PENDAHULUAN
Kebutuhan akan sarana hiburan bagi masyarakat sekarang ini sangat diperlukan di
tengah-tengah kesibukan masyarakat Indonesia. Dengan berwisata diharapkan akan
memberikan suasana baru sebagai penyegar pikiran dan tubuh manusia akan rutinitas
dalam pekerjaan sehari-hari yang melelahkan, dengan diciptakannya sarana wisata hal ini
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat kota, apalagi bila sarana tersebut
ditunjang dengan adanya sebuah penginapan bagi mereka yang datang dari luar kota.
Pati sendiri merupakan kota kecil yang mempunyai banyak tempat wisata. Salah
satunya yang sering dikunjungi oleh banyak wisatawan yaitu Argowisata Jollong. Tempat
wisata ini terletak di Kecamatan Gembong kabupaten pati, tepatnya di dukuh Jollong desa
Sitiluhur. Kondisi lingkungan yang masih banyak persawahan dan lahan terbuka hijau
menjadi salah satu daya dukung bagi terciptanya area wisata yang berbasis alam. Wisata
yang disuguhkan yaitu wisata alam rekreasi mulai memanfaatkan area pegunungan di
Kabupaten Pati. Dengan udara yang sejuk dan segar, berbagai wahana bisa dinikmati
antara lain wahana outbond, flying fox, rumah balon, kolam terapi ikan. Selain itu, Bukit
Naga (areal perkebunan buah naga) dan Air Terjun Grenjengan menjadi destinasi favorit
saat berkunjung ke Agrowisata Jollong.
Jollong merupakan desa yang terletak di kecamatan Gembong kabupaten Pati yang
berada di dataran tinggi sehingga kebun kopi dapat tumbuh dengan baik. Agrowisata
kebun kopi Jollong tidak hanya menyuguhkan perkebunan kopi namun terdapat pabrik
pengolahan kopi sekaligus menjadi wisata edukasi yang sudah sering dikunjungi oleh
wisatawan. Selain kopi, Argowisata Jollong juga mempunyai potensi lain yaitu kebun naga
yang sekarang ini dikembangkan menjadi wisata Bukit Naga Jollong II. Penduduk desa
memanfaatkan potensi ini sebagai tempat wisata yang berbasis rekreasi sekaligus edukasi.
Selain itu Wisata Bukit Naga dapat meningkatkan pelestarian dan peningkatan fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam
pengembangan perekonomian masyarakat sekitar dan perekonomian nasional yang
produktif.
Resort yang terdapat di Argowisata Jollong saat ini belum dapat menjadi fasilitas
akomodasi penginapan yang representatif secara kualitas maupun kuantitas, sehingga perlu
dirancang hotel resor yang berfungsi sebagai tempat beristirahat sekaligus tempat untuk
mengenalkan potensi pertanian di Jollong khususnya perkebunan kopi dan buah naga.
Bangunan resort yang saat ini ada, cenderung kurang ramah terhadap lingkungan dan
kurang memanfaatkan potensi alam yang ada. Resort ini juga akan menyediakan fasilitas
rekreasi, berupa agrowisata kebun kopi dan buah naga. Agrowisata kebun kopi dan buah
naga ini akan mengenalkan proses penanaman hingga pemanenan kopi dan buah naga
kepada wisatawan.
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan LP3A ini adalah sebagai berikut:
2
2. Sebagai syarat mengikuti mata kuliah Perancangan Arsitektur 5 Departemen
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
1.4.1 Tujuan
Tujuan utama yang akan dicapai adalah merencanakan dan merancang suatu
fasilitas penginapan, yaitu sebuah resort sebagai salah satu upaya penyediaan
fasilitas persinggahan yang lengkap dan memadai untuk menampung wisatawan
domestic maupun mancanegara di kawasan Argowisata Jollong.
1.5.2 Sasaran
Sistematika pada penulisan laporan ini diurai menjadi 4 BAB. Uraian bab tersebut antara
lain :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, manfaat, tujuan dan sasaran,
lingkup pembahasan, serta sistematika penulisan.
3
BAB III PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
RUANG
Berisi tentang uraian umum pelaku kegiatan, uraian kebutuhan ruang dan
pendekatan pelaku dan kebutuhan ruang, pendekatan strandart besaran ruang dan
hubungan antar ruang.
BAB V PENUTUP
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Menurut Neufert dalam buku Data Arsitek (1991), resort adalah tempat
menginap yang terdapat ditepi pantai, di daerah pegunungan atau daerah wisata
lainnya. Biasanya direncanakan untuk melayani akomodasi pengunjung dalam
melakukan kegiatan wisata. Menurut W.SHatrell and Partners (1962), resort yaitu
penginapan yang terletak didaerah wisata yang sekaligus sebagai salah satu fasilitas
penunjang kawasan wisata tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa resort adalah
jenis hotel atau penginapan yang terletak di suatu tempat (di dalam, pinggir, atau
luar kota) yang melayani para pengunjung untuk menginap dalam jangka waktu
tertentu dimana daerah sekitarnya memiliki obyek wisata yang mendukung.
a. Lokasi
5
dengan kegiatan rekreasi merupakan tuntutan utama pasar dan akan berpengaruh
pada harga.
b. Fasilitas
c. Segmen Pasar
Sasaran yang ingin dijangkau adalah wisatawan atau pengunjung yang ingin
berlibur, bersenang-senang, menikmati pemandangan alam, pantai, gunung dan
tempat-tempat lainnya yang memiliki panorama yang indah.
Berdasarkan fasilitas dan letaknya resor dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:
Resor hotel ini berada di daerah pantai dan menggunakan keindahan dan potensi
alam pantai sebagai daya tariknya.
Resor hotel ini berada di daerah pelabuhan, rancangan resor ini memanfaatkan
potensi utama daerah tersebut dengan melengkapi fasilitas dermaga dan kegiatan
6
Resor hotel ini berada di daerah pegunungan, pemandangan dan fasilitas yang
bersifat natural merupakan kekuatan lokasi yang digunakan sebagai ciri rancangan
resort.
Resor hotel ini dibangun di daerah yang memiliki potensi alam yang dapat
dimanfaatkan sebagai sarana penyehatan dan kebugaran melalui aktivitas spa.
Resor ini memiliki strategi pemasaran yang menarik yaitu menawarkan sebagian
dari kamar hotel ini disewa selama periode waktu yang ditentukan dalam kontrak
dan biasaanya dalam jangka waktu yang panjang.
f. All suite-hotels
Resor jenis ini merupakan golongan resor mewah, karena semua kamar yang
disewakan dalam hotel tersebut tergolong dalam kelas suite.arsitektur yang
mendukung tingkat kenyamanan dengan tidak meninggalkan citra yang bernuansa
etnik.
Resor jenis ini terletak di daerah yang memiliki potensi khusus atau tempat
menarik seperti
Lokasi hotel mudah dicapai dengan kendaraan umum atau pribadi roda empat
langsung ke area hotel. Hotel harus terhindar dari pencemaran yang diakibatkan
dari gangguan luar, seperti:
7
Suara bising
Bau tidak enak
Debu dan Asap
Serangga dan Binatang Pengerat
b. Sirkulasi
9
k. Bar
Jumlah tempat duduk sebanding dengan luas bar dengan ketentuan 1,1 m2 tempat
duduk. Lebar ruang kerja bartender setidaknya 1 m. Bila ruang tertutup, dilengkapi
dengan pengatur udara buatan (AC) dengan suhu 24oC.
l. Ruang Fungsional
Minimum terdapat 1 buah pintu masuk yang terpisah dari lobby dengan
kapasitas minimum 2,5 kali jumlah kamar.
Dilengkapi dengan toilet bila tidak satu lantai dengan lobby.
Terdapat pre-function room.
11
Memiliki sertifikat keamanan sesuai dengan ketetapan Departemen Tenaga
Kerja Nasional (Depnaker).
Menggunakan pengkondisian udara (AC) untuk tiap ruang dengan sistem AC
sentral atau AC unit serta mempunyai ventilasi yang baik. Tersedia ruang
mekanik dan workshop.
iii. Komunikasi
Tersedia telepon tiga saluran, yaitu lokal, interlokal dan internasional.
Tersedia telepon dalam/internal, jumlah minimal saluran telepon adalah sesuai
dengan jumlah kamar.
Tersedia PABX, Sentral video/TV, sentral radio, musik penggiring, sentral
paging sistem termasuk carcall.
iv. Pencegahan Bahaya Kebakaran
Tersedia alat deteksi dini di setiap ruangan, alat pencegah kebakaran di kamar
tamu, pintu dan tangga darurat.
v. Keamanan
Tersedia ruang jaga di setiap pintu keluar dan masuk.
vi. Pembuangan Limbah
Tersedia tempat pembuangan limbah yang tidak menimbulkan bau yang tidak
enak.
2.1.5. Teori Perancangan
2.1.5.1 Fasilitas Utama dan Penunjang
Berdasarkan keputusan Dirjen Pariwisata No. 14/U/11/88 tentang pelaksanaan
ketentuan usaha dan penggolongan resort. Dapat dijelaskan klasifikasi standar di
bawah ini;
1. Resort bintang 1: minimal 20 kamar
2. Resort bintang 2: minimal 20 kamar
3. Resort bintang 3: minimal 30 kamar
4. Resort bintang 4: minimal 50 kamar
5. Resort bintang 5: minimal 100 kamar
6. Resort bintang 5+diamond. Resort dengan kualitas lebih baik dari resort
bintang lima.
12
Pada bangunan hotel resor sistem pelayanan dibagi dalam 2 bagian kelompok yaitu
bagian depan (front of the house) dan bagian belakang (back of the house), yang
pembagian fungsinya seperti berikut:
1. Front of the house
a. Ruang registrasi tamu
Penempatan ruang registrasi harus terlihat dan berada di area lobby. Tidak ada
aturan yang pasti tentang panjang meja registrasi ini, tetapi hotel berbintang yang
mempunyai kamar berjumlah 100 sampai 200 kamar akan memerlukan dua meja
agar dapat melayani semua pengunjung dengan cepat.
b. Servis penyimpanan kunci
Pada hotel berbintang, area penyimpanan kunci kamar dan area penerima
ditempatkan terpisah.
c. Kasir
Penempatan kasir berhadapan dengan registration desk. Untuk hotel berbintang
yang memiliki beberapa restoran dan fasilitas komersial yang lain, perlu dilakukan
pengaturan khusus untuk keuangan yaitu melalui deposit box yang aman.
d. Ruang Administrasi
Peletakan ruang administrasi harus berhubungan langsung dengan lobby. Untuk
hotel berbintang, terdapat ruang manajer administrasi beserta ruang asistennya dan
juga terdapat ruang resepsionis yang berada di antara lobby dan ruang manajer.
e. Lobby
Lobby adalah ruangan yang cukup luas yang terletak dekat penerimaan tamu di
front office. Ruangan tempat duduk-duduk hotel biasanya berada di lobby, yang
merupakan semacam ruang tunggu. Selain itu, ruangan ini juga dilengkapi tempat
duduk yang terpisah, yang disediakan bagi tamu untuk beristirahat dan bersantai
sambil membaca atau menonton televisi, dan lain-lain.
f. Fasilitas transportasi vertikal mekanik (elevator)
Untuk menambah kenyamanan konsumen, sebuah hotel yang berupa bangunan
bertingkat harus dilengkapi dengan alat transportasi vertikal mekanik, biasanya
berupa lift (elevator), Penempatan elevator harus dapat terlihat oleh publik dari
berbagai arah sehingga harus pula berdekatan dengan entrance dan registration
desk.
g. Kamar Resort
merupakan fasilitas utama untuk penjualan dan penyewaan kamar. Berbagai tipe
kamar dan berbagai fasilitas yang terdapat di dalamnya. Jneis-jenis kamar resort,
13
contoh-contoh kamar sesuia kualifikasi menurut Agustinus Darsono (2011:52)
sebaga berikut:
a. Single room: Jenis kamar tamu standar ekonomi yang dilengkapi satu tempat
tidur untun satu orang tamu.
b. Twin room: Jenis kamar tamu standar ekonomi yang dilengkapi dua tempat
tidur untun dua orang tamu.
c. Triple room: Jenis kamar tamu standar ekonomi yang dilengkapi dua tempat
tidur atau satu tempat tidur double jenis queen dengan satu tempat tidur
tambahan untk tiga orang tamu.
d. Superior room: Jenis kamar tamu yang cukup mewah standar dilengkapi satu
double bed jenis queen atau twin bed. Tempat tidur jenis queen bed digunakan
untuk dua orang tamu.
e. Suite room: jenis kamar tamu meah, yang dilengkapi bebrapa kamar tamu,
ruang makan, dapur kecil dan kamar tidur dengan sebuah king bed.
f. President suite room: Kamar resort yang terlengkap fasilitasnya dengan harga
yang mahal. Pemberian nama jenis kamar di resort berbeda-beda sesuai dengan
selerea manajemen masing-masing.
14
untuk diawetkan.
d. Ruang Mekanikal
Ruang ini berisi peralatan untuk heating dan coolling yang berupa tank dan pompa
untuk menjaga sistem operasi mekanikal secara keseluruhan.
2.2 Tinjauan Umum Agrowisata
2.2.1 Definisi Agrowisata
Agrowisata memiliki beberapa definisi yang dalam istilah sederhana
agritourism didefinisikan sebagai perpaduan antara pariwisata dan pertanian
dimana pengunjung dapat mengunjungi kebun, peternakan atau kilang anggur
untuk membeli produk, menikmati pertunjukan, mengambil bagian aktivitas,
makan suatu makanan atau melewatkan malam bersama di suatu areal perkebunan
atau taman. Selain itu menurut Departemen Pertanian (Deptan) agrowisata
memiliki definisi yaitu bagian dari obyek wisata yang memanfaatkan usaha
pertanian (agro) sebagai obyek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas
pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian.
Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam
memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil
melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal
(indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan
alaminya.
2.2.2 Potensi dan Daya Tarik Agrowisata
Dalam pengelolaan agrowisata terdapat beberapa aspek yang menyebabkan
tingginya minat atau daya tarik terhadap wisata ini. Berikut ini beberapa aspek
yang melatarbelakangi yaitu:
1. Aspek sumber daya manusia
Sumber daya manusia, merupakan pengelola Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW)
agrowisata, Sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan harus memiliki latar
belakang pendidikan di bidangnya, harus pula memiliki pengalaman yang luas
dalam mengelola pekerjaannya. Tata cara pengelolaan komoditas usaha pertanian
yang disajikan sebagai komoditi daya tarik wisata pengelolaannya berbeda dengan
hasil produksi pertanian pada umumnya. Faktor pengetahuan yang luas dalam
bidang pertanian, keterampilan dalam bercocok tanam. Para petani yang memiliki
skill dalam bercocok tanam perlu mendapatkan tambahan pengetahuan tentang
ilmu tanaman, tumbuhan untuk pengembangan informasi kepada pengunjung.
15
2. Aspek keuangan
Dalam usaha agrowisata umumnya aspek keuangan dikelola oleh pemerintah,
namun swasta juga dapat mengelola agrowisata dan biasanya jika swasta yang
mengelola akan ada proses ekspor dari hasil pertanian tersebut.
16
4. Mengarahkan keuntungan ekonomi secara langsung untuk tujuan
pelestarian, manajemen sumberdaya alam dan kawasan yang dilindungi.
5. Memberi penekanan pada kebutuhan zona pariwisata regional dan penataan
serta pengelolaan tanaman-tanaman untuk tujuan wisata di
kawasankawasan yang ditetapkan untuk tujuan wisata tersebut.
6. Memberikan penekanan pada kegunaan studi-studi berbasiskan lingkungan
dan sosial, dan program-program jangka panjang, untuk mengevaluasi dan
meminimalisir dampak pariwisata terhadap lingkungan.
7. Mendorong usaha peningkatan manfaat ekonomi untuk negara, pebisnis,
dan masyarakat lokal, terutama penduduk yang tinggal di wilayah sekitar
kawasan yang dilindungi.
8. Berusaha untuk meyakinkan bahwa perkembangan pariwisata tidak
melampaui batas-batas sosial dan lingkungan yang dapat di terima seperti
yang ditetapkan para peneliti yang telah bekerjasama dengan penduduk
lokal.
9. Mempercayakan pemanfaatan sumber energi, melindungi tumbuhtumbuhan
dan binatang liar, dan menyesuaikannya dengan lingkungan alam dan
budaya.
2. Suhu
Suhu yaitu keadaan panas atau dinginnya udara pada suatu tempat. Suhu
lingkungan untuk kopi arabika sekitar 16-22°C, sementara robusta mampu
beradaptasi dengan suhu sekitar 20-28°C.
3. Ketinggian/Elevasi
Ketinggian area tidak punya pengaruh segera pada perkembangan serta produksi
tanaman kopi, namun faktor temperatur yang punya pengaruh pada perkembangan
tanaman kopi. Biasanya, tinggi rendahnya temperatur ditentukan oleh ketinggian
area dari permukaan laut. temperatur serta elevasi saling terkait. Dengan berbagai
macam kopi yang ada tentu saja tidak sembarangan dalam penanamannya. Tiap-
tiap kopi membutuhkan ketinggian atau elevasi yang berbeda-beda. Seperti kopi
arabika dan robusta, tentu saja ketinggian akan mempengaruhi penanamannya.
Sebab kopi arabika dapat tumbuh pada ketinggian 800-1500 meter dpl, sedangkan
kopi robusta dapat tumbuh pada ketinggian 400-800 meter dpl.
19
4. Daerah/Topografi
Kondisi topografi wilayah juga harus di perhatikan karena jika terjadi anomali
iklim atau katidaknormalan atau penyimpangan iklim pekebun dapat melakukan
beberapa rekayasa. Khusus untuk daerah yang memiliki tiupan angin kencang, di
sarankan untuk menanam tanaman pelindung seperti lamtoro, dadap, serta sengon
laut. Tanaman pelindung untuk saat ini yang paling cocok untuk tanaman kopi
adalah lamtoro.
5. Kondisi Tanah
Kondisi tanah yang baik untuk penanaman kopi dianjurkan tanah yang memiliki
top soil atau kandungan organik yang tebal. Biasanya tanah seperti ini banyak
terdapat di dataran tinggi. Tingkat keasaman atau derajat keasaman (pH) tanah
yang dianjurkan untuk tanaman kopi sekitar 5,5 – 6,5 . Jika keadaan tanah terlalu
asam maka dapat kita tambahkan pupuk Ca(PO)2 atau Ca(PO3)2 atau sering kali
kita dengar sebagai kapur. Apabila pH tanah terlalu rendah atau untuk
meningkatkan pH tanah dapat kita tmbahkan urea.
20
Penyemaian Benih Kopi (Khususnya Arabika)
Sebelum benih kopi disemai, siapkan media pasir halus disiram air, tidak perlu
dipupuk.
Biji ditanam sedalam 0,5 cm Setelah biji ditanam Setelah disiram, biji disungkup
dengan jarak 2 x 5 cm. kemudian disiram (3a) atau ditutup dengan
dengan ilalang (3b). Kemudian biji
menggunakan disiram setiap hari, dan setelah
gembor mencapai stadium kepelan,
bibit dipindah ke polybag.
21
Pengisian dan penataan Bibit stadium kepelan Bibit kopi Arabika 4
polybag ditanam dalam polybag. pasang daun (3–5
bulan) siap ditanam.
Siapkan entres batang bawah robusta BP 308 dan Entres batang atas (2
entres batang atas yang diinginkan. ruas) diruncingkan di
bagian bawah, sisipkan
22
ke entres batang
bawah, kemudian diikat
tali rafia.
5. Setiap hari disiram sampai basah, dengan disemprot secara tidak langsung
mengenai stek, disem protkan ke plastik penutup. Seminggu sekali disemprot
pestisida, dan sebulan sekali dipupuk.
6. Sambungan dinyatakan berhasil jika setelah 2 minggu warna batang atas tetap
hijau.
23
Setelah akar kuat dilakukan penyesuaian dengan membuka sungkup setiap hari 2
jam, meningkat 4 jam, sampai akar dan tunas yang tumbuh sudah cukup besar,
kemudian sungkup dibuka penuh, dan bibit segera dipindah ke polybag.
Ordo : Cactales
Family : Cactaceae
Genus : Hylocereus
24
2.3.5 Morfologi Buah Naga
Berikut ini penjelasan lebih lanjut morfologi tanaman buah naga dari akar, batang
dan cabang, bunga, bauh dan biji.
1) Akar
Akar tumbuhan buah naga tidak hanya tumbuh di pangkal batang di dalam
tanah tetapi juga pada celah – celah batang, yang berfungsi sebagai pelekat
sehingga tumbuhan dapat melekat atau memanjat tumbuhan lain atau pada tiang
penyangga. Akar melekat ini dapat juga disebut akar udara atau akar gantung yang
memungkinkan tumbuhan tetap dapat hidup tanpa tanah atau hidup sebagai epifit
(Winarsih, 2007).
Perakaran tanaman buah naga sangat tahan dengan kekeringan dan tidak
tahan genagan yang cukup lama. Kalau tanaman ini dicabut dari tanah, ia masih
hidup terus sebagai tanaman epifit karena menyerap air dan mineral melalui akar
udara yang ada pada batangnya (Daniel Kristatnto, 2009) Perakaran bersifat epifit,
merambat dan menempel pada tanaman lain. Dalam pembudidayaannya, dibuat
tiang penompang untuk merambatkan batang tanaman buah naga ini.
Perakaran buah naga tahan terhadap kekeringan tetapi tidak tahan dalam
genangan air yang terlalu lama. Meskipun akar dicabut dari tanah, masih bias hidup
dengan menyerap makanan dan air dari akar udara yang tumbuh dari batangnya.
Perakaran buah naga dikatakan dangkal, saat menjelang produksi hanya mencapai
kedalaman 50 – 60 cm, mengikuti perpanjangan batang berwarna coklat yang
didalam tanah. Hal inilah yang bias digunakan sebagai tolak ukur dalam
pemupukan. Supaya pertumbuhan akar normal dan baik memerlukan derajat
keasaman tanah pada kondisi ideal yaitu pH 7. Apabila pH tanah dibawah 5,
pertumbuhan tanaman akan menjadi lambat dan menjadi kerdil. Dalam
pembudidayaannya pH tanah harus diketahui sebelum maupun sesudah tanaman
25
ditanam, karena perakaran merupakan factor penting untuk menyerap hara yang
ada di dalam tanah.
Batang buah naga mengandung air dalam bentuk lendir dan belapiskan lilin
bila sudah dewasa. Warnanya hijau kebiru – biruan atau ungu. Batang tersebut
berukuran panjang dan bentuknya siku atau segi tiga. Batang dan cabang ini juga
befungsi sebagai daun dalam proses asimilasi. Itulah sebabnya batang dan
cabangnya berwarna hijau. Batang dan cabang mengandung cambium yang
berfungsi untuk pertumbuhan tanaman. (Daniel Kristanto, 2009). Batang buah naga
berwarna hijau kebiru – biruan atau keunguan. Batang tersebut berbentuk siku atau
segitiga dan mengandung air dalam bentuk lender berlapiskan lilin bila sudah
dewasa.
Dari batang ini butuh cabang yang bentuk dan warnanya sama dengan
batang dan befungsi sebagai daun untuk proses asimilasi dan mengandung
cambium yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman. Pada batang dan cabang
tanaman ini tumbuh duri – duri yang keras dan pendek. Letak duri pada tepi siku –
siku batang maupun cabang dan terdiri 4 – 5 buah duri setiap titik tumbuh.
3) Bunga
4) Buah
26
Buah naga tergolong buah yang berdaging dan berair, bentuk buah bulat
agak memanjang atau bulat agak lonjong . Kulit buah ada yang berwarna merah
menyala, merah gelap dan kuning, tergantung dari jenisnya. Kulit buah agak tebal,
yaitu sekitar 3 mm – 4 mm. Disekujur kulitnya dihiasi dengan jumbai – jumbai
menyerupai sisik – sisik ular naga. Oleh karena itu buahnya disebut buah naga.
Berat buah beragam berkisar antara 80 – 500 gram, tergantung dari jenisnya.
Daging buah berserat sangat halus dan di dalam daging buah bertebaran biji
– biji hitam yang sangat banyak dan berukuran sangat kecil. Daging buah ada yang
berwarna merah, putih, dan hitam, terganting dari jenisnya. Daging buah bertekstur
lunak dan rasanya manis sedikit masam. (Cahyono, 2009). Buah berbentuk bulat
panjang dan biasanya terlatak mendekati ujung cabang atau batang. Pada batang
atau cabang biasanya lebih dari satu dan terkadang berdekatan. Kulit buah tebal
sekitar 1 – 2 cm dan pada permukaan kulit buah terdapat sirip atau jumbai
berukuran sekitar 2 cm.
5) Biji
Biji buah naga sangat banyak dan tersebar di dalam daging buah. Bijinya
kecil – kecil seperti biji selasih. Biji buah naga dapat langsung dimakan tanpa
mengaggu kesehatan. Biji buah naga dapat dikecambahkan untuk benih (Wanarsih,
2007). perbanyakan tanaman secara generative, tetapi cara ini jarang dilakukan
karena memerlukan waktu lama sampai berproduksi. Biasanya biji digunakan para
peneliti untuk memunculkan varitas baru. Setiap buah mengandung lebih 1000 biji.
Iklim
Buah naga dapat tumbuh subur pada daerah yang mendapatkan sinar matahari
tinggi. Tanamana ini tergolong tanaman gurun yang tahan terhadap kekeringan dan
membutuhkan sinar matahari yang tinggi. Indonesia sebagai Negara beriklim tropis
sangat cocok untuk mengembangkan tanaman buah naga. (Rahayu, 2014).
Ketinggian tempat untuk pembudidayaan buah naga merah dan putih yaitu dataran
rendah sampai medium yang berkisar 0 m – 500 m dari permukaan laut, yang ideal
adalah kurang dari 400 m dpl. Di daerah pada ketinggian di atas 500 m dpl, buah
naga merah dan putih masih dapat tumbuh dengan baik dan berbuah, namun
buahnya tidak lebat dan rasa buah kurang manis. Untuk buah naga kuning,
27
ketinggian tempat yang cocok untuk pertumbuhan dan berproduksinya adalah di
atas 800 m dpl (Warisno dan Dahana, 2010). Pertumbuhan dan perkembangan
tanaman ini akan lebih baik bila ditanam di daerah dataran rendah antara 0-350 m
dpl. Suhu udara yang ideal bagi tanaman ini antara 26o C-36o C dan kelembaban
70-90% (Gunasena,et al., 2006).
Tanah
Tanaman buah naga menyukai kondisi tanah yang gembur, berporous, banyak
mengandung bahan organik, banyak mengandung unsure hara, dan pH tanah 6,5-7.
Media tanaman harus memiliki kandungan air yang cukup tersedia, karena tanaman
ini peka terhadap kekeringan atau cukup rakus air, namun akan busuk apabilah
kelebihan air (Rahayu, 2014). Struktur tanah yang gembur juga meningkatkan
drainase tanah sehingga dapat mencegah genangan air. Jika drainase tanah baik,
maka seluruh kehidupan yang berada di dalam tanah berjalan dengan baik dan
tanaman dapat tumbuh dengan subur dan berproduksi baik. Tanaman buah naga
tidak tahan terhadap air yang menggenang lama karena dapat menyebabkan
perakaran dan batang membusuk. Di samping itu, bila tanaman sedang berbunga
atau berbuah, maka keadaaan air yang menggenang dan berlebihan dapat
menyebabkan rontoknya semua bunga dan buah (Renasari, 2010).
Bahan organik yang digunakan harus benar-benar matang. Bahan organik ini
berfungsi untuk menjaga kelembapan, menyangga kation dan aktivitas
mikroorganisme, serta menyediakan hara. Beberapa bahan organik yang dapat
digunakan antara lain kompos, pupuk kandang, dan sekam. Selain bahan organik,
media pun perlu dicampur dengan bahan anorganik untuk memperlancar aerasi dan
drainase serta mempertahankan dan mengubah sifat fisik media. Contoh bahan
anorganik antara lain pasir dan bubuk batu bata merah (Warisno dan Dahana,
2010).
Stek Tanaman
Setek adalah salah satu cara pembiakan vegetatif yang paling umum
digunakan. Penyetekan didefinisikan sebagai cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman
untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru (Hartman,et al.,2002).
28
Perkembangbiakan dengan cara setek diharapkan dapat menjamin sifat-sifat
yang sama dengan induknya, dan waktu berbuah relatif lebih pendek. Perbanyakan
dengan cara setek dapat memperoleh sifat seperti induknya. Sifat ini meliputi
ketahanan terhadap serangan penyakit, rasa buah, dan sebagainya (Shofiana,et al.,
2013).
Tanaman buah naga dapat diperbanyak dengan menggunakan biji maupun
setek. Petani umumnya lebih memilih memperbanyak dengan setek karena
menghasilkan bibit dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan biji.
Penyetekan merupakan cara pembiakan tanaman dengan menggunakan
bagianbagian vegetatif yang dipisahkan dari induknya, yang apabila ditanam pada
kondisi menguntungkan akan berkembang menjadi tanaman sempurna dengan sifat
yang sama dengan pohon induk (Febriana, 2009). Pertumbuhan setek dipengaruhi
oleh interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan (Hartmann,et al., 1997).
Faktor genetik meliputi kandungan cadangan makanan dalam jaringan
setek, dan jenis tanaman. Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan
penyetekan antara lain media perakaran, kelembaban, suhu, intensitas cahaya dan
teknik penyetekan (Danu,et al., 2011).
Bibit asal cabang harus berasal dari tanaman sehat, tumbuh normal dan
telah berbuah. Bibit yang baik berbatang lebih keras hingga lebih tahan penyakit.
Standar bibit yang baik berukuran 20 – 30 cm agar berpotensi memiliki cabang
yang lebih banyak, cepat besar dan produksi tinggi. Mengingat kebutuhan bibit
yang begitu besar dan dalam batas waktu yang cukup singkat, sedangkan pohon
induk yang terpilih tersebut jumlahnya terbatas, maka perlu diusahakan
penggunaan bahan setek seefisien mungkin (Nurfadilah,et al., 2012). Apabila setek
diambil dari batang muda dan belum pernah berbuah atau setek susulan akan
mengakibatkan pertumbuhannya kurang cepat dan umur produksinya tidak lama.
Kualitas bibit dipengaruhi oleh umur tanaman dan diameter batang. Semakin besar
diameter batang maka daya tahannya terhadap penyakit semakin kuat (Renasari,
2010).
29
BAB III
PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
31
2. Pengelola dan Pegawai Ruang kerja
Ruang karyawan
Ruang ganti karyawan
3. Penunjang Lavatory
Musholla
Janitor
Ruang laundry
Restoran
Gudang penyimpanan
makanan
Dapur
Bar
Ruang serbaguna
Kolam renang
Ruang refleksi
Taman bermain anak
Jogging track
32
Fasilitas resort
Lavatory
Musholla
2 Pengunjung ± 30 Berkunjung Enterance
Menikmati fasilitas rekreasi Lobby
Fasilitas resort
Lavatory
Musholla
33
3.3.3 Identifikasi Kegiatan Pegawai
No Pelaku Jumlah Bentuk Kegiatan Kebutuhan
. Pelaku Ruang
(orang)
Pegawai Front Office
34
Lavatory
Musholla
35
5 Tukang cuci 2 Mencuci piring kotor Tempat cuci piring
piring Ruang karyawan
dan ruang ganti
Lavatory
Musholla
Pegawai Fasilitas Komersial
1 Supervisor 1 Mengatur persiapan Ruang serbaguna
ruang penggunaan ruang dan setting Ruang karyawan
serbaguna ruang tergantung kebutuhan dan ruang ganti
acara Toilet
Musholla
2 Petugas biro 2 Melayani permintaan Ruang karyawan
perjalanan kebutuhan perjalanan dan ruang ganti
Lavatory
Musholla
3 Penjaga toko 2 Menjaga dan melayani orang Toko
Oleh-oleh yang datang ke toko oleh-oleh Ruang karyawan
seperti olahan kopi dan buah dan ruang ganti
naga Lavatory
Musholla
Pegawai Fasilitas Rekreasi dan Olahraga
1 Operator 1 Menjaga keamanan kolam Kolam renang
kolam renang renang dan mengecek Ruang ganti
kesiapan dan kelayakan kolam Toilet dan ruang
untuk digunakan ganti tamu
Musholla
2 Operator 1 Menjaga kesiapan dan Ruang Fitness
fitness centre kelayakan perlatan fiteness Ruang ganti
centre serta siap menjadi Lavatory
instruktur jika diminta Musholla
3 Petugas 1 Menerima dan mengatur Meja reservasi
reservasi pijat pesanan pijat dan refleksi, Ruang tunggu
dan refleksi serta mengatur penjadwalan Ruang ganti
36
serta spa Loker
Lavatory
Musholla
4 Terapis pijat 5 Memberikan pelayanan pijat Ruang pijat dan
dan refleksi dan refleksi refleksi
serta spa Ruang spa
Ruang ganti
Loker
Lavatory
Musholla
Pegawai Utilitas
1 Petugas 2 Melakukan perawatan dan Ruang mekanikal
mekanikal perbaikan terhadap peralatan Ruang karyawan
elektrikal mekanikal elektrikal dan ruang ganti
Lavatory
Musholla
Pegawai Keamanan
1 Satpam 2 Menjaga keamanan hotel Pos jaga
resor Ruang karyawan
dan ruang ganti
Lavatory
Musholla
2 Petugas CCTV 1 Mengawasi kegiatan pada Ruang kerja CCTV
hotel resor melalui kamera Ruang karyawan
CCTV dan ruang ganti
Lavatory
Musholla
37
Motor 0,75m x 2,25 m 60 101,25 m2
Bus 11,92m x 2,5m 2 59,6 m2
Mobil 2,5m x 5,0 m 40 500,00 m2
Jumlah 660,85 m2
Ruang gerak (100%) 660,85 m2
Total ± 1.321,7 m2
Pembulatan ±1.330 m2
Sumber : Neufert (2002)
2. Lobby
3. Kamar
a. Kamar Type Superior (@1 Kamar 12 Single Bed)
38
Dibulatkan ±70 m²
Total Kamar @2 ±140 m²
Sumber : Neufert (1996) dan Neufert (2002)
40
1 set meja dan kursi kerja 1,45 x 1,4 1 2,03 m2
Kursi client 0,4 x 0,55 2 0,44m2
Lemari arsip 0,60 x 0,40 2 0,48m2
1 set meja dan kursi tamu 2,0 x 1,6 1 2,4 m²
Jumlah 5,35 m²
RuangGerak 200 % 10,7 m²
Total 16,05 m²
Dibulatkan ±16,0 m²
Sumber : Neufert (1996) dan Neufert (2002)
2. Ruang Sekretaris
41
RuangGerak 200 % 9,08 m²
Total 13,62 m²
Dibulatkan ±15 m²
Sumber : Neufert (2002)
5. Ruang Bagian Pemasaran
42
3.4.3 Area ruang penunjang
1. Lavatory Wanita
2. Lavatory Laki-laki
3. Janitor
5. Musholla
6. Dapur
7. Restoran
8. Kolam Renang
8. Ruang Spa
45
Kebutuhan Perabot Ukuran (m) Jumlah Total
Ranjang treatment 2,00 x 0,78 1 1,56 m2
Meja 0,50 x 0,50 1 0,25 m²
Rak 0,30 x 0,37 1 0,11 m2
Wastafel 0,58 x 0,45 1 0,26 m2
Bathup 1,70 x 0,8 1 1,36 m2
Jumlah 3,54 m²
Ruang gerak 200% 7,08 m²
Total ± 10,62 m2
Dibulatkan ±12 m2
Total ruang spa 5 laki-laki ±180 m2
10 wanita
Sumber : Survey Susan spa
9. Ruang Serbaguna
10. Toko
46
11. Lapangan
47
3.5 Hubungan Antar Ruang
Area
Musholla Pengelola
Area
Berenang Area R.
Hunian Housekeeping
Area Area
Outdoor R. Laundry
Bermain Lapangan
Garden
R. Cleaning
Area Restoran Lobby service
& Bar
R. Karyawan
Toko oleh-oleh Main
Enterance
R. ME
Tempat
Parkir
Gerbang
48
BAB IV
REKAPITULASI BESARAN RUANG
49
KEBUTUHAN RUANG PENUNJANG
1 Lavatory wanita 2 ± 6 m2 ± 12 m2
2 Lavatory laki-laki 2 ± 6 m2 ± 12 m2
3 Janitor 2 ± 3 m2 ± 6 m2
4 Ruang laundry 1 ± 110 m2 ± 110 m2
5 Musholla 1 ± 32 m2 ± 32 m2
6 Dapur 1 ± 100 m2 ± 100 m2
7 Restoran dan Bar 1 ± 470 m2 ± 470 m2
8 Kolam renang 1 ± 1000 m2 ± 1000 m2
9 Ruang spa 15 orang 1 ± 180 m2 ± 180 m2
10 Ruang serbaguna 500 orang 1 ±470 m2 ± 470 m2
11 Toko 1 ±90 m2 ±90 m2
12 Lapangan 1 ± 900 m2 ± 900 m2
13 Pos satpam 1 ± 4 m2 ± 4 m2
14 Ruang ME 1 ± 80 m2 ± 80 m2
Total ± 3.466 m2
Ruang Gerak Antar Ruang(100%) ± 3.466m2
Total ± 6.932 m2
Pembulatan ± 7.000m2
50
4.2 Penerapan Dalam Peraturan Bangunan
Perhitungan luasan bangunan berdasarkan program besaran ruang
Luas lahan= 7000
KDB = 0,7
0,7x 7000= 4900
Luas lahan yang tidak boleh dibangun = 7000-4900= 2100
KLB =3
7000 x 3= 21000
51
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
52
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. 2009. Buku terlengkap sukses Bertanam Buah Naga. Pustaka Minang.
Jakarta
file:///C:/Users/hp/Downloads/80190970-HOTEL-RESORT-di-PANTAI-SIUNG-
Bab-5.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/2183/7/6TA12174.pdf
53
Hulupi R, Martini E. 2013.Pedoman budi daya dan pemeliharaan tanaman kopi di
kebun campur. Bogor, Indonesia: World Agroforestry Centre (ICRAF)
Southeast Asia Regional Program.
Peraturan Pemerintahan Deparpostal dan dibuat oleh Dirjen Pariwisata dengan SK:
No 22/UU/VI/1978
Pitana, I Gde. 2002. Kebijakan dan Strategi Pemerintah Daerah Bali dalam
Pembangunan Pariwisata. Pada Seminar Nasional PariwisataBali the last oe
the Lost Paradise. Pembangunan Pariwisata yang Berkelanjutan. Denpasar.
Universitas Udayana
Rahayu, Sri. 2014. Budidaya Buah Naga Cepat Panen. Infra Hijau. Jakarta
Renasari, Novita. 2010. Budidaya Tanaman Buah Naga Super Red di Wana Bekti
Handayani. Skripsi. Program Diploma III Agribisnis Holtikultura Fakultas
Pertanian. Surakarta. Universits Sebelas Maret
54
55