Anda di halaman 1dari 3

Kebijakan Kemitraan Untuk Atasi Rob Kota Semarang

Foto Rob di Pasar Johar Semarang


Rob di kota Semarang telah menjadi icon kota yang dulu dikenal sebagai kota perjuangan.
Berbagai cara telah ditempuh pemerintah kota Semarang untuk menangani masalah rob yang
sangat mengganggu namun sepertinya permaslahan rob tak kunjung usai. Sukawi Sutarip
(Walikota Semarang yang lalu) bahkan mengatakan rob (air laut yang merembes ke darat)
yang terjadi di Kota Semarang penanganannya sudah menjadi masalah nasional. Pasalnya,
selain menjadi fenomena alam, dari sisi keuangan Pemerintah Kota Semarang juga tak
mampu mengatasinya. "Yang dilakukan Kota Semarang hanya memberikan bantuan pada
korban
rob
(Koran
tempo,
17
April
2008).
Peran pemerintah pusat dalam penanganan masalah rob di kota Semarang juga tidak bisa di
bilang kecil, belum lama ini, (Kamis, 15/10/09) bertempat di Gua Kreo, Gunung Pati,
diadakan acara Pencanangan Program JBIC Loan IP-534 dan Polder Bangerdan Loan IP-505
di Kabupaten Grobogan oleh Menteri Pekerjaan Umum. Program JBIC merupakan program
pinjaman yang berasal dari The Japanss Bank for International Cooperation untuk
pembangunan di Negara-negara berkembang. Dalam pencanangan tersebut, Menteri PU-RI
meresmikan program JBIC Loan IP 534 yang terdiri dari 3 komponen yaitu komponen A, B,
dan C. Komponen A adalah proyek penanganan Banjir Kanal Barat dengan menjadikan Kali
Banjir Kanal Barat sebagai flood way. Sedangkan komponen B merupakan proyek
pembuatan Multi Propose Dam Jatibarang yang mempunyai ketinggian 77 meter dan mampu
menampung debit air sebanyak 21 juta m3. Manfaat dari pembangunan proyek MultiPropose
Dam Jatibarang tersebut diantaranya adalah untuk mensupply tenaga listrik, pengendalian
banjir serta untuk pariwisata. Komponen ketiga dalam program JBIC Loan IP 534 adalah
komponen C yang merupakan proyek penanganan sistem drainase wilayah tengah dengan
melaksanakan penanganan Kali Semarang, Kali Baru, Kali Banger dan menjadikan jalan
Arteri Utara sebagai tanggul. Penanganan Kali Semarang dilaksanakan dengan pembuatan
kolam retensi dan stasiun pengendali banjir dengan kapasitas pompa 35 m3 per detik.
Sedangkan untuk penanganan Kali Banger dengan stasiun pengendali banjir yang mempunyai
kapasitas pompa 12 m3 per detik. Selain penanganan Kali Semarang dan Kali Banger
tersebut, masih terdapat satu lagi proyek yang termasuk dalam komponen C yaitu peninggian
tanggul di sepanjang Jalan Arteri Utara yang direncanakan akan dilaksanakan pula pada tahun
2010. Hal tersebut, diungkapkan Menteri PU dalam sambutannya. Menteri Pekerjaan Umum
RI, Ir. Djoko Kirmanto, Dipl. HE, juga mengungkapkan bahwa program pembangunan

sumber daya air yang diresmikan pada Kamis (15/10/09) tersebut menelan biaya yang cukup
besar, oleh karenanya diharapkan dapat benar-benar berjalan dengan baik dan bermanfaat
bagiseluruh warga Kota Semarang dalam penanggulangan masalah rob dan banjir
(
http://semarang.go.id/cms
semarang.go.id
)
Meski peran pemerintah tergolong besar tidak berarti bahwa peran swasta dan masyarakat
dalam pembangunan khususnya pada penanganan masalah rob di kota Semarang tidak
diperkenankan. Sebaliknya, pemerintah justru mendorong terjadinya kemitaan antara seluruh
stakeholder baik pemerintah, swasta maupun masyarakat untuk bekerjasama menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi secara berkelanjutan. Salah satu kebijakan/strategi yang
ditempuh untuk menangani permasalahan rob kota semarang dengan melibatkan unsure
swasta dan masyarakat adalah melalui strategi/kebijakan Kemitraan. Kemitraan adalah
hubungan atau kerjasama secara aktif yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih untuk
memenuhi
kebutuhan.
Secara teoritik terdapat beberapa model kemitraan yakni: (1) Partisipasi Sektor Swasta
(Private Sector Participation), (2) Kemitaraan Pemerintah dengan Swasta (Public-Private
Partnership), (3) Kemitraan Pemerintah, Swasta dan Masyarakat (Public, Private and
Community Partnership). Pada model kemitaan yang pertama, Private Sector Participation
(PSP) merupakan jenis kemitraan yang pada umumnya tidak padat modal, sektor swasta
melakukan pengadaan dan operasionalisasi prasarana sedangkan Pemerintah sebagai
penyedia prasarana. Dalam hal ini Pemerintah tetap sebagai pemilik asset dan pengendali
pelaksanaan kerjasama. Model Kemitraan yang kedua yang selanjutnya sering disingkat PPP
diatur dalam Peraturan Pemerintah No 67 Tahun 2005. Dalam Peraturan tersebut dijelaskan
bahwa model kemitraan PPP ini ditujukan untuk mencukupi kebutuhan pendanaan secara
berkelanjutan dalam penyediaan infra struktur melalui pengerahan dana swasta (Pasal 3 huruf
a). Strategi kemitraan PPP ini merupakan kemitraan pemerintah swasta yang melibatkan
investasi yang besar/padat modal dimana sektor swasta membiayai, membangun, dan
mengkelola prasarana dan sarana sedangkan pemerintah sebagai mitra yang menangani
pengaturan pelayanan. Dalam hal ini pemerintah tetap sebagai pemilik asset dan pengendali
pelaksanaan
kerjasama.
Strategi/kebijakan kemitraan yang ketiga adalah Kemitaan Pemerintah, Swasta dan
Masyarakat yang kemudian sering disebut PPCP. Model kemitraan ini melibatkan unsur
masyarakat dalam proses pembangunan. PPCP merupakan kemitraan antara Pemerintah,
Swasta dan Masyarakat yang secara bersama-sama melakukan kerjasama dalam
pembangunan dan atau pengelolaan prasarana dan sarana. Investasi yang dilakukan dapat
bersifat padat modal ataupun tidak padat modal tergantung dari kebutuhan masyarakat dan
kemampuan mitra. Mitra Swasta dan Masyarakat membiayai, membangun, dan mengkelola
prasarana dan sarana, sedangkan Pemerintah tetap sebagai pemilik aset serta pengatur dan
pengendali pelaksanaan kerjasamana kerjasama. Hubungan kemitraan ini berdasarkan atas
kepercayaan, dedikasi dalam mencapai tujuan, dan saling mengerti akan harapan-harapan
serta nilai-nilai setiap partisipan. Mengharapkan keuntungan dengan meningkatkan efisiensi
dan efektifitas biaya, kesempatan dalam berinovasi,dan peningkatan secara berkelanjutan atas
kualitas
produk
dan
pelayanan.
Menimbang besarnya biaya yang harus dikeluarkan pemerintah daerah kota semarang dalam
menangani masalah Rob sedangkan disisi lain terdapat banyak sector-sektor lain yang juga
pening untuk dibiayai maka kebijakan/strategi kemitraan merupakan pilihan yang paling
mungkin untuk mendorong efisiensi. Meski demikian upaya untuk membangun kemitraan

dengan Swasta atau masyarakat harus dilengkapi pula dengan instrument yang jelas seperti
aturan main dan kelembagaan/institusi yang representative yang menangani program
kemitraan agar tumbuh kepercayaan diantara pihak-pihak yang bermitra.
Pustaka:
Public, Private partnerships, The Worldwide Revolution in Infrastructure
Project
Finance,
Edward
Elgard
Publishing
Limited
,
Peraturan
Pemerintah
No
67
Tahun
Rob Kota Semarang Masalah Nasional, Koran Tempo, 17
http://semarang.go.id/cms - semarang.go.id

Provision and
UK,
2004
2005
April 2008

Anda mungkin juga menyukai