Anda di halaman 1dari 3

16

Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol.2 No.1, Juni 2015

Puspitasari Y.,et.al.

Isolasi Senyawa Terpenoid Dari Fraksi N-Heksana Daun Marsilea crenata Presl. Pada Hasil Kcv Fraksi No.2
Yuli Puspitasari, Suciati, Mangestuti Agil
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya
Abstract
This research focus on isolation and identification of terpenoid fron n-hexane fraction of M. crenata
Presl. leaves. M. crenata Presl. leaves was collected from Desa Kendung, Kecamatan Benowo Surabaya.
The dried leaves was extracted with ethanol 96%. From this extract, a terpenoid compound was isolated.
Structure identification of the isolated compound was performed by IR and 1H-NMR spectroscopy. The IR
data showed that isolated compound has hydroxy, alkene and methyl group. The 1H-NMR spectrum
exhibited signals at H 4.70 and 4.65 ppm corresponding to a terminal alkene. There were signal at H
3.63 ppm and 3.27 ppm corresponding to a hydroxy methylene and a hydroxy methyne, respectively.
There are geminal dimethyl groups observed at H 1.02 and 1.00 ppm, while a cyclopropane suggested
from signals at H 0.54 and 0.32 ppm. 1H-NMR data comparison of the isolated compound to literature
data showed that the structure of the isolated compound was similar to 24-methylenecycloartanol with a
hydroxy methylene group.
Keyword : isolation, Marsilea crenata Presl., terpenoid
PENDAHULUAN
Semanggi (Marsilea crenata Presl.) merupakan
salah satu tanaman yang banyak terdapat di Indonesia.
Tanaman ini dimanfaatkan sebagai bahan makanan di
berbagai negara seperti Filipina, Thailand dan
Indonesia. Di daerah Surabaya semanggi dikonsumsi
bersama sayuran lain yang dikenal dengan nama pecel
semanggi (Astuti, 2013). Selain dimanfaatkan sebagai
sayuran, M. crenata juga mempunyai manfaat lain,
seperti peluruh air seni (Afriastini, 2003). Di Thailand,
M. crenata Presl. digunakan sebagai ekspektoran dan
analgesik (Nantasomsaran et al., 2013). Di India, M.
crenata dimanfaatkan untuk mengobati kusta, demam
dan keracunan pada darah (Astuti, 2013), sedangkan di
Bangladesh digunakan pada penyakit hepar (Mollik et
al., 2010).
Penelitian ilmiah tentang aktivitas M. crenata
dilakukan oleh Putra pada tahun 2010. Dari penelitian
tersebut diketahui bahwa pemberian ekstrak etanol
daun semanggi yang dikombinasi dengan latihan fisik
pembebanan aksial terbukti dapat meningkatkan kadar
estrogen
secara
signifikan
pada
wanita
pascamenopause,
sehingga
memberikan
efek
osteogenik yang dapat menunda proses remodelling
tulang (Putra, 2011). Pada penelitian lain, fraksi nheksana daun M. crenata dilaporkan memiliki aktivitas
antiosteoporosis dengan meningkatkan kepadatan
tulang trabekular vertebra dan femur mencit betina
(Aemi, 2012; Nindyasari, 2012).
Terlepas dari kegunaan M. crenata tidak banyak
dilaporkan penelitian tentang kandungan kimia M.
crenata Skrining fitokimia M. crenata telah dilakukan,
dan diketahui bahwa ekstrak metanol daun M. crenata
mengandung senyawa terpenoid, saponin dan polifenol.
Ekstrak n-heksana daun M. crenata juga dilakukan
skrining, dan dilaporkan mengandung minyak atsiri,
dan steroid tak jenuh bebas, sedangkan fraksi nheksana daun M. crenata mengandung senyawa
terpenoid dan saponin steroid (Tiyaningsih, 2007;
Aemi, 2012; Nindyasari, 2012). Dengan teknik RIA
(radioimmunoassay), diketahui bahwa ekstrak etanol
daun M. crenata mengandung senyawa yang serupa

dengan estradiol dalam jumlah yang cukup tinggi


(Putra, 2011).
Sebelumnya telah dilakukan isolasi senyawa
terpenoid dari ekstrak n-heksana daun M. crenata pada
fase gerak n-heksana : etil asetat (4:1) noda Rf 0,33
(Maarif, 2012) dan noda Rf 0,85 (Satya, 2012). Dari
isolasi tersebut dilakukan identifikasi, dan diketahui
bahwa noda Rf 0,33 dengan fase gerak n-heksana : etil
asetat (4:1) pada ekstrak n-heksana daun M. crenata
Presl. merupakan senyawa triterpenoid pentasiklik
dengan jumlah atom C 30 (Maarif, 2012). Dari
penelitian tersebut diketahui bahwa masih ada nodanoda terpenoid lain yang belum dilakukan isolasi
maupun identifikasi.
Dalam penelitian ini dilakukan isolasi dan
identifikasi senyawa terpenoid dari fraksi n-heksana
pada hasil KCV fraksi nomor 2 daun M. crenata
sebagai informasi database kandungan kimia M.
Crenata dengan harapan dapat digunakan sebagai
acuan untuk penelitian lebih lanjut tentang M. crenata.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan secara bertahap, dimulai dari
persiapan sampel, ekstraksi, fraksinasi, pemisahan secara
kromatografi dan identifikasi senyawa hasil isolasi.
Alat dan Bahan. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mesin penyerbuk, seperangkat alat
maserasi, corong Buchner dan penyedot vakum, oven,
pipa kapiler, penyemprot noda, bejana kromatografi,
seperangkat alat kromatografi cair vakum, seperangkat
alat kromatografi kolom, seperangkat alat kromatografi
preparatif, rotary evaporator Buchi R-II, vial, corong
pisah, spektrofotometer UV-Vis single beam Hewlett
Packard 8452A, spektrometer FT-IR Perkin Elmer,
spektrometer 1H NMR Jeol ECS-400 serta alat-alat
gelas (gelas Beaker, gelas ukur, corong, batang
pengaduk, erlenmeyer).
Daun M. crenata didapat dari Desa Kendung,
Kecamatan Benowo, Surabaya, Jawa Timur dan telah
dilakukan determinasi tanaman di Materia Medika.
Semanggi dipanen pada tanggal 2 Maret 2014 saat
tanaman berusia dua minggu.

Isolasi Senyawa Terpenoid

Bahan kimia yang digunakan adalah n-heksana, etil


asetat, etanol 96%, diklorometan, kloroform, penampak
noda anisaldehida H2SO4, serbuk silika gel 60 G,
serbuk silika gel 60 (0.040-0063 mm), pelat KLT silika
gel 60 GF254 dan aqua destilata.
Prosedur Penelitian. Daun segar M. crenata dicuci
bersih kemudian dikeringkan dengan cara dianginanginkan tanpa cahaya matahari. Sampel kemudian
diserbuk dan diekstraksi dengan etanol 96% sebanyak
3x5 L masing-masing selama 24 jam. Pelarut ekstrak
diuapkan dengan rotary evaporator hingga didapatkan
ekstrak kental.
Ekstrak kental ditambah air suling 200 mL hingga
menjadi suspensi, kemudian dilakukan partisi cair-cair
menggunakan n-heksana sebanyak 6x 400 mL dengan
waktu pengocokan 3 menit. Fraksi n-heksana
dipekatkan dengan rotary evaporator hingga
didapatkan fraksi kering.
Pemisahan dengan kromatografi dilakukan secara
bertahap, dimulai dari kromatografi cair vakum,
kromatografi kolom lambat dan KLT Preparatif.
Identifikasi senyawa hasil isolasi dilakukan dengan
spektrofotometri UV-Vis pada 200-700 nm. Kemudian
dilanjutkan identifikasi dengan spektrometri FT-IR dan
spektroskopi 1H-NMR pada frekuensi 400 MHz.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses Pemisahan. Dari 5 kg daun segar semanggi
didapatkan 922 g simplisia serbuk. Setelah seluruh
serbuk simplisia diekstraksi, didapatkan ekstrak kental
sebanyak 209 g. Fraksi n-heksana yang didapatkan dari
hasil partisi cair-cair 209 g ekstrak adalah 30.7 g.
Dari 3.7 g fraksi n-heksana yang dipisahkan dengan
kromatografi cair vakum dengan eluasi gradien
didapatkan 11 fraksi (fraksi no. 1 sampai no.11). Eluen
yang digunakan adalah n-heksana:etil asetat, dimulai dari
100% n-heksana, kemudian n-heksana:etil asetat dengan
berbagai perbandingan hingga 100% etil asetat. Kenaikan
kepolaran eluen dilakukan dengan perbedaan
perbandingan n-heksana:etil asetat sebanyak 10%.
Masing-masing eluen yang digunakan sebanyak 400 mL.
Setelah pelarut masing-masing fraksi diuapkan,
massa tiap fraksi ditimbang. Massa tiap fraksi berturutturut adalah sebagai berikut; fraksi no.1 (0.05 g), fraksi
no.2 (2.92 g), fraksi no.3 (1.29 g), fraksi no.4 (0.48 g)
fraksi no.5 (0.29 g), fraksi no.6 (0.25 g), fraksi no.7
(0.23 g), fraksi no.8 (0.09 g), fraksi no.9 (0.04 g),
fraksi no.10 (0.04 g) dan fraksi no.11 (0.05 g). Fraksi
no. 2 dipilih untuk dipisahkan lebih lanjut karena fraksi
no. 2 diduga mengandung senyawa mayor yang
ditunjukkan oleh massa fraksi no. 2 yang lebih besar
daripada fraksi lain.
Sebanyak 1 g fraksi no. 2 hasil KCV dilakukan
kromatografi kolom lambat dengan eluasi gradien
untuk mendapatkan 15 fraksi (fraksi no. 2.1 sampai no.
2.15). Eluen yang digunakan adalah n-heksana:etil
asetat dengan berbagai perbandingan. Pengelompokan
fraksi dilakukan berdasarkan profil noda pada KLT.
Berikut ini adalah massa tiap fraksi; fraksi no. 2.1 (3
mg), fraksi no. 2.2 (62 mg), fraksi no. 2.3 (327 mg),
fraksi no. 2.4 (40 mg), fraksi no. 2.5 (12 mg), fraksi no.
2.6 (17 mg), fraksi no. 2.7 (29 mg), fraksi no. 2.8 (11

Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol.2 No.1, Juni 2015

17

mg), fraksi no. 2.9 (115 mg), fraksi no. 2.10 (120 mg),
fraksi no. 2.11 (20 mg), fraksi no. 2.12 (146 mg), fraksi
no. 2.13 (43 mg), fraksi no. 2.15 (3 mg).
Fraksi no. 2.9 dipilih karena fraksi tersebut mempunyai
berat yang besar dan terdapat noda terpenoid yang
belum dilakukan isolasi sebelumnya. Sebanyak 100 mg
fraksi no. 2.9 dilakukan KLT Preparatif dengan eluen
kloroform: n-heksana (4:1) hingga didapatkan satu
isolat sebanyak 3 mg.
Pada isolat dilakukan uji kemurnian dengan metode
KLT tiga macam eluen dan KLT bidimensional. Dari
kedua metode tersebut, disimpulkan bahwa isolat telah
murni.
Identifikasi Senyawa Hasil Isolasi. Identifikasi
dengan spektroskopi infra merah dalam pelet KBr
memberikan informasi bahwa isolat memiliki gugus
hidroksi (3436, 1260 dan 1119 cm-1), rantai alkana
(1462 dan 1508, 2917 dan 2849 cm-1), metil (1377 cm1
) dan alkena (1653 cm-1).
Identifikasi isolat dengan spektroskopi 1H-NMR
dilakukan dengan pelarut CDCl3 dan standar internal
TMS. Dari identifikasi tersebut diketahui bahwa isolat
merupakan senyawa terpenoid yang mempunyai gugus
alkena terminal [H 4.70 ppm (1H, br s) dan H 4.65
ppm (1H, br s)], hidroksi metilen [H 3.63 ppm (2H; t;
J= 6.4 Hz)], hidroksi metin [H 3.27 ppm (1H, m)],
geminal dimetil [H 1.02 ppm (3H; d; J=5.8 Hz) dan H
1.01 ppm (3H; d; J= 6,4 Hz)], alkana rantai panjang
[H 0.95 ppm (6H, s); H 1.25 ppm (36H, m); H 0.88
ppm (12 H, m) dan H 0.79 ppm (3H, s)]. Sinyal-sinyal
pada H 0.8 sampai 1.3 ppm merupakan petunjuk
bahwa isolat merupakan senyawa terpenoid, karena
terpenoid mempunyai gugus alkana rantai panjang.
Selain gugus-gugus tersebut, isolat juga mempunyai
gugus siklopropana [H 0.54 (1H, d, J= 4.4 Hz) dan H
0.32 ppm (1H, d, J= 4.4 Hz)].
Perbandingan data 1H-NMR senyawa hasil isolasi
dengan data 1H-NMR dari literatur menunjukkan
bahwa
isolat
mirip
dengan
senyawa
24methylenecycloartanol, terutama pada sinyal-sinyal
yang spesifik. Sinyal-sinyal tersebut adalah sinyal
gugus terminal alkena (H 4.72 dan 4.66 ppm), gugus
hidroksi metin (H 3.29 ppm), serta gugus siklopropana
(H 0.55 ppm dan 0.33 ppm) (Kolak et al., 2005).
Namun terdapat perbedaan sinyal, yaitu di H 3.63 ppm
pada isolat yang diduga berasal dari gugus hidroksi
metilen, sehingga diduga struktur kimia dari isolat
mirip senyawa 24-methylenecycloartanol dengan
tambahan gugus hidroksi metilen.
Spektrum UV-Vis isolat dalam pelarut metanol
memiiki serapan pada maks 224 nm dan 274 nm yang
menunjukkan adanya gugus kromofor dalam isolat.
Serapan ini muncul karena adanya ikatan rangkap dan
ikatan C-O dari hidroksi metilen maupun hidroksi metin.
Kesimpulan. Pada penelitian ini berhasil dilakukan
isolasi satu senyawa terpenoid dari fraksi n-heksana
daun Marsilea crenata Presl pada hasil KCV fraksi
nomor 2. Hasil identifikasi senyawa hasil isolasi
dengan spektoskopi menunjukkan bahwa senyawa
terpenoid hasil isolasi memiliki gugus alkena terminal,
hidroksi metilen, hidroksi metin, geminal dimetil dan
siklopropana. Dari hasil perbandingan data 1H-NMR

18

Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol.2 No.1, Juni 2015

senyawa hasil isolasi dengan data 1H-NMR dari


literatur diduga struktur kimia dari isolat mirip
senyawa 24-methylenecycloartanol dengan tambahan
gugus hidroksi metilen.
PUSTAKA
Aemi NY. 2012. Uji aktivitas antiosteoporosis fraksi nheksana daun Marsilea crenata Presl. dalam
meningkatkan kepadatan tulang trabekular vertebra
mencit betina. Skripsi. Surabaya: Universitas
Airlangga.
Afriastini JJ. Eds. 2003. Cryptograms: Ferns and fern
allies. Bogor: LIPI.
Astuti F. 2013. Analisis fitokimia dan aktivitas
antibakteri semanggi air Marsilea crenata Presl.
Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Kolak U, Topu G, Birteksz S, tuk G, Ulubelen A.
2005. Terpenoids and steroids from the roots os
Salvia blepharochlaena. Turk Jounal Chemistry,
Vol. 29, p.177-186.
Maarif B. 2012. Isolasi senyawa golongan terpenoid
dari ekstrak n-heksana daun Marsilea crenata Presl.
dengan Rf 0,33 pada fase gerak n-heksana:etil
asetat (4:1). Skripsi. Surabaya: Universitas
Airlangga.
Mollik AH, Hossan S, Paul AK., Taufiq-Ur-Rahman,
M, Jahan R, and Rahmatullah M. 2010. A

Puspitasari Y.,et.al.

comparative analysis of medicinal plants used by


folk medicinal healers in three districts of
bangladesh and inquiry as to mode of selection of
medicinal plants. Ethnobotany Research &
Applications Vol. 8, p. 195-218.
Nantasomsaran P, Nakornsri K, Rujirapongchai P.
2013. Utilization of Weeds in Thailand. Thailand:
The 4th Tropical Weed Science Conference.
Nindyasari DV. 2012. Uji aktivitas antiosteoporosis
fraksi n-heksana daun Marsilea crenata Presl.
dalam meningkatkan kepadatan tulang trabekular
femur mencit betina. Skripsi. Surabaya: Universitas
Airlangga.
Putra HL. 2011. Green clover potentiates delaying the
increment of imbalance bone remodelling process
in postmenopausal women. Folia Medica
Indonesiana, Vol. 47 No. 2, p.112-117.
Satya A N I. 2012. Isolasi senyawa golongan terpenoid
fraksi petroleum eter ekstrak n-heksana daun
Marsilea crenata Presl. dengan Rf 0,85 pada fase
gerak n-heksana:etil asetat (8:2). Skripsi. Surabaya:
Universitas Airlangga.
Tiyaningsih
DA.
2007.
Studi
makroskopis,
mikroskopis dan skrining fitokimia Marsilea
crenata Presl. Skripsi. Surabaya: Universitas
Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai