Anda di halaman 1dari 33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hotel Resort

2.1.1. Pengertian Hotel Resort

Berdasarkan beberapa sumber, resort dapat diartikan sebagai

berikut:

 Resort adalah suatu perubahan tempat tinggal untuk sementara bagi

seseorang di luar tempat tinggalnya dengan tujuan antara lain untuk

mendapatkan kesegaran jiwa dan raga serta hasrat ingin mengetahui sesuatu.

Dapat juga dikaitkan dengan kepentingan yang berhubungan dengan

kegiatan olah raga, kesehatan, konvensi, keagamaan serta keperluan

usaha lainnya (Dirjen Pariwisata, Pariwisata Tanah air Indonesia, hal. 13,

November, 1988)

 Resort adalah tempat peristirahatan di musim panas, di tepi pantai/di

pegunungan yang banyak dikunjungi. (John M. Echols, Kamus Inggris-Indonesia,

Gramedia, Jakarta, 1987)

 Resort adalah tempat wisata atau rekreasi yang sering dikunjungi orang

dimana pengunjung datang untuk menikmati potensi alamnya. (A.S. Hornby,

Oxford Leaner’s Dictionary of Current English, Oxford University Press,

1974)

Universitas Sumatera Utara


 Resort adalah sebuah tempat menginap dimana mempunyai fasilitas khusus

untuk kegiatan bersantai dan berolah raga seperti tenis, golf, spa, tracking,

dan jogging, bagian concierge berpengalaman dan mengetahui betul

lingkungan resort, bila ada tamu yang mau hitch-hiking berkeliling sambil

menikmati keindahan alam sekitar resort ini.(Nyoman.S. Pendit. Ilmu

Pariwisata, Jakarta: Akademi Pariwisata Trisakti, 1999)

 Resort adalah sebuah kawasan yang terencana yang tidak hanya sekedar untuk

menginap tetapi juga untuk istirahat dan rekreasi. (Chuck Y. Gee, Resort

Development and Management, Watson-Guptil Publication 1988)

 Sebuah Hotel Resort sebaiknya mempunyai lahan yang ada kaitannya dengan

obyek wisata, oleh sebab itu sebuah hotel resort berada pada perbukitan,

pegunungan, lembah, pulau kecil dan juga pinggiran pantai. (Nyoman S.

Pendit. Ilmu Pariwata. Jakarta : Akademi Pariwisata Trisakti, 1999)

2.1.2 Faktor Penyebab Timbulnya Hotel Resort

Sesuai dengan tujuan dari keberadaan Hotel Resort yaitu selain untuk

menginap juga sebagai sarana rekreasi. Hotel Resort muncul disebakan oleh

beberapa faktor berikut ini (Kurniasih, 2009):

a. Berkurangnya waktu untuk beristirahat.

Bagi masyarakat kota, memiliki kesibukan akan pekerjaan yang selalu

menyita waktu mereka untuk dapat beristirahat dengan tenang dan

nyaman.

Universitas Sumatera Utara


b. Kebutuhan Manusia akan rekreasi.

Manusia pada umumnya cenderung membutuhkan rekreasi untuk dapat

bersantai dan menghilangkan kejenuhan yang diakibatkan oleh aktivitas

mereka.

c. Kesehatan.

Untuk dapat memulihkan kesehatan baik para pekerja maupun para

manula membutuhkan kesegaran jiwa dan raga yang dapat diperoleh

ditempat berhawa sejuk dan berpemandangan indah yang disertai dengan

akomodasi penginapan sebagai sarana peristirahatan.

d. Keinginan Menikmati Potensi Alam

Keberadaan potensi alam yang indah dan sejuk sangat sulit didapatkan di

daerah perkotaan yang penuh sesak dan polusi udara. Dengan demikian

keinginan masyarakat perkotaan untuk menikmati potensi alam menjadi

permasalahan, oleh sebab itu hotel resort menawarkan pemandangan alam

yang indah dan sejuk sehingga dapat dinikmati oleh pengunjung ataupun

pengguna hotel tersebut.

2.1.3. Karakteristik Hotel Resort

Menurut Kurniasih (2009) Hotel Resort memiliki 4 (empat) karakteristik

yaitu:

a. Lokasi

Umumnya berlokasi di tempat-tempat berpemandangan indah, pegunungan,

tepi pantai dan sebagainya, yang tidak dirusak oleh keramaian kota, lalu lintas

yang padat dan bising. Pada Hotel Resort, kedekatan dengan atraksi utama dan

berhubungan dengan kegiatan rekreasi merupakan tuntutan utama pasar dan

akan berpengaruh pada harganya.

Universitas Sumatera Utara


b. Fasilitas

Motivasi pengunjung untuk bersenang-senang dengan mengisi waktu luang

menuntut ketersedianya fasilitas pokok serta fasilitas rekreatif indoor dan

outdoor. Fasilitas pokok adalah ruang tidur sebagai area privasi. Fasilitas

rekreasi outdoor meliputi kolam renang, lapangan tenis dan penataan

lansekap.

c. Segmen Pasar

Hotel resort merupakan suatu fasilitas akomodasi yang terletak di daerah

wisata. Sasaran pengunjung hotel resort adalah wisatawan yang bertujuan

untuk berlibur, bersenang-senang mengisi waktu luang, dan melupakan

rutinitas kerja sehari-hari yang membosankan. Untuk tujuan tersebut, mereka

membutuhkan hotel yang dilengkapi fasilitas yang bersifat rekreatif dan

memberikan pola pelayanan yang memuaskan. Rancangan resort yang baik

harus dapat merespon keburuhan ini sehingga rancangan sebuah resort perlu

dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memungkinkan konsumen untuk

bersenang-senang, refresing, dan mendapatkan hiburan.

d. Arsitektur dan Suasana

Wisatawan yang berkunjung ke hotel resort cenderung mencari akomodasi

dengan arsitektur dan suasana yang khusus dan berbeda dengan jenis hotel

lainnya. Wisatawan pengguna hotel resort cenderung memilih suasana yang

nyaman dengan arsitektur yang mendukung tingkat kenyamanan dengan tidak

meninggalkan citra yang bernuansa etnik.

Universitas Sumatera Utara


2.1.4. Jenis-jenis Hotel Resort

Klasifikasi resort terbagi berdasarkan letak orientasi view dan lokasi dan

kelengkapan atraksi wisata. (Marlina 2008).

Jenis-jenis resort berdasarkan letak orientasi view, yaitu:

a. Mountain Resort Hotel

Hotel resort ini mengambil lokasi di daerah pegunungan yang mempunyai

pemandangan indah, potensi wisata alam, serta budaya. Fasilitas yang

disediakan lebih ditekankan pada hal-hal yang berkaitan dengan hiburan alam

dan rekreasi yang bersifat cultural dan natural, seperti mendaki gunung, hiking,

panjat tebing, dan lain sebagainya.

Gambar 2.1. Padung Mountain Resort


Sumber : http://blog.travelpod.com/travel-
photo/kstubbs97/14/1293302191/padung-mountainresort.jpg/tpod.html

b. Beach Resort Hotel

Hotel yang mengutamakan pada potensi alam pantai dan laut sebagai daya

tarik. Terletak menghadap pantai, logoon (danau yang berada di sepanjang

pantai) maupun danau yang tidak berada di sepanjang pantai namun memiliki

view langsung ke arah pantai. Fasilitas olahraga air menjadi pertimbangan utama.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.2. Jacuma Beach Resort
Sumber: www.overseaspropertymall.com

c. Lake Resort Hotel

Resort yang berada di tepi danau dengan memanfaatkan danau sebagai view

utama.

Gambar 2.3. Hotel Resort Danau Dariza, Garut


Sumber: http://phrigarut.com

Universitas Sumatera Utara


d. Village Resort Hotel

Hotel resort ini menekankan pada lokasi yang mempunyai keunikan dan tema

etnik lokal sebagai daya tarik. Menyelami kebudayaan masyarakat sekitar,

bergabung dengan berbagai kegiatan masyarakat, meninggalkan gaya hidup

modern dan larut dalam kehidupan masyarakat pedesaan merupakan kegiatan

utama yang dijadikan fokus utama.

Gambar 2.4. Ubud Resort


Sumber: www. vietnamtravelmall.com, www.ubudhotels.net

e. Forest Resort Hotel

Terletak di daerah hutan yang berkarakter khas dengan berbagai macam jenis

flora dan fauna. Wisatawan dapat menikmati pemandangan alam serta

mempelajari segala yang ada di dalam hutan. Umumnya hotel resort tersebut

banyak digunakan untuk penelitian dan pendidikan tentang konservasi hutan

lindung yang ada.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.5. Gokarna Forest Resort, Nepal
Sumber : www.concierge.com/2006/hotels/asia/10668

f. Marina resort hotel

Hotel resort ini berada di daerah pelabuhan, rancangan resor ini memanfaatkan

potensi utama daerah tersebut dengan melengkapi fasilitas dermaga dan

kegiatan yang berhubungan dengan air.

Gambar 2.6 Rebak Marina Resort Langkawi


Sumber:
http://www.mynetbizz.com/travelweb/index.php/category/hotels/langkawi-
hotels/rebak-marinaresort-
langkawi-package/

Universitas Sumatera Utara


Jenis-jenis resort berdasarkan lokasi dan kelengkapan atraksi wisata, yaitu:

(Marlina 2008)

 Resort gabungan (intergrated resort)

Resort gabungan, termasuk perkampungan pedesaan untuk tempat berlibur

adalah resort yang direncanakan secara khusus. Dimana para pekerjanya dapat

tinggal di dalam atau dekat dengan resort. Orientasi resort ini dikhususkan

pada keistimewaan alam seperti pantai, laut, lereng-lereng ski, pemandangan

gunung, taman nasional, atau keistimewaan lain seperti daerah dengan

arkeologi dan sejarah, iklim yang menyehatkan, lapangan golf atau fasilitas

olahraga lain atau kombinasi di antaranya.

 Resort perkotaan (town resort)

Resort perkotaan menggabungkan penggunaan lahan dan aktifitas pada

komunitas perkotaan, tetapi secara ekonomi difokuskan pada aktifitas

resort yang memiliki akomodasi seperti hotel dan fasilitas pelayanan wisata.

Ada beberapa contoh resort perkotaan seperti resort ski, resort pantai,

dan resort spa di kota-kota Eropa dan Amerika Utara. Resort pantai di

Australia dan resort spa di perkotaan Jepang.

 Resort retreat (retreat resort)

Skala resort ini lebih kecil, kira-kira 25-50 kamar, tetapi direncanakan dengan

kualitas tinggi. Terdapat di daerah-daerah terpencil seperti di pegunungan atau

di pulau-pulau kecil. Akses satu-satunya hanya melalui kapal boat atau kapal

udara kecil atau jalan layang.

Universitas Sumatera Utara


 Rekreasi air (Perairan)

Yang dimaksud dengan rekreasi air (perairan) yaitu rekreasi yang dilakukan

pada media perairan, baik sungai, danau, waduk, atau laut. Rekreasi

inmemanfaatkan potensi alam perairan. Jenis aktifitas yang dapat dilakukan

pada rekreasi perairan ditentukan oleh kondisi perairannya. Aktifitas tersebut

dapat berupa pasif atau aktif. Sebagai contoh untuk perairan yang airnya deras

bergelombang tetapi mempunyai pemandangan yang indah maka aktifitasnya

cenderung pasif (contohnya pada Pantai Parangritis, Jogjakarta). Sedangkan

untuk perairan yang tenang maka aktifitasnya cenderung aktif (seperti Marina

Ancol, Pantai Kuta Bali)

Berdasarkan beberapa jenis resorts dapat disimpulkan bahwa pada setiap

resort memanfaatkan potensi alam sebagai orientasi view. Menurut Soetiadji

(1986) orientasi adalah suatu posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar,

arah mata angin, atau terhadap pandangan seseorang yang melihatnya. Dengan

berorientasi dan kemudian mengadaptasikan situasi dan kondisi setempat,

bangunan kita akan menjadi milik lingkungan.

Jenis orientasi menurut Soetiadji (1986) adalah :

 Orientasi terhadap garis edar matahari yang merupakan suatu bagian

yang elemen penerangan alami. Namun pada daerah beriklim tropis

penyinaran dalam jumlah yang berlebihan akan menimbulkan suatu masalah,

sehingga diusahakan adanya elemen-elemen yang dapat mengurangi efek terik

matahari.

Universitas Sumatera Utara


 Orientasi pada potensi-potensi terdekat, merupakan suatu orientasi yang lebih

bernilai pada sesuatu, bangunan dapat mengarah pada suatu tempat atau

bangunan tertentu atau cukup dengan suatu nilai orientasi positif yang cukup

membuat hubungan filosofisnya saja.

 Orientasi pada arah pandang tertentu, yang biasanya mengarah pada

potensipotensi yang relatih jauh, misalnya arah laut, atau pemandangan alam.

Orientasi massa bangunan terhadap potensi alam yang ada di sekitar tapak

menjadi dasar pertimbangan dan point utama, berupa sungai samin dan

bukit-bukit dengan hijaunya pepohonan. Selain itu juga, Dengan mempertahankan

aspek vegetasi di sekitar tapak maka dapat berfungsi juga sebagai peneduh dari

radiasi sinar matahari. (Kustianingrum dkk, 2012)

2.2. Pola Resort

Pola menurut kamus besar Bhs. Indonesia (1988) dalam Nuryanto (2007),

mengandung arti gambar yang dipakai untuk contoh, corak, sistem, bentuk yang

tetap, kombinasi sifat kecenderungan yang khas, informasi bentuk

pengorganisasian, teknik penyusunan, pedoman, kerangka, cara dan usaha.

Menurut Rapoport (1989) dalam Nuryanto (2007), pola adalah alat untuk

mengenali suatu fenomena.

Menurut Rapoport (1989) dalam Nuryanto (2007), klasifikasi pola

permukiman secara garis besar dapat dikenali melalui 4 (empat) klasifikasi,

yaitu:

Universitas Sumatera Utara


 Batas (boundaries) merupakan batas daerah kekuasaan suatu wilayah atau

sebuah permukiman yang dibuat oleh masyarakat setempat, baik dalam bentuk

fisik maupun non fisik;

 Jenis fasilitas (massa), yaitu pengelompokan elemen fisik dalam suatu

permukiman yang merupakan tempat melakukan aktivitas sekaligus sebagai

fasilitas bagi penghuni dan penggunanya. Fasilitas permukiman ini dapat

berbentuk fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos);

 Tata ruang (zona) merupakan pembagian daerah kegiatan penghuni dalam

suatu permukiman, yang diatur berdasarkan struktur keyakinan, aturan-aturan

adat atau kebiasaan masyarakat setempat;

 Ragam hias, yaitu unsur-unsur dominan yang banyak ditemukan pada

permukiman, baik alami maupun buatan manusia (craftmanship). Ragam hias

juga ada yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berhubungan dengan

kepercayaan masyarakat adat setempat, ada juga yang tidak.

Berkaitan dengan pola hunian, Habraken (1978) dalam Nuryanto (2007)

mengklasifikasikannya ke dalam beberapa jenis, yaitu: bentuk dan organisasi

ruang, komponen dan bahan bangunan (termasuk bukaan ruang), aturan

membangun serta ragam hias.

 Bentuk dan organisasi ruang

Bentuk dan organisasi ruang dalam konteks ini merupakan pengaturan struktur

organisasi ruang hunian yang dapat dilihat pada denahnya sebagai tempat

untuk melakukan aktivitas, baik pribadi maupun komunal. Dalam hal ini

bentuk lebih mengarah kepada type (macam atau jenis) hunian yang lazim

digunakan dan lebih dikenal oleh komunitas masyarakat tertentu;

Universitas Sumatera Utara


 Komponen dan bahan bangunan

Komponen bangunan, yaitu pembagian struktur dan konstruksi rangka

bangunan dari bawah hingga atas, sedangkan bahan bangunan merupakan

penggunaan material termasuk peralatan membangun yang dipakai oleh

komunitas masyarakat tertentu dalam mendirikan huniannya. Penggunaan

bahan dan alat tersebut ada yang berkaitan dengan adat dan tidak. Bukaan

ruang termasuk dalam komponen dan bahan bangunan, karena menyangkut

material yang digunakan. Bukaan ruang merupakan pola sirkulasi antar ruang

dalam maupun dengan luar hunian. Bukaan tersebut memiliki tujuan untuk

memberikan kemudahan aksesibilitas (pencapaian) di dalam dan luar hunian,

baik sirkulasi penghuni maupun udara;

 Aturan membangun

Aturan membangun merupakan seperangkat norma-norma (aturan) yang

disepakati oleh komunitas masyarakat tertentu yang digunakan sebelum,

selama dan sesudah mendirikan huniannya. Norma atau aturan tersebut ada

yang bersifat tertulis (teknis) dan tidak tertulis (non teknis);

 Ragam hias

Ragam hias merupakan elemen atau unsur-unsur dominan yang banyak

ditemukan pada hunian sebagai hasil karya penghuninya (craftmanship), baik

yang memiliki latar belakang adat, maupun yang tidak, tergantung maksud dan

tujuan pembuatannya. Ragam hias adat memiliki simbol makna tertentu,

sedangkan non adat tidak.

Universitas Sumatera Utara


Menurut F.D.K. Ching (1996) organisasi ruang dibagi menjadi 5 bagian,

yaitu :

1. Organisasi terpusat

Sebuah ruang dominan yang terpusat dengan pengelompokan sejumlah ruang

sekunder.

Gambar 2.7. Organisasi Terpusat


Sumber: F.D.K. Ching. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, 2008

Gambar 2.8. Bamboo Eco Resort dengan bentuk organisasi terpusat


Sumber: http://www.bambooecoresort.com/info.php?i=3061

2. Organisasi Linear

Suatu urutan dalam satu garis dari ruang-ruang yang berulang. Bentuk

organisasi linear bersifat flexsibel dan dapat menanggapi terhadap

bermacam-macam kondisi tapak. Bentuk ini dapat disesuaikan dengan adanya

Universitas Sumatera Utara


perubahan-perubahan topografi, mengitari suatu badan air atau sebatang

pohon, atau mengarahkan ruang-ruangnya untuk memperoleh sinar matahari

dan pemandangan.

Gambar 2.9. Organisasi Linear


Sumber: F.D.K. Ching. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, 2008

Gambar 2.10. Hammocks Cape Haze Resort yang memiliki bentuk Linear
Sumber: http://www.hammockscapehaze.com/resort-plan.html

3. Organisasi Radial

Organisasi radial adalah sebuah bentuk yang ekstrovert yang mengembangkan

keluar lingkupnya serta memadukan unsur-unsur baik organisasi terpusat

maupun linear. Variasi tertentu dari organisai radial adalah pola baling-baling

di mana lengan-lengan linearnya berkembang dari sisi sebuah ruang pusat

berbentuk segi empat atau bujur sangkar. Susunan ini menghasilkan suatu pola

dinamis yang secara visual mengarah kepada gerak berputar mengelilingi

pusatnya.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.11. Organisasi Radial
Sumber: F.D.K. Ching. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, 2008

Gambar 2.12. Le Meridien Meixi Lake Resort yang menggunakan bentuk


radial
Sumber: http://www.fscarchitects.com/2015/01/07/le-meridien-meixi-lake-
resort/

4. Organisasi Cluster

Kelompok ruang berdasarkan kedekatan hubungan atau bersama-sama

memanfaatkan satu ciri hubungan visual. Tidak adanya tempat utama di dalam

pola organisasi berbentuk kelompok, maka tingkat kepentingan sebuah

ruang harus ditegaskan lagi melalui ukuran, bentuk atau orientasi di dalam

polanya.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.13. Organisasi Cluster
Sumber: F.D.K. Ching. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, 2008

Gambar 2.14. Crested Butte Mountain Resort yang menggunakan bentuk Cluster
Sumber: http://www.crestedbutteforsale.com/2008/05/15/crested-butte-
mountain-resort-info/

5. Organisasi Grid

Kekuatan yang mengorganisir suatu grid dihasilkan dari keteraturan dan

kontinuitas pola-polanya yang meliputi unsurunsur yang diorganisir. Sebuah

grid dapat mengalami perubahan-perubahan bentuk yang lain. Pola grid dapat

diputus untuk membentuk ruang utama atau menampung bentuk-bentuk alami

tapaknya.

Gambar 2.15. Organisasi Grid


Sumber: F.D.K. Ching. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, 2008

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan teori bentuk ruang dapat disimpulkan bahwa pola resort

juga mengikuti organisasi bentuk ruang. Hal ini dapat dilihat dari beberapa resort

di atas yang menggunakan bentuk organisasi ruang sebagai pola dari resort

tersebut.

2.3. Pariwisata

Menurut UU Kepariwisataan No. 9 tahun 1990, wisata adalah kegiatan

perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela

serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik.

Menurut Undang-undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang

dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai kegiatan wisata yang didukung oleh

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha,

pemerintah dan pemerintah daerah.

Suatu perjalanan disebut perjalanan pariwisata jika memenuhi tiga persyaratan

antara lain: (Spillane, 1997)

1. Besifat sementara

2. Tidak ada paksaan

3. Tidak bekerja (dalam arti menghasilkan uang)

Menurut Cooper dkk (1995: 81) mengemukakan bahwa terdapat 4 (empat)

komponen yang harus dimiliki oleh sebuah objek wisata, yaitu:

1. Atraksi (Attraction), seperti alam yang menarik, kebudayaan daerah yang

menawan dan seni pertunjukan.

2. Aksesibitas (accessibilities) seperti transportasi lokal dan adanya terminal.

Universitas Sumatera Utara


3. Amenitas atau fasilitas (amenities) seperti tersedianya akomodasi, rumah

makan, dan agen perjalanan.

4. Ancillary services yaitu organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk

pelayanan wisata seperti destination marketing management organization,

conventional and visitor bureau.

Undang-undang No. 10 Tahun 2009 menguraikan objek dan daya tarik

wisata sebagai segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Objek dan daya tarik

wisata yang dimaksud adalah:

1. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,

dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil

buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

2. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Distinasi Pariwisata adalah

kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif

yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas

pariwisata, asesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi

terwujudnya kepariwisataan.

2.4. Manusia, Kebudayaan, Perilaku dan Lingkungan Binaan

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia dari W.J.S. Poerwadarminta,

budaya sama dengan pikiran, akal budi (penulis: intuisi); kebudayaan = hasil

kegiatan, dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian,

adat istiadat, dan sebagainya. Menurut Budhisantoso dalam Krisna (2005),

kebudayaan adalah hasil karya manusia dalam usahanya mempertahankan

Universitas Sumatera Utara


keturunan dan meningkatkan taraf kesejahteraan dangan segala keterbatasan

kelengkapan jasmaninya serta sumber–sumber alam yang ada di sekitarnya.

Kebudayaan juga dapat dikatakan sebagai perwujudan tanggapan manusia

terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi dalam proses penyesuaian diri

mereka dengan lingkungan, baik sebagai makhluk biologis maupun makhluk

budaya.

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan serta

kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat

(Taylor dalam Soekanto 2003).

Jika norma atau kaidah yang lama merupakan aspek kebudayaan, misalnya

(Budihardjo 1996):

 Cara menentukan/memberikan diferensiasi tentang ruang dan tempat yang

memperbedakan ruang milik seorang terhadap orang luar, dapat dijumpai

dalam arsitektur tradisional di Jawa, di Minangkabau, di daerah-daerah lain di

Indonesia. Pada rumah Jawa Kuno, dinding seketeng yang memisahkan

“dalem ageng” dengan peringatan sekaligus memisahkan teritorial privacy,

dan setengah public atau daerah anggota keluarga wanita dan daerah anggota

keluarga pria. Pemisah teritorial demikian yang menunjukkan sifat outside

atau male, female kita jumpai pula pada Arsitektur Tradisional Maya, Latin

Amerika, Norway, Swedia bahkan pada hewan baboon (Amos Rapoport:

“Culture Origins of Architecture”)

Universitas Sumatera Utara


 Untuk menyiapkan pusaka atau barang keramat dan penyelenggaraan

upacara-upacara tertentu pada Arsitektur Jawa Tradisional tersedia ruangnya,

yaitu dalem ageng dengan pedaringan yang dianggap ruang yang paling

keramat.

 Bali merupakan daerah yang norma dan kaidah-kaidah kehidupan sangat jelas

diungkapkan dalam arsitekturnya.

Rapoport (1969) menyatakan bahwa budaya sebagai suatu kompleks

gagasan dan pikiran manusia yang bersifat tidak terjaga. Kebudayaan akan

terwujud melalui pandangan hidup (world view), tata nilai (values), gaya hidup

(life style), dan akhirnya aktifitas (activities) yang bersifat konkrit. Menurut

Trigger (1978) dalam Priyatmono (2004), pengelompokan permukiman juga

bisa terbentuk atas dasar kepercayaan dari masyarakat dan atas dasar sistem

teknologi mata pencahariannya. Pengelompokan permukiman tersebut tidak selalu

menghasilkan bentuk denah dan pola persebaran yang sama, tetapi tergantung

pada latar belakang budaya yang ada.

Menurut Koentjaraningrat (1984) disebutkan bahwa karakteristik atau

bentuk kebudayaan sebagai suatu unsur-unsur yang universal. Unsur-unsur

kebudayaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sistem religi dan upacara keagamaan, yaitu sistem kepercayaan dengan segala

bentuk pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan, yaitu adanya tatanan masyarakat yang

mempunyai pola hubungan tertentu, misalnya sistem kekerabatan, organisasi

politik, sistem hukum, sistem perkawinan

Universitas Sumatera Utara


3. Sistem pengetahuan, yaitu hasil daya cipta, karya, dan karsa manusia

4. Bahasa yaitu alat komunikasi yang digunakan golongan masyarakat

5. Kesenian, berbagai bentuk bentuk seni (seni rupa, seni suara, seni gerak,

dan sebagainya)

6. Mata pencaharian hidup, yaitu sistem pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat

7. Sistem teknologi dan peralatan, yaitu produk ciptaan manusia berdasarkan

ilmu.

Ditegaskan lagi oleh Koentjaraningrat (1984) bahwa unsur–unsur

kebudayaan dalam kehidupan masyarakat selanjutnya akan terwujud menjadi tiga

macam, yaitu sebagai berikut:

1. Kebudayaan sebagai kompleks ide-ide, gagasan, norma-norma dan peraturan

yang bersifat abstrak, disebut sebagai culture system

2. Kebudayaan sebagai kompleks aktifitas kekuatan yang berpola dari manusia

dalam masyarkat, bersifat lebih konkrit dan disebut sebgai social system

3. Kebudayaan benda–benda hasil karya manusia (artefak), mempunyai sifat

paling konkrit, dapat diraba, diobservasi dan didokumentasi, disebut sebagai

kebudayaan fisik atau physical culture.

Menurut Rapoport (1969) pembentuk kebudayaan dapat dilakukan dengan

mengidentifikasi hal- hal berikut:

1. Lokasi, yaitu keberadaan fisik yang diwujudkan dalam suatu lokasi

2. Berhubungan dengan bentang alam, yaitu adanya unsur landscape dengan

fungsi tertentu

Universitas Sumatera Utara


3. Mempunyai elemen khusus, yaitu terdapat unsur fisik khusus yang menjadi

ciri

4. Mempunyai letak yang khusus, yaitu penempatan ruang dengan maksud

tertentu

5. Mempunyai ruang dari tipe yang khusus, yaitu fungsi atau jenis ruang sesuai

dengan pengguanannya

6. Diberi nama dengan cara yang khusus, yaitu landasan pemberian nama pada

unsur fisik kawasan

7. Menggunakan sistem orientasi yang khusus, yaitu sistem orientasi sebagai

landasan pembangunan fisik

8. Mempunyai warna, tekstur dan sebagainya yang khusus, yaitu penggunaan

warna, tekstur yang khas sebagai bagian dari karakter fisiknya

9. Mempunyai suara, bau, temperatur dan gerakan udara, yaitu karakteristik yang

tidak terlihat; dan

10. Mempunyai orang yang pasti menarik dalam aktifitas yang khusus, yaitu

pelaksanaan aktifitas masyarakat menarik perhatian karena kegiatan yang

dilakukannya.

Unsur-unsur kebudayaan, lazim disebut cultural universals. Istilah ini

menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut dapat ditemukan pada setiap

kebudayaan di manapun didunia ini. Soekanto (2003) menguraikan tujuh unsur

kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universals, antara lain:

Universitas Sumatera Utara


 Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian perumahan, alat-alat

rumah tangga, senjata, alat-alat produksi transport dan sebagainya)

 Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan,

sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya)

 Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum,

sistem perkawinan)

 Bahasa (lisan maupun tertulis)

 Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya)

 Sistem pengetahuan

 Religi (sistem kepercayaan).

Pada kebudayaan tradisional, bentuk permukiman dihadapkan pada latar

belakang pengaturan yang bersifat ritual, yang pada dasarnya bertujuan sebagai

pengaturan tatanan secara harmoni. Menurut Putra (2005) terdapat dua sistem

pengaturan utama pada konsep ruang tradisional, yaitu pengaturan geometrik yang

dihubungkan dengan hal-hal bersifat ritual dan kosmologi.

Sasongko (2005) menyatakan untuk menjelaskan makna dari organisasi

ruang dalam konteks tempat (place) dan ruang (space) harus dikaitkan dengan

budaya. Budaya sifatnya unik, antara satu tempat dengan tempat lain bisa sangat

berbeda maknanya. Terkait dengan budaya dan ritual ditunjukkan sebagai

peristiwa publik yang ditampilkan pada tempat khusus (sacred places). Pada

upacara ritual yang berkaitan dengan: kelahiran, puber, perkawinan, kematian, dan

berbagai peristiwa krusial lainnya sebagai perubahan atau transisi dalam

kehidupan seseorang.

Universitas Sumatera Utara


Elemen dasar pendekatan dan pemahaman terhadap pola penggunaan ruang

menurut Rapoport (1993), yaitu sebagai berikut:

1. Kegiatan Manusia

Ruang kegiatan manusia (home range) merupakan batas-batas umum terdiri

dari beberapa setting atau lokasi, serta jaringan penghubung antar lokasi

mempunyai radius home range tertentu yang dapat diklasifikasikan menjadi

home range harian, mingguan dan bulanan

2. Area Inti (Core Inti)

Merupakan area ruang kegiatan manusia yang paling sering dipakai, dipahami

dan langsung dikontrol oleh penduduk. Dalam konteks ini lingkungan area inti

merupakan lingkungan-lingkungan perumahan dengan isitem sosial yang

relatif kental, merupakan cluster-cluster kegiatan yang setiap hari muncul

diorganisisr oleh kelompok penduduk yang mengenal secara personel

3. Teritori

Merupakan area yang erat kaitannya dengan privacy dan personal space, sama

dengan personal space, territorialitas adalah juga perwujudan ego yang tidak

ingin diganggu. dengan kata lain merupakan perwujudan privasi. Teritorialitas

itu sendiri adalah suatu pola tingkah laku yang ada hubungannya dengan

kepemilikan atau hak seseorang atas suatu lokasi

4. Area Terkontrol (Juridiction)

Merupakan suatu area yang dikuasai dan dikontrol secara temporer oleh

sekelompok penduduk kota. Oleh karena pengusahaannya yang bersifat

temporer maka dimungkinkan suatu area dikuasai oleh kelompok yang

berbeda.

Universitas Sumatera Utara


5. Personal Distance/Space (Ruang Personal)

Merupakan suatu jarak atau area dengan intervensi oleh orang lain akan terasa

menggangu, berbeda dengan keempat elemen tersebut di atas yang cenderung

fisikal batasnya, personal distance biasanya tidak mempunvai kenampakan

fisik yang jelas.

2.5. Pengaruh Budaya terhadap Bentuk Bangunan

Rapoport (1969) menyatakan bahwa terciptanya suatu bentuk disebabkan

oleh beberapa faktor, yaitu primary factor atau faktor primer dan modifying

factors atau faktor sekunder. Primary factor meliputi faktor sosial-budaya,

sedangkan modifying factors mencakup faktor iklim, faktor bahan atau material,

faktor konstruksi, faktor teknologi, dan faktor lahan.

Pemilihan lahan dipengaruhi oleh dua hal, yaitu defense atau pertahanan

dan ekonomi. Defense dan ekonomi juga memegang peranan penting dalam

menentukan bentuk, akan tetapi pertimbangan terhadap pertahanan dapat pula

diwujudkan dengan simbol-simbol tertentu. Efek sebuah lahan memang

berpengaruh pada elemen fisik, tetapi sejak kriteria sebuah lahan yang ideal

ditentukan oleh tujuan dan nilai-nilai yang dianut oleh seseorang pada suatu masa,

maka pemilihan lahan yang ideal, baik itu di danau, sungai, gunung, atau pun

pantai, tergantung pada defenisi budaya yang dianut. Pada saat itu dapat dikatakan

efek sebuah lahan lebih bernuansa budaya daripada fisik. (Rapoport, 1969).

Faktor sosial-budaya merupakan faktor penting dalam proses lahirnya

bentuk arsitektural. Hal ini diperjelas oleh Rapoport (1969) dalam hipotesa

berikut:

Universitas Sumatera Utara


“Hipotesis dasar saya mengatakan bahwa bentuk rumah bukan hanya hasil dari

kekuatan fisik atau faktor penyebab tunggal, tetapi merupakan konsekuensi dari

berbagai macam faktor sosial budaya dilihat dari segi luas mereka. Bentuk pada

gilirannya dimodifikasi oleh kondisi iklim (lingkungan fisik yang membuat

beberapa hal yang mustahil dan mendorong hal lain) dan dengan metode

konstruksi, bahan yang tersedia, dan teknologi (alat untuk mencapai lingkungan

yang diinginkan). Saya akan menyebut sosial budaya adalah kekuatan utama,

selain itu dengan cara memodifikasi.”

2.6. Ornamen Pada Ruma Batak Toba

Jenis ornamen pada ruma Batak Toba dibagi atas dua menurut warnanya

(Sirait, 1980 dalam Sitinjak, 2011):

1. Gorga silinggom, didominasi warna hitam, dimana bidang warnanya (gadu

gadu) berwarna hitam dan garis ukirnya (lili) warna merah.

2. Gorga sigaraniapi/sipalang, didominasi warna merah, dimana bidangnya

(gadu gadu) berwarna merah dan garis ukirnya (lili) berwarna putih.

Ornamen gorga terdiri dari: ragam hias geometris, flora, fauna, alam dan

sebagainya. Teknik ragam hiasnya terdiri dari dua bagian, yakni teknik ukir dan

teknik lukis. Pewarnaannya minim, yaitu: merah, hitam dan putih. Bahannya

diolah sendiri dari batu-batuan ataupun tanah yang keras dari arang. Makna dari

setiap jenis hiasan selalu mempunyai arti perlambang tertentu sesuai dengan alam

pikiran dan kepercayaannya yang bersifat magis religius. Pemasangan dan

penempatan hiasannya harus disesuaikan dengan aturan adat yang berlaku

(Napitupulu, 1997).

Universitas Sumatera Utara


 Ragam Hias Flora/ Sulur-suluran pada Gorga (Napitupulu, 1997; Sirait, 1980

dalam Sitinjak, 2011)

No Nama Ragam Hias Bentuk

Simeol-eol, bentuknya seperti


jalinan-jalinan salur tumbuhan,
1
putaran garisnya melengkung ke
dalam meliuk ke luar.

Simeol-eol masialoan, bentuknya


sama dengan gorga simeol-eol,
2 tetapi motifnya dibuat dua saling
berseberangan atau berhadap-
hadapan simetris.

Iran-iran, bentuknya tumbuh-


3
tumbuhan.

Hariara sundung di langit,


bentuknya seperti pohon hayat
(Sumatera Selatan) atau gunungan
(Jawa), terdapat gambar burung
yang dianggap pembawa berkah,
4
juga gambar burung pada ranting
bawah membawa padi dan kapas,
serta pada bagian bawah terdapat
gambar binatang melata seperti
ular.

Tabel Ragam Hias Flora/ Sulur-suluran pada Gorga


Sumber: Napitupulu, 1997; Sirait, 1980

Universitas Sumatera Utara


 Ragam Hias Fauna pada Gorga (Napitupulu, 1997; Sirait, 1980 dalam
Sitinjak, 2011)
No Nama Ragam Hias Bentuk

Hoda-hoda, bentuknya gambar


1 manusia sedang mengendarai
kuda.

Boraspati (cecak) atau disebut


juga jonggir, bentuknya seperti
2 biawak kecil yang ujung ekornya
bercabang dua.

Susu, bentuknya menyerupai


payudara perempuan, jumlahnya
3 empat buah sebelah kiri dan empat
buah sebelah kanan,
perletakkannya selalu didampingi
gorga boraspati.

Jengger (jorngom), bentuknya


4 raksasa, hampir sama dengan
hiasan kala pada candi.

Gaja dompak, bentuknya mirip


dengan jengger, hanya berbeda
dalam posisi peletakkannya. Gaja
5 dompak diletakkan di ujung dila
paung, sedangkan jengger
(jorngom) diletakkan di atas
bidang gorga tomboman adop-adop.

Universitas Sumatera Utara


Ulu paung, bentuknya raksasa,
6 setengah manusia setengah hewan,
yaitu kepalanya manusia
bertanduk hewan.

Singa-singa, bentuknya seperti


wajah manusia yang berwibawa
dengan lidah terjurai ke bawah
7 sampai ke dagu. Kepala
dilengkapi dengan kain tiga belit,
dengan sikap kaki berlutut ke
bawah pipi kiri dan kanan.

Sijonggi, bentuknya seperti


8 gambar sapi.

Ragam Hias Fauna pada Gorga


Sumber: Napitupulu, 1997; Sirait, 1980

 Ragam Hias Alam pada Gorga (Napitupulu, 1997; Sirait, 1980 dalam
Sitinjak, 2011)
No Nama Ragam Hias Bentuk

Silintong, bentuknya garis-garis


1 radial yang seolah-olah mengikuti
gerakan putaran air.

Ipon-ipon, mempunyai berbagai


2 macam bentuk, tetapi umumnya
bentuknya geometris.

Universitas Sumatera Utara


Simata ni ari, bentuknya seperti
3 matahari yang menyinari ke segala
penjuru alam.

Desa na ualu, bentuknya lambang


4 delapan penjuru angin yang
geometris.

Ragam Hias Alam pada Gorga


Sumber: Napitupulu, 1997; Sirait, 1980

 Ragam Hias Lainnya pada Gorga (Napitupulu, 1997; Sirait, 1980 dalam
Sitinjak, 2011)
No Nama Ragam Hias Bentuk

Dalihan natolu, bentuknya


1 gambar jalinan sulur yang saling
ikat-mengikat.

2 Sitompi, bentuknya seperti


gerakan anyaman rotan.

3 Sitagan, bentuknya menyerupai


kotak kecil.

Simarogung-ogung, bentuknya
4 mirip seperti gong bila dilihat dari
gerakan-gerakan sikalnya.

Ragam Hias Lainnya pada Gorga


Sumber: Napitupulu, 1997; Sirait, 1980

Universitas Sumatera Utara


2.7. Penelitian yang sudah dilakukan
Judul, Tahun, Tujuan Metode Penelitian Teknik Analisis Hasil Penelitian
Wilayah, Nama Penelitian dan Pendekatan dan Bahan
peneliti Penelitian

Pengaruh Sungai Untuk Metode penelitian Teknik analisa Menunjukan bahwa


Sebagai mengetahui yang digunakan data kualitatif pola permukiman di
Pembentuk pola adalah kualitatif, dengan bahan Kelurahan Kampung
Permukiman permukiman di yang penelitian yaitu Dalam berbentuk
Masyarakat Di Kelurahan menggambarkan data fisik ; arah linier mengikuti
Pinggiran Sungai Kampung kondisi pola hadap bangunan, bentukan sungai dan
Siak (Studi Kasus Dalam dan permukiman kondisi rumah orientasi hunian
: Permukiman Di faktor yang Kelurahan dan fungsi dipengaruhi oleh
Kelurahan mempengaruhi Kampung yang rumah, data fungsional dan
Kampung Dalam perubahan pola terbentuk akibat sosial ekonomi aksesbilitas baik
Kecamatan Siak, huniannya. pengaruh dan sosial sungai maupun jalan
Kabupaten Siak, keberadaan Sungai budaya karena sungai dan
Riau), Riau, 2015, Siak masyarakat. jalan mempunyai
Dina Purnama fungsi sama yaitu
sebagai saran
transportasi

Pengaruh Kondisi Mengidentifika Pendekatan yang Dilakukan Hasil penelitian


Hunian Dan si dan dilakukan adalah survey menunjukkan bahwa
Lingkungan memaparkan deskriptif lapangan; dalam di Kampung
Terhadap faktor-faktor kualitatif.penelitian pengumpulan Pahandut kebutuhan
Keberlanjutan dalam lingkup ini dilakukan kajian data digunakan ekonomi menjadi
Permukiman Tepi hunian dan literatur; dari kajian metode dasar bertambahnya
Sungai Studi lingkungan literatur disusun kuisioner, pendatang dan
Kasus: Kampung yang variabel-variabel wawancara dan tumbuhnya rumah-
Pahandut Dan mempengaruhi observasi rumah baru,
Desa Danau keberlanjutan dimana angket sedangkan
Tundai Di Kota permukiman untuk penghambat
Palangka Raya, tepi sungai dan menghasilkan keberlanjutan
Sangalang, 2014 faktor-faktor data kuantitatif permukiman adalah
Fredyantoni F. yang sedangkan kondisi kawasan tepi
Adji berpotensi wawancara dan sungai yang semakin
menghambat observasi untuk dangkal dan
perkembangan menemukan menyempit akibat
nya. data kualitatif sedimentasi.

Universitas Sumatera Utara


Cottage Resort Di potensi yang Metode penelitian Analisis data Perkembangan
Pulau Tagalaya ada di Pulau yang digunakan yang dilakukan arsitektur regional di
Tagalaya, adalah terhadap kedua Halmhaera Utara
„Arsitektur maka kualitatif.Data yang jenis saat ini belum dapat
Regioalisme‟ dibutuhkan akan dikumpul menampilkan
sarana adalah data primer pengumpulan
Manado,2014, data yang karakter budaya
Berd .dll wisataberupa dan data sekunder.
cottage resort Data primer adalah dilakukan : pada bangunan, hal
sebagai data yang Analisis data ini di karena
fasilitas lapangan/tapak pengaruh Arsitektur
akomodasi dikumpulkan Modern, dimana
melalui survei dan analisis bentukbentuk
dengan konsep
pemanfaatan lapangan. data studi bangunan banyak
potensi alam. komparasi - diadaptasi dari luar
studi literatur. daerah bahkan dari
luar negeri.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai