Proyek Akhir Polban

RANCANG BANGUN SIMULATOR DAN MODUL
PRAKTIKUM RELAI ARUS LEBIH ABB SPAM 150 C PADA

SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Design of Simulator and Lab Module Over Current Relay ABB SPAM 150C
in Electric Power Distribution System
PROYEK AKHIR
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
Diploma III Program Studi Teknik Listrik
Di Jurusan Teknik Elektro
Oleh :
ANDIKA REZA LEKSANA

091321066
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2012
ii
DATA PRIBADI
Nama
: Andika Reza Leksana
NIM
: 091321066
Alamat
: Kp. Simpangsari Ds. Simpang RT

008/004 Kec. Bantarkalong Kab.
Tasikmalaya 46187
Email
: andhikareza91@yahoo.com
Nomor HP
: 085723449991
Tempat , Tanggal Lahir
: Ciamis, 27 Februari 1991
SD Lulus Tahun
: 2003 di SD
SLTP Lulus Tahun
: 2006 di SMP Negeri 1 Bantarkalong
SLTA Lulus Tahun
: 2009 di SMA Negeri 1 Karangnunggal
Negeri Parakanhonje III
Pengalaman Berorganisasi :
1. Ketua Majelis Perwakilan Himpunan Mahasiswa. Himpunan Mahasiswa
Jurusan Elektro POLBAN (2010-2011)
2. Ketua Majelis Perwakilan Himpunan Mahasiswa. Himpunan Mahasiswa
Listrik POLBAN (2010-2011)
3. Anggota. Perhimpunan Mahasiswa Tasikmalaya POLBAN. (2009-sekarang)
4. Anggota. UKM Futsal POLBAN. (2009-2010)
5. Anggota. Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Elektro Se-Bandung
Raya (FKHMEB). (2009-sekarang)
6. Koordinator. Alumni SMA N 1 Karangnunggal.(2010 - now)
iii
KATA MUTIARA
Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kamu dan juga orang-orang yang
dikaruniai ilmu pengetahuan hingga beberapa derajat.
( al-Mujadalah : 11 )
Ilmu lebih utama daripada harta. Sebab ilmu warisan para nabi adapun harta adalah
warisan Qorun, Firaun dan lainnya. Ilmu lebih utama dari harta karena ilmu itu menjaga
kamu, kalau harta kamulah yang menjaganya.
(Ali bin Abi Thalib )
Orang berilmu lebih utama daripada orang yang selalu berpuasa, shalat dan berjihad.
Karena apabila mati orang berilmu, maka terdapatlah kekosongan dalam islam yang
tidak dapat ditutup selain oleh penggantinya yaitu orang berilmu juga. ( Umar bin
Khattab )
aku ingin jadi "yang pertama", jika tidak, jadi "satu-satunya", jika tidak, jadi "yang
terbaik", jika tidak, aku ingin diantara orang-orang yang terbaik.
(Andika Reza Leksana)
Karya ini kupersembahkan kepada orang tuaku tercinta yang selalu

memberi kasih sayang sepanjang zaman, dan adiku tersayang yang selalu
mendukung serta memberi motivasi serta kepada seluruh sahabat sahabatku
yang selalu menemani di dalam sedih ataupun senang.
Karya ini dibuat semata mata sebagai salah satu ibadahku yang masih jauh
dari sempurna kepada Allah SWT Tuhan Semesta Alam, serta mengikuti amalan
Nabi Muhammad SAW Rahmat Seluruh Alam.
iv
ABSTRAK
Kebutuhan proteksi dalam sistem distribusi tenaga listrik semakin

dibutuhkan untuk meningkatkan TMP (Tingkat Mutu Pelayanan) agar dapat
mencegah/membatasi kerusakan peralatan akibat gangguan, dan mempertahankan
penyaluran tenaga listrik kepada konsumen. Gangguan yang sering terjadi pada
sistem tenaga listrik adalah gangguan arus lebih. Pengaman yang digunakan untuk
mengatasi gangguan hubung singkat adalah relai arus lebih. Oleh karena itu,
diperlukan pengujian pada modul hubung singkat untuk mengetahui nilai arus
hubung singkat yang tepat untuk mendapat gambaran mengenai situasi arus
hubung singkat khususnya dalam kaitannya dengan penyetelan alat-alat pengaman
seperti OCR.
Pada pembuatan Modul praktikum ini akan mendeskripsikan
pengujian karakteristik relai SPAM 150 C dan implementasi rangkaian pada

modul distribusi tenaga listrik.
Kata Kunci : Modul praktikum OCR, karakteristik relai SPAM 150 C,

implementasi rangkaian.
ABSTRACT
Needs protection in electrical power distribution systems are increasingly

required to improve the SQL (Service Quality Level) in order to prevent / limit
damage to equipment due to interference, and maintain electrical power supply to
consumers. Disorders that frequently occur in the power system is more current
disorders. Safety is used to overcome the interference of short circuit is
overcurrent relays. Therefore, the required testing on the module short circuit to
determine the short-circuit current value of the right to get an idea of the short
circuit current situation particularly in relation to setting safety tools such as
OCR. In making this lab module will describe the test characteristics relay ABB
SPAM 150 C and circuit implementation in electric power distribution module.
Keywords: OCR lab module, characteristics relay ABB SPAM 150 C,

implementation circuit.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proyek akhir
dengan judul
Rancang Bangun Simulator dan Modul Praktikum Relai
Arus Lebih ABB SPAM 150 C Pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik, yang
Insya Allah tepat pada waktunya. sholawat serta salam semoga selalu
tercurahlimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, para sahabat,
keluarga, hingga pada kita semua selaku umatnya sampai akhir zaman. Amin.
Bimbingan dan arahan yang telah penulis dapatkan dari pembimbing serta
dorongan dan bantuan dari semua pihak sangat berarti dalam penulisan proyek
akhir ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan permohonan maaf atas
segala kekurangan yang ada dalam masa penulisan laporan ini, penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah berkenan membantu dalam penulisan laporan proyek akhir ini.
Adapun pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan
laporan proyek akhir adalah :
1. Ibunda, ayahanda dan adiku tercinta yang senantiasa selalu memberikan
doa dan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis dalam
menyelesaikan proyek akhir ini.
2. Bapak Hari Purnama, ST., M.Eng. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro.
3. Bapak Sunarto, ST., M.Eng. selaku Ketua Program Studi Teknik Listrik
dan selaku dosen pembimbing Utama dalam proyek akhir ini.
4. Bapak Dwi Asmono, Drs.,M.Pd selaku dosen pembimbing pendamping
dalam proyek akhir ini yang telah memberikan ide, pengarahan, dan
bantuannya serta meluangkan waktu untuk membimbing penulis dari awal
pelaksanaan sampai terselesaikannya proyek akhir ini.
5. Bapak Yudi Prana Hikmat, ST.,MT. wali kelas 3C yang telah banyak
memberikan motivasi.
vii
6. Bapak
Supriyanto,
ST.,
MT.
Yang
telah
banyak
membantu
terselesaikannya Proyek Akhir ini, terima kasih banyak pak.

7. Panitia Proyek Akhir dan teknisi Program Studi Teknik Listrik yang telah
banyak membantu dari segi teknis dan non teknis.
8. Apep Saepul Ulum dan Dodi Irwandi selaku rekan seperjuangan dalam
proyek akhir ini yang telah banyak meluangkan waktu dan membantu
penulis dalam menyelesaikan proyek akhir ini, terimakasih banyak
sahabat atas bantuan dan dukungannya semoga seluruh kebaikanmu
mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
9. Seluruh elemen Proyek Akhir SDTL Crew 2012, yang selalu memberi
semangat dan bantuan.
10. Seluruh Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Listrik (HML) yang telah
banyak memberikan saran, ide dan semangat juang yang tak pernah mati,
tempat ku pertama kali mengenal istilah masuk bersama keluar bersama.
11. Teman-teman kelas 3C yang telah memberikan dukungan doa, saran, dan
semangat kepada penulis.
12. Teman dekat penulis yang selalu setia menemani dikala senang maupun
sedih, terimakasih atas segalanya.
13. Temen-temen barokah kost yang selalu memberikan hiburan dikala
penulis jenuh
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas
bantuannya.
Apabila dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat kontruktif agar bisa dijadikan pegangan dalam
menghasilkan karya tulis lain yang lebih baik.
Semoga laporan proyek akhir ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca.
Bandung,
Juli 2012
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...ii
DATA PRIBADI...iii
KATA MUTIARA.iv
ABSTRAK..v
ABSTRACTvi
KATA PENGANTAR..vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR ..xiii
DAFTAR TABEL...............................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN..xvii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 2
1.3 Perumusan Masalah ........................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah ................................................................................ 3
1.5 Metodologi Pengerjaan Proyek Akhir ................................................ 3
1.5.1 Identifikasi Masalah ................................................................ 3
1.5.2 Studi Literatur .......................................................................... 3
1.5.3 Realisasi ................................................................................... 3
1.5.4 Penyusunan Laporan Proyek Akhir ......................................... 3
1.5.5 Perbaikan dan Penyempurnaan ................................................ 3
1.5.6 Bimbingan ............................................................................... 4
ix
1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................ 4

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 5
2.1 Proses Penyaluran Energi Listrik ....................................................... 5
2.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik ....................................................... 7
2.3 Transformator Daya ........................................................................... 8
2.4 Penyulang Distribusi Tenaga Listrik ................................................. 9
2.5 Jenis Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik ..................................... 9

2.5.1 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa ................................... 10
2.5.2 Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa .................................... 11
2.6 Faktor Penyebab gangguan ............................................................. 12
2.7 Peralatan Proteksi ............................................................................. 13
2.8 Relai Pengaman (Relai Arus Lebih) ................................................ 14
2.8.1 Fungsi Relai Pengaman ......................................................... 14

2.8.2 Persyaratan Relai Proteksi ..................................................... 14
2.9 Pengertian Relai Arus Lebih ............................................................ 16
2.9.1 Fungsi Relai Arus Lebih ......................................................... 17
2.9.2 Cara Kerja Relai Arus Lebih ................................................... 18
2.9.3 Jenis Relai Arus Lebih ............................................................ 19
2.9.3.1 Relai Arus Lebih Karakteristik Waktu Sesaat
/Moment (Instantaneous) ............................................. 19
2.9.3.2 Relai Arus Lebih Karakteristik Waktu Tertentu
(Definite Time) ............................................................. 19
2.9.3.3 Relai Arus Lebih Karakteristik Waktu Terbalik
(Inverse Time) ............................................................. 20
2.9.3.4 Parameter Pada Relai Arus Lebih ................................ 22
2.9.4 Setting Relai Arus Lebih ....................................................... 23
2.9.4.1 Setting Arus Untuk Tunda waktu ( I>) ........................ 24
2.9.4.2 Setting Arus Untuk Instantaneous ( I>>) ..................... 24
2.10 Konstruksi Relai Arus Lebih (OCR) tipe ABB SPAM 150 C ........ 25
2.11 Pengawatan Relai Arus Lebih tipe ABB SPAM 150 C .................. 26
2.12 Relai Arus Lebih tipe ABB SPAM 150 C ...................................... 26
x
2.12.1
Diagram Koneksi .............................................................. 28
2.12.2
Koneksi ............................................................................. 30
2.12.3
Kontrol Signal ................................................................... 32
2.12.4
Indikator Operasi .............................................................. 33
2.12.5
Kontrol Switch Group ....................................................... 35
2.12.6
Display .............................................................................. 35
2.12.7
Display Main Menu .......................................................... 36
2.12.8
Display Sub Menu ............................................................. 36
2.12.9
Selector Switch Group SGF, SGB, dan SGR ................... 37
2.12.10 Setting ............................................................................... 38

2.12.11 Setting Mode ..................................................................... 38
2.12.12 Karakteristik ...................................................................... 43
2.12.13 Block Diagram .................................................................. 44
2.12.14 Setting Relay ..................................................................... 46
2.12.15 Program Switching ............................................................ 48
2.12.16 Pencatatan Informasi ......................................................... 54
BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ............................................ 58
3.1 Definisi Perancangan ....................................................................... 58
3.2 Tujuan Perancangan ......................................................................... 58
3.3 Langkah Perancangan ...................................................................... 58
3.3.1 Perancangan Fungsional ........................................................ 59
3.3.2 Perancangan Fisik/Konstruksi ............................................... 59
3.3.3 Perancangan Rangkaian Pengujian ........................................ 60
3.3.4 Perancangan Kinerja .............................................................. 63
3.3.5 Menentukan Spesifikasi Komponen ...................................... 63
3.3.6 Menentukan Urutan Kerja ..................................................... 64
3.3.7 Deskripsi Cara Kerja Modul Praktikum ................................ 64
3.3.8 Komponen yang digunakan ................................................... 65
BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA .......................................... 68
4.1 Karakteristik OCR Tipe ABB SPAM 150 C ................................... 68
4.1.1 Tujuan .................................................................................... 68
xi
4.2 Peralatan yang digunakan ................................................................ 68

4.3 Gambar Rangkaian Pengujian .......................................................... 69
4.4 Langkah Percobaan .......................................................................... 69
4.5 Data Hasil Pengujian dan Kurva Perhitungan ................................. 70
4.6 Analisa Pengujian ............................................................................ 72
4.6.1 Prosedur Setting Waktu .......................................................... 72
4.6.1 Hasil Pengujian ....................................................................... 73
4.7 Proteksi Hubung Singkat pada Distribusi Tenaga Listrik
Menggunakan OCR Tipe ABB SPAM 150 C ................................. 73
4.7.1 Tujuan ..................................................................................... 73
4.7.2 Prosedur Setting ...................................................................... 73
4.7.3 Peralatan yang digunakan ....................................................... 74
4.7.4 Gambar Rangkaian Simulasi ................................................... 75
4.7.5 Langkah Percobaan ................................................................. 77
4.7.6 Setting Arus pada OCR jenis definite (low-set) ...................... 79
4.7.7 Setting t (waktu) ...................................................................... 79
4.7.8 Setting OCR jenis instantaneous (high-set) ............................ 79
4.7.9 Analisa Pengujian ................................................................... 80
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 81
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 81
5.2 Saran ............................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 84
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alur Listrik ..................................................................................... 6

Gambar 2.2 Tipe Kumparan Transformator ...................................................... 8
Gambar 2.3 Gangguan Hubung Singkat 3 Fasa (a), Rangkaian Ekivalen
Gangguan Hubung Singkat 3 Fasa (b)................................................ 10
Gambar 2.4 Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa (a), Rangkaian Ekivalen
Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa (b) ............................................... 11
Gambar 2.5 Rangkaian Relai Arus Lebih .......................................................... 18
Gambar 2.6 Karakteristik Relai Arus Lebih Waktu Seketika (Instantaneous) .. 19
Gambar 2.7 Karakteristik Relai Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time) ... 20
Gambar 2.8 Karakteristik Relai Arus Lebih Waktu Terbalik (Inverse Time) .... 20
Gambar 2.9 Kurva karakteristik waktu .............................................................. 22
Gambar 2.10 Konstruksi Relai Arus Lebih tipe ABB SPAM 150C ................. 25
Gambar 2.11 Pengawatan Relai Arus Lebih tipe ABB SPAM 150C
Pada Jaringan Tenaga Listrik ............................................................ 26
Gambar 2.12 Fungsi dari jenis relay Proteksi bermotor SPAM 150 C ....................... 27
Gambar 2.13 Diagram Koneksi ABB SPAM 150 C .......................................... 28

Gambar 2.14 Tampilan belakang relay SPAM 150 C ................................................. 30
Gambar 2.15 Sinyal kontrol modul relai proteksi SPAM 150 C .............................. 33
Gambar 2.16 Contoh menghitung checksum dari pemilih switchgroup SG_ .............. 38
Gambar 2.17 Dasar prinsip menu utama dan submenu dari modul relay .................... 40
Gambar 2.18 Blok diagram modul proteksi motor SPCJ 4D34 ................................. 44
Gambar 3.1 Perancangan Fungsional Karakteristik Relai Arus Lebih (OCR)

tipe ABB SPAM150C ....................................................................... 59
Gambar 3.2 Perancangan Fisik/ konstruksi ........................................................ 59
xiii
Gambar 3.3 Perancangan rangkaian pengujian Karakteristik Relai Arus Lebih

(OCR) tipe ABB SPAM 150C .......................................................... 60
Gambar 3.4 Rangkaian Simulasi Hubung Singkat 2 Phasa pada Distribusi
Tenaga Listrik Menggunakan Relai Arus Lebih (OCR)
tipe ABB SPAM 150C ...................................................................... 61
Gambar 3.5 Rangkaian Simulasi Hubung Singkat 3 Phasa pada Distribusi
Tenaga Listrik Menggunakan Relai Arus Lebih (OCR)
tipe ABB SPAM 150C ...................................................................... 62
Gambar 3.6 Urutan Kerja Perancangan ............................................................. 64
Gambar 3.7 Proteksi arus lebih (OCR) tipe ABB SPAM 150 C ....................... 65
Gambar 3.8 Simulator Jaringan Distribusi Tenaga Listrik ................................ 66
Gambar 3.9 Simulator CB-CT ........................................................................... 66
Gambar 3.10 Simulator Beban ........................................................................... 67
Gambar 3.11 Simulator Jaringan Distribusi ....................................................... 67
Gambar 4.1 Rangkaian Pengujian Karakteristik OCR ABB
Tipe SPAM 150 C ............................................................................. 69
Gambar 4.2 Kurva Karakteristik Definite OCR t = 1 ........................................ 71
Gambar 4.5 Rangkaian Simulasi Hubung Singkat 2 Phasa ............................... 75
Gambar 4.6 Rangkaian Simulasi Hubung Singkat 3 Phasa ............................... 76
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Operasi ............................................................................... 35

Tabel 2.2 Contoh cara mensetting relai ....................................................................... 41
Tabel 2.3 Pemrograman fungsional saklar kelompok SGF ........................................ 48

Tabel 2.4 Pemblokiran dan kendali input pemilih switchgroup SGB ......................... 49
Tabel 2.5 Pemilih switchgroup SGR 1 ........................................................................ 52
Tabel 2.6 Selektor switchgroup SGR 2 ....................................................................... 52
Tabel 2.7 Switchgroup SG4 ............................................................................... 53

Tabel 2.8 Data Pengukuran ......................................................................................... 54
Tabel 2.9 Pencatatan Informasi 1 s/d 8 ....................................................................... 55
Tabel 2.10 Pencatatan Informasi Register A ..................................................... 56

Tabel 4.1 Tabel Karakteristik Definite OCR dengan t = 1 ................................ 70
Tabel 4.4 Perbandingan waktu pemutusan pada t = 1 ....................................... 73
Tabel 4.5 Besar Arus Gangguan ........................................................................ 80
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Manual Book RELAI OCR TIPE ABB SPAM 150 C

LAMPIRAN B JOBSHEET MODUL PRAKTIKUM (1)
LAMPIRAN C JOBSHEET MODUL PRAKTIKUM (2)
LAMPIRAN D JAWABAN JOBSHEET
xvi
DAFTAR PUSTAKA
1) Bidang Akademik, 1999. Pedoman Pelaksanaan Tugas Akhir/Proyek Akhir.

1999. Bandung : Politeknik Negeri Bandung.
2) Eryanti, Silviyani. Rancang bangun modul praktikum proteksi hubung

singkat pada distribusi tenaga listrik menggunakan ocr abb ikc . 2010.
Bandung : Proyek Akhir Negeri Bandung.
3) MCGG
82
Overcurrent
and
Earth-faulth
Relay
Modules,
www.alstom.com. 1999 England.

4) Sunarto. Modul Bahan Ajar Sistem Proteksi Tenaga Listrik. 2009. Bandung.
5) Supriyanto. Relai Arus Lebih. 2011. Bandung.
6) Utomo, Heri Budi. Modul Bahan Ajar Distribusi Tenaga Listrik. 2010.
Bandung.
xvii
83
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan yang pesat pada sisten tenaga listrik baik dalam ukuran dan
kompleksitasnya membutuhkan relau proteksi yang handal untuk memproteksi

peralatan peralatan listrik akibat gangguan. Salah satu gangguan yang terjadi
adalah gangguan hubung singkat. Gangguan hubung singkat menimbulkan arus
lebih yang besar, jauh lebih besar dari arus pengenal peralatan tersebut, sehingga
dapat merusak peralatan.
Sehubungan dengan hal tersebut, suatu alat proteksi pada sistem tenaga
listrik yang paling banyak digunakan adalah relai arus lebih (OCR). Relai arus
lebih adalah suatu relai yang bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang
melebihi nilai pengaman tertentu (arus setting / setelan waktu tertentu).
Dalam penggunaannya relai arus lebih dapat digunakan pada proteksi
penyulang, transmisi ataupun distribusi pada sistem jaringan listrik yang berfungsi
sebagai pengaman gangguan hubung singkat antar Phasa dengan karakteristik
relai definite time independen yang akan memutuskan rangkaian atau jaringan
ketika terjadi hubung singkat dan gangguan hubung singkat Phasa ke tanah di
jaringan. Selain itu juga penggunaan Relai proteksi arus lebih dimaksudkan untuk
meningkatkan tingkat mutu pelayanan pada konsumen dalam pendistribusian
tenaga listrik. Untuk mengetahui lebih lanjut hal tersebut di atas, digunakan relai
proteksi arus lebih (OCR) tipe SPAM 150 C guna menunjang kebutuhan
pengetahuan mahasiswa didalam praktikum sistem distribusi tenaga listrik. Untuk
itu penulis akan menyusun Proyek Akhir ini dengan judul Rancang Bangun
Simulator dan Modul Praktikum Relai Arus Lebih ABB SPAM 150 C Pada
Sistem Distribusi Tenaga Listrik.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan Proyek Akhir ini adalah:
1.
Membuat modul praktikum proteksi arus lebih pada sistem distribusi

menggunakan relai proteksi arus lebih (OCR) tipe SPAM 150 C.
2.
Pengujian karakteristik Definite Time relai arus lebih (OCR) tipe SPAM
150 C.
3.
Melakukan simulasi setting gangguan hubung singkat 2 phasa dan 3

phasa pada modul gangguan hubung singkat.
1.3
Perumusan Masalah
Proyek Akhir ini akan membahas tentang pengaruh gangguan hubung
singkat antar phasa ( hubung singkat 2 phasa dan 3 phasa ) terhadap sistem
distribusi tenaga listrik menggunakan Relai arus lebih tipe ABB SPAM 150 C.
Untuk memudahkan dalam penyelesaiannya, dilakukan perumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana cara membuat modul praktikum proteksi arus lebih sistem
distribusi tenaga listrik menggunakan relai arus lebih (OCR) tipe SPAM
150 C?
2. Bagaimana cara pengujian karakteristik definite relai arus lebih tipe SPAM
150 C?
3. Bagaimana cara melakukan simulasi setting gangguan hubung singkat 2
phasa dan 3 phasa pada modul proteksi arus lebih sistem distribusi tenaga
listrik ?, dimana hasil pengukuran dari simulasi tersebut dapat digunakan
sebagai data untuk perhitungan.
1.4
Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup bahasan yang dikemukakan oleh penulis
dan agar bahasan dalam laporan lebih terfokus maka penulis hanya akan
mengangkat topik hubung singkat antar phasa (hubung singkat 2 phasa dan 3
phasa) bagaimana cara kerja modul praktikum proteksi arus lebih ABB SPAM
150 C Pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik .
1.5
Metodologi Pengerjaan Proyek Akhir
1.5.1
Identifikasi Masalah
Merupakan langkah awal dari kegiatan Proyek Akhir yang diperlukan
untuk menentukan parameter-parameter yang akan digunakan dalam perencanaan

modul praktikum hubung singkat dan proteksi arus lebih ABB SPAM 150 C pada
sistem distribusi tenaga listrik.
1.5.2
Studi Literatur
Tahap ini dikerjakan untuk menemukan dasar-dasar teori yang diperlukan
dalam pengerjaan Proyek Akhir dan penulisan laporan Proyek Akhir, yang
berhubungan dengan Over Current Relai (OCR).
1.5.3
Realisasi
Tahap ini dilakukan untuk melakukan percobaan rangkaian dan pembuatan
rangkaian hardware. Sehingga dapat melihat hasil analisa dari rangkaian ataupun
data teori yang di dapat. Menggunakan modul sistem distribusi tenaga listrik yang
ada di lab SDTL.
1.5.4
Penyusunan Laporan Proyek Akhir

Dalam tahap ini penulis membuat laporan sesuai dengan perancangan dan
hasil pengujian yang telah dilakukan.
1.5.5
Perbaikan dan Penyempurnaan

Perbaikan dilakukan pada saat terjadi kesalahan dan penyempurnaan
dilakukan pada akhir kegiatan proyek akhir ketika semua kegiatan Proyek Akhir
telah selesai.
1.5.6
Bimbingan
Bimbingan dilakukan penulis untuk konsultasi langsung dengan
pembimbing mengenai permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan Proyek

Akhir.
1.6
Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penulisan laporan proyek akhir ini, maka
penulis membuat sistematika penulisan yang disusun sebagai berikut :

BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan tentang pendahuluan yang terdiri dari Latar
Belakang, Tujuan, Perumusan Masalah, Pembatasan Masalah, Metodologi

Penyelesaian dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang teori-teori dasar yang menunjang kepada
judul proyek akhir tentang Rancang Bangun Simulator dan Modul Praktikum
Relai Arus Lebih ABB SPAM 150 C Pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik.
BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI
Bab ini menjelaskan tentang persiapan dalam pembuatan proyek akhir
seperti pemilihan komponen, rancangan konstruksi dan fungsional, serta flowchart
Rancang Bangun Simulator dan Modul Praktikum Relai Arus Lebih ABB SPAM
150 C Pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik.
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
Bab ini menjelaskan tentang pengujian karakteristik kerja relai ABB
SPAM 150 C sesuai dengan parameter pengujian relai proteksi dan digunakan
pada percobaan hubung singkat 2 phasa dan 3 phasa, kemudian hasil pengujian
tersebut akan dianalisa.
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan yang didapat dari Proyek Akhir yang
telah dibuat serta saran yang diharapkan untuk perkembangan lebih lanjut.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Proses Penyaluran Energi Listrik

Energi listrik hanya dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu saja.
Sedangkan pemakai tenaga listrik atau pelanggan tenaga listrik tersebar

diberbagai tempat, maka penyampaiain tenaga listrik dari tempat dibangkitkan
sampai ke tempat pelanggan, memerlukan berbagai penanganan teknis. Tenaga
listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP,
PLTGU dan PLTD, kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah
terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik tegangan yang
ada dipusat listrik.
Saluran tegangan tinggi di Indonesia mempunyai tegangan 150 kV yang
disebut sebagai Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan tegangan 500 kV
yang disebut sebagai Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Saluran
transmisi ada yang berupa saluran udara dan ada pula yang berupa kabel tanah.
Karena saluran udara harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan kabel
tanah, maka saluran transamisi kebanyakkan berupa saluran udara.
Kerugian saluran transmisi menggunakan kabel udara adalah adanya
gangguan petir., kena pohon dan lain-lain. Setelah tenaga listrik disalurkan
melalui saluran transmisi, maka sampailah tenaga listrik di Gardu Induk (GI)
untuk diturunkan tegangannya melalui transformator penurun tegangan menjadi
tegangan menengah atau yang juga disebut tegangan distribusi primer. Tegangan
distribusi primer yang digunakan pada saat ini adalah tegangan 20 kV. Jaringan
setelah keluar dari GI disebut jaringan distribusi, sedangkan jaringan antara Pusat
Listrik dengan GI disebut jaringan transmisi.
Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer, maka
kemudian tenaga listrik diturunkan tegangannya dalam gardu-gardu distribusi
menjadi tegangan rendah dengan tegangan kerja 380/220 Volt, kemudian
disalurkan melalui Jaringan Tegangan Rendah untuk selanjutnya disalurkan ke
rumah-rumah pelanggan (konsumen) melalui Sambungan Rumah.
5
Dalam prakteknya, karena luasnya jaringan distribusi, sehingga diperlukan

banyak transformator distribusi, maka Gardu Distribusi seringkali disederhanakan
menjadi transformator tiang. Pelanggan yang mempunyai daya tersambung besar
tidak dapat disambung melalui Jaringan Tegangan Rendah, melainkan disambung
langsung pada Jaringan Tegangan Menengah, bahkan ada pula yang disambung
pada jaringan Transmisi Tegangan Tinggi, tergantung besarnya daya tersambung.
Setelah tenaga listrik melalui Jaringan Tegangan Menengah (JTM), Jaringan
Tegangan Rendah (JTR) dan Sambungan Rumah, maka tenaga listrik selanjutnya
melalui alat pembatas daya dan KWH meter.
Dari uraian diatas, dapat dimengerti bahwa besar kecilnya konsumsi
tenaga listrik ditentukan sepenuhnya oleh para pelanggan, yaitu tergantung
bagaimana para pelanggan akan menggunakan alat-alat listriknya, yang harus
diikuti besarnya suplai tenaga listrik dari Pusat-pusat Listrik. Proses penyampaian
tenag a listrik dari Pusat-pusat Listrik ditunjukkan dalam Gambar dibawah ini.
Gambar 2.1 Alur Listrik [9]
2.2
Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem
distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik
besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen.
fungsi distribusi tenaga listrik adalah:
a. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat
pelanggan
b. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan
dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban
(pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan
tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk
dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV
kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan tegangan ialah
untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal
ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I kwadrat
R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang
mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula.
Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan
transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan
sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran
distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi
mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi
menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh
saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa
sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik
secara keseluruhan.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan
setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang
sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain:
berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya,
selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi
beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini
diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-down. Akibatnya, bila
ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban,
terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.
2.3
Transformator Daya
Transformator daya adalah salah satu peralatan terpenting dalam sistem
tenaga listrik yang fungsinya adalah untuk menaikkan atau menurunkan tegangan
dari satu nilai ke nilai tertentu. Transformator daya yang banyak dipakai oleh
PT.PLN (Persero) sebagian besar memiliki perbandingan tegangan 70/20 KV
yang menurunkan tegangan tinggi 70 KV pada sisi primer ke tegangan distribusi
20 KV pada sisi sekunder, yang kemudian disalurkan melalui saluran-saluran
penyulang (feeder). Transformator daya ini merupakan transformator 3 (tiga)
phasa yang memiliki 3 terminal pada sisi primer dan 4 terminal pada sisi sekunder
dengan rating daya berkisar antara 6 MVA hingga 100 MVA. Dalam sebuah
gardu induk bisa terdapat lebih dari 1 (satu) unit transformator daya.
Kerja
transformator
yang
berdasarkan
induksi-elektromagnet,
menghendaki adanya gandengan magnet antara rangkaian primer dan sekunder.

Gandengan magnet ini berupa inti besi tempat melakukan fluks bersama.
Berdasarkan cara melilitkan kumparan pada inti, dikenal dua macam
transformator, yaitu tipe inti dan tipe cangkang.
Gambar 2.2 Tipe Kumparan Transformator [7]
2.4
Penyulang Distribusi Tenaga Listrik

Pada sistem distribusi 20 kV pasokan daya listrik didapat dari penyaluran
150 kV atau 70 kV melalui trafo tenaga yang terpasang di gardu induk. Dan
besarnya kapasitas trafo bervariasi antara 5,10,20,30, sampai 60 MVA. Dan
keluaran trafo dihubungkan ke bus 20 kV pada gardu-gardu induk yang kemudian
didistribusikan ke masing-masing penyulang 20 kV ke konsumen-konsumen
dengan mnenggunakan saluran udara tegangan menengah (SUTM) atau saluran
kabel tegangan menengah (SKTM). Dan biasanya di Indonesia pemakaian saluran
udara tegangan menengah lebih dominan oleh sebab itu sering terjadi gangguan
hubung singkat baik itu gangguan antar Phasa atau gangguan Phasa dengan tanah.
Ketika terjadi gangguan, sistem proteksi dapat mencegah terjadinya kerugian yang
lebih besar, dan dapat bekerja melokalisasi gangguan tersebut.
Penyulang distribusi 20 kV PLN diamankan dari gangguan arus hubung
singkat dengan menggunakan over current relay (OCR), Sesuai dengan
pertumbuhan kelistrikan di Indonesia, maka PLN tidak saja berusaha memenuhi
permintaan daya yang meningkat, akan tetapi PLN memperbaiki TMP. Sejalan
dengan itu, perlu dikembangkan suatu cara penilaian terhadap TMP atau
diperlukan penentuan TMP.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, mutu adalah sekumpulan atibut
yang memberikan kepuasan pada pelanggan. Apabila ditinjau secara etimologi,
maka penentuan TMP penyulang ini harus dilihat dari sisi pelanggan sebagai
pengguna tenaga listrik. Mutu pelayanan antara lain tegantung lamanya
pemadaman dan kerapnya pemadaman yang terjadi. Untuk dapat memenuhi mutu
pelayanan tersebut, maka diperlukan data atau laporan tentang sebab-sebab
pemadaman (trip) pada penyulang.
2.5
Jenis Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik

Gangguan pada sistem tenaga listrik tebagi menjadi dua yaitu gangguan
temporer(sementara) dan gangguan permanen. Gangguan temporer ditandai

dengan normalnya kerja sistem dari PMT setelah dimasukkan (menutup) kembali.
10
Sedangkan gangguan permanen (stationer) ditandai dengan jatuhnya PMT setelah

dimasukkan kembali, biasanya dilakukan sampai tiga kali.
Pada gangguan permanen, PMT dapat bekerja normal kembali setelah
gangguan tersebut bisa diatasi. Sedangkan gangguan yang bersifat temporer,
penyebab gangguan akan hilang dengan sendirinya setelah PMT jatuh atau trip.
Ditinjau dari macamnya, gangguan hubung singkat dibedakan menjadi :
a. Gangguan hubung singkat tiga Phasa.
b. Gangguan hubung singkat dua Phasa.
c. Gangguan hubung singkat satu Phasa ke tanah.
d. Gangguan hubung singkat dua Phasa ke tanah.
2.5.1
Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa

Gangguan hubung singkat tiga Phasa adalah gangguan hubung singkat
yang berupa hubungan pendek antara ketiga Phasanya. Didapat persamaan

sebagai berikut:
I f 3
Dimana:
Ea
( Ampere) ......................................................... (2.1)
Z1
Ea =
VLL
(Volt ) ....................................................... (2.2)
3
IA
A
Ea
IB
a).
b).
Z1
IC
C
Gambar 2.3 Gangguan Hubung Singkat 3 Phasa (a), Rangkaian Ekivalen Gangguan Hubung
Singkat 3 Phasa (b). [1]
Ihs
11
Arus gangguan hubung singkat 3 Phasa bila dibandingkan dengan

gangguan hubung singkat yang lain, mempunyai arus gangguan yang paling besar.
2.5.2
Gangguan Hubung Singkat Dua Phasa

Gangguan hubung singkat dua Phasa adalah gangguan hubung singkat
yang berupa hubungan pendek antara satu Phasa dengan Phasa yang lain. Apabila
hubung singkat terjadi pada Phasa a dan b akan didapat persamaan dibawah :
I f 2
Ea
( Ampere) ......................................................(2.3)
Z1 Z 2
Oleh karena Z1 = Z2 dan I f 3 3

Maka: I f 2
I f 3
2
Ea
......................................(2.4)
Z1
3 ...............................................................(2.5)
IA
A
Ea
IB
a).
b).
Ihs
Z1
IC
C
Z2
Gambar 2.4 Gangguan Hubung Singkat 2 Phasa (a), Rangkaian Ekivalen Gangguan
Hubung Singkat 2 Phasa (b). [1]
Arus hubung singkat dua Phasa lebih kecil daripada arus gangguan hubung
singkat tiga Phasa.
12
2.6
Faktor Penyebab gangguan

Adapun faktor penyebab terjadinya gangguan pada sistem tenaga listrik
diantaranya :
a. Daun-daun atau Sampah yang Menempel Pada Isolator
Daun-daun atau sampah yang terbang terbawa angin dan kemudian
menempel pada isolator akan mengakibatkan jarak bebas berkurang
sehingga dapat menyebabkan terjadinya loncatan bunga api. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya gangguan antar Phasa atau gangguan dari Phasa
ke tanah.
b. Isolator yang Rusak
Isolator yang rusak akibat tersambar petir atau usia yang sudah tua dapat
menyebabkan terjadinya gangguan antar Phasa atau gangguan dari Phasa
ke tanah.
c. Kerusakan Mekanis dari Peralatan
d. Pohon-pohon yang Tidak Terawat
Ranting-ranting yang masuk ke daerah bebas saluran transmisi dan
distribusi akan mengakibatkan terjadinya gangguan ke tanah.
e. Polusi Debu
Debu-debu yang menempel pada isolator, bila udara lembab maka debu
tersebut akan menjadi konduktor yang dapat menyebabkan gangguan ke
tanah.
f. Surja Hubung
Merupakan kenaikan tegangan pada saat dilangsungkan pemutusan arus
oleh pemutus tenaga. Gangguan ini pun dapat mengakibatkan rusaknya
isolasi pada peralatan.
g. Surja Petir
Biasanya sering terjadi pada saat musim penghujan. Gangguan ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang berbeda-beda di suatu tempat.
Gangguan yang disebabkan oleh petir ini sangat berbahaya karena dapat
merusak isolasi dari peralatan.
h. Turunnya Kekuatan Dielektris dari Isolasi Sistem.
13
2.7
Peralatan Proteksi
Gangguan pada jaringan distribusi tenaga listrik sebagian besar merupakan
gangguan hubung singkat, yang menimbulkan arus listrik cukup besar. Semakin
besar sistemnya, semakin besar pula arus gangguannya.
Arus gangguan yang besar bila tidak segera dihilangkan akan merusak
peralatan yang dilalui arus gangguan. Untuk melepaskan daerah yang terganggu
diperlukan alat pengaman. Di sini jelas bahwa alat pengaman bertujuan untuk
melepaskan atau membuka sistem yang terganggu sehingga arus gangguan ini
akan padam. Untuk memenuhi tujuan tersebut maka diperlukan sistem proteksi.
Yang dimaksud dengan sistem proteksi tenaga listrik adalah suatu sistem
pengaman kepada peralatan-peralatan listrik dan saluran terhadap kondisi
abnormal. Sistem proteksi diperlukan untuk menghindari ataupun untuk
mengurangi kerusakan peralatan listrik akibat gangguan. Semakin cepat reaksi
perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikitlah pengaruh
gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat. Disamping itu dengan bekerjanya
sistem proteksi maka daerah yang terganggu bisa dilokalisir sehingga dapat
memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada konsumen,
dan juga untuk mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh
listrik.
Suatu sistem proteksi terdiri dari beberapa komponen peralatan yang
membentuk satu rangkaian yang masing-masing komponen mempunyai tugas
sesuai dengan fungsinya.Komponen peralatan pada sistem pengaman adalah
sebagai berikut:
Circuit Breaker/Pemutus Tenaga
Relai
Trafo Arus (CT)
Trafo Tegangan (PT)
Kabel Kontrol
Baterai
14
2.8
Relai Pengaman (Relai Arus Lebih)

Relai pengaman adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi
adanya suatu gangguan atau merasakan adanya kondisi tidak normal yang
mungkin terjadi pada peralatan atau bagian sistem tenaga listrik.
Relai proteksi dapat mendeteksi adanya gangguan pada peralatan yang
diamankan dengan mengukur besaran-besaran listrik yang diterimanya dan
membandingkan antara besaran pada saat kondisi normal dengan besaran pada
saat kondisi gangguan. Besaran-besaran yang berubah harganya pada kondisi
gangguan tersebut misalnya arus, tegangan, daya, sudut Phasa, impedansi,
frekuensi, dan lain sebagainya.
Relai secara otomatis akan membuka pemutus tenaga (PMT) untuk
memisahkan peralatan atau bagian dari sistem yang terganggu dan memberikan
isyarat berupa lampu dan alarm (bel) yang menandakan pada sistem telah terjadi
gangguan.
2.8.1
Fungsi Relai Pengaman

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa relai proteksi mempunyai
fungsi sebagai berikut :

a. Merasakan, mengukur, dan menentukan bagian sistem yang terganggu serta
memisahkan secepatnya, sehingga sistem lainnya yang tidak terganggu dapat
beroperasi secara normal.
b. Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang terganggu.
c. Mengurangi pengaruh gangguan terhadap bagian sistem lain yang tidak
terganggu di dalam sistem tersebut serta mencegah meluasnya gangguan.
d. Memperkecil bahaya bagi manusia atau operator.
e. Menunjukan lokasi dan macam gangguan.
2.8.2
Persyaratan Relai Proteksi

Relai proteksi dirancang untuk dapat merasakan atau mengukur adanya
gangguan pada bagian suatu sistem tenaga listrik yang kemudian secara otomatis
akan membuka Pemutus Tenaga.
15
Relai proteksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Dapat diandalkan ( Reliable )

Dalam keadaan normal (tidak ada gangguan) relai tidak boleh bekerja. Tetapi
bila suatu saat terjadi gangguan yang mengharuskan relai bekerja, maka relai
tidak boleh gagal bekerja untuk mengatasi gangguan tersebut. Kegagalan kerja
relai dapat mengakibatkan kerusakan yang berat bagi alat atau sistem yang
diamankan atau gangguan menjadi meluas sehingga daerah yang mengalami
pemadaman akan meluas. Disamping itu relai tidak boleh salah bekerja,
sehingga
menimbulkan
pemadaman yang tidak
seharusnya
ataupun
menyulitkan analisa gangguan yang terjadi. Dalam hal ini yang harus dapat
diandalkan tidak hanya relainya sendiri tetapi mulai dari trafo arus, trafo
tegangan serta rangkaiannya, baterai serta pemutus tenaganya.
2. Selektif
Relai bertugas mengamankan peralatan atau bagian sistem dalam daerah
pengamannya. Letak PMT (Pemutus Tenaga) sedemikian rupa sehingga setiap
bagian dari sistem dapat dipisahkan. Maka tugas relai adalah mendeteksi
adanya gangguan yang terjadi pada daerah pengamanannya dan memberi
perintah untuk membuka PMT (Pemutus Tenaga) untuk memisahkan bagian
dari sistem pada daerah yang terganggu. Dengan demikian bagian sistem
lainnya yang tidak terganggu jangan sampai dilepas, dan masih beroperasi
normal sehingga tidak terjadi pemutusan pelayanan. Dengan kata lain
pengamanan dinyatakan selektif bila relai dan PMT (Pemutus Tenaga) yang
bekerja hanyalah pada daerah yang terganggu saja.
3. Waktu kerja relai cepat

Relai pengaman harus dapat bekerja dengan cepat segera setelah merasakan
adanya gangguan pada sistem guna mengurangi kerusakan yang lebih parah
dari peralatan atau bagian sistem yang terganggu.
16
4. Peka
Relai pengaman harus cepat merasakan adanya arus gangguan yang melebihi
arus settingnya. Relai dikatakan peka (sensitif) apabila dapat bekerja dengan
masukan dari besaran yang dideteksi kecil. Jadi relai dapat bekerja pada awal
kejadian gangguan atau dengan kata lain gangguan dapat diatasi pada awal
kejadian. Hal ini memberi keuntungan dimana kerusakan peralatan yang
diamankan akibat gangguan menjadi kecil. Namun demikian relai harus stabil,
yang artinya relai harus dapat membedakan antara arus gangguan dan arus
beban maksimum.
5. Ekonomis dan sederhana

Penggunaan relai pengaman harus dipertimbangkan sisi ekonomisnya tanpa
mempengaruhi fungsi relai tersebut.
2.9
Pengertian Relai Arus Lebih

Relai arus lebih adalah suatu relai yang bekerjanya berdasarkan kenaikan
arus yang melebihi suatu nilai pengamanan tertentu dan dalam jangka waktu
tertentu, sehingga relai ini dapat dipakai sebagai pola pengaman arus lebih. Relai
ini pada dasarnya mengamankan adanya arus lebih yang disebabkan oleh
gangguan hubung singkat atau beban lebih. Relai arus lebih akan bekerja bila
besarnya arus input melebihi suatu harga tertentu (arus kerja) yang dapat diatur
dan dinyatakan menurut kumparan sekunder dari trafo arus. Relai arus lebih akan
memberi isyarat kepada PMT (Pemutus Tenaga) bila terjadi gangguan hubung
singkat untuk membuka rangkaian sehingga kerusakan alat akibat gangguan dapat
dihindari.
Pengamanan dengan menggunakan relai arus lebih mempunyai beberapa
keuntungan yaitu :
a. Dapat mengamankan arus lebih yang terjadi karena hubung singkat atau
beban lebih.
17
b. Dapat berfungsi sebagai pengaman utama dan juga merupakan pengaman

cadangan.
c. Harganya relatif murah.
Adapun beberapa kekurangan pengamanan dengan menggunakan relai arus
lebih adalah :
a. Untuk jaringan dengan sirkuit ganda tanpa dilengkapi dengan relai arah
tidak dapat selektif.
b. Untuk jaringan yang interkoneksi tidak dapat sebagai pengaman utama,
karena sukar untuk dapat selektif bila tidak dilengkapi dengan relai arah.
Dengan demikian pemakaian relai arus lebih pada sistem tenaga listrik umumnya
digunakan pada :
a. Jaringan tegangan menengah atau saluran transmisi.
b. Jaringan sub-transmisi radial.
c. Pengaman untuk motor-motor tegangan menengah yang kecil.
d. Pengaman cadangan untuk generator, motor yang besar, transformator
daya, jaringan transmisi tegangan tinggi.
e. Bila dilengkapi dengan relai arah dapat digunakan sebagai pengaman
saluran transmisi sirkuit ganda dan pengaman gangguan tanah sampai
tegangan ekstra tinggi.
2.9.1
Fungsi Relai Arus Lebih

Pemakaian relai arus lebih pada sistem tenaga listrik dapat difungsikan
sebagai:
1. Pengaman utama.
Relai pengaman sebagai pengaman utama adalah relai yang pertama kali
merespon dan bertindak jika terjadi gangguan pada sistem.
2. Pengaman cadangan
Sedangkan sebagai pengaman cadangan, relai pengaman cadangan baru akan
merespon dan bekerja jika relai pengaman utama gagal bekerja.
18
2.9.2
Cara Kerja Relai Arus Lebih

Relai arus lebih adalah suatu relai proteksi yang dikerjakan oleh suatu
besaran arus gangguan akibat hubung singkat yang mengalir pada rangkaian
kumparan geraknya. Apabila besarnya arus yang dideteksi melebihi batas
settingnya, maka akan bekerja (Pick up), kemudian dalam waktu tertentu akan
memberikan perintah trip ke PMT untuk mengelimir gangguan tersebut.
Prinsip kerja relai arus lebih yang bekerja berdasarkan besaran arus lebih
akibat adanya gangguan hubung singkat dan memberikan perintah trip ke PMT
sesuai dengan karakteristik waktunya.
Pada gambar di bawah ini diberikan contoh gambar rangkaian relai arus
lebih waktu sesaat pada SUTM.
CT
Ib
PMT
CT
CT
Ir
R
Ir
Ir
trip
coil
OCR
Batere
Gambar 2.5 Rangkaian Relai Arus Lebih. [5]
Pada kondisi normal arus beban (Ib) mengalir pada SUTM dan oleh trafo
arus besaran arus ini ditransformasikan ke besaran sekunder (Ir). Arus Ir mengalir
pada kumparan relai, tetapi karena arus ini masih lebih kecil dari pada suatu harga
yang ditetapkan (setting), maka relai tidak bekerja.
Bila terjadi gangguan hubung singkat, arus Ib akan naik dan menyebabkan
arus Ir naik pula. Apabila arus Ir naik melebihi suatu harga yang telah ditetapkan
19
(diatas setting) maka relai akan bekerja dan memberikan perintah trip coil untuk
bekerja dan membuka PMT, sehingga SUTM yang terganggu dipisahkan dari
jaringan.
2.9.3
Jenis Relai Arus Lebih

Berdasarkan karakteristik arus terhadap waktu kerja, relai arus lebih
terbagi atas beberapa jenis, antara lain:
2.9.3.1
Relai
Arus
Lebih
Karakteristik
Waktu
Sesaat/Moment
(Instantaneous).
Adalah relai arus lebih yang tidak dilengkapi dengan elemen pengukur
waktu, sehingga apabila suatu kumparan bekerja, maka dalam waktu seketika
mengirim perintah trip ke PMT.
Gambar 2.6 Karakteristik Relai Arus Lebih Waktu Seketika (Instantaneous). [5]
2.9.3.2 Relai Arus Lebih Karakteristik Waktu Tertentu (Definite Time)

Adalah relai arus lebih yang mempunyai elemen pengukur waktu yang
independent, yaitu tidak tergantung kepada besarnya arus gangguan yang
dideteksi. Jadi waktu kerjanya selalu tetap (konstan), untuk setiap arus gangguan
yang berbeda.
20
Gambar 2.7 Karakteristik Relai Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time). [5]
.
2.9.3.3 Relai Arus Lebih Karakteristik Waktu Terbalik (Inverse Time)

Adalah relai arus lebih yang mempunyai elemen pengukur waktu
dependent terhadap arus yang dideteksi. Besarnya waktu kerja relai berbanding
terbalik dengan besarnya arus gangguan yang dideteksi, makin besar arus
gangguan, maka makin cepat waktu kerja relai dan sebaliknya.
Gambar 2.8 Karakteristik Relai Arus Lebih Waktu Terbalik (Inverse Time). [5]
21
Terdapat 4 macam karakteristik Relay Inverse yaitu :

Standard Inverse
yaitu karakteristik yang menunjukan perbandingan antara besar arus
dengan waktu kerja relai yang standard, ditulis dengan rumus:
0,14
TMS
I
1
0 , 02
Very Inverse
yaitu karakteristik yang menunjukkan perbandingan antara besar
arus dengan waktu kerja relai yang lebih cepat/tinggi dari Standard
Inverse, ditulis dengan rumus:
13,5
TMS
I 1
Extremely Inverse,
arus dengan waktu kerja relai yang lebih cepat/tinggi dari Standard
Inverse dan very inverse, ditulis dengan rumus:
=
80
Long Time earth fault

arus dengan waktu kerja relai yang lebih lambat/rendah diantara
karakteristik yang lain, ditulis dengan rumus:
120
22
Gambar 2.9 Kurva karakteristik waktu [4]
2.9.3.4 Parameter Pada Relai Arus Lebih

1. I Pick up Ip
Ip = Arus kerja ( Arus Pick up ).
Adalah arus minimum yang menyebabkan relai bekerja atau pick-up.
2. I reset ( Ir atau Id)
Id = Ir = arus kembali (arus drop-off / Id, arus reset / Ir).
Adalah arus maksimum yang menyebabkan rele kembali tidak bekerja.
3. In = Arus minimum relai
In adalah besarnya kemampuan relai untuk dialiri arus secara terus
menerus.
23
4. I sett = Arus setting relai

Isett adalah besarnya suatu harga penetapan arus kerja relai sesuai
dengan yang diharapkan relai harus pick-up.
5. Im = Arus moment / arus kerja sesaat
Im adalah besarnya suatu harga penetapan arus kerja relai sesuai yang
diharapkan relai harus bekerja sesaat (instantaneous).
6. I sett (time delay) = tunda waktu
I sett atau tunda waktu adalah periode waktu yang sengaja diberikan
pada relai untuk memperlambat trip ke PMT sejak relai itu pick-up.
Tunda waktu ini dimaksudkan untuk koordinasi dengan relai lainnya.
7. TMS = Time multiple setting
TMS adalah besarnya kelipatan tunda waktu (t sett).
8. Starting
Adalah suatu tanda bahwa relai pick-up atau merasakan adanya suatu
besaran arus yang sama dengan atau lebih besar dari I sett.
9.
Trip
Adalah suatu tanda bahwa relai bekerja dan telah memberi perintah
pada tripping coil untuk bekerja melepas kontak PMT.
2.9.4
Setting Relai Arus Lebih

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan setting relai arus lebih
adalah sebagai berikut :

1. Arus kerja minimum relai harus lebih besar dari arus beban maksimum dan
lebih kecil dari arus gangguan hubung singkat terkecil, yaitu arus gangguan
hubung singkat dua Phasa di ujung seksi.
2. Penentuan setting dari seksi yang paling ujung dan secara bertahap dilakukan
untuk seksi-seksi berikutnya kearah sumber. Untuk menentukan setting waktu
relai perlu diketahui beda waktu koordinasi minimum yang di perbolehkan
sesuai dengan spesifikasi relai dan pemutus daya yang dipakai.
24
3. Pada saat melakukan setting waktu relai inverse, lakukanlah pada saat arus
gangguan maksimum karena untuk arus yang lebih kecil waktu kerja relai akan
lebih besar.
2.9..4.1 Setting Arus Untuk Tunda waktu ( I>) [8]

(1) Iset =
ks
x In(1)
kd
(2) Iset = 0,8 x I hs2 (2)

Iset diambil dari nilai terkecil diantara persamaan (1) dan persamaan (2)
k S = 1,1 1,2
k D > 80 %
In = Arus beban nominal
2.9.4.2 Setting Arus Untuk Instantaneous ( I>>) [8]

Di sisi hilir maka :
(1) I hs2 min I set1 I hs3 min ..................
(3)
(2) I set 2 I kemampuankabel ..
(4)
Iset diambil dari nilai terkecil diantara persamaan (3) dan (4)
Di sisi hulu maka :
I setInst = 1,2 x I hs3 max diHilir .
(5)
25
2.10 Konstruksi Relai Arus Lebih (OCR) tipe ABB SPAM 150C
Gambar 2.10 Konstruksi Relai Arus Lebih tipe ABB SPAM 150C [3]
Keterangan :
1. Phasa R
25. Arus Netral
2. current transformer In = 5 A
26. Rating Arus 5 A
27. Rating Arus 1 A
4. Phasa S
61. Auxiliary tegangan ( + )
61. Auxiliary tegangan ( - )
70. Internal Relay Fault signal NC
7. Phasa T
71,72. Internal Relay Fault signal NO
74,75. Output Relay ke CB
77,78. Indikator keadaan Overload
26
10,11 control input
80,81. Prior Alarm Signal 2
63. grounding
65,66. Trip output Relai
2.11 Pengawatan Relai Arus Lebih tipe ABB SPAM 150C

L1
L2
L3
PMT
OCR
P1
GFR
S1
OCR
CT
S2
P2
3 buah OCR
1 buah GFR
Gambar 2.11 Pengawatan Relai Arus Lebih tipe ABB SPAM 150C Pada Jaringan Tenaga Listrik
[3]
Didalam OCR ABB SPAM 150C terdapat 4 buat relai yaitu, 1 buang relai
setiap phasa nya dan 1 relai buat GFR.
2.12 Relai Arus Lebih tipe ABB SPAM 150C
Relai spam 150 c berbasis mikroprosesor adalah desain relai terpadu dengan
pengukuran multifungsi lengkap dengan pelindung motor, melingkupi cakupan
yang besar atau menengah seperti motor 2 Phasa dalam semua jenis konvensional
kontaktor atau pemutus sirkuit yang di kendalikan oleh drive. Reli proteksi motor
tersedia dalam dua versi, satu dengan membuat trip kontak dan yang lain
menggunakan breaking trip kontak. Relai ini juga dapat digunakan dalam aplikasi
arus lebih 1,2 dan 3 Phasa dan proteksi beban lebih dan earth fault protection.
Kombinasi multifungsi relai proteksi motor adalah sebuah perangkat relai
sekunder yang di hubungkan ke transformator arus dari drive motor yang
27
dilindungi. Arus tiga Phasa dan arus netral dari perangkat yang dilindungi dapat di
ukur dan atas dasar pengukuran ini, kondisi termal dari motor dihitung dan
kesalahan jaringan dapat terdeteksi. Dalam keadaan fault unit proteksi dari relai
meminta alarm atau men-tripkan CB.
Dengan signal pemrograman yang sesuai dari matriks output relai, berbagai
signal, alaram awal atau signal restart inhibit akan menerima sebagai fungsi
kontak. Kontak informasi dapat digunakan untuk memblokir, bekerja sama
dengan relai pelindung yang terletak di hulu, untuk koneksi ke unit signal.
Relai pelindung motor berisi satu logika input kontrol ekternal, yang
diaktifkan oleh signal kontrol pada level tambahan tegangan. Pengaruh input
kontrol pada relai ditentukan oleh switch pemograman. Input kontrol dapat
digunakan baik untuk memblokir satu atau lebih level proteksi, untuk
melaksanakan perintah trip, untuk menghambat upaya untuk restart atau reset relai
yang terkunci secara manual.
Gambar 2.12 Fungsi dari jenis relay Proteksi bermotor SPAM 150 C. mengacu pada ANSIpenomoran fungsi pelindung [3]
28
2.12.1 Diagram Koneksi

. Diagram Koneksi dari relai proteksi motor SPAM 150 C. versi tampil
adalah dengan kontak trip NO, yaitu dengan auxiliary supply dan output tipe relay
modul SPTU 240R2 atau SPTU 48R2.
Gambar 2.13 Diagram Koneksi ABB SPAM 150 C [3]
29
Uaux
Auxiliary tegangan
A, B, C, D, E, F
output relay
IRF
Self-supervision
SGB
Switchgroup untuk konfigurasi pemblokiran

atau sinyal kontrol
TRIP
trip output relay, output 65-66
SIGNAL
Signal pada trip
PRIOR ALARM
Prewarning untuk kondisi kelebihan beban awal
START
Mulai informasi dari motor
Restart ENABLE
start dari motor terhambat dalam kondisi

gangguan
U1
pelindung motor modul SPCJ 4D34
U2
Power supply dan output relay modul SPTU 240

R2 atau SPTU 48 R2 dengan kontak NO, 240
SPTU R3 atau SPTU 48 R3 dengan kontak NC
U3
Masukan modul SPTE 4E3
SPA-ZC-
Bus koneksi modul
PORT SERIAL
port komunikasi Serial Rx, Tx Receiver

terminal bus (Rx) dan terminal bus pemancar
(Tx) dari modul koneksi bus
STALL
Eksternal kios kontrol input
RESTART INHIBITAT
Restart Eksternal menghambat sinyal control

Latching fungsi Latching dari relay trip
30
Gambar 2.14 Terminal relay SPAM 150 C [3]
2.12.2 Koneksi
Tiga arus Phasa yang terhubung ke terminal 1-2, 4-5 dan 7-8, ketika arus
pengenal dari sirkuit sekunder adalah In = 5 A. Bila menggunakan transformator
arus dengan arus pengenal 1 A, terminal 1-3 , 4-6 dan 7-9 yang digunakan.
Perlindungan kelebihan beban termal juga dapat digunakan dalam aplikasi fase
tunggal atau dua fase, dalam hal ini input tidak digunakan dapat dibiarkan tidak
tersambung.
Untuk mendapatkan operasi yang tepat dari perlindungan fase urutan
ketidakseimbangan dan tidak benar dalam aplikasi dua fase, dua arus Phasa harus
disimpulkan pada input tahap ketiga saat ini. Dalam satu fase aplikasi, kabel fase
arus melalui dua atau tiga input saat ini di seri sedikit dapat meningkatkan
kecepatan operasi dari relay dan menstabilkan operasi di unit termal.
31
Arus netral dari perlindungan gangguan tanah terhubung ke terminal 25-26

ketika
arus
pengenal
adalah
dan
ke
terminal
25-27
ketika
arus pengenal adalah 1 A. input kontrol 10-11 dapat digunakan di lima

cara yang berbeda:
- Sebagai input kontrol dikendalikan oleh motor kecepatan switch di Ex-jenis
aplikasi
- Sebagai input kontrol dari pemblokiran eksternal sinyal untuk memblokir
operasi dari ketidakseimbangan atau gangguan tanah unit perlindungan
- Sebagai masukan kontrol untuk sinyal trip eksternal
- Sebagai masukan kontrol untuk membuka pengait rantai pengamannya relay trip
- Sebagai masukan kontrol untuk restart mengaktifkan relay. Fungsi dirancang
dipilih melalui switch 1 ... 8 dari switchgroup SGB dalam menu utama dari modul
perlindungan relay.
Tegangan suplai auxiliary dari relay adalah dihubungkan ke terminal 6162. Pada D.C. tegangan suplai auxiliary positif dihubungkan ke terminal 61.
Rentang tegangan input diterima ditentukan oleh jenis power supply dan modul
output relay dimasukkan dalam relay. Untuk keterangan lebih lanjut lihat
keterangan dari modul power supply. Rentang tegangan yang diterima auxiliary
relay ditunjukkan pada panel depan.
Output relay A memberikan perintah trip ke CB ketika waktu beroperasi
dari unit pelindung telah berlalu. Unit gangguan ke tanah dapat dibuat tidak trip,
yaitu hanya sinyal, dengan switch 8 dari switchgroup SGR1. Pada pengiriman dari
pabrik semua unit pelindung dipilih untuk melakukan trip. Fungsi latching relay
dari output A dapat dipilih melalui switch SGB / 7 dan SGB / 8. Switch SGB / 7
memberikan fungsi latching setelah short-circuit, gangguan ke tanah atau
ketidakseimbangan trip. Switch SGB / 8 menyediakan fungsi latching setelah
setiap operasi perjalanan. Setelah mengunci relay output harus secara manual
mengatur ulang atau mengatur ulang dengan remote control. Sinyal trip alarm dari
modul relai adalah diperoleh melalui keluaran relay B dan C. sinyal untuk
diteruskan ke relay ini dipilih dengan switches 1 ... 7 dari switchgroup SGR1 dan
switch 4 ... 8 dari switchgroup SGR2 dari modul relay. Biasanya output relay B
32
dan C diberikan seperti konfigurasi yang alarm sebelum termal diperoleh dari
relai C dan sinyal perjalanan dari unit perlindungan terkait dengan output relay B
untuk membentuk sinyal trip tambahan. Ini juga merupakan pengaturan default
dari relay pada pengiriman dari pabrik. Sinyal-sinyal untuk diteruskan ke relay D
output dipilih dengan switch 1, 2 dan 3 perangkat lunak switchgroup SGR2 dalam
menu utama dari modul relay. Switch SGR2 / 1 rute alarm sebelum termal, beralih
SGR2 / 2 rute informasi startup untuk motor dan beralih SGR2 / 3 rute sinyal awal
tahap set arus lebih untuk output relay D.
Output relay E, terminal 74-75, adalah output relay tugas berat, mampu
mengendalikan pemutus sirkuit, sebagai relai trip utama A. E Relay digunakan
untuk mengendalikan restart motor. Jika kapasitas termal yang digunakan
melebihi set restart menghambat tingkat unit termal, jika maksimum yang
diperbolehkan kumulatif start-up jumlah terlampaui atau jika restart eksternal
menghambat sinyal aktif E output relay mencegah motor memulai kembali usaha.
Ini juga berlaku untuk suatu kondisi dimana relay pelindung dari tegangan
tambahan atau relai rusak. F output relay, terminal 70-71-72, beroperasi sebagai
relay output dari sistem self-supervisi-sion terintegrasi. Relay beroperasi pada
prinsip sirkuit tertutup, sehingga dalam kondisi layanan normal kesenjangan
kontak 70-72 ditutup. Jika suatu kesalahan terdeteksi oleh sistem self-supervisision, atau jika pasokan tambahan gagal, output relay drops off, memberikan sinyal
alarm dengan menutup kontak NO 71-72.
Relay dihubungkan ke bus data SPA dengan jenis modul bus koneksi
SPA-ZC 17 atau SPA-ZC21. Modul koneksi bus dihubungkan ke konektor tipe D
ditandai PORT SERIAL pada panel belakang relai. Kabel serat optik yang
terhubung ke konektor Tx dan Rx dari modul koneksi bus. Modus komunikasi
pemilih switch pada modul koneksi bus diatur dalam posisi "SPA".
2.12.3 Kontrol Signal
Gambar di bawah ini secara skematis menggambarkan bagaimana , start,
trip, kontrol dan pemblokiran sinyal dapat diprogram untuk mendapatkan fungsi
yang diperlukan dari relay proteksi.
33
Gambar 2.15 Sinyal kontrol modul relai proteksi SPAM 150 C [3]
Fungsi sinyal blocking dan mulai dipilih dengan switch dari switchgroups
SGF, SGB dan SGR. Checksum dari switchgroups ditemukan dalam menu
pengaturan dari modul relai pengukuran. Fungsi switch yang berbeda dijelaskan
dalam manual pengguna dari modul SPCJ 4D34.
2.12.4 Indikator Operasi

a. TRIP indikator operasi menyala jika salah satu tahap perlindungan
beroperasi. Ketika perlindungan tahap reset, indikator merah tetap turun.
b. Jika layar gelap ketika salah satu tahap proteksi I>, I>> atau I0>
beroperasi, gangguan Phasa atau netral ditandai dengan LED kuning. Jika,
misalnya, indikator TRIP bersinar merah, dan indikator IL1 dan IL2 pada
saat yang sama diterangi, telah terjadi kelebihan arus pada fase L1 dan
L2.
34
c. Selain menjadi nomor kode pada penyajian data, angka merah paling kiri
di layar berfungsi sebagai indikator operasi visual. Indikator operasi
diakui oleh fakta bahwa angka merah saja diaktifkan. Biasanya hal
pertama yang muncul diindikasikan. Untuk unit termal, bagaimanapun,
alarm sebelum sinyal ini kemudian diganti dengan indikasi trip, jika
tripping dilakukan. Untuk memungkinkan pembacaan tingkat termal
sebenarnya dll, adalah mungkin untuk mengakui indikasi thermal unit saat
unit masih diaktifkan. Hal yang sama berlaku untuk sinyal gangguan ke
tanah. Dalam kasus ini, indikasi yang menyimpan dan muncul kembali
ketika layar gelap. Semua indikator operasi secara otomatis me-reset
ketika motor di-restart. Tabel berikut, bernama OPERASI IND. pada
panel depan relay, adalah kunci ke nomor operasi indikator kode yang
digunakan.
d. Indikasi TRIP bertahan ketika tahap pelindung kembali normal. Indikatorreset dengan menekan tombol RESET / STEP. Sebuah restart secara
otomatis me-reset indikasi operasi. Selanjutnya, indikator dapat mengatur
ulang melalui input kontrol eksternal 10-11 dengan menggunakan
tegangan kontrol untuk input, asalkan saklar SGB / 6 pada posisi 1.
Fungsi dasar Relay proteksi tidak tergantung pada keadaan indikator
operasi, yaitu reset atau non-reset. Relay adalah permanen operasi.
e. Dalam dua menit setelah sistem self-super-visi internal telah mendeteksi
gangguan permanen, indikator IRF merah menyala dan relay output dari
sistem pengawasan beroperasi. Selanjutnya, dalam situasi gangguan akan
di diagnostik secara otomatis dan ditampilkan di layar. Kode gangguan
terdiri dari 1 angka merah dan nomor kode hijau, yang menunjukkan
jenis gangguan. Kode gangguan tidak dapat mengatur ulang selama
gangguan terus berlanjut. Ketika kode gangguan muncul di layar, nomor
kode harus dicatat pada kertas dan diberikan kepada bengkel resmi, ketika
overhaul diperintahkan.
35
Tabel 2.1 Indikator Operasi
Indikasi
Keterangan
1.
= level thermal telah melampauai set level prior

alaram
2.
= unit termal sudah terputus
3.
= restart termal menjaga tingkat berlebih
waktu start up atau mencegah sinyal ekternal aktif
4.
5.
6.
7.
8.
= setting tripping arus lebih

= Ketidakseimbangan / salah urutan fase trip
= proteksi bagian unit utama terputus
= gangguan ke tanah trip
= undercurrent trip
9.
= trip eksternal sudah dilakukan
2.12.5 Kontrol Switch Group

Panel depan dari modul relai berisi dua push button. Push button RESET /
STEP digunakan untuk mereset indikator operasi dan untuk melangkah maju atau
mundur dalam menu utama layar atau submenu. Push button PROGRAM
digunakan untuk bergerak dari posisi tertentu dalam menu utama ke submenu
yang sesuai, untuk masuk ke mode setting parameter tertentu dan bersama-sama
dengan tombol push STEP untuk menyimpan nilai yang ditetapkan.
2.12.6 DISPLAY
Nilai-nilai diukur dan ditetapkan dan data yang direkam akan ditampilkan
pada layar modul relai proteksi. Layar terdiri dari empat digit. Tiga digit hijau di
sebelah kanan menunjukkan pengukuran, mengatur atau merekam nilai dan paling
kiri
merah
menunjukkan
jumlah
digit
kode
dari
register.
Nilai diukur atau ditetapkan ditampilkan diindikasikan dengan indikator LED
36
yang berdekatan kuning pada panel depan. Ketika sebuah nilai gangguan direkam
sedang ditampilkan menunjukkan angka merah nomor sesuai mendaftar. Ketika
fungsi layar sebagai indikator operasi angka merah saja itampilkan.
Ketika tegangan auxiliary dari modul relai proteksi diaktifkan modul
awalnya menguji layar dengan melangkah melalui semua segmen layar selama
sekitar 15 detik. Pada awalnya segmen yang sesuai dari semua angka yang
menyala satu per satu searah jarum jam, termasuk titik desimal. Kemudian
segmen tengah setiap digit menyala satu per satu. Urutan lengkap dilakukan dua
kali. Ketika tes selesai layar akan gelap. Pengujian dapat terganggu dengan
menekan tombol push STEP. Fungsi perlindungan dari modul relai diberitahu
seluruh pengujian.
2.12.7 DISPLAY MAIN MENU
Setiap data yang dibutuhkan selama operasi normal dapat diakses di menu
utama yaitu nilai-nilai pengukuran ini, nilai pengaturan sekarang dan nilai
parameter yang direkam. Data yang akan ditampilkan dalam menu utama secara
berurutan dipanggil untuk ditampilkan dengan cara menekan tombol STEP.
Ketika tombol push STEP ditekan selama sekitar satu detik, layar bergerak maju
dalam urutan tampilan. Ketika push button ditekan selama sekitar 0,5 detik, layar
akan bergerak mundur dalam urutan tampilan.
Dari layar gelap hanya maju gerakan adalah mungkin. Ketika tombol push
STEP didorong terus, layar terus bergerak maju menghentikan untuk sementara
dalam posisi gelap. Kecuali layar dimatikan dengan melangkah ke titik gelap, itu
tetap menyala selama sekitar 5 menit dari saat memencet tombol STEP terakhir
ditekan. Setelah 5 menit time-out dispaly dimatikan.
2.12.8 DISPLAY SUBMENU
Nilai yang kurang penting dan nilai-nilai tidak terlalu sering yang ada akan
ditampilkan dalam submenu. Jumlah submenu bervariasi dengan jenis modul relai
berbeda. Submenu disajikan dalam deskripsi modul relai proteksi yang
bersangkutan. Submenu akan dimasukkan dari menu utama dengan menekan
tombol push PROGRAM selama sekitar satu detik. Ketika push button dilepas,
angka merah layar mulai berkedip, menunjukkan bahwa submenu telah
37
dimasukkan. Pergi dari satu submenu lain atau kembali ke menu utama mengikuti
prinsip yang sama seperti ketika bergerak dari tampilan menu utama yang lain.
layar bergerak maju ketika tombol push STEP ditekan selama satu detik dan
mundur ketika ditekan selama 0,5 detik. Menu utama telah kembali memasuki
saat layar merah akan gelap. Ketika submenu dimasukkan dari menu utama dari
sebuah nilai yang diukur atau ditetapkan ditunjukkan dengan indikator LED,
indikator tetap menyala dan jendela alamat dari layar mulai berkedip. Posisi
submenu diindikasikan oleh sejumlah alamat berkedip merah sendirian di dispaly
tanpa nilai yang ditetapkan menyalakan LED indikator pada panel depan.
2.12.9 Selector switch-groups SGF, SGB and SGR

Bagian dari pengaturan dan pilihan dari karakteristik operasi dari modul
relay di berbagai aplikasi yang dibuat dengan SG_ switchgroups selektor.
switchgroups adalah perangkat lunak berbasis dan dengan demikian tidak secara
fisik dapat ditemukan dalam perangkat keras dari modul relay. Indikator dari
switchgroup menyala jika checksum dari switchgroup ditampilkan pada layar.
Mulai dari checksum yang ditampilkan dan dengan memasukkan pengaturan
modus, switch dapat diatur satu per satu seolah-olah mereka switch fisik yang
nyata. Pada akhir prosedur pengaturan, sebuah checksum untuk switchgroup
seluruh ditampilkan. Checksum dapat digunakan untuk memverifikasi bahwa
switch telah ditetapkan dengan benar. Gambar. 2 menunjukkan contoh dari
perhitungan checksum manual. Ketika checksum dihitung menurut contoh sama
dengan checksum yang ditunjukkan pada layar modul relay, switch di
switchgroup bersangkutan ditetapkan dengan benar.
38
Gambar 2.16 Contoh menghitung checksum dari

pemilih switchgroup SG_ [3]
Fungsi dari switch selektor dari modul proteksi yang berbeda relai dijelaskan
secara rinci dalam manual dari relay yang berbeda modul.
2.12.10 Settings
Sering kali dari nilai awal dan beroperasi ditetapkan melalui layar dan
push button pada panel depan dari modul relay. Pengaturan masing-masing
memiliki indikator terkait yang menyala ketika nilai pengaturan yang
bersangkutan ditampilkan pada layar.
Selain susunan utama dari nilai pengaturan modul jenis yang paling D
relai memungkinkan tumpukan kedua pengaturan. Beralih di antara pengaturan
utama dan pengaturan yang kedua dapat dilakukan dengan tiga cara berbeda:
1) Dengan perintah V150 melalui bus komunikasi serial
2) Dengan kontrol sinyal eksternal BS1, BS2 atau RRES (BS3)
3) Via push-tombol dari modul relay, melihat submenu 4 dari register A.
2.12.11 Setting mode
Secara umum, ketika sejumlah besar pengaturan adalah untuk diubah,
misalnya selama komisioning relay sistem, dianjurkan bahwa relay settings
dimasukkan dengan keyboard dari komputer pribadi disediakan dengan yang
diperlukan perangkat lunak. Bila tidak ada komputer atau perangkat lunak adalah
tersedia atau ketika hanya nilai beberapa pengaturan perlu harus diubah prosedur
yang diuraikan di bawah ini digunakan. Register dari menu utama dan submenu
39
berisi semua parameter yang dapat diatur. pengaturan yang dibuat dalam modus
pengaturan yang disebut, yang dapat diakses dari menu utama atau submenu
dengan menekan push PROGRAM tombol, sampai seluruh tampilan mulai
berkedip. Posisi ini menunjukkan nilai parameter sebelum telah diubah. Dengan
menekan PROGRAM menekan tombol pemrograman sequence bergerak maju
satu langkah. Pertama paling kanan digit mulai berkedip sementara sisa display
yang steady Angka berkedip diatur oleh cara push button STEP. Kursor berkedip
yang pindah dari digit ke digit oleh persing tombol push PROGRAM dan dalam
setiap menghentikan pengaturan dilakukan dengan STEP tersebut menekan
tombol. Setelah nilai parameter memiliki telah ditetapkan, titik desimal
diberlakukan. Pada mengakhiri posisi dengan tampilan keseluruhan berkedip
tercapai lagi dan data siap menjadi disimpan. Sebuah nilai yang ditetapkan dicatat
dalam memori dengan persing STEP tombol push dan PROGRAM secara
bersamaan. Sampai nilai baru telah mencatat kembali dari modus pengaturan akan
tidak berpengaruh pada pengaturan yang dahulu nilai masih akan berlaku.
Selanjutnya setiap upaya untuk membuat pengaturan di luar batas yang diijinkan
untuk parameter tertentu akan menyebabkan nilai baru yang akan didiskualifikasi
dan nilai sebelumnya akan main terjadi saat. Kembali dari mode pengaturan ke
menu
utama
atau
submenu
dimungkinkan
dengan
menekan
menekan tombol PROGRAM sampai hijau digit pada layar berkedip berhenti.
CATATAN! Selama setiap komunikasi manusia-mesin lokal di atas
tombol push dan tampilan pada panel depan fungsi waktu lima menit aktif. Jadi,
jika tidak ada tombol push telah ditekan selama lima menit terakhir, relay kembali
ke keadaan normal secara otomatis. Ini berarti bahwa layar akan gelap, relay
terlepas dari mode tampilan, rutinitas pemrograman atau rutin terjadi, ketika relay
ini tidak tersentuh. Ini adalah cara yang nyaman keluar dari setiap situasi ketika
pengguna tidak tahu harus berbuat apa. Sebelum modul relay dimasukkan ke
dalam hal relay, kita harus memastikan bahwa modul tersebut telah diberikan
pengaturan yang benar. Jika ada namun keraguan tentang pengaturan dari modul
yang akan dimasukkan, nilai pengaturan harus dibaca menggunakan unit relai
cadang atau dengan sirkuit trip relai terputus. Jika ini tidak dapat dilakukan relay
40
dapat sett ke dalam mode non-tripping dengan menekan tombol push PROGRAM
dan powering up modul relai secara bersamaan. Layar akan menampilkan tiga
strip "---" untuk menunjukkan modus non tripping. Komunikasi serial adalah
operasi dan semua utama dan submenues dapat diakses. Dalam mode non-tripping
trippings yang tidak perlu dihindari dan pengaturan dapat diperiksa. Modus
perlindungan normal relay dimasukkan secara otomatis setelah batas waktu lima
menit atau sepuluh detik setelah posisi layar gelap dari menu utama telah
dimasukkan.
Gambar 2.17 Dasar prinsip menu utama dan submenu dari modul relay [3]
41
Tabel 2.2 Contoh cara mensetting relai
No
1
Langkah-langkah
Gambar
Tekan tombol STEP berulang kali sampai RESET
STEP
ke lampu LED pada simnol I> menyala,
kemudian nilai arus start akan tertera di
display
Tekan tombol PROGRAM lebih dari satu

detik kemudian lepas, untuk memasuki sub
menu dari I>. Muncul angka 1 berwarna
merah yang berkedip-kedip. Ini menunjukan
posisi sub menu pertama, dan tiga angka
warna hijau menunjukan nilainya.
Untuk mengubah nilai setelan sub menu
pertama tersebut, tekan tombol PROGRAM
kemnbali selama 5 detik, sampai semua
berkedip
PROGRAM
Tekan tombol PROGRAM selama 1 detik,

untuk mengubah nilai setting paling kanan.
PROGRAM
Nilai tersebut bisa diganti dengan menekan

tombol RESET/STEP sampai ke nilai yang
diinginkan.
PROGRAM
Tekan tombol PROGRAM

mengubah nilai nilai berikutnya.
untuk
PROGRAM
Ubah nilai tersebut ke nilai yang diinginkan,

dengan menekan tombol RESET/STEP
PROGRAM
Tekan tombol PROGRAM kembali, sampai

angka warna hijau paling kiri berkedip.
PROGRAM
PROGRAM
42
Ubah ke nilai yang diinginkan dengan

menekan tombol RESET/STEP
RESET/ STEP
10
Tekan
PROGRAM kembali,
mengedipkan titik maksimal.
PROGRAM
11
Jika perlu, pindahkan titik desimal ke nilai

yang
diinginkan
dengan
menekan
tombolSTEP.
RESET
STEP
12
Tekan tombol PROGRAM untuk membuat

semua angka berkedip. Pada posisi ini, kita
bisa melihat nilai yang baru sebelum di save.
Jika ingin mengubah nilainya, tekan tombol
PROGRAM
PROGRAM
13
Jika nilai yang telah kita masukan benar,

tekan
tombol
RESET/STEP
dan
PROGRAM secara bersamaan. Dengan
cara ini berarti nilai setting pada sub menu
telah di save.
RESET
STEP
untuk
43
14
Apabila tidak ingin memasukkan nilai yang

baru pada salah satu sub menu tersebut, hanya
tinggal menekan tombol PROGRAM
selama 5 detik.
PROGRAM
15
Jika ingin mengubah nilai setelan pada sub

menu kedua dari I>, tekan STEP selama 1
detik, lalu angka 1 warna merah akan
digantikan dengan 2.
RESET
STEP
2.12.12 Karakteristik
Tahap set arus lebih dimulai jika arus pada satu atau beberapa Phasa
melebihi nilai pengaturan. Ketika start, mengeluarkan sinyal awal. Jika situasi
arus lebih berlangsung cukup lama melebihi set waktu beroperasi, unit trip akan
mengindikasikan untuk memutus CB. Pada saat yang sama indikator operasi
menyala dengan cahaya merah. Indikator operasi merah akan tetap menyala
selama gangguan. Indikator direset dengan tombol RESET. Rute Sinyal selalu
diarahkan ke output SS3 dan juga dapat dengan pemrograman akan diarahkan ke
output SS2. Pengaturan awal saat ini kisaran pada set arus lebih adalah 0,5 ... 20 x
In. Waktu beroperasi t >> dari set arus lebih diatur dalam kisaran operasi 0,04 ...
30 s. Unit set arus lebih dilengkapi dengan fitur latching (saklar SGB / 7 atau SGB
/ 8) , yang menjaga output triping tetap energize, meskipun gangguan yang
menyebabkan operasi telah menghilang. Relay output yang mungkin diatur ulang
dalam lima cara yang berbeda:
a) dengan menekan tombol PROGRAM,
b) dengan menekan LANGKAH PROGRAM dan push tombol simultaneously,
dengan remote control melalui bus SPA menggunakan
c) perintah V101 atau
d) perintah V102 dan e lebih lanjut) dengan remote control atas input kontrol
eksternal.
44
Ketika mengatur ulang sesuai dengan a) atau c) tidak ada data yang tersimpan
akan terhapus, tetapi ketika mengatur ulang sesuai b), d) atau e) data yang tercatat
akan terhapus. Nilai pengaturan I >> / In Dalam tahap set arus lebih dapat
diberikan fungsi penggandaan otomatis ketika objek yang dilindungi terhubung ke
jaringan, yaitu dalam situasi awal. Oleh karena itu nilai pengaturan set arus lebih
mungkin lebih rendah daripada arus aliran masuk koneksi. Fungsi penggandaan
otomatis dipilih dengan switch SGF / 2. Situasi mulai didefinisikan sebagai situasi
dimana arus Phasa bangkit dari nilai di bawah 0,12 x I ke nilai melebihi 1,5 x I
dalam waktu kurang dari 60 ms. Situasi mulai berakhir ketika arus jatuh di bawah
1,25 x I set arus lebih dapat ditetapkan operasi dengan menggunakan saklar SGF
/ 1. Ketika unit tinggi set diatur dari operasi layar menampilkan "---" pembacaan,
menunjukkan bahwa nilai operasi tidak terbatas.
2.12.13 Block Diagram
Gambar 2.18 Blok diagram modul proteksi motor SPCJ 4D34 [3]
45
IL1, IL2, IL3
arus Phasa
I0
arus Netral
BS
Eksternal kontrolbloking atau mengatur ulang sinyal
SGF
Pemilih switchgroup SGF
SGB
Pemilih switchgroup SGB
SGR
1 ... 2 Pemilih switchgroups SGR
TS1
Restart menggunakan sinyal
SS1
Memulai atau sebelum alarm sinyal dipilih dengan switchgroup

SGR2
SS2
alarm Sebelum atau sinyal perjalanan 2 dipilih dengan

switchgroup SGR1
SS3
perjalanan sinyal 2 untuk tahap dipilih dengan switchgroup

SGR2
TS2
Tripping sinyal dipilih dengan switchgroup SGR2
AR1, AR2, AR3 Mulai sinyal untuk unit autoreclose eksternal (tidak digunakan
dengan motor!)
TRIP
Merah indikator untuk pemutusan
Note:
Semua sinyal input dan output dari modul tidak perlu kabel ke terminal dari setiap
unit estafet menggunakan modul tertentu. Sinyal-sinyal kabel ke terminal
diperlihatkan dalam diagram yang menggambarkan aliran sinyal antara modul
perlindungan dari unit relay.
46
2.12.14 Setting Relai

Nilai pengaturan ditunjukkan oleh tiga digit paling kanan pada layar.
Indikator dekat dengan simbol nilai pengaturan yang menunjukkan kelompok
pengaturan nilai saat ini ditunjukkan pada layar.
Tabel 2.2 Setting Relai
Setting
Parameter
Setting range
Motor beban penuh arus I sebagai kelipatan

dari relay ratting arus In. Tripping akan
dilakukan jika arus melebihi nilai yang
ditetapkan lebih dari 5% dengan nilai yang
lama.
Maksimum stall waktu yang aman operasi
2.0...120 s
waktu dalam detik pada motor dingin di enam

kali beban penuh I
Pembobotan faktor untuk kurva thermal unit
Sebelum alarm untuk tingkat kelebihan beban
20...100% (50%)
50...100% of trip level
termal mendekati dalam persen dari tingkat trip
Restart mencegah tingkat untuk kondisi

kelebihan beban termal dalam persen dari
tingkat trip
faktor reduksi Pendinginan untuk motor terhenti
1...64 x heating t.c.
dibanding dengan waktu pemanasan konstan
pengaturan Motor start sebagai kelipatan dari
1.0...10.0 x In
relay ratting arus In

Pengaturan start Motor, waktu dalam hitungan
detik *)
I>>
Pengaturan unit set arus lebih sebagai kelipatan
0.3...80 s (2 s)
47
dari relay ratting Pada arus In
0.5...20 x In
t>>
Setting waktu pada arus lebih dalam detik
0.04...30 s
I0
Pengaturan start arus netral untuk unit eart-fault
1.0...100% In
dalam persen dari relay ratting arus In
t0
I
Operasi waktu unit earth-fault dalam detik

Mengatur I untuk perlindungan
ketidakseimbangan beban dalam persen dari
0.05...30 s
10...40% IL
arus Phasa
Mengoperasikan waktu di tingkat awal dalam

hitungan detik, waktu terbalik Mengoperasikan
20...120 s
waktu untuk perlindungan urutan fase yang
I<
t<
tidak sesuai
< 1s
Menjalankan nilai unit undercurrent dalam
30...80% I and off
persen dari motor saat penuh beban

Operasi waktu unit undercurrent dalam detik
2600 s
Time-based start inhibit counter pengaturan
5...500 s
dalam detik*)
Countdown tingkat counter start dalam hitungan
detik per jam
Checksum dari pemilih switchgroups SGF,
SGB,
SGF
SGR1 dan SGR2 ditunjukkan pada layar saat
SGB
indikator berdekatan dengan simbol
SGR
switchgroup di panel depan menyala. incluence

dari posisi switch yang berbeda pada operasi
relay dijelaskan dalam paragraf terpisah.
2...250 s/h
48
2.12.15 Programing Switching

Fungsi tambahan yang dibutuhkan dalam berbagai aplikasi yang dipilih
dengan cara kelompok saklar SGF, SGB, SGR1 dan SGR2 ditunjukkan pada
panel depan. Selanjutnya, pelindung motor modul relai berisi saklar software
kelompok SG4, yang terletak di submenu empat dari register A. penomoran dari
switch, 1 ... 8, dan posisi saklar 0 dan 1 ditunjukkan saat menetapkan
switchgroups. Dalam layanan normal hanya checksum yang akan ditampilkan.
Pemrograman fungsional saklar kelompok SGF
Saklar pemilih dari SGF switchgroup digunakan untuk mendefinisikan fungsifungsi tertentu dari relay dan diidentifikasi sebagai SGF / 1 sampai SGF / 8.
Tabel 2.3 Pemrograman fungsional saklar kelompok SGF
Factory
Fungsi
Switch
Default
SGF/1
High-set overcurrent unit inhibited or in use
User
Weight
Setting
Value
0 = High-set stage inhibited (setting displayed - - )

SGF/2
1 = High-set stage yang digunakan

Mengatur tinggi set tingkat arus lebih dua kali lipat
selama motor start-up
0 = dua kali lipat tidak
SGF/3
1 = dua kali lipat fitur aktif
SGF/4
Earth-Fault trip on overcurrent lebih tinggi tinggi
16
dari kelipatan dipilih dari FLC Motor saat beban

penuh sebagai berikut:
SGF/3 = 0
SGF/4 = 0
no inhibit
SGF/3 =1
inhibit at
four times
FLC
SGF/4 = 1
inhibit at six times FLC
inhibit at
eight times
SGF/5
FLC
Seleksi atau deselection dari ketidakseimbangan
49
perlindungan
0 = tidak digunakan (pengaturan ditampilkan ---)
SGF/6
1 = operatif
32
64
128
Perlindungan Salah urutan Phasa inhibited atau

digunakan
0 = tidak digunakan
SGF/7
1 = operatif
Stall perlindungan berdasarkan pengawasan
tegangan termal Is2 x ts atau fungsi arus lebih waktu
tertentu Is & ts.
0 = arus lebih waktu tertentu;
SGF/8
1 = pemantauan termal tekanan

Seleksi atau deselection perlindungan undercurrent
0 = tidak digunakan (pengaturan ditampilkan ---)
1 = operatif
Checksum untuk setelan pabrik SGF
115
Pemblokiran dan kendali input pemilih switchgroup SGB
Saklar pemilih dari SGB switchgroup digunakan untuk mendefinisikan fungsifungsi tertentu dari input kontrol eksternal dari relay dan diidentifikasi sebagai
SGB / 1 sampai SGB / 8.
Tabel 2.4 Pemblokiran dan kendali input pemilih switchgroup SGB
Switch
SGB /1
Fungsi
Stall informasi untuk relay dari switch kecepatan
Factory
Checksum
setting
value
pada motor (1). Fitur ini terutama digunakan untuk

EXE-jenis drive motor dimana motor tidak harus
terhenti untuk waktu yang melebihi motor start-up.
SGB /2
Restart motor dihambat oleh perintah eksternal (1).

Dapat digunakan untuk mengikat motor restart
50
untuk suatu peralatan otomatisasi eksternal.

SGB /3
Ketika SGB / 3 = 1, fase ketidakseimbangan unit
16
32
64
diblokir oleh sinyal input BS. Pada deblocking, unit

dioperasikan dengan waktu beroperasi normal.
Dapat digunakan misalnya untuk menghambat
operasi selama start-up ketika motor terhubung ke
soft-starter.
SGB /4
Ketika SGB / 4 = 1, unit earth-fault diblokir oleh

sinyal input BS. Pada deblocking, unit dioperasikan
dengan waktu pengoperasian normal. Dapat
digunakan misalnya untuk menghindari gangguan
trippings mungkin selama start-up karena CTs softstarter atau jenuh
SGB/5
Perintah trip eksternal dilakukan untuk relay output

A (1).
Relay pelindung eksternal dapat terhubung ke jalur
trip menggunakan fitur ini.
Perhatikan! Sinyal perjalanan tidak ditangani oleh
modul SPCJ-dan harus diatur menggunakan kontak
pada relay pelindung eksternal.
Relai reset eksternal (1) memungkinkan untuk
memiliki manual Master tombol reset luar relai
Tombol yang sama dapat melayani semua relay di
stasiun. Kemungkinan lain adalah untuk
menghubungkan reset untuk otomatisasi beberapa.
SGB/6
Latching relay output untuk arus pendek, earth-fault

atau menyeimbangkan trip.
SGB/7
Ketika SGB / 7 = 0, sinyal trip kembali ke keadaan

awal, yaitu output relay drop off, ketika sinyal
pengukuran menyebabkan operasi turun di bawah
tingkat awal. Ketika SGB / 7 = 1, sinyal trip tetap
51
menyala, yaitu output relay dioperasikan meskipun

sinyal pengukuran jatuh di bawah tingkat awal.
Kemudian sinyal trip harus diatur ulang dengan
menekan tombol PROGRAM, dengan menekan
PROGRAM RESET dan tombol secara bersamaan
atau dengan remote control melalui bus SPA atau
masukan kontrol eksternal.
SGB/8
Latching (1) relay output untuk apapun, trip
128
indepen den penyebabnya.

Ketika SGB / 8 = 0, sinyal trip kembali ke keadaan
awal, yaitu output relay drop off, ketika sinyal
mengukur menyebabkan operasi turun di bawah
tingkat awal.
Ketika SGB / 8 = 1, sinyal trip tetap menyala, yaitu
keluaran relay energize, meskipun sinyal
pengukuran turun di bawah mulai tingkat. Sinyal
trip harus diatur ulang dengan menekan
PROGRAM tombol push, dengan menekan
PROGRAM dan RESET push-tombol secara
bersamaan atau dengan remote control
bus SPA atau masukan kontrol eksternal.
Checksum untuk setelan pabrik SGB
Kelompok pemrograman saklar Output Relay SGR1 dan SGR2
Saklar pemilih dari switchgroups SGR 1 dan SGR2 digunakan untuk sinyal output
rute yang diinginkan ke relay output yang sesuai. Switch diidentifikasi sebagai
SGR1 / 1 ... SGR1 / 8 dan SGR2/1...SGR2/8.
52
Tabel 2.5 Pemilih switchgroup SGR 1
Switch
1
Fungsi
Ketika SGR1 / 1 = 1, alarm sebelum termal
Factory
Checksum
setting
value
16
32
64
128
dihubungkan dengan SS2

2
Ketika SGR1 / 2 = 1, sinyal trip termal dihubungkan

dengan SS2
Ketika SGR1 / 3 = 1, sinyal dari proteksi stall

Ketika SGR1 / 4 = 1, sinyal untuk-set arus lebih

Ketika SGR1 / 5 = 1, sinyal untuk ketidakseimbangan

arus dihubungkan dengan SS2
Ketika SGR1 / 6 = 1, sinyal untuk earthfault

Ketika SGR1 / 7 = 1, sinyal untuk undercurrent

Ketika SGR1 / 8 = 1, trip Unit earthfault dihubungkan

dengan TS2
Checksum untuk setelan pabrik untuk SGR1 129
129
Tabel 2.6 Selektor switchgroup SGR 2
Switch
1
Fungsi
Ketika SGR2 / 1 = 1, alarm sebelum termal
Factory
Checksum
setting
value

2
Ketika SGR2 / 2 = 1, motor start-up Output informasi

Ketika SGR2 / 3 = 1, start dari unit arus lebih

Ketika SGR2 / 4 = 1, sinyal trip termal dihubungkan

dengan SS3
53
Ketika SGR2 / 5 = 1, sinyal dari proteksi stall
16
32
64
128

6
Ketika SGR2 / 6 = 1, sinyal untuk ketidakseimbangan

arus dihubungkan dengan SS3
Ketika SGR2 / 7 = 1, sinyal untuk earthfault

Ketika SGR2 / 8 = 1, sinyal untuk undercurrent

Checksum untuk setelan pabrik untuk SGR 2 129
250
Perangkat lunak switchgroup SG4 berisi tiga switch pemilih di submenu keempat
register A.
Tabel 2.7 Switchgroup SG4
Switch
1
Fungsi
Switch SG4 / 1 digunakan, ketika Is2 x ts prinsip telah
Factory
Checksum
setting
value
dipilih untuk start-up pengawasan. (SGF / 7 = 1)

Ketika SG4 / 1 = 0, relay menghitung Apakah Is2 x ts
nilai dalam situasi start. Situasi start didefinisikan
sebagai suatu situasi, di mana arus Phasa meningkat
dari nilai kurang dari 0,12 I ke nilai melebihi 1,5 x I
dalam waktu kurang dari 60 ms. Situasi start tersebut
berhenti saat arus Phasa jatuh di bawah 1,25 x I
Untuk lebih dari 100 ms.
Ketika SG4 / 1 = 1, relay mulai menghitung Apakah
nilai Is2 x ts
ketika arus start Apakah terlampaui.
2
Ketika SG4 / 2 = 1, restart memungkinkan pesan TS1

dinonaktifkan.
Ketika SG4 / 3 = 1, sinyal tahap awal Is secara

langsung dialihkan ke output SS1.
Checksum untuk setelan pabrik untuk SGR 2 129
54
Contoh perhitungan checksum

Contoh di bawah menggambarkan bagaimana checksum dari switchgroup SGF
dapat dihitung secara manual:
Ketika checksum dihitung menurut contoh sama dengan checksum yang tertera di
layar dari modul relay, switch ditetapkan dengan benar.
Data Pengukuran
Nilai-nilai diukur ditampilkan oleh tiga digit paling kanan layar. Data saat ini
diukur ditunjukkan dengan indikator LED menyala pada panel depan.
Tabel 2.8 Data Pengukuran
Indikator
Data Pengukuran
IL1
Arus pada Phasa L1 sebagai kelipatan dari nilai Arus nominal
IL2
Arus pada Phasa L2 sebagai kelipatan dari nilai Arus Nominal
IL3
Arus pada Phasa L3 sebagai kelipatan dari nilai Arus Nominal
I0
Arus di netral dinyatakan dalam persen dari nilai Arus

Nominal.
Pencatatan informasi
Setiap saat relay start atau melakukan sebuah, trip nilai arus pada saat
tripping, durasi awal bagi unit yang berbeda dan parameter lainnya disimpan
dalam tumpukan memori dua tempat. Sebuah operasi baru bergerak nilai-nilai
lama ke tempat kedua dan menambahkan nilai baru ke tempat pertama dari
55
tumpukan yang terdiri dari register 1 ... 7. Dua pasang nilai yang hafal jika start
ketiga terjadi, set lama nilai-nilai akan hilang. Sebuah master reset dari relai
menghapus semua isi dari kedua blok register Angka merah paling kiri
menampilkan alamat register dan tiga lainnya digit informasi yang dicatat. Sebuah
simbol / / dalam teks menunjukkan bahwa item berikut ini terletak di submenu.
Tabel 2.9 Pencatatan Informasi 1 s/d 8
Register /
Step
1
Phasa IL1 saat ini diukur sebagai kelipatan dari arus pengenal
unit arus lebih. / / Durasi start dari unit I > dalam persen dari
waktu beroperasi.
unit arus lebih. / / Durasi start dari unit I >> persen dari waktu
beroperasi.
unit arus lebih. / / Durasi start dari unit I < persen dari waktu
beroperasi.
Netral Io diukur sebagai persen dari arus pengenal unit

earthfault. / / Durasi start dari unit I0 dalam persen dari waktu
beroperasi.
Phasa tidak seimbang I dalam persen dari arus Phasa tertinggi.

// durasi starting dari unit I dalam persen waktu trip
Start up thermal Is2 x ts. // Motor start-up menghitung.

Dibersihkan hanya oleh interupsi power supply Tingkat termal
I di akhir proses, diberikan dalam persen dari tingkat trip. / /

Tingkat termal I di awal proses, yang diberikan dalam persen
dari tingkat trip.
Nilai aktual dari kapasitas termal yang digunakan. / / Nilai

aktual dari Phasa ketidakseimbangan.
56
Tabel 2.10 Pencatatan Informasi Register A
Register /
Step
0
Tampilan bloking signal dan sinyal kontrol eksternal.
Digit paling kanan menunjukkan status dari input kontrol eksternal unit.
Status berikut mungkin ditunjukkan:
0 = tidak ada kontrol / memblokir sinyal
1 = kontrol atau memblokir sinyal BS energize
Efek dari sinyal pada unit ditentukan oleh pengaturan switchgroup SGB
Dari Register "0" dimungkinkan untuk beralih ke mode TEST, di mana
alarm dan tripping sinyal dari modul diaktifkan satu per satu dalam
urutan sebagai berikut dan ditunjukkan oleh indikasi pengaturan flashing
LED:
Tripping disebabkan oleh thermal unit
Unit alarm Thermal sebelum dilakukan

Trip dari start-up unit pengawasan dan mulai
sinyal kondisi
Trip dari unit arus lebih
Trip dari unit earthfault
Trip dari unit ketidakseimbangan
Trip dari unit arus bawah

Restart menghambat dari start-up time counter
Posisi LED berdekatan dengan SGF, SGB dan SGR tidak terikat dengan
fungsi tes.
Untuk keterangan lebih lanjut, lihat keterangan "Karakteristik umum Dtipe relay modul SPC".
Kode alamat dari modul relai proteksi, yang dibutuhkan oleh
57
sistem komunikasi serial. / / Data transfer rate dari komunikasi

serial. / / jalur bus monitor yang menunjukkan keadaan operasi
sistem komunikasi serial. Jika modul terhubung ke sistem
termasuk data kontrol komunikator jenis SACO 148D4 dan jika
sistem komunikasi beroperasi, pembacaan counter monitor lalu
lintas bus akan menjadi nol. Jika angka 0 ... 255 terus bergulir di
counter / / Password diperlukan untuk remote control pengaturan.
Password yang diberikan dalam modus pengaturan dari langkah
submenu berikutnya harus selalu dimasukkan melalui komunikasi
serial sebelum pengaturan jarak jauh dapat diubah. / / Checksum
dari switchgroup SG4 Tampilan gelap. Dengan menekan
LANGKAH push-tombol awal urutan tampilan kembali masuk.
Nilai memori di register 1 ... 7 akan terhapus dengan menekan tombol-tombol

RESET dan PROGRAM bersamaan. Register juga terhapus jika pasokan daya
tambahan dari modul terganggu. Kode alamat dari modul relay, transfer data rate
dari komunikasi serial dan password tidak terhapus oleh kegagalan tegangan.
Petunjuk untuk menetapkan alamat dan kecepatan transfer data yang dijelaskan di
bagian "Karakteristik umum dari D modul tipe relai SPC.
BAB III
PERANCANGAN DAN REALISASI
3.1 Definisi Perancangan

Perancangan adalah proses menuangkan ide dan gagasan berdasarkan teoriteori dasar yang mendukung. Proses perancangan dapat dilakukan dengan cara
pemilihan komponen yang akan digunakan, mempelajari karakteristik dan data
fisiknya, membuat rangkaian skematik dengan melihat fungsi-fungsi komponen
yang dipelajari, sehingga dapat dibuat alat yang sesuai dengan spesifikasi yang
diharapkan.
3.2 Tujuan Perancangan

Tujuan dilakukannya perancangan adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan segala sesuatu untuk merealisasikan ide dengan berlandaskan
pada teori yang telah dipelajari.
2. Proses perancangan dilakukan supaya proses realisasi lebih mudah dan
terstruktur, sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan kerugian waktu serta
materil.
3. Agar sistem yang akan dibuat dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan
dan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
3.3 Langkah Perancangan

Dalam proses perancangan diperlukan langkah-langkah perancangan yang
terbagi dalam beberapa bagian, yaitu :
1. Perancangan Fungsional
2. Perancangan Fisik/Konstruksi
3. Perancangan Rangkaian Pengujian
4. Perancangan Kinerja
5. Menentukan Spesifikasi Komponen
58
59
6. Menentukan Urutan Kerja

6. Deskripsi Modul Praktikum
7. Komponen yang digunakan
8. Realisasi Alat
3.3.1 Perancangan Fungsional
Power
Supply
CB
OCR
Beban
Trafo Daya
Gambar 3.1 Perancangan Fungsional Karakteristik Relai Arus Lebih (OCR) tipe ABB SPAM150C
3.3.2 Perancangan Fisik/Konstruksi

S2
S1
S2
S1
S2
S1
SIGNAL 1
1
2
P1
P2
69
5A
P1
P2
80
4
5
SIGNAL 2
68
3 R
7
S
8
81
RESTART
ENABLE
START
PRIOR
ALARM
CBFP
TRIP
T
P1
P2
Led OFF
FUSE
Led ON
IRF
Output
Relay
62
Uaux +
220 V
CB
61
Push ON
Push OFF
A
`
Gambar 3.2 Perancangan Fisik/ konstruksi
60
3.3.3 Perancangan Rangkaian Pengujian
L1
L1
L2
L2
L3
L3
SPS
PLC
Relay
PE
PE
PE
Gambar 3.3 Perancangan rangkaian pengujian Karakteristik Relai Arus Lebih (OCR) tipe ABB
SPAM 150C.
61
CB3
CB 4
Gardu
Distribusi TR
CB7
CB8
r1
r3
r5
z1
z3
SIGNAL 1 SIGNAL 2
CB 2
Gardu Distribusi TM
c1
c2
c3
c4
c5
c6
RESTART START
ENABLE ALARM
N
CBFP
420
400
380
360
340
220
TRIP
IRF
L
KONTAKTOR
220 Vac
Simulator CB-CT
Uaux +
220 V
-
+
-
CB
CB1
R S T
PE
N
Gambar 3.4 Rangkaian Simulasi Hubung Singkat 2 Phasa pada Distribusi Tenaga Listrik
Menggunakan Relai Arus Lebih (OCR) tipe ABB SPAM 150C.
z4
z6
200 100
r6
z2
z5
127/60V
220/127V
r2
r4
62
CB3
CB 4
Gardu
Distribusi TR
CB7
CB8
r1
r3
r5
z1
z3
SIGNAL 1 SIGNAL 2
CB 2
Gardu Distribusi TM
c1
c2
c3
c4
c5
c6
RESTART START
ENABLE ALARM
N
CBFP
420
400
380
360
340
220
TRIP
IRF
L
KONTAKTOR
220 Vac
Simulator CB-CT
Uaux +
220 V
-
+
-
CB
CB1
R S T
PE
N
Gambar 3.5 Rangkaian Simulasi Hubung Singkat 3 Phasa pada Distribusi Tenaga Listrik
Menggunakan Relai Arus Lebih (OCR) tipe ABB SPAM 150C.
z4
z6
200 100
r6
z2
z5
127/60V
220/127V
r2
r4
63
3.3.4 Perancangan Kinerja

Pada perancangan kinerja ini akan dibahas rancangan operasi dari OCR
dalam hal proteksi gangguan hubung singkat.
1. Simulasi kondisi setting pada keadaan normal atau keadaan tidak terjadi
gangguan.
2. Hasil seting teruji pada berbagai kondisi gangguan.
3.3.5 Menentukan Spesifikasi Komponen

Spesifikasi komponen yang ingin dicapai dalam pembuatan Proyek Akhir ini
adalah sebagai berikut :
1. Simulator sumber jaringan 3 phasa
2. Menggunakan CB dengan kemampuan arus yang dilewati 3 Ampere.
3. Amperemeter.
4. Simulator Lampu.
5. Menggunakan relai proteksi arus lebih (OCR) tipe ABB SPAM 150C.
6. Menggunakan simulator beban 2.5 Ampere
7. Sumber tegangan power supply 80 V 265 V AC/DC .
8. Simulator jaringan distribusi tenaga listrik dengan tegangan input yang dipakai.
9. Menggunakan 1 simulator CB dan CT.
10. Menggunakan instrument alat ukur yaitu tang amperemeter dimana
mempunyai fungsi untuk mengukur arus phasa pada jaringan 3 phasa.
64
3.3.6 Menentukan Urutan Kerja

Mulai
Pengajuan
Tidak
Setuju?
Ya
Deskripsi Kerja
Perancangan Modul
Praktikum
Sesuai?
Tidak
Ya
Pengujian
Tidak
Sesuai?
Ya
Selesai
Gambar 3.6 Urutan Kerja Perancangan.
3.3.7 Deskripsi Cara Kerja Modul Praktikum

Proteksi hubung singkat diartikan sebagai nilai suatu setting arus maupun
waktunya ( Low set atau High set ) dalam menanggulangi suatu gangguan.
Dengan adanya proteksi hubung singkat ini, maka jaringan yang terkena
gangguan atau kerusakan pada suatu peralatan, maka gangguan atau kerusakan
tersebut dapat dilokalisir atau di putuskan melalui pengaturan pelepasan CB
sedemikian rupa,
sehingga kestabilan sistem dapat dipertahankan. Adapun
65
proteksi hubung singkat ini, yaitu menggunakan relai arus lebih. Pemilihan relai
arus lebih ini lebih di dasarkan karena pertimbangannya, yaitu dalam
pemanfaatannya relai arus lebih dapat digunakan pada proteksi penyulang
transmisi ataupun distribusi pada sistem jaringan listrik yang ada di Indonesia
yang berfungsi sebagai pengaman gangguan hubung singkat antar fasa dan
gangguan hubung singkat fasa ke tanah di jaringan.
3.3.8 Komponen yang digunakan

1). Proteksi arus lebih (OCR) tipe ABB SPAM 150 C
OCR/GFR
ABB SPAM 150 C
1
2
3
80
81
68
4
5
6
69
5A
77
7
8
9
78
10
25
26
27
11
74
73
65
66
62
70
CB
71
72
61
Gambar 3.7 Proteksi arus lebih (OCR) tipe ABB SPAM 150 C [3]
Spesifikasi :
OCR Tipe ABB SPAM 150 C

CT
= Rasio 1 : 1
Suplai AC/DC = 80 V 265 V

I>
= I Time delay
I >>
= I Instantaneous
= Time
66
4). Simulator Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
Gambar 3.9 Simulator Jaringan Distribusi Tenaga Listrik.
Gambar 3.8 Simulator Jaringan Distribusi Tenaga Listrik.
5). Simulator CB dan CT
Gambar 3.9 Simulator CB-CT.
CB :
- Type NC
- Batas Kemampuan 3 Amp
CT :
- Merk MCO
- Primary 50 Amp
- Secondary 5 Amp
- Lilitan menggunakan NYAF ;
11 lilitan menjadi rasio 1 : 1
67
6) Pemilihan Simulator Beban
Gambar 3.10 Simulator Beban.

7)
Simulator Jaringan Distribusi
Gambar 3.11 Simulator Jaringan Distribusi
BAB IV
HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA
4.1 Karakteristik OCR Tipe ABB SPAM 150 C

4.1.1
Tujuan
1. Melaksanakan praktikum pengujian karakteristik relai OCR ABB tipe

ABB SPAM 150 C.
2. Mengetahui cara setting relai OCR ABB tipe SPAM 150 C.
3. Mengetahui cara membuat kurva karakteristik relai.
4. Mampu menganalisa hasil pengujian yang dibandingkan dengan hasil
perhitungan
4.2 Peralatan Yang Digunakan

1. Simulator jaringan sumber 3 phasa.
2. Simulator CB CT.
3. Relai OCR ABB tipe SPAM 150 C.
4. Simulator beban
5. Ampere meter
6. Stopwatch.
7. Kabel penghubung secukupnya.
68
69
4.3 Gambar Rangkaian Pengujian
OCR/ GFR
ABB SPAM150 C
1
2
3
81
68
4
5
6
80
69
5A
77
7
8
9
78
10
25
26
27
11
74
73
65
66
62
+
CB
-
61
L1
L1
L2
L2
L3
L3
SPS
PLC
Relay
PE
PE
PE
Gambar 4.1 Rangkaian Pengujian Karakteristik OCR ABB Tipe SPAM 150 C.
4.4 Langkah Percobaan

1. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Rangkai peralatan sesuai dengan gambar rangkaian pengujian.
3. Pastikan peralatan dan wiring terpasang dengan benar.
4. Periksa dan uji simulator jaringan sumber 3 Phasa, simulator CB,
simulator lampu, simulator beban dan relai OCR ABB Tipe SPAM 150 C.
5. Pengujian simulator peralatan harus pada kondisi ON dan pastikan lampu
indikator pada masing-masing peralatan simulator menyala.
6. Cek simulator beban, atur pada kondisi beban maksimum 100%.
7. ON-kan simulator CB dan atur simulator beban. Lakukan pengujian untuk
Iuji dari 1,01;1,2;1,4;1,6;1,8 dengan melihat indikator amperemeter pada
modul dan pada amperemeter luar modul OCR tipe ABB SPAM 150 C.
8. Setelah menetapkan nilai Iuji-nya, OFF-kan simulator CB.
70
71
72
70
9. Atur dan setting relai OCR ABB tipe ABB SPAM 150 C dengan :
Iset = 1 A.
10. Lakukan pengujian untuk variable waktu pemutusan OCR (pada poin 7)
dimulai dengan t 1;2;3 menggunakan stopwatch.
11. Lakukan pengukuran waktu pemutusan OCR, caranya tekan tombol ON
pada simulator CB dan stopwatch secara bersamaan. Tekan lagi stopwatch
secara bersamaan ketika simulator CB berada pada posisi OFF, sehingga
akan diperoleh nilai waktu pemutusannya.
12. Catat hasil pengujian pada tabel.
13. Catat hasil perhitungan dan susun pada tabel hasil perhitungan untuk
dibandingkan nilainya. Lalu buat kurva perbandingan untuk hasil uji
pengukuran dan perhitungan.
4.5 Data Pengujian Karakteristik dan Kurva Perhitungan

Berikut Data Pengujian Karakteristik dan Kurva Perhitungan modul
praktikum OCR ABB tipe SPAM 150 C.
Tabel 4.1 Tabel Karakteristik Definite OCR dengan t = 1
NO
1
2
3
4
5
JENIS
KURVA
Definite
Definite
Definite
Definite
Definite
t (detik)
Iset (A)
Iuji (A)
t hitung
t ukur
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1,01
1,20
1,40
1,60
1,80
1,01
1,20
1,40
1,60
1,80
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,10
1,15
1,10
1,10
1,12
NO
1
2
3
4
5
JENIS
KURVA
Definite
Definite
Definite
Definite
Definite
t (detik)
Iset (A)
Iuji (A)
t hitung
t ukur
3
3
3
3
3
1
1
1
1
1
1,01
1,20
1,40
1,60
1,80
1,01
1,20
1,40
1,60
1,80
3,00
3,00
3,00
3,00
3,00
3,24
3,19
3,19
3,10
3,09
71
t (detik)
Iset (A)
Iuji (A)
t hitung
t ukur
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1,01
1,20
1,40
1,60
1,80
1,01
1,20
1,40
1,60
1,80
2,00
2,00
2,00
2,00
2,00
2,10
2,16
2,07
2,11
2,10
5,00
4,50
4,00
3,50
Waktu ( detik )
1
2
3
4
5
3,00
2,50
T ukur = 1 detik
2,00
T hitung = 1 detik
1,50
1,00
0,50
0,00
1,01
1,20
1,40
1,60
1,80
I (A)
Gambar 4.2 Kurva Karakteristik Definite OCR t = 1 detik
5,00
4,50
4,00
Waktu ( detik )
NO
JENIS
KURVA
Definite
Definite
Definite
Definite
Definite
3,50
3,00
T ukur 2 detik
2,50
T hitung 2 detik
2,00
1,50
1,00
1,01
1,20
1,40
1,60
1,80
I(A)
72
5,00
4,50
Waktu ( detik )
4,00
3,50
3,00
T ukur 3 detik
2,50
T hitung 3 detik
2,00
1,50
1,00
1,01
1,20
1,40
1,60
1,80
I(A)
4.6 Analisa Pengujian

Berdasarkan hasil pengujian dan data-data dari hasil pengujian yang
menunjukkan bahwa karakteristik relai ini adalah karakteristik relai arus lebih
karakteristik waktu tertentu (definite time)
4.6.1 Prosedur Setting Waktu :
Menggunakan low set dan high set untuk relai OCR ABB tipe ABB
SPAM 150 C memiliki range antara 0.3...80 untuk definite dan 0.04...30
untuk instantaneous.
Cara mensettingnya :
waktu disetting sesuai dengan persamaan karakteristik yang ada sebagai
contoh standard definite
Misalkan waktu bekerja relai berkoordinasi dengan CB untuk memutuskan
jaringan dengan t = 1 maka setalah terjadi gangguan melebihi Iset nya, 1
detik kemudian relai berkordinasi ke CB untuk segera memutuskan
jaringan, sesuai prinsip karakteristik definite (waktu independen) yang
akan memutus rangkaian tidak bergantung besar atau kecil nya suatu arus
gangguannya.
t 1;2;3 menunjukkan bahwa karakteristik pengukuran dan perhitungan
sesuai.
73
4.6.2 Hasil Pengujian

Untuk hasil pengujian, diambil salah satu sample yaitu, pada saat t = 1.
Tabel 4.4 Perbandingan waktu pemutusan pada t = 1
NO
t (detik)
Iuji (A)
I = Iuji/Iset
t hitung
t ukur
Selisih
Error %
1
2
3
4
5
1
1
1
1
1
1,01
1,20
1,40
1,60
1,80
1,01
1,20
1,40
1,60
1,80
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,10
1,15
1,10
1,10
1,12
0,1
0,15
0,1
0,1
0,12
0,09
0,13
0,09
0,09
0,1
Dilihat pada tabel 4.4 nilai waktu pemutusan kerja relai pada pengukuran dan
perbandingan memiliki beda selisih dan % error yang mendekati, ini
menandakan keakuratan pada relai itu sendiri.
4.7 Proteksi Hubung Singkat pada Distribusi Tenaga Listrik Menggunakan

OCR tipe ABB SPAM 150 C
4.7.1 Tujuan
Melakukan instalasi rangkaian proteksi hubung singkat dengan
mengggunakan relai arus lebih pada jaringan distribusi tenaga listrik,
simulasi settting dan simulasi gangguan hubung singkat.
4.7.2 Prosedur Setting

1. Mengukur In pada penyulang di Phasa R, S dan T
2. Melakukan simulasi pengujian gangguan hubung singkat 2 phasa dan 3
phasa.
3. Untuk setting arus jenis definite (low set) digunakan persamaan sebagai
berikut :
Ks
(1). Iset = Kd x In.(1)

(2). Iset = 0,8 x I HS 2 .......(2)
Iset diambil dari nilai terkecil persamaan (1) dan (2).
74
1. Untuk setting arus untuk jenis instantaneous (high set) digunakan

persamaan sebagai berikut :
(1) . I hs2 min I set1 I hs3 min
(2) . Iset < Ikemampuan kabel
Kabel menggunakan NYAF 1,5 m maksimal kemampuan 15 Ampere.
Iset diambil dari nilai terkecil persamaan (1) dan persamaan (2).
4.7.3 Peralatan Yang Digunakan

2. Simulator CB-CT.
3. Simulator Jaringan Distribusi Tenaga Listrik.
4. Lampu penerangan 3 x 100 watt.
75
4.7.4
Gambar Rangkaian Simulasi

CB3
CB 4
Gardu
Distribusi TR
CB7
CB8
r1
r3
r5
z1
z3
SIGNAL 1 SIGNAL 2
CB 2
127/60V
220/127V
Gardu Distribusi TM
RESTART START
ENABLE ALARM
200 100
N
CBFP
420
400
380
360
340
220
TRIP
IRF
L
KONTAKTOR
220 Vac
Simulator CB-CT
Uaux +
220 V
-
+
-
CB
CB1
R S T
PE
N
Gambar 4.5 Rangkaian Simulasi Hubung Singkat 2 Phasa.
r2
r4
r6
z2
z4
z5
z6
c1
c2
c3
c4
c5
c6
76
CB3
CB 4
Gardu
Distribusi TR
CB7
CB8
r1
r3
r5
z1
z3
SIGNAL 1 SIGNAL 2
CB 2
127/60V
220/127V
Gardu Distribusi TM
RESTART START
ENABLE ALARM
200 100
N
CBFP
420
400
380
360
340
220
TRIP
IRF
L
KONTAKTOR
220 Vac
Simulator CB-CT
Uaux +
220 V
-
+
-
CB
CB1
R S T
PE
N
Gambar 4.6 Rangkaian Simulasi Hubung Singkat 3 Phasa.
r2
r4
r6
z2
z4
z5
z6
c1
c2
c3
c4
c5
c6
77
4.7.5
Langkah Percobaan

2. On-kan power supply AC.
3. Hubungkan power supply AC ke terminal masukan sumber AC 220v
pada OCR ABB tipe SPAM 150 C.
4. Jika lampu indikator menyala relai dalam kondisi ON dan siap untuk
diuji.
5. Matikan kembali sumber AC.
6. Rangkai dan wiring komponen sesuai dengan gambar rangkaian
pengujian.
a. Sambungkan kabel dari input phasa R, S, dan T ke tap 380
(dirangkai bintang).
b. Dan untuk keluarannya, disambung YY ke tanah (dengan nilai
pentanahan 100 ohm).
c. Output dan input kabel dari CB pada simulator distribusi tenaga
listrik disambungkan ke simulator CB-CT, sesuai dengan phasanya
masing-masing (misalkan untuk phasa R ke phasa R, untuk phasa S
ke phasa S, dan untuk phasa T ke phasa T).
d. Untuk CT pada phasa R disambung ke terminal 1 dan 3, phasa S
disambung ke terminal 4 dan 6, dan phasa T disambung ke
terminal 7 dan 9 (terminal 1,3,4,6,7,9 terletak pada relai OCR ABB
SPAM 150 C).
7. Lihat indikator arus nominal pada penyulang 1 di relai OCR ABB
SPAM 150 C.
8. Lakukan hubung singkat 2 phasa dan 3 phasa pada penyulang 1 dalam
kondisi tidak terproteksi normal (relai off).
9. Lakukan perhitungan untuk mensetting I>, I>>, dan t berdasarkan arus
nominal dan arus hubung singkat yang didapat.
10. Ukur dan catat besar arus gangguan hubung singkatnya.
11. Setelah didapat data hubung singkat, matikan power supply AC ke
modul praktikum simulasi distribusi.
78
Dari hasil pengujian dengan beban 3 buah lampu pijar 100 watt pada
penyulang 1, didapatkan hasil sebagai berikut :
a)
Besar I nominal beban masing masing phasa saat kondisi normal
adalah :
Phasa R = 0,24 A
Phasa S = 0,24 A
Phasa T = 0,23 A
b)
Besar I hubung singkat setelah diuji adalah :
1. I hubung singkat 3 phasa yang dapat dicapai adalah sebesar :

R = 4,3 A
S = 4,3 A
T = 4,3 A
2. I hubung singkat 2 phasa yang dapat dicapai adalah sebesar:
S=4A
T=4A
Tabel 4.2 Besar Arus Gangguan
Phasa
Arus Beban
Ihs 3 phasa
Ihs 2 phasa
Nominal
(In)
R
0,24 A
4,3 A
0,24 A
4,3 A
4A
0,23 A
4,3 A
4A
79
4.7.6
Setting Arus pada OCR jenis definite (Low-Set)[8]

Untuk mensetting OCR jenis definite pada low set diperlukan suatu
perbandingan persamaan dan diambil nilai terkecil dari hasil perbandingan

tersebut. Persamaannya sebagai berikut :
(1) Iset =
kS
x In(1)
kD
(2) Iset = 0,8 x I H 2 (2)

k S = 1,1
k D > 80 %
In = Arus beban nominal

(1) Iset =
1,1
x0,24 0,27
0,95
(2) Iset = 0,8 x 4 A = 3,2 A

0,27 < 3,2
Iset = 1 A
Karena kemampuan relai OCR ABB tipe SPAM 150 C bekerja minimum
adalah 1 , maka Iset = 1 A.
4.7.7
Setting t [8]
Relai ABB SPAM 150C mempunyai rating waktu (detik) dari 0,3 s/d 80
detik maka jika t diinginkan 0,4 detik bisa terpenuhi.
4.7.8
Setting OCR jenis instantaneous (High-Set)[8]

I HS2 MIN < ISET1<IHS3 MIN
ISET2<I kemampuan kabel
80
(1) I HS2
=4A
(2) I HS 3
= 4,3 A
Iset diambil dari nilai tengah hasil pengukuran (1) dan pengukuran (2).
Iset = 4,1 A
4,1
=
= 4,1
Seting = 4,1
4.7.9
Analisa Pengujian
Maka hasil pengujian gangguan hubung singkat yang diproteksi oleh relai
arus lebih setelah melakukan penyetingan yaitu:
Tabel 4.5 Besar Arus Gangguan

I>
t
Item Uji
Ihs
I >>
2 phasa
I>
0,4
3 phasa
4,3
0,4
I >>
Arus gangguan 1 A sampai 4 A relai yang beroperasi adalah low-set

relay.
Arus gangguan 4 A sampai 4,3 A relai yang beroperasi adalah high-set

relay OCR.
Untuk gangguan 2 phasa low-set bekerja dan 3 phasa high-set relai yang
akan bekerja.
Pada pengujian hubung singkat 2 phasa dan 3 phasa.

Gangguan hubung singkat 2 phasa low-set bekerja dan 3 phasa high-set
relai yang akan bekerja pada penyulang 1, ditandai dengan CB bekerja,
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil uraian dan pengujian proyek akhir ini dapat diambil beberapa
kesimpulan, yaitu :
1. Rancang bangun modul praktikum relai OCR tipe ABB SPAM 150 C, dapat
dibuat dan di setting pada switchgroup seperti SGF, SGB dan SGR dimana
switchgroup tersebut akan menentukan output, fungsi dan blocking pada relay
ABB SPAM 150 C, setelah itu baru bisa mengatur nilai Arus dan Waktu.
2. Dalam pengujian karakteristik OCR ABB tipe ABB SPAM , terdapat
Karakteristik relai arus lebih yang mempunyai elemen pengukur waktu yang
independent, yaitu tidak tergantung kepada besarnya arus gangguan yang
dideteksi. Jadi waktu kerjanya selalu tetap (konstan), untuk setiap arus
gangguan yang berbeda. Hasil pengujian karakteristik definite pada sample t =
1 masih cukup akurat, hasil perbandingan dan pengukuran % errornya adalah
rata-rata 0,1%.
3. Terdapat 3 settingan yang harus dilakukan dalam penyetingan relai arus lebih
yaitu definite, instantaneous dan t (waktu). Dimana dalam karakteristik ini

terdapat time delay (low set) akan bekera bila terjadi hubung singkat 2 phasa
dan instantaneous (high set) yang akan bekerja bila terjadi gangguan hubung
singkat 3 phasa
81
82
5.2 Saran
Berikut ini adalah saran-saran untuk pengembangan sistem lebih lanjut:
1. Jika memungkinkan hendaknya ada alat uji atau alat ukur yang akurat, yang
mampu mencatat waktu kerja relai bahkan di saat uji instant sekalipun untuk
mempermudah analisa karakteristik perubahan waktu kerja relai.
2. Memaksimalkan fungsi utama dari ABB SPAM 150C yaitu sebagai pengaman
motor.
SPAM 150 C
Motor protection relay
Users manual and Technical description
3I >>
3
(I )
I n = 1A 5A (I o )
I n = 1A 5A
f n = 50Hz
L1
L2
L3
I
I o IRF
60Hz
SPAM 150 C
80...265V
~
18...80V
NO
NC
I /I n
t 6x [ s]
p [ %]
a [ %]
i [ %]
kc
I s /I n
t s [ s]
U aux
SPCJ 4D34
REGISTERS
1
2
3
4
5
6
7
8
9
/I n
I L2 / I n
I L3 / I n
I
L1
I o [ % I n]
[ %I L ]
I t [ %I s 2 t s ]
m [ % ]
[ %]
t i [ min ]
I
OPER.IND.
I >> / I n
t >> [ s]
1
2
3
4
5
6
7
8
9
I o [%I n]
t o [ s]
> a
> t
i + t si + EINH
I [% I L ]
t [ s]
I < [% I ]
t < [ s]
I >>
t si [ s]
t s [ s/h ]
RESET
STEP
PROGRAM
SGF
Io
I<
SGB
EXT.TRIP
SGR 1
SGR 2
RS 641
Ser.No.
956
955D
TRIP
SPCJ 4D34
1MRS 750637-MUM EN
Issued 1997-03-05
Modified 2002-04-24
Version B (replaces 34 SPAM 8 EN1)
Checked MK
Approved OL
SPAM 150 C
Motor protection relay
Data subject to change without notice
Contents
Characteristics ................................................................................................................ 2
Area of application .......................................................................................................... 3
Short description of operation ........................................................................................ 3
Connection diagram ....................................................................................................... 4
Connections ................................................................................................................... 6
Control signals between the modules .............................................................................. 7
Abbreviations of signal names ......................................................................................... 7
Operation indicators ....................................................................................................... 8
Power supply and output relay module ........................................................................... 9
Technical data (modified 2002-04) ............................................................................... 10
Maintenance and repair ................................................................................................ 13
Spare parts .................................................................................................................... 13
Ordering numbers ........................................................................................................ 13
Dimensions and instructions for mounting .................................................................. 14
Information required with order ................................................................................... 14
The complete users manual includes the following separate manuals:
Motor protection relay, general description
General characteristics of D type relay modules
Motor protection relay module type SPCJ 4D34
Characteristics
Versatile multifunction relay for the protection

of circuit breaker or contactor controlled a.c.
motors
Flexible single, two or three phase protection
relay for feeders etc.
Thermal overload protection, monitoring all
three phases, the thermal replica is adjustable
both for protected objects with or protected
objects without hot-spots
High-set overcurrent protection operating instantaneously or with definite time characteristic
Phase unbalance & single-phasing protection
with inverse time characteristic
Fast operating incorrect phase sequence protection
Sensitive definite time or instantaneous earthfault protection with tripping or only signalling
function
1MRS 750637-MUM EN
1MRS 750066-MUM EN
1MRS 750476-MUM EN
Undercurrent protection with wide start current and operate time setting ranges
Start-up supervision with Is2 x ts-characteristic,
with a low-set overcurrent unit or as a start-up
time counter. The start-up supervision can also
cooperate with a speed switch on the motor
shaft of an ExE-type motor
Continuous self-supervision of hardware and
software
Current range handled meets the requirements
for ExE motor drives of Zone 1
Two versions; one with a normally open trip
contact for circuit-breaker controlled drives and
another with a normally closed trip contact for
contactor controlled drives
Fibre-optic serial communication over the SPA
bus provides access to any relay data
Powerful support software for parametrization
of the relay and for recording of measured and
recorded values, events, etc.
Area of
application
Short description
of operation
The microprocessor based motor protection

relay SPAM 150 C is an integrated design
current measuring multifunction relay for the
complete protection of a.c. motors. The main
area of application covers large or medium-sized
three-phase motors in all types of conventional
contactor or circuit breaker controlled motor
drives. The motor protection relay is available in
two versions, one with a making trip contact and

the other with a breaking trip contact.
The combined multifunction motor protection

relay is a secondary relay device which is connected to the current transformers of the protected motor drive. The three phase currents
and the neutral current of the protected device
are continuously measured and on the basis of
this measurement, the thermal condition of the
motor is calculated and the faults of the network
are detected. In fault situations the protective
units of the relay provide alarm or trip the
circuit-breaker.
for the blocking of co-operating protective relays located upstreams, for connection to annunciator units etc.
By appropriate programming of the output relay matrix, various starting, prior alarm or restart inhibit signals are received as contact
functions. This contact information is used e.g.
The relay can also be used in other applications

requiring a single-, two- or three-phase overcurrent and/or overload protection and nondirectional earth-fault protection.
The motor protection relay contains one external logic control input, which is activated by a
control signal on the auxiliary voltage level. The
influence of the control input on the relay is
determined by programming switches of the
measuring module. The control input can be
used either for blocking one or more of the
protective stages, for carrying out an external
trip order, for inhibiting a restart attempt or for
resetting a latched output relay in the manual
reset mode.
IL1
IL2
THREE-PHASE THERMAL
OVERLOAD PROTECTION
49
STALL PROTECTION WITH

SPEED SWITCH INPUT FOR
DRIVES WHERE ts > te
14
THERMAL STRESS SUPERVISION

ALT. THREE-PHASE DEFINITE TIME
OVERCURRENT PROTECTION
48
51
THREE-PHASE HIGH-SET
DEFINITE TIME OVERCURRENT
PROTECTION
50
TRIP
SIGNAL 1
PRIOR ALARM
OR SIGNAL 2
IL3
LOW-SET DEFINITE TIME
EARTH-FAULT PROTECTION
INCORRECT PHASE SEQUENCE

AND PHASE INVERSE TIME
UNBALANCE PROTECTION
51N
START
46
RESTART
ENABLE
Io
DEFINITE TIME UNDERCURRENT PROTECTION
37
IRF SELF-SUPERV.
CONTROL
INPUT BS
CUMULATIVE START-UP
COUNTER AND RESTART
INHIBIT FUNCTION
SERIAL PORT
SERIAL COMMUNICATION PORT
Fig. 1. Protective functions of the motor protection relay type SPAM 150 C.
The encircled numbers refer to the ANSI-numbering of protective functions.
3
Connection
diagram
U3
63
5A
1A
5A
1A
62 61
L1
L2
L3
SIGNAL 1
PRIOR ALARM
SIGNAL 2
U aux
START
PRIOR ALARM
- (~)
+ (~)
IRF
68 69
TRIP
65 66
80 81
77 78
+
74 75
+
RESTART
ENABLE
+
SS3
70 71 72
+
TS2
SS2
SGB/7
SGB/8
LATCHING
U1
TRIP
SS1
TS1
SGR2/4
SGR2/5
SGR2/6
SGR2/7
SGR2/8
~
+ SPTU _ R2
IRF
> i
> a
> t
I s2 x t s
START
Is >
SGR1/1
SGR1/2
SGR1/3
SGR1/4
SGR1/5
SGR1/6
SGR1/7
CONTROL
INPUT
10
U2
STALL
ts >
RESTART RESTART
INHIBIT
INHIBIT
I>>
I
Io>
I<
EXTERNAL TRIP
RELAY RESET I/O
SG4/2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 25 26 27 11
SPTE 4E3
SGB/1
SGB/2
SGB/3
SGB/4
SGB/5
SGB/6
SPA-ZC_
Rx
Tx
SERIAL
PORT
SPCJ 4D34
5A
1A
SPAM 150 C
SGR1/8
SGR2/1
SGR2/2
SGR2/3
SG4/3
5A
1A
Fig. 2. Connection diagram of the motor protection relay SPAM 150 C. The version shown is the
one with the normally open trip contact, i.e. with an auxiliary supply and output relay module type
SPTU 240R2 or SPTU 48R2.
U3
SPA-ZC
SERIAL PORT
Rx, Tx
Serial Port
STALL
RESTART INHIBIT
LATCHING
Auxiliary voltage
Output relays
Self-supervision
Switchgroup for the configuration of the blocking or control signal
Trip output relay, output 65-66
Signal on tripping
Prewarning for a beginning overload condition
Start information from the motor
Starting of motor inhibited in fault conditions
Motor protection module SPCJ 4D34
Power supply and output relay module SPTU 240 R2 or SPTU 48 R2
with a normally open trip contact, SPTU 240 R3 or SPTU 48 R3 with
a normally closed trip contact
Input module SPTE 4E3
Bus connection module
Serial communication port
Receiver bus terminal (Rx) and the transmitter bus terminal (Tx) of
the bus connection module
External stall control input
External restart inhibit control signal
Latching function of the trip relay
SPA
Uaux
A, B, C, D, E, F
IRF
SGB
TRIP
SIGNAL
PRIOR ALARM
START
RESTART ENABLE
U1
U2
61
62
69
63
77
65
66
74
75
70
71
68
78
80
Made in Finland
81
25 72
26 10
27 11
Fig. 3. Rear view of relay SPAM 150 C.
Connections
The three phase currents are connected to terminals 1-2, 4-5 and 7-8, when the rated current
of the secondary circuits is In = 5 A. When using
current transformers with a rated current of 1 A,
terminals 1-3, 4-6 and 7-9 are used. The thermal overload protection may also be used in
single-phase or two-phase applications, in this
case inputs not used may be left unconnected.
To get a proper operation of the unbalance and
incorrect phase sequence protection in a twophase application, the two phase currents should
be summed in the third phase current input. In
single-phase applications, wiring the phase current through two or three current inputs in series
may slightly increase the operating speed of the
relay and stabilize operation of the thermal unit.
The neutral current of the earth-fault protection
is connected to terminals 25-26 when the rated
current is 5 A and to terminals 25-27 when the
rated current is 1 A.
The control input 10-11 can be used in five
different ways:
- as the control input controlled by a motor
speed switch in Ex-type applications
- as the control input of an external blocking
signal for blocking the operation of the unbalance or earth-fault protection units
- as the control input for an external trip signal
- as the control input for unlatching the trip relay
- as the control input for the restart enable relay.
The designed function is selected by means of
switches 1...8 of switchgroup SGB in the main
menu of the protection relay module.
The auxiliary supply voltage of the relay is
connected to the terminals 61-62. At d.c. auxiliary supply voltage the positive lead is connected
to terminal 61. The accepted input voltage
range is determined by the type of power supply
and output relay module inserted in the relay
case. For further details see the description of the
power supply module. The accepted auxiliary
voltage range of the relay is indicated on the
front panel.
Output relay A provides the CB tripping commands when the operate time of a protective
unit has elapsed. The earth-fault unit can be
made non-tripping, i.e. only signalling, with
switch 8 of switchgroup SGR1. On delivery from
factory all protective units are selected to perform tripping. A latching function of the output
relay A can be selected by means of switches
SGB/7 and SGB/8. Switch SGB/7 gives a latching function after a short-circuit, an earth-fault
or an unbalance tripping. Switch SGB/8 pro-
vides a latching function after any trip operation. After having latched the output relay must
be manually reset or reset by remote control.
The trip alarm signals from the relay module are
obtained via output relays B and C. The signals
to be routed to these relays are selected with
switches1...7 of switchgroup SGR1 and switches
4...8 of switchgroup SGR2 of the relay module.
Normally the output relays B and C are given
such a configuration that a thermal prior alarm
is obtained over relay C and the trip signals of
the protection units are linked to output relay B
to form an auxiliary trip signal. This is also the
default setting of the relay on delivery from the
factory.
The signals to be routed to the output relay D
are selected with switches 1, 2 and 3 of software
switchgroup SGR2 in the main menu of the
relay module. Switch SGR2/1 routes the thermal prior alarm, switch SGR2/2 routes the
startup information for the motor and switch
SGR2/3 routes the start signal of the high-set
overcurrent stage to output relay D.
Output relay E, terminals 74-75, is a heavy duty
output relay capable of controlling a circuit
breaker, as the main trip relay A. Relay E is used
for controlling the restart of the motor. If the
thermal capacity used exceeds the set restart
inhibit level of the thermal unit, if the allowed
maximum cumulative start-up count is exceeded
or if the external restart inhibit signal is active
the output relay E prevents a motor restart
attempt. This also applies to a condition where
the protective relay is out of auxiliary voltage or
the relay is faulty.
Output relay F, terminals 70-71-72, operates as
the output relay of the integrated self-supervision system. The relay operates on the closedcircuit principle, thus under normal service conditions the contact gap 70-72 is closed. If a fault
is detected by the self-supervision system, or if
the auxiliary supply fails, the output relay drops
off, providing an alarm signal by closing the NO
contact 71-72.
The relay is connected to the SPA data bus by
means of bus connection module type SPA-ZC
17 or SPA-ZC21. The bus connection module
is connected to the D type connector marked
SERIAL PORT on the rear panel of the relay.
The fibre-optic cables are connected to the
connectors Tx and Rx of the bus connection
module. The communication mode selector
switches on the bus connection module are set
in position "SPA".
Control signals
between the
modules
The figure below schematically illustrates how

the starting, tripping, control and blocking sig-
nals can be programmed to obtain the required

function of the protection relay.
SGR2 / 2
I ,t 6x
START
IL1
IL2
> t
> a
> i
RESTART RESTART INH.
ts
INH.
IL3
SGR1 / 2
SGR2 / 4
SGB / 1
I>, Is
t>, ts
SG4 / 2
TS1
1
SGB / 7
SG4 / 3
SGB / 2
IRF
SGR2 / 1
SGR1 / 1
SGR1 / 3
SGR2 / 5
I>>
t>>
RESTART
ENABLE
RESET+
PROGRAM
SS1
SGR2 / 3
SGR1 / 4
STALL
IRF
START /
PRIOR ALARM
(AR2)
BS
SGR1 / 5
SS2
SGR2 / 6
PRIOR ALARM /
SIGNAL 2
(AR3)
SGB / 3
t<
I<
SGR1 / 7
SGR2 / 8
SS3
Io>
to>, ko
Io
SGR1 / 6
SGR2 / 7
SGR1 / 8
TS2
SGB / 4
(AR1)
RESET+
PROGRAM
SGB / 8
SIGNAL1
TRIP
TRIP
RESET
SGB / 5
SGB / 6
EXTERNAL TRIP
RELAY RESET
INTERNAL SIGNAL DIAGRAM
SPCJ 4D34
SPTU ___R2
Fig. 4. Control signals between the modules of the motor protection relay SPAM 150 C.
The functions of the blocking and starting signals are selected with the switches of switchgroups
SGF, SGB and SGR. The checksums of the
switchgroups are found in the setting menu of
Abbreviations of
signal names
IL1, IL2, IL3

I0
BS
SS1
SS2
SS3
TS1
TS2
AR1...3
IRF
SGF
SGB
SGR1...2
the measuring relay module. The functions of

the different switches are explained in the users
manual of the measuring module SPCJ 4D34.
Phase currents
Neutral current
Blocking or control Signal
Start Signal 1
Start Signal 2
Start Signal 3
Trip Signal 1
Trip Signal 2
Auto-Reclose start signals (not in use in SPAM 150 C)
Internal Relay Fault signal
Switch Group for Functions
Switch Group for Blockings
Switch Groups for Relay configuration
Operation
indicators
3I >>
3
(I )
I n = 1A 5A (I o )
I n = 1A 5A
f n = 50Hz
L1
L2
L3
I
I o IRF
60Hz
SPAM 150 C
80...265V
~
18...80V
NO
NC
I /I n
t 6x [ s]
p [ %]
a [ %]
i [ %]
kc
I s /I n
t s [ s]
U aux
SPCJ 4D34
REGISTERS
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0 0
OPER.IND.
/I n
/I n
I L3 / I n
I
L1
L2
I o [ % I n]
[ %I L ]
t [ %I s 2 t s ]
m [ % ]
[ %]
t i [ min ]
I >> / I n
t >> [ s]
1
2
3
4
5
6
7
8
9
I o [%I n]
t o [ s]
> a
> t
i + t si + EINH
I [% I L ]
t [ s]
I < [% I ]
t < [ s]
I >>
t si [ s]
t s [ s/h ]
RESET
STEP
PROGRAM
SGF
Io
I<
SGB
EXT.TRIP
SGR 1
SGR 2
Ser.No.
956
955D
TRIP
RS 641
SPCJ 4D34
A) The operation indicator TRIP is lit when

one of the protection stages operates. When
the protection stage resets, the red indicator
remains alight.
Indication
Explanation
1
2
3
> a
> t
> i, tsi,
EINH
I>>
I
4
5
6
7
8
9
C) Besides being a code number at data presentation, the leftmost red digit in the display
serves as a visual operation indicator. An
operation indicator is recognized by the fact
that the red digit alone is switched on. Normally the first event to appear is indicated.
For the thermal unit, however, a prior alarm
signal is later replaced by the trip indication,
if tripping is carried out. In order to enable
reading of actual thermal levels etc., it is
possible to acknowledge the indication of
the thermal unit while the unit is still activated. The same applies to a signalling earthfault. In these cases the indications are memorized and reappear when the display is dark.
All operation indicators are automatically
reset when the motor is restarted. The following table, named OPERATION IND.
on the relay front panel, is a key to the
operation indicator code numbers used.
= The thermal level has exceeded the set prior alarm level
= The thermal unit has tripped
= The thermal restart inhibit level is exceeded, the startup time
counter is full or the external inhibit signal is active
= The high-set stage of the overcurrent unit has tripped
= The unbalance/incorrect phase sequence protection unit has
tripped
I2 x t
= The start-up stall protection unit has tripped
I0
= The earth-fault unit has tripped
I<
= The undercurrent unit has tripped
EXT.TRIP = An external tripping has been carried out
D) The TRIP indications persist when the protective stage returns to normal. The indicator is reset by pushing the RESET/STEP
push-button. A restart of the motor automatically resets the operation indications.
Further, the indicators may be reset via the
external control input 10-11 by applying a
control voltage to the input, provided that
the switch SGB/6 is in position 1.
The basic protective relay functions are not
depending on the state of the operation
indicators, i.e. reset or non-reset. The relay is
permanently operative.
B) If the display is dark when one of the protection stages I>, I>> or I0> operates, the faulty
phase or the neutral path is indicated with a
yellow LED. If, for instance, the TRIP indicator glows red, and the indicators IL1 and
IL2 at the same time are illuminated, overcurrent has occurred on phase L1 and L2.
E) In two minutes after the internal self-supervision system has detected a permanent relay
fault the red IRF indicator is lit and the
output relay of the self-supervision system
operates. Further, in most fault situations an
autodiagnostic fault code is shown in the
display. The fault code is composed of a red
figure 1 and a green code number, which
indicates the fault type. The fault code can
not be reset as long as the fault persists.
When a fault code appears on the display, the
code number should be recorded on a piece
of paper and given to the authorized repair
shop, when overhaul is ordered.
Power supply
and output relay
module
To be able to operate the relay needs a secured

auxiliary voltage supply. The power supply
module forms the voltages required by the measuring relay module and the auxiliary relays. The
withdrawable power supply and output relay
module is located behind the system front panel,
which is fixed by means of four cross-slotted
screws. The power supply and output relay
module contains the power supply unit, all
output relays, the control circuits of the output
relays and the electronic circuitry of the external
control inputs.
The power supply and output relay module can
be withdrawn after removing the system front
1 A slow
Uaux
80...265 V ac & dc
18...80 V dc
panel. The primary side of the power supply

module is protected with a fuse, F1, located on
the PCB of the module. The fuse size is 1 A
(slow).
The power supply unit is a transformer connected, i.e. galvanically isolated primary and
secondary side, flyback-type dc/dc converter. It
forms the dc secondary voltages required by the
measuring relay module; that is +24 V, 12 V
and +8 V. The output voltages 12 V and +24
V are stabilized in the power supply module,
while the +5 V logic voltage required by the
measuring relay module is formed by the stabilizer of the relay module.
+8V
Unstabilized logics
voltage
+12V
-12V
+24V
Operation amplifier
voltage
Output relay coil
voltage
Fig. 5.Voltage levels of the power supply module.

A green LED indicator Uaux on the system front
panel is illuminated when the power supply
module is in operation. The supervision of the
voltages supplying the electronics is placed in
the measuring module. If a secondary voltage
deviates from its rated too much, a self-supervision alarm will be established. An alarm is also
established when the power supply module is
withdrawn from the relay case, or when the
auxiliary power supply to the relay is interrupted.
There are two versions of power supply and
output relay modules available. For both types,
the secondary sides and the relay configurations are identical, but the input voltage ranges
differ.
Voltage ranges of the power supply modules:

- SPTU 240R2 or
SPTU 240R3
Uaux = 80...265 V dc/ac
- SPTU 48R2 or
SPTU 48R3
Uaux = 18...80 V dc
The modules SPTU 240 R2 or SPTU 240 R3
can be used with both ac and dc voltages.
Modules SPTU 48 R2 and SPTU 48 R3 are
designed for dc supply only. The auxiliary voltage range of the power supply module of the
relay assembly is indicated on the system front
panel.
The module SPTU 240R2 and SPTU 48R2
have a normally open trip contact whereas the
modules SPTU 240R3 and SPTU 48R3 have a
normally closed trip contact.
Technical data
(modified 2002-04)
Energizing inputs
Phase and neutral current inputs,
terminals
Rated current In
Thermal withstand capability
- continuously
- for 1 s
Dynamic current withstand, half-wave value
Input impedance
Phase current monitoring range
Neutral current monitoring range
Rated frequency fn
Output contact ratings

Trip contact and restart enable contact
Contact type *)
Terminals
- Rated voltage
- Carry continuously
- Make and carry for 0.5 s
- Breaking capacity for dc, when the control
circuit time-constant L/R 40 ms,
at 48 / 110 / 220 V dc
Breaking capacity for ac
1-2, 4-5, 7-8, 25-26

5A
1-3, 4-6, 7-9, 25-27

1A
20 A
500 A
1250 A
< 20 m
4A
100 A
250 A
< 100 m
0...63 x In
0...210 % In
50 Hz / 60 Hz
NO (normally open)
65-66, 74-75
250 V dc/ac
5A
30 A
15 A
NC (normally closed)
65-66
250 V dc/ac
5A
10 A
8A
5A/3A/1A
5A
1 A / 0.25 A / 0.15 A
5A
Signalling contacts
Terminals
- Rated voltage
- Rated current
- Breaking capacity for dc, when the control
circuit time-constant L/R 40 ms,
at 48 / 110 / 220 V dc control circuit voltage
External control inputs
Blocking, remote reset or remote setting input
External control voltage level
Typical control current of input circuit
Power supply and output relay module
Supply and relay module, type SPTU 240R2/ - R3
Supply and relay module, type SPTU 48R2/ - R3
Power consumption under quiescent/operating
conditions
70-71-72, 68-69, 77-78, 80-81

250 V dc/ac
5A
10 A
8A
1 A / 0.25 A / 0.15 A
10-11
18...265 V dc or 80...265 V ac
220 mA
80...265 V dc/ac
18...80 V dc
~4 W/ ~6 W
Note!
*) The trip contact 65-66 has different contact ratings depending on whether it is a normally open
contact (SPTU 240R2 or SPTU 48R2) or a normally closed contact (SPTU 240R3 or SPTU
48R3).
10
Motor protection relay module SPCJ 4D34

Thermal overload unit
Setting of full load current, I
Resolution of current setting
Setting of maximum stall time, t6x
Resolution of stall time-setting
Cooling time-constant kc at zero current (standstill)
Thermal prior alarm level a, if in use
Restart inhibit level i
Thermal unit initialization after an auxiliary
supply interrupt *)
0.5...1.50 x In
0.01 x In
2.0...120 s
0.5 s
1...64 x the heating time constant
50...100% of the thermal trip level t
20...80% of the thermal trip level t
70% of the thermal trip level t,
i.e. hot motor
Low-set overcurrent unit **)

Setting range for I>
Operate time t>
1.0...10.0 x In
0.380 s
Current based start-up supervision **)

Startup current setting range Is
Startup time setting range ts
Shortest operate time
1.0...10.0 x In
0.380 s
~300 ms
High-set overcurrent unit

Setting range for I>>
Operate time t>>
0.5...20.0 x In and , infinite

0.04...30 s
Earth-fault protection unit

Setting range for I0
Operate time t0
Attenuation of the third harmonic, typ.
1.0...100% In
0.05...30 s
-20 dB
Phase unbalance unit

Basic sensitivity I, stabilized to phase current
levels below I
Operate time at lowest settable pick-up level, 10 %
Operate time at full unbalance (single phasing)
Operate time incorrect phase sequence protection
10...40% x IL and , infinite

20...120 s, inverse time
1s
600 ms
Undercurrent unit
Start current I< in per cent of the full load
current setting
Operation inhibited below level
Operate time
30...80% I or out of operation

12% I
2...600 s
Time-based start inhibit counter

Setting range tsi
Countdown rate of start time counter ts /t
5...500 s
2...250 s / h
Note!
*) If the thermal prior alarm is set below 70%, the connection of the auxiliary supply to the relay
will cause a thermal prior alarm signal.
**)The operation can be defined either as a low-set definite time overcurrent function (SGF/7 = 0)
or as a current based start-up supervision function (SGF/7=1). Both functions cannot be used
at the same time. In either case, the time-counting can be stopped by a control signal to the speed
switch input (SGB/1 =1).
11
Data transmission
Transmission mode
Data code
Selectable data transfer rates
Fibre optic bus connection module
for supply from host relay
- for plastic core cables
- for glass fibre cables
Fibre optic bus connection module for
supply from separate power source
- for plastic core cables
- for glass fibre cables
Insulation Tests *)
Dielectric test IEC 60255-5
Impulse voltage test IEC 60255-5
Insulation resistance measurement IEC 60255-5
Electromagnetic Compatibility Tests *)
High-frequency (1 MHz) burst disturbance test
IEC 60255-22-1
- common mode
- differential mode
Electrostatic discharge test IEC 60255-22-2 and
IEC 61000-4-2
- contact discharge
- air discharge
Fast transient disturbance test IEC 60255-22-4
and IEC 61000-4-4
- power supply
- I/O ports
Mechanical tests (tested with SPAJ 140 C)
Seismic tests acc. to ANSI/IEEE C37.98-1987
- operating basis earth-quake tests (OBE)
- safe shut-down earth-quake tests (SSE)
Vibration test
Shock/bump test acc. to IEC 60255-21-2
Environmental conditions
Corrosion test
Specified ambient service temperature range
Long term damp heat withstand according
to IEC 60068-2-3
Transport and storage temperature range
Protection by enclosure according to IEC 60529,
when the relay is panel mounted
Mass of the relay including flush mounting
relay case
Fibre optic serial bus

ASCII
4800 or 9600 Bd
SPA-ZC 21 BB
SPA-ZC 21 MM
SPA-ZC 17 BB
SPA-ZC 17 MM
2 kV, 50 Hz, 1 min

5 kV, 1.2/50 s, 0.5 J
>100 M, 500 Vdc
2.5 kV
1.0 kV
6 kV
8 kV
4 kV
2 kV
0.55.25 g
0.57.5 g
213.2 Hz, 1.0 mm
13.2100 Hz, 0.7 g
20 g, 1000 bumps/direction
Battelle-test
-10...+55C
<95% at 40C for 56 d
-40...+70C
IP 54
~3.5 kg
*) The tests do not apply to the serial port, which is used exclusively for the bus connection module.
12
Maintenance
and repair
When the protective relay is operating under the

conditions specified in the section "Technical
data", the relay is practically maintenance-free.
The relay modules include no parts or components subject to an abnormal physical or electrical wear under normal operating conditions.
If the environmental conditions at the relay
operating site differ from those specified, as to
temperature, humidity, or if the atmosphere
around the relay contains chemically active gases
or dust, the relay ought to be visually inspected
in association with the relay secondary test or
whenever the relay modules are withdrawn from
the case. At the visual inspection the following
things should be noted:
- Signs of mechanical damage on relay modules,
contacts and relay case
- Accumulation of dust inside the relay cover or
case; remove by blowing air carefully
- Rust spots or signs of erugo on terminals, case
or inside the relay
Spare parts
Ordering
numbers
If the relay fails in operation or if the operating

values remarkably differ from those of the relay
specifications, the relay should be given a proper
overhaul. Minor measures can be taken by personnel from the instrument workshop of the
customers company, e.g. replacement of auxiliary relay modules. All major measures involving overhaul of the electronics are to be taken by
the manufacturer. Please contact the manufacturer or his nearest representative for further
information about checking, overhaul and recalibration of the relay.
Note!
Numerical protection relays contain electronic
circuits which are liable to serious damage due to
electrostatic discharge. Before removing a module containing electronic circuits, ensure that
you are at the same electrostatic potential as the
equipment, for instance, by touching the relay
case.
On request, the relay can be given a special

treatment for the protection of the printed circuit boards against stress on materials, caused by
abnormal environmental conditions.
Note!
Static protective relays are measuring instruments and should be handled with care and
protected against moisture and mechanical stress,
especially during transport.
Motor protection relay module
SPCJ 4D34
Power supply and output relay module

Uaux = 80...265 V ac/dc
Uaux = 18...80 V dc
Uaux = 80...265 V ac/dc
Uaux = 18...80 V dc
SPTU 240R2 for NO trip contact

SPTU 48R2 for NO trip contact
SPTU 240R3 for NC trip contact
SPTU 48R3 for NC trip contact
Relay box, complete with input module

Input module as separate part
Bus connection module
SPTK 4E3
SPTE 4E3
SPA-ZC 17 or SPA-ZC 21
Motor protection relay with make type tripping contact

SPAM 150 C
RS 641 014 - AA, CA, DA, FA
Motor protection relay with break type tripping contact
SPAM 150 C
RS 641 015 - AB, CB, DB, FB
The last letters of the ordering number indicate the rated frequency fn and
the auxiliary voltage range Uaux of the relay as follows:
AA or AB equals fn = 50Hz and Uaux = 80265 V ac/dc
CA or CB equals fn = 50Hz and Uaux = 1880 V dc
DA or DB equals fn = 60Hz and Uaux = 80265 V ac/dc
FA or FB equals fn = 60Hz and Uaux = 1880 V dc
Power supply and output relay modules with make type tripping contact
SPTU 240R2
RS 941 021 - AA
SPTU 48R2
RS 941 021 - BA
Power supply and output relay modules with break type tripping contact
SPTU 240R3
RS 941 022 - AA
SPTU 48R3
RS 941 022 - BA
13
Dimensions and
instructions for
mounting
The relay is housed in a normally flush-mounted

case. The relay can also be arranged for semiflush mounting with the use of a 40 mm, 80 mm
or 120 mm raising frame, which reduces the
depth behind the panel by the same dimension.
The type designations of the raising frames are
SPA-ZX 111 for the 40 mm, SPA-ZX 112 for
the 80 mm and SPA-ZX 113 for the 120 mm
frame. A surface mounting case SPA - ZX 110
is also available.
The relay case is made of profile aluminium and
finished in beige.
A cast aluminium alloy mounting frame with a
rubber gasket provides a degree of protection by
enclosure to IP 54 between the relay case and the
panel surface when the relay is panel mounted.
The relay case is complete with a hinged gasketed,

clear, UV-stabilized polycarbonate cover with a
sealable fastening screw. The degree of protection by enclosure of the cover is also IP 54.
A terminal strip and two multipole connectors
are mounted on the back of the relay case to
facilitate all input and output connections. To
each heavy duty terminal, i.e. the measuring
input, the power supply input or the trip output, one 6 mm2 or one or two 2.5 mm2 wires can
be connected. No terminal lugs are needed. The
signalling outputs are available on a six pole
detachable connector and the serial bus connects a 9-pin D-type connnector.
142
162
139 1
129 1
SPA-ZX 111
SPA-ZX 112
SPA-ZX 113
1. Quantity and type designation

2. Ordering number
3. Trip contact N.O. or N.C.
4. Rated frequency
5. Auxiliary voltage
6. Accessories
7. Special requirements
14
Panel cut-out
Raising frame
Information
required with
order
34
136
30
250
216
186
176
136
96
74
114
154
Example
15 pcs SPAM 150 C
RS 641 014 - AA
Normally open
fn = 50 Hz
Uaux = 110 V dc
15 pcs bus interface modules SPA-ZC21 MM
2 pcs fibre optical cables SPA-ZF MM 100
14 pcs fibre optical cables SPA-ZF MM 5
General characteristics of
D-type relay modules
3I >
Fastening screw
I
I
Indicators for measured

quantities
L1
L2
L3
I o IRF
Relay symbol
Self-supervision alarm indicator
(Internal Relay Fault)
Display, 1 + 3 digits
I >/I n
RESET
STEP
t > [s]
Reset / Step push-button
I >> / I n
t >> [s]
Indicators for setting

parameters
I o >/ I n
t o > [s]
ko
I o >> /I n
t o >>[s]
PROGRAM
SGF
Indicators for switchgroups

SGF, SGB and SGR
Programming push-button
SGB
SGR
Fastening screw
879B
TRIP
SPCJ 4D29
Trip indicator
Module type designation
1MRS 750066-MUM EN
Issued 95-04-12
Version A (replaces 34 SPC 3 EN1)
Checked JH
Approved TK
General characteristics
of D type relay modules
Contents
Front panel lay-out ......................................................................................................... 1

Control push buttons ..................................................................................................... 3
Display ........................................................................................................................... 3
Display main menu ................................................................................................... 3
Display submenus ..................................................................................................... 3
Selector switchgroups SGF, SGB, SGR .......................................................................... 4
Settings ........................................................................................................................... 4
Setting mode ............................................................................................................. 4
Example 1: Setting of relay operation values .............................................................. 7
Example 2: Setting of relay switchgroups................................................................... 9
Recorded information ................................................................................................... 11
Trip test function ......................................................................................................... 12
Example 3: Forced activation of outputs ................................................................. 13
Operation indicators ..................................................................................................... 15
Fault codes.................................................................................................................... 15
Control
push-buttons
The front panel of the relay module contains

two push buttons. The RESET / STEP push
button is used for resetting operation indicators
and for stepping forward or backward in the
display main menu or submenus. The PROGRAM push button is used for moving from a
certain position in the main menu to the corresponding submenu, for entering the setting
mode of a certain parameter and together with
the STEP push button for storing the set values.
The different operations are described in the
subsequent paragraphs in this manual.
Display
The measured and set values and the recorded

data are shown on the display of the protection
relay module. The display consists of four digits.
The three green digits to the right show the
measured, set or recorded value and the leftmost
red digit shows the code number of the register.
The measured or set value displayed is indicated
by the adjacent yellow LED indicator on the
front panel. When a recorded fault value is being
displayed the red digit shows the number of the
corresponding register. When the display functions as an operation indicator the red digit
alone is shown.
When the auxiliary voltage of a protection relay

module is switched on the module initially tests
the display by stepping through all the segments
of the display for about 15 seconds. At first the
corresponding segments of all digits are lit one
by one clockwise, including the decimal points.
Then the center segment of each digit is lit one
by one. The complete sequence is carried out
twice. When the test is finished the display turns
dark. The testing can be interrupted by pressing
the STEP push button. The protection functions of the relay module are alerted throughout
the testing.
Display main menu
Any data required during normal operation are

accessible in the main menu i.e. present measured values, present setting values and recorded
parameter values.
From a dark display only forward movement is

possible. When the STEP push button is pushed
constantly, the display continuously moves forward stopping for a while in the dark position.
The data to be shown in the main menu are

sequentially called up for display by means of
the STEP push button. When the STEP push
button is pressed for about one second, the
display moves forward in the display sequence.
When the push button is pressed for about 0.5
seconds, the display moves backward in the
display sequence.
Unless the display is switched off by stepping to

the dark point, it remains lit for about 5 minutes
from the moment the STEP push button was
last pushed. After the 5 minutes' time-out the
dispaly is switched off.
Less important values and values not very often

set are displayed in the submenus. The number
of submenus varies with different relay module
types. The submenus are presented in the description of the concerned protection relay
module.
the display moves forward when the STEP push

button is pushed for one second and backward
when it is pushed for 0.5 seconds. The main
menu has been re-entered when the red display
turns dark.
Display submenus
A submenu is entered from the main menu by

pressing the PROGRAM push button for about
one second. When the push button is released,
the red digit of the display starts flashing, indicating that a submenu has been entered. Going
from one submenu to another or back to the
main menu follows the same principle as when
moving from the main menu display to another;
When a submenu is entered from a main menu

of a measured or set value indicated by a LED
indicator, the indicator remains lit and the address window of the display starts flashing. A
submenu position is indicated by a flashing red
address number alone on the dispaly without
any lit set value LED indicator on the front
panel.
Selector switchgroups SGF, SGB

and SGR
Part of the settings and the selections of the

operation characteristic of the relay modules in
various applications are made with the selector
switchgroups SG_ . The switchgroups are software based and thus not physically to be found
in the hardware of the relay module. The indicator of the switchgroup is lit when the checksum
of the switchgroup is shown on the display.
Starting from the displayed checksum and by
entering the setting mode, the switches can be
set one by one as if they were real physical
switches. At the end of the setting procedure, a
checksum for the whole switchgroup is shown.
The checksum can be used for verifying that the
switches have been properly set. Fig. 2 shows an
example of a manual checksum calculation.
When the checksum calculated according to the
example equals the checksum indicated on the
display of the relay module, the switches in the
concerned switchgroup are properly set.
Settings
Most of the start values and operate times are set

by means of the display and the push buttons on
the front panel of the relay modules. Each
setting has its related indicator which is lit when
the concerned setting value is shown on the
display.
In addition to the main stack of setting values
most D type relay modules allow a second stack
of settings. Switching between the main settings
Setting mode
Generally, when a large number of settings is to

be altered, e.g. during commissioning of relay
systems, it is recommended that the relay settings are entered with the keyboard of a
personal computer provided with the necessary
software. When no computer nor software is
available or when only a few setting values need
to be altered the procedure described below is
used.
The registers of the main menu and the submenus
contain all parameters that can be set. The
settings are made in the so called setting mode,
which is accessible from the main menu or a
submenu by pressing the PROGRAM push
button, until the whole display starts flashing.
This position indicates the value of the parameter before it has been altered. By pressing the
PROGRAM push button the programming sequence moves forward one step. First the
rightmost digit starts flashing while the rest of
the display is steady. The flashing digit is set by
means of the STEP push button. The flashing
Switch No
Pos.
1
2
3
4
5
6
7
8
1
0
1
1
1
0
1
0
Weigth
Value
x
x
x
x
x
x
x
x
1
2
4
8
16
32
64
128
=
=
=
=
=
=
=
=
1
0
4
8
16
0
64
0
Checksum
93
Fig. 2. Example of calculating the checksum of

a selector switchgroup SG_.
The functions of the selector switches of the
different protection relay modules are described
in detail in the manuals of the different relay
modules.
and the second settings can be done in three
different ways:
1) By command V150 over the serial communication bus
2) By an external control signal BS1, BS2 or
RRES (BS3)
3) Via the push-buttons of the relay module, see
submenu 4 of register A.
cursor is moved on from digit to digit by pressing the PROGRAM push button and in each
stop the setting is performed with the STEP
push button. After the parameter values have
been set, the decimal point is put in place. At the
end the position with the whole display flashing
is reached again and the data is ready to be
stored.
A set value is recorded in the memory by pressing the push buttons STEP and PROGRAM
simultaneously. Until the new value has been
recorded a return from the setting mode will
have no effect on the setting and the former
value will still be valid. Furthermore any attempt
to make a setting outside the permitted limits for a
particular parameter will cause the new value to be
disqualified and the former value will be maintained. Return from the setting mode to the
main menu or a submenu is possible by pressing
the PROGRAM push button until the green
digits on the display stop flashing.
NOTE! During any local man-machine communication over the push buttons and the display on the front panel a five minute time-out
function is active. Thus, if no push button has
been pressed during the last five minutes, the
relay returns to its normal state automatically.
This means that the display turns dark, the relay
escapes from a display mode, a programming
routine or any routine going on, when the relay
is left untouched. This is a convenient way out
of any situation when the user does not know
what to do.
Before a relay module is inserted into the relay
case, one must assure that the module has been
given the correct settings. If there however is
MAIN MENU
any doubt about the settings of the module to be

inserted, the setting values should be read using
a spare relay unit or with the relay trip circuits
disconnected. If this cannot be done the relay
can be sett into a non-tripping mode by pressing
the PROGRAM push button and powering up
the relay module simultaneously. The display
will show three dashes "- - -" to indicate the nontripping mode. The serial communication is
operative and all main and submenues are accessible. In the non-tripping mode unnecessary
trippings are avoided and the settings can be
checked. The normal protection relay mode is
entered automatically after a timeout of five
minutes or ten seconds after the dark display
position of the main menu has been entered.
SUBMENU
SETTING MODE
REV. STEP 0,5 s

FWD.STEP 1 s
STEP 0,5 s
PROGRAM 1 s
PROGRAM 5 s
PROGRAM 5 s
Normal status, display off
First measuring value
REV. STEP 0,5 s

INCREASE VALUE
STEP 0,5 s
Last measuring value
FWD.STEP 1 s
Actual setting value 1
Main setting
value for stage 1
Actual setting value 2
Second setting
value for stage 1
Memorized values etc.
MOVE FIGURE OR DECIMAL POINT

CURSOR WITH BUTTON PROGRAM 1 s
STORE NEW SETTING BY PRESSING

STEP AND PROGRAM SIMULTANEOUSLY
WHEN THE VALUE IS READY AND THE
WHOLE DISPLAY IS BLINKING
NOTE! IN MOST MENU CHARTS THE SUBMENUS HAVE BEEN DRAWN IN A HORIZONTAL DIRECTION IN ORDER TO GET
ALL MAIN AND SUBMENU POSITIONS SHOWN IN THE SAME CHART.
Fig.3. Basic principles of entering the main menus and submenus of a relay module.
MAIN MENU
SUBMENUS
STEP 0.5 s
PROGRAM 1 s

Current on phase L1
Current on phase L2
Current on phase L3
REV. STEP 0.5 s
Neutral current Io
Actual start value I>
Main setting
value for I>
Second setting
value for I>
Actual operate time t> or

multiplier k for stage I>
Main setting
value for t> or k
Second setting
value for t> or k
Actual start value I>>
Main setting
value for I>>
Second setting
value for I>>
Actual operate time t>>

of stage I>>
Main setting
value for t>>
Second setting
value for t>>
Actual start value Io>
Main setting
value for Io>
Second setting
value for Io>
Actual operate time to>

or multiplier ko
Main setting
value for to> or ko
Second setting
value for to> or ko
M
A
I
N
Actual start value Io>>
Main setting
value for Io>>
Second setting
value for Io>>
Actual operate time to>>
Main setting
value for to>>
Second setting
value for to>>
M
E
N
U
Actual setting of functional

switchgroup SGF1
1 Main setting of
SGF1 checksum
Main setting of
SGF2 checksum
Actual setting of blocking

switchgroup SGB
Main setting of
SGB checksum
Second setting of
SGB checksum
Actual setting of relay

switchgroup SGR1
Main setting of
SGR1 checksum
Main setting of
SGR2 checksum
Latest memorized, event (n)

value of phase L1
1 Event (n-1)
value of phase L1
2 Event (n-2)
value of phase L1

value of phase L2
1 Event (n-1)
value of phase L2
Event (n-2)
value of phase L2

value of phase L3
1 Event (n-1)
value of phase L3
Event (n-2)
value of phase L3
Maximum demand current

value for 15 minutes
1 Highest maximum
demand value found
R
E
V.
S
T
E
P
.5
s
F
W
D.
S
T
E
P
FWD. STEP 1 s
SUBMENUS
1
s
Fig. 4.Example of part of the main and submenus for the settings of the overcurrent and earth-fault
relay module SPCJ 4D29. The settings currently in use are in the main manu and they are displayed
by pressing the STEP push button. The main menu also includes the measured current values, the
registers 1...9, 0 and A. The main and second setting values are located in the submenus and are
called up on the display with the PROGRAM push button.
Example 1
Operation in the setting mode. Manual setting

of the main setting of the start current value I>
of an overcurrent relay module. The initial value
a)
Press push button STEP repeatedly until the
LED close to the I> symbol is lit and the current
start value appears on the display.
b)
Enter the submenu to get the main setting value
by pressing the PROGRAM push button more
than one second and then releasing it. The red
display digit now shows a flashing number 1,
indicating the first submenu position and the
green digits show the set value.
c)
Enter the setting mode by pressing the PROGRAM push button for five seconds until the
display starts flashing.
d)
Press the PROGRAM push button once again
for one second to get the rightmost digit flashing.
e)
Now the flashing digit can be altered. Use the
STEP push button to set the digit to the desired
value.
f)
Press the PROGRAM push button to make the
middle one of the green digits flash.
g)
Set the middle digit with of the STEP push
button.
for the main setting is 0.80 x In and for the

second setting 1.00 x In. The desired main start
value is 1.05 x In.
RESET
STEP
5x1s
0. 8 0
PROGRAM
1s
1 0. 8 0
PROGRAM
5s
1 0. 8 0
1s
1 0. 8 0
5x
1 0. 8 5
PROGRAM
RESET
STEP
PROGRAM
1s
1 0. 8 5
RESET
STEP
2x
1 0. 0 5
h)
leftmost green digit flash.
PROGRAM
1s
1 0. 0 5
7
i)
Set the digit with the STEP push button.
j)
decimal point flash.
k)
If needed, move the decimal point with the
STEP push button.
l)
whole display flash. In this position, corresponding to position c) above, one can see the
new value before it is recorded. If the value
needs changing, use the PROGRAM push button to alter the value.
m)
When the new value has been corrected, record
it in the memory of the relay module by pressing
the PROGRAM and STEP push buttons simultaneously. At the moment the information enters the memory, the green dashes flash once in
the display, i.e. 1 - - -.
n)
Recording of the new value automatically initiates a return from the setting mode to the
normal submenu. Without recording one can
leave the setting mode any time by pressing the
PROGRAM push button for about five seconds, until the green display digits stop flashing.
o)
If the second setting is to be altered, enter
submenu position 2 of the setting I> by pressing
the STEP push button for approx. one second.
The flashing position indicator 1 will then be
replaced by a flashing number 2 which indicates
that the setting shown on the display is the
second setting for I>.
Enter the setting mode as in step c) and proceed
in the same way. After recording of the requested values return to the main menu is
obtained by pressing the STEP push button
8
RESET
STEP
0x
1 1. 0 5
PROGRAM
1s
1 1. 0 5
RESET
STEP
0x
1 1. 0 5
PROGRAM
1s
1 1. 0 5
RESET
STEP
1 - - PROGRAM
PROGRAM
5s
RESET
STEP
1s
1 1. 0 5
2 1. 0 0
until the first digit is switched off. The LED still

shows that one is in the I> position and the
display shows the new setting value currently in
use by the relay module.
Example 2
Operation in the setting mode. Manual setting

of the main setting of the checksum for the
switchgroup SGF1 of a relay module. The initial
value for the checksum is 000 and the switches
a)
Press push button STEP until the LED close to
the SGF symbol is lit and the checksum appears
on the display.
b)
Enter the submenu to get the main checksum of
SGF1 by pressing the PROGRAM push button
for more than one second and then releasing it.
The red display now shows a flashing number 1
indicating the first submenu position and the
green digits show the checksum.
c)
Enter the setting mode by pressing the PROGRAM push button for five seconds until the
display starts flashing.
d)
Press the PROGRAM push button once again
to get the first switch position. The first digit of
the display now shows the switch number. The
position of the switch is shown by the rightmost
digit.
e)
The switch position can now be toggled between 1 and 0 by means of the STEP push
button and it is left in the requested position 1.
f)
When switch number 1 is in the requested
position, switch number 2 is called up by pressing the PROGRAM push button for one second. As in step e), the switch position can be
altered by using the STEP push button. As the
desired setting for SGF1/2 is 0 the switch is left
in the 0 position.
g)
Switch SGF1/3 is called up as in step f) by
pressing the PROGRAM push button for about
one second.
SGF1/1and SGF1/3 are to be set in position 1.

This means that a checksum of 005 should be
the final result.
RESET
STEP
nx1s
PROGRAM
0 0 0
1s
1 0 0 0
PROGRAM
PROGRAM
5s
1 0 0 0
1x
1 1
1x
1 1
1s
1 2
1s
1 3
RESET
STEP
PROGRAM
PROGRAM
h)
The switch position is altered to the desired
position 1 by pressing the STEP push button
once.
i)
Using the same procedure the switches SGF 1/
4...8 are called up and, according to the example, left in position 0.
RESET
STEP
1x
l)
Recording the new value automatically initiates
a return from the setting mode to the normal
menu. Without recording one can leave the
setting mode any time by pressing the PROGRAM push button for about five seconds,
until the green display digits stop flashing.
m)
After recording the desired values return to the
main menu is obtained by pressing the STEP
push button until the first digit is turned off.
The LED indicator SGF still shows that one is
in the SGF position and that the display shows
the new checksum for SGF1 currently in use by
the relay module.
10
PROGRAM
5x1s
j)
In the final setting mode position, corresponding to step c), the checksum based on the set
switch positions is shown.
k)
If the correct checksum has been obtained, it is
recorded in the memory by pressing the push
buttons PROGRAM and STEP simultaneously.
At the moment the information enters the
memory, the green dashes flash in the display,
i.e.1 - - -. If the checksum is incorrect, the
setting of the separate switches is repeated using
the PROGRAM and STEP push buttons starting from step d).
1 3
1 0 0 5
RESET
STEP
1 - - PROGRAM
PROGRAM
RESET
STEP
5s
nx1s
1 0 0 5
0 0 5
Recorded
information
The parameter values measured at the moment

when a fault occurs or at the trip instant are
recorded in the registers. The recorded data,
except for some parameters, are set to zero by
pressing the push buttons STEP and PROGRAM simultaneously. The data in normal
registers are erased if the auxiliary voltage supply
to the relay is interrupted, only the set values and
certain other essential parameters are maintained
in non-volatile registers during a voltage failure.
The number of registers varies with different
relay module types. The functions of the registers are illustrated in the descriptions of the
different relay modules. Additionally, the system front panel of the relay contains a simplified
list of the data recorded by the various relay
modules of the protection relay.
All D type relay modules are provided with two
general registers: register 0 and register A.
Register 0 contains, in coded form, the information about e.g. external blocking signals, status
information and other signals. The codes are
explained in the manuals of the different relay
modules.
Register A contains the address code of the relay
modul which is reqiured by the serial communication system.
Submenu 1 of register A contains the data transfer rate value, expressed in kilobaud, of the serial
communication.
Submenu 2 of register A contains a bus communication monitor for the SPAbus. If the protection relay, which contains the relay module, is
linked to a system including a contol data
communicatoe, for instance SRIO 1000M and
the data communication system is operating,
the counter reading of the monitor will be zero.
Otherwise the digits 1...255 are continuously
scrolling in the monitor.
Submenu 3 contains the password required for
changing the remote settings. The address code,
the data transfer rate of the serial communication and the password can be set manually or via
the serial communication bus. For manual setting see example 1.
The default value is 001 for the address code, 9.6
kilobaud for the data transfer rate and 001 for
the password.
In order to secure the setting values, all settings
are recorded in two separate memory banks
within the non-volatile memory. Each bank is
complete with its own checksum test to verify
the condition of the memory contents. If, for
some reason, the contents of one bank is
disturbed, all settings are taken from the other
bank and the contents from here is transferred to
the faulty memory region, all while the relay is
in full operation condition. If both memory
banks are simultaneously damaged the relay will
be be set out of operation, and an alarm signal
will be given over the serial port and the IRF
output relay
11
Trip test function
Register 0 also provides access to a trip test

function, which allows the output signals of the
relay module to be activated one by one. If the
auxiliary relay module of the protection assembly is in place, the auxiliary relays then will
operate one by one during the testing.
When pressing the PROGRAM push button
for about five seconds, the green digits to the
right start flashing indicating that the relay
module is in the test position. The indicators of
the settings indicate by flashing which output
signal can be activated. The required output
function is selected by pressing the PROGRAM
push button for about one second.
The indicators of the setting quantities refer to
the following output signals:
Setting I>
Setting t>
Setting I>>
Setting t>>
etc.
No indication
The selected starting or tripping is activated by

simultaneous pressing of the push buttons
STEP and PROGRAM. The signal remains
activated as long as the two push butttons are
pressed. The effect on the output relays depends
on the configuration of the output relay matrix
switches.
The self-supervision output is activated by pressing the STEP push button 1 second when no
setting indicator is flashing. The IRF output is
activated in about 1 second after pressing of the
STEP push button.
The signals are selected in the order illustrated in
Fig. 4.
Starting of stage I>

Tripping of stage I>
Starting of stage I>>
Tripping of stage I>>
Self-supervision IRF
IRF
I> TRIP
I> START
I START
I TRIP
Io> TRIP
Io> START
IoSTART
Io TRIP
REGISTER 0
PROGRAM
5s
PROGRAM
1s
I>
PROGRAM
1s
t>
PROGRAM
1s
PROGRAM
1s
PROGRAM
1s
PROGRAM
1s
PROGRAM
1s
Io>
PROGRAM
1s
to>
PROGRAM
1s
Io
to
STEP
STEP &
PROGRAM
STEP &
PROGRAM
STEP &
PROGRAM
STEP &
PROGRAM
STEP &
PROGRAM
STEP &
PROGRAM
STEP &
PROGRAM
STEP &
PROGRAM
Fig. 5.Sequence order for the selection of output signals in the Trip test mode
If, for instance, the indicator of the setting t> is
flashing, and the push buttons STEP and PROGRAM are being pressed, the trip signal from
the low-set overcurrent stage is activated. Return to the main menu is possible at any stage of
the trip test sequence scheme, by pressing the
PROGRAM push button for about five seconds.
12
Note!
The effect on the output relays then depends on
the configuration of the output relay matrix
switchgroups SGR 1...3.
Trip test function. Forced activation of the

outputs.
a)
Step forward on the display to register 0.
RESET
STEP
nx1s
0 0 0 0
b)
Press the PROGRAM push button for about
five seconds until the three green digits to the
right.
3I >
I
I
L1
L2 I
L3
I o IRF
0 0 0 0
PROGRAM
I >/I n
5s
RESET
STEP
t > [s]
k
I >> / I n
t >> [s]
I o >/ I n
t o > [s]
ko
I o >> /I n
t o >>[s]
PROGRAM
SGF
SGB
SGR
TRIP
879B
c)
Hold down the STEP push button. After one
second the red IRF indicator is lit and the IRF
output is activated. When the step push button
is released the IRF indicator is switched off and
the IRF output resets.
d)
Press the PROGRAM push button for one
second and the indicator of the topmost setting
start flashing.
SPCJ 4D29
3I >
I
I
e)
If a start of the first stage is required, now press
the push-buttons PROGRAM and STEP simultaneously. The stage output will be activated and
the output relays will operate according to the
actual programming of the relay output
switchgroups SGR.
L1
L2
L3
I >/I n
I o IRF
RESET
STEP
0 0 0 0
t > [s]
k
I >> / I n
t >> [s]
I o >/ I n
t o > [s]
ko
I o >> /I n
t o >>[s]
PROGRAM
SGF
SGB
RESET
STEP
SGR
TRIP
879B
Example 3
SPCJ 4D29
PROGRAM
13
f)
To proceed to the next position press the PROGRAM push button for about 1 second until
the indicator of the second setting starts flashing.
PROGRAM
3I >
I
I
L1
L2 I
L3
I o IRF
0 0 0 0
I >/I n
RESET
STEP
t > [s]
1s
I >> / I n
t >> [s]
I o >/ I n
t o > [s]
ko
I o >> /I n
t o >>[s]
PROGRAM
SGF
SGB
SGR
879B
TRIP
g)
Press the push buttons PROGRAM and STEP
simultaneously to activate tripping of stage 1
(e.g. the I> stage of the overcurrent module
SPCJ 4D29). The output relays will operate
according to the actual programming of the
relay switchgroups SGR. If the main trip relay
is operated the trip indicator of the measuring
module is lit.
SPCJ 4D29
3I >
I
I
L1
L2
L3
I o IRF
0 0 0 0
I >/I n
RESET
STEP
t > [s]
k
I >> / I n
t >> [s]
I o >/ I n
RESET
STEP
t o > [s]
ko
I o >> /I n
t o >>[s]
PROGRAM
SGF
SGB
SGR
h)
The starting and tripping of the remaining
stages are activated in the same way as the first
stage above. The indicator of the corresponding
setting starts flashing to indicate that the concerned stage can be activated by pressing the
STEP and PROGRAM buttons simultaneously.
For any forced stage operation, the output
relays will respond according to the setting of
the relay output switchgroups SGR. Any time
a certain stage is selected that is not wanted to
operate, pressing the PROGRAM button once
more will pass by this position and move to the
next one without carrying out any operation of
the selected stage.
14
879B
TRIP
PROGRAM
SPCJ 4D29
It is possible to leave the trip test mode at any

step of the sequence scheme by pressing the
PROGRAM push button for about five seconds
until the three digits to the right stop flashing.
Operation
indication
A relay module is provided with a multiple of

separate operation stages, each with its own
operation indicator shown on the display and a
common trip indicator on the lower part of the
front plate of the relay module.
The starting of a relay stage is indicated with one
number which changes to another number when
the stage operates. The indicator remains glowing although the operation stage resets. The
Fault codes
In addition to the protection functions the relay

module is provided with a self-supervision system which continuously supervises the function
of the microprocessor, its program execution
and the electronics.
Shortly after the self-supervision system detects
a permanent fault in the relay module, the red
IRF indicator on the front panel is lit . At the
same time the module puts forward a control
signal to the output relay of the self-supervision
system of the protection relay.
In most fault situations a fault code, indicating
the nature of the fault, appears on the display of
indicator is reset by means of the RESET push

button of the relay module. An unreset operation indicator does not affect the function of the
protection relay module.
In certain cases the function of the operation
indicators may deviate from the above principles. This is described in detail in the descriptions of the separate modules.
the module. The fault code, which consists of a

red figure "1" and a three digit green code
number, cannot be removed from the display by
resetting. When a fault occurs, the fault code
should be recorded and stated when service is
ordered. When in a fault mode, the normal
relay menus are operative, i.e. all setting values
and measured values can be accessed although
the relay operation is inhibited. The serial communication is also operative making it possible
to access the relay information also from a
remote site. The internal relay fault code shown
on the display remains active until the internal
fault possibly disappears and can also be remotely read out as variable V 169.
15
SPCJ 4D34
Motor protection relay module
3I >>
3
I
L1
L2 I
L3
I
I o IRF
I /I n
t 6x [ s]
p [ %]
a [ %]
i [ %]
kc
I s /I n
t s [ s]
RESET
STEP
I >> / I n
t >> [ s]
I o [%I n]
t o [ s]
I [% I L ]
t [ s]
I < [% I ]
t < [ s]
t si [ s]
t s [ s/h ]
PROGRAM
SGF
SGB
SGR 1
SGR 2
956
TRIP
SPCJ 4D34
1MRS 750476-MUM EN
Issued 97-03-05
Version B (replaces 34 SPCJ 10 EN1)
Checked GL
Approved JS
SPCJ 4D34
Motor protection
relay module
Contents
Characteristics ................................................................................................................ 3
Description of units ........................................................................................................ 3
Thermal overload unit ............................................................................................... 3
Time/current characteristics ....................................................................................... 5
Start-up supervision unit ........................................................................................... 7
High-set overcurrent unit .......................................................................................... 8
Earth-fault unit.......................................................................................................... 9
Phase unbalance unit ............................................................................................... 10
Incorrect phase sequence unit .................................................................................. 11
Undercurrent unit ................................................................................................... 11
Cumulative start-up time counter ............................................................................ 11
Self-supervision ....................................................................................................... 11
Block diagram ............................................................................................................... 12
Front panel ................................................................................................................... 13
Operation indicators ..................................................................................................... 14
Relay settings ................................................................................................................ 15
Programming switches .................................................................................................. 16
Example of switchgroup checksum calculation ............................................................. 19
Measured data............................................................................................................... 20
Recorded information ................................................................................................... 20
Main menus and submenus of settings and registers ..................................................... 22
Technical data ............................................................................................................... 24
Serial communication ................................................................................................... 26
Event codes .............................................................................................................. 26
Remote transfer data ................................................................................................ 28
Fault codes .................................................................................................................... 33
Characteristics
Thermal overload protection with the motor full

load current setting range 0.5...1.50 x In and
with the safe stall time setting range 2...120 s.
Features also prior alarm and restart inhibition,
reduced cooling at standstill etc.
High-set overcurrent stage I>> with the setting
range 0.5...20 x In with a definite time operation 0.04...30 s. The operation of the high-set
overcurrent stage can be set out of function with
a switch
Sensitive low-set non-directional neutral overcurrent stage I0> with the setting range 1.0...
100% In, based on definite time characteristic,
with a setting range 0.05...30 s
Unbalance protection with setting range 10...
40% IL, fully stabilized to the load current, based
on inverse time characteristic and with a basic
time setting range 20...120 s
Description of
units
Thermal overload
unit
The thermal overload unit constitutes an adequate thermal protection for the motor under
varying load conditions. The heating-up of a
motor follows an exponential curve, the levelout value of which is determined by the squared
value of the load current. The operating values
of the thermal unit are defined by means of two
relay settings. The full load current (FLC) setting I defines the thermal operating level of
the unit and the time setting t6x defines the
operate time. The setting t6x is the operate time
of the thermal unit at six times FLC, starting
from a cold motor condition.
The thermal unit comprises two different thermal curves, one describing short and long time
overloads, carrying out the tripping and an other
curve keeping track of the thermal background.
A weighting factor p which determines the ratio of thermal increase of the two curves is
settable between 20% and 100%. For direct online started motors having a characteristic hotspot behaviour p is typically set at 50%. For the
protection of objects without hot-spot characteristics, e.g. cables or motors started with soft
starters, a setting p =100% is used.
Separate incorrect phase sequence protection

with a operate time of 600 ms
Start-up supervision unit, operating on definite
time overcurrent or thermal stress counting with
a control input for a motor speed switch signal
Undercurrent protection e.g. for protection of
conveyors or submersible pump drives
Cumulative start-up time counter protecting
against too frequent start-up attempts
Digital display of measured and set values and
sets of data recorded at the moment of tripping
All settings can be keyed in using the push-buttons on the front panel, can be set by using a
personal computer or via the serial communication
Continuous self-supervision including both
hardware and software. At a permanent fault
the self-supervision output relay operates and
the other output relays are blocked
A multiplexer continuously monitors the energizing input signals and selects the highest phase
value. As long as the motor current stays below
the set full load current I, the relay will not
cause a tripping. It only monitors the thermal
condition of the motor, in order to take the prior
thermal history into account under a heavy load
condition. If the current continuously exceeds
the set full load current value I by more than
five per cent, all of the thermal capacity of the
motor will be used after a time, which depends
on the set FLC, the set stall time and the prior
load of the motor. When the thermal level exceeds the set prior alarm level a, a prior alarm
signal is given, if routed to an output relay with
switch SGR1/1 or SGR2/1. The prior alarm is
indicated by a figure 1 on the display. Tripping
due to overload is indicated by a figure 2 and
carried out when the thermal level exceeds
100%. Whenever the thermal capacity has
reached a level above the set thermal restart inhibit level i, the restart enable output relay is
disengaged. In this way, unnecessary motor startup attempts are prevented. During the restart
inhibit time a figure 3 is presented on the display, after that the other thermal function indications have been acknowledged.
An estimate of the waiting time left, before a

successful restart can be made, is found in register 9. For thermal operate times, see the thermal trip diagrams on page 4 and 5. The restart
inhibit function can be set out of operation by
turning switch SG4/2 in position 1.
For varying currents, the thermal unit behaves
in different ways depending on the value of the
weighting factor p:
- When e.g. p = 50% the thermal unit takes
into account the hot spot behaviour of the
motor and distinguishes between short time
thermal stress and a long time thermal history
background. After a short period of thermal
stress, e.g. a start-up, the thermal level quite
rapidly decreases, thus simulating the levelling
out of the motor hot spots. This means that
the availability of the motor is higher for successive start-ups. This can be seen by comparing the hot and cold curves on page 4 and 5.
- When p = 100%, the thermal level after a
heavy load condition only slowly decreases
according to the new lower load level. This
makes the unit suitable for applications, where
no hot spot behaviour is to be expected, e.g.
motors started with soft starters or cables or
similar objects, where no hot spots exist.
A standstill of the motor is determined by the
motor current being less than 12 per cent of I.
During a standstill condition, the reduced cooling properties of the motor are taken into account by making the cooling time constant
longer than the heating time constant determined by the t6x setting. The multiplier kc of
the heating time constant to obtain the cooling
time constant can be adjusted within the integer range 164.
A start-up condition of the motor is defined by

a sequence, where the initial current is less than
12% of I, i.e. the motor is at standstill, and
where the current within about 60 ms rises to a
value higher than 1.5 times I. When the current falls below 1.25 times I for a time of about
100 ms, the start-up condition is defined to be
over. The start-up counter is incremented for
every start and can indicate up to 999 starts,
after which it starts counting from zero again.
The start-up time refers to the time the current
value is between the two current levels mentioned above. It should be noted that a start-up
clears all front panel indications and writes a
new set of memorized operational values. The
start-up information can be routed to output
SS1.
After a loss of auxiliary supply or whenever powered up, the relay assumes the motor to be heated
up to a level corresponding to about 70 per cent
of the full thermal capacity of the motor. This
ensures that under heavy load conditions, tripping is carried out in a safe time. Under a lowload condition, the thermal replica of the relay
slowly decays to the actual level determined by
the motor currents.
Note!
At low prior alarm settings the connection of
the auxiliary supply to the relay will cause a thermal prior alarm because of the initialization to
70%. A cold 0% thermal reference level for testing can be established by keeping both buttons
depressed on powering-up.
Time/current
characteristics
t/s
t/s
4000
4000
3000
3000
2000
2000
1000
1000
500
500
400
400
300
300
200
200
100
100
t 6x
[s]
50
50
120
40
30
40
30
60
20
20
30
10
10
20
15
5
4
10
3
t 6x
[s]
5
4
120
60
1.05
2.5
1.05
2.5
10 I/I
Fig. 1. Trip curves for the thermal unit with no

prior load ("cold curve"); p = 20 ...100 %
10 15 20
5
4
30
10 I/I
Fig. 2. Trip curves for the thermal unit with prior

load 1.0 x I ("hot curve") at p = 100 %.
t/s
t/s
4000
4000
3000
3000
2000
2000
1000
1000
500
500
400
400
300
300
200
200
100
100
50
50
40
40
t 6x
[s]
30
t 6x
[s]
120
30
120
20
20
60
60
10
10
30
20
30
5
15
20
15
10
10
2.5
1.05
10 I/I

1.05
2.5
10 I/I

Start-up supervision
unit
The start-up stall protection can be carried out

in two ways as selected with switch SGF/7:
1. Start-up supervision based on definite time
overcurrent protection
The most straightforward way is to monitor the
start-up time using a definite time overcurrent
function. The start condition is detected by the
fact that the setting Is is exceeded and the allowed start-up time is set as ts. The dis-advantage with this configuration is that the maximum allowed start-up time is fixed and does
not allow for a growing start-up time during a
low voltage condition.
The overcurrent stage starts if the current on
one or several phases exceeds the setting value.
If the overcurrent situation lasts long enough
to exceed the set operating time, the unit calls
for a C.B. tripping by issuing a tripping signal.
At the same time the operation indicator is lit
with red light and the display shows a red figure 6. The red operation indicators remain on
although the protection stage resets. The indicators are reset with the RESET push-button.
By proper configuration of the output relay switchgroups a trip signal can be generated from the
signal SS2 or SS3. The start signal can be routed
directly to the output SS1via switch SG4/3.
The current I> setting range of the stage is
1.0...10 x In. The operate time ts of the overcurrent stage is set within the range 0.3...80 s.
The operation of the low-set overcurrent unit is
provided with a latching feature (switch SGB/8),
which keeps the trip output energized, although
the fault that caused the operation has disappeared. The output relay may be reset in five
different ways; a) by pressing the PROGRAM
push-button, b) by pressing the STEP and PROGRAM push-buttons simul-taneously, by remote control over the SPA bus using c) the command V101 or d) the command V102 and further e) by remote control over the external control input. When resetting according to a) or c)
no stored data are erased, but when resetting
according to b), d) or e) the recorded data are
erased.
2. Start-up supervision based on thermal stress
calculation
The settings Is and ts can also be used in another way by selecting the function mode Is2 x
ts with selector switch SGF/7. In this case the
current Is is set equal to the actual start-up current of the motor and the time ts is set to the
normal start-up time of the motor. The relay
now calculates the product Is2 x ts, which is equal
to the amount of thermal stress built up during

a normal start-up of the motor. During the
motor start-up the relay then continuously
measures the start current, raises the value into
the second power and multiplies it with the running time.
If the software switch SG4/1 has been set in
position 1, the unit starts counting the Is2 x ts
value as soon as the start current value Is is exceeded. When the counted value exceeds the set
Is2 x ts value the unit operates. The START signal can be routed directly to the output SS1 via
switch SG4/3.
At operation the indicator is lit with red light
and the display shows a red figure 6. The red
operation indicators remain lit although the
protection stage resets. The indicators are reset
with the RESET push-button. By proper configuration of the output relay switchgroups a
trip signal can be generated from the signal SS2
or SS3. This type of start-up monitoring also
ensures that the low voltage conditions are catered for by allowing the start-up time to grow
until the set maximum thermal stress is exceeded.
The start current setting range of the stage is
1.0...10 x In. The operate time ts of the overcurrent stage is set within the range 0.3...80 s.
The operation of the low-set overcurrent unit is
provided with a latching feature (switch SGB/8),
which keeps the tripping output energized, although the fault that caused the operation has
disappeared. The output relay may be reset in
five different ways; a) by pressing the PROGRAM push-button, b) by pressing the STEP
and PROGRAM push-buttons simultaneously,
by remote control over the SPA bus using c) the
command V101 or d) the command V102 and
further e) by remote control over the external
control input. When resetting according to a)
or c) no stored data are erased, but when resetting according to b), d) or e) the recorded data
are erased.
3. Start-up supervision with a motor speed switch
For some ExE-type motors the safe stall time is
shorter than the normal start-up time of the
motor. In this case a speed switch on the motor
shaft is needed to give information about
whether the motor is beginning to run up or
not when started. The information from the
speed switch is routed to the control input terminals 10 and 11 on the relay. On activation
of the control input the counting of the definite time or the building-up of thermal stress in
the start-up supervision unit is inhibited.
7
High-set overcurrent
unit
The high-set overcurrent stage starts if the current on one or several phases exceeds the setting
value. When starting, the stage issues a starting
signal. If the overcurrent situation lasts long
enough to exceed the set operate time, the unit
calls for a C.B. tripping by providing a tripping
signal. At the same time the operation indicator is lit with red light. The red operation indicator remains on although the stage resets. The
indicator is reset with the RESET push-button.
The trip signal is always routed to output SS3
and can also, by programming, be routed to
output SS2.
The start current setting range of the high-set
overcurrent stage is 0.5...20 x In. The operate
time t>> of the high-set overcurrent stage is set
within the range 0.04...30 s.
The operation of the high-set overcurrent unit
is provided with a latching feature (switch SGB/7
or SGB/8), which keeps the tripping output
energized, although the fault that caused the
operation has disappeared. The output relay may
be reset in five different ways; a) by pressing the
PROGRAM push-button, b) by pressing the
STEP and PROGRAM push-buttons simulta-
neously, by remote control over the SPA bus

using c) the command V101 or d) the command
V102 and further e) by remote control over the
external control input. When resetting according to a) or c) no stored data are erased, but
when resetting according to b), d) or e) the recorded data are erased.
The setting value I>>/In of the high-set overcurrent stage may be given an automatic doubling function when the protected object is connected to the network, i.e. in a starting situation. Hence the setting value of the high-set
overcurrent stage may be lower than the connection inrush current. The automatic doubling function is selected with switch SGF/2. The
starting situation is defined as a situation where
the phase currents rise from a value below 0.12
x I to a value exceeding 1.5 x I in less than 60
ms. The starting situation ends when the currents fall below 1.25 x I.
The high-set overcurrent stage may be set out
of operation by means of switch SGF/1. When
the high-set unit is set out of operation the display shows a "- - -" readout, indicating that the
operation value is infinite.
Earth-fault unit
The sensitive, non-directional earth-fault unit

of the module SPCJ 4D34 is a single-pole neutral overcurrent unit. It contains a low-set overcurrent stage I0> with the setting range 1.0...
100% In. The operate time can be set within
the range 0.05...30 s.
The stage starts and provides a starting signal if
the measured current exceeds the setting value.
If the current lasts long enough to exceed the
set operate time, the unit calls for a C.B. tripping by providing a tripping signal. The operation of the earth-fault unit is indicated with a
figure 7 on the display on the relay front panel.
At the same time the red operation indicator of
the tripping stage is lit. The operation indicators remain on although the stage resets. The
indicators are reset with the RESET push-button. If the unit is programmed to be signalling
only, i.e. the route through SGR1/8 to the trip
relay is left open, the trip indicator will reappear as long as the unit is activated. By proper
configuration of the output relay switchgroups
a trip signal can be generated from the signal
SS2 or SS3.
The operation of the stage I0> can be blocked
by applying a blocking signal BS on the stage.
The blocking is programmed by means of switch
SGB/4 on the front panel of the module.
The operation of the high-set stage of the earthfault unit is provided with a latching feature
(switch SGB/7 or SGB/8), which keeps the trip-
ping output energized, although the fault that

caused the operation has disappeared. The output relay may be reset in five different ways; a)
by pressing the PROGRAM push-button, b) by
pressing the STEP and PROGRAM push-buttons simultaneously, by remote control over the
SPA bus using c) the command V101 or d) the
command V102 and further e) by remote control over the external control input. When resetting according to a) or c) no stored data are
erased, but when resetting according to b), d)
or e) the recorded data are erased.
To prohibit operation of the contactor in a contactor controlled drive at too high phase currents, the earth-fault unit can be inhibited during a high-current condition by selecting switch
SGF/3 and SGF/4. In this case, the operation
of the earth-fault unit is inhibited as soon as
the phase currents exceed four, six or eight times
the full load current I, as selected with the two
switches.
With isolated neutral networks it is in some cases
possible to use the earth-fault unit in a nontripping mode and only use the output for signalling. This function can be obtained by opening switch SGR1/8 which links the earth-fault
unit to the trip output TS2. If the unit is selected to be tripping, both the trip output TS2
and the selected signal output relays are operated. If the unit is set to be signalling only, the
trip output TS2 is not operated.
Phase unbalance unit
The phase current unbalance unit constitutes a

single-phasing protection and an inverse time
current unbalance protection.
The unbalance of the power system is detected
by monitoring the highest and the lowest phase
current values, i.e. the unbalance I = 100% x
(ILmax-ILmin)/ILmax. At full unbalance the display shows 100 % which equals a negative phase
sequence current I2 = 57.8%. If the unbalance
exceeds the set operating level I, the unit starts
and a timer is started. The operate time depends
on the degree of unbalance and the basic operate time setting t according to the diagram
below. At the lowest selectable starting level, the
operate time is equal to the set value t and for
a full single-phasing condition, the operate time
is about 1 second.
Unnecessary trippings at low current levels are
avoided by the fact that for currents less than
the full load current, the current value ILmax in
the denominator part of the I formula, is assumed to be equal to the full load current I.
different ways; a) by pressing the PROGRAM

push-button, b) by pressing the STEP and PROGRAM push-buttons simul-taneously, by remote control over the SPA bus using c) the command V101 or d) the command V102 and further e) by remote control over the external control input. When resetting according to a) or c)
no stored data are erased, but when resetting
according to b), d) or e) the recorded data are
erased.
Note!
For a proper operation of the phase unbalance
unit in a two-phase application, the two phase
currents should be summed up in the third phase
current transformer, i.e. a virtual third phase is
established.
120
100
t
s
80
60
If the unbalance situation lasts long enough to

exceed the set operate time, the unit requests
C.B. tripping by providing a tripping signal. At
the same time the operation indicator is lit with
red light and the display shows a figure 5. The
red operation indicators remain on although the
stage resets. The indicators are reset with the
RESET push-button. By proper configuration
of the output relay switchgroups a trip signal
can be generated from the signals SS2 or SS3.
50
40
t
s
30
120
100
20
80
60
10
40
The operation of the phase unbalance protection can be blocked by bringing a blocking
signal BS to the unit. The blocking configuration is set by means of switchgroup SGB/3.
With switch SGF/5 the unbalance unit can be
made operative or set out of function.
The setting range of the start current is 10...
40 % IL or (Indicated by "- - -"). The basic
operate time t of the unbalance unit is set
within the range 20...120 s.
6
5
20
1
10
The operation of the unbalance unit is provided

with a latching feature (switch SGB/8), which
keeps the tripping output energized, although
the fault that caused the operation has disappeared. The output relay may be reset in five
10
20
30
40
50
60 70 80 90 100
I/ IL [%]
Fig. 5. The operate time of the unbalance protection as a function of the degree of unbalance
Incorrect phase
sequence unit
The incorrect phase sequence protection is based

on the order of appearance for the positive halfwaves of the phase currents. If the phase currents rise in an incorrect order, the unit starts
and calls for a C.B. operation within less than
one second. The incorrect phase sequence protection can be selected or inhibited by the switch
SGF/6. After an ope-ration, the operation indicators and output relays are the same as for the
previously described unbalance unit.
Undercurrent unit
The undercurrent unit constitutes a protection

for the drive and the motor upon sudden loss
of load. The undercurrent protection can be
used in applications where the loss of load indicates a fault condition, e.g. with pumps or
conveyors.
In order not to trip a de-energized motor, the

unit is inhibited at current levels below 12 per
cent of the full load current.
The starting level of the unit is determined by

the full load current setting I. If the load is
lost, the three phase currents fall below the set
level and the unit starts. If the undercurrent
condition persists for a time longer than the set
operate time t<, the unit calls for a C.B. tripping by providing a tripping signal. At the same
time the operation indicator is lit with red light
and the display shows a red figure 8. The red
operation indicators remain lit although the
stage resets. The indicators are reset with the
RESET push-button. By proper configuration
of the output relay switchgroups a trip signal
can be generated from the signals SS2 or SS3.
The start current setting range of the stage is
30...80% I. The operate time t< is set within
the range 2.0 ... 600 s.
If the undercurrent protection is not required,

the unit can be set out of operation with switch
SGF/8. The setting is in this case displayed as
"- - -".
The operation of the undercurrent unit is provided with a latching feature (switch SGB/8),
which keeps the tripping output energized, although the fault that caused the operation has
disappeared. The output relay may be reset in
five different ways; a) by pressing the PROGRAM push-button, b) by pressing the STEP
and PROGRAM push-buttons simultaneously,
by remote control over the SPA bus using c) the
command V101 or d) the command V102 and
further e) by remote control over the external
control input. When resetting according to a)
or c) no stored data are erased, but when resetting according to b), d) or e) the recorded data
are erased.
Cumulative start-up
time counter
Any time the motor is started, the start-up time

is added to a register ts. If the contents of the
register exceeds a preset level tsi, any attempt
to restart the motor will be inhibited, because
the restart enable relay will be reset. Besides the
maximum amount of accumulated start-up
time, a resetting speed is also set, defining how
rapidly the contents of the start-up time register should be decreased. If the motor manufacturer e.g. states that a maximum of three 60 s
starts may be made with a motor within four
hours, the setting tsi should be 3 x 60 = 180 s
and the setting ts = 180 s / 4h = 45 s/h.
Self-supervision
The microprocessor technology used enables a

self-supervision feature to be implemented in
the relay. The supervision unit continuously
monitors the condition of most of the important components in the relay as well as the cooperation of the microprocessor and the analog-to-digital converter hardware. The operation
of the processor software is also monitored. If
an incorrect operation is detected, the signal-
ling output relay is operated. This provides a

means of avoiding conditions where the system
could be operated without a proper protection.
The output relay is normally energized, ensuring that an alarm is given also at a total loss of
auxiliary power. If the fault condition permits
it, the internal relay fault is indicated with a separate LED labelled "IRF" on the front panel.
11
Block diagram
SGR2 / 2
I ,t 6x
SGR1 / 2
START
IL1
IL2
IRF
SGR2 / 4
> t
SGR2 / 1
> a
> i
SGR1 / 1
SG4 / 2
RESTART RESTART INH.

INHIBIT
ts
IL3
SG4 / 3
SGB / 2
SGB / 1
TS1
1
SGB / 7
RESET +
PROGRAM
SGR1 / 3
Is
ts
SGR2 / 5
SS1
SGR2 / 3
STALL
SGR1 / 4
I>>
t>>
(AR2)
BS
SS2
SGR1 / 5
SGR2 / 6
(AR3)
SGB / 3
t<
I<
SGR1 / 7
SS3
SGR2 / 8
SGB / 8
Io>
to>, ko
Io
(AR1)
RESET +
PROGRAM
TS2
SGR1 / 6
SGR2 / 7
SGR1 / 8
SGB / 4
TRIP
RESET
SGB / 5
SGB / 6
EXTERNAL TRIP
SPCJ 4D34
RELAY RESET
Fig. 6. Block diagram of the motor protection module SPCJ 4D34

IL1, IL2, IL3
I0
BS
SGF
SGB
SGR1...2
TS1
SS1
SS2
SS3
TS2
AR1, AR2, AR3
TRIP
Phase currents
Neutral current
External control,blocking or resetting signal
Selector switchgroup SGF
Selector switchgroup SGB
Selector switchgroups SGR
Restart enable signal
Starting or prior alarm signal selected with switchgroup SGR2
Prior alarm or trip signal 2 selected with switchgroup SGR1
Trip signal 2 for stages selected with switchgroup SGR2
Tripping signal selected with switchgroup SGR2
Starting signals for external autoreclose unit (not used with motors!)
Red indicator for tripping
Note!
All input and output signals of the module are
not necessarily wired to the terminals of every
relay unit using a particular module. The sig-
12
nals wired to the terminals are shown in the diagram illustrating the flow of signals between the
protection modules of the relay unit.
Front panel
3I >>
3
I
I
Current measurement indicators

for phases L1, L2, L3 and I0
L1
L2
L3
I o IRF
Simplified device
symbol
Self-supervision alarm
indicator
Display for set and
measured values/
starting and operation
indicator
Indicator for setting of motor full load current I

Indicator for setting of safe stall time t6x Indicator
for setting of weighting factor p
Indicator for setting of prior alarm level a
Indicator for setting of thermal inhibit level i
Indicator for setting of cooling time multiplier kc
Indicator for setting of startup supervision, Is
Indicator for setting of startup time ts
Indicator for setting of high-set overcurrent I>>
Indicator for operate time setting t>> of stage I>>
Indicator for setting of earth-fault protection, I0
Indicator for setting of operate time t0
Indicator for starting value I for unbalance
Indicator for operate time setting t of stage I
Indicator for starting value for undercurrent, I<
Indicator for operate time setting t< of stage I<
Indicator for setting of startup time inhibit, tsi
Indicator for setting of countdown rate, ts/t
I /I n
t 6x [ s]
p [ %]
a [ %]
i [ %]
kc
I s /I n
t s [ s]
RESET
STEP
Reset and display

step push-button
I >> / I n
t >> [ s]
I o [%I n]
t o [ s]
I [% I L ]
t [ s]
I < [% I ]
t < [ s]
t si [ s]
t s [ s/h ]
PROGRAM
Indicator for switchgroup SGF checksum
SGF
Indicator for switchgroup SGB checksum
SGB
Indicator for switchgroup SGR1...2 checksum
SGR 1
SGR 2
Selector push-button
956
TRIP
SPCJ 4D34
Trip indicator
Type designation
of relay module
Fig. 7. Front panel of the motor protection relay module SPCJ 4D34
13
Operation
indications
Each protective unit has its own operation indicator shown as a figure in the digital display.
Further all stages share a common operation
indicator named "TRIP", which indicates with
red light that the module has delivered a tripping signal.
The operation indication in the display persists
when the current stage resets, thus indicating

which protection stage was operating. The operation indication is reset with the RESET pushbutton. The function of the protection module
is not affected by an unreset operation indicator.
The following table shows the starting and tripping indications and their meanings.
Indication Explanation
1
2
3
4
5
6
7
8
9
> a
> t
> i, tsi,
EINH
I>>
I
= A prior alarm signal for a thermal overload has been given

= The thermal protection unit has tripped
= The thermal restart inhibit level is exceeded, the startup time
counter is full or the external inhibit signal is active
= The high-set stage I>> of the overcurrent unit has tripped
= The unbalance/incorrect phase sequence protection unit has
tripped
Is 2 x t s
= The start-up supervision unit has tripped
I0
= The earth-fault unit has tripped
I<
= The undercurrent unit has tripped
EXT.TRIP = A trip from an external relay has been carried out via the relay
The self-supervision alarm indicator IRF indicates that the self-supervision system has detected a permanent fault. The indicator is lit
with red light about one minute after the fault
has been detected. At the same time the protection module delivers a signal to the self-supervision system output relay of the protection unit.
14
Additionally, in most fault cases, a fault code

showing the nature of the fault appears on the
display of the module. The fault code consists
of a red figure one and a green code number.
When a fault occurs, the fault code should be
recorded and stated when ordering service.
Relay settings
The setting values are shown by the right-most

three digits of the display. An indicator close to
Setting
I
the setting value symbol shows which setting

value group is presently indicated on the display.
Parameter
Setting range
(Factory settings)
Motor full load current I as a multiple of the relay rated

current In. Tripping will be carried out if the current
exceeds the set value by more than 5% for an extended
amount of time.
0.50...1.50 x In
t6x
Maximum safe stall time, i.e. operate time in seconds for

a cold motor at six times the full load current I.
2.0...120 s
Weighting factor for thermal unit curves
20...100% (50%)
Prior alarm level for an approaching thermal overload in

per cent of the trip level
Restart inhibit level for a thermal overload condition in

per cent of the trip level
kc
Cooling reduction factor for a motor at standstill compared

to the heating time constant
Is
Motor start current setting as a multiple of the relay rated

current In
1.0...10.0 x In
ts
Motor start time setting in seconds *)
0.3...80 s (2 s)
I>>
High-set overcurrent unit setting as multiples of relay rated

current In
0.5...20 x In and
t>>
High-set stage operate time in seconds
0.04...30 s
I0
Start current setting I0 for the earth-fault unit in per cent

of the relay rated current In
1.0...100% In
t0
Operate time of the earth-fault unit to in seconds
0.05...30 s
Setting I for the unbalance protection in per cent of the

highest phase current
10...40% IL and
Operate time at the starting level in seconds, inverse time

Operate time for the incorrect phase sequence current
protection
I<
20...120 s
< 1s
Starting value for the undercurrent unit in per cent of the

motor full load current
30...80% I and off
t<
Operate time of the undercurrent unit in seconds
2600 s
tsi
Time-based start inhibit counter setting in seconds*)
5...500 s
ts
Countdown rate of the start time counter in seconds per hour
2...250 s/h
SGF
SGB
SGR
The checksums of the selector switchgroups SGF, SGB,

SGR1 and SGR2 are indicated on the display when the
indicators adjacent to the switchgroup symbols on the
front panel are illuminated. The incluence of the position
of the different switches on the operation of the relay is
described in separate paragraphs.
*) Start-up is defined as a condition when the

phase currents within less than 60 ms exceed
a level 1.5 I from a standstill state I<0.12 I.
The start-up condition ends when the phase
currents again go lower than 1.25 I. For
the start-up stall protection unit, time counting is stopped when the speed switch changes
its state, if the facility is in use. In this case
the setting ts should preferrably be equal to
the te time of the motor.
15
Programming
switches
The additional functions required in various

applications are selected by means of switchgroups SGF, SGB, SGR1 and SGR2 indicated
on the front panel. Further, the motor protection relay module contains a software switch-
Functional
programming
switchgroup SGF
The selector switches of the switchgroup SGF

are used to define certain functions of the relay
and are identified as SGF/1 to SGF/8.
Switch
Function
Factory User
Weight
default settings value
SGF/1 High-set overcurrent unit inhibited or in use

0 = high-set stage inhibited (setting displayed "- - -")
1 = high-set stage in use
SGF/2 Setting of high-set overcurrent stage doubled during

a motor start-up
0 = no doubling
1 = doubling feature active
SGF/3 Earth-fault trip inhibited on overcurrents higher than

SGF/4 a selected multiple of the motor full load current
FLC as follows:
0
0
4
8
SGF/5 Selection or deselection of phase unbalance protection

0 = not in use (setting displayed "- - -")
1 = operative
16
SGF/6 Incorrect phase sequence protection inhibited or in use

0 = not in use
1 = operative
32
SGF/7 Stall protection based on the thermal stress supervision,

Is2 x ts or a definite time overcurrent function, Is & ts.
0 = definite time overcurrent;
1 = thermal stress monitoring
64
SGF/8 Selection or deselection of the undercurrent protection

0 = not in use (setting displayed "- - -")
1 = operative
128
SGF/3 = 0
SGF/3 =1
SGF/4 = 0
no inhibit
inhibit at four times FLC
SGF/4 = 1
inhibit at six times FLC
inhibit at eight times FLC
Checksum for factory setting of SGF
16
group SG4, which is located in submenu four

of register A. The numbering of the switches,
1...8, and the switch positions 0 and 1 are indicated when setting the switchgroups. In normal service only the checksums are shown.
115
Blocking and control

input selector
switchgroup SGB
The selector switches of the switchgroup SGB

are used to define certain functions of the exSwitch
ternal control input of the relay and are identified as SGB/1 to SGB/8.
Function
Factory Checksetting sum

value
SGB /1 Stall information to relay from speed switch on motor (1).

This feature is mainly used for ExE-type motor drives where
the motor must not be stalled for a time exceeding the motor
start-up time.
SGB /2 Restart of the motor inhibited by external command (1).

Can be used to tie the motor restart to an external automation
equipment.
SGB /3 When SGB/3 = 1, the phase unbalance unit is blocked by the

input signal BS. On deblocking, the unit operates with its normal operate time. Can be used e.g. to inhibit the operation during
a start-up when the motor is connected to a soft-starter.
SGB /4 When SGB/4 = 1, the earth-fault unit is blocked by the input

signal BS. On deblocking, the unit operates with its normal
operating time. Can be used e.g. to avoid possible nuisance
trippings during start-up due to a soft-starter or saturated C.T.s.
SGB/5
External trip command carried out to output relay A (1).

External protective relays can be connected to the trip path using
this feature.
Note! The trip signalling is not handled by the SPCJ-module and
must be arranged using a contact on the external protective relay.
16
SGB/6
External relay reset (1) makes it possible to have a manual

master reset button outside the relay. The same button can
serve all relays on a station. Another possibility is to link the
reset to some automation.
32
SGB/7
Latching of output relay for short-circuit, earth-fault or unbalance trip.
64
128
When SGB/7 = 0, the tripping signal returns to its initial state,

i.e. the output relay drops off, when the measuring signal causing
the operation falls below the starting level.
When SGB/7 = 1, the tripping signal remains on, i.e. the output
relay operated although the measuring signal falls below the
starting level. Then the tripping signals have to be reset by pressing the PROGRAM push-button, by pressing the PROGRAM
and RESET push-buttons simultaneously or by remote control
over the SPA bus or the external control input.
SGB /8 Latching (1) of output relay for any tripping, independent of
the cause.
When SGB/8 = 0, the tripping signal returns to its initial state,
i.e. the output relay drops off, when the measuring signal causing
the operation falls below the starting level.
When SGB/8 = 1, the tripping signal remains on, i.e. the output
relay is energized, although the measuring signal falls below the
starting level. The tripping signals have to be reset by pressing
the PROGRAM push-button, by pressing the PROGRAM and
RESET push-buttons simultaneously or by remote control over
the SPA bus or the external control input.
Checksum for factory setting of SGB
17
Relay output
programming
switchgroups
SGR1 and SGR2
The selector switches of the switchgroups SGR1

and SGR2 are used to route desired output signals to the corresponding output relays. The
switches are identified as SGR1/1 ...SGR1/8

and SGR2/1...SGR2/8.
Selector switchgroup SGR 1

Switch
Function

value
When SGR1/1 = 1, the thermal prior alarm linked to SS2
When SGR1/2 = 1, the thermal trip signal linked to SS2
When SGR1/3 = 1, the signal from stall protection

linked to SS2
When SGR1/4 = 1, the signal for high-set overcurrent

linked to SS2
When SGR1/5 = 1, the signal for current unbalance

linked to SS2
16
When SGR1/6 = 1, the signal for earth-fault linked to SS2
32
When SGR1/7 = 1, the signal for undercurrent linked to SS2
64
When SGR1/8 = 1, the earth-fault unit trip linked to TS2
128
Checksum for factory settings for SGR1
129
Selector switchgroup SGR 2

1
When SGR2/1 = 1, the thermal prior alarm linked to SS1
When SGR2/2 = 1, the motor start-up info output linked to SS1
When SGR2/3 = 1, the starting of the high-set overcurrent unit

linked to SS1
When SGR2/4 = 1, the thermal trip signal linked to SS3
When SGR2/5 = 1, the signal from stall protection linked to SS3
16
When SGR2/6 = 1, the signal for current unbalance linked to SS3
32
When SGR2/7 = 1, the signal for earth-fault linked to SS3
64
When SGR2/8 = 1, the signal for undercurrent linked to SS3
128
Checksum for factory settings for SGR2
18
250
Switchgroup SG4
The software switchgroup SG4 contains three

selector switches in the fourth submeny of register A.
Switch Function

value
Switch SG4/1 is used, when the Is2 x ts principle has been

selected for start-up supervision. (SGF/7 = 1)
When SG4/1 = 0, the relay calculates the Is2 x ts value in a

starting situation. A starting situation is defined as a situation,
where the phase currents increase from a value less than 0.12 I
to a value exceeding 1.5 x I within less than 60 ms. The starting
situation ceases when the phase currents fall below 1.25 x I for
more than 100 ms.
When SG4/1 = 1, the relay starts calculating the Is2 x ts value
when the start current Is is exceeded.
2
When SG4/2 = 1, the restart enable message TS1 is disabled.
When SG4/3 = 1, the start signal of the Is stage is directly

routed to output SS1.
Factory set default checksum of switchgroup SG4
Example of
checksum
calculation
The example below illustrates how the checksum

of switchgroup SGF can be calculated manually:
Switch
Factor
SGF/1
SGF/2
SGF/3
SGF/4
SGF/5
SGF/6
SGF/7
SGF/8
1
2
4
8
16
32
64
128
Switch position
x
x
x
x
x
x
x
x
Switchgroup SGF checksum
When the checksum calculated according to the

example is equal to the checksum indicated on
1
0
1
0
0
0
1
0
Value
=
=
=
=
=
=
=
=
1
0
4
0
0
0
64
+0
69
the display of the relay module, the switches

are properly set.
19
Measured data
The measured values are displayed by the three

right-most digits of the display. The currently
Indicator
Recorded
information
measured data are indicated by an illuminated

LED indicator on the front panel.
Measured data
IL1
Line current on phase L1 as a multiple of the relay rated current In.
IL2
IL3
I0
Neutral current expressed in per cent of the relay rated current In.
Any time the relay starts or performs a tripping,

the current values at the moment of tripping,
the duration of the starting for different units
and other parameters are stored in a two place
memory stack. A new operation moves the old
values up to the second place and adds a new
value to the first place of the stack consisting of
registers 1...7. Two value pairs are memorized -
if a third starting occurs, the oldest set of values

will be lost. A master reset of the relay erases all
the contents of both of the register blocks.
The leftmost red digit displays the register address and the other three digits the recorded
information. A symbol "//" in the text indicates
that the following item is found in a submenu.
Register/ Recorded information

STEP
20
Phase current IL1 measured as a multiple of the rated current of the overcurrent
unit. // The duration of the starting of the I> unit in per cent of the operate time.
unit. // The duration of the starting of the I>> unit in per cent of the operate time.
unit. // The duration of the starting of the I< unit in per cent of the operate time.
Neutral current Io measured as a per cent of the rated current of the earth-fault
unit. // The duration of the starting of the I0 unit in per cent of the operate time.
Phase unbalance I in percent of highest phase current. // The duration of the

starting of the I unit in per cent of the trip time.
Start-up thermal stress product Is2 x ts. // Motor start-up count. Cleared only by a
power supply interrupt.
The thermal level I at the end of the event, given in per cent of the trip level. //
The thermal level I at the beginning of the event, given in per cent of the trip level.
The actual value of the thermal capacity used. // The actual value of the phase
unbalance.
The approximate time in minutes to a restart enabling of the motor if the motor is
stopped. // The actual value of the cumulative start-up time counter, which is continuously decreased with a rate determined by the setting t/t. // The motor
start-up time memorized during the latest start-up. // Counter for the total amount
of motor running hours expressed in hours x 100.
Register/ Recorded information

STEP
0
Display of blocking signals and other external control signals.

The rightmost digit indicates the state of the external control input of the unit.
The following states may be indicated:
0 = no control / blocking signal
1 = the control or blocking signal BS is alert.
The effect of the signal on the unit is determined by the setting of switchgroup
SGB
From the register "0" it is possible to move on to the TEST mode, where the alarm
and tripping signals of the module are activated one by one in thefollowing order
and indicated by the flashing setting indication LED:
I / In
t6x [s]
p [%]
a [%]
i [%]
kc
Is / In
ts [s]
Tripping caused by the thermal unit

Thermal unit prior alarm carried out
Trip from start-up supervision unit and start condition signal
I / In
t [s]
Trip from high-set overcurrent unit
Io [%In]
to [s]
Trip from earth-fault unit
I [%IL]
t [s]
Trip from unbalance unit
I< [%I ]
t< [s]
Trip from undercurrent unit
tsi [s]
ts [s/h]
Restart inhibit from start-up time counter
The LED positions adjacent to SGF, SGB and SGR are not tied to any test function.
For further details, see the description "General characteristics of D-type SPC relay
modules".
A
The address code of the protection relay module, required by the serial communication system. // Data transfer rate of the serial communication. // The bus traffic
monitor indicating the operation state of the serial communication system. If the
module is connected to a system including the control data communicator type
SACO 148D4 and if the communication system is operating, the counter reading
of the bus traffic monitor will be zero. Otherwise the numbers 0...255 are continuously scrolling in the counter. // The password required for the remote control of
settings. The password given in the setting mode of the next submenu step must
always be entered via the serial communication before settings can be remotely
altered. // Checksum of switchgroup SG4
Display dark. By pressing the STEP push-button the beginning of the display sequence is re-entered.
The memorized values in registers 1...7 are

erased by pressing the push-buttons RESET and
PROGRAM simultaneously. The registers are
also erased if the auxiliary power supply of the
module is interrupted. The address code of the
relay module, the data transfer rate of the serial
communication and the passwords are not

erased by a voltage failure. The instructions for
setting the address and the data transfer rate are
described in the "General characteristics of D
type SPC relay modules".
21
Main menus and

submenus of
settings and
registers
MAIN MENU
SUBMENUS
STEP 0.5 s
PROGRAM 1 s
Current on phase L1
Current on phase L2
Current on phase L3
Neutral current Io
R
E
V
S
T
E
P
Full load current setting I
Maximum safe
stall time t6x
Weighting factor
p for thermal unit
Prior alarm level a
Restart inhibit
level i
Cooling reduction
at standstill k c
Motor startup current

setting I s
Motor startup
time setting t s
High-set starting value I>>
Operating time t>>
Starting value setting Io>
Operating time to
Starting value setting I
Operating time t
Starting value setting I<
Operating time t<
Set startup time total

for restart inhibit, tsi
Startup time count

reset rate ts/t
Setting of relay
switchgroup SGR2
.5
s
M
A
I
N
M
E
N
U
Setting of functional
switchgroup SGF
Setting of blocking
switchgroup SGB
Setting of relay
switchgroup SGR1
REV. STEP 0.5 s
FWD. STEP 1 s
SUBMENUS
F
W
D
DATA REGISTERED DURING THE PREVIOUS EVENT (n-1)
DATA REGISTERED DURING THE LATEST EVENT (n)
S
T
E
P

value of phase current IL1
Duration of latest
activation of unit I>
Previous event (n-1)

value of phase L1
1
s

Duration of latest
activation of unit I>>

value of phase L2
Duration of previous
3 activation of unit I>>

Duration of latest
activation of unit I<

value of phase L3
3 activation of unit I<

value of neutral current Io
Duration of latest
activation of unit Io

value of current Io
3 activation of unit Io

value of unbalance I
Duration of latest
activation of unit I

value of unbalance

value of startup stress
Motor startup
count at event (n)

value of startup stress
3 Motor startup
count at event (n-1)

final value of thermal level m
Thermal level before

the latest event (n)

final thermal level
Recent value m of the

thermal capacity used
Recent value of the

phase unbalance I
Approximate
i time ti before
a restart attempt is enabled
Recent value of the

startup time count t s
Status of external relay

blocking / control signal
Relay module address
000
Communication
speed [kBd]
Ists
I>>
Startup time ts of the

latest motor startup
Io>
I<
Bus
supervision
activation of unit I>
activation of unit I
Thermal level before

the prior event (n-1)
3 Counter for number

of service hours
ts
Password
Switchgroup SG4
Fig. 8. Man-machine communication menu for the motor protection relay module SPCJ 4D34
22
The measures required for entering a submenu

or a setting mode and how to perform the setting and use the TEST mode are described in
detail on Data Sheet "General characteristics of

the D-type SPC relay modules". A short form
guide to the operations is shown below.
Desired step or programming operation
Push-button
Action
Forward step in main or submenu
STEP
Press for more than 0.5 s
Rapid forward scan in main menu
STEP
Keep depressed
Reverse step in main or submenu
STEP
Press less than about 0.5 s
Entering submenu from main menu
PROGRAM
Press for 1 s
(Active on release)
Entering or leaving setting mode
PROGRAM
Press for 5 s
Increasing a value in setting mode
STEP
Moving the cursor in setting mode
PROGRAM
Press for about 1 s
Storing a value in setting mode
STEP&PROGRAM
Press simultaneously
Resetting of memorized values
STEP&PROGRAM
Note! Operative outside

setting mode
Resetting of latched output relays
PROGRAM
Press once,
display must be off
Note! All parameters which can be set in a setting mode are indicated with the symbol
Acknowledge and reset functions:

RESET clears the operation indications on the
display.
PROGRAM clears the operation indications on
the display and unlatches a latched output relay
(corresponds to the command V101 over the
SPA bus).
RESET & PROGRAM clears the operation

indications on the display, unlatches a latched
output relay and erases the recorded fault values from the memory (corresponds to the command V 102 over the SPA bus).
23
Technical data
Thermal overload unit

Motor full load current setting I
Setting range
Setting resolution
Accuracy of current measurement
0.50...1.50 x In
0.01 x In
2%
Safe stall time setting t6x, operate time from

cold state at 6 x I,
Setting range
Setting resolution as handled by algorithm
Time count increments for the thermal unit
Accuracy of timing functions
2.0...120 s
0.5 s
0.5 s
2% or 0.5 s
Cooling time multiplier kc for motor at standstill,

setting range
1...64 times heating time constant
Thermal prior alarm level a, setting range
50...100% of thermal trip level t
Restart inhibit level i for thermal overload,

setting range
20...80% of thermal trip level t
Initialization of the thermal unit on connection

of auxiliary supply, equal to motor hot state
70% x t *)
Start-up supervision unit

Start-up current Is, setting range
Start-up time ts, setting range
1.0...10.0 x In
0.3...80 s
When operating as definite time overcurrent relay: **)

Reset time, typ.
Drop-off / pick-up ratio, typ.
Operate time accuracy
Operation accuracy
50 ms
0.96
2% of set value or 25 ms
3% of set value
When operating as start-up thermal stress relay: **)

Reset time, typ.
Operation accuracy
Shortest possible operate time
200 ms
10% of set value Is2 x ts
about 300 ms
High-set overcurrent unit

Start current I>>, setting range
Start time, typically
Operate time setting range
Reset time, typ.
Operation accuracy
0.5...20.0 x In or , infinite
50 ms
0.04...30 s
50 ms
0.96
3% of set value
*) Note!
Due to this feature, low settings of the prior
alarm level will always render a thermal prior
alarm signal when the auxiliary supply is connected.
24
**) Note!
Both protection functions cannot be selected at
the same time. The selection is carried out with
switch SGF/7. In both cases the operation of
the timing circuit can be interrupted with an
external control signal fed to the relay's control
input (SGB/1 = 1).
Earth-fault unit
Start current I0, setting range
Start time, typ.
Operate time setting range
Reset time, typ.
Operation accuracy
Unbalance / phase reversal unit
Start current I, setting range
Operation time at lowest possible setting, 10 %
Reset time, typ.
1.0...100 % In
50 ms
0.05...30 s
50 ms
0.96
3% of set value +0.0005 x In
Operate time for a single phasing condition

Operate time at incorrect phase sequence
10...40% IL or , infinite
20...120 s, inverse time
200 ms
20% of theoretical value for
U/B > 20%, see Fig. 5
1s
600 ms
Undercurrent unit
Starting value I<, setting range
Operate time t<, setting range
Reset time, typ.
30...80% Iq or off
2600 s
200 ms
1.1
Start-up time counter unit

Restart inhibiting start count setting tsi
Countdown rate of start-up time counter ts/t
5...500 s
2...250 s/h
25
Serial
communication
Event codes
When the motor protection relay module

SPCJ 4D34 is linked to the control data communicator SACO 148 D4 over the SPA bus,
the module will provide spontaneous event
markings e.g. to a printer. The events are printed
out in the format: time, text which the user may
have programmed into SACO148D4 and event
code.
The codes E1...E32 and the events represented
by these can be included in or excluded from
the event reporting by writing event masks
V155, V156, V157 and V158 to the module
over the SPA bus. The event masks are binary
numbers coded to decimal numbers. The event
codes, e.g. E1...E8 are represented by the numbers 1, 2, 4...128. An event mask is formed by
multiplying the above numbers either by 0,
event not included in reporting, or 1, event included in reporting and adding up the numbers received, compare the procedure used in
calculation of a checksum.
The event masks V155...V158 may have a value
within range 0...255. The default values for the
masks in the module SPCJ 4D34 are V155=80,
V156=68, V157=68 and V158=20. The events
selected by the default settings can be found in
the list of events below.
Code
Event
E1
E2
E3 *
E4 *
E5
E6
E7
E8
Beginning of motor start-up condition

End of motor start-up condition
Beginning of thermal overload condition
End of thermal overload condition
Start of thermal prior alarm
Thermal prior alarm reset
Tripping of thermal unit starting
Tripping of thermal unit reset
Default checksum for mask V155
E9 *
E10 *
E11
E12
E13 *
E14 *
E15
E16
Starting of stage Is>

Starting of stage Is> reset
Tripping of stage Is> or Is2 x ts
Tripping of stage Is> or Is2 x ts reset
Starting of I>> stage
Starting of I>> stage reset
Tripping of stage I>> reset
26
The output signals are monitored by codes

E33...E42 and the events represented by these
can be included in or excluded from the event
reporting by writing an event mask V159 to
the module. The event mask is a binary number
coded to a decimal number. The event codes
E33...E42 are represented by the numbers 1,
2, 4...512. An event mask is formed by multiplying the above numbers either by 0, event not
included in reporting or 1, event included in
reporting and adding up the numbers received,
compare the procedure used in calculation of a
checksum.
The event mask V159 may have a value within
the range 0...1023. The default value of the motor protection relay module SPCJ 4D34 is 768
which means that only the operations of the
trip relay are included in the reporting.
The codes E50...E54 and the events represented
by these cannot be excluded from the reporting.
More information about the serial communication over the SPA-bus can be found in the
description "SPA bus communication protocol",
34 SPACOM 2 EN1.
Event codes of the motor protection relay module SPCJ 4D34:
Number representing the event
Default settings
in the masks
1
2
4
8
16
32
64
128
0
0
0
0
1
0
1
0
80
1
2
4
8
16
32
64
128
68
0
0
1
0
0
0
1
0
Code
Event
E17 *
E18 *
E19
E20
E21 *
E22 *
E23
E24
Starting of stage I0>

Starting of stage I0> reset
Tripping of stage I0>
Tripping of stage I0> reset
Starting of I stage
Starting of I stage reset
Tripping of stage I
Tripping of stage I reset
E25 *
E26 *
E27
E28
E29
E30
E31
E32
E33
E34
E35
E36
E37
E38
E39
E40
E41
E42
E50
E51
E52
E53
E54
Number representing the event
Default settings
in the masks
1
2
4
8
16
32
64
128
0
0
1
0
0
0
1
0
68
Starting of stage I<

Starting of stage I< reset
Tripping of stage I<
Tripping of stage I< reset
Beginning of external trip signal
External trip signal reset
Beginning of motor restart inhibit
End of motor restart inhibit
1
2
4
8
16
32
64
128
20
Output signal TS1 activated

Output signal TS1 reset
Output signal SS1 activated
Output signal SS1 reset
Output signal TS2 activated
Output signal TS2 reset
1
2
4
8
16
32
64
128
256
512
768
Restarting
Overflow of event register
Temporary interruption in data communication
No response from the module over the data
communication
The module responds again over the data
communication
0 not included in the event reporting

1 included in the event reporting
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
- no code number
cannot be programmed
E52E54 are generated by SACO 100M or SRIO 500M/1000M

* Note!
During a motor start-up (E1-E2) the event codes
for starting of protective units, marked with an
asterisk in the table, are not transmitted.
27
Remote transfer data
In addition to the spontaneous data transfer the

SPA bus allows reading of all input data (I-data)
of the module, setting values (S-values), information recorded in the memory (V-data), and
Data
some other data. Further, part of the data can

be altered by commands given over the SPA bus.
All the data are available in channel 0.
Code Data flow

direction
Value range
I1
I2
I3
I4
I5
R
R
R
R
R
0...63 x In
0...63 x In
0...63 x In
0...210 % In
0 = no blocking
1 = external blocking or control
signal active
Starting of stage I
O1
Thermal prior alarm
O2
Tripping of stage I
O3
Starting of stage Is> or Is2 x ts
O4
Tripping of stage Is> or Is2 x ts
O5
Starting of stage I>>
O6
O7
Starting of stage I0>
O8
Tripping of stage I0>
O9
Starting of stage I
O10
Tripping of stage I
O11
Starting of stage I<
O12
Tripping of stage I<
O13
External trip signal
O14
External restart inhibit signal
O15
RESTART ENABLE output TS1
O16
START output SS1
O17
R, W (P)
SIGNAL 2 output SS2
O18
R, W (P)
SIGNAL1 output SS3
O19
R, W (P)
TRIP output TS2
O20
R, W (P)
0 = I stage not started

1 = I stage started
0 = I alarm active
1 = I alarm reset
0 = I stage not tripped
1 = I stage tripped
0 = Is> or Is2 x ts stage not started
1 = Is> or Is2 x ts stage started
0 = Is> or Is2 x ts stage not tripped
1 = Is> or Is2 x ts stage tripped
0 = I>> stage not started
1 = I>> stage started
0 = I>> stage not tripped
1 = I>> stage tripped
0 = I0> stage not started
1 = I0> stage started
0 = I0> stage not tripped
1 = I0> stage tripped
1 = I stage started
1 = I stage tripped
0 = I< stage not started
1 = I< stage started
0 = I< stage not tripped
1 = I< stage tripped
0 = signal not active
1 = signal active
0 = inhibit not active
1 = inhibit active
1 = signal active
1 = signal active
1 = signal active
1 = signal active
1 = signal active
INPUTS
Measured current on phase L1
Measured neutral current
Blocking or control signal
OUTPUTS
28
Data
Code
Data flow
direction
Value range
Operating of output relays
O21
R, W (P)
Restart enable output control
O22
W(P)
0 = not operated
1 = operated
0 = not affecting restart enable
1 = restart remotely inhibited
Memorized starting of stage I
O31
Memorized thermal prior alarm
O32
Memorized tripping of stage I
O33
Memorized starting of stage

Is> or Is2 x ts
Memorized tripping of stage
Is> or Is2 x ts
Memorized starting of stage I>>
O34
O35
O36
Memorized tripping of stage I>>
O37
Memorized starting of stage I0>
O38
Memorized tripping of stage I0>
O39
Memorized starting of stage I
O40
Memorized tripping of stage I
O41
Memorized starting of stage I<
O42
Memorized tripping of stage I<
O43
Memorized external trip signal
O44
Memorized external restart

inhibit signal
Memorized output signal TS1
O45
O46
Memorized output signal SS1
O47
O48
O49
Memorized output signal TS2
O50
Memorized output ENA-signal
O51

1 = I stage started
0 = I alarm active
1 = I alarm reset
1 = I stage tripped
0 = Is> or Is2 x ts stage not started
1 = Is> or Is2 x ts stage started
0 = Is> or Is2 x ts stage not tripped
1 = Is> or Is2 x ts stage tripped
0 = I>> stage not started
1 = I>> stage started
0 = I>> stage not tripped
1 = I>> stage tripped
0 = I0> stage not started
1 = I0> stage started
0 = I0> stage not tripped
1 = I0> stage tripped
1 = I stage started
1 = I stage tripped
0 = I< stage not started
1 = I< stage started
0 = I< stage not tripped
1 = I< stage tripped
1 = signal active
0 = inhibit not active
1 = inhibit active
1 = signal active
1 = signal active
1 = signal active
1 = signal active
1 = signal active
1 = signal active
29
Data
Code
Data flow Value range

direction
Thermal trip current setting I

Thermal unit stall time setting t6x
Weighting factor p of the thermal unit
Thermal prior alarm level setting a
Restart inhibit level setting i
Cooling time multiplier setting kc
Starting value of the Is or Is2 x ts unit
Operate time ts of the Is or Is2 x ts unit
Starting value of stage I>>
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
R, W (P)
R, W (P)
R, W (P)
R, W (P)
R, W (P)
R, W (P)
R, W (P)
R, W (P)
R, W (P)
Operate time of stage I>>

Starting value of stage I0>
Operate time of stage I0>
Starting value of stage I
S10
S11
S12
S13
R, W (P)
R, W (P)
R, W (P)
R, W (P)
Basic operate time of stage I

Starting value of stage I<
S14
S15
R, W (P)
R, W (P)
Operate time of stage I<

Setting of time-based start inhibit
Setting of count-down rate
Checksum of switchgroup SGF
Checksum of switchgroup SGB
Checksum of switchgroup SGR1
Checksum of switchgroup SGR2
Checksum of switchgroup SG4
S16
S17
S18
S19
S20
S21
S22
S23
R, W (P)
R, W (P)
R, W (P)
R, W (P)
R, W (P)
R, W (P)
R, W (P)
R, W (P)
0.5...1.50 x In
2.0...120 s
20...100 %
50...100 % of trip level
20...80 % of trip level
1...64
1.0...10.0 x In
0.3...80 s
0.5...20.0 x In
999 = not in use ()
0.04...30 s
1.0...100 % In
0.05...30 s
10...40 % IL
999 = not in use ()
20...120 s
30...80 % I
999 = not in use ()
2.0600 s
5...500 s
2...250 s/h
0...255
0...255
0...255
0...255
0...7
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
0...63 x In
0...63 x In
0...63 x In
0...210 % In
0...100 %
0...100 %
0...100 %
0...100 %
0...100 %
0...100 %
0...100 %
0...100 %
0...999
0...100 %
SETTING VALUES
RECORDED AND MEMORIZED PARAMETERS

Current in phase L1 at starting or tripping
Neutral current I0 at starting or tripping
Phase unbalance I at starting or tripping
Calculated value from start-up supervision
Thermal level at trip instant
Duration of activation of unit Is>
Duration of starting of unit I>>
Duration of starting of unit I<
Duration of starting of unit I0
Duration of starting of unit I
Motor start-up counter value n
Thermal level at beginning of event
30
V21 & V41

V22 & V42
V23 & V43
V24 & V44
V25 & V45
V26 & V46
V27 & V47
V28 & V48
V29 & V49
V30 & V50
V31 & V51
V32 & V52
V33 & V53
V34 & V54
Data
Code Data flow

direction
Value range
Actual thermal level

Actual unbalance level
Estimated time to enabling of motor restart
Actual reading of the cumulative start-up
time counter
Start-up time for latest motor start-up
Phase conditions during trip *)
V1
V2
V3
R,W(P)
R
R
0...106 %
0...100 %
0...999 min
V4
V5
V6
R
R
R
Operation indicator
Motor running hour counter
V7
V8
R
R, W(P)
0...999 s
0...100 s
1 = IsL3,
2 = IsL2,
4 = IsL1,
8 = I0>,
16 = IL3>>, 32 = IL2>>,
64 = IL1>>
128 = not used
0...9
0...999 x100 h
*) Code numbers 1, 2 and 4 are not in use, when the relay calculates the Is2 x ts value only
during the start-up situation (SGF/7 = 1 and SG4/1 = 0).
CONTROL PARAMETERS
Resetting of output relays
at self-holding
Resetting of output relays
and recorded data
V101 W
1 = output relays are reset
V102 W
1 = output relays and

registers are reset
Event mask word for motor start-up

or thermal overload events
Event mask word for overcurrent /
start-up supervision or short-circuit events
Event mask word for earth-fault or
unbalance events
Event mask word for underload or
externally controlled events
Event mask word for output signal events
V155 R, W
0...255, see section event

codes
codes
codes
codes
codes
Opening of password for remote settings

Changing or closing of password
for remote settings
V160 W
V161 W (P)
1...999
0...999
Activating of self-supervision input
V165 W
1 = self-supervision input
is activated and IRF
LED turned on
Factory final test
V167 W (P)
2 = format EEPROM and

switch power on and off
Internal error code
V169 R
1...255
Data communication address of the

module
V200 R, W
1...254
Data transfer rate
V201 R, W
4800 or 9600 Bd (R)

4.8 or 9.6 kBd (W)
Programme version symbol
V205 R
043 _
V156 R, W
V157 R, W
V158 R, W
V159 R, W
31
Data
Code
Data flow
direction
Value range
Event register reading
time, channel number

and event code
Re-reading of event register
time, channel number

and event code
Type designation of the module
SPCJ 4D34
Reading of module status data
0 = normal state
1 = module been subject
to automatic reset
2 = overflow of event regist.
3 = events 1 and 2 together
Resetting of module state data
0 = resetting
Time reading and setting
R, W
00.000...59.999 s
R = data to be read from the module

W = data to be written to the module
(P) = writing enabled by a password
The event register can be read by L command
only once. Should a fault occur e.g. in the data
transfer, the contents of the event register may
be re-read using the B command. When required, the B command can be repeated. Generally, the control data communicator SACO
100M reads the event data and forwards them
to the output device continuously. Under normal conditions the event register of the module
is empty. In the same way SACO 100M resets
abnormal status data, so this data is normally
zero.
32
The setting values S1...S23 are the setting values used by the protection programs. All the
settings can be read or written. A condition for
writing is that remote set password has been
opened.
When changing settings, the relay unit will
check that the variables are not given out of
range values as specified in the technical data of
the module. If an out of range value is given to
the module, either manually or by remote setting, the module will not perform the store operation, but will keep the previous setting.
Fault codes
A short time after the internal self-supervision

system has detected a permanent relay fault the
red IRF indicator is switched on and the output relay of the self-supervision system operates. Further, in most fault situations an
autodiagnostic fault code is shown in the display. The fault code is composed of a red figure
Fault code
4
30
50
51
52
53
54
56
195
131
67
203
139
75
252
253
1 and a green code number which indicates what

may be the fault type. When a fault code appears on the display, the code number should
be recorded on a piece of paper and given to the
authorized repair shop when overhaul is ordered.
Below is a list of some of the fault codes that
might appear with the unit SPCJ 4D34:
Type of error in module

Trip relay path broken or output relay card missing
Faulty program memory (ROM)
Faulty work memory (RAM)
Parameter memory (EEPROM) block 1 faulty
Parameter memory (EEPROM) block 2 faulty
Parameter memory (EEPROM) blocks 1 and 2 faulty
Parameter memory (EEPROM) blocks 1 and 2 faulty with different checksums
Parameter memory (EEPROM) key faulty. Format by writing a "2" to
variable V167
Too low value in reference channel with multiplier 1
Too high value in reference channel with multiplier 1
Faulty hardware filter on E/F channel
No interruptions from the A/D-converter
33
ABB Limited, Distribution Automation

Maneja, Vadodara - 390013, India
Tel. +91 265 260 4386
Fax. +91 265 263 8922
www.abb.com/substationautomation
1MRS 750637-MUM
ABB Oy, Distribution Automation

P.O. Box 699
FIN-65101 VAASA Finland
Tel. +358 10 22 11
Fax. +358 10 22 41094
www.abb.com/substationautomation
Proteksi SDTL
Laboratorium Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Jl.Gegerkalong hilir, Ds.Ciwaruga Po.Box 6468 BDCD, Bandung Telp. ( 022 ) 2013789 ( Hunting )
Fax.2013889, Homepage : www.polban.ac.id Email : polban@polban.ac.id
No.Jobsheet
JUDUL :
Waktu
KARAKTERISTIK RELAI ARUS LEBIH (OCR)

TIPE ABB SPAM 150 C
Edisi Pertama :
Tgl Revisi :
Disusun Oleh :
Halaman :
Disahkan Oleh :
1. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan, praktikan diharapkan dapat
1. Melaksanakan praktikum pengujian karakteristik relai arus lebih

(OCR) Tipe ABB SPAM 150C.
2. Mengetahui cara setting relai arus lebih (OCR) tipe ABB SPAM 150C.
3. Mengetahui cara membuat kurva karakteristik relai.
4. Mampu menganalisa hasil pengujian yang dibandingkan dengan hasil
perhitungan.
2. Dasar Teori
Relai arus lebih ialah relai yang bekerja berdaasarkan adanya kenaikan arus
yang melampaui rating yang direncanakan. Batasan parameter kerja dari rating
relai ini adalah arus dan waktu.
Ada
terdapat
beberapa jenis relai arus lebih berdasarkan karakteristik
waktu kerja , yaitu :

1. Relai arus lebih dengan karakteristik waktu Instantaneous. Relai ini
memiliki waktu kerja yang sangat singkat (20 ms). Relai ini pada umumnya
dikombinasikan dengan relai arus lebih karakteristik waktu tertentu, atau
dengan relai karakteristik waktu kerja terbalik.
2. Relai arus lebih dengan karakteristik waktu kerja time delay. Relai ini
bekerja berdasarkan waktu tunda yang tertentu tidak tergantung besar arus
Proteksi SDTL
lebih yang menggerakan. Pola ini menggabungkan waktu start, peralatan

waktu tunda, relai sinyal, dan relai bantu.
3. Relai arus lebih dengan karakteristik waktu kerja terbalik ( Inverse time
overcurrent relay ). Relai dengan karakteristik waktu kerja terbalik ialah jika
jangka waktu relai mulai kerja sampai selesainya kerja diperpanjang, dengan
nilai berbanding terbalik dengan besarnya dengan arus yang menggerakannya,
juga
keuntungan
mendekati
inverse
yang proporsional
dari
waktu
pengoprasian pengaman terhadap besarnya arus yang melewati relai.

Penyetelan relai arus lebih untuk batas minimum ialah ;
Is (min) = ( Ks / Kd ) Imaks
Dimana : Is (min)
: Penyetelan minimum relai arus lebih
Ks
: faktor keamanan
Kd
: faktor arus kerja
I maks
: Arus beban maksimum
2.1 Pengantar
Sistem tenaga listrik pada dasarnya harus diberi perlindungan dengan sistem
proteksi yang memadai. Sistem proteksi tersebut harus bekerja mengamankan
peralatan yang berada di dalamnya pada saat terjadinya suatu gangguan. Peralatan
proteksi merupakan peralatan yang mengidentifikasi gangguan dan memisahkan
bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang tidak terganggu serta
mengamankan bagian yang tidak terganggu dari kerusakan atau kerugian yang
lebih besar.
Gangguan pada sistem tenaga listrik ada yang bersifat temporer dan ada juga
yang bersifat permanen. Gangguan temporer ditandai dengan normalnya kerja dari
PMT setelah dimasukkan kembali. Sedangkan gangguan permanen ditandai
dengan jatuhnya PMT setelah dimasukkan kembali, biasanya dilakukan hingga
tiga kali.
Proteksi SDTL

gangguan tersebut dapat diatasi. Sedangkan gangguan yang bersifat temporer,
penyebab gangguan akan hilang dengan sendirinya setelah PMT jatuh. Ditinjau
dari macamnya, gangguan hubung singkat dibedakan menjadi :
a. Gangguan hubung singkat tiga fasa

b. Gangguan hubung singkat dua fasa
c. Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah
d. Gangguan hubung singkat dua fasa ke ke tanah
2.2 Gangguan pada Sistem Tenaga Listrik

Gangguan yang mungkin terjadi di dalam sistem tenaga listrik adalah :
2.2.1 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa
Gangguan hubung singkat tiga fasa adalah gangguan hubung singkat yang
berupa hubungan pendek antara ketiga fasanya. Didapat persamaan sebagai
berikut[8]:
I f 3
Dimana:
Ea
( Ampere) ......................................................... (2.2)
Z1
Ea =
VLL
(Volt ) ....................................................... (2.3)
3
IA
A
Ea
IB
a).
b).
IC
Z1
Ihs
Gambar 2.1 Gangguan Hubung Singkat 3 Fasa (a), Rangkaian Ekivalen Gangguan
Hubung Singkat 3 Fasa (b).
Arus gangguan hubung singkat 3 fasa bila dibandingkan dengan gangguan

hubung singkat yang lain, mempunyai arus gangguan yang paling besar.
Proteksi SDTL
2.2.2 Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa

Gangguan hubung singkat dua fasa adalah gangguan hubung singkat yang
berupa hubungan pendek antara satu fasa dengan fasa yang lain. Apabila hubung
singkat terjadi pada fasa a dan b akan didapat persamaan dibawah[8] :
I f 2
Ea
( Ampere) ......................................................(2.4)
Z1 Z 2

Maka: I f 2
I f 3
2
Ea
......................................(2.5)
Z1
3 ...............................................................(2.6)
IA
A
Ea
IB
a).
b).
Ihs
Z1
IC
C
Z2
Arus hubung singkat dua fasa lebih kecil daripada arus gangguan hubung
singkat tiga fasa.
Proteksi SDTL
3. Daftar Alat dan Bahan

1. Simulator jaringan sumber 3 phasa.
2. Simulator CB CT.
4. Simulator beban
5. Ampere meter
6. Stopwatch.
4. Langkah Percobaan
2. Rangkai peralatan sesuai dengan gambar rangkaian pengujian.
3. Pastikan peralatan dan wiring terpasang dengan benar.
4. Periksa dan uji simulator jaringan sumber 3 fasa, simulator CB, simulator
lampu, simulator beban dan relai OCR ABB Tipe SPAM 150 C.
5. Pengujian simulator peralatan harus pada kondisi ON dan pastikan lampu
indikator pada masing-masing peralatan simulator menyala.
6. Cek simulator beban, atur pada kondisi beban maksimum 100%.
7. ON-kan simulator CB dan atur simulator beban. Lakukan pengujian untuk
Iuji dari 1,0;1,2;1,4;1,6;1,8 dengan melihat indikator amperemeter pada
modul dan pada amperemeter luar modul OCR tipe ABB SPAM 150 C.
8. Setelah menetapkan nilai Iuji-nya, OFF-kan simulator CB.
9. Atur dan setting relai OCR ABB tipe ABB SPAM 150 C dengan :
Iset = 1 A.
10. Lakukan pengujian untuk variable waktu pemutusan OCR (pada poin 7)
dimulai dengan t 1;2;3 menggunakan stopwatch.
11. Lakukan pengukuran waktu pemutusan OCR, caranya tekan tombol ON
pada simulator CB dan stopwatch secara bersamaan. Tekan lagi stopwatch
secara bersamaan ketika simulator CB berada pada posisi OFF, sehingga
akan diperoleh nilai waktu pemutusannya.
Proteksi SDTL
12. Catat hasil pengujian pada tabel.

13. Catat hasil perhitungan dan susun pada tabel hasil perhitungan untuk
dibandingkan nilainya. Lalu buat kurva perbandingan untuk hasil uji
pengukuran dan perhitungan.
5. Gambar Rangkaian Pengujian

OCR/ GFR
ABB SPAM150 C
1
2
3
81
68
4
5
6
80
69
5A
77
7
8
9
78
10
25
26
27
11
74
73
65
66
62
70
CB
71
72
61
L1
L1
L2
L2
L3
L3
SPS
PLC
Relay
PE
PE
PE
Gambar 1 Gambar Rangkaian Pengujian Karakteristik Relai arus lebih (OCR) tipe ABB SPAM
150 C.
Proteksi SDTL
6. Setting SGF, SGB, SGR 1 dan SGR 2

Tabel 1 Setting koordinasi OCR dan GFR dengan Switch Group
SGF
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
0
7
0
MODE
VALUE
8
0
0 SET
SGB
1
2
1
3
0
4
0
5
1
6
0
7
0
MODE
VALUE
8
1
1 SET
SGR 1
1
2
0
3
0
4
0
5
0
6
0
7
0
MODE
VALUE
8
0
1 SET
SGR 1
1
2
1
3
0
4
1
5
1
6
0
7
0
MODE
VALUE
8
1
0 SET
Perhitungan Checksum SGF
Switch
Factor
Switch Position
SGF/1
SGF/2
SGF/3
SGF/4
SGF/5
16
SGF/6
32
SGF/7
64
SGF/8
128
Checksum
value
15
Pemilihan program pada switchgroup di lihat dari kataloh ABB SPAM

150C. Untuk faktor semua switchgroup sama, merupakan kelipatan dari harga nya
dari mulai 1 s/d 128. Switch position hanya ada nilai 1 dan 0, 1 menandakan
bahwa fungsi aktif dan 0 menandakan fungsi non aktif.
Proteksi SDTL
Setting Relai
Tabel 2 Setting Relai
Setting
Parameter
Setting range
Motor beban penuh arus I sebagai

kelipatan dari relay ratting arus In. Tripping
akan dilakukan jika arus melebihi nilai yang
lama.
waktu dalam detik pada motor dingin di
2.0...120 s
enam kali beban penuh I

20...100% (50%)
Sebelum alarm untuk tingkat kelebihan
beban termal mendekati dalam persen dari
tingkat trip
tingkat trip
faktor reduksi Pendinginan untuk motor
terhenti dibanding dengan waktu pemanasan
konstan
pengaturan Motor start sebagai kelipatan
dari relay ratting arus In
1.0...10.0 x In
Pengaturan start Motor, waktu dalam

hitungan detik *)
I>>
0.3...80 s (2 s)
Pengaturan unit set arus lebih sebagai
Proteksi SDTL
kelipatan dari relay ratting Pada arus In
0.5...20 x In
t>>
0.04...30 s
I0
Pengaturan start arus netral untuk unit eart-
1.0...100% In
fault dalam persen dari relay ratting arus In

t0
0.05...30 s
10...40% IL

arus Phasa
t
Mengoperasikan waktu di tingkat awal
20...120 s
dalam hitungan detik, waktu terbalik
I<
t<
Mengoperasikan waktu untuk perlindungan
< 1s
urutan fase yang tidak sesuai
30...80% I and off

2600 s
Operasi waktu unit undercurrent dalam
5...500 s
detik
2...250 s/h
dalam detik*)
Countdown tingkat counter start dalam
hitungan detik per jam
SGF
SGB
SGR

SGB,
SGR1 dan SGR2 ditunjukkan pada layar
saat indikator berdekatan dengan simbol
switchgroup di panel depan menyala.
incluence dari posisi switch yang berbeda
pada operasi relay dijelaskan dalam paragraf
terpisah.
Proteksi SDTL
7. Pertanyaan
1. Sebutkan jenis relai arus lebih yang anda ketahui dan karakteristik
pemutusannya?
2. Sebutkan keuntungan dan kekurangan pemakaian relai arus lebih dalam
penggunaan di dalam memproteksi sistem distribusi tenaga listrik?
8. Tabel Perhitungan
Tabel 1 Tabel Karakteristik Definite OCR dengan t = 1
NO
1
2
3
4
5
JENIS
KURVA
Definite
Definite
Definite
Definite
Definite
t (detik)
Iset (A)
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Iuji (A)
t hitung
t ukur
NO
1
2
3
4
5
JENIS
KURVA
Definite
Definite
Definite
Definite
Definite
t (detik)
Iset (A)
3
3
3
3
3
1
1
1
1
1
Iuji (A)
t hitung
t ukur
1,01
1,20
1,40
1,60
1,80
NO
1
2
3
4
5
JENIS
KURVA
Definite
Definite
Definite
Definite
Definite
t (detik)
Iset (A)
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
Iuji (A)
t hitung
t ukur
10
Proteksi SDTL
Laboratorium Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Jl.Gegerkalong hilir, Ds.Ciwaruga Po.Box 6468 BDCD, Bandung Telp. ( 022 ) 2013789 ( Hunting )
Fax.2013889, Homepage : www.polban.ac.id Email : polban@polban.ac.id
No.Jobsheet
JUDUL :
Waktu
SIMULASI HUBUNG SINGKAT RELAI ARUS

LEBIH (OCR) TIPE ABB SPAM 150 C
Edisi Pertama :
Tgl Revisi :
Disusun Oleh :
Halaman :
Disahkan Oleh :
1. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan, praktikan diharapkan dapat :
Melakukan instalasi rangkaian proteksi hubung singkat dengan mengggunakan
relai arus lebih pada jaringan distribusi tenaga listrik, simulasi settting dan
simulasi gangguan hubung singkat.
2. Dasar Teori
Rele arus lebih ialah rele yang bekerja berdaasarkan adanya kenaikan arus yang
melampaui rating yang direncanakan. Batasan parameter kerja dari rating rele
ini adalah arus dan waktu.
Ada terdapat beberapa jenis rele arus lebih berdasarkan karakteristik waktu
kerja , yaitu :
1. Relai arus lebih dengan karakteristik waktu high-set. Relai ini memiliki
waktu kerja yang sangat singkat (20 ms s/d 300 s). Rele ini pada umumnya
dikombinasikan dengan rele arus lebih karakteristik waktu tertentu, atau
dengan rele karakteristik waktu kerja terbalik.
2. Relai arus lebih dengan karakteristik waktu kerja low-set. Relai ini
bekerja berdasarkan waktu tunda yang tertentu tidak tergantung besar arus
lebih yang menggerakan. Pola ini menggabungkan waktu start, peralatan
waktu tunda, relai sinyal, dan relai bantu.
Proteksi SDTL
3. Relai arus lebih dengan karakteristik waktu kerja terbalik ( Inverse time
overcurrent relay ). Rele dengan karakteristik waktu kerja terbalik ialah jika
jangka waktu rele mulai kerja sampai selesainya kerja diperpanjang, dengan
juga
keuntungan
mendekati
inverse
yang proporsional
dari
waktu
pengoprasian pengaman terhadap besarnya arus yang melewati relai.

Penyetelan relai arus lebih untuk batas minimum ialah ;
Is (min) = ( Ks / Kd ) Imaks
Dimana : Is (min)
: Penyetelan minimum rele arus lebih
Ks
: faktor keamanan
Kd
: faktor arus kerja
I maks
: Arus beban maksimum
2.1 Pengantar
Sistem tenaga listrik pada dasarnya harus diberi perlindungan dengan sistem
proteksi yang memadai. Sistem proteksi tersebut harus bekerja mengamankan
peralatan yang berada di dalamnya pada saat terjadinya suatu gangguan. Peralatan
proteksi merupakan peralatan yang mengidentifikasi gangguan dan memisahkan
bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang tidak terganggu serta
mengamankan bagian yang tidak terganggu dari kerusakan atau kerugian yang
lebih besar.
Gangguan pada sistem tenaga listrik ada yang bersifat temporer dan ada juga
yang bersifat permanen. Gangguan temporer ditandai dengan normalnya kerja dari
PMT setelah dimasukkan kembali. Sedangkan gangguan permanen ditandai
dengan jatuhnya PMT setelah dimasukkan kembali, biasanya dilakukan hingga
tiga kali.
gangguan tersebut dapat diatasi. Sedangkan gangguan yang bersifat temporer,
Proteksi SDTL
penyebab gangguan akan hilang dengan sendirinya setelah PMT jatuh. Ditinjau
dari macamnya, gangguan hubung singkat dibedakan menjadi :
a. Gangguan hubung singkat tiga fasa
b. Gangguan hubung singkat dua fasa
c. Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah
2.2 Gangguan pada Sistem Tenaga Listrik

Gangguan yang mungkin terjadi di dalam sistem tenaga listrik adalah :
2.2.1 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa
Gangguan hubung singkat tiga fasa adalah gangguan hubung singkat yang
berupa hubungan pendek antara ketiga fasanya. Didapat persamaan sebagai
berikut[8]:
I f 3
Dimana:
Ea
( Ampere) ......................................................... (2.2)
Z1
Ea =
VLL
(Volt ) ....................................................... (2.3)
3
IA
A
Ea
IB
a).
b).
IC
Z1
Ihs
Arus gangguan hubung singkat 3 fasa bila dibandingkan dengan gangguan

hubung singkat yang lain, mempunyai arus gangguan yang paling besar.
Proteksi SDTL
2.2.2 Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa

Gangguan hubung singkat dua fasa adalah gangguan hubung singkat yang
berupa hubungan pendek antara satu fasa dengan fasa yang lain. Apabila hubung
singkat terjadi pada fasa a dan b akan didapat persamaan dibawah[8] :
I f 2
E ab
( Ampere) ......................................................(2.4)
Z1 Z 2

Maka: I f 2
I f 3
2
Ea
......................................(2.5)
Z1
3 ...............................................................(2.6)
IA
A
Ea
IB
a).
b).
Ihs
Z1
IC
C
Z2
Arus hubung singkat dua fasa lebih kecil daripada arus gangguan hubung
singkat tiga fasa.
Proteksi SDTL
3. Daftar Alat dan Bahan

2. Simulator CB-CT.
3. Simulator Jaringan Distribusi Tenaga Listrik.
4. Lampu penerangan 3 x 100 watt.
4. Langkah Percobaan
2. On-kan power supply AC.
3. Hubungkan power supply AC ke terminal masukan sumber AC 220v
pada OCR ABB tipe SPAM 150 C.
4. Jika lampu indikator menyala relai dalam kondisi ON dan siap untuk
diuji.
5. Matikan kembali sumber AC.
6. Rangkai dan wiring komponen sesuai dengan gambar rangkaian
pengujian.
a. Sambungkan kabel dari input phasa R, S, dan T ke tap 380
(dirangkai bintang).
b. Dan untuk keluarannya, disambung YY ke tanah (dengan nilai
pentanahan 100 ohm).
c. Output dan input kabel dari CB pada simulator distribusi tenaga
listrik disambungkan ke simulator CB-CT, sesuai dengan phasanya
masing-masing (misalkan untuk phasa R ke phasa R, untuk phasa S
ke phasa S, dan untuk phasa T ke phasa T).
d. Untuk CT pada phasa R disambung ke terminal 1 dan 3, phasa S
disambung ke terminal 4 dan 6, dan phasa T disambung ke
terminal 7 dan 9 (terminal 1,3,4,6,7,9 terletak pada relai OCR ABB
SPAM 150 C).
7. Lihat indikator arus nominal pada penyulang 1 di relai OCR ABB
SPAM 150 C.
Proteksi SDTL
8. Lakukan hubung singkat 2 phasa dan 3 phasa pada penyulang 1 dalam

kondisi tidak terproteksi normal (relai off).
9. Lakukan perhitungan untuk mensetting I>, I>>, dan t berdasarkan arus
nominal dan arus hubung singkat yang didapat.
10. Ukur dan catat besar arus gangguan hubung singkatnya.
11. Setelah didapat data hubung singkat, matikan power supply AC ke
modul praktikum simulasi distribusi.
Proteksi SDTL
5. Gambar Rangkaian Pengujian
CB3
CB 4
Gardu
Distribusi TR
CB7
CB8
r1
r3
r5
z1
z3
SIGNAL 1 SIGNAL 2
CB 2
Gardu Distribusi TM
c1
c2
c3
c4
c5
c6
RESTART START
ENABLE ALARM
N
CBFP
420
400
380
360
340
220
TRIP
IRF
L
KONTAKTOR
220 Vac
Simulator CB-CT
Uaux +
220 V
-
+
-
z4
z6
200 100
r6
z2
z5
127/60V
220/127V
r2
r4
CB
CB1
R S T
PE
N
Gambar 1 Rangkaian Simulasi Hubung Singkat 2 Phasa.
Proteksi SDTL
CB3
CB 4
Gardu
Distribusi TR
CB7
CB8
r2
r1
r3
r4
r5
z1
z3
SIGNAL 1 SIGNAL 2
CB 2
r6
z2
z4
z5
z6
c1
c2
c3
c4
c5
c6
127/60V
220/127V
Gardu Distribusi TM
RESTART START
ENABLE ALARM
200 100
N
CBFP
420
400
380
360
340
220
TRIP
IRF
L
KONTAKTOR
220 Vac
Simulator CB-CT
Uaux +
220 V
-
+
-
CB
CB1
R S T
PE
N
Gambar 2 Rangkaian Simulasi Hubung Singkat 3 Phasa.
Proteksi SDTL
6. Setting SGF, SGB, SGR 1 dan SGR 2

Tabel 1 Setting koordinasi OCR dan GFR dengan Switch Group
SGF
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
0
7
0
MODE
VALUE
8
0
0 SET
SGB
1
2
1
3
0
4
0
5
1
6
0
7
0
MODE
VALUE
8
1
1 SET
SGR 1
1
2
0
3
0
4
0
5
0
6
0
7
0
MODE
VALUE
8
0
1 SET
SGR 1
1
2
1
3
0
4
1
5
1
6
0
7
0
MODE
VALUE
8
1
0 SET
Perhitungan Checksum SGF
Switch
Factor
Switch Position
SGF/1
SGF/2
SGF/3
SGF/4
SGF/5
16
SGF/6
32
SGF/7
64
SGF/8
128
Checksum
value
15
Pemilihan program pada switchgroup di lihat dari kataloh ABB SPAM

150C. Untuk faktor semua switchgroup sama, merupakan kelipatan dari harga nya
dari mulai 1 s/d 128. Switch position hanya ada nilai 1 dan 0, 1 menandakan
bahwa fungsi aktif dan 0 menandakan fungsi non aktif.
Proteksi SDTL
Setting Relai
Tabel 2 Setting Relai
Setting
Parameter
Setting range
Motor beban penuh arus I sebagai

kelipatan dari relay ratting arus In. Tripping
akan dilakukan jika arus melebihi nilai yang
lama.
waktu dalam detik pada motor dingin di
2.0...120 s
enam kali beban penuh I

20...100% (50%)
Sebelum alarm untuk tingkat kelebihan
beban termal mendekati dalam persen dari
tingkat trip
tingkat trip
faktor reduksi Pendinginan untuk motor
terhenti dibanding dengan waktu pemanasan
konstan
pengaturan Motor start sebagai kelipatan
dari relay ratting arus In
Pengaturan start Motor, waktu dalam
hitungan detik *)
I>>
1.0...10.0 x In
0.3...80 s (2 s)
Pengaturan unit set arus lebih sebagai
10
Proteksi SDTL
kelipatan dari relay ratting Pada arus In
0.5...20 x In
t>>
0.04...30 s
I0
Pengaturan start arus netral untuk unit eart-
1.0...100% In
fault dalam persen dari relay ratting arus In

t0
0.05...30 s
10...40% IL

arus Phasa
t
Mengoperasikan waktu di tingkat awal
20...120 s
dalam hitungan detik, waktu terbalik
I<
Mengoperasikan waktu untuk perlindungan
< 1s
urutan fase yang tidak sesuai
30...80% I and off

t<
2600 s
Operasi waktu unit undercurrent dalam detik 5...500 s

dalam detik*)
2...250 s/h
Countdown tingkat counter start dalam

hitungan detik per jam
SGF
SGB
SGR
SGB,
SGR1 dan SGR2 ditunjukkan pada layar
saat indikator berdekatan dengan simbol
switchgroup di panel depan menyala.
incluence dari posisi switch yang berbeda
pada operasi relay dijelaskan dalam paragraf
terpisah.
11
Proteksi SDTL
7. Pertanyaan
1. Apa
yang
dimaksud
dengan
hubung
singkat
dua
fasa
pada
dengan
hubung
singkat
tiga
fasa
pada
SUTM?jelaskan!
2. Apa
yang
dimaksud
SUTM?jelaskan!
3. Sebutkan Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan pada
sistem transmisi dan distribusi tenaga listrik?Jelaskan!
12
Proteksi DTL
JAWABAN JOBSHEET MODUL PRAKTIKUM 1
1. a. Relai arus lebih dengan karakteristik waktu kerja seketika

(instantaneous time overcurrent relay ). Relai ini memiliki waktu kerja yang
sangat singkat (30ms). Relai ini pada umumnya dikombinasikan dengan relai
arus lebih karakteristik waktu tertentu, atau dengan relai karakteristik waktu
kerja terbalik.
b. Relai arus lebih dengan karakteristik waktu kerja tertentu ( definite
time overcurrent relay ). Relai ini bekerja berdasaarkan waktu tunda yang
tertentu tidak tergantung besar arus lebih yang menggerakan. Pola ini
menggabungkan waktu start, peralatan waktu tunda, relai sinyal, dan relai
bantu.
c. Relai arus lebih dengan karakteristik waktu kerja terbalik ( Delay time
overcurrent relai ). Relai dengan karakteristik waktu kerja terbalik ialah jika
jangka waktu relai mulai kerja sampai selesainya kerja diperpanjang, dengan
juga keuntungan mendekati invers yang proporsional dari waktu pengoprasian
pengaman terhadap besarnya arus yang melewati relai.
2. Pengamanan dengan menggunakan relai arus lebih mempunyai beberapa

keuntungan yaitu :
a. Dapat mengamankan arus lebih yang terjadi karena hubung singkat atau
beban lebih.
b. Dapat berfungsi sebagai pengaman utama dan juga merupakan pengaman
cadangan.
c. Harganya relatif murah.
Adapun
beberapa
kerugian
atau
kekurangan
pengamanan
dengan
menggunakan relai arus lebih adalah :

a. Untuk jaringan dengan sirkuit ganda tanpa dilengkapi dengan relai arah
tidak dapat selektif.
Proteksi DTL
b. Untuk jaringan yang interkoneksi tidak dapat sebagai pengaman utama,

karena sukar untuk dapat selektif bila tidak dilengkapi dengan relai arah.
Dengan demikian pemakaian relai arus lebih pada sistem pada sistem tenaga
listrik umumnya digunakan pada :
a. Jaringan tegangan menengah atau saluran transmisi.
b. Jaringan sub-transmisi radial.
c. Pengaman untuk motor-motor tegangan menengah yang kecil.
d. Pengaman cadangan untuk generator, motor yang besar, transformator
daya, jaringan transmisi tegangan tinggi.
e. Bila dilengkapi dengan relai arah dapat digunakan sebagai pengaman
saluran transmisi sirkuit ganda dan pengaman gangguan tanah sampai
tegangan ekstra tinggi.
JAWABAN JOBSHEET MODUL PRAKTIKUM 2

1. Gangguan hubung singkat dua fasa adalah gangguan hubung singkat yang
berupa hubungan pendek antara satu fasa dengan fasa yang lain.
2. Gangguan hubung singkat tiga fasa adalah gangguan hubung singkat yang
berupa hubungan pendek antara ketiga fasanya.
3. a. Surja Petir
Biasanya sering terjadi pada saat musim penghujan. Gangguan ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang berbeda-beda di suatu tempat.
Gangguan yang disebabkan oleh petir ini sangat berbahaya karena dapat
merusak isolasi dari peralatan.
b. Surja Hubung
Merupakan kenaikan tegangan pada saat dilangsungkan pemutusan arus
oleh pemutus tenaga. Gangguan ini pun dapat mengakibatkan rusaknya
isolasi pada peralatan.
c. Polusi Debu
Debu-debu yang menempel pada isolator, bila udara lembab maka debu
tersebut akan menjadi konduktor yang dapat menyebabkan gangguan ke
tanah.
Proteksi DTL
d. Pohon-pohon yang Tidak Terawat

Ranting-ranting yang masuk ke daerah bebas saluran transmisi dan
distribusi akan mengakibatkan terjadinya gangguan ke tanah.
e. Isolator yang Rusak
Isolator yang rusak akibat tersambar petir atau usia yang sudah tua dapat
menyebabkan terjadinya gangguan antar fasa atau gangguan dari fasa ke
tanah.
f. Daun-daun atau Sampah yang Menempel Pada Isolator
Daun-daun atau sampah yang terbang terbawa angin dan kemudian
menempel pada isolator akan mengakibatkan jarak bebas berkurang
sehingga dapat menyebabkan terjadinya loncatan bunga api. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya gangguan antar fasa atau gangguan dari fasa ke
tanah.
g. Kerusakan Mekanis dari Peralatan
h. Turunnya Kekuatan Dielektris dari Isolasi Sistem

Proyek Akhir Polban

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

Proyek Akhir Polban

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

RANCANG BANGUN SIMULATOR DAN MODUL

PRAKTIKUM RELAI ARUS LEBIH ABB SPAM 150 C PADA

ANDIKA REZA LEKSANA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

: Andika Reza Leksana

: Kp. Simpangsari Ds. Simpang RT

Tempat , Tanggal Lahir

: Ciamis, 27 Februari 1991

SLTP Lulus Tahun

: 2006 di SMP Negeri 1 Bantarkalong

SLTA Lulus Tahun

: 2009 di SMA Negeri 1 Karangnunggal

Negeri Parakanhonje III

(Ali bin Abi Thalib )

Karya ini kupersembahkan kepada orang tuaku tercinta yang selalu

Kebutuhan proteksi dalam sistem distribusi tenaga listrik semakin

Pada pembuatan Modul praktikum ini akan mendeskripsikan

pengujian karakteristik relai SPAM 150 C dan implementasi rangkaian pada

Kata Kunci : Modul praktikum OCR, karakteristik relai SPAM 150 C,

Needs protection in electrical power distribution systems are increasingly

Keywords: OCR lab module, characteristics relay ABB SPAM 150 C,

Rancang Bangun Simulator dan Modul Praktikum Relai

terselesaikannya Proyek Akhir ini, terima kasih banyak pak.

1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................ 4

2.5 Jenis Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik ..................................... 9

2.8.1 Fungsi Relai Pengaman ......................................................... 14

Diagram Koneksi .............................................................. 28

Kontrol Signal ................................................................... 32

Indikator Operasi .............................................................. 33

Kontrol Switch Group ....................................................... 35

Display Main Menu .......................................................... 36

Display Sub Menu ............................................................. 36

Selector Switch Group SGF, SGB, dan SGR ................... 37

2.12.10 Setting ............................................................................... 38

4.2 Peralatan yang digunakan ................................................................ 68

Gambar 2.1 Alur Listrik ..................................................................................... 6

Gambar 2.13 Diagram Koneksi ABB SPAM 150 C .......................................... 28

Gambar 3.1 Perancangan Fungsional Karakteristik Relai Arus Lebih (OCR)

Gambar 3.3 Perancangan rangkaian pengujian Karakteristik Relai Arus Lebih

Tabel 2.1 Indikator Operasi ............................................................................... 35

Tabel 2.3 Pemrograman fungsional saklar kelompok SGF ........................................ 48

Tabel 2.7 Switchgroup SG4 ............................................................................... 53

Tabel 2.10 Pencatatan Informasi Register A ..................................................... 56

LAMPIRAN A Manual Book RELAI OCR TIPE ABB SPAM 150 C

1) Bidang Akademik, 1999. Pedoman Pelaksanaan Tugas Akhir/Proyek Akhir.

2) Eryanti, Silviyani. Rancang bangun modul praktikum proteksi hubung

www.alstom.com. 1999 England.

kompleksitasnya membutuhkan relau proteksi yang handal untuk memproteksi

Membuat modul praktikum proteksi arus lebih pada sistem distribusi

Melakukan simulasi setting gangguan hubung singkat 2 phasa dan 3

Metodologi Pengerjaan Proyek Akhir

untuk menentukan parameter-parameter yang akan digunakan dalam perencanaan

Penyusunan Laporan Proyek Akhir

hasil pengujian yang telah dilakukan.

Perbaikan dan Penyempurnaan

pembimbing mengenai permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan Proyek

penulis membuat sistematika penulisan yang disusun sebagai berikut :

Belakang, Tujuan, Perumusan Masalah, Pembatasan Masalah, Metodologi

Proses Penyaluran Energi Listrik

Sedangkan pemakai tenaga listrik atau pelanggan tenaga listrik tersebar

Dalam prakteknya, karena luasnya jaringan distribusi, sehingga diperlukan

Gambar 2.1 Alur Listrik [9]

Sistem Distribusi Tenaga Listrik