Anda di halaman 1dari 17

ORGANISASI DAN KODE ETIK PROFESI

Makalah
diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Profesi Pendidikan Ilmu
Komputer yang diampu oleh Wahyudin.

Oleh
Nurmala Dewi
Risma Ana Karenina
Vera Safitri
Winda Nurhikmah

1206655

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana
orang-orang bekumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana,
terorganisasi, terpimpin dan terkendali. Dalam memanfaatkan sumber daya (uang,
matril, mesin, metode, lingkungan), sarana-prasarana, data, dan lain-lain,
digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi, atau dapat
disebut sebagai bentuk formal dari sekelompok manusia dengan tujuan
individualnya masing-masing (gaji, kepuasan kerja, dll) yang bekerjasama dalam
sebuah proses tertentu untuk mencapai tujuan bersama (tujuan organisasi).
Organisasi juga merupakan rangkaian proses kegiatan yang harus dilakukan untuk
meningkatkan kegunaan segala sumber dan faktor yang menentukan bagi
berhasilnya proses manajemen terutama dengan memperhatikan fungsi dan
dinamika atau birokrasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pada saat sekarang ini, kecenderungan dalam masyarakat untuk menuntut
profesionalisme dalam bekerja. Tidak jarang seseorang dengan mudah
mengatakan bahwa yang penting profesional. Tetapi ketika ditanyakan tentang apa
yang dimaksud dengan professional, ia tidak dapat memberikan jawaban yang
jelas. Kata profesionalisme rupanya bukan hanya digunakan untuk pekerjaan yang
telah diakui sebagai suatu profesi, melainkan hampir pada semua pekerjaan.
Segala pekerjaan kemudian disebut sebagai profesi. Seseorang disebut
profesionalisme jika kerjanya baik, cekatan, dan hasilnya memuaskan.
Etika profesi sangatlah dibutuhkan dalam berbagai bidang khususnya
bidang pendidikan keguruan. Kode etik sangat dibutuhkan dalam bidang
keguruan karena kode etik tersebut dapat menentukan apa yang baik dan yang
tidak baik serta apakah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru itu dapat
dikatakan bertanggung jawab atau tidak. Pada jaman sekarang banyak sekali
orang yang berprofesi sebagai guru menyalahgunakan profesinya untuk
merugikan orang lain, contohnya guru yang tak mampu menyalurkan informasi-

informasi yang berisikan pengetahuan kepada peserta didik yang berdampak pada
menurunnya minat peserta didik untuk mengikuti KBM. Contoh seperti itu, harus
segera diluruskan. Agar nantinya, profesi guru akan berjalan sesuai kode etik
seorang guru yang semestinya sesuai undang-undang yang berlaku.
Kode etik profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi
merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan
dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas,mempertegas
dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya
norma-norma terebut sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian kode
etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas
serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang
salah dan perbuatan apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh
seorang profesional. Tujuan utama dari kode etik adalah memberi pelayanan
khusus dalam masyarakat tanpa mementingkan kepentingan pribadi atau
kelompok.
Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat
memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para profesional
tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka
ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.
Tanpa etika profesi, apa yang semula dikenal sebagai sebuah profesi yang
terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan pencarian
nafkah biasa yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme dan
ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi respek maupun
kepercayaan yang pantas diberikan kepada para profesional ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Bagaimana hakikat, ciri-ciri, peran, fungsi, dan manfaat organisasi profesi?
2. Bagaimana bentuk penerapan dari organisasi profesi di Indonesia ?
3. Bagaimana hakikat, tujuan, dan fungsi etika profesi?
4. Apa pentingnya dari etika profesi?
5. Apa saja penyebab pelanggaran kode etik profesi?
C. Tujuan Penulisan

Dari perumusaan masalah diatas maka, makalah ini memiliki beberapa tujuan
yaitu :
1. Untuk mengetahui hakikat, ciri-ciri, peran, fungsi, dan manfaat organisasi
2.
3.
4.
5.

profesi
Untuk mengetahui bentuk penerapan dari organisasi profesi di Indonesia
Untuk mengetahui hakikat, tujuan, dan fungsi etika profesi
Untuk mengetahui pentingnya dari etika profesi
Untuk mengetahui penyebab pelanggaran kode etik profesi

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Organisasi Profesi


1. Hakikat Organisasi
Ada banyak pendapat yang mengemukan pengertian dari
organisasi. Seperti berikut ini:
a. Organisasi Menurut Stoner
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui
mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar
tujuan bersama.
b. Organisasi Menurut James D. Mooney
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk
mencapai tujuan bersama.
c. Organisasi Menurut Chester I. Bernard
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Organisasi juga terbagi menjadi dua bagian yaitu organisasi formal
dan organisasi non-formal.dimana Organisasi formal adalah kumpulan
dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan
bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional.
Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.
Sedangkan Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau
lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak
disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anakanak SD, kemping ke gunung pangrango rame-rame dengan teman,
dan lain-lain.
2. Hakikat Profesi
Profesi melibatkan beberapa istilah yang berkaitan, yaitu : profesi,
profesionalitas,

profesional,

profesionalisasi,

dan

profesionalisme.Profesi menunjuk pada suatu pelayanan atau jabatan


yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan terhadapnya.
Profesionalitas menunjuk pada kualitas atau sikap pribadi individu
terhadap suatu pekerjaan. Dalam profesi digunkan teknik dan prosedur
intelektul yng harus dipelajari secara sengaja sehingga dapat
diterapkan untuk kemaslhatan orang lain. Profesional menunjuk pada
penampilan seseorang yang sesuai dengan tuntutan yang seharusnya

dan menunjuk pada orangnya itu sendiri. Profesionalisasi menunjuk


pada

proses

menjadikan

seseorang

sebagai

profesional.

Profesionalisme menunjuk pada (a) derajat penampilan seseorang


sebagai profesional; tinggi, rendah sedang, dan (b) sikap dan
komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang
paling ideal dari kode etik profesinya.
Rokhman Natawidjaja mengemukakan beberapa kriteria sebagi ciri
suatu profesi ;
a. Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas
b. Ada lembga pendidikan khusus untuk pelakunya dengan
programdan jenjang pendidikan yang baku serta memiliki
standar akademik yang memadai.
c. Ada organisasi yang mewadai para pelakunya.
d. Ada etika dan kode etik yang mengatur prilaku para pelakunya.
e. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan
baku
f. Ada pengakuan masyarakat terhadap pekerjaan itu sebagai
suatu profesi.
Public Trust atau Kepercayaan masyarakat yang menjadi penopang
suatu profesi didasari oleh tiga perangkat keyakinan.Pertama,
kepercayaan masyarakat terjadi dengan adanya suatu persepsi tentang
kompetensi.Kedua, adanya persepsi masyarakat bahwa kelompokkelompok profesional mengatur dirinya dan lebih lanjut diatur oleh
masyarakat berdasarkan minat dan kepentingan masyarakat.Ketiga,
persepsi yang melahirkan kepercayaan masyarakat itu ialah anggotaanggota suatu profesi memiliki motivasi untuk memberikan layanan
kepada orang-orang dengan siapa mereka bekerja.
Sampai pada suatu kesimpulan bahwa hakikat profesi adalah suatu
pernyataan atau suatu janji yang terbuka.Suatu profesi mengandung
unsur pengabdian menurut Oemar Hamalik, suatu profesi bukanlah
dimaksudkan untuk mencari keuntungan materi belaka, melainkan
untuk pengabdian kepada masyarakat.Pengabdian seorang profesional
menunjuk pada pengutamaan kepentingan orang banyak daripada
kepentingan diri sendiri.

Erik Hoyle (1969, hlm. 80-85) mengemukakah enam ciri profesi,


yaitu:
a. A profession performa an esential social service (suatu profesi
menunjukkan suatu pelayanan sosial)
b. A profession is founded up on a systematic body of
knowledge (suatu profesi didasari oleh tubuh keilmuan yang
sistematis);
c. A profession requires a lengthy periode of academic and
practical Training (suatu profesi memerlukan suatu pendidikan
dan latihan dalam periode waktu yang cukup lama);
d. A profession has a light degree of autonomy (suatu profesi
memiliki otonomi yang tinggi);
e. A profession has a code of ethics (suatu profesi memliki kode
etik);
f. A profession gengerat in service growth (suatu profesi
berkembang dalam

proses pemberian layanan)

Suatu jabatan profesional harus mempunyai beberapa ciri pokok


yaitu : (a) pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan
latihan secara formal; (b) pekerjaan itu mendapat pengakuan dari
masyarakat; (c) adanya pengawasan dari suatu organisasi profesi
seperti IDI, PGRI dan IPBI; (d) mempunyai kode etik sebagai landasan
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab profesi tersebut.
B. Peran Organisasi Profesi
Organisasi profesi dalam pembuatan dan pengembangan profesi
diharap berperan sebagai (1) pembinaan, pengembangan dan pengawasan
mutu pendidikan; (2) pembinaan, pengembangan dan pengawasan
pelayanan. (3) pembinaan, pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. (4) pembinaan, pengembangan dan pengawasan kehidupan
profesi.
C. Fungsi Organisasi Profesi
Pada dasarnya organisasi profesi memiliki 5 fungsi pokok dalam kerangka
peningkatan profesionalisme sebuah profesi, yaitu:
1. Mengatur keanggotaan organisasi

Organisasi profesi menentukan kebijakan tentang keanggotaan,


struktur organisasi, syarat-syarat keanggotaan sebuah profesi dan
kemudahan lebih lanjut lagi menentukan aturan-aturan yang lebih jelas
dalam anggaran.
2. Membantu anggota untuk dapat terus memperbaharui pengetahuan
sesuai perkembangan teknologi
Organisasi profesi melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi
anggotanya untuk meningkatkan pengetahuan sesuai perkembangan
dan tuntutan masyarakat yang membutuhkan pelayanan profesi
tersebut.
3. Menentukan

standarisasi

pelaksanaan

sertifikasi

profesi

bagi

anggotanya
Sertifikasi merupakan salah satu lambang dari sebuah profesionalisme.
Dengan kepemilikan sertifikasi yang diakui secara nasional maupun
internasional maka orang akan melihat tingkat profesionalisme yang
tinggi dari pemegang sertifikasi tersebut.
4. Membuat kebijakan etika profesi yang harus diikuti oleh semua
anggota
Etika profesi merupakan aturan yang diberlakukan untuk seluruh
anggota organisasi profesi. Aturan tersebut menyangkut hal-hal yang
boleh dilakukan maupun tidak serta pedoman keprofesionalan yang
digariskan bagi sebuah profesi.
5. Memberi sangsi bagi anggota yang melanggar etika profesi
Sangsi yang diterapkan bagi pelanggaran kode etik profesi tentunya
mengikat semua anggota. Sangsi bervariasi, tergantung jenis
pelanggaran

dan

bias

bersifat

internal

organisasi

seperti

misalnya Black list atau bahkan sampai dikeluarkan dari organisasi


profesi tersebut.
D. Manfaat Organisasi Profesi
Apabila organisasi profesi bekerja dengan baik dan lancar banyak
manfaat yang akan diperoleh, akan tetapi menurut Brecko 1989, minimal
ada 4 manfaat yakni: (1) Dapat lebih mengembangkan dan memajukan
profesi penjasor (2) Dapat menertibkan dan memperluas bidang gerak
profesi; (3) Dapat menghimpun dan menyatukan pendapat warga profesi;

(4) Dapat memberikan kesempatan kepada semua anggota untuk berkarya


dan berperan aktif dalam mengembangkan dan memajukan profesi.
E. Contoh Organisasi-Organisasi Profesi di Indonesia
Berikut ini adalah contoh organisasi-organisasi Profesi yang ada di
Indonesia :
1. Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Merupakan organisasi yang mengatur standar profesionalisme dan
aturan etka bagi profesi dokter di Indonesia.
2. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
Merupakan organisasi yang mengatur standar profesionalisme dan
aturan etika bagi profesi akutan di indonesia. Keanggotaan dari IAI
bersifat sukarela. Dengan menjadi anggota, seorang akuntan
mempunyai kewajiban menjaga disiplin diri di atas dan melebihi yang
di syaratkan hukum dan peraturan.
3. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
Merupakan organisasi yang bergelut dibidang jaringan internet yang
bertujuan untuk melakukan beberapa program kunci yang dinilai
strategis untuk pengembangan jaringan internet di Indonesia.
4. Jogja IT.net
Merupakan forum mayarakat teknologi informasi dan komunikasi
Yogyakarta yang mewadahi para pelaku bisnis dan pemerhati /
komunitas

teknologi

informasi

komunikasi

untuk

mendukung

pemanfaatan teknologi informasi dan kokunikasi yang lebih berguna


bagi bangsa dan negara.
5. Organisasi guru Indonesia (PGRI) Persatuan Guru Republik Indonesia
PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali
dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912,
kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI)
tahun 1932.
Tujuan utama pendirian PGRI adalah:

a. Membela dan mempertahankan Republik Indonesia (organisasi


perjuangan)
b. Memajukan pendidikan seluruh rakyat berdasar kerakyatan
(organisasi profesi) Pendirian PGRI sama dengan EI: education
as public service, not commodity.
c. Membela dan memperjuangkan nasib guru khususnya dan nasib
buruh pada umumnya (organisasi ketenagakerjaan).
Makna Visi PGRI adalah:
a. Wahana mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
b. Wahana untuk membela, mempertahankan, dan melestarikan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. Wahana untuk meningkatkan integritas bangsa dalam menjamin
terpeliharanya keutuhan, kesatuan, dan persatuan bangsa.
d. Berperan aktif memperjuangkan tercapainya tujuan nasional dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa.
e. Wadah bagi para guru dalam memperoleh, mempertahankan,
meningkatkan, dan membela hak asasinya baik sebagai pribadi,
anggota masyarakat, warga negara, dan pemangku profesi guru.
f. Wahana untuk memberikan perlindungan dan membela
kepentingan guru dan tenaga guru yang berhubungan dengan
persoalan-persoalan hukum.
Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Profesi:
a. Wahana memperjuangkan peningkatan kualifikasi dan kompetensi
bagi guru.
b. Wahana mempertinggi kesadaran dan sikap guru dan tenaga guru
dalam meningkatkan mutu profesi dan pelayanan kepada
masyarakat.
c. Wahana menegakkan dan melaksanakan kode etik dan ikrar guru
Indonesia.
d. Wahana untuk melakukan evaluasi pelaksanaan sertifikasi, lisensi,
dan akreditasi bagi pengukuhan kompetensi profesi guru.
e. Wahana pembinaan bagi Himpunan Profesi dan Keahlian Sejenis
di bidang pendidikan yang menyatakan diri bergabung atau
bermitra dengan PGRI.

f. Wahana untuk mempersatukan semua guru dan tenaga guru di


semua jenis, jenjang, dan satuan pendidikan guna mneningkatkan
pengabdian dan peran serta dalam pembangunan nasional.
g. Wahana untuk mewujudkan pengabidan secara nyata melalui anak
lembaga dan badan khusus.
h. Wahana untuk mengadakan hubungan kerjasama dengan lembagalembaga pendidikan, organisasi yang bergerak dalam bidang
pendidikan, dan atau organisasi kemasyarakatan umumnya dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan dan kebudayaan.
Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Ketenagakerjaan:
a. Wahana untuk memperjuangkan terwujudnya hak-hak guru dan
tenaga guruWahana untuk memperjuangkan kesejahteraan guru
yang berupa: imbal jasa, rasa aman, hubungan pribadi, kondisi
kerja dan kepastian karier.
b. Wahana untuk mewujudkan prinsip dan pendekatan
ketenagakerjaan dalam upaya meningkatkan harkat dan martabat
guru melalui peningkatan kesejahteraan anggota.
c. Wahana untuk memperkuat kedudukan, wibawa dan martabat guru
serta kesetiakawanan organisasi.
d. Wahana untuk membela dan melindungi guru sebagai pekerja.
e. Wahana untuk membina dan meningkatkan hubungan kerjasama
dengan organisasi ketenagakerjaan baik lokal, regional maupun
global.
Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi yang Mandiri:
a. Menjalin kerjasama dengan semua pihak atas dasar
kemitrasejajaran, saling menghormati dan berdiri di atas semua
golongan.
b. Menggali dan mengembangkan potensi baik sumber daya manusia
maupun sumber daya keuangan dan sumber daya organisasi
lainnya yang tidak tergantung dari pihak manapun.
c. Membangun transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangan organisasi dengan menempatkan iuran anggota sebagai
sumber utama pembiayaan organisasi.
Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi yang Non Partisan :

a. PGRI tidak menjadi bagian dari partai politik manapun dan tidak
berafiliasi dengan partai manapun.
b. PGRI memberikan kebebasan kepada anggotanya untuk
menentukan pilihan politiknya secara merdeka.
c. PGRI selalu menjalin hubungan baik dengan seluruh partai dan
komponen masyarakat dalam memajukan pendidikan nasional.
Misi PGRI adalah:
a. Menjaga, mempertahankan, dan meningkatkan persatuan dan
kesatuan bangsa, membela dan mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, serta mewujudkan cita-cita
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
b. Berperan aktif dalam pembangunan nasional di bidang pendidikan
dan kebudayaan yang berlandaskan asas demokrasi, keterbukaan,
pengakuan terhadap hak asasi manusia, keberpihakan pada rakyat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
c. Mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, profesionalisme
dan kesejahteraan anggota.
d. Melaksanakan, mengamalkan, mempertahankan dan menjunjung
tinggi kode etik profesi guru Indonesia.
e. Membangun sikap kritis terhadap kebijakan pendidikan yang tidak
memihak kepada kepentingan masyarakat.
f. Melaksanakan dan mengelola organisasi berdasarkan tata kelola
yang baik (good govermance).
g. Memperjuangkan perlindungan hukum, profesi, dan kesejahteraan
anggota PGRI.
F. Hakikat Etika Profesi
Kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh
sekelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada
anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu profesi
itu dimata masyarakat. Apabila anggota kelompok profesi itu menyimpang dari
kode etiknya, maka kelompok profesi itu akan tercemar di mata masyarakat. Oleh
karena itu, kelompok profesi harus mencoba menyelesaikan berdasarkan
kekuasaannya sendiri.

Kode Etik dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau
tata cara sebagai pedoman berperilaku. Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa
kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan anggota
suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai professional suatu
profesi yang diterjemahkan kedalam standaart perilaku anggotanya. Nilai
professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian
kepada masyarakat.
Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan
berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi dapat
berubah dan diubah seiring perkembangan zaman. Kode etik profesi merupakan
pengaturan diri profesi yang bersangkutan, dan ini perwujudan nilai moral yang
hakiki, yang tidak dipaksakan dari luar.
Kode etik profesi hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan
nilai-nilai yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri. Setiap kode etik
profesi selalu dibuat tertulis yang tersusun secara rapi, lengkap, tanpa catatan,
dalam bahasa yang baik, sehingga menarik perhatian dan menyenangkan
pembacanya. Semua yang tergambar adalah perilaku yang baik-baik. Bukan
algoritma sederhana yang dapat menghasilkan keputusan etis atau tidak etis
Kadang-kadang bagian-bagian dari kode etik dapat terasa saling bertentangan
ataupun dengan kode etik lain. Kita harus menggunakan keputusan yang etis
untuk bertindak sesuai dengan semangat kode etik profesi.Kode etik yang baik
menggariskan dengan jelas prinsip-prinsip mendasar yang butuh pemikiran, bukan
kepatuhan membuta.
G. Tujuan etika profesi
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah
untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara
umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut (R. Hermawan S,
1979):
1.
2.
3.
4.
5.

Untuk menjunjung tinggi martabat profesi


Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Untuk meningkatkan mutu profesi
Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi

Tujuan kode etik adalah pelaku profesi tersebut dapat menjalankan tugas
dan kewajiban serta memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pemakai jasa
profesi tersebut. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan-perbuatan yang
tidak professional.

H. Fungsi Etika Profesi


Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi :
1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang
prinsip profesionalitas yang digariskan.Maksudnya bahwa dengan kode etik
profesi, pelaksana profesimampu mengetahui suatu hal yang boleh dia
lakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol social bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan.Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan
suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti
pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap
para pelaksana di lapangan kerja (kalangan social).
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat
dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan
yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau
perusahaan.
I. Penyebab Pelanggaran Kode Etik Profesi
Penyebab pelanggaran kode etik di antaranya :
a. Pengaruh sifat kekeluargaan. Misalnya Seorang dosen yang memberikan nilai
tinggi kepada seorang mahasiswa dikarenakan mahasiswa tersebut keponakan
dosen tersebut,
b. Pengaruh jabatan. Misalnya seorang yang ingin masuk ke akademi
kepolisian, dia harus membayar puluhan juta rupiah kepada ketua polisi di
daerahnya, kapolsek tersebut menyalah gunakan jabatannya,
c. Pengaruh masih lemahnya penegakan hukum di Indonesia, sehingga
menyebabkan pelaku pelanggaran kode etik profesi tidak merasa khawatir
melakukan pelanggaran,
d. Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat,

e. Organisasi profesi tidak dilengkapi denga sarana dan mekanisme bagi


masyarakat untuk menyampaikan keluhan,
f. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik profesi,
karena buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak profesi sendiri,
g. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk
menjaga martabat luhur profesinya,
h. Tidak adanya kesadaran etis da moralitas di antara para pengemban profesi
untuk menjaga martabat luhur profesinya.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat,
bilamana dalam diri para elit professional tersebut ada kesadaran kuat untuk
mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian
kepada masyarakat yang memerlukannya. Tanpa etika profesi, apa yang semula
dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh menjadi sebuah
pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang tidak diwarnai dengan nilai-nilai
idealism dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi respek
maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite professional.
Profesionalitas menunjuk pada kualitas atau sikap pribadi individu
terhadap suatu pekerjaan. Dalam profesi digunakan teknik dan prosedur
intelektual yang harus dipelajari secara sengaja sehingga dapat diterapkan untuk
orang lain. Professional menunjuk pada penampilan seseorang yang sesuai dengan
seharusnya dan menunjuk pada orang itu sendiri. Profesionalitas menunjuk pada
proses menjadikan seseorang sebagai professional.

Makmun, Abin Syamsudin. 1999. Pemberdayaan Sistem Perencanaan dan


Manajemen Berbasis Sekolah Menuju ke Arah Peningkatan Kualitas Kinerja
Pendidikan yang Diharapkan, Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap FIP
IKIP Bandung, Bandung: IKIP Bandung.
Supriyadi, Dedi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta :
Adicita.

Anda mungkin juga menyukai