O L E H:
RANDIBA NUHTAPALIGA WARIS
9986243364
PROGRAM STUDI XII FARMASI
SMK YAPIKA MAKASSAR
2016
[Type text]
[Type text]
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat serta karunia-Nya, maka penulisan makalah ini yang bertema ANTI
BIOTIK dapat terselesaikan dengan baik. Terimakasih kepada semua pihak yang
turut membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Selain itu, kami berharap makalah ini dapat berguna bagi saya dan temanteman pada umumnya, dalam perkuliahan kita nantinya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini belum dapat di katakan
baik, masih banyak kesalahan yang terdapat di dalam makalah yang kami buat ini.
Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan sekalian
demi perbaikan makalah-makalah kami selanjutnya. Terima kasih.
Makassar,
Penulis
[Type text]
[Type text]
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Pengertian Antibitika..........................................................................................3
B. Pembuatan Antibiotika.......................................................................................3
C. Mekanisme Kerja................................................................................................4
D. Golongan Obat Antibiotika.................................................................................5
BAB III PENUTUP.....................................................................................................47
A. Kesimpulan.......................................................................................................47
B. Saran.................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................49
[Type text]
[Type text]
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun unutk
seorang dokter ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk
maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain agar mengerti
bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit.
Antiboitika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang
dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik juga
dapar dibuat secara sintesis. Antimikroba diartikan sebagai obat pembasmi mikroba
khususnya yang merugikan manusia.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Antibiotik?
2. Bagaimana cara pembuatan Antibiotik?
3. Bagaimana mekanisme kerja dari obat antibiotik?
4. Apa saja golongan obat antibiotik?
5. Bagaimana resistensi obat antibiotika?
C. Tujuan
Adapun tujuan kami membuat makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang golongan obat antibiotic.
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Antibitika
Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang
dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi jenis mikroba lain.
Antibiotika ( latin : anti = lawan, bios = hidup ) adalahzat-zat kimia yang dihasilkan
miroorganisme hidup tertua fungi dan bakteri ranah. Yang memiliki khasiat
mematikan atau menghambat pertumbuahan banyak bakteri dan beberapa virus besar,
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil.
B. Pembuatan Antibiotika
Pembuatan antibiotika lazimnya dilakukan dengan jalan mikrobiologi dimana
mikroorganisme dibiakan dalam tangki-tangki besar dengan zat-zat gizi khusus.
Kedalam cairan pembiakan disalurkan oksigen atau udara steril guna mempercepat
pertumbuhan jamur sehingga produksi antibiotiknya dipertinggi setelah diisolasi dari
cairan kultur, antibiotika dimurnikan dan ditetapkan aktifitasnya beberapa antibiotika
tidak dibuat lagi dengan jalan biosintesis ini, melakukan secara kimiawi, antara lain
kloramfenikol
Pada umumnya aktivitasnya dinyatakan dalam suatu berat (mg),kecuali zat
yang belum sempurna pemurniannya dan terdiri dari campuran beberapa zat misalnya
polimiksin B basitrasin, atau karena belum diketahui struktur kimianya, seperti,
nistatin.
Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh.
Namun, pada prakteknya anti biotik sintetik yang tidak diturunkan dari produk
mikroba (misalnya sulfonamide dan kuinolon).
[Type text]
[Type text]
C. Mekanisme Kerja
Beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan sefalosforin)
atau membran sel (kelompok polimiksin), tetapi mekanisma kerja yang terpenting
adalah perintangan selektif metabolisme protein bakteri, sehingga sintesis protein
dapat terhambat dan kuman musnah atau tidak berkembang lagi misalnya
kloramfenikol dan tetrasiklin.
Diluar bidang terapi, antibiotik digunakan dibidang peternakan sebagai zat
gizi tambahan guna mempercepat pertumbuhan ternak, dan unggas yang diberi
penisilin, tetrasiklin erithomisin atau basitrasin dalam jumlah kecil sekali dalam
sehari harinya, bertumbuh lebih besar dengan jumlah makanan lebih sedikit.
D. Golongan Obat Antibiotika
Obat antibiotika digolongan dalam 4 golongan yaitu penghambat sintetis
dinding sel bakteri yang terbagi menjadi golongan -Laktam dan golongan peptida,
penghambat sintetis protein (DNA), antagonis folat, dan quinolon dan golongan
lainnya.
1.
[Type text]
[Type text]
sefalosporinase,
Memodifikasi struktur kimianya sehingga tidak rusak oleh enzim.
[Type text]
[Type text]
Mekanisme kerja dari obat golongan penisilin ini yaitu dinding sel kuman
terdiri dari suatu jaringan peptidoglikan, yaitu polimer dari senyawa amino dan gula
yang saling terikat satu dengan yang lain (crosslinked) dan dengan dmeikian
memberikan kekuatan mekanis pada dinding. Penisilin menghalangi sintesa lengkap
dari polimer ini yang spesifik bagi kuman dan disebut murein. Bila sel tumbuh dan
plasmanya bertambah atau menyerap air dengan jalan osmosis, maka dinding sel
yang tak sempurna itu akan pecah dan bakteri musnah. Dinding sel manusia dan
hewan tidak terdiri dari murein, maka antibiotika ini tidak toksis untuk manusia.
Penisilin dapat dibagi dalam beberapa jenis menurut aktivitas dan
resistensinya terhadap laktamase, sebagai berikut:
1
Zat-zat dengan spektrum-sempit: benzilpenisilin, penisilin-V, dan fenetisilin. Zatzat ini terutama aktif terhadap kuman Gram-positif dan diuraikan oleh
penisilinase.
Zat-zat tahan-laktamase: metisilin, kloksasilin, dan flukloksasilin. Zat ini hanya
aktif terhadap Stafilokok dan Strestokok. Asam klavulanat, sulbaktam dan
tazobaktammemblokir laktamase dan dengan demikian mempertahankan
[Type text]
[Type text]
Penicillin Binding Proteins (PBPs) yang terdapat pada membran sitoplasma di bawah
dinding sel bakteri.
Sebagian besar sefalosporin tersedia dalam bentuk parenteral. Meskipun
distribusinya cukup luas di seluruh tubuh, hanya beberapa yang dapat menembus CSS
dan mencapai kadar terapeutik di otak pada kondisi meningitis. Semua sefalosporin,
termasuk yang eliminasi utamanya melalui mekanisme hepatal, memberikan
konsentrasi yang cukup di dalam urin untuk terapi infeksi saluran kencing. Kadar
sefalosporin di dalam kandung empedu dapat lebih tinggi dibandingkan dengan
kadarnya dalam plasma. Sefalosporin aminothiazolyl dapat menembus humor
aqueous sehingga bermanfaat untuk terapi infeksi pada mata.
Sefalosforin merupakan antibiotik betalaktam yang bekerja dengan cara
menghambat sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan
penisilin, ekseresi terutama melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.
Sefalosporin termasuk golongan antibiotika Betalaktam. Seperti antibiotik
Betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba Sefalosporin ialah dengan
menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi
transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding
sel.Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun garam negatif, tetapi
spektrum masing-masing derivat bervariasi.
Klasifikasi obat golongan ini berdasarkan generasi yang pada dasarnya
ditentukan oleh aktivitas antimikrobialnya. Generasi I bersifat sensitive terhadap
enzim -Laktamase dan berspektrum sempit. Contoh dari golongan generasi I ialah
sefazolin dan sefalexin. Generasi II mempunyai stabilitas yang lebih baik dan
aktivitasnya terhadap bakteri garam negatif lebih tinggi. Contoh obat dari generasi ini
yaitu sefaklor, sefamandol, dan sefoxitin. Generasi III mempunyai spectrum yang
lebih luas dan lebih resistensi terhadap enzim -Laktamase. Contoh dari obat
golongan ini ialah sifotaksin, seftazidin, seftriaxon. Generasi IV mempunyai aktivitas
baik terhadap bakteri gram positif, maupun gram negatif dan mempunyai resisitensi
[Type text]
[Type text]
terhadap enzim -Laktamase yang lebih baik. Contoh obat dari golongan ini yaitu
sefepim dan sefpirum.
Azetreonam
Aztreonam merupakan derivat monobaktam pertama yang terbukti bermanfaat
secara klinis.Monobaktam pada awalnya diisolasi dr kuman Gluconocabacter,
Acetobacter, Chromobacterium, tetapi aktivitas antibakterinya sangat lemah.
Aztreonam terdiri hanya atas satu cincin-laktam (monosiklis) tanpa gugusan
cincin lainnya, berlainan dengan zat zat penisilin/sefalosporin, oleh karena itu
dinamakan monobaktam. Aztreonam dihasilkan oleh antara lain chromobacterium
violaceum, tetapi sebagai obat dibuat secara sintesis. Khusus bekerja terhadap kuman
Gram-negatif aerob termasuk pseudomonas, H. Infuluenzae dan gonococci yang
resisten terhadap penisilinase. Tidak aktif terhadap kuman Gram-positif dan anaerob.
Berkhasiat bakterisid berdasarkan mekanisme yang sama dengan penisilin dan
sefalosporin, yakni penghambatan sintesa dinding sel kuman.
Mekanisme kerja
Obat aztreonam yaitu bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel kuman,
seperti antibiotika betalaktam lain. Antibiotik ini dg mdh menembus dinding dan
membran sel kuman gram-neg aerobik, kmd mengikat penicillin-binding-protein 3 (PBP 3). Pengaruh interaksi tsb pd kuman ialah terjadi perubahan bentuk filamen,
pembelahan sel terhambat dan mati. KBM aztreonam terhadap kuman yang peka
tidak banyak berbeda dengan KHM-nya. Aztreonam tidak terikat pada PBP esensial
kuman gram-positif dan kuman anaerob.
Aztreonam hanya aktif terhadap kuman gram-negatif aerobik termasuk
Haemophilus influenzas dan meningokok serta gonokok yang menghasilkan
betalaktamase. harus diberikan secara im atau iv, karena tidak diabsorpsi melalui
saluran cerna. Sekitar 56% aztreonam dlm darah terikat pd protein plasma.
Obat ini didistribusi luas ke dalam berbagai jaringan dan cairan tubuh. Kadar dalam
urin tinggi. Ekskresi terutama melalui filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus ginjal
[Type text]
[Type text]
dalam bentuk utuh, yaitu sekitar 70% dosis yang diberikan. Probenesid
memperlambat ekskresinya.
Imipenem
Imipenem, suatu turunan tienamisin, merupakan karbapenem pertama yang
digunakan dalam pengobatan. Tienamisin diproduksi oleh Strepto myces cattleya.
Imipenem mengandung cincin -Laktam dan cincin lima segi tanpa atom sulfur. Oleh
enzim dehidropeptidase yang terdapat pada brush border tubuli ginjal. Obat ini
dimetabolisme menjadi metabolit yang nefrotoksik. Hanya sedikit yang terdeteksi
dalam bentuk asal di urin. Bila silastin diberikan bersama imipenem dalam
perbandingan sama, silastatin akan meningkatkan kadar imipenem aktif dalam urin
dan mencegah efek toksiknya terhadap ginjal.
Mekanisme kerja
Imipenem mengikat PBP2 dan menghambat sintesis dinding sel kuman. In
vitro obat ini berspektrum sangat luas, termasuk kuman garm positif dan gram
negatif, baik yang aerobik maupun anaerobik; imepenem beraktivitas bakterisid.
Betalaktamase baik yang diperantai plasmid maupun kromosom. Imipenem in vitro
sangat aktif terhadap kokus gram positif, termasuk stafilikok, streptokok, pneumokok
dan E. faecalis serta kuman penghasil betalakamase umumnya. Tetapi obat ini tidak
aktif terhadap stafilokok resisten metisilin atau galur yang uji koagulasinya negatif.
Imipenem aktif terhadap sebagian besar Enterobacteriaceae. Potensinya sebanding
dengan aztreonam dan sefalosporin generasi ketiga. Selain itu spektrumnya meluas
mencakup kuman yang resisyen penisilin, aminoglikosida dan sefalosporin generasi
ketiga. Imipenem juga sangat aktif terhadap meningokok, gonokokus dan H.
influenza termasuk yang memproduksi betalaktamase. Terhadap Acinetobakter dan P.
Aeruginosa aktivitasnya sebanding dengan seftazdimin. Terhadap kuman anaerob
aktivitasnya sebandimg dengan klindamisin dan metronidazole, tetapi terhadap
[Type text]
[Type text]
Clostridium difficile tidak aktif. Terhadap sebagian besar kuman yang sensitif
terhadapnya , imipenem memperlihatkan efek pasca antibiotik.
Farmakokinetik
Imipenem maupun silastatin tidak diabsorbsi melalui saluran cerna, sehingga
harus diberikan secara suntikan. Setelah pemberian masing-masing 1g
imipenem/silastatin secara infus 30 menit, kadar puncak rata-rata dapat mencapai 52
dan 65g/ml. enam jam kemudian kadar menurun sampi 1g/ml. kadar puncak
imipenem dalam plasma (10 dan 12/ml) dicapai dalam 2 jam. Kadar puncak silastatin
24 dan 33 g/ml yang dicapai 1 jam sesudah pemberian. Kira-kira 20 % imipenem
dan 40% silastatin terkait protein plasma. Distribusi obat ini merata keberbagai
jaringan dan cairan tubuh. Pada meningitis pemberian 1g obat ini tiap 6 jam, akan
mencapai kadar garam cairan otak setinggi 0,5 dan 11g/ml. kadar imipenem dalam
empedu umumnya rendah. Obat ini diekskresi melalui filtrasi glomelurus dan sekresi
tubuli ginjal.
Bila diberikan bersama silastatin, kurang lebih 70% dari dosis imipenem
diekskresi diurin dalam bentuk asal 10 jam sesudah pemberian, sisanya
dimetabolisme, metabolit utama sebanyak kurang lebih 12% dari dosis terdapat diurin
sebagai N-asetil silastatin. Ekskresi imipenem maupun silastatin melalui tinja hanya
sekitar 1 %.
Waktu paruh imipenem dan silastatin kurang lebih 1 jam pada orang deawasa.
Pada kelaianan fungsi ginjal waktu paruh imipenem dapat mencapai 3,5 sampai 4 jam
dan silastatin sampai 16 jam
Imipenem/ silastatin digunakan untuk pengobatan infeksi berat oleh kuman
yang sensitif, termasuk infeksi nosokomial yang resisten terhadap antibiotik lain,
misalnya infeksi saluran napas bawah, intra abdominal, obsteri-ginekologi,
osteomielitis dan endokarditis oleh S. aureus. Untuk infeksi berat oleh P. aeruginosa
dianjurkan agar dikombinasikan dengan aminoglikosida, karena berefek sinergistik.
[Type text]
[Type text]
Efek samping yang paling sering dari imipenem adalah mual, muntah,
kemerahan kulit dan reaksi lokal pada tempat infus. Kejang dilaporkan terjadi pada
0,9% dari 1.754 pasien yang mendapat obat tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut
obat ini dikontrainidikasi pada pasien yang berisiko tinggi untuk menderita kejang.
Bila diberikan bersama siklosporin sebaiknya hati-hati, karena keduanya dapat
mengganggu susunan s saraf pusat.
Antibiotika Golongan Polipeptida
Antibiotika golongan ini merupakan senyawa non -Laktam. Contoh dari
antibiotika jenis ini adalah vancomisin dan basitrasin.
Vancomisin
Vankomisin adalah suatu glikopeptida trisiklik yang penting pada
efektifitasnya terhadap semua resistenmulti-obat seperti stafilokokus resisiten
metisilin. Vankomisin adalah salah satu jenis obat yang menghambat sintesis dinding
sel (beta laktam).
Mekanisme kerja dari obat vankomisin yaitu menghambat sintesis fosfolipid
dinding sel bakteri serta polimerisasi peptidoglikan pada tempat yang lebih dulu
dibandingkan tempat yang dihambat oleh antibiotika beta-laktam. Catatan :
polimerasi adalah reaksi kimia ynag menggabungkan dua molekul kecil atau lebih
untuk membentuk molekul yang lebih besar. Peptidoglikan adalah gabungan protein
dan polisakarida yang menyusun dinding sel eubacteria.
Farmakokinetik dari obat vancomisin ialah infus intravena lambat diberikan
untuk pengobatan infeksi sistemik atau untuk profilaktik. Karena vankomisin tidak
diabsorpsi setelah pemberian oral, cara pemberian ini hanya diberikan untuk
pengobatan kolitis yang diinduksi antibotika dan disebabkan klostridium difficile.
Adanya inflamasi menyebabkan obat ini dapat mempenetrasi menigen.metabolisme
minimal : 90-100% diekresikan oleh filtrasi glomerulus. Catatan : dosis obat harus
disesuaikan poada pasien gagal ginjal karena obat ini akan berakumulasi. Waktu
[Type text]
[Type text]
paruh normal : 6- 10 jam, dan dibandingkan dengan pasien penyakit ginjal akan
berakhir lebih dari 200 jam.
Efek samping vankomisin merupakan masalah yang serius dan dapat berupa
demam, menggigil, dan atau flebitis pada tempat infus. Syok dapat terjadi karena
pemberian infus yang cepat. Muka kemerahan dan syok yang terjadi karena lepasnya
histamin yang disebabkan oleh infus cepat. Hilangnya pendengaran berkaitan dengan
dosis terjadi pada pasien gagal ginjal yang mengakibatkan akumulasi obat.
[Type text]
[Type text]
2.
unit ribomosal 30s atau 50s bakteri sehingga mempengaruhi proses transkripsi
mRNA menjadi protein. Terdapat lima golongan obat yaitu aminoglikosida,
makrolida, kloramfenikol, klindamisin, eritromisin, tetrasiklin. Resistensi
bakteri terhadap obat ini disebabkan karena penurunan uptake obat ke dalam
sel bakteri, dan perubahan sub unit ribosom.
4.
Aminoglikosida
5.
Aminoglikosida adalah golongan antibiotika bakterisidal yang
dikenal toksik terhadap saraf otak VII komponen vestibular maupun akustik
(ototoksik) dan terhadap ginjal (nefrotoksik). Antibiotika ini merupakan
produk berbagai spesies Streptomyces atau fungus lainnya. Sejak tahun 1943
sampai sekarang berbagai derivate aminoglikosida telah dikembangkan,
misalnya streptomisin, neomisin, kanamisin, paromomisin, gentamisin,
tobramisin, amikasin, sisomisin, dan netilmisin. Senyawa aminoglikosida
dibedakan dari gugus gula amino yang terikat pada aminosiklitol. Gentamisin
merupakan prototip golongan aminoglikosida.
Mekanisme kerja
6.
porin proteins pada membran luar dari bakteri gram-negatif masuk ke ruang
periplasmik. Sedangkan transport melalui membrane dalam sitoplasma
membutuhkan energi. Fase transfor yang tergantung energy ini bersifat rate
limiting, dapat diblok oleh ca++ dan Mg++,hiperosmolaritas, penurunan pH dan
anaerobisis. Hal ini menerangkan penurunan aktivitas aminoglikosida pada
lingkungan anaerobic suatu abses atau urin asam yang bersifat hiperosmolar.
Setelah masuk sel, aminoglikosida terikat pada ribosom 30S dan menghambat
sintesis protein. Terikatnya aminoglikosida pada ribosom ini mempercepat
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
12.
sehingga sangat sukar di absorbs melalui saluran cerna. Kurang dari 1 % dosis
yang diberikan diabsorbsi lewat saluran cerna. Pemberian per oral hanya
dimaksudkan untuk mendapatkan efek local dalam saluran cerna saja,
misalnya pada persiapan prabedah usus. Untuk mendapatkan kadar sistemik
yang efektif aminoglikosida perlu diberikan secara parenteral.
Efek samping
14.
dibagi dalam tiga kelompok : 1. Alergi, 2. Reaksi iritasi dan toksik, 3. Dan
perubahan biologic.
15.
Makrolida
16.
Makrolida adalah suatu golongan antibiotika dengan suatu
struktur makrosiklik lakton. Obat-obat pada golongan makrolida yaitu :
1
2
3
Eritromisin
Klaritromisin
Azitromisin
17.
baik sebagai obat pilihan dan sebagai alternatif terhadap penisilin pada
individu yang alergi terhadap antibiotika beta laktam. Anggota baru dari
kelompok ini, klaritromisin (suatu bentuk eritromisin metilasi) dan sitromisin
(mempunyai cincin lakton yang lebih besar) mempunyai beberapa gambaran
yang sama dengan eritromisin. Akhir-akhir ini, diritromisin, suatu makrolid
[Type text]
[Type text]
Eritromisin. Efektif terhadap organisme yang sama seperti penisilin, karena itu
obat ini digunakan pada penderita yang alergi terhadap penisilin. Selain itu, obat
ini merupakan obat pilihan untuk pengobatan infeksi :
a Infeksi klamidia, : eritromisin merupakan alternatif selain tetrasiklin
dalam mengobati infeksi epididimal, rektal, endoservikal atau uretral
b
akibat klamidia.
Eritromisin merupakan obat pilihan untuk infeksi urogenital akibat
Pemberian : eritromisin basa dihancurkan oleh asam lambung sehingga obat ini
diberikan dalam bentuk tablet salut enterik atau ester. Semua obat ini diabsorpsi
[Type text]
[Type text]
[Type text]
[Type text]
serta hati dan oabt ini direkomendasikan pada penderita gangguan ginjal dengan
dosis yang sesuaikan.
20.
1
dosis tinggi.
Kontraindikasi : penderita tentang gangguan fungsi hati tidak boleh mendapatkan
Kloramfenikol
Kloramfenikol Diproduksi oleh Streptomuces venezuelae.
Pertama kali diisolasi oleh David Gottlieb dari sampel tanah di Venezuela
pada tahun 1947. Diperkenalkan dalam pengobatan klinis pada tahun
1949.Penggunaannya cepat meluas setelah diketahui obat ini efektif untuk
[Type text]
[Type text]
Obat ini di absorpsi secara lengkap pada pemberian per oral karna sifat
lipofiliknya dan di distribusikan secara meluas ke seluruh tubuh. Obat ini
dapat masuk ke dalam CSS (Cairan Otak). Obat ini menghambat fungsi
penggabungan oksidasi hepatic. Ekresinya tergantung pada perubahan obat ini
di dalam hati kloramfenikol mengalami konjugasi dengan asam glukorunat
oleh enzim glukoronil transferase.Oleh karena itu, waktu paruh kloramfenikol
memanjang pada pasien gangguan faal hati. Sebagian kecil kloramfenikol
mengalami reduksi menjadi senyawa aril-amin yang tidak aktif lagi yang
kemudian di sekresi melalui tubulus ginjal. Hanya 10 % dari obat ini yang di
eksresikan melalui filtrasi glomerulus sedangkan metabolitnya dengan sekresi
tubulus.
25.
[Type text]
Klindamisin
[Type text]
26.
[Type text]
[Type text]
32.
33.
Tetrasiklin
Tetrasiklin juga mempunyai spectrum yang luas. Tetrasiklin
[Type text]
[Type text]
35.
Doksisiklin dan minosiklin diserap lebih dari 90%. Absorpsi ini sebagian
besar berlangsung dilambung dan usus halus bagian atas. Berbagai factor
dapat menghambat penyerapan tetrasiklin seperti adanya makanan dalam
lambung (kecuali minosiklin dan doksisiklin), Ph tinggi, pembentukan kelat
(kompleks tetrasiklin dengan zat lain yang sukar diserap seperti kation Ca2+,
Mg2+, Fe2+, Al3+, yang terdapat dalam susu dan antasida). Oleh sebab itu
sebaiknya tetrasiklin diberikan seblum atau 2 jam setelah makan. Resorpsi
tetrasiklin dari usus pada perut kosong adalah lebih kurang 75% dan agak
lambat. Baru setelah 3-4 jam tercapai kadar puncak dalam darah.
Pengecualian adalah doksisiklin dan minosiklin yang diserap baik sekali (90100%), juga bila diminum bersamaan dengan makana. PP paling tinggi adalah
doksisiklin 90%, lalu minosiklin 75%, disusul oleh oksitetrasiklin 35%.
waktu paruh tetrasiklin dan oksitetrasiklin berkisar antara 9 jam, rata-rata 18
jam untuk minosiklin dan 23 jam untuk doksisiklin. Daya penetrasi ke dalam
jaringan agak baik berkat sifat lipofilnya dengan afinitas khusus untuk tulang,
gigi, kuku, kulit meradang, mata dan prostat. Difusinya kedalam cairan
[Type text]
[Type text]
kemih, kulit dan mata. Penggunaannya pada acne hebat berkat daya
menghambatnya terhadap aktivitas enzim lipase dari kuman yang memegang
peranan penting pada (Propionibacter acnes). Pada bronchitis kronis
adakalanya tetrasiklin digunakan sebagai profilaksis serangan akut.
39.
[Type text]
[Type text]
Efek Samping
40.
[Type text]
[Type text]
43.
Antagonis folat
44.
asam amino dan DNA dalam sel. Bakteri tidak dapat mengabsorpsi asam folat
sehingga harus membuat sendirinya dari substrat PABA (Para Amino Benzoic
Acid), glutamat, dan pteridin. Pada manusia, tidak dapat membuat asam folat.
Asam folat merupakan vitamin B-Kompleks. Contoh obat golongan ini yaitu
sulfonamide dan trimetropin Antagonis folat mempunyai spectrum luas, dan
efektif terhadap baik bakteri gram positif dan negatif. Mekanisme obat
antibiotika antagonis folat berhubungan dengan sintesis asam folat.
45.
47.
Dihidropteroate
Synthase
46.
48.
Sulfonamid
(Berkompetensi dengan
RABA)
49.
50.
Asam dihidrofolat
51.
52.
53.
54.
Dihydrofolate
Reductase
Asam tetrahidrofolat
Trimetropin
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
trimetropin.
62.
63.
Sintetis purin
Sintetis DNA
Gambar: sintetis asam folat, dan aksi dari sulfonamide dan
Sulfonamide
Sulfonamida adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan
[Type text]
[Type text]
64.
65.
66.
67.
dengan cara pengocokan yang digunakan dalam analisa organik dan bersifat
mudah larut dalam aseton, kecuali Sulfasuksidin, Ftalazol dan Elkosin.
69.
Sulfanamida adalah anti mikroba yang digunakan secara
sistemis maupun topikal untuk beberapa penyakit infeksi. Sebelum ditemukan
antibiotik, sulfa merupakan kemoterapi yang utama, tetapi kemudian
penggunaannya terdesak oleh antibiotik. Pertengahan tahun 1970 penemuan
preparat kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol meningkatkan kembali
penggunaan sulfonamida. Selain sebagai kemoterapi derivat sulfonamida juga
berguna sebagai diuretik dan anti diabetik oral (ADO).
70.
Sulfa bersifat bakteriostatik luas terhadap banyak bakteri gram
positif dan negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan antagonisme saingan
antara PABA (Para Amino Benzoic Acid) yang rumus dasarnya mirip dengan
rumus dasar sulfa :
71. H2N C6H4 COOH
Mekanisme Kerja
72.
[Type text]
[Type text]
gantikan oleh sulfonamide, maka akan terbentuk analog asam folat yang tidak
fungsional.
Farmakokinetik
74.
75.
oksidasi. Hasil inilah yang sering menyebabkan reaksi toksik sistemik berupa
lesi pada kulit dan gejala hipersensitivitas, sedangkan hasil asetilasi
menyebabkan hilangnya aktivitas obat.
77.
Ekskresi, Hampir semua di ekskresi melalui ginjal, baik dalam
bentuk asetil maupun bentuk bebas. Masa paruh sulfonamide
tergantung pada keadaan fungsi ginjal. Sebagian kecil diekskresikan
melalui tinja, empedu, dan air susu ibu.
78.
Berdasarkan kecepatan absorpsi dan eksresinya, sulfonamide
1
dibagi menjadi:
Sulfonamid dengan absorpsi dan eksresi cepat, antara lain : sulfadiazine dan
sulfisoksazol.
Sulfonamid yang hanya diabsorpsi sedikit bila diberikan per oral dank arena
itu kerjanya dalam lumen usus, antara lain : ftalilsulfatiazol dan sulfasalazin.
Sulfonamid yang terutama digunakan untuk pemberian topical antara lain :
sulfasetamid, mefenid, dan Ag-sulfadiazin.
[Type text]
[Type text]
50 % dengan plasma waktu paruh dari 9-17 jam. Sebagian zat dirombak di
hati; di dalam urin kadar obat utuh tinggi sekali dan bertahan minimal selama
24 jam untuk kemudian diekskresikan.
86.
Efek samping dari obat Trimetoprim dapat menyebabkan
defisiensi folat, yaitu berupa anemia megaloblastik, leucopenia, gangguan
[Type text]
[Type text]
saluran cerna, dan granulositopenia. Reaksi ini dapat segara diperbaiki dengan
pemberian asam folinat secara stimulant yang tidak dapat masuk ke dalam
bakteri.
87.
88.
[Type text]
[Type text]
89.
DNA gyrase sehingga dapat menghambat proses sintesis DNA bakteri. DNA
gyrase merupakan enzim bakterial yang bertanggungjawab terhadap proses
pembukaan dan suprecoil DNA protein bakteri. Quinolon merupakan satusatunya antibiotika yang menghambat replikasi DNA. Antibiotika golongan
ini digunakan pada pengobatan infeksi saluran kencing. Obat golongan ini
mempunyai spectrum yang luas. Contoh obat golongan ini yaitu quinolon,
antiseptik saluran urin.
91.
92.
Quinolon
Asam Nalidiksat adalah prototip antibiotika golongan
Kuinolon lama yang dipasarkan sekitar tahun 1960. Walaupun obat ini
mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap kuman gram negatif, tetapi
eliminasinya melalui urin berlangsung terlalu cepat sehingga sulit dicapai
kadar pengobatan dalam darah.
Karena itu penggunaan obat quinolon lama ini terbatas sebagai antiseptik
saluran kemih saja. Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golongan quinolon
baru dengan atom Fluor pada cincin quinolon (karena itu dinamakan juga
Fluorokuinolon). Perubahan struktur ini secara dramatis meningkatkan daya
bakterinya, memperlebar spektrum antibakteri, memperbaiki penyerapannya
di saluran cerna, serta memperpanjang masa kerja obat.
93.
Daya antibakteri Flurokuinolon jauh lebih kuat dibandingkan
dengan kelompok kuinolon, selain itu kelompok obat ini juga diserap dengan
baik pada pemberian oral, dan beberapa derivatnya tersedia juga dalam bentuk
perenteral sehingga dapat digunakan untuk penanggulangan infeksi berat,
khususnya yang disebabkan oleh kuman Gram-Negatif. Daya antibakterinya
terhadap kuman Gram-Positif relatif Lemah. Yang termasuk golongan ini
adalah Siprofloksasin, Ofloksasin, Levofloksasin, Pefloksasin, Norfloksasin,
Enoksasin, Levofloksasin, dan Flerofloksasin. Flurokuinolon Baru
[Type text]
[Type text]
Mutasi Gen gyr A yang menyababkan subunit A dari DNA graise kuman berubah
sel.
Peningkatan Mekanisme Pemompaan obat keluar sel (efflux).
Farmakokinetik
99.
[Type text]
[Type text]
maupun kronis.
Infeksi Saluran Cerna
102. Flurokuinilon juga Efektif untuk Diare yang disebabkan oleh
shingela, Salmonella, E. Coli, dan Campylobacter, Siploksasin dan ofloksasin
nafas Bawah.
Penyakit yang ditularkan Melalui Hubungan Seksual
104. Siprofloksasin oral dan levofloksasin oral merupakan obat
pilihan utama untuk pengobatan Uretritis dan Servitis oleh gonokukus.
[Type text]
[Type text]
sealosporin parenteral untuk pengobatan infeksi berat pada kulit atau jaringan
lunak.
106.
107. Antiseptik Saluran Urin
108. Infeksi saluran kemih (paling sistitis dan pielonefritis akut
tanpa komplikasi) pada perempuan usia subur, pada manula adalah salah satu
masalah yang sering ditemukan. Escherichia coli, Staphylococcus
saprophyticus, Klebsiela pneumonia dan Proteus mirabilis merupakan bakteribakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih. Infeksi salura kemih
dapat diobati dengan salah satu dari kelompok obat yang disebut antiseptik
salura kemih termasuk methenamin dan nitrofurantoin.
1
Metenamin
109.
[Type text]
[Type text]
111.
amonium juga dihasilkan dalam kandung kemih. Karena hepar dengan cepat
memetabolisme amoniak untuk membentuk urea, metenamin
dikontraindikasikan pada penderita-penderita dengan insufisisensi hati dengan
kadar amonium dakam sirkulasi yang meningkat akan bersifat toksik terhadap
sistem saraf pusat. Metenamin didistribusikan ke seluruh cairan tubuh, tetapi
tidak terjadi dekomposisi metenamin pada ph 7,4 sehingga tidak terjadi
toksisitas sistemik. Obat tersebut dieliminasi di dalam urine.
115.
2 Nitrofurantoin
[Type text]
[Type text]
116.
Bakteri peka yang mereduksi obat ini menjadi suatu obat aktif
bisa terjadi.
Anemia hemolitik
[Type text]
[Type text]
124.
[Type text]
[Type text]
oleh antibiotika pada kadar maksimum yang dapat ditolerir oleh pejamu. Misalnya,
organisme gram negatif resisten terhadap vankomisin. Namun demikian, Spesies
mikroba yang secara normal memberikan respons terhadap obat tertentu mungkin
menyebabkan berkembangnya strain yang resisten. Banyak organisme telah
diadaptasi melalui mutasi spontan atau membutuhkan resistensi dan seleksi, dan
berkembang menjadi strain yang lebih ganas serta kebanyakan dari oeganisme ini
resisten terhadap antibiotik multipel. Munculnya strain resisten tersebut telah
dijelaskan karena penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan tidak hati-hati pada
keadaan yang mungkin dapat sembuh tanpa pengobatan atau pada keadaan yang tidak
membutuhkan antibiotikka misalnya, batuk-pilek.
126.
A. Perubahan genetik yang menyebabkan resistensi obat.
127.
Mutasi spontan DNA : hasil mutasi mungkin menetap, dapat dikoreksi, atau
dapat bersifat letal terhadap sel. Namun demikian, bila sel tersebut dapat hidup,
sel tersebut mungkin bereplikasi dan mentransmiisikan sifat-sifat pada sel
anaknya sehingga timbul strain yang resisten, yang mungkin berproliferasi pada
keadaan tekanan selektif tertentu. Sebagai contoh : adalah munculnya strain
Mycobacterium tuberculosis yang resisiten terhadap rifampin digunakan secara
tunggal.
Mutasi obat karena transfer DNA : salah satu perhatian dalam masalah di klinik
yaitu resisten yang disebabkan transfer DNA dari satu organisme ke organisme
lain. ciri-ciri resistensi biasanya ditandai dalam faktor R ekstrakromosomal.
Faktor-faktor ini akan masuk ke dalam sel melalui proses seperti transduksi,
transformasi, atau yang lebih penting yaitu penggabungan bakteri.
128.
[Type text]
[Type text]
kurangnya atau perubahan pada tempat target, rendah nya penetrasi obat karena
menurunnya permeabilitas, atau meningkatnya efluks atau adanya enzim-enzim yang
menginaktifkan antibiotika.
1
terhadap trimetoprim
Menurunnya akumulasi : menurunnya penetrasi antibiotika dapat melindungi
organisme karena obat tersebut tidak mampu mendapatkan jalan ke tempat target
yang disebabkan adanya sistem efluks yang memompa obat keluar (tetrasiklin,
primakuin).
Inaktivasi oleh enzim : kemampuan menghancuran atau menginaktifkan
antimikroba juga dapat menimbulkan resistensi. Misalnya beta laktamase
menghancurkan banyak penisilin dan sefaloporin dan asetiltranferase dapat
merubah kloramfenikol menjadi benutk yang tidak aktif.
[Type text]
[Type text]
[Type text]
133.
B. Saran
134.
selanjutnya dapat lebih baik lagi karena kami akui masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini.
[Type text]
[Type text]
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147. Tim Penyusun, 2009, Farmakologi dan Terapi, Departemen Farmakologi dan