Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan sarana hiburan bagi masyarakat sekarang ini sangat diperlukan di
tengah-tengah kesibukan masyarakat Indonesia. Dengan berwisata diharapkan akan
memberikan suasana baru sebagai penyegar pikiran dan tubuh manusia akan rutinitas
dalam pekerjaan sehari-hari yang melelahkan, dengan diciptakannya sarana wisata hal ini
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat kota, apalagi bila sarana tersebut
ditunjang dengan adanya sebuah penginapan bagi mereka yang datang dari luar kota.

Penyerapan ini terkait dengan peningkatan pariwisata sebagai andalan yang


mampu menggalakkan sektor lain yang terkait. Sesuai dengan potensi yang dimiliki atau
warisan yang ditinggalkan nenek moyang pada suatu negara, maka timbullah
bermacam-macam jenis dan macam pariwisata yang dikembangkan sebagai
kegiatan, yang lama kelamaan mempunyai cirinya tersendiri. (Yoeti, 1985:110)

Pati sendiri merupakan kota kecil yang mempunyai banyak tempat wisata. Salah
satunya yang sering dikunjungi oleh banyak wisatawan yaitu Argowisata Jollong. Tempat
wisata ini terletak di Kecamatan Gembong kabupaten pati, tepatnya di dukuh Jollong desa
Sitiluhur. Kondisi lingkungan yang masih banyak persawahan dan lahan terbuka hijau
menjadi salah satu daya dukung bagi terciptanya area wisata yang berbasis alam. Wisata
yang disuguhkan yaitu wisata alam rekreasi mulai memanfaatkan area pegunungan di
Kabupaten Pati. Dengan udara yang sejuk dan segar, berbagai wahana bisa dinikmati
antara lain wahana outbond, flying fox, rumah balon, kolam terapi ikan. Selain itu, Bukit
Naga (areal perkebunan buah naga) dan Air Terjun Grenjengan menjadi destinasi favorit
saat berkunjung ke Agrowisata Jollong.

Jollong merupakan desa yang terletak di kecamatan Gembong kabupaten Pati yang
berada di dataran tinggi sehingga kebun kopi dapat tumbuh dengan baik. Agrowisata
kebun kopi Jollong tidak hanya menyuguhkan perkebunan kopi namun terdapat pabrik
pengolahan kopi sekaligus menjadi wisata edukasi yang sudah sering dikunjungi oleh
wisatawan. Selain kopi, Argowisata Jollong juga mempunyai potensi lain yaitu kebun naga
yang sekarang ini dikembangkan menjadi wisata Bukit Naga Jollong II. Penduduk desa
memanfaatkan potensi ini sebagai tempat wisata yang berbasis rekreasi sekaligus edukasi.
Selain itu Wisata Bukit Naga dapat meningkatkan pelestarian dan peningkatan fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam
pengembangan perekonomian masyarakat sekitar dan perekonomian nasional yang
produktif.

Pembangunan fasilitas akomodasi lainnya mulai banyak bermunculan seiring


berkembangnya Argowisata Jollong ini. Tentunya pembangunan fasilitas-fasilitas tersebut
harus memiliki konsep dan gagasan yang sesuai dengan prinsip lokasi kawasan, regulasi
setempat, potensi dan yang paling penting adalah pengadaan mitigasi bencana terhadap
kondisi sekitar (Hess, 2012). Salah satu fasilitas yang harus tersedia di tempat wisata ini
yaitu sebuah penginapan. Argowisata Jollong ini sudah terdapat peginapan bagi wisatawan
1
yang ingin menginap. Tetapi fasilitas tersebut kurang memiliki daya tarik wisatawan
dikarenakan tempatnya kurang strategis dan kurangnya fasilitas yang mendukung di
penginapan tersebut. Sarana akomodasi berupa fasilitas penginapan setara hotel resor di
kawasan Argowisata Jollong ini cenderung belum memenuhi standar, karena fasilitas
seperti restoran, function room, sarana rekreasi dan olahraga serta taman belum lengkap.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa fasilitas penginapan yang saat ini ada di kawasan
Jollong belum optimal dan menyebabkan wisatawan memilih menginap di luar kawasan
wisata ini.

Berdasarkan uraian diatas, maka diperlukan perencanaan dan perancangan resort


berbintang 3 yaitu resort berbasis agrowisata yang mampu memenuhi kebutuhan
wisatawan untuk berekreasi dan menginap dengan nyaman dan aman, sehingga dapat
menghilangkan kejenuhan. Selain itu fasilitas resort yang akan dirancang harus memadahi
seperti adanya restoran, function room, dan sarana rekreasi sehingga diharapkan
pengunjung lebih memilih untuk menginap di resort yang akan di rancang. Hal lain yang
mendasari, resort yang berbasis agrowisata ini layak untuk dirancang, karena adanya
potensi alam berupa perkebunan kopi dan buah naga, sehingga diharapkan dengan adanya
bangunan resort ini potensi perkebunan kopi dan buah naga akan lebih meningkat. Resort
yang akan dirancang juga menawarkan pemandangan area pegunungan.

1.2 Rumusan Masalah

Resort yang terdapat di Argowisata Jollong saat ini belum dapat menjadi fasilitas
akomodasi penginapan yang representatif secara kualitas maupun kuantitas, sehingga perlu
dirancang hotel resor yang berfungsi sebagai tempat beristirahat sekaligus tempat untuk
mengenalkan potensi pertanian di Jollong khususnya perkebunan kopi dan buah naga.
Bangunan resort yang saat ini ada, cenderung kurang ramah terhadap lingkungan dan
kurang memanfaatkan potensi alam yang ada. Resort ini juga akan menyediakan fasilitas
rekreasi, berupa agrowisata kebun kopi dan buah naga. Agrowisata kebun kopi dan buah
naga ini akan mengenalkan proses penanaman hingga pemanenan kopi dan buah naga
kepada wisatawan.

Pemanfaatan potensi pertanian stroberi di kawasan ini merupakan salah satu


pengaplikasian dari pendekatan arsitektur ekologis, dimana perancangan arsitektur dengan
menekankan pada keselarasan bangunan dengan potensi alam sekitar. Resort yang masuk
dalam kategori eko-resort, menurut Bromberek (2009: 9) adalah sebuah eko–resort yang
tidak hanya sekedar menjadi tempat untuk menginap dan menyajikan sebuah nuansa alam
yang hanya dapat ditonton melainkan sebuah resort yang bisa membuat para tamu
merasakan kondisi alam yang sesungguhnya dan dapat berinteraksi langsung dengan alam
dan bersentuhan langsung dengan ekosistem setempat.

1.3 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan LP3A ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai dasar dalam perencanaan pembangunan resort berbasis argowisata

2
2. Sebagai syarat mengikuti mata kuliah Perancangan Arsitektur 5 Departemen
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

1.4 Tujuan dan Sasaran

1.4.1 Tujuan

Tujuan utama yang akan dicapai adalah merencanakan dan merancang suatu
fasilitas penginapan, yaitu sebuah resort sebagai salah satu upaya penyediaan
fasilitas persinggahan yang lengkap dan memadai untuk menampung wisatawan
domestic maupun mancanegara di kawasan Argowisata Jollong.

1.5.2 Sasaran

Sasaran yang hendak dicapai adalah menyusun dan merumuskan Landasan


Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Resort berbasis Argowisata di
daerah Jollong, Gembong, Pati.

1.5 Lingkup Pembahasan

1.5.1 Ruang Lingkup Subtansial

Perencanaan dan perancangan resort berbasis argowisata Jollong sebagai sebuah


resort yang terletak didaerah argowisata yang dapat memberikan fasilitas bagi para
wisatawan yang ingin berwisata ke Argowisata Jollong.

1.5.2 Ruang Lingkup Spasial

Secara administratif daerah perencanaan dan perancangan resort terletak di


Kecamatan Gembong kabupaten pati, tepatnya di dukuh Jollong desa Sitiluhur.
Letaknya yang dekat dengan kawasan perbukitan dan adanya argowisata
perkebunan kopi dan buah naga sangat berpotensi untuk perencanaan sebuah resort.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika pada penulisan laporan ini diurai menjadi 4 BAB. Uraian bab tersebut antara
lain :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, manfaat, tujuan dan sasaran,
lingkup pembahasan, serta sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Berisi tentang tinjauan umum resort dan tinjauan umum agrowisata.

3
BAB III PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
RUANG

Berisi tentang uraian umum pelaku kegiatan, uraian kebutuhan ruang dan
pendekatan pelaku dan kebutuhan ruang, pendekatan strandart besaran ruang dan
hubungan antar ruang.

BAB IV TABULASI BESARAN RUANG

Berisi tentang tabulasi hasil pendekatan standart besaran ruang.

BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan, manfaat dan saran

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Resort

2.1.1 Definisi Resort

Menurut Neufert dalam buku Data Arsitek (1991), resort adalah tempat
menginap yang terdapat ditepi pantai, di daerah pegunungan atau daerah wisata
lainnya. Biasanya direncanakan untuk melayani akomodasi pengunjung dalam
melakukan kegiatan wisata. Menurut W.SHatrell and Partners (1962), resort yaitu
penginapan yang terletak didaerah wisata yang sekaligus sebagai salah satu fasilitas
penunjang kawasan wisata tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa resort adalah
jenis hotel atau penginapan yang terletak di suatu tempat (di dalam, pinggir, atau
luar kota) yang melayani para pengunjung untuk menginap dalam jangka waktu
tertentu dimana daerah sekitarnya memiliki obyek wisata yang mendukung.

Menurut Dirjen Pariwisata (1988:13) adalah suatu perubahan tempattinggal


untuk seseorang diluar tempat tingalnya dengan tujuan antara laiin
untuk8mendapati kesegaran jiwa dan raga serta hasrat ingin mengetahui sesuatu.
Dapat jugadikaitkan dengan kegiatan yang berkaitan dengan olahraga, kesehatan,
konvensi,keagamaan serta keperluan usaha lainnya. Pengetian lain dari resort
adalah jasa pariwisata yang memenuhi lima jenis pelayanan yang biasa disebut
dengan kriteria resort. Kriteria resort tersebut adalah akomodasi, fasilitas rekreasi,
outlet penjualan, hiburan dan pelayanan makanan & minuman (O Shannessy :
2001).

2.1.2. Karakteristik Resort

Terdapat 4 karakteristik hotel resort yang dapat membedakan hotel resort


dengan jenis hotel lainnya, yaitu:

a. Lokasi

Umumnya berlokasi di tempat-tempat berpemandangan indah, pegunungan,


tepi pantai dan sebagainya, yang tidak dirusak oleh keramaian kota, lalu lintas yang
padat dan bising. Pada hotel resor, kedekatan dengan atraksi utama dan hubungan

5
dengan kegiatan rekreasi merupakan tuntutan utama pasar dan akan berpengaruh
pada harga.

b. Fasilitas

Motivasi pengunjung untuk bersenang-senang dengan mengisi waktu luang


menuntut ketersediaanya fasilitas pokok serta fasilitas rekreatif indoor dan outdoor.
Fasilitas pokok adalah ruang tidur sebagai area privasi. Fasilitas rekreasi outdoor
meliputi kolam renang, lapangan tenis dan penataan lansekap.

c. Segmen Pasar

Sasaran yang ingin dijangkau adalah wisatawan atau pengunjung yang ingin
berlibur, bersenang-senang, menikmati pemandangan alam, pantai, gunung dan
tempat-tempat lainnya yang memiliki panorama yang indah.

d. Arsitektur dan Suasana

Wisatawan yang berkunjung ke hotel resor cenderung mencari akomodasi


dengan arsitektur dan suasana yang khusus dan berbeda dengan jenis hotel lainnya.
Wisatawan pengguna hotel resor cenderung memilih suasana yang nyaman dengan
arsitektur yang mendukung tingkat kenyamanan dengan tidak meninggalkan citra
yang bernuansa etnik

2.1.3. Jenis-Jenis Resort

Berdasarkan fasilitas dan letaknya resor dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:

a. Beach resort hotel

Resor hotel ini berada di daerah pantai dan menggunakan keindahan dan potensi
alam pantai sebagai daya tariknya.

b. Marina resort hotel

Resor hotel ini berada di daerah pelabuhan, rancangan resor ini memanfaatkan
potensi utama daerah tersebut dengan melengkapi fasilitas dermaga dan kegiatan

yang berhubungan dengan air.

c. Mountain resort hotel

6
Resor hotel ini berada di daerah pegunungan, pemandangan dan fasilitas yang
bersifat natural merupakan kekuatan lokasi yang digunakan sebagai ciri rancangan
resort.

d. Health resort and spa

Resor hotel ini dibangun di daerah yang memiliki potensi alam yang dapat
dimanfaatkan sebagai sarana penyehatan dan kebugaran melalui aktivitas spa.

e. Condominium, time share and residential development

Resor ini memiliki strategi pemasaran yang menarik yaitu menawarkan sebagian
dari kamar hotel ini disewa selama periode waktu yang ditentukan dalam kontrak
dan biasaanya dalam jangka waktu yang panjang.

f. All suite-hotels

Resor jenis ini merupakan golongan resor mewah, karena semua kamar yang
disewakan dalam hotel tersebut tergolong dalam kelas suite.arsitektur yang
mendukung tingkat kenyamanan dengan tidak meninggalkan citra yang bernuansa
etnik.

g. Sight-seeing resor hotel

Resor jenis ini terletak di daerah yang memiliki potensi khusus atau tempat
menarik seperti

dan kebugaran melalui aktivitas spa.

2.1.4. Klasifikasi Resort Bintang Tiga

Untuk merancang sebuah Hotel Resor khususnya bintang 3 menurut keputusan


direktorat Jendral Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi no 22/UU/VI/1978 tanggal
12 Juni 1978 harus memperhatikan klasifikasi bangunan yang terbagi menjadi area
keseluruhan bangunan dan area bangunan untuk pengelola yaitu sebagai berikut:

a. Lokasi dan Lingkungan

Lokasi hotel mudah dicapai dengan kendaraan umum atau pribadi roda empat
langsung ke area hotel. Hotel harus terhindar dari pencemaran yang diakibatkan
dari gangguan luar, seperti:

7
 Suara bising
 Bau tidak enak
 Debu dan Asap
 Serangga dan Binatang Pengerat

b. Sirkulasi

Hotel harus memiliki jalur sirkulasi yang jelas supaya mempermudah


pengunjung/tamu-tamu hotel yang datang ke hotel tersebut. Harus dipisahkan jalan
antara tamu hotel/pengunjung, pegawai/karyawan dan jalan untuk barang. Tujuan
sirkulasi dalam hotel adalah:

 Mempermudah pengawasan dan pengontrolan keamanan.


 Menciptakan keteraturan.
 Menciptakan pelayanan yang efisien.
 Peningkatan kepuasan pelanggan.
 Pembedaan sirkulasi untuk tamu hotel dan pengelola:
 Sirkulasi untuk tamu hendaknya jelas dan mudah dicapai sehingga tidak
membingungkan pengunjung.
 Sirkulasi untuk pengunjung dan pegawai/karyawan harus melewati setiap
bangunan hotel yang digunakan untuk umum. Crossing antara pengunjung dan
pegawai/karyawan harus dihindari.
c. Taman
 Terletak di dalam atau di luar bangunan.
 Taman terpelihara, bersih dan rapi.
 Taman yang memiliki kolam hias harus memiliki ikan.
d. Tempat Parkir
Kapasitas satu tempat parkir untuk 6 kamar hotel.
 Rambu-rambu lalu lintas.
 Pos jaga dan ruang tunggu.
 Tersedia saluran air.
e. Bangunan
Bangunan hotel memenuhi persyaratan perijinan sesuai dengan Undang-undang
yang berlaku:
 Keadaan bangunan bersih terawat dengan baik (tidak berbau, berlumut,
bersarang laba-laba dan lain-lain).
8
 Pengaturan ruang hotel ditata sesuai dengan fungsinya sehingga memudahkan
arus tamu, karyawan dan barang.
 Unsur dekorasi Indonesia tercermin pada lobby, restoran, kamar tidur dan
ruang fungsional.
f. Lobby
 Mempunyai luasan minimum 30 m2.
 Dilengkapi dengan lounge.
 Toilet umum minimum 1 buah dengan perlengkapan.
 Lebar koridor minimum 1,6 m.
 Koridor
 Lebar koridor minimal 1,6 m.
 Tersedia stop kontak untuk setiap jarak 12 m.
 Tata udara diatur AC atau ventilasi alami.
 Ruang yang disewakan
 Minimum terdapat drug store, bank, money changer, air line agent, souvenir
shop, butik, dan biro perjalanan.
 Tersedia poliklinik dan paramedis.
 Taman yang memiliki kolam hias harus memiliki ikan.
g. Koridor
 Lebar koridor minimal 1,6 m.
 Tersedia stop kontak untuk setiap jarak 12 m.
 Tata udara diatur AC atau ventilasi alami.
i. Kamar Tidur
 Terdapat minimum 30 kamar standar dengan luas 24 m2/kamar.
 Terdapat minimum 2 kamar suite dengan luas 48 m2/kamar.
 Tinggi minimum 2,6 m tiap lantai.
j. Restoran
 Luas minimal 3m2 dikalikan dengan jumlah kamar tidur.
 Jumlah tempat duduk sebanding dengan luas restoran, dengan ketentuan 1,5
m2 per tempat duduk.
 Tinggi restoran tidak boleh lebih rendah dari kamar tidur.
 Lebih baik di letakkan di lobby hotel.
 Bila tidak berdampingan dengan lobby harus memiliki toilet.

9
k. Bar
Jumlah tempat duduk sebanding dengan luas bar dengan ketentuan 1,1 m2 tempat
duduk. Lebar ruang kerja bartender setidaknya 1 m. Bila ruang tertutup, dilengkapi
dengan pengatur udara buatan (AC) dengan suhu 24oC.
l. Ruang Fungsional
 Minimum terdapat 1 buah pintu masuk yang terpisah dari lobby dengan
kapasitas minimum 2,5 kali jumlah kamar.
 Dilengkapi dengan toilet bila tidak satu lantai dengan lobby.
 Terdapat pre-function room.

m. Sarana Rekreasi dan Olah raga


 Minimum 1 buah dengan pilihan: tennis bowling, golf, fitness, spa, billiard,
jogging atau taman bermain anak.
 Kolam renang dewasa yang terpisah dengan kolam renang anak.
 Sarana rekreasi pantai seperti menyelam, berselancar, berperahu atau ski air.
n. Dapur
 Hotel minimal menyediakan satu dapur dengan luas sekurangkurangnya 40%
dari luas restoran.
Ruang dapur terdiri atas:
 Ruang persiapan dan pengolahan.
 Ruang penyimpanan bahan makanan.
Sedangkan untuk area pengelola terdapat beberapa klasifikasi ruang yang harus
terpenuhi yaitu:
a. Front office
 Tempat menerima tamu dan tempat informasi.
 Tempat kasir dan ruang penitipan barang berharga.
 Ruang penitipan barang tamu.
 Ruang pimpinan front office.
 Ruang operator telepon.
b. Kantor pengelola hotel
 Kantor pimpinan hotel (GM office).
 Kantor pimpinan restoran dan bar (F & B office).
 Kantor keuangan.
 Kantor personalia.
10
c. Area Tata Usaha
i. Uniform Room (penyimpanan pakaian seragam).
ii. Linen Room.
 Tersedia ruang linen dengan luas minimal 30 m2.
 Tersedia rak/ lemari tempat penyimpanan linen.
iii. Ruang Jahit.
iv. Room Boy Station.
Ruang pelayan minimal satu kamar untuk setiap 15 kamar. Untuk hotel bertingkat
tiap lantai tersedia minimal satu room boy station.
v. Area Lost and Found.
Luas minimal 10 m2 dilengkapi rak atau lemari terkunci.
d. Ruang Binatu
 Ruang Binatu memiliki luasan minimal 40m2.
e. Ruang Operasional
i. Gudang
 Tersedia gudang makan dan minuman.
 Tersedia gudang untuk engineering.
ii. Ruang penerimaan bahan
 Tersedia ruang penerimaan barang/ bahan keperluan hotel.
 Kantor penerimaan barang.
iii. Ruang karyawan
 Ruang loker dan kamar mandi.
 Ruang makan karyawan letaknya berdekatan dengan dapur dan ruang untuk
ibadah.
f. Peralatan Teknis Bangunan
Pengaturan ruang hotel ditata dengan baik sehingga memudahkan arus tamu, arus
karyawan dan arus barang atau produk hotel. Peralatan terdiri dari:
i. Elevator atau Lift
 Setiap bangunan empat lantai atau lebih (dihitung dari lantai dasar) harus
dilengkapi dengan elevator atau lift.
 Lift tamu harus dipisahkan dengan lift pelayanan dan lift barang.
 Kapasitas setiap lift minimal 10 orang atau beban 750 kg yang dapat berfungsi
untuk melayani penyandang cacat yang memakai kursi roda.

11
 Memiliki sertifikat keamanan sesuai dengan ketetapan Departemen Tenaga
Kerja Nasional (Depnaker).
 Menggunakan pengkondisian udara (AC) untuk tiap ruang dengan sistem AC
sentral atau AC unit serta mempunyai ventilasi yang baik. Tersedia ruang
mekanik dan workshop.
iii. Komunikasi
 Tersedia telepon tiga saluran, yaitu lokal, interlokal dan internasional.
 Tersedia telepon dalam/internal, jumlah minimal saluran telepon adalah sesuai
dengan jumlah kamar.
 Tersedia PABX, Sentral video/TV, sentral radio, musik penggiring, sentral
paging sistem termasuk carcall.
iv. Pencegahan Bahaya Kebakaran
 Tersedia alat deteksi dini di setiap ruangan, alat pencegah kebakaran di kamar
tamu, pintu dan tangga darurat.
v. Keamanan
 Tersedia ruang jaga di setiap pintu keluar dan masuk.
vi. Pembuangan Limbah
 Tersedia tempat pembuangan limbah yang tidak menimbulkan bau yang tidak
enak.
2.1.5. Teori Perancangan
2.1.5.1 Fasilitas Utama dan Penunjang
Berdasarkan keputusan Dirjen Pariwisata No. 14/U/11/88 tentang pelaksanaan
ketentuan usaha dan penggolongan resort. Dapat dijelaskan klasifikasi standar di
bawah ini;
1. Resort bintang 1: minimal 20 kamar
2. Resort bintang 2: minimal 20 kamar
3. Resort bintang 3: minimal 30 kamar
4. Resort bintang 4: minimal 50 kamar
5. Resort bintang 5: minimal 100 kamar
6. Resort bintang 5+diamond. Resort dengan kualitas lebih baik dari resort
bintang lima.

12
Pada bangunan hotel resor sistem pelayanan dibagi dalam 2 bagian kelompok yaitu
bagian depan (front of the house) dan bagian belakang (back of the house), yang
pembagian fungsinya seperti berikut:
1. Front of the house
a. Ruang registrasi tamu
Penempatan ruang registrasi harus terlihat dan berada di area lobby. Tidak ada
aturan yang pasti tentang panjang meja registrasi ini, tetapi hotel berbintang yang
mempunyai kamar berjumlah 100 sampai 200 kamar akan memerlukan dua meja
agar dapat melayani semua pengunjung dengan cepat.
b. Servis penyimpanan kunci
Pada hotel berbintang, area penyimpanan kunci kamar dan area penerima
ditempatkan terpisah.
c. Kasir
Penempatan kasir berhadapan dengan registration desk. Untuk hotel berbintang
yang memiliki beberapa restoran dan fasilitas komersial yang lain, perlu dilakukan
pengaturan khusus untuk keuangan yaitu melalui deposit box yang aman.
d. Ruang Administrasi
Peletakan ruang administrasi harus berhubungan langsung dengan lobby. Untuk
hotel berbintang, terdapat ruang manajer administrasi beserta ruang asistennya dan
juga terdapat ruang resepsionis yang berada di antara lobby dan ruang manajer.
e. Lobby
Lobby adalah ruangan yang cukup luas yang terletak dekat penerimaan tamu di
front office. Ruangan tempat duduk-duduk hotel biasanya berada di lobby, yang
merupakan semacam ruang tunggu. Selain itu, ruangan ini juga dilengkapi tempat
duduk yang terpisah, yang disediakan bagi tamu untuk beristirahat dan bersantai
sambil membaca atau menonton televisi, dan lain-lain.
f. Fasilitas transportasi vertikal mekanik (elevator)
Untuk menambah kenyamanan konsumen, sebuah hotel yang berupa bangunan
bertingkat harus dilengkapi dengan alat transportasi vertikal mekanik, biasanya
berupa lift (elevator), Penempatan elevator harus dapat terlihat oleh publik dari
berbagai arah sehingga harus pula berdekatan dengan entrance dan registration
desk.
g. Kamar Resort
merupakan fasilitas utama untuk penjualan dan penyewaan kamar. Berbagai tipe
kamar dan berbagai fasilitas yang terdapat di dalamnya. Jneis-jenis kamar resort,
13
contoh-contoh kamar sesuia kualifikasi menurut Agustinus Darsono (2011:52)
sebaga berikut:
a. Single room: Jenis kamar tamu standar ekonomi yang dilengkapi satu tempat
tidur untun satu orang tamu.
b. Twin room: Jenis kamar tamu standar ekonomi yang dilengkapi dua tempat
tidur untun dua orang tamu.
c. Triple room: Jenis kamar tamu standar ekonomi yang dilengkapi dua tempat
tidur atau satu tempat tidur double jenis queen dengan satu tempat tidur
tambahan untk tiga orang tamu.
d. Superior room: Jenis kamar tamu yang cukup mewah standar dilengkapi satu
double bed jenis queen atau twin bed. Tempat tidur jenis queen bed digunakan
untuk dua orang tamu.
e. Suite room: jenis kamar tamu meah, yang dilengkapi bebrapa kamar tamu,
ruang makan, dapur kecil dan kamar tidur dengan sebuah king bed.
f. President suite room: Kamar resort yang terlengkap fasilitasnya dengan harga
yang mahal. Pemberian nama jenis kamar di resort berbeda-beda sesuai dengan
selerea manajemen masing-masing.

2. Back of the house, biasanya diisi berbagai fasilitas sebagai berikut:


a. Fasilitas Laundry
Luasan ruang laundry tergantung dari aktivitas yang ada di dalamnya. Untuk hotel
berbintang, laundry berukuran cukup luas dan berfungsi sebagai tempat mencuci,
mengeringkan, setrika, dan mesin press yang digunakan untuk melayani tamu dan
juga karyawan
b. Housekeeping Department
Ruang ini mempunyai berbagai fungsi yang meliputi ruang kepala departemen dan
ruang asisten. Selain itu, juga dibuat gudang untuk menyimpan peralatan yang
digunakan oleh housekeeper dan tempat khusus untuk menjahit kain sprei, sarung
bantal, dan gorden yang dipersiapkan untuk pelayanan kamar tamu hotel.
c. Servis makanan dan sayuran
Aktivitas ini tidak terlalu membutuhkan ruang yang luas karena makanan dan
sayuran tersebut selalu berjalan dan tidak bertahan lama di tempat tersebut. Setelah
selesai diperiksa, ditimbang dan disahkan, bahan pangan akan dikirim ke gudang
yang kering atau basah sesuai kebutuhan, atau dimasukkan ke dalam pendingin

14
untuk diawetkan.
d. Ruang Mekanikal
Ruang ini berisi peralatan untuk heating dan coolling yang berupa tank dan pompa
untuk menjaga sistem operasi mekanikal secara keseluruhan.
2.2 Tinjauan Umum Agrowisata
2.2.1 Definisi Agrowisata
Agrowisata memiliki beberapa definisi yang dalam istilah sederhana
agritourism didefinisikan sebagai perpaduan antara pariwisata dan pertanian
dimana pengunjung dapat mengunjungi kebun, peternakan atau kilang anggur
untuk membeli produk, menikmati pertunjukan, mengambil bagian aktivitas,
makan suatu makanan atau melewatkan malam bersama di suatu areal perkebunan
atau taman. Selain itu menurut Departemen Pertanian (Deptan) agrowisata
memiliki definisi yaitu bagian dari obyek wisata yang memanfaatkan usaha
pertanian (agro) sebagai obyek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas
pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian.
Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam
memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil
melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal
(indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan
alaminya.
2.2.2 Potensi dan Daya Tarik Agrowisata
Dalam pengelolaan agrowisata terdapat beberapa aspek yang menyebabkan
tingginya minat atau daya tarik terhadap wisata ini. Berikut ini beberapa aspek
yang melatarbelakangi yaitu:
1. Aspek sumber daya manusia
Sumber daya manusia, merupakan pengelola Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW)
agrowisata, Sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan harus memiliki latar
belakang pendidikan di bidangnya, harus pula memiliki pengalaman yang luas
dalam mengelola pekerjaannya. Tata cara pengelolaan komoditas usaha pertanian
yang disajikan sebagai komoditi daya tarik wisata pengelolaannya berbeda dengan
hasil produksi pertanian pada umumnya. Faktor pengetahuan yang luas dalam
bidang pertanian, keterampilan dalam bercocok tanam. Para petani yang memiliki
skill dalam bercocok tanam perlu mendapatkan tambahan pengetahuan tentang
ilmu tanaman, tumbuhan untuk pengembangan informasi kepada pengunjung.

15
2. Aspek keuangan
Dalam usaha agrowisata umumnya aspek keuangan dikelola oleh pemerintah,
namun swasta juga dapat mengelola agrowisata dan biasanya jika swasta yang
mengelola akan ada proses ekspor dari hasil pertanian tersebut.

3. Aspek fasilitas, sarana, dan prasarana


Sarana seperti jalan menuju lokasi agrowisata merupakan sarana penunjang utama,
sehingga perlu adanya sarana yang memiliki kualitas yang baik. Selain itu adanya
fasilitas seperti restoran, toilet, sistem informasi dan adanya transportasi di dalam
kawasan agrowisata akan menunjang daya tarik wisatawan.

4. Aspek Pemilihan Lokasi Agro


Untuk menentukan lokasi agrowisata perlu adanya identifikasi terhadap wilayah
pertanian yang akan dijadikan Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) /kawasan
agrowisata dengan mempertimbangkan beberapa faktor dominan seperti prasarana
dasar, sarana, transportasi dan komunikasi dan yang terpenting adalah identifikasi
terhadap peran serta masyarakat lainnya yang dapat menjadi pendorong
berkembangnya agrowisata.

5. Karakteristik tradisi para petani


Pengelolaan agrowisata dengan cara petani yang tetap mempertahankan tradisi
seperti cara pengolahan lahan dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk
berkunjung.
2.2.3 Persyaratan Agrowisata
Dalam mendirikan suatu kawasan agrowisata terdapat prinsip-prinsip yang
merupakan syarat untuk terwujudnya suatu kawasan agrowisata, berikut ini
beberapa prinsip agrowisata menurut Wood, 2000 (dalam Pitana, 2002) yaitu:
1. Menekankan serendah-rendahnya dampak negatif terhadap alam dan
kebudayaan yang dapat merusak daerah tujuan wisata.
2. Memberikan pembelajaran kepada wisatawan mengenai pentingnya suatu
pelestarian.
3. Menekankan pentingnya bisnis yang bertanggung jawab yang bekerjasama
dengan unsur pemerintah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
penduduk lokal dan memberikan manfaat pada usaha pelestarian.

16
4. Mengarahkan keuntungan ekonomi secara langsung untuk tujuan
pelestarian, manajemen sumberdaya alam dan kawasan yang dilindungi.
5. Memberi penekanan pada kebutuhan zona pariwisata regional dan penataan
serta pengelolaan tanaman-tanaman untuk tujuan wisata di
kawasankawasan yang ditetapkan untuk tujuan wisata tersebut.
6. Memberikan penekanan pada kegunaan studi-studi berbasiskan lingkungan
dan sosial, dan program-program jangka panjang, untuk mengevaluasi dan
meminimalisir dampak pariwisata terhadap lingkungan.
7. Mendorong usaha peningkatan manfaat ekonomi untuk negara, pebisnis,
dan masyarakat lokal, terutama penduduk yang tinggal di wilayah sekitar
kawasan yang dilindungi.
8. Berusaha untuk meyakinkan bahwa perkembangan pariwisata tidak
melampaui batas-batas sosial dan lingkungan yang dapat di terima seperti
yang ditetapkan para peneliti yang telah bekerjasama dengan penduduk
lokal.
9. Mempercayakan pemanfaatan sumber energi, melindungi tumbuhtumbuhan
dan binatang liar, dan menyesuaikannya dengan lingkungan alam dan
budaya.

2.2.4 Sistem Pelayanan Agrowisata


Sistem pelayanan yang didapat oleh pengunjung agrowisata adalah dengan
beberapa fasilitas bangunan penunjang sarana kegiatan di kawasan agrowisata.
1. Gerbang pintu masuk.
2. Parkir di dalam lokasi.
3. Pos keamanan.
4. Tempat sampah.
5. Masjid/mushola.
6. Kamar mandi/toilet.
7. Rumah makan/restaurant .
8. Sarana Telekomunikasi Umum.
9. Shelter Toko cinderamata.
10. Pusat informasi.
11. Kendaraan warawiri.
12. Jalan setapak.
13. Panggung hiburan.
17
14. Bangku penonton.
15. Panggung pengamat Gardu pandang.
16. Jalan di dalam lokasi yang diperuntukkan bagi transportasi mengelilingi
lokasi.
17. Brosur/guide book dan petunjuk arah.
18. Area Parkir
19. Perpustakaan Shopping arcade/pertokoan.
20. Loket karcis

2.2.5 Kegiatan Agrowisata


Pada kawasan agrowisata terdapat beberapa kegiatan yang dapatdilakukan
pengunjung yaitu sebagai berikut:
Aktivitas pengunjung dengan karakter agrowisata yang berada di perbukitan dapat
memadukan berbagai kegiatan, seperti :
1. Menikmati pemandangan/fotografi
2. Jalan-jalan, jogging, bersepeda
3. Bermain/rekreasi keluarga
4. Memetik buah-buahan, sayur mayur, menikmati keindahan taman bunga
5. Menanam bibit
6. Berkemah
7. Kegiatan outbound
8. Mengamati lokasi flora
9. Membeli hasil agrowisata

2.3 Tinjauan Umum Kopi dan Buah Naga


2.3.1 Pengenalan Kopi
Menurut Wikipedia, kopi adalah minuman hasil seduhan biji kopi yang
telah disangrai dan dihaluskan menjadi bubuk. Kopi merupakan salah satu
komoditas di dunia yang dibudidayakan lebih dari 50 negara. Dua varietas pohon
kopi yang dikenal secara umum yaitu Kopi Robusta (Coffea canephora) dan Kopi
Arabika (Coffea arabica).
Pengertian kopi adalah tanaman yang memiliki dua jenis utama, yakni
Coffea robusta dan Coffea Arabica. Kedua jenis kopi ini sangat dipegemari oleh
masyarakat, baik yang ada di dalam negri ataupun masyarakat yang ada di luar
negeri (Saputra E, 2008).
18
Menurut Bara L.A.M (2005) kopi adalah suatu jenis tumbuhan yang dibuat
minuman dengan sifat psikostimulant sehingga menyebabkan seseorang yang
meminumnya akan tetap terjaga (susah tidur), mengurangi kelelahan atau stress
saar bekerja, serta mampu untuk memberikan efek fisiologis yakni energi.

2.3.2 Karakteristik Pertumbuhan Kopi


1. Iklim
Berbicara mengenai iklim, Indonesia merupakan salah satu negara yang dilewati
oleh garis khatulistiwa yang artinya Indonesia sendiri beriklim tropis. Dengan iklim
tropis ini, negara Indonesia sangat cocok untuk menanam berbagai tanaman
perkebunan apalagi tanaman kopi. Dengan berbagai macam tanaman kopi tersebut
serta iklim yang cocok akan sangat beruntung sekali jika bercocok tanam kopi.
Dengan curah hujan yang akan membantu mempengaruhi pembentukan bunga
menjadi buah. Untuk kopi jenis arabika dianjurkan curah hujan sekitar 1000 – 1500
mm pertahun, sedangkan kopi robusta maksimal 2000 mm pertahun. Untuk daerah
dengan ketinggian diatas 1000 m memiliki musim kering yang pendek, padahal
kopi khususnya kopi arabika membutuhan musim kering yang agak panjang supaya
produksinya optimal.

2. Suhu
Suhu yaitu keadaan panas atau dinginnya udara pada suatu tempat. Suhu
lingkungan untuk kopi arabika sekitar 16-22°C, sementara robusta mampu
beradaptasi dengan suhu sekitar 20-28°C.

3. Ketinggian/Elevasi
Ketinggian area tidak punya pengaruh segera pada perkembangan serta produksi
tanaman kopi, namun faktor temperatur yang punya pengaruh pada perkembangan
tanaman kopi. Biasanya, tinggi rendahnya temperatur ditentukan oleh ketinggian
area dari permukaan laut. temperatur serta elevasi saling terkait. Dengan berbagai
macam kopi yang ada tentu saja tidak sembarangan dalam penanamannya. Tiap-
tiap kopi membutuhkan ketinggian atau elevasi yang berbeda-beda. Seperti kopi
arabika dan robusta, tentu saja ketinggian akan mempengaruhi penanamannya.
Sebab kopi arabika dapat tumbuh pada ketinggian 800-1500 meter dpl, sedangkan
kopi robusta dapat tumbuh pada ketinggian 400-800 meter dpl.

19
4. Daerah/Topografi
Kondisi topografi wilayah juga harus di perhatikan karena jika terjadi anomali
iklim atau katidaknormalan atau penyimpangan iklim pekebun dapat melakukan
beberapa rekayasa. Khusus untuk daerah yang memiliki tiupan angin kencang, di
sarankan untuk menanam tanaman pelindung seperti lamtoro, dadap, serta sengon
laut. Tanaman pelindung untuk saat ini yang paling cocok untuk tanaman kopi
adalah lamtoro.

5. Kondisi Tanah
Kondisi tanah yang baik untuk penanaman kopi dianjurkan tanah yang memiliki
top soil atau kandungan organik yang tebal. Biasanya tanah seperti ini banyak
terdapat di dataran tinggi. Tingkat keasaman atau derajat keasaman (pH) tanah
yang dianjurkan untuk tanaman kopi sekitar 5,5 – 6,5 . Jika keadaan tanah terlalu
asam maka dapat kita tambahkan pupuk Ca(PO)2 atau Ca(PO3)2 atau sering kali
kita dengar sebagai kapur. Apabila pH tanah terlalu rendah atau untuk
meningkatkan pH tanah dapat kita tmbahkan urea.

6. Varietas atau Klon Unggul


Setiap daerah memiliki varietas atau klon yang berbeda. Yang artinya adalah suatu
klon atau varietas unggul pada suatu daerah belum tentu unggul pada daerah yang
lainnya. Seperti jenis arabika dari daerah lain pasti memilki karakter yang
berlainan dengan daerah lainnya., hal tersebut dapat berupa aroma, dan cita
rasanya. Kopi arabika dari Jawa tentu berbeda dengan kopi arabika yang ada di
Sulawesi, begitu juga dengan yang ada di Toraja meskipun varietas atau klonnya
sama. Hal ini juga berlaku pada kopi robusta, maskipun sama tapi ketika ditanam
di daerah lain maka hasilnya juga akan berbeda atau tidak sama dengan daerah
asalnya. Klon unggul harus di uji produktivitasnya hingga tiga generasi. Setelah itu
bibit kopi yang telah teruji di daerah tertentu sebaiknya jangan di budidayakan di
daerah lain, cukup dibudidayakan di daerah sekitar saja tempat dimana kopi
tersebut diuji tanam.

2.3.3 Pembibitan Kopi


Pembibitan dapat dilakukan:
1. Secara generatif dengan benih/ biji, terutama untuk jenis kopi Arabika.
2. Secara vegetatif dengan stek atau sambung, terutama untuk jenis kopi Robusta.

20
 Penyemaian Benih Kopi (Khususnya Arabika)
Sebelum benih kopi disemai, siapkan media pasir halus disiram air, tidak perlu
dipupuk.

Biji ditanam sedalam 0,5 cm Setelah biji ditanam Setelah disiram, biji disungkup
dengan jarak 2 x 5 cm. kemudian disiram (3a) atau ditutup dengan
dengan ilalang (3b). Kemudian biji
menggunakan disiram setiap hari, dan setelah
gembor mencapai stadium kepelan,
bibit dipindah ke polybag.

Stadium serdadu. Stadium kepelan.

21
Pengisian dan penataan Bibit stadium kepelan Bibit kopi Arabika 4
polybag ditanam dalam polybag. pasang daun (3–5
bulan) siap ditanam.

 Pembibitan Kopi Dengan STEK Berakar

Menyiapkan larutan Pangkal stek dicelup Penanaman stek dengan


zat pengatur tumbuh zat pengatur tumbuh
Jarak 5 x 10 cm.
akar (rootone). selama 10-15 detik

 Pembibitan Kopi Dengan Sambung STEK

Siapkan entres batang bawah robusta BP 308 dan Entres batang atas (2
entres batang atas yang diinginkan. ruas) diruncingkan di
bagian bawah, sisipkan
22
ke entres batang
bawah, kemudian diikat
tali rafia.

Siapkan media sungkup untuk Siapkan media sungkup untuk


penyetekan langsung di tanah, penyetekan dalam polybag,
disungkupa rapat dan hanya dibuka disungkup rapat dan hanya dibuka
sedikit saat menyiram. sedikit saat menyiram.

4. Pengakaran bibit sambung stek, dilakukan oleh 3 orang, yaitu: 2 orang


perempuan yang menanam stek dan 1 orang lelaki yang menutup sungkupnya.

5. Setiap hari disiram sampai basah, dengan disemprot secara tidak langsung
mengenai stek, disem protkan ke plastik penutup. Seminggu sekali disemprot
pestisida, dan sebulan sekali dipupuk.

6. Sambungan dinyatakan berhasil jika setelah 2 minggu warna batang atas tetap
hijau.

23
Setelah akar kuat dilakukan penyesuaian dengan membuka sungkup setiap hari 2
jam, meningkat 4 jam, sampai akar dan tunas yang tumbuh sudah cukup besar,
kemudian sungkup dibuka penuh, dan bibit segera dipindah ke polybag.

2.3.4 Pengenalan Buah Naga

Buah naga termasuk kelompok


tanaman kaktus atau family Cactaceae dan
subfamily Hilocereanea. Termasuk genus
Hylocereus yang terdiri dari beberapa
spesies, dan diantaranya adalah buah naga
yang biasa dibudidayakan dan benilai
komersial.

Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut :

Devisi : Spermatopyta (tumbuhan berbiji)

Sub Devisi : Spermatopyta (tumbuhan berbiji)

Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)

Ordo : Cactales

Family : Cactaceae

Genus : Hylocereus

Spesies : 1. Hylocereus undatus (daging putih)

2. Hylocereus polyrhizus (daging merah)

3. Hylocereus costaricensis (daging merah super)

4. Selenicereus megalanthus (kulit kuning, tanpa sisik)

24
2.3.5 Morfologi Buah Naga

Tanaman buah naga merupakan jenis tanaman memanjat di habitat aslinya


tanaman ini memanjat tanaman lainnya untuk menompang dan bersifat epifit masih
bias hidup meskipun akarnya ditanah dicabut karena masih bias memperoleh
makanan dari udara melalui akar yang tumbuh dibatangnya. Secara morfologis
tanaman ini termasuk tanaman tidak lengkap karena tiadak memiliki daun.

Berikut ini penjelasan lebih lanjut morfologi tanaman buah naga dari akar, batang
dan cabang, bunga, bauh dan biji.

1) Akar

Akar tumbuhan buah naga tidak hanya tumbuh di pangkal batang di dalam
tanah tetapi juga pada celah – celah batang, yang berfungsi sebagai pelekat
sehingga tumbuhan dapat melekat atau memanjat tumbuhan lain atau pada tiang
penyangga. Akar melekat ini dapat juga disebut akar udara atau akar gantung yang
memungkinkan tumbuhan tetap dapat hidup tanpa tanah atau hidup sebagai epifit
(Winarsih, 2007).

Perakaran tanaman buah naga sangat tahan dengan kekeringan dan tidak
tahan genagan yang cukup lama. Kalau tanaman ini dicabut dari tanah, ia masih
hidup terus sebagai tanaman epifit karena menyerap air dan mineral melalui akar
udara yang ada pada batangnya (Daniel Kristatnto, 2009) Perakaran bersifat epifit,
merambat dan menempel pada tanaman lain. Dalam pembudidayaannya, dibuat
tiang penompang untuk merambatkan batang tanaman buah naga ini.

Perakaran buah naga tahan terhadap kekeringan tetapi tidak tahan dalam
genangan air yang terlalu lama. Meskipun akar dicabut dari tanah, masih bias hidup
dengan menyerap makanan dan air dari akar udara yang tumbuh dari batangnya.
Perakaran buah naga dikatakan dangkal, saat menjelang produksi hanya mencapai
kedalaman 50 – 60 cm, mengikuti perpanjangan batang berwarna coklat yang
didalam tanah. Hal inilah yang bias digunakan sebagai tolak ukur dalam
pemupukan. Supaya pertumbuhan akar normal dan baik memerlukan derajat
keasaman tanah pada kondisi ideal yaitu pH 7. Apabila pH tanah dibawah 5,
pertumbuhan tanaman akan menjadi lambat dan menjadi kerdil. Dalam
pembudidayaannya pH tanah harus diketahui sebelum maupun sesudah tanaman

25
ditanam, karena perakaran merupakan factor penting untuk menyerap hara yang
ada di dalam tanah.

2) Batang dan cabang

Batang buah naga mengandung air dalam bentuk lendir dan belapiskan lilin
bila sudah dewasa. Warnanya hijau kebiru – biruan atau ungu. Batang tersebut
berukuran panjang dan bentuknya siku atau segi tiga. Batang dan cabang ini juga
befungsi sebagai daun dalam proses asimilasi. Itulah sebabnya batang dan
cabangnya berwarna hijau. Batang dan cabang mengandung cambium yang
berfungsi untuk pertumbuhan tanaman. (Daniel Kristanto, 2009). Batang buah naga
berwarna hijau kebiru – biruan atau keunguan. Batang tersebut berbentuk siku atau
segitiga dan mengandung air dalam bentuk lender berlapiskan lilin bila sudah
dewasa.

Dari batang ini butuh cabang yang bentuk dan warnanya sama dengan
batang dan befungsi sebagai daun untuk proses asimilasi dan mengandung
cambium yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman. Pada batang dan cabang
tanaman ini tumbuh duri – duri yang keras dan pendek. Letak duri pada tepi siku –
siku batang maupun cabang dan terdiri 4 – 5 buah duri setiap titik tumbuh.

3) Bunga

Bunga tanaman buah naga berbentuk seperti terompet, mahkota bunga


bagian luar berwarna krem dan mahkota bunga bagian dalam berwarna putih bersih
sehingga pada saat bunga mekar tampak mahkota bunga berwarna krem bercampur
putih. Bunga memiliki sejumlah benang sari (sel kelamin jantan) yang berwarna
kuning, bunga buah naga tergolong bunga hemaprodit, yaitu dalam satu bunga
terdapat benang sari (sel kelamin jantan) dan putik (sel kelamin betina). Bunga
muncul atau tumbuh di sepanjang batang di bagian punggung sirip yang berduri.
Sehingga dengan demikian, pada satu ruas batang tumbuh bunga yang berjumlah
banyak dan tangkai bunga yang sangat pendek (Cahyono, 2009). Bunga buah naga
berbentuk corong memanjang berukuran sekitar 30 cm dan akan mulai mekar di
sore hari dan akan mekar sempurna pada malam hari. Setelah mekar warna
mahkota bunga bagian dalam putih bersih dan didalamnya terdapat benang sari
berwarna kuning dan akan mengeluarkan bau yang harum.

4) Buah
26
Buah naga tergolong buah yang berdaging dan berair, bentuk buah bulat
agak memanjang atau bulat agak lonjong . Kulit buah ada yang berwarna merah
menyala, merah gelap dan kuning, tergantung dari jenisnya. Kulit buah agak tebal,
yaitu sekitar 3 mm – 4 mm. Disekujur kulitnya dihiasi dengan jumbai – jumbai
menyerupai sisik – sisik ular naga. Oleh karena itu buahnya disebut buah naga.
Berat buah beragam berkisar antara 80 – 500 gram, tergantung dari jenisnya.

Daging buah berserat sangat halus dan di dalam daging buah bertebaran biji
– biji hitam yang sangat banyak dan berukuran sangat kecil. Daging buah ada yang
berwarna merah, putih, dan hitam, terganting dari jenisnya. Daging buah bertekstur
lunak dan rasanya manis sedikit masam. (Cahyono, 2009). Buah berbentuk bulat
panjang dan biasanya terlatak mendekati ujung cabang atau batang. Pada batang
atau cabang biasanya lebih dari satu dan terkadang berdekatan. Kulit buah tebal
sekitar 1 – 2 cm dan pada permukaan kulit buah terdapat sirip atau jumbai
berukuran sekitar 2 cm.

5) Biji

Biji buah naga sangat banyak dan tersebar di dalam daging buah. Bijinya
kecil – kecil seperti biji selasih. Biji buah naga dapat langsung dimakan tanpa
mengaggu kesehatan. Biji buah naga dapat dikecambahkan untuk benih (Wanarsih,
2007). perbanyakan tanaman secara generative, tetapi cara ini jarang dilakukan
karena memerlukan waktu lama sampai berproduksi. Biasanya biji digunakan para
peneliti untuk memunculkan varitas baru. Setiap buah mengandung lebih 1000 biji.

2.3.6 Karakteristik Pertumbuhan Buah Naga

 Iklim

Buah naga dapat tumbuh subur pada daerah yang mendapatkan sinar matahari
tinggi. Tanamana ini tergolong tanaman gurun yang tahan terhadap kekeringan dan
membutuhkan sinar matahari yang tinggi. Indonesia sebagai Negara beriklim tropis
sangat cocok untuk mengembangkan tanaman buah naga. (Rahayu, 2014).
Ketinggian tempat untuk pembudidayaan buah naga merah dan putih yaitu dataran
rendah sampai medium yang berkisar 0 m – 500 m dari permukaan laut, yang ideal
adalah kurang dari 400 m dpl. Di daerah pada ketinggian di atas 500 m dpl, buah
naga merah dan putih masih dapat tumbuh dengan baik dan berbuah, namun
buahnya tidak lebat dan rasa buah kurang manis. Untuk buah naga kuning,
27
ketinggian tempat yang cocok untuk pertumbuhan dan berproduksinya adalah di
atas 800 m dpl (Warisno dan Dahana, 2010). Pertumbuhan dan perkembangan
tanaman ini akan lebih baik bila ditanam di daerah dataran rendah antara 0-350 m
dpl. Suhu udara yang ideal bagi tanaman ini antara 26o C-36o C dan kelembaban
70-90% (Gunasena,et al., 2006).

 Tanah

Tanaman buah naga menyukai kondisi tanah yang gembur, berporous, banyak
mengandung bahan organik, banyak mengandung unsure hara, dan pH tanah 6,5-7.
Media tanaman harus memiliki kandungan air yang cukup tersedia, karena tanaman
ini peka terhadap kekeringan atau cukup rakus air, namun akan busuk apabilah
kelebihan air (Rahayu, 2014). Struktur tanah yang gembur juga meningkatkan
drainase tanah sehingga dapat mencegah genangan air. Jika drainase tanah baik,
maka seluruh kehidupan yang berada di dalam tanah berjalan dengan baik dan
tanaman dapat tumbuh dengan subur dan berproduksi baik. Tanaman buah naga
tidak tahan terhadap air yang menggenang lama karena dapat menyebabkan
perakaran dan batang membusuk. Di samping itu, bila tanaman sedang berbunga
atau berbuah, maka keadaaan air yang menggenang dan berlebihan dapat
menyebabkan rontoknya semua bunga dan buah (Renasari, 2010).

Bahan organik yang digunakan harus benar-benar matang. Bahan organik ini
berfungsi untuk menjaga kelembapan, menyangga kation dan aktivitas
mikroorganisme, serta menyediakan hara. Beberapa bahan organik yang dapat
digunakan antara lain kompos, pupuk kandang, dan sekam. Selain bahan organik,
media pun perlu dicampur dengan bahan anorganik untuk memperlancar aerasi dan
drainase serta mempertahankan dan mengubah sifat fisik media. Contoh bahan
anorganik antara lain pasir dan bubuk batu bata merah (Warisno dan Dahana,
2010).

2.3.7 Pembibitan Buah Naga

 Stek Tanaman
Setek adalah salah satu cara pembiakan vegetatif yang paling umum
digunakan. Penyetekan didefinisikan sebagai cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman
untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru (Hartman,et al.,2002).

28
Perkembangbiakan dengan cara setek diharapkan dapat menjamin sifat-sifat
yang sama dengan induknya, dan waktu berbuah relatif lebih pendek. Perbanyakan
dengan cara setek dapat memperoleh sifat seperti induknya. Sifat ini meliputi
ketahanan terhadap serangan penyakit, rasa buah, dan sebagainya (Shofiana,et al.,
2013).
Tanaman buah naga dapat diperbanyak dengan menggunakan biji maupun
setek. Petani umumnya lebih memilih memperbanyak dengan setek karena
menghasilkan bibit dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan biji.
Penyetekan merupakan cara pembiakan tanaman dengan menggunakan
bagianbagian vegetatif yang dipisahkan dari induknya, yang apabila ditanam pada
kondisi menguntungkan akan berkembang menjadi tanaman sempurna dengan sifat
yang sama dengan pohon induk (Febriana, 2009). Pertumbuhan setek dipengaruhi
oleh interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan (Hartmann,et al., 1997).
Faktor genetik meliputi kandungan cadangan makanan dalam jaringan
setek, dan jenis tanaman. Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan
penyetekan antara lain media perakaran, kelembaban, suhu, intensitas cahaya dan
teknik penyetekan (Danu,et al., 2011).
Bibit asal cabang harus berasal dari tanaman sehat, tumbuh normal dan
telah berbuah. Bibit yang baik berbatang lebih keras hingga lebih tahan penyakit.
Standar bibit yang baik berukuran 20 – 30 cm agar berpotensi memiliki cabang
yang lebih banyak, cepat besar dan produksi tinggi. Mengingat kebutuhan bibit
yang begitu besar dan dalam batas waktu yang cukup singkat, sedangkan pohon
induk yang terpilih tersebut jumlahnya terbatas, maka perlu diusahakan
penggunaan bahan setek seefisien mungkin (Nurfadilah,et al., 2012). Apabila setek
diambil dari batang muda dan belum pernah berbuah atau setek susulan akan
mengakibatkan pertumbuhannya kurang cepat dan umur produksinya tidak lama.
Kualitas bibit dipengaruhi oleh umur tanaman dan diameter batang. Semakin besar
diameter batang maka daya tahannya terhadap penyakit semakin kuat (Renasari,
2010).

29
BAB III
PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

3.1 Uraian Umum Pelaku Kegiatan

Berdasarkan macam aktivitas yang dilakukan di resort, pelaku pada bangunan


resort dibedakan menjadi 4, yaitu :

1. Tamu yang menginap atau disebut tamu atau wisatawan


Orang yang datang ke resort sebagai pengguna jasa penginapan dan fasilitas-fasilitas
yang disediakan. Menurut asalnya terdapat 3 jenis tamu atau wisatawan, yaitu :
a. Tamu lokal, adalah tamu yang berasal dari kabupaten Pati
b. Tamu domestik, adalah tamu yang merupakan warga negara Indonesia dan berasal
dari luar Kabupaten Pati
c. Tamu mancanegara, adalah tamu yang berasal dari luar negeri dan masuk ke
Indonesia.
2. Tamu yang tidak menginap atau pengunjung
Orang yang datang ke resort untuk menggunakan fasilitas rekreasi dan fasilitas public
lain yang tersedia pada resort, tanpa melakukan aktivitas menginap. Menurut asalnya
pengunjung juga dibagi 3, yaitu pengunjung lokal, pengunjung domestik dan
pengunjung mancanegara.
3. Pengelola
Orang yang mengatur berjalannya resort
a. Manajer Utama
b. Sekretaris
c. Bagian Keuangan
d. Bagian Personalia
e. Bagian Pemasaran
f. Bagian Pengadaan Barang
4. Pegawai
Orang yang datang ke resort untuk bekerja dengan memberikan pelayanan kepada
tamu dan pengunjung.
a. Pegawai Front Office
1) Resepsionis dan Informasi
2) Petugas reservasi dan pembayaran
3) Bellboy
30
b. Pegawai Tata Graha
1) Cleaning service
2) House keeping/room service
3) Tukang kebun
c. Pegawai Private Dining, Restoran dan Bar
1) Koki restoran
2) Pramusaji
3) Kasir restoran
4) Barista
5) Tukang cuci
d. Pegawai Fasilitas Komersial
1) Petugas ruang serbaguna
2) Pegawai biro perjalanan
3) Penjaga toko oleh-oleh
4) Operator ruang konektivitas (Internet, Fax dan Telepon)
e. Pegawai Fasilitas Rekreasi dan Olahraga
1) Operator kolam renang
2) Petugas spa
3) Terapis spa
4) Petugas pengawas fasilitas rekreasi
f. Pegawai Utilitas
1) Petugas Mekanikal Elektrikal
2) Petugas Genset
g. Pegawai Keamanan
1) Satpam
2) Petugas Parkir
3) Petugas CCTV

3.2 Uraian Kebutuhan Ruang


No. Jenis Ruang Kebutuhan Ruang
1. Utama  Lobby
 Resepsionis
 Kamar
 Parkir

31
2. Pengelola dan Pegawai  Ruang kerja
 Ruang karyawan
 Ruang ganti karyawan

3. Penunjang  Lavatory
 Musholla
 Janitor
 Ruang laundry
 Restoran
 Gudang penyimpanan
makanan
 Dapur
 Bar
 Ruang serbaguna
 Kolam renang
 Ruang refleksi
 Taman bermain anak
 Jogging track

4. Utilitas  Ruang genset


 Ruang mekanikal
 Ruang pompa air

5. Keamanan  Pos jaga


 Ruang CCTV

3.3 Pendekatan Pelaku dan Kebutuhan Ruang

3.3.1 Identifikasi Kegiatan Utama Tamu dan Pengunjung

No Pelaku Jumlah Bentuk Kegiatan Kebutuhan


. Pelaku Ruang
(orang)
1. Tamu ± 125  Menginap  Enterance
 Menikmati fasilitas rekreasi  Lobby
 Kamar

32
 Fasilitas resort
 Lavatory
 Musholla
2 Pengunjung ± 30  Berkunjung  Enterance
 Menikmati fasilitas rekreasi  Lobby
 Fasilitas resort
 Lavatory
 Musholla

3.3.2 Identifikasi Kegiatan Pengelola


No Pelaku Jumlah Bentuk Kegiatan Kebutuhan
. Pelaku Ruang
(orang)
1. Manager 1  Mengurus dan mengawasi  Ruang kerja pribadi
Utama jalannya kegiatan  Lavatory
 Musholla
2 Sekretaris 1  Membuat laporan  Ruang kerja
 Mengatur jadwal manajer  Lavatory
 Musholla
3 Bagian 2  Mengatur keuangan  Ruang kerja
Keuangan pemasukan dan pengeluaran  Lavatory
usaha resort  Musholla
4 Bagian 1  Mengatur pekerjaan dan  Ruang kerja
Personalia bekerjanya pegawai pada  Lavatory
hotel resort  Musholla
5 Bagian 1  Membuat laporan  Ruang kerja
Pemasaran  Lavatory
 Musholla
6 Bagian 1  Membuat laporan  Ruang kerja
Pengadaan  Mengatur pembelian barang  Lavatory
Barang dan barang-barang yang  Musholla
masuk keluar hotel resor

33
3.3.3 Identifikasi Kegiatan Pegawai
No Pelaku Jumlah Bentuk Kegiatan Kebutuhan
. Pelaku Ruang
(orang)
Pegawai Front Office

1. Resepsionis 1  Menerima tamu dan  Loby


dan Informasi memberikan informasi  Meja receptionist
 Ruang ganti
 Lavatory
 Musholla
2 Reservasi dan 1  Menerima pemesanan kamar,  Ruang reservasi
Pembayaran membuat tagihan dan  Ruang ganti
menerima pembayaran  Lavatory
 Musholla
3 Bellboy 2  Mengantar tamu dan  Ruang karyawan
membawa barang bawaan dan ruang ganti
 Lavatory
 Musholla
Pegawai Tata Graha
1 Cleaning 3  Menjaga kebersihan kerapihan  Ruang karyawan
service dan keindahan area publik dan ruang ganti
resort  Janitor
 Lavatory
 Musholla
2 House 7  Menjaga kebersihan,  Ruang karyawan
keeping/room kerapihan dan keindahan area dan ruang ganti
service hunian hotel resor serta  Ruang laundry
melayani kebutuhan tamu  Janitor
hotel  Lavatory
 Musholla
3 Tukang kebun 2  Memelihara tanaman di dalam  Ruang karyawan
maupun di luar dan ruang ganti
 janitor

34
 Lavatory
 Musholla

Pegawai Restoran dan Bar


1 Koki 8  Mengatur masakan yang akan  Ruang karyawan
dimasak serta menentukan dan ruang ganti
menu, pembagian tugas dan  Dapur kotor dan
penyajian bersih
 Memasak makanan dan  Ruang
minuman bagi pengunjung penyimpanan
restoran makanan kering
dan basah
 Gudang
penyimpanan alat
masak
 Lavatory
 Musholla
2 Pramusaji 3  Mengantarkan makanan,  Restoran
membersihkan meja  Ruang karyawan
dan ruang ganti
 Dapur
 Lavatory
 Musholla
3 Kasir 1  Membuat tagihan  Meja kasir
 Menerima pembayaran  Ruang karyawan
dan ruang ganti
 Lavatory
 Musholla
4 Barista 2  Membuat minuman di bar  Bar
 Ruang karyawan
dan ruang ganti
 Lavatory
 Musholla

35
5 Tukang cuci 2  Mencuci piring kotor  Tempat cuci piring
piring  Ruang karyawan
dan ruang ganti
 Lavatory
 Musholla
Pegawai Fasilitas Komersial
1 Supervisor 1  Mengatur persiapan  Ruang serbaguna
ruang penggunaan ruang dan setting  Ruang karyawan
serbaguna ruang tergantung kebutuhan dan ruang ganti
acara  Toilet
 Musholla
2 Petugas biro 2  Melayani permintaan  Ruang karyawan
perjalanan kebutuhan perjalanan dan ruang ganti
 Lavatory
 Musholla
3 Penjaga toko 2  Menjaga dan melayani orang  Toko
Oleh-oleh yang datang ke toko oleh-oleh  Ruang karyawan
seperti olahan kopi dan buah dan ruang ganti
naga  Lavatory
 Musholla
Pegawai Fasilitas Rekreasi dan Olahraga
1 Operator 1  Menjaga keamanan kolam  Kolam renang
kolam renang renang dan mengecek  Ruang ganti
kesiapan dan kelayakan kolam  Toilet dan ruang
untuk digunakan ganti tamu
 Musholla
2 Operator 1  Menjaga kesiapan dan  Ruang Fitness
fitness centre kelayakan perlatan fiteness  Ruang ganti
centre serta siap menjadi  Lavatory
instruktur jika diminta  Musholla
3 Petugas 1  Menerima dan mengatur  Meja reservasi
reservasi pijat pesanan pijat dan refleksi,  Ruang tunggu
dan refleksi serta mengatur penjadwalan  Ruang ganti

36
serta spa  Loker
 Lavatory
 Musholla
4 Terapis pijat 5  Memberikan pelayanan pijat  Ruang pijat dan
dan refleksi dan refleksi refleksi
serta spa  Ruang spa
 Ruang ganti
 Loker
 Lavatory
 Musholla
Pegawai Utilitas
1 Petugas 2  Melakukan perawatan dan  Ruang mekanikal
mekanikal perbaikan terhadap peralatan  Ruang karyawan
elektrikal mekanikal elektrikal dan ruang ganti
 Lavatory
 Musholla
Pegawai Keamanan
1 Satpam 2  Menjaga keamanan hotel  Pos jaga
resor  Ruang karyawan
dan ruang ganti
 Lavatory
 Musholla
2 Petugas CCTV 1  Mengawasi kegiatan pada  Ruang kerja CCTV
hotel resor melalui kamera  Ruang karyawan
CCTV dan ruang ganti
 Lavatory
 Musholla

3.4 Pendekatan Standart Besaran Ruang


3.4.1 Area ruang utama
1. Tempat Parkir

Kendaraan Ukuran Jumlah Total

37
Motor 0,75m x 2,25 m 60 101,25 m2
Bus 11,92m x 2,5m 2 59,6 m2
Mobil 2,5m x 5,0 m 40 500,00 m2
Jumlah 660,85 m2
Ruang gerak (100%) 660,85 m2
Total ± 1.321,7 m2

Pembulatan ±1.330 m2
Sumber : Neufert (2002)

2. Lobby

Kebutuhan Perabot Ukuran (m) Jumlah Total


Meja resepsionis 2,0 x 0,62 1 1,24 m2
Kursi 0,6x 0,65 2 0,78m2
Sofa 2,00 x 0,80 4 6,40 m2
Meja 0,40 x 1,00 2 0,80 m2
Rak majalah 0,60 x 0,60 1 0,36 m2
Jumlah 9,58 m²
Ruang Gerak 500 % 47,90 m²
Total 57,48 m²
Dibulatkan ±60,0 m²
Sumber : Neufert (2002)

3. Kamar
a. Kamar Type Superior (@1 Kamar 12 Single Bed)

Kebutuhan Perabot Ukuran (m) Jumlah Total


Tempat tidur 2,0 x 0,90 12 21,60 m2
Toilet 1,50 x 1,50 1 2,25 m2
Meja 0,40 x 1,00 4 1,60 m2
Lemari 1,25 x 0,60 2 1,50 m2
Jumlah 26,95 m²
Ruang Gerak 150 % 40,425 m²
Total 67,375 m²

38
Dibulatkan ±70 m²
Total Kamar @2 ±140 m²
Sumber : Neufert (1996) dan Neufert (2002)

b. Kamar Type Double A

Kebutuhan Perabot Ukuran (m) Jumlah Total


Tempat tidur 2,0 x 2,00 1 4,00 m2
Toilet 1,50 x 1,50 1 2,25 m2
Kursi 0,6 x 0,65 1 0,39m2
Meja 0,6 x 0,80 1 0,48 m2
Lemari 1,25 x 0,60 1 0,75 m2
Jumlah 7,87 m²
Ruang Gerak 150 % 11,805 m²
Total 19,675 m²
Dibulatkan ±20 m²
Total Kamar @6 ±120 m²
Sumber : Neufert (1996) dan Neufert (2002)

c. Kamar Type Double B

Kebutuhan Perabot Ukuran (m) Jumlah Total


Tempat tidur 2,0 x 2,00 1 4,00 m2
Toilet 1,50 x 1,50 1 2,25 m2
Kursi 0,6 x 0,65 1 0,39m2
Meja 0,6 x 0,80 1 0,48 m2
Lemari 1,25 x 0,60 1 0,75 m2
Dapur bersih 2,0 x 0,60 1 1,20 m2
Jumlah 9,07 m²
Ruang Gerak 150 % 13,605 m²
Total 22,675 m²
Dibulatkan ±22 m²
Total Kamar @7 ±154 m²
Sumber : Neufert (1996) dan Neufert (2002)

d. Kamar Type Family Triple A


39
Kebutuhan Perabot Ukuran (m) Jumlah Total
Tempat tidur single 2,0 x 0,90 1 1,80 m2
Tempat tidur double 2,0 x 2,00 1 4,00 m2
Toilet 1,50 x 1,50 1 2,25 m2
Kursi 0,6 x 0,65 1 0,39m2
Meja 0,6 x 0,80 1 0,48 m2
Lemari 1,25 x 0,60 1 0,75 m2
Jumlah 9,67 m²
Ruang Gerak 200 % 19,34 m²
Total 29,01 m²
Dibulatkan ±30 m²
Total Kamar @15 ±450 m²
Sumber : Neufert (1996) dan Neufert (2002)

e. Kamar Type Family Triple B

Kebutuhan Perabot Ukuran (m) Jumlah Total


Tempat tidur single 2,0 x 0,90 1 1,80 m2
Tempat tidur double 2,0 x 2,00 1 4,00 m2
Toilet 1,50 x 1,50 1 2,25 m2
Kursi 0,6 x 0,65 1 0,39m2
Meja 0,6 x 0,80 1 0,48 m2
Lemari 1,25 x 0,60 1 0,75 m2
Dapur bersih 2,0 x 0,60 1 1,20 m2
Jumlah 10,87 m²
Ruang Gerak 200 % 21,74 m²
Total 32,61 m²
Dibulatkan ±32 m²
Total Kamar @10 ±320 m²
Sumber : Neufert (1996) dan Neufert (2002)

3.4.2 Area ruang pengelola


1. Ruang Manager

KebutuhanPerabot Ukuran (m) Jumlah Total

40
1 set meja dan kursi kerja 1,45 x 1,4 1 2,03 m2
Kursi client 0,4 x 0,55 2 0,44m2
Lemari arsip 0,60 x 0,40 2 0,48m2
1 set meja dan kursi tamu 2,0 x 1,6 1 2,4 m²
Jumlah 5,35 m²
RuangGerak 200 % 10,7 m²
Total 16,05 m²
Dibulatkan ±16,0 m²
Sumber : Neufert (1996) dan Neufert (2002)

2. Ruang Sekretaris

KebutuhanPerabot Ukuran (m) Jumlah Total


1 set meja dan kursi kerja 1,45 x 1,4 1 2,03 m2
Lemari arsip 0,60 x 0,40 1 0,24m2
Jumlah 2,27 m²
RuangGerak 200 % 4,54 m²
Total 6,81 m²
Dibulatkan ±7,0 m²
Sumber : Neufert (2002)
3. Ruang Bagian Keuangan

KebutuhanPerabot Ukuran (m) Jumlah Total


1 set meja dan kursi kerja 1,45 x 1,4 2 4,06 m2
Lemari arsip 0,60 x 0,40 2 0,48m2
Jumlah 4,54 m²
RuangGerak 200 % 9,08 m²
Total 13,62 m²
Dibulatkan ±15 m²
Sumber : Neufert (2002)
4. Ruang Bagian Personalia

KebutuhanPerabot Ukuran (m) Jumlah Total


1 set meja dan kursi kerja 1,45 x 1,4 2 4,06 m2
Lemari arsip 0,60 x 0,40 2 0,48m2
Jumlah 4,54 m²

41
RuangGerak 200 % 9,08 m²
Total 13,62 m²
Dibulatkan ±15 m²
Sumber : Neufert (2002)
5. Ruang Bagian Pemasaran

KebutuhanPerabot Ukuran (m) Jumlah Total


1 set meja dan kursi kerja 1,45 x 1,4 2 4,06 m2
Lemari arsip 0,60 x 0,40 2 0,48m2
Jumlah 4,54 m²
RuangGerak 200 % 9,08 m²
Total 13,62 m²
Dibulatkan ±15 m²
Sumber : Neufert (2002)
6. Ruang Bagian Pengadaan Barang

KebutuhanPerabot Ukuran (m) Jumlah Total


1 set meja dan kursi kerja 1,45 x 1,4 2 4,06 m2
Lemari arsip 0,60 x 0,40 2 0,48m2
Jumlah 4,54 m²
RuangGerak 200 % 9,08 m²
Total 13,62 m²
Dibulatkan ±15 m²
Sumber : Neufert (2002)
7. Ruang Ganti Karyawan

KebutuhanPerabot Ukuran (m) Jumlah Total


Loker penyimpanan 1,20 x 0,5 4 2,40 m²
Kursi tunggu 1,6 x 0,7 1 1,12m²
Meja 0,50 x 0,50 1 0,25
Jumlah 3,77 m²
RuangGerak 200 % 7,54 m²
Total 11,31 m²
Dibulatkan ±12 m²
Sumber : Neufert (1996) dan Neufert (2002)

42
3.4.3 Area ruang penunjang
1. Lavatory Wanita

Kebutuhan Perabot Ukuran (m) Jumlah Total


Wastafel 0,3 x 0,4 4 0,48 m²
Kloset 0,4 x 0,7 4 1,12 m²
Jumlah 1,60 m²
RuangGerak 200 % 3,60 m²
Total 5,20 m²
Dibulatkan ±6 m²
Total Lavatory @2 ±12 m²
Sumber : Neufert (1996)

2. Lavatory Laki-laki

Kebutuhan Perabot Ukuran (m) Jumlah Total


Wastafel 0,3 x 0,4 4 0,48 m²
Kloset 0,4 x 0,7 2 0,56 m²
Urinoir 0,4 x 0,4 3 0,48 m²
Jumlah 1,52 m²
RuangGerak 250 % 3,80 m²
Total 5,32 m²
Dibulatkan ±6 m²
Total Lavatory @2 ±12 m²
Sumber : Neufert (1996)

3. Janitor

KebutuhanPerabot Ukuran (m) Jumlah Total


Tempat Alat kebersihan 0,8m x 0,8m 1 0,64 m2
Jumlah 0,64 m²
Ruang gerak 300% 2,4 m²
Total ± 3,00 m2
Dibulatkan ±3,00 m2
Total Lavatory @2 ±6 m²
Sumber : Neufert (2002)
43
4. Ruang Laundry

Kebutuhan Perabot Ukuran (m) Jumlah Total


Ruang laundry 8,5 x 7,65 1 65,03 m2
Rak baju 2,00 x 5,00 1 10,00 m2
Jumlah 75,03 m2
Ruang gerak 50% 37,515 m²
Total ± 112,545 m2
Dibulatkan ±110,00 m2
Sumber : Time Saver Standard For Building Type

5. Musholla

Kebutuhan Perabot Ukuran (m) Jumlah Total


Sajadah 0,65 x 1,10 20 14,30 m2
Rak mukenah 0,4 x 0,8 1 0,32 m2
Area Wudhu 1,0 x 1,5 1 1,50 m2
Jumlah 16,12 m²
Ruang gerak 100% 16,12 m²
Total ± 32,24 m2
Dibulatkan ±32,00 m2
Sumber : Survey

6. Dapur

Kebutuhan Perabot Ukuran (m) Jumlah Total


Pencucian pecah belah 3,0 x 5,0 1 15,00 m2
dan rak
Persiapan buah & 3,0 x 3,0 1 9,00 m2
sayuran
Persiapan daging 3,0 x 3,0 1 9,00 m2
Tempat memasak 3,0 x 5,0 1 15,00 m2
Ruang pendinginan 2,0 x 3,0 1 6,00 m2
Jumlah 54,00 m²
Ruang gerak 100% 54,00 m²
Total ± 108,00 m2
Dibulatkan ±100,00 m2
44
Sumber : Neufert (2002)

7. Restoran

Kebutuhan Perabot Ukuran (m) Jumlah Total


4 kursi 1 meja lingkar 1,25 x 1,57 20 39,25 m2
4 kursi 1 meja persegi 1,25 x 1,70 20 42,50 m2
panjang
6 kursi 1 meja persegi 1,87 x 1,70 10 31,79 m2
panjang
Kasir 1,20 x 0,8 1 0,96 m2
Bar 1,45 x 2,00 1 2,90 m2
Jumlah 117,40 m²
Ruang gerak 300% 350,20 m²
Total ± 469,60 m2
Dibulatkan ±470 m2
Sumber : Neufert (1996) dan Neufert (2002)

8. Kolam Renang

Kebutuhan Perabot Ukuran (m) Jumlah Total


Kolam untuk bukan 8 x 12, 50 1 200 m2
Perenang
Kolam untuk 16 x 25 1 400 m2
Perenang
Area ganti 4 x 11 1 44,00 m2
Tempat mandi dengan 0, 95 x 0,80 10 7,60 m2
dinding pemisah
Lavatory (Lk & Pr) 3,00 x 4,00 1 12,00 m2
Jumlah 771,6 m²
Ruang gerak 30% 231,48 m²
Total ± 1,003,08 m2
Dibulatkan ±1.000 m2
Sumber : Survey

8. Ruang Spa

45
Kebutuhan Perabot Ukuran (m) Jumlah Total
Ranjang treatment 2,00 x 0,78 1 1,56 m2
Meja 0,50 x 0,50 1 0,25 m²
Rak 0,30 x 0,37 1 0,11 m2
Wastafel 0,58 x 0,45 1 0,26 m2
Bathup 1,70 x 0,8 1 1,36 m2
Jumlah 3,54 m²
Ruang gerak 200% 7,08 m²
Total ± 10,62 m2
Dibulatkan ±12 m2
Total ruang spa 5 laki-laki ±180 m2
10 wanita
Sumber : Survey Susan spa

9. Ruang Serbaguna

Kebutuhan Perabot Ukuran (m) Jumlah Total


Kursi 0,40 x 0,40 500 80,00 m2
Meja 0,60 x 0,80 50 24,00 m²
Lavatory (Lk & Pr) 3,00 x 4,00 1 12,00 m2
Jumlah 116,00 m²
Ruang gerak 300% 348,00 m²
Total ± 464,00 m2
Dibulatkan ±470 m2
Sumber : Referensi

10. Toko

Kebutuhan Perabot Ukuran (m) Jumlah Total


Kasir 1,20 x 0.8 1 0,96 m2
Rak penjualan 1,20 x 0,60 30 21,6 m²
Jumlah 22,56 m²
Ruang gerak 300% 67,68 m²
Total ± 90,24 m2
Dibulatkan ±90 m2
Sumber : Survey

46
11. Lapangan

Kebutuhan Perabot Ukuran (m) Jumlah Total


Lapangan bermain anak 8,0 x 5,0 1 40 m2
Camping area 20 x 40 1 800 m²
Jumlah 840 m²
Ruang gerak 10% 84 m²
Total 924 m²
Dibulatkan ±900 m²
Sumber : Neufert (2002)

12. Post satpam

KebutuhanPerabot Ukuran (m) Jumlah Total


Meja dan kursi 1,45 x 1,44 m 1 2,088 m2
Jumlah 2,088 m²
Ruang gerak 100% 2,088 m²
Total ± 4,176 m2
Dibulatkan ±4,00 m2
Sumber : Neufert (2002)

13. Mekanikal Elektrikal

Mekanikal Elektrikal Ukuran Jumlah Total


Ruang genset 6,00 x 6,00 m 1 36,00 m2
Ruang Trafo 3,00 x 3,00 m 1 9,00 m2
Ruang Pompa air 3,00 x 3,00 m 1 9,00 m2
Jumlah 54,00 m2
Ruang gerak (50%) 27,00 m2
Total ±81 m2
Pembulatan ±80 m2
Sumber : Asumsi

47
3.5 Hubungan Antar Ruang

Area
Musholla Pengelola

Area
Berenang Area R.
Hunian Housekeeping

Area Area
Outdoor R. Laundry
Bermain Lapangan
Garden

R. Cleaning
Area Restoran Lobby service
& Bar

R. Karyawan
Toko oleh-oleh Main
Enterance
R. ME

Tempat

Parkir

Gerbang

48
BAB IV
REKAPITULASI BESARAN RUANG

4.1 Tabel Rekapitulasi Studi Besaran Ruang


Jumlah
No Ruang Kapasitas Luas Ruang Jumlah
Ruangan

KEBUTUHAN RUANG UTAMA


Motor 60
1. Tempat Parkir Mobil 40 - ± 1.330 m2 ± 1.330 m2
Bus 2
2 Lobby - 1 ± 60 m2 ± 60 m2
3 Kamar type superior 12 orang 2 ± 70 m2 ± 140 m2
Kamar type double
4 2 orang 6 ± 20 m2 ± 120 m2
A
5 Kamar type double B 2 orang 7 ± 22 m2 ± 154 m2
Kamar type family
6 3 orang 15 ± 30 m2 ± 450 m2
triple A
Kamar type family
7 3 orang 10 ± 32 m2 ± 320 m2
triple B
Total ± 2.574 m2

KEBUTUHAN RUANG PENGELOLA DAN PEGAWAI


1 Ruang manager 1 orang 1 ± 16 m2 ± 16 m2
2 Ruang sekretaris 1 orang 1 ± 7 m2 ± 7 m2
3 Bagian keuangan 2 orang 1 ± 15 m2 ± 15 m2
4 Bagian personalia 1 orang 1 ± 15 m2 ± 15 m2
5 Bagian pemasaran 1 orang 1 ± 15 m2 ± 15 m2
Bagian pengadaan
6 1 orang 1 ± 15 m2 ± 15 m2
barang
Ruang ganti
7 1 ± 12 m2 ± 12 m2
karyawan
Total ± 95 m2

49
KEBUTUHAN RUANG PENUNJANG
1 Lavatory wanita 2 ± 6 m2 ± 12 m2
2 Lavatory laki-laki 2 ± 6 m2 ± 12 m2
3 Janitor 2 ± 3 m2 ± 6 m2
4 Ruang laundry 1 ± 110 m2 ± 110 m2
5 Musholla 1 ± 32 m2 ± 32 m2
6 Dapur 1 ± 100 m2 ± 100 m2
7 Restoran dan Bar 1 ± 470 m2 ± 470 m2
8 Kolam renang 1 ± 1000 m2 ± 1000 m2
9 Ruang spa 15 orang 1 ± 180 m2 ± 180 m2
10 Ruang serbaguna 500 orang 1 ±470 m2 ± 470 m2
11 Toko 1 ±90 m2 ±90 m2
12 Lapangan 1 ± 900 m2 ± 900 m2
13 Pos satpam 1 ± 4 m2 ± 4 m2
14 Ruang ME 1 ± 80 m2 ± 80 m2
Total ± 3.466 m2
Ruang Gerak Antar Ruang(100%) ± 3.466m2
Total ± 6.932 m2
Pembulatan ± 7.000m2

50
4.2 Penerapan Dalam Peraturan Bangunan
Perhitungan luasan bangunan berdasarkan program besaran ruang
Luas lahan= 7000
KDB = 0,7
 0,7x 7000= 4900
Luas lahan yang tidak boleh dibangun = 7000-4900= 2100
KLB =3
7000 x 3= 21000

Ketinggian bangunan maksimal:


21000/4900 = 4 LANTAI
GSB = 12 m dari as jalan

51
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

52
DAFTAR PUSTAKA

Agustinus, Darsono. (2011:52). Front Office Hotel. PT Gramedia Pustaka Utama.


Jakarta

Cahyono, B. 2009. Buku terlengkap sukses Bertanam Buah Naga. Pustaka Minang.
Jakarta

Daniel, Kristanto. 2009. Buah Naga: Pembudidayaan di Pot dan di Kebun.


Penebar Swadaya. Jakarta

Dirjen pariwisata. (1988:13). Definisi Hotel Resort Di Indonesia. Direktorat Jendral


Pariwisata. Indonesia

Dirjen Pariwisata. (No. 14/U/11/88). Tentang Pelaksanaan Ketentuan Usaha Dan


Penggolongan Hotel. Indonesia

file:///C:/Users/hp/Downloads/80190970-HOTEL-RESORT-di-PANTAI-SIUNG-
Bab-5.pdf

Gunasena, et al. 2007. Dragon Fruit. Chapter IV.


(http://www.cthar.hawaii.edu/oc/freepubs/pdf/F_N-9.pdf diakses pada Kamis, 06
September 2018 jam 18.45 WIB)

http://e-journal.uajy.ac.id/2183/7/6TA12174.pdf

53
Hulupi R, Martini E. 2013.Pedoman budi daya dan pemeliharaan tanaman kopi di
kebun campur. Bogor, Indonesia: World Agroforestry Centre (ICRAF)
Southeast Asia Regional Program.

Kristanto, D. (2008). Buah Naga, Pembudidayaan di pot dan di kebun Swadaya.


Cimanggis. Depok.

Neufert, E. 1996. Data Arsitek Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Neufert, E. 2002. Data Arsitek Jilid 2. Jakarta: Erlangga

O’Shannessy et al. (2001:5) “Accommodation Services”, Hospitality Press

Peraturan Pemerintahan Deparpostal dan dibuat oleh Dirjen Pariwisata dengan SK:
No 22/UU/VI/1978

Pitana, I Gde. 2002. Kebijakan dan Strategi Pemerintah Daerah Bali dalam
Pembangunan Pariwisata. Pada Seminar Nasional PariwisataBali the last oe
the Lost Paradise. Pembangunan Pariwisata yang Berkelanjutan. Denpasar.
Universitas Udayana

Rahayu, Sri. 2014. Budidaya Buah Naga Cepat Panen. Infra Hijau. Jakarta

Renasari, Novita. 2010. Budidaya Tanaman Buah Naga Super Red di Wana Bekti
Handayani. Skripsi. Program Diploma III Agribisnis Holtikultura Fakultas
Pertanian. Surakarta. Universits Sebelas Maret

Saputra, E. 2008. Kopi Harmoni. Yogyakarta

Wikipedia (2009) Buah Naga, http;//id.wikipidia.org/wiki/buah naga.

Wikipedia (2018) Kopi, https://id.wikipedia.org/wiki/Kopi

Winarsih, s. (2007). Mengenal dan Membudidayakan Buah Naga. CV Aneka Ilmu.


Semarang

54
55

Anda mungkin juga menyukai