PENDAHULUAN
Tuberculosis
paru
adalah
penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yakni
kuman aerob yang dapat hidup
terutama di paru atau diberbagai
organ tubuh lainnya yang mempunyai
tekanan parsial oksigen yang tinggi.
Kuman ini mempunyai kandungan
lemak yang tinggi pada membran
selnya sehingga menyebabkan bakteri
ini menjadi tahan terhadap asam dan
pertumbuhan
dari
kumannya
berlangsung dengan lambat. Bakteri
ini tidak tahan terhadap ultra violet,
karena itu penularannya terutama
terjadi pada malam hari (Rab, 2010)
Klien tuberculosis paru sering
meminta pertolongan dari tim
kesehatan seperti keluhan batuk,
batuk darah, sesak nafas, nyeri dada,
demam
anoreksia,
mual,
dan
penurunan berat badan. Pada kondisi
klinis, klien dengan tuberculosis paru
sering
mengalami
kecemasan
bertingkat sesuai dengan keluhan
yang dialaminya dari tingkatan tidak
mengalami kecemasan, kecemasan
ringan, kecemasan sedang, dan
kecemasan berat. Kecemasan yang
dialami klien merupakan respon
psikologis terhadap keadaan stress
yang dialaminya karena adanya
perasaan takut yang membuat hati
tidak tenang dan timbul rasa keraguraguan. Apabila klien tuberculosis
yang disertai batuk darah mengalami
kecemasan, maka klien akan terfokus
pada masalah yang sedang dihadapi,
memaksa pikiran untuk terus-menerus
memikirkan masalahnya yang akan
memicu otak secara emosional, yang
menimbulkan dampak kurang baik
Balai
Besar
Kesehatan
Paru
Masyarakat (BBKPM) Makassar
dengan jumlah sampel 38 orang
dengan cara total sampling.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
a. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin
Umur
Berdasarkan
data
yang
diperoleh, hasil distribusi frekuensi
jenis kelamin dapat dilihat pada
pada tabel 1 yang ada dibawah ini.
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Sumber
n
22
16
38
%
57,9
42,1
100,0
: Data Primer
Terdapat
22
responden
(57,9%) yang berjenis kelamin
laki-laki dan 16 responden (42,1%)
berjenis kelamin perempuan. Hal
ini menunjukkan bahwa jenis
kelamin yang terbanyak menderita
TB
paru
yang
mengalami
hemoptisis adalah jenis kelamin
laki-laki.
b. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Dukungan Petugas
Berdasarkan
data
yang
diperoleh, hasil distribusi frekuensi
dukungan petugas dapat dilihat
pada tabel 2 yang ada dibawah ini.
Dukungan
Petugas
Cukup
Baik
5
33
13,2
86,8
Jumlah
Sumber
38
100,0
: Data Primer
: Data Primer
Tingkat
Kecemasan
Cemas berat
Cemas sedang
Cemas ringan
Jumlah
Sumber
10
18
10
38
26,3
47,4
26,3
100,0
: Data Primer
20
52,6
18
47,4
38
100,0
: Data Primer
Cemas berat
Cemas
sedang
Cemas rigan
Jumlah
Laki-laki
n
6
%
27,3
n
9
%
40,9
n
7
%
31,8
n
22
%
100.0
Perempuan
25,0
56,3
18,8
16
1000
Jumlah
10
26,3
18
47,4
10
26.3
38
100,0
Sumber
p
value
0,398
: Data Primer
Dukungan
petugas
Cemas
berat
Tingkat kecemasan
Cemas
Cemas
sedang
ringan
Jumlah
Cukup
20,0
40,0
40,0
100.0
Baik
27,3
16
48,5
24,2
33
1000
Jumlah
10
26,3
18
47,4
10
26,3
38
100,0
P
value
0,328
Sumber
: Data Primer
mengalami
cemas
berat,16
responden
(48,5%)
yang
mengalami cemas sedang, dan 8
responden
(24,2%)
yang
mengalami cemas ringan. Hal ini
menunjukkan
bahwa
tingkat
kecemasan pada klien TB paru
yang
mengalami
riwayat
hemoptisis pada dukungan petugas
yang mengatakan baik yang
terbanyak adalah cemas sedang.
Hasil
uji
alternatif
Kolmogorov-Smirnov Z diperoleh
p value = 0, 328 dengan tingkat
kemaknaan = 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai p >
yang artinya tidak ada hubungan
antara dukungan petugas dengan
tingkat kecemasan pada klien TB
paru yang mengalami riwayat
hemoptisis
di
Balai
Besar
Kesehatan
Paru
Masyarakat
(BBKPM) Makassar.
h. Hubungan
Peran
Keluarga
dengan Tingkat Kecemasan
Berdasarkan
data
yang
diperoleh, hasil analisis hubungan
antara peran keluarga dengan
tingkat kecemasan dapat dilihat
pada tabel 12 yang ada dibawah
ini.
Tingkat kecemasan
Peran
keluarga
Cemas berat
Cemas
sedang
Jumlah
Cemas
ringan
Cukup
n
1
%
25,0
n
3
%
75,0
n
0
%
0
n
4
%
100,0
Baik
26,5
15
44,1
10
26,3
34
100,0
Jumlah
10
26,3
18
47,4
10
26,3
38
100,0
P
value
0,556
Sumber
: Data Primer
petugas
baik,
tidak
hanya
memperhatikan
masalah
pengobatan
responden
tetapi
petugas juga memberi perhatian
khusus salah satunya memberikan
motivasi agar tetap semangat
dalam
menjalani
pengobatan
sehingga tingkat kecemasannya
menurun.
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Arida Nuralita (2002),
yaitu tidak ada hubungan antara
jenis kelamin, dukungan petugas
dan peran keluarga terhadap
tingkat kecemasan pada klien TB
paru yang mengalami hemoptisis
karena nilai >0,05. Dimana jenis
kelamin (0,843 > 0,05), dukungan
petugas (0,606 > 0,05), dan peran
keluarga (0, 432 > 0,05).
k. Hubungan
Peran
Keluarga
dengan Tingkat Kecemasan
Peneliti menganalisa 38
sampel dalam penelitian. 4
responden
(100%)
dukungan
petugas yang mengatakan cukup,
ada 1 responden (25%) yang
mengalami cemas berat, dan 3
responden (75%) yang mengalami
cemas sedang, dan tidak ada
responden yang mengalami cemas
ringan. Sedangkan dari 34
responden
(100%)
dukungan
petugas yang mengatakan baik,
ada 9 responden (26,5%) yang
mengalami cemas berat, dan 15
responden
(44,1%)
yang
mengalami cemas sedang, dan 10
responden
(29,4%)
yang
mengalami cemas ringan. Hasil
penelitian ini memperlihatkan
tidak ada hubungan antara peran
keluarga
dengan
tingkat
kecemasan pada klien TB paru
1.
2.
3.
SARAN
1.
2.
3.
Meskipun
perempuan
lebih
rentan mengalami kecemasan
dibanding
laki-laki,
dalam
melakukan pelayanan kesehatan
petugas tidak harus membedakan
jenis kelamin
karena setiap
individu
pasti
mengalami
kecemasan.
Meskipun dukungan petugas
sudah baik dalam mengatasi
kecemasan, untuk itu lebih
ditingkatkan lagi mutu pelayanan
petugas terhadap klien agar lebih
optimal
dalam
menurunkan
tingkat kecemasan.
Peran
keluarga
sangat
berpengaruh terhadap proses
penyembuhan anggota keluarga
yang
sakit
tidak
hanya
memperhatikan kondisi fisik
tetapi juga perhatikan kondisi
psikisnya.
DAFTAR PUSTAKA
10
W. 1997. Kedaruratan
Psikiatri. Bina Aksara,
Jakarta
11