Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk
penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai
peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul, gejala tersebut seringkali dianggap gangguan
biasa, sehingga korbannya terlambat menyadari akan datangnya penyakit (Sustrani, 2006).
Hipertensi

menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena jika tidak

terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Akibatnya bisa
fatal karena sering timbul komplikasi, misalnya stroke (perdarahan otak), penyakit jantung
koroner, dan gagal ginjal (Gunawan, 2001).
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi
(HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya
kejadian stroke dan infark myocard bahkan walaupun tekanan diastoliknya dalam batas
normal (isolated systolic hypertension). Isolated systolic hypertension adalah bentuk
hipertensi yang paling sering terjadi pada lansia. Pada suatu penelitian, hipertensi menempati
87% kasus pada orang yang berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya hipertensi, baik HST
maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas
untuk orang lanjut usia. Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama untuk stroke, gagal
jantung penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada
orang yang lebih muda (Kuswardhani, 2007)
Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan
arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya
kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta
itu kehilangan daya penyesuaian diri. Dinding, yang kini tidak elastis, tidak dapat lagi
mengubah darah yang keluar dari jantung menjadi aliran yang lancar. Hasilnya adalah
gelombang denyut yang tidak terputus dengan puncak yang tinggi (sistolik) dan lembah yang
dalam (diastolik) (Wolff , 2008).
Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok lansia. Sebagai hasil
pembangunan yang pesat dewasa ini dapat meningkatkan umur harapan hidup, sehingga

jumlah lansia bertambah tiap tahunnya, peningkatan usia tersebut sering diikiuti dengan
meningkatnya

penyakit degeneratif dan masalah kesehatan lain pada kelompok ini.

Hipertensi sebagai salah satu penyakit degeneratif yang sering dijumpai pada kelompok
lansia (Abdullah.2005).
Data WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau
26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1%
wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta
pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang
berkembang, temasuk Indonesia (Andra,2007).
Umur Harapan Hidup (UHH, proporsi penduduk Indonesia umur 55 tahun ke atas pada
tahun 1980 sebesar 7,7% dari seluruh populasi, pada tahun 2000 meningkat menjadi 9,37%
dan diperkirakan tahun 2010 proporsi tersebut akan meningkat menjadi 12%, serta UHH
meningkat menjadi 65-70 tahun. Dalam hal ini secara demografi struktur umur penduduk
Indonesia bergerak ke arah struktur penduduk yang semakin menua (ageing population).
Peningkatan UHH akan menambah jumlah lanjut usia (lansia) yang akan berdampak pada
pergeseran pola penyakit di masyarakat dari penyakit infeksi ke penyakit degenerasi.
Prevalensi penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan penyakit tidak menular
cenderung mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular (PTM) dapat digolongkan
menjadi satu kelompok utama dengan faktor risiko yang sama (common underlying risk
faktor) seperti kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif kronik, dan
kanker tertentu. Faktor risiko tersebut antara lain mengkonsumsi tembakau, konsumsi tinggi
lemak kurang serat, kurang olah raga, alkohol, hipertensi, obesitas, gula darah tinggi, lemak
darah tinggi
Berdasarkan hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001, di kalangan
penduduk umur 25 tahun ke atas menunjukkan bahwa 27% laki-laki dan 29% wanita
menderita hipertensi, 0,3% mengalami penyakit jantung iskemik dan stroke, 1,2% diabetes,
1,3% laki-laki dan 4,6% wanita mengalami kelebihan berat badan (obesitas), dan yang
melakukan olah raga 3 kali atau lebih per minggu hanya 14,3%. Laki-laki umur 25-65 tahun
yang mengkonsumsi rokok sangat tinggi yaitu sebesar 54,5%, dan wanita sebesar 1,2%.

BAB II
ISI
A. HIPERTENSI
a.

Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization) memberikan
batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas
160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan
jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi,
2008).

b.

Etiologi

Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun


b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua.

Yang

pertama hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya. Yang kedua hipertensi
sekunder, disebabkan kelainan ginjal dan kelainan kelenjar tiroid. Yang banyak terjadi adalah
hipertensi primer, sekitar 92-94% dari kasus hipertensi. Dengan kata lain, sebagian besar
hipertensi tidak dapat dipastikan penyebabnya (Marliani, 2007).
c.

Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih sering

dijumpai terkait dengan penyakit lain, misalnya obesitas, dan diabetes melitus. Berdasarkan
penyebabnya, hipertpensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
a.

Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Gunawan, 2001). Sebanyak 90-95
persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para
pakar menunjuk stress sebagai tuduhan utama, setelah itu banyak faktor lain yang
mempengaruhi, dan para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita
hipertensi (genetik) dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini. Faktor- faktor lain yang
dapat dimasukkan dalam daftar penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan,dan faktor
yang meningkatkan resikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol, dan merokok.
b.

Hipertensi renal atau hipertensi sekunder

Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Gunawan, 2001). Pada 5-10 persen
kasus sisanya, penyebab spesifiknya sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit
jantung, diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan.
Garam dapur akan memperburuk hipertensi, tapi bukan faktor penyebab.

d.

Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat

vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan fungsional


pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Rohaendi, 2008).
e.
a.

Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization) dalam Rohaendi

(2008):
1)

Tekanan darah normal, yakni tekanan sistolik kurang atau sama dengan 140

mmHg dan tekanan diastoliknya kurang atau sama dengan 90 mmHg.


2) Tekanan darah borderline (perbatasan), yakni tekanan sistolik 140-159 mmHg
dan tekanan diastoliknya 90-94 mmHg
3) Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik 1ebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih besar atau sama dengan
95mmHg.
b.

Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari:

Tekanan sistolik:
a.< 119 mmHg : Normal
b.
120-139 mmHg : Pra hipertensi
c.140-159 mmHg : Hipertensi derajat 1
d.
> 160 mmHg : hipertensi derajat 2
Tekanan diastolik :
a.
b.
c.
d.

< 79 mmHg : Normal


80-89 mmHg : pra hipertensi
90-99 mmHg : hipertensi derajat 1
>100mmHg : hipertensi derajat 2

Stadium 1: Hipertensi ringan (140-159 mmHg 90-99 mmHg)

Stadium 2: Hipertensi sedang (160-179 mmHg 100-109 mmHg)


Stadium 3: Hipertensi berat (180-209 mmHg 110-119 mmHg)
B. GEJALA HIPERTENSI
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus.
Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala


Sering gelisah
Wajah merah
Tengkuk terasa pegal
Mudah marah
Telinga berdengung
Sukar tidur
Sesak napas
Rasa berat ditengkuk
Mudah lelah
Mata berkunang-kunang
Mimisan ( keluar darah dari hidung).

C. FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI HIPERTENSI


Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau
tidak dapat dikontrol, antara lain:
a. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dikontrol:
1)

Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung

dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.

Wanita yang belum mengalami

menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High
Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung
dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap
sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause
wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut
berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi

pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah
penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. (Anggraini dkk, 2009).
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih
banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah
wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani,
2007).
2)

Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang

lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih
muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia
tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benarbenar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada
wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan hormon sesudah menopause.
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas
umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur
lima puluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko
hipertensi
3)

Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu

akan menyebabkan keluarga itu

mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi
dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.

Selain itu

didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga
(Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007).
b.

Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol:

1)

Obesitas
Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga

mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat
badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia karena dapat
memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi
(Rohendi, 2008).
Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapat dilakukan
dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang kemudian disebut dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
Berat Badan (kg)
IMT = -----------------------------------------------Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.

2)

Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena

olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila
jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena
bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung
mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula
kekuaan yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap
hari sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi penderita tekanan
darah tinggi, jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan
9

beban waktu jalan. Riset di Oregon Health Science kelompok laki-laki dengan wanita yang
kurang aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas fisik dapat menurunkan sekitar
6,5% kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) faktor penting penyebab pergeseran arteri
(Rohaendi, 2008).
3)

Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan

dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang
mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman
dari Brigmans and Womens Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya
tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula,
5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15
batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam
penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan
merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).
4)

Mengkonsumsi garam berlebih


Badan

kesehatan

dunia

yaitu

World

Health

Organization

(WHO)

merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi.
Kadar yodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram
yodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan
intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya
volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga
berdampak kepada timbulnya hipertensi. (Wolff, 2008).

5) Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organorgan lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah
satu faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).
6)

Minum kopi

10

Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75
200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5
-10 mmHg.
7)

Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis

peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress
yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini
belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan
dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami
kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Rohaendi, 2003). Menurut Anggraini dkk, (2009)
menagatakan Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan
dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal

D. KOMPLIKASI HIPERTENSI
Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi membiarkan jantung bekerja lebih
keras dan membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung dengan lebih
cepat. Hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung dua kali dan meningkatkan resiko
stroke delapan kali dibanding dengan orang yang tidak mengalami hipertensi.
Selain itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung, gangguan pada
ginjal dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa hipertensi dapat mengecilkan
volume otak, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi kognitif dan intelektual. Yang paling
parah adalah efek jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak.

a. Penyakit jantung koroner dan arteri


Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin mengeras,
terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri
yang mengeras ini.
11

b.

Payah jantung
Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu

lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot
jantung atau system listrik jantung.
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya
kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain sering
disebut edma.Cairan didalam paru paru menyebabkan sesak napas,timbunan cairan
ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema (Amir, 2002)
c.

Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah yang

terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal
ini terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat
kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di
pembuluh yang sudah menyempit.
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri
otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma (Corwin, 2000).
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung,
limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau
sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara
jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso, 2006).
d.

Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal, yang

berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal
menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal dapat terjadi
dan diperlukan cangkok ginjal baru.
12

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapilerkepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit
fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan
osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi
kronik (Corwin, 2000).
e.

Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga

mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.

E. PENCEGAHAN HIPERTENSI
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang
baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut bukunya (Gunawan, 2001),dengan cara
sebagai berikut:
a. Mengurangi konsumsi garam.
b. Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam dapur untuk diet
setiap hari.
c. Menghindari kegemukan (obesitas).
d. Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b) normal atau tidak
berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan
normal.
e. Membatasi konsumsi lemak.
f. Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi.
Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan

13

kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol
bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan
demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah
hipertensi.
g. Olahraga teratur.
Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau menghilangkan
endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan
menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti
gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang
menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan
dapat menimbulkan hipertensi.
h. Makan banyak buah dan sayuran segar.
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang banyak
mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah.
i. Tidak merokok dan minum alkohol.
j. Latihan relaksasi atau meditasi.
Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa.
Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil
membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula
dilakukan dengan mendengarkan musik, atau bernyanyi.
k. Berusaha membina hidup yang positif.
Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan atau
tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress (ketegangan) bagi setiap orang.
Jika tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui daya tahan individu, akan
menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar
terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha membina hidup yang positif.
Beberapa cara untuk membina hidup yang positif adalah sebagai berikut:
1. Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah
2. Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu untuk kegiatan santai.
3. Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain menyelesaikan
bagiannya.
4. Sekali-sekali mengalah, belajar berdamai.
5. Cobalah menolong orang lain.
6. Menghilangkan perasaan iri dan dengki.
F. MAKANAN YANG DI PERBOLEHKAN

14

1.

Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak hanya melindungi dari

penyakit jantung, tetapi juga dapat mengurangi tekanan darah. Selain itu, kandungan folat
dalam bayam dapat melindungi tubuh dari homosistein yang membuat bahan kimia
berbahaya. Penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat tinggi asam amino (homosistein)
dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke.
2.

Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang merah mengandung

magnesium dan potasium. Potasium dikenal cukup efektif menurunkan tekanan darah tinggi.
3.

Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga membuat tekanan darah lebih

sehat. Pisang mengandung kalium dan serat tinggi yang bermanfaat mencegah penyakit
jantung. Penelitian juga menunjukkan bahwa satu pisang sehari cukup untuk membantu
mencegah tekanan darah tinggi.
4.

Kedelai
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi kesehatan Anda. Salah

satunya dalah menurunkan kolesterol jahat dan tekanan darah tinggi. Kandungan
isoflavonnya memang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
5.

Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya yang tidak sehat. Padahal

kandungan mineral, serat dan potasium pada kentang sangat tinggi yang sangat baik untuk
menstabilkan tekanan darah.
6.

Coklat pekat

Pecinta cokelat pasti akan senang, karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat
membantu menurunkan tekanan darah dengan merangsang produksi nitrat oksida. Nitrat
oksida membuat sinyal otot-otot sekitar pembuluh darah untuk lebih relaks, dan
menyebabkan aliran darah meningkat.
G. MAKANAN YANG TIDAK DI PERBOLEHKAN
15

1.
2.

Roti, kue yang dimasak dengan garam dapur atau soda.


Ginjal, hati, lidah, sardin, keju, otak, semua makanan yang diawetkan dengan

menggunakan garam dapur; seperti daging asap, ham, ikan kaleng, kornet, dan ebi.
3.

Sayuran dan buah yang diawetkan dengan garam dapur; seperti sawi asin, asinan, acar.

4.

Garam dapur, soda kue, baking powder , MSG (penyedap rasa).

5.

Margarin dan mentega biasa.

6.

Bumbu yang mengandung garam dapur yaitu terasi, kecap, saus tomat, petis, tauco.

Keterangan:
Makanan nomor 1, 3, 4, 6 adalah pangan yang mengandung garam (terutama
mengandung ion natrium atau Na+). Ion natrium yang tinggi dalam darah dapat meningkatkan
kandungan air sehingga kerja jantung meningkat dan dapat meningkatkan tekanan darah.
Sedangkan makanan nomor 2, 5, adalah pangan yang mengandung lemak/minyak dan
kolesterol tinggi. Konsumsi lemak dan minyak yang tinggi akan meningkatkan kandungan
kolesterol dalam darah (terutama pangan dengan kandungan asam lemak jenuh tinggi).
Kolesterol yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan timbulnya penyumbatan pembuluh
darah sehingga tekanan darah menjadi tinggi (hipertensi).
H. OBAT ANTI HIPERTENSI
Antihipertensi adalah obat obatan yang digunakan untuk mengobati hipertensi.
Antihipertensi juga diberikan pada individu yang memiliki resiko tinggi untuk terjadinya
penyakit kardiovaskular dan mereka yang beresiko terkena stroke maupun miokard infark.
Pemberian obat bukan berarti menjauhkan individu dari modifikasi gaya hidup yang sehat
seperti mengurangi berat badan, mengurangi konsumsi garam dan alkohol, berhenti merokok,
mengurangi stress dan berolah-raga.
Pemberian obat perlu dilakukan segera pada pasien dengan tekanan darah sistolik
140/90 mmHg. Pasien dengan kondisi stroke atau miokard infark ataupun ditemukan bukti
adanya kerusakan organ tubuh yang parah (seperti mikroalbuminuria, hipertrofi ventrikel
kiri) juga membutuhkan penanganan segera dengan antihipertensi.

16

Tujuan
Pada dasarnya pengobatan dengan antihipertensi itu penting agar pasien dapat
mencapai tekanan darah yang dianjurkan. Level tekanan darah yang diharapkan pada pasien
hipertensi yang tidak disertai komplikasi adalah 140/90 mmHg atau lebih rendah bila
memungkinkan, sedangkan pada pasien mengalami insiden kerusakan organ akhir atau
kondisi seperti diabetes, level tekanan darah yang diharapkan adalah 130/90 mmHg, dan pada
pasien proteinuria (>1 g / hari) diharapkan tekanan darah di bawah 150/75 mmHg.
Adapun tujuan pemberian antihipertensi yakni :

Mengurangi insiden gagal jantung dan mencegah manifestasi yang muncul

akibat gagal jantung.


Mencegah hipertensi yang akan tumbuh menjadi komplikasi yang lebih parah

dan mencegah komplikasi yang lebih parah lagi bila sudah ada.
Mengurangi insiden serangan serebrovaskular dan akutnya pada pasien yang

sudah terkena serangan serebrovaskular.


Mengurangi mortalitas fetal dan perinatal yang diasosiasikan dengan
hipertensi maternal.

Klasifikasi
Dikenal lima kelompok obat lini pertama (first line drug) yang digunakan untuk
pengobatan awal hipertensi yaitu : diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (-blocker),
penghambat

angiotensin

converting

enzyme

(ACE-inhibitor),

penghambat

reseptor

angiotensin (Angiotensin-receptor blocker, ARB), dan antagonis kalsium.


Diuretik
Mekanisme kerja : Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menghancurkan garam
yang tersimpan di alam tubuh. Pengaruhnya ada dua tahap yaitu :

Pengurangan dari volume darah total dan curah jantung; yang menyebabkan

meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer;


Ketika curah jantung kembali ke ambang normal, resistensi pembuluh darah
perifer juga berkurang.

Contoh

antihipertensi

dari

golongan

ini

adalah

Bumetanide,

Hydrochlorothiazide, Triamterene, Amiloride, Chlorothiazide, Chlorthaldion.

17

Furosemide,

Penyekat Reseptor Beta Adrenergik (-Blocker)


Berbagai mekanisme penurunan tekanan darah akibat pemberian -blocker dapat
dikaitkan dengan hambatan reseptor 1, antara lain :

penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga


menurunkan curah jantung;

hambatan sekresi renin di sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan


Angiotensin II;

efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan pada


sensitivitas baroresptor, perubahan neuron adrenergik perifer dan peningkatan
biosentesis prostasiklin.

Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Propanolol, Metoprolol, Atenolol,


Betaxolol, Bisoprolol, Pindolol, Acebutolol, Penbutolol, Labetalol.
Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE-Inhibitor)
Kaptopril merupakan ACE-inhibitor yang pertama banyak digunakan di klinik untuk
pengobatan hipertensi dan gagal jantung. Mekanisme kerja : secara langsung menghambat
pembentukan Angiotensin II dan pada saat yang bersamaan meningkatkan jumlah bradikinin.
Hasilnya berupa vasokonstriksi yang berkurang, berkurangnya natrium dan retensi air, dan
meningkatkan vasodilatasi (melalui bradikinin).
Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Kaptopril, Enalapril, Benazepril,
Fosinopril, Moexipril, Quianapril, Lisinopril.
Penghambat Reseptor Angiotensin
Mekanisme kerja : inhibitor kompetitif dari resptor Angiotensin II (tipe 1). Pengaruhnya
lebih spesifik pada Angiotensin II dan mengurangi atau sama sekali tidak ada produksi ataupun
metabolisme bradikinin.
Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Losartan, Valsartan, Candesartan,
Irbesartan, Telmisartan, Eprosartan, Zolosartan.
Antagonis Kalsium
Mekanisme kerja : antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot polos
pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama menimbulkan
relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Penurunan resistensi perifer ini sering
diikuti efek takikardia dan vasokonstriksi, terutama bila menggunakan golongan obat dihidropirin
(Nifedipine). Sedangkan Diltiazem dan Veparamil tidak menimbulkan takikardia karena efek
kronotropik negatif langsung pada jantung.

18

Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Amlodipine, Diltiazem, Verapamil,


Nifedipine.
Efek Samping
Antihipertensi dari golongan diuretik, ACE-inhibitor dan beberapa -Blocker dapat
menyebabkan reaksi likenoid. ACE-inhibitor juga diasosiasikan dengan kehilangan sensasi pada
lidah dan rasa terbakar pada mulut. ACEinhibitor dan penghambat reseptor angiotensin II
pernah diimpliksikan bahwa keduanya menyebabkan angioedema pada rongga mulut pada
sekelompok 1% dari pasien yang mengonsumsinya. Meskipun oedema pada lidah, uvula, dan
palatum lunak yang paling sering terjadi, tetapi oedema larynx adalah yang paling serius karena
berpotensi menghambat jalan nafas.
Efek samping obat obatan antihipertensi pada rongga mulut adalah xerostomia, reaksi
likenoid, pertumbuhan gingiva yang berlebih, pendarahan yang parah, penyembuhan luka yang
tertunda. Sedangkan efek samping yang sistemik yang paling sering dilaporkan adalah konstipasi,
batuk, pusing, mengantuk, letih, frekuensi berkemih yang meningkat, berkuranya konsentrasi,
disfungsi seksual dan rasa tidak enak pada perut.

BAB III
PENUTUP

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization) memberikan
batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas
160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan
jenis kelamin (Marliani, 2007).
Gejala hipertensi : Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala, Sering gelisah, Wajah
merah, Tengkuk terasa pegal, Mudah marah, Telinga berdengung, Sukar tidur, Sesak napas,
Rasa berat ditengkuk, Mudah lelah, Mata berkunang-kunang, Mimisan ( keluar darah dari
hidung).
Alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer)
Tekanan darah tinggi yang

terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja

extra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah
19

jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hypertensi ini merupakan penyebab umum terjadinya
stroke dan serangan jantung.
PENYEBAB HIPERTENSI
1. Penyebab hipertensi yang bisa kita kendalikan : usia ("Pria dewasa dengan usai 45 tahun
ke atas, dan wanita dengan usia di atas 55 tahun juga rentan kena hipertensi) Jangan heran
banyak usia muda antara usia 25-35 tahun juga sudah kena hipertensi karena pola makan
yang salah, dan senang makan fastfood berlebihan & keturunan (Mereka yang punya
riwayat keturunan hipertensi memiliki kemungkinan 50 persen kena hipertensi. Apalagi
ditambah gaya hidup tidak sehat makin memperbesar kemungkinan kena," tuturnya)
2. Penyebab hipertensi yang bisa kita kendalikan : kolesterol, garam ( pd DM, hipertensi
ringan, usia tua), kafein, alcohol, stress, kurang olahraga, obesitas.
Dikenal lima kelompok obat lini pertama (first line drug) yang digunakan untuk
pengobatan awal hipertensi yaitu : diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (-blocker),
penghambat

angiotensin

converting

enzyme

(ACE-inhibitor),

penghambat

reseptor

angiotensin (Angiotensin-receptor blocker, ARB), dan antagonis kalsium.


DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/38398817/Hipertensi-Proposal-2010
http://www.scribd.com/doc/84708121/BAB-I-Proposal-Hipertensi
http://obatherbal-jellygamat.com/category/pantangan-makanan-penderita-darah-tinggi/
http://www.masjavas.com/konsumsi-makanan-untuk-penderita-hipertensi-kolesterol-jantungdan-asam-urat/
http://blog-penyakit.blogspot.com/2011/12/makanan-sehat-untuk-penderita-darah.
http://pharmaciststreet.blogspot.com/2013/01/sediaan-steril-pendahuluan.html
http://seberkassinardharma.blogspot.com/2012/05/komplikasi-pada-hipertensi.html

20

21

Anda mungkin juga menyukai