CTSCAN
CTSCAN
Kekurangan CT scan
Paparan radiasi akibat sinar X yang digunakan yaitu sekitar 4% dari radiasi sinar X
saat melakukan foto rontgen. Jadi ibu hamil wajib memberitahu kondisi kehamilannya
sebelum pemeriksaan dilakukan.
Munculnya artefak (gambaran yang seharusnya tidak ada tapi terekam). Hal ini
biasanya timbul karena pasien bergerak selama perekaman, pasien menggunakan
tambalan gigi amalgam atau sendi palsu dari logam, atau kondisi jaringan tubuh
tertentu.
Reaksi alergi pada zat kontras yang digunakan untuk membantu tampilan gambar.
Dasar-dasar CT-Scan
CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-X, komputer dan televisi.
Prinsip kerjanya yaitu berkas sinar-X yang terkolimasi dan adanya detektor. Di dalam
komputer terjadi proses pengolahan dan perekonstruksian gambar dengan penerapan
prinsip matematika atau yang lebih dikenal dengan rekonstruksi algorithma. Setelah
proses pengolahan selesai, maka data yang telah diperoleh berupa data digital yang
selanjutnya diubah menjadi data analog untuk ditampilkan ke layar monitor. Gambar
yang ditampilkan dalam layar monitor selanjutnya diubah menjadi data analog untuk
ditampilkan ke layar monitor. Gambar yang ditampilkan dalam layar monitor berupa
informasi anatomis irisan tubuh.
Pada CT-Scan prinsip kerjanya hanya dapat menggambarkan tubuh dengan irisan
melintang tubuh. Namun dengan memanfaatkan teknologi komputer maka gambaran
aksial yang telah didapatkan dapat direformat kembali sehingga sehingga didapatkan
gambaran coronal, sagital, oblik. diagonal bahkan bentuk 3 dimensi dari objek tersebut.
(Rasad, 2000).
2.3.1
2.3.2
b. Tabung Sinar-X
Berdasarkan strukturnya tabung sinar-X sangat mirip dengan tabung sinar-X
konvensional, namun perbedaannya terletak pada kemampuannya untuk
menahan panas dan output yang tinggi. Panas yang cukup tinggi dengan
elektron-elektron yang menumbuknya. Ukuran fokal spot yang cukup kecil
(kurang dari 1 mm) sangat dibutuhkan untuk menghasilkan resolusi yang
tinggi.
c.Kolimator
Kolimator berfungsi untuk mengurangi radiasi hambur, membatasi jumlah
sinar-X yang sampai ke tubuh pasien serta untuk meningkatkan kualitas
gambar, tidak seperti pada
per detektor
di film dapat
Keterangan :
1. Gantry dan couch (meja pemeriksaan)
2. Komputer dan console
2.3.3
Parameter CT-Scan
Gambaran pada CT-Scan dapat terjadi sebagai hasil dari berkas-berkas
sinar-X yang mengalami perlemahan serta menembus objek, ditangkap detektor,
dan dilakukan pengolahan di dalam komputer. Penampilan gambar yang baik
tergantung dari kualitas gambar yang dihasilkan sehingga aspek klinis dari
gambar tersebut dapat dimanfaatkan dalam rangka untuk menegakkan diagnosa.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam CT-Scan dikenal beberapa
parameter untuk pengontrolan eksposi dan output gambar yang optimal.
a. Slice Thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari objek yang
diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1 - 10 mm sesuai dengan keperluan
klinis. Pada umumnya ukuran yang tebal akan menghasilkan gambaran
dengan detail yang rendah, sebaliknya yang tipis akan menghasilkan
gambaran dengan detail yang tinggi.
b. Range
Range atau rentang adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa
slice thickness. Sebagai contoh untuk CT-Scan thorax, range yang
digunakan adalah sama yaitu 5-10 mm mulai dari apeks paru sampai
diafragma. Pemanfaatan dari range adalah untuk mendapatkan ketebalan
irisan yang sama pada satu lapangan pemeriksaan.
c.Faktor Eksposi
Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
eksposi meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung (mA) dan waktu eksposi
(s). Besarnya tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis pada tiap-tiap
pemeriksaan. Namun kadang-kadang pengaturan tegangan tabung diatur
ulang untuk menyesuaikan ketebalan objek yang akan diperiksa (rentangnya
antara 80 140 kV). Tegangan tabung yang tinggi biasanya dimanfaatkan
untuk pemeriksaan paru dan struktur tulang seperti pelvis dan vertebra.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan resolusi gambar yang tinggi
sehubungan dengan letak dan struktur penyusunnya.
d. Field of View (FoV)
Field of View adalah maksimal dari gambaran yang akan
direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12-50
cm. FoV yang kecil maka akan mereduksi ukuran pixel (picture element),
sehingga dalam proses rekonstruksi matriks gambarannya akan menjadi
lebih teliti. Namun, jika ukuran FoV terlalu kecil maka area yang mungkin
dibutuhkan untuk keperluan klinis menjadi sulit untuk dideteksi.
e.Gantry tilt
Gantry tilting adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal
dengan gantry (tabung sinar-x dan detektor). Rentang penyudutan 25 0
sampai + 250. Penyudutan dari gantry bertujuan untuk keperluan diagnosa
dari masing-masing kasus yang harus dihadapi. Di samping itu, bertujuan
untuk mereduksi dosis radiasi terhadap organ-organ yang sensitif seperti
mata.
f. Rekonstruksi Matriks
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom pada picture
element (pixel) dalam proses perekonstruksian gambar. Pada umumnya
matriks yang digunakan berukuran 512 x 512 (5122) yaitu 512 baris dan 512
kolom. Rekonstruksi matriks ini berpengaruh terhadap resolusi gambar yang
akan dihasilkan. Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin tinggi
resolusi yang akan dihasilkan.
g. Rekonstruksi Algorithma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis (algorithma)
yang digunakan dalam merekonstruksi gambar. Hasil dan karakteristik dari
gambar CT-Scan tergantung pada kuatnya algorithma yang dipilih. Sebagian
besar CT-Scan sudah memiliki standar algorithma tertentu untuk
pemeriksaan kepala, abdomen, dan lain-lain. Semakin tinggi resolusi
algorithma yang dipilih, maka semakin tinggi pula resolusi gambar yang
akan dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka gambaran seperti tulang,
soft tissue, dan jaringan-jaringan lain dapat dibedakan dengan jelas pada
layar monitor.
h. Window Width
Window Width adalah rentang nilai computed tomography
yang akan dikonversi menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam
TV monitor.
Setelah komputer menyelesaikan pengolahan gambar melalui
rekonstruksi
matriks
dan
algorithma
maka
hasilnya
akan
tomography.
Nilai
ini
mempunyai
satuan
HU
ini
tabel
nilai
CT
pada
jaringan
yang
berbeda
Tipe jaringan
Nilai CT (HU)
Penampakan
Tulang
+1000
Putih
Otot
+50
Abu-abu
Materi putih
+45
Abu-abu menyala
Materi abu-abu
+40
Abu-abu
Darah
+20
Abu-abu
CSF
+15
Abu-abu
Air
Lemak
-100
Paru
-200
Udara
-1000
Abu-abu
gelap
ke
gelap
ke
hitam
Abu-abu
hitam
Hitam
pada
penampakan
tingkat
tulang
perlemahannya.
dalam
monitor
Dengan
menjadi
demikian
putih
dan
Scale.
Khusus
untuk
darah
yang
semula
dalam
i. Window Level
Window level adalah nilai tengah dari window yang
digunakan untuk penampakan gambar. Nilainya dapat dipilih
tergantung pada karakteristik perlemahan dari struktur objek
yang diperiksa. Window level ini menentukan densitas gambar
yang akan dihasilkan.
Pengertian
CT Scan (computed tomography scan) adalah proses penggunaan komputer untuk
memperoleh gambaran tiga-dimensional dari ribuan gambar x-ray dua-dimensional. CT Scan
dapat menghasilkan gambar-gambar yang sangat akurat dari objek-objek di dalam tubuh
seperti tulang, organ, dan pembuluh darah. Gambar-gambar ini sangat berguna dalam
mendiagnosa berbagai penyakit, seperti kanker, penyakit jantung, stroke, kelainan organ
reproduktif, dan kelainan gastrointestinal. Citra yang dihasilkan CT Scan jauh lebih detail
dibanding citra yang diperoleh x-ray biasa.
Mesin CT Scan berbentuk pipa dengan tempat pasien berbaring di tengahnya.
Pemroses citra (scanner) sendiri terdapat dalam frame pipa tersebut. Saat mesin bekerja, pipa
pemroses citra itu berputar sambil menembakkan sinar rontgen ke arah pasien dari berbagai
sudut. Untuk setiap putaran, sekitar 1.000 gambar bagian dalam pasien diambil. Gambargambar ini kemudian di-compile oleh komputer sehingga menghasilkan gambar crosssectional bagian dalam tubuh pasien yang dapat digunakan dalam menganalisa dan
mendiagnosa pasien.
Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat radiografi yang sudah lebih umum
dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama memanfaatkan intensitas radiasi terusan setelah
melewati suatu obyek untuk membentuk citra/gambar. Perbedaan antara keduanya adalah
pada teknik yang digunakan untuk memperoleh citra dan pada citra yang dihasilkan. Tidak
seperti citra yang dihasilkan dari teknik radiografi, informasi citra yang ditampilkan oleh CT
scan tidak overlap (tumpang tindih) sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati
tidak hanya pada bidang tegak lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT scan
dapat menampilkan informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu, citra
ini dapat memberikan sebaran kerapatan struktur internal obyek sehingga citra yang
dihasilkan oleh CT scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang dihasilkan oleh teknik
radiografi konvensional.
CT Scanner menggunakan penyinaran khusus yang dihubungkan dengan komputer
berdaya tinggi yang berfungsi memproses hasil scan untuk memperoleh gambaran
panampang-lintang dari badan. Pasien dibaringkan diatas suatu meja khusus yang secara
perlahan lahan dipindahkan ke dalam cincin CT Scan. Scanner berputar mengelilingi pasien
pada saat pengambilan sinar rontgen. Waktu yang digunakan sampai seluruh proses scanning
ini selesai berkisar dari 45 menit sampai 1 jam, tergantung pada jenis CT scan yang
digunakan( waktu ini termasuk waktu check-in nya).
Proses scanning ini tidak menimbulkan rasa sakit . Sebelum dilakukan scanning pada
pasien, pasien disarankan tidak makan atau meminum cairan tertentu selama 4 jam sebelum
proses scanning. Bagaimanapun, tergantung pada jenis prosedur, adapula prosedur scanning
yang mengharuskan pasien untuk meminum suatu material cairan kontras yang mana
digunakan untuk melakukan proses scanning khususnya untuk daerah perut.
CT Scan memiliki beberapa kelebihan dibanding x-ray biasa: citra yang diperoleh CT
Scan beresolusi lebih tinggi, sinar rontgen dalam CT Scan dapat difokuskan pada satu organ
atau objek saja, dan citra perolehan CT Scan menunjukkan posisi suatu objek relatif terhadap
objek-objek di sekitarnya sehingga dokter dapat mengetahui posisi objek itu secara tepat dan
akurat. Kelebihan-kelebihan tersebut telah membuat CT Scan menjadi proses radiografis
medis yang paling sering direkomendasikan oleh dokter dan, dalam banyak kasus, telah
menggantikan proses x-ray biasa secara total.
Sistem CT Scan
Peralatan sistem CT Scan terdiri atas tiga bagian, yaitu:
1. Sistem Pemroses Citra
2. Sistem Komputer dan Kendali
3. Stasiun Operasi dan Stasiun Pengamat
besaran-besaran listrik dari detektor menjadi sinyal analog yang kemudian akan melalui
konversi Analog-to-Digital. Hasil pengkonversian A/D itu dikirim ke bagian komputer dan
kendali untuk di-compile oleh komputer.
Sistem Komputer dan Kendali
Bagian komputer bertanggung jawab atas rekonstruksi gambar dan sistem kendali
seluruh sistem CT Scan. Sistem Komputer dan Kendali ini terdiri atas prosesor, sistem I/O,
dan hard disk.
Processor atau CPU (unit pemroses pusat) mempunyai fungsi untuk membaca dan
menginterprestasikan instruksi, melakukan penghitungan, dan menyimpan hasil-hasil dalam
memory. CPU yang digunakan mempunyai bus data 16,32 atau 64 bit. Tipe komputer yang
digunakan bisa mikro komputer dan bisa mini komputer, namun harus memenuhi unjuk kerja
dan kebutuhan sistem CT Scanner. Harddisk mempunyai fungsi untuk menyimpan data dan
software.
Stasiun Operator dan Stasiun Pengamat
CT Scanner pada umumnya dilengkapi dengan dua buah monitor dan keyboard.
Masing-masing sebagai operator station dan viewer station dan keduanya mempunyai tugas
yang berbeda. Operation Station mempunyai fungsi sebagai operator kontrol untuk
mengontrol beberapa parameter scan seperti tegangan anoda, waktu scan dan besarnya arus
filamen. Sedangkan viewer station mempunyai fungsi untuk memanipulasi sistem pemroses
citra. Bagian ini mempunyai sistem kontrol yang dihubungkan dengan sistem keluaran seperti
hard copy film, magnetic tape, dan paper print out. Dari bagian ini dapat dilakukan pekerjaan
untuk menganalisa hasil scanning.Contoh Citra yang Diperoleh CT Scanner
Gambar
5.
Hasil
scan
kepala
pasien
Gambar
6.