji t-test.
1.

Uji Prasyarat

a.

Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari

sejumlah populasi sama atau tidak. Apabila homogenitas terpenuhi maka peneliti
dapat melakukan pada tahap analisis data lanjutan, apabila tidak maka harus ada
pembetulan

pembetulan

metodologis.

Dalam

penelitian

ini,

peneliti

menggunakan hasil ulangan harian siswa kelas VII untuk menguji homogenitas.

68

Pada tabel uji homogenitas yang diperoleh dari penghitungan SPSS 16.0 yaitu :
Tabel 4.3Test of Homogeneity of Variances
Hasil Belajar
Levene Statistic

df1

df2

Sig.

.977

29

.458

Nilai signifikannya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,458

0,05 maka kedua

varian homogen.
Pada tabel uji homogenitas dapat dilihat bahwa varian tertinggi terdapat
pada varian kelas VIIA = 21,14 dan varian terendah terdapat pada varian kelas
VIIB = 16,09 Kemudian dicari rumus Fhitung. Adapun nilai Fhitung =1,31
konsultasikan dengan Ftabel yang
1 = 45 dan dk penyebut

= 5% dengan dk pembilang db = N 1= 46

db = N1 = 46 1 = 45 mendapatkan Ftabel = 1,66

Populasi dikatakan homogen jika Fhitung

Ftabel, karena 1,31

1,66 maka Ho

diterima. Yang berarti populasi tersebut homogen. (data selengkapnya dapat


dilihat pada lampiran 10).
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen karena penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat serta seberapa besar
hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberi perlakuan yang berbeda.
Setelah peneliti memberikan perlakuan pada kedua kelas tersebut secara
berbeda. Dengan ketentuan kelas eksperimen 1 diberi treatmen berupa pemberian
model TAI, sedangkan kelas eksperimen 2 diajar menggunakan model STAD.
Penelitian dilaksanakan pada jam pelajaran matematika pertemuan dikelas
eksperimen pada tanggal 21 Mei 2013 (Pertemuan pertama) dan 23 Mei 2013
(Pertemuan kedua) siswa di ajar menggunakan model TAI. Sedangkan pada kelas

69

eksperimen 2 diberi perlakuan model STAD pada tanggal 18 Mei 2013


(Pertemuan pertama) dan 23 Mei 2013 (Pertemuan kedua). Setelah itu siswa
diberi post test untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kedua kelas tersebut.
Setelah pemberian perlakuan yang berbeda diberikan, maka kedua kelas tersebut
di berikan post test dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2013 karena pada hari
tersebut kedua kelas tersebut sama sama ada pelajaran matematika.
b.

Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model t-test,

mempunyai distribusi normal atau tidak. Model t-test yang baik adalah memiliki
distribusi normal atau mendekati normal. Adapun metode statistik untuk menguji
normalitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji kolmogorovsmirnov yang dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0
Tabel 4.4 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Eksperimen1_TAI
N
Normal Parametersa
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Eksperimen2_STAD

40
79.58
4.119
.184
.184
-.133
1.163
.134

41
78.85
4.163
.193
.193
-.177
1.233
.096

Berdasarkan tabel 4.4 yang diperoleh dari perhitungan uji dapat disimpulkan
bahwa data rata rata berdistribusi normal karena memiliki Asymp. Sig

0,05.

Hasil belajar kelas eksperimen 1 memiliki sign 0,134 dan kelas eksperimen 2

70

memiliki sign 0,096.Sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi


normal.
2.

Uji Hipotesis
Berdasarkan data di atas, data dapat dikatakan homogen dan normal

sehingga analisis data t-test dapat digunakan. Untuk menuju ke kesimpulan bahwa
1.

Ada perbedaan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII MTs. Sunan
Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013 setelah pembelajaran
menggunakan model TAI

2.

Ada perbedaan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII MTs. Sunan
Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013 setelah pembelajaran
menggunakan model STAD

3.

Ada perbedaan model pembelajaran TAI dengan STAD terhadap hasil


belajar matematika pada peserta didik kelas VII MTs Sunan Kalijaga
Kranding Kediri tahun ajaran 2012/2013

Analisis dilakukan dengan menggunakan uji t-test sebagai berikut.


1.

Data nilai hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen 1


diperoleh dari hasil post test.
Hasil nilai post test tersebut dapat dilihat ditabel berikut :

Tabel 4.5 Hasil nilai post test kelas eksperimen 1 dengan kelas konvensional
No
Inisial
Siswa
1
1
2
3

Kelas Eksperiman 1
Nilai Post
X12
test (X1)

Inisial
Siswa

E-1.1
E-1.2
E-1.3

75
80
80

5625
6400
6400

K-1.1
K-1.2
K-1.3

Kelas Konvensional
Nilai
Ulangan
harian(X2)
6
78
76
83

X22

7
6084
5776
6889

71

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

E-1.4
E-1.5
E-1.6
E-1.7
E-1.8
E-1.9
E-1.10
E-1.11
E-1.12
E-1.13
E-1.14
E-1.15
E-1.16
E-1.17
E-1.18
E-1.19
E-1.20
E-1.21
E-1.22
E-1.23
E-1.24
E-1.25
E-1.26
E-1.27
E-1.28
E-1.29
E-1.30
E-1.31
E-1.32
E-1.33
E-1.34
E-1.35
E-1.36
E-1.37
E-1.38
E-1.39
E-1.40

77
85
74
74
75
80
82
75
75
80
85
90
90
80
90
84
80
80
84
84
80
74
80
75
85
88
85
85
87
84
75
78
96
94
96
94
75

5929
7225
5476
5476
5625
6400
6724
5625
5625
6400
7225
8100
8100
6400
8100
7056
6400
6400
7056
7056
6400
5476
6400
5625
7225
7744
7225
7225
7569
7056
5625
6084
9216
8836
9216
8836
5625

K-1.4
K-1.5
K-1.6
K-1.7
K-1.8
K-1.9
K-1.10
K-1.11
K-1.12
K-1.13
K-1.14
K-1.15
K-1.16
K-1.17
K-1.18
K-1.19
K-1.20
K-1.21
K-1.22
K-1.23
K-1.24
K-1.25
K-1.26
K-1.27
K-1.28
K-1.29
K-1.30
K-1.31
K-1.32
K-1.33
K-1.34
K-1.35
K-1.36
K-1.37
K-1.38
K-1.39
K-1.40

78
75
83
78
79
79
79
75
75
79
76
76
76
76
75
88
75
75
76
79
75
75
78
76
76
79
75
83
75
78
75
76
78
75
75
75
77

6084
5625
6889
6084
6241
6241
6241
5625
5625
6241
5776
5776
5776
5776
5625
7744
5625
5625
5776
6241
5625
5625
6084
5776
5776
6241
5625
6889
5625
6084
5625
5776
6084
5625
5625
5625
5929

Jumlah
Rata
rata

3310
82,75

275606
6890,15

Jumlah
Rata
rata

3084
77,1

239024
5975,6

72

Dari data diatas maka diperoleh perhitungan t-tes sbagai berikut :


a.

b.

Mencari nilai masing masing varian


=

Memasukkan uji varian ke rumus t-test

t test =

= 4,12
Uji t menggunakan SPSS 16.0 for windows
Tabel 4.6 Nilai Uji t Menggunakan SPSS
Group Statistics
Kelas
Hasil

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Eksperimen

40

82.25

6.412

1.014

Konvensional

40

77.1

2.871

.454

Dari perhitungan statistik didapatkan nilai t-test sebesar 4,12 yang disebut
juga dengan thitung. Selanjutnya menentukan taraf signifikan, uji signifikan
dilakukan dengan membandingan t tabel yang terdapat dalam nilai nilai t. Untuk
memeriksa tabel nilai nilai t tentukan terlebih dahulu derajat kebebasan (db)
pada keseluruhan distribusi yang diteliti. Rumus db = N 2. Oleh karena itu

73

jumlah keseluruhan individu yang diteliti sebesar 80 orang yang db-nya sebesar
80 2 = 78
Berdasarkan db = 78, pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai ttabel sebesar
1,671. Data nilai nilai t dapat dituliskan sebagai berikut t tabel (5% = 1,671)
thitung (4,12). Dalam buku Tulus Winarsunu dikatakan bahwa apabila nilai t hitung
sama atau lebih besar dibanding

t tabel, maka interpretasi hasil uji-t tersebut

dikatakan signifikan (bermakna atau berarti).


Berdasarkan hasil anlisis uji t di atas bahwa hipotesis diterima, sehingga
dapat disimpulkan bahwa Ada perbedaan hasil belajar matematika peserta didik
kelas VII MTs. Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013 setelah
pembelajaran menggunakan model TAI .
2.

Data nilai hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen 2


diperoleh dari hasil post test.

Tabel 4.7 Hasil nilai post test kelas eksperimen 2 dengan kelas konvensional
No
Inisial
Siswa
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Kelas Eksperiman 2
Nilai Post
X12
test (X1)

Inisial
Siswa

E-2.1
E-2.2
E-2.3
E-2.4
E-2.5
E-2.6
E-2.7
E-2.8
E-2.9
E-2.10
E-2.11
E-2.12
E-2.13
E-2.14

90
80
95
70
80
68
80
69
87
72
72
80
84
72

8100
6400
9025
4900
6400
4624
6400
4761
7569
5184
5184
6400
7056
5184

K-2.1
K-2.2
K-2.3
K-2.4
K-2.5
K-2.6
K-2.7
K-2.8
K-2.9
K-2.10
K-2.11
K-2.12
K-2.13
K-2.14

Kelas Konvensional
Nilai
Ulangan
Harian (X2)
6
79
79
76
78
75
76
79
88
79
79
78
79
75
70

X22

7
6241
6241
5776
6084
5625
5776
6241
7744
6241
6241
6084
6241
5625
4900

74

15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41

E-2.15
E-2.16
E-2.17
E-2.18
E-2.19
E-2.20
E-2.21
E-2.22
E-2.23
E-2.24
E-2.25
E-2.26
E-2.27
E-2.28
E-2.29
E-2.30
E-2.31
E-2.32
E-2.33
E-2.34
E-2.35
E-2.36
E-2.37
E-2.38
E-2.39
E-2.40
E-2.41

86
69
75
70
69
61
75
65
75
66
62
66
78
80
80
78
75
78
65
80
85
85
72
77
70
85
90

7396
4761
5625
4900
4761
3721
5625
4225
5625
4356
3844
4356
6084
6400
6400
6084
5625
6084
4225
6400
7225
7225
5184
5929
4900
7225
E-2.1

K-2.15
K-2.16
K-2.17
K-2.18
K-2.19
K-2.20
K-2.21
K-2.22
K-2.23
K-2.24
K-2.25
K-2.26
K-2.27
K-2.28
K-2.29
K-2.30
K-2.31
K-2.32
K-2.33
K-2.34
K-2.35
K-2.36
K-2.37
K-2.38
K-2.39
K-2.40
K-2.1

78
70
70
70
72
65
70
75
75
70
70
75
75
78
75
75
70
70
70
75
76
78
75
75
75
82
82

6084
4900
4900
4900
5184
4225
4900
5625
5625
4900
4900
5625
5625
6084
5625
5625
4900
4900
4900
5625
5776
6084
5625
5625
5625
6724
6724

Jumlah
Rata rata

3116
76

239472
5840,78

Jumlah
Rata
rata

3081
75,14

232295
5665,73

Dari data diatas maka diperoleh perhitungan t-tes sbagai berikut :


a.

Mencari nilai masing masing varian


=

75

b.

Memasukkan uji varian ke rumus t-test

t test =

= 0,589
Uji t menggunakan SPSS 16.0 for windows
Tabel 4.8 Nilai Uji t Menggunakan SPSS
Group Statistics
Kelas
Hasil

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Eksperimen

41

76.00

8.149

1.273

Konvensional

41

75.14

4.385

.685

Dari perhitungan statistik didapatkan nilai t-test sebesar 0,589 yang disebut
juga dengan thitung. Selanjutnya menentukan taraf signifikan, uji signifikan
dilakukan dengan membandingan t tabel yang terdapat dalam nilai nilai t. Untuk
memeriksa tabel nilai nilai t tentukan terlebih dahulu derajat kebebasan (db)
pada keseluruhan distribusi yang diteliti. Rumus db = N 2. Oleh karena itu
jumlah keseluruhan individu yang diteliti sebesar 82 orang yang db-nya sebesar
82 2 = 80
Berdasarkan db = 80, pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai t tabel sebesar 1,671.
Data nilai nilai t dapat dituliskan sebagai berikut t tabel (5% = 1,671)

thitung

(0,589). Berdasarkan hasil analisis uji t di atas bahwa hipotesis diterima, sehingga
dapat disimpulkan bahwa Tidak ada perbedaan hasil belajar matematika peserta

76

didik kelas VII MTs. Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013
setelah pembelajaran menggunakan model STAD.
3.

Data nilai hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen 1


eksperimen 2 diperoleh dari hasil post test.

Tabel 4.9 Hasil nilai post test kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2
No

1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Inisial
Siswa
2
E-1.1
E-1.2
E-1.3
E-1.4
E-1.5
E-1.6
E-1.7
E-1.8
E-1.9
E-1.10
E-1.11
E-1.12
E-1.13
E-1.14
E-1.15
E-1.16
E-1.17
E-1.18
E-1.19
E-1.20
E-1.21
E-1.22
E-1.23
E-1.24
E-1.25
E-1.26
E-1.27
E-1.28
E-1.29
E-1.30
E-1.31
E-1.32
E-1.33

Kelas Eksperiman 1
Nilai Post
X12
test (X1)
3
4
75
80
80
77
85
74
74
75
80
82
75
75
80
85
90
90
80
90
84
80
80
84
84
80
74
80
75
85
88
85
85
87
84

5625
6400
6400
5929
7225
5476
5476
5625
6400
6724
5625
5625
6400
7225
8100
8100
6400
8100
7056
6400
6400
7056
7056
6400
5476
6400
5625
7225
7744
7225
7225
7569
7056

Inisial
Siswa
5
E-2.1
E-2.2
E-2.3
E-2.4
E-2.5
E-2.6
E-2.7
E-2.8
E-2.9
E-2.10
E-2.11
E-2.12
E-2.13
E-2.14
E-2.15
E-2.16
E-2.17
E-2.18
E-2.19
E-2.20
E-2.21
E-2.22
E-2.23
E-2.24
E-2.25
E-2.26
E-2.27
E-2.28
E-2.29
E-2.30
E-2.31
E-2.32
E-2.33

Kelas eksperimen 2
Nilai Post
test (X2)
6
90
80
95
70
80
68
80
69
87
72
72
80
84
72
86
69
75
70
69
61
75
65
75
66
62
66
78
80
80
78
75
78
65

X22
7
8100
6400
9025
4900
6400
4624
6400
4761
7569
5184
5184
6400
7056
5184
7396
4761
5625
4900
4761
3721
5625
4225
5625
4356
3844
4356
6084
6400
6400
6084
5625
6084
4225

dan

77

34
35
36
37
38
39
40
41

E-1.34
E-1.35
E-1.36
E-1.37
E-1.38
E-1.39
E-1.40

75
78
96
94
96
94
75

5625
6084
9216
8836
9216
8836
5625

E-2.34
E-2.35
E-2.36
E-2.37
E-2.38
E-2.39
E-2.40
E-2.41

80
85
85
72
77
70
85
90

6400
7225
7225
5184
5929
4900
7225
E-2.1

Jumlah
Rata
rata

3310
82,75

275606
6890,15

Jumlah
Rata
rata

3116
76

239472
5840,78

Dari data diatas maka diperoleh perhitungan t-tes sbagai berikut :


c.

d.

Mencari nilai masing masing varian


=

Memasukkan uji varian ke rumus t-test

t test =

= 2,96
Uji t menggunakan SPSS 16.0 for windows
Tabel 4.10 Nilai Uji t Menggunakan SPSS
Group Statistics

Hasil_Belajar

Kelas_Model_
Pembelajaran
Model TAI
Model STAD

N
40
41

Mean
82.75
76.00

Std.
Deviation
6.609
8.149

Std. Error
Mean
1.045
1.273

78

Dari perhitungan statistik didapatkan nilai t-test sebesar 2,96 yang disebut
juga dengan thitung. Selanjutnya menentukan taraf signifikan, uji signifikan
dilakukan dengan membandingan t tabel yang terdapat dalam nilai nilai t. Untuk
memeriksa tabel nilai nilai t tentukan terlebih dahulu derajat kebebasan (db)
pada keseluruhan distribusi yang diteliti. Rumus db = N 2. Oleh karena itu
jumlah keseluruhan individu yang diteliti sebesar 81 orang yang db-nya sebesar
81 2 = 79
Berdasarkan db = 79, pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai t tabel sebesar
2,000. Data nilai nilai t dapat dituliskan sebagai berikut t tabel (5% = 2,000)
thitung (2,96). Berdasarkan hasil anlisis uji t di atas bahwa hipotesis diterima,
sehingga dapat disimpulkan bahwa Ada perbedaan yang signifikan terhadap hasil
belajar matematika antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan TAI pada siswa kelas VII MTs Sunan Kalijaga
Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013.
Sedangkan untuk mengetahui besarnya perbedaan model pembelajaran TAI
dengan STAD terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas VII MTs
Sunan Kalijaga Kranding Kediri dapat diketahui melalui perhitungan sebagai
berikut :

= 8,89%

79

Maka besar perbedaan model pembelajaran TAI dengan STAD terhadap


hasil belajar matematika peserta didik kelas VII MTs Sunan Kalijaga Kranding
Kediri sebesar 8,89% .Jika dilihat pada kriteria interval yaitu
interval 0% - 39% yaitu berinterpretasi rendah,
interval 40% - 59% yaitu berinterpretasi sedang
interval 60% 79% yaitu berinterpretasi tinggi
interval 80% 100% yaitu berinterpretasi sangat tinggi71
dapat disimpulkan interpretasi berada pada interval 0% - 39% yaitu
berinterpretasi rendah.
E.

Rekapitulasi dan Pembahasan Hasil Penelitian

1.

Rekapitulasi hasil penelitian


Setelah hasil analisis data penelitian, selanjutnya adalah mendeskripsikan

hasil penelitian tersebut dalam bentuk tabel yang menggambarkan Perbedaan


Model Pembelajaran TAI dengan STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika
Peserta Didik Kelas VII MTs Sunan Kalijaga Kranding Kediri Tahun Ajaran
2012/2013.

71

lailatul munawaroh, 2012, stain tulungagung, pengaruh penerapan model pembelajaran


tutor sebaya terhadap hasil belajar mtk materi pokok bangun ruang prisma dan limas pada siswa
kelas 7 smp islam durenan 2011/2012, (tidak diterbitkan) hal.90.

80

Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Penelitian


No

Hipotesis
Penelitian
Ada
perbedaan
hasil belajar
matematika
peserta didik
kelas VII
MTs. Sunan
Kalijaga
Kranding
Kediri tahun
ajaran 2012 /
2013 setelah
pembelajaran
menggunakan
model TAI

Hasil
Penelitian
thitung (4,12)

Kriteria
Interpretasi
Interpretasi
ttabel (5% = H 0 ditolak
1,671)
terima H a
berarti
signifikan

Ada
perbedaan
hasil belajar
matematika
peserta didik
kelas VII
MTs. Sunan
Kalijaga
Kranding
Kediri tahun
ajaran 2012 /
2013 setelah
pembelajaran
menggunakan
model STAD

thitung (0,589)

ttabel (5% =
1,671)
berarti
signifikan

Ada
perbedaan
hasil belajar
matematika
yang
menggunakan
model TAI
dengan model
STAD pada
peserta didik

=2,96

=
2,000
(taraf5%)
berarti
signifikan

Ha ditolak
terima H 0

H 0 ditolak
terima H a

Kesimpulan
Ada
perbedaan
hasil belajar
matematika
peserta didik
kelas VII
MTs. Sunan
Kalijaga
Kranding
Kediri tahun
ajaran 2012 /
2013 setelah
pembelajaran
menggunakan
model TAI
Tidak ada
perbedaan
hasil belajar
matematika
peserta didik
kelas VII
MTs. Sunan
Kalijaga
Kranding
Kediri tahun
ajaran 2012 /
2013 setelah
pembelajaran
menggunakan
model STAD
Ada
perbedaan
signifikan
yang
menggunakan
model TAI
dengan model
STAD
terhadap hasil
belajar

81

kelas VII
MTs Sunan
Kalijaga
Kranding
Kediri tahun
ajaran
2012/2013

2.

matematika
pada peserta
didik kelas
VII MTs
Sunan
Kalijaga
Kranding
Kediri tahun
ajaran
2012/2013

Pembahasan
Setelah dilakukan penelitian dan penganalisaan data, dapat diketahui bahwa

1.

Terdapat perbedaan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII MTs.
Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013

setelah

pembelajaran menggunakan model TAI .Semua itu dapat ditunjukkan


dengan adanya hasil penelitian yaitu
.Diperoleh nilai ttabel (5% = 1,671)

thitung

lebih besar dari

thitung (4,12). Sehingga H 0

ditolak.

2.

Tidak ada perbedaan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII MTs.
Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013

setelah

pembelajaran menggunakan model STAD Semua itu dapat ditunjukkan


dengan adanya hasil penelitian yaitu
.Diperoleh nilai ttabel (5% = 1,671)

thitung

lebih besar dari

thitung (0,589), sehingga H 0

diterima.

3.

Terdapat perbedaan yang signifikan antara model TAI dengan model STAD
terhadap hasil belajar siswa. Ini berarti bahwa proses pembelajaran yang
menggunakan model TAI pada kelas VII A berpengaruh positif terhadap

82

hasil belajar siswa dan hasil belajarnyapun lebih baik dibandingkan hasil
belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran STAD
pada kelas VII B. Sebelum membuktikan bahwa Ada perbedaan yang
signifikan terhadap hasil belajar matematika antara siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran TAI dengan STAD pada siswa kelas VII MTs
Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013, terlebih dahulu
dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji
normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data dari sampel yang
dalam penelitian ini adalah kelas VIIA dan VIIB berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, dilakukan dengan uji kolmogorov-smirnov dinyatakan
bahwa kedua kelas tersebut yaitu kelas VIIA sebagai kelas eksperimen 1
dan kelas VIIB sebagai kelas ekperimen 2 berasal dari populasi normal.
Setelah uji normalitas dipenuhi kemudian dilakukan uji homogenitas. Dalam
penelitian ini uji homogenitas untuk mengetahui apakah sampel merupakan
kelompok yang homogen. Hasil uji homogenitas variansi menunjukkan bahwa
kedua kelas tersebut mempunyai variansi yang sama (homogen).
Selanjutnya untuk mengetahui Ada perbedaan atau tidak terhadap hasil
belajar matematika antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran TAI
dengan STAD pada siswa kelas VII MTs Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun
ajaran 2012 / 2013 dapat dilihat dengan hasil uji t-test. Pada hasil tes akhir
diperoleh harga t hitung sebesar 2.96 sedangkan ttabel dengan = 5% dan derajat
kebebasan= (40 + 41-2) = 79 adalah sebesar 2,000. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Ada perbedaan

terhadap hasil belajar matematika antara siswa yang

83

diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif TAI dengan STAD pada siswa
kelas VII MTs Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013. Adapun
besarnya perbedaan model pembelajaran TAI dengan STAD pada siswa kelas VII
MTs Sunan Kalijaga Kranding Kediri adalah 8,89% yang berarti besar
perbedaanya perdasarkan interval 0% - 39% yaitu berinterpretasi rendah
Dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran TAI hasil
belajar siswa meningkat, siswa lebih aktif dalam pembelajaran, mereka diberi
ruang untuk menuangkan ide atau pengalaman masing masing serta dalam
pembelajaran ini mereka diberikan kesempatan untuk belajar secara individu
terlebih dahulu untuk menyiapkan konsep dalam diskusi dan setelah itu belajar
berinteraksi antar individu untuk menyelesaikan suatu masalah. Hal ini sesuai
degan pernyataan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi komplek, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan aturan itu tidak sesuai. Selain itu dalam teori
kontruktivis satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah
bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa
harus membangun sendiri pengetahuan yang ada dibenaknya. Guru dapat
memberikan kemudahan untuk proses ini,dengan memberikan kesempatan pada
siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri untuk belajar.
Dengan cara demikian menekankan keaktifan dengan melibatkan siswa secara
aktif melalui diskusi mengenai pertanyaan- pertanyaan yang diberikan oleh guru
dengan kelompoknya serta memberi ruang pada siswa untuk

menuangkan

pendapat dan berinteraksi antar siswa. Selain itu dalam pembelajaran TAI siswa

84

bisa saling menghargai pendapat orang lain dan mengambil kesimpulan dari apa
yang telah di kemukakan setiap individu.

Hai ini dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa khususnya pada materi pokok bangun datar. Jadi sistem
pembelajaran model TAI dapat membantu meningkatkan hasil belajar matematika
dan ternyata hasil penelitian terbukti relevan.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pembelajarn kooperatif model
TAI lebih baik dibanding dengan pembelajaran kooperatif STAD dan dalam
pelaksanaan penelitian ini berjalan dengan lancar suasana belajar menjadi lebih
aktif, lebih efisien, meningkatkan rasa tanggung jawab serta menambah motivasi
belajar siswa.

85

BAB V
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan secara teoritis dan empiris dari data hasil

penelitian tentang perbedaan hasil belajar matematika yang menggunakan model


TAI dengan model STAD pada peserta didik kelas VII MTs Sunan Kalijaga
Kranding Kediri tahun ajaran 2012/2013, maka penulis dapat memberikan
kesimpulan sebagai berikut:
1.

Ada perbedaan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII MTs. Sunan
Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013 setelah pembelajaran
menggunakan model TAI .Hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung = (4,12)
sedangkan

pada taraf signifikasi 5% adalah 1,671. Dengan demikian

hipotesis pada penelitian ini ditolak yang menyatakan bahwa ada perbedaan
hasil belajar matematika peserta didik kelas VII MTs. Sunan Kalijaga
Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013 setelah pembelajaran
menggunakan model TAI.
2.

Ada perbedaan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII MTs.
Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013

setelah

pembelajaran menggunakan model STAD. Hal ini ditunjukkan oleh nilai


thitung = (0,589) sedangkan

pada taraf signifikasi 5% adalah 1,671.

Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini diterima yang menyatakan


bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII
85

86

MTs.Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012 / 2013 setelah


menggunakan model STAD.
3.

Terdapat perbedaan yang signifikan model TAI dengan model STAD


terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas VII MTs Sunan
Kalijaga Kranding Kediri Tahun Ajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan
oleh nilai

= 2,96, sedangkan

pada taraf signifikasi 5% adalah

2,000. Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini ditolak yang


menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan model TAI dengan
STAD terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas VII MTs.
Sunan Kalijaga Kranding Kediri tahun ajaran 2012/2013.
4.

Adapun besarnya perbedaan model TAI dengan STAD terhadap hasil


belajar matematika peserta didik kelas VII MTs Sunan Kalijaga Kranding
Kediri tahun ajaran 2012/2013 adalah 8,89%.

B.

Saran
Dalam rangka kemajuan dan keberhasilan pelaksanaan proses belajar

mengajar dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan , maka penulis memberi


saran sebagai berikut:
1.

Bagi Kepala Sekolah


Dengan adanya model pembelajaran yang telah terbukti ini, maka

diharapkan kepada Kepala Sekolah dapat membuat kebijakan kebijakan yang


dapat

meningkatkan

dan

mengembangkan

mutu

pendidikan

matematika sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

khususnya

87

2.

Bagi Guru
Dalam menyampaikan suatu pelajaran khususnya matematika, diharapkan

seorang guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat untuk proses kegiatan
belajar mengajar. Model ini harus bisa menjadi solusi peserta didik dalam belajar
individu dan belajar kooperatif. Pemilihan model dan metode mengajar yang tepat
dapat mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
3.

Bagi Peneliti
Dengan memberikan model pembelajaran TAI dan pembelajaran STAD ,

dapat menambah wawasan dan pemahaman bagi peneliti guna menyempurnakan


bekal dimasa mendatang.
Demikianlah saran saran yang dapat penulis kemukakan dalam skripsi ini,
mudah mudahan ada guna dan manfaatnya demi kemajuan dan keberhasilan
pendidikan.

88

DAFTAR PUSTAKA

Ali,Mohammad.1993. Strategi penelitian pendidikan.Bandung: Angkasa.


Arifin, Zainal.2009.Evaluasi Pembelajaran.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto,Suharsimi.2006 Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:
Rineka Cipta.
Asrof,Safii.2005. Metodologi Penelitian Pendidikan.Surabaya : sLKAF.
Bambang Prasetyo & Lina Miftahul Jannah.2005.Metode penelitian kuantitatif.
Jakarta: PT Raja Garfindo Persada.
Bungin, Burhan.2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif.Jakarta : Prenada Media.
Dimyati dan Mudjiono.1994.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Proyek
Pengembangan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan.
Erman Suherman, dkk.2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer
(Common Textbook).Bandung : JICA- Universitas Pendidikan Indonesia.
Gulo,W.2002. Metodologi Penelitian.Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.
Hallen.2002. Bimbingan Dan Konseling.Jakarta: Ciputat Pers.
http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=25670/15:16/03/07/2013
http://kireyinha.blogspot.com/2011/07/model-pembelajaran-cooperatif-typeteam.html 27-12-2012 10:20
http://yankcute.blogspot.com/2010/02/keunggulan-dan-kekuranganpembelajaran.html 27-12-2012 10:16
Huda,Miftahul.2012. Cooperative Learning metode,teknik, struktur dan model
penerapan.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Hudojo.Herman.1988. Mengajar
Pendidikan dan Kebudayaan.

Belajar

Hudojo.Herman.2001.Pengembangan
Matematika,Malang:UNM.
88

Matematika.Jakarta:

Kurikulum

dan

Departemen

Pembelajaran

89

Komala Sari.Kokom.2010. Pembelajaran Konstektual. Bandung : PT Refika


Aditama.
Marzuki.1983. Metodologi Riset.Yogyakarta : Hinindita Offset.
Prayetno,Anton.2008. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD
Terhadap Kualitas Belajar Matematika Siswa SMP. Malang : UM Skripsi Tidak
Diterbitkan.
Rahim.Farida.2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Riduwan.2006.Metode &Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
S.Suriasumantri,Jujun.2003.
Indonesia.

Ilmu

dalam

Perspektif.Jakarta:Yayasan

Obor

Safii,Asrof.2005.Metodologi Penelitian Pendidikan.Surabaya: sLKAF.


Sanjaya,Wina. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.Jakarta:
Kencana.
Soedjadi,R.1999/2000.Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi
Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan.Jakarta:Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sriyanto.2007. Strategi Sukses Menguasai Matematika Dilengkapi Cara Praktis
Membuat Rumus Cepat Maka Mengerjakan Tes Matematika Mengatasi Kesulitan
Dalam Belajar Matematika.Yogyakarta: Indonesia Cerdas.
Sudjana,Nana.1997. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah.Bandung : Sinar Baru
Algesindo.
Sugiyono.1999.Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta, 1999.
Suharso,Puguh.2009. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis : Pendekatan
Filosofi dan Praktis.Jakarta : Indeks.
Supriono,Agus.2011.Cooperative
Learning
PAIKEM.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Teori

dan

Aplikasi

Tanzeh,Ahmad.2009 Pengantar Metode Penelitian.Yogyakarta: Teras.


Tim penyusun Buku Panduan Penulisan Penelitian.2005. Pedoman Penyusunan
Penelitian.Tulungagung:STAIN Tulungagung.

90

Trianto.2007. Model model Pembelajaran


Konstruktivistik.Yogjakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

Inovatif

Berorientasi

Undang-undang SISDIKNAS
Usman,Uzer.2000. menjadi Guru Profesional.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
W. James Popham dan Eva L.Baker.2008. Teknik Mengajar Secara
Sistematis.Jakarta : Rineka Cipta.
Walgito,Bimo.1993. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.Yogyakarta: Andi
Offset.
Wayan Nurkancana dan Sumartana.1986. Evaluasi Pendidikan.Surabaya: Usaha
Nasional.
Winarsunu,Tulus.2006. Statistik Edisi Revisi.Malang : UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai