Disusun Oleh :
Nama
NIM
Kelas
:A
Fakultas Psikologi 2015
Universitas Airlangga
I.
Pendahuluan
Pada tugas kali ini, siswa disuruh untuk menemukan sebuah kasus nyata tentang
gangguan yang dialami oleh seseorang, kemudian siswa dituntut untuk bisa
memberikan sesi koneseling kepada subjek yang bermasalah tersebut. Output
akhir dari konseling tersebut tidak melulu dapat menghilangkan masalah yang
dialami oleh klien, namun juga bisa dapat sedikit mengurangi apa yang dialami
oleh klien tersebut. Siswa juga diminta untuk membuat panduan untuk konseling
se-detail mungkin, dimana didalamnya terdapat metode, cara, tempat, dan lain
sebagainya yang berkaitan dengan seluruh sesi konseling yang akan dilakukan.
Sebelum melakukan konseling, siswa terlebih dahulu harus melakukan prakonseling, dimana hal tersebut bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang apa
sebenarnya yang dialami oleh klien tersebut, sehingga berangkat dari hasil prakonseling tersebut, kita dapat menentukan treatment dan intervensi apa yang kirakira tepat diberikan kepada klien tersebut.
II.
Identitas Kasus
langsung bilang, namun ingin dia untuk segera menikah paling lama umur 23
tahun.
Akhir-akhir ini subjek menjadi lebih sensitif dari biasanya. Bukan dalam hal
yang negatif, namun menjadi lebih memikirkan segala sesuatu secara berlebihan.
Seperti : ada kesalahan dengan temannya yang sebenarnya itu kecil dan sudah
terselesaikan dengan cepat, namun subjek tidak pernah berhenti menyalahkan
dirinya. Subjek juga seringkali meminta pulang ketika sedang berjalan-jalan
dengan temannya, karena selain khawatir dengan orang tuanya, ia juga terusmenerus memikirkan skripsi dan tugas mata kuliah lain yang sedang ia ambil. Ia
juga sering mengalami kegagalan dalam urusan percintaannya. Dia sering diberi
harapan palsu oleh orang yang sedang mendekatinya. Kemudian, dia juga
seringkali terjebak dengan cinta yang berbeda kasta dengannya, yang tentu saja
ditentang oleh orang tuanya, yang menginginkan dia memiliki pasangan yang
sama kasta. Dia juga seringkali jatuh cinta dengan orang yang berbeda keyakinan
dengannya, yang tentu saja akan lebih ditentang oleh orang tuanya. Dia
mengatakan, bahwa seumur hidupnya, ia baru merasakan yang namanya
berpacaran sebanyak satu kali, dan itupun tidak lama. Orang tuanya yang secara
tidak langsung menuntut dia untuk segera memiliki pasangan juga menjadi
stressor tersendiri bagi KD. KD menjadi cepat sensitif ketika membahas masalah
hati dan percintaan. Kemudian, teman satu angkatannya yang juga sudah banyak
lulus, menjadi stressor lain yang mengakibatkan dia sangat atau bahkan terlalu
fokus mengerjakan skripsinya, sampai kesehatannya terabaikan, hingga akhirnya
pernah beberapa kali ke dokter. Kawan-kawan di sekitarnya pun, seringkali
mengingatkannya agar ia tidak terlalu mengkhawatirkan segala hal, karena ia
seringkali larut dalam stress yang berkepanjangan, hingga berpengaruh pada
kehidupan sehari-harinya.
III.
Diagnosis (Sementara)
Axis II
:-
Axis III
:-
Axis IV
Axis V
IV.
: 71-80
Teori Tentang Diagnosis
Peneliti mengambil diagnosis sementara berdasarkan panduan dari buku DSM IVTR, pada bagian Anxiety Disorders sub-bab Generalized Anxiety Disorder.
Dimana, pada sub-bab ini, seseorang yang mengalami gangguan tersebut,
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mengalami cemas dan khawatir yang sangat berlebihan selama setidaknya
enam bulan. Hal yang dikhawatirkan bisa mengenai apapun, misalnya
tentang pendidikan
V.
Teori yang digunakan adalah seperti bab presentasi konseling kelompok saya,
yaitu konseling dengan teori humanistik sub-bab konseling berpusat pada orang
(person center). Berikut adalah rangkuman dari teori tersebut.
Konseling Berpusat Pada Orang (Person Center)
a. Penemu/Pengembang
Carl Rogers pertama kali mencetuskan bentuk psikoterapi tak langsung di dalam
bukunya Counseling and Psychotherapy pada tahun 1942 yang kemudian
berkembang menjadi konseling berpusat pada klien.
b. Sudut Pandang Tentang Sifat Manusia
Menurut Rogers (1951), makhluk hidup mempunyai satu dasar kecenderungan
dan perjuangan, yaitu aktualisasi diri, mempertahankan, dan meningkatkan si
makhluk
yang
merasakannya
tersebut.
Sesungguhnya,
manusia
yang
disfungsional itu adalah manusia yang gagal untuk belajar dan berubah (Bohart,
1995, p.94). Rogers memandang individu dari perspektif fenomenologikal yang
mirip dengan pandangan dari Adler, yaitu yang terpenting bagi manusia itu adalah
persepsi manusia itu mengenai realita dibanding dengan peristiwa yang terjadi itu
sendiri (Rogers, 1955). Tetapi, pada pandangan Rogers konsep tersebut adalah inti
dari teorinya sehingga gagasannya sering disebut teori diri.
Agar muncul diri yang sehat, seseorang membutuhkan perhatian positif, yang
terdiri atas : cinta, kehangatan, kasih sayang, respek, dan penerimaan. Pada saat
masa kanak-kanak dan di masa kehidupan berikutnya, seseorang sering menerima
perhatian berpamrih dari orang tua dan orang lain. Perhatian berpamrih
mengajarkan pada orang tersebut bahwa dirinya dihargai haya jika ia dapat
berkompromi dengan keinginan orang lain. Jadi terkadang seseorang itu harus
menyangkal atau membelokkan perspesi ketika seseorang yang menjadi
tempatnya bergantung memandang situasi berbeda dari pandangan yang seseorang
tersebut anut.
Individu yang terjebak dalam dilema seperti itu, jika dia tidak meakukan seperti
apa yang diinginkan orang lain, maka dia tidak akan diterima dan dihargai.
Namun, jika dia melakukan kompromi, dia membuka jurang pemisah antara
idealisme diri dan relita diri. Semakin jauh antara idealisme diri dan realita diri,
maka akan semakin menyimpang diri individu tersebut.
c. Peran Konselor
Peran konselor membuat dan meningkatkan atmosfer dimana klien bebas untuk
mengeksplorasi semua aspek mengenai dirinya (Rogers, 1951, 1980). Konselor
harus menyadari bahasa verbal maupun non-verbal klien dan merefleksikannya
kembali apa yang dia dengar maupun amati (Braaten, 1986). Klien adalah orang
yang diberi hak untuk mengarahkan terapinya sendiri (Moon, 2007). Pada
pendekatan berpusat pada orang konselor adalah ahli proses tersebut dan ahli
penelitian mengenai klien tersebut, dimana kesabaran adalah kuncinya (Miller,
1996).
d. Tujuan
Rogers (1977) menekankan bahwa orang perlu bantuan untuk belajar bagaimana
menghadapi berbagai situasi yang dapat dicapai dengan membantu klien menjadi
orang yang berfungsi penuh. Klien yang berfungsi penuh lebih terbuka terhadap
pengalaman, lebih mempercayai persepsi diri sendiri, dan berpartisipasi dalam
ekplorasi dan evaluasi diri (Rogers, 1961). Intinya, klien dibantu untuk
mengidentifikasi, menggunakan, dan mengintegrasikan sumber daya dan potensi
diri (Boy & Pine, 1983; Miller, 1996).
e. Teknik
Rogers (1957) meyakini ada tiga kondisi penting dan perlu dilakukan pada
konseling :
1. Empati
Empati dapat bersifat subjektif, antar pribadi, atau objektif, meski seringkali
empati adalah kombinasi ketiganya (Clark, 2004; Rogers, 1964). Empati secara
esensial adalah suatu upaya untuk berpikir dengan, alih-alih untuk atau mengenai,
klien untuk menyerap komunikasi, maksud, dan pengertian klien tersebut
(Brenner dkk, 1993; Clark, 2007; Moon, 2007). Tingkat empati yang tinggi dalam
suatu hubungan paling berpotensi dan merupakan salah satu faktor paling kuat
dalam mewujudkan perubahan dan pembelajaran (Rogers, 1957).
2. Perhatian Positif Tanpa Pamrih
Dikenal juga sebagai penerimaan, merupakan kasih sayang tulus dan dalam bagi
klien sebagai seorang manusia-yaitu, menghargai manusia sebagai seorang
manusia (Rogers, 1961, 1980).
3. Kecocokan
Merupakan kondisi transparan dalam terapi dengan menghilangkan aturan dan
penghalang (Rogers, 1980). Kecocokan adalah kesiapan konselor untuk
mengesampingkan kepedulian dan kepentingan pribadi, serta terbuka di dalam
hubungan dengan kliennya (Moon, 2007).
Selain tiga kondisi diatas, metode lain yang dapat membantu meningkatkan
hubungan klien-konselor mencakup, tetapi tidak terbatas pada, mendengarkan
secara pasif dan aktif, refleksi perasaan dan pikiran yang tepat, klarifikasi,
penyimpulan, konfrontasi, dan arahan umum atau terbuka (Tursi & Cochran,
2006).
f. Kekuatan dan Kontribusi
1. Merevolusi profesi konseling dengan cara menghubungkan konseling
dengan psikoterapi dan memperjelasnya melalui pembuatan rekaman suara
dari sesi aktual dan menerbitkan salinannya (Goodyear, 1987; SommersFlanagan, 2007).
2. Cornelius-White (2005) menemukan bahwa pendekatan berpusat pada
orang efektif dalam meningkatkan konseling multikultural. Lemoire dan
Hasil Verbatim
Pra Konseling
Q : Selamat siang
A : Siang
Q : Ee.. Jadi ee.. Makasih sebelumnya sudah hadir untuk pra konseling supaya
saya mau mengetahui problem mbak seperti apa
A : Iya..
Q : Ee.. Saya lihat akhir-akhir ini.. Jadi langsung aja ya, ee.. Mbak kan
biasanya ee.. Orangnya kan ceria, apa segala macem, tapi kok akhir-akhir
ini kayak ee.. Suka mrengut, suka agak khawatir gitu, kenapa ya? Boleh
cerita nggak?
A : Ee.. Gimana ya mas ya.. Jadi saya kan sekarang lagi skripsi ya kan terus
habis gitu deadlinenya udah mepet banget. Aku tu orangnya panikan, jadi
kalau misalnya ada yang kayak udah deadline mepet-mepet gitu, jadi
makin khawatir gitu. Makin gimana sih.. Kayak gak tenang gitu. Aku tuh
orangnya gak bisa ngerjain mepet-mepet gitu pasti suka sebelumnya. Jadi
ya gitu, ya cemas gitu
Q : Jadi ee.. Kira-kira yang bikin cemas selain ee.. Deadline apa ya mbak kirakira? Dosen mungkin? Atau subjeknya mungkin? Atau gimana?
A : Sebenarnya tuh kan karena topik skripsiku ini sensitif kan, jadi tuh kadangkadang tuh dia jawabnya juga gak sesuai, dijawab bercanda, itu yang
Q
A
Q
A
Q
A
Q
:
:
:
:
:
:
:
juga dosbingnya?
A : Dosbingnya sih enggak sih sebenernya. Dikit, tapi gak terlalu neken. Aku
tuh, gimanay ya.. Aku tuh neken diriku sendiri gitu loh. Dosen
pembimbingku tuh gak pernah gitu bikin deadline, aku yang bikin deadline
buat aku sendiri
Q : Hmm... Semacam Self-talk gitu ya?
A : Iya
Q : Terus.. Kecemasan kalau dari skripsi aja kayaknya nggak mungkin deh.
Ada faktor lain mungkin? Soalnya mbak kayaknya akhir-akhir ini kayak
sering.. Hal-hal kecil gitu aja kayak ngerasa bersalahnya itu berlebihan
banget gitu. Ada faktor lain nggak sih selain skripsi? Percintaan, mungkin?
A : Percintaan ya.. Kan sekarang kan, temen-temenku udah banyak yang nikah
gitu kan?
Q : Oooh.. He em
A : Gitu, ya kan misalnya aku dateng tuh, temen-temenku juga kayak kok
Q
A
Q
A
:
:
:
:
kamu gak punya pacar? Aku kan juga gak pernah pacaran..
Oh, belum pernah pacaran?
He em
Hmm.. Iya iya
Iya, jadi tuh makin kesini makin kok makin banyak yang nikah ya? Jadi
:
:
:
:
:
:
Q
A
Q
A
Q
A
Q
:
:
:
:
:
:
:
A
Q
A
Q
A
Q
:
:
:
:
:
:
Konseling Sesi 1
Q
A
Q
A
Q
A
Q
:
:
:
:
:
:
:
A
Q
A
Q
A
Q
A
sebagai mahasiswa?
: Hmmm gimana ya..
: Ya, gimana mbak?
: Jadi.. Emm.. Aku itu takutnya lebih ke.. Apa ya.. Aduh bingung
Q
A
jawabnya
: Okok coba saya bantu. Lebih karena dosen pembimbing?
: Enggak kok. Dosen pembibingku baik, mau ngebantu banyak pula untuk
Q
A
mahasiswa bimbingannya
: Erm... Karena teman-teman gak ada yang ngedukung mungkin?
: Oh itu gak juga kok. Teman-teman yang lagi pada ngambil skripsi juga
saling menguatkan satu sama lain. Skripsi kalau gak nangis dan saling
A
Q
A
Q
A
Q
A
Q
A
Q
A
:
:
:
:
Q
A
Q
A
saking kepikiran sama skripsi ini.. Mood juga bisa cepet banget berubah
: Wah sampai segitunya ya mbak?
: Iya. Malah kadang-kadang aku juga jadi cepet ngerasa bersalah. Ya
kayak yang aku bilang kemarin itu, aku tiap buat salah kecil aja ke
orang, responku jadi agak berlebihan gitu. Itu efek juga kah dari skripsi
ini?
: Hmm.. Mungkin aja mbak, tapi harus lebih dalam lagi sih mbak buat
A
Q
gitu
: Wah.. Keluarga mbak masih memperhatikan yang kasta-kasta gitu kah
mbak?
: Iya masih. Jadi dulu tuh pernah ya, aku itu bawa... Ya.. PDKTan ku lah
Q
A
Q
A
Q
A
Q
A
aku hahahaha
: Wah.. Kok mbak beranggapan seperti itu? Ada-ada aja deh mbak ini
: Loh.. Aku gak mengada-ngada kok. Sekarang loh ya, aku ini ya.. Bisa
dibilang cewek yang gak aneh-aneh lah. Gak ngerokok, dugem, dan lain
lainnya. Pakaian juga aku gak pernah pakai pakaian yang nontonin
tubuhku ke orang lain. Gitu juga gak laku-laku.. Masa aku ya harus
buka-bukaan dulu? Ya aku gak mau lah. Nanti orang suka sama aku
bukan karena kepribadianku tapi malah karena tubuhku ya aku gak mau
dong
: Hmm iya iya, nice commitment lah itu mbak. Terus untuk saat ini, ada
A
Q
A
yang lagi deket sama mbak? Atau lagi kelihatan ngedeketin mbak?
: Hmmm... Ada sih dek...
: Wahwah, gimana tuh anaknya? Ceritain dong!
: Hahahaha... Jadi malu lo aku nanti
Q
A
Q
A
:
:
:
:
Q
A
Q
A
kamunya
: Habis dia di awal kesannya kayak ngedukung dan mau ngebantu aku
banget gitu secara moral sih. Tapi kok malah gini jadinya? Ya aku makin
kecewa dan khawatir lah. Skripsiku tambah molor lagi kan akhirnya
hmmph..
: Hmm mungkin dia habis pulsa mbak? Atau dia lagi sibuk kerja
A
Q
A
mungkin?
: Bisa jadi sih.. Tapi.. Hassh udah gak tahu lah, pusing aku dek
: Yaudah yaudah..
: Iya. Udah skripsi begini, ditambah lagi masalah cinta begini.. Gak
A
Q
A
lah kecemasan mbak yang berlebihan ini. Karena saya sendiri sudah
melihat mbak seperti ini dari semester lalu, yang itu tandanya sudah
A
Q
A
Q
:
:
:
:
A
Q
A
Q
A
Q
A
Q
negatif yang pada akhirnya itu bikin mbak sengsara, karena berpikiran
buruk. Misalnya : ngelihat temen mbak di sidang, terus kebayangbayang wajah dosen, dan lain sebagainya. Itu belum mbak alami, dan
belum tentu juga mbak akan mengalami seperti yang teman mbak alami
A
itu
: Hmmm.. Gitu ya? Tapi ya gimana lagi ya, temen seangkatanku udah
banyak yang lulus juga kan? Terus ya gitu itu.. Serem deh aku lihatnya
: Mbak, yang terpenting itu, mbak sudah berusaha memberikan usaha
yang terbaik, mbak juga sudah sering konsultasi ke dosen pembimbing
mbak, teman-teman juga banyak yang mendukung, jadi tidak ada alasan
mbak sesungguhnya untuk memikirkan hal yang tidak-tidak. Memang
sih, semua kemungkinan itu pasti bisa terjadi, tapi bagaimana itu dapat
A
Q
sekarang..
: Nah itu tuh. Gimana gimana?
: Jadi mbak, mbak itu jangan terlalu ngebet untuk segera memiliki
pasangan atau mempunyai pasangan. Karena sesuatu yang terburu-buru
A
Q
A
Q
hal
yang
bisa
membuat
mbak
down
dan
mengalir. Semua itu bisa menguatkan mbak secara psikis tanpa mbak
sadari. Maksimalkan itu mbak
Hmmm gitu ya
Iya mbak
Oke aku bakalan coba deh. Semoga aku bisa ya
Mbak pasti bisa dan mbak pasti mampu. Harus! Ini semua demi
A
Q
A
Q
:
:
:
:
A
Q
A
Q
A
Q
:
:
:
:
Konseling Sesi 2
Q
A
Q
A
Q
A
Q
A
Q
A
Q
A
Q
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Halo mbak
Halo juga dek
Gimana kabarnya hari ini? Sehat?
Baik-baik aja, sehat juga aku
Wah kelihatannya lebih ceria ini?
Ah masa sih dek?
Iya mbak.. Kelihatan kali
Hmm syukurlah kalau aku kelihatan ceria
Iya kelihatan kok mbak, hehehe
Amin bisa ceria terus haha
Hahaha iya. Jadi gimana mbak perkembangannya?
Perkembangan apa?
Ya yang kemarin itu, kan kemarin aku udah kasih saran ke mbak gimana
buat ngurangin kecemasan mbak itu. Gimana perkembangannya
A
Q
A
Q
A
Q
A
Q
:
:
:
:
:
:
:
:
sekarang?
Oh itu. Yayaya aku baru inget
Nah alhamdulillah kalau mbak inget
Hmm udah aku lakuin sih dek kayak yang kamu suruh kemarin
Oke, jadi apa yang udah mbak lakuin?
Yang masalah interior kamar dan lain-lain itu dulu ya?
Iya terserah mbak deh yang mana
Jadi buat yang itu, aku udah ngubah interior kamarku sih..
Oh iya?
A
Q
A
: Iya
: Ngubah kayak gimana mbak?
: Iya jadi buku bukuku aku ubah tata letaknya, terus posisi tempat tidurku
Q
A
Q
A
Q
A
:
:
:
:
:
:
Q
A
Q
A
:
:
:
:
banget
Oke..
Nah aku ubah jadi warna ungu muda gitu
Kenapa ungu muda mbak?
Ya soalnya daridulu aku kan kepingin kan warna kamarku ungu muda?
Dan aku baca di beberapa referensi juga ungu itu ngasih efek tenang
gitu. Jadi, cus deh aku kasih warna ungu muda
Wah.. Keren keren. Terus apa yang mbak rasakan setelah itu semua?
Aku jadi lebih tenang sih sama lebih fokus juga
Wah efek yang bagus
Iya dek. Kenapa gak daridulu aja aku ubah gitu ya.. Ternyata bisa ngasih
Q
A
Q
A
:
:
:
:
Q
A
: Iya.. worthed banget lah setelah aku coba. Oh iya sama yang bikin
Q
A
Q
A
Q
A
Q
A
A
Q
A
Q
A
Q
A
Q
A
:
:
:
:
Q
A
Q
A
Q
A
negatif, jadi aku sendiri yang akhirnya ngerasa apa-apa itu berat.
: Iya mbak, semua itu secara gak sadar bisa mempengaruhi alam bawah
A
Q
A
sadar mbak
: Iya, bener banget
: Berarti percintaan clear ya ini?
: Iya dek. Aku udah mikir juga sih, jodoh gak mungkin ketuker kan?
Tuhan pasti udah nadirin nantinya aku sama siapa, jadi aku gak perlu
khawatir banget lah. Kalau emang ada yang mau ngedeketin, ya ayuk
kita jalanin sama-sama, kalau nggak juga lebih baik fokus benerin diri
Q
A
Q
sendiri dulu aja supaya bisa ketemu yang baik juga kan?
: Pemikiran yang bagus itu mbak hehe
: Hahaha iya dek
: Jadi kesimpulannya bagaimana nih efek yang mbak rasakan setelah
Q
A
Q
A
Q
A
Q
sidang nih
: Wah, Juli mbak mau sidang?
: He em.. Nervous sih, tapi ya kudu semangat lah! Semua udah aku lakuin
: Wah.. Semangat ya mbak. Pokoknya mbak harus bisa ngelaluin
A
Q
A
Q
A
Q
A
Q
A
lah pokoknya.
: Wah jadi terharu aku gini ini mbak hahaha
: Hahaha iya dek. Oh iya, kamu harus dateng ke sidang skripsiku nanti lo
Q
A
ya!
: Wah.. Beneran mbak?
: Iyalah beneran! Nanti kalau udah mau sidang, aku hubungin kamu. Gak
Q
A
Q
Pembahasan
Dari hasil pra-konseling, konseling sesi satu, dan konseling sesi dua, terungkap
apa yang menjadi penyebab utama kecemasan dalam diri klien. Yaitu skripsi dan
percintaan. Yang menjadi penyebab skripsinya molor adalah pikiran negatif yang
terus menderanya akibat melihat teman-teman seperjuangannya sudah lulus
terlebih dahulu, atau mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan sebelum,
saat, dan sesudah sidang skripsi berlangsung. Karena terlalu memikirkan hal-hal
seperti itu, berpengaruh ke segala hal dalam aspek kehidupan subjek. Skripsinya
jadi lebih molor, subjek menjadi lebih cepat merasa bersalah, hingga susah makan.
Percintaan juga tidak terasa turut menambah kekhawatiran yang signifikan bagi
subjek. Teman-teman satu angkatan yang sudah banyak memiliki kekasih bahkan
menikah, menjadikan kekhawatiran tersendiri bagi diri subjek. Ditambah subjek
sering sekali mengalami hambatan ketika ada seorang pria yang mendekatinya
atau sedang ia cintai. Entah berbeda kasta, atau berbeda agama, hingga orang tua
subjek pun tidak menyetujui hubungan tersebut. Dua hal tersebut yang secara
bersamaan menjadi penyebab kekhawatiran yang dialami subjek. Setelah
mengadakan pra-konseling untuk mengambil data, saya sendiri akhirnya
melakukan konseling sesi satu untuk lebih mengidentifikasi secara dalam tentang
apa yang dialami dan dirasakan oleh subjek sehingga bisa melakukan intevensi
yang tepat. Intervensi yang saya berikan kepada klien adalah lebih mengatur
waktu, merubah sedikit interior kamar, mencoba berpikir positif, dan membuat
prioritas. Berikut adalah esensi dari setiap saran yang saya berikan kepada klien
tersebut.
a. Mengatur waktu
Esensi dari mengatur waktu sendiri adalah agar kegiatan sehari-hari subjek
menjadi lebih terorganisir. Subjek menjadi lebih taat dengan waktu, dan
Kesimpulan
sudah tinggal penyelesaian akhir, yakni daftar pustaka dan ucapan terima kasih.
Masih banyak tentunya kekurangan yang terdapat pada konseling yang peneliti
lakukan kali ini, diantaranya :
1. Waktu sesi konseling yang tidak lama. Mungkin masalah yang terungkap
sudah cukup banyak, tetapi jika dilakukan inquiry yang lebih dalam lagi,
bukan tidak mungkin akan terungkap lebih banyak aspek yang tidak
terduga dalam diri klien.
2. Kualitas video yang buruk. Hal ini dikarenakan perangkat yang digunakan
oleh peneliti tidak mampu untuk melakukan perekaman video dengan
durasi yang lama, sehingga harus sedikit demi sedikit dalam merekam,
dimana hal itu berpengaruh dari segi kualitas video konseling.
3. Ketidakmampuan peneliti dalam mewawancara. Peneliti disini terbilang
orang yang sangat gugup ketika harus mewawancara seseorang, sehingga
banyak pertanyaan yang penting, maksudnya tidak tersampaikan.
Terlepas dari beberapa kekurangan tersebut, maksud utama dari konseling ini
selebihnya sudah tercapai. Yakni membuat intervensi sesuai dengan apa yang
dirasakan oleh klien pada saat itu, sehingga intervensi yang diberikan memberikan
dampak yang cukup signifikan bagi keadaan klien.
X.
Referensi
1. Gladding, T.S. (2012). Konseling: Profesi Yang Menyeluruh. Jakarta: PT.
Indeks
2. DSM IV-TR. Washington: American Psychiatric Association
3. Davidson, G.C. & Neale, J.M. 1994. Abnormal Psychology. New York:
John Wiley & Sons, Inc