2019
HOTEL RESORT
DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGI
DI KAWASAN WISATA KABUPATEN SEMARANG
A. PENDAHULUAN
1. Pengertian
1. 1. Pengertian Hotel Resort
Secara umum, terdapat banyak kajian mengenai pengertian resort. Menurut Dirjen
Pariwisata (1988), resort adalah suatu perubahan tempat tinggal untuk sementara bagi seorang
di luar tempat tinggalnya dengan tujuan atara lain untuk mendapatkan kesegaran jiwa dan raga
serta hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga dikaitkan dengan kepentingan yang
berhubungan dengan kegiatan olah raga, kesehatan, konvensi, keagamaan serta keperluan
usaha lainnya.
Menurut Darmadjati (2001) Hotel Resort adalah hotel yang biasanya terletak di luar kota,
di pegunungan, di tepi pantai, di tepi danau atau di daerah tempat berlibur dalam jangka waktu
relatif lama. Fasilitas yang disediakan agak beragam, lebih rileks, informal dan menyenangkan
Sementara menurut Chuck (1988), resort adalah sebuah kawasan yang terencana, tidak
hanya sekedar untuk menginap tetapi juga untuk istirahat dan rekreasi.
Dari berbagai sumber di atas, dapat diketahui bahwa resort merupakan hotel yang terletak
dikawasan wisata, yang secara total menyediakan fasilitas untuk berlibur, rekreasi dan olah
raga. Secara umum, hotel resort tidak bisa dipisahkan dari kegiatan menginap bagi pengunjung
yang berlibur dan menginginkan perubahan dari kegiatan sehari-hari.
1. 2. Arsitektur Ekologi
Arsitektur adalah suatu bentuk atau masa, atau juga tata ruang yang terencana secara
fungsional yang direncanakan oleh arsitek serta disiplin ilmu lain yang terlibat di dalamnya.
Sedangkan ekologi memiliki arti lingkungan (lingkungan yang terpelihara mulai dari Atmosfer,
Biosfer, dan Lithosper). Maka, arsitektur ekologi adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan tidak hanya bentuk masa bangunan, material, tata ruang ataupun nilai kearifan lokal
yang ada, namun juga kepedulian kita sendiri terhadap bangunan tersebut, bagaimana kita
mengartikan fungsi dari pada bangunan tersebut, bagaimana kita mengelolanya, dan bagaimana
kita merawatnya. Dalam pandangan arsitektur ekologi, gedung dianggap sebagai makhluk atau
organik, berarti bahwa bidang batasan antara bagian luar dan dalam gedung tersebut, yaitu
dinding, lantai, dan atap dapat dimengerti sebagai kulit ketiga manusia (kulit manusia sendiri
dan pakaian sebagai kulit pertama dan ke dua). Dalam pandangan arsitektur ekologi, bangunan
harus melakukan fungsi pokok yaitu bernapas, menguap, menyerap, melindungi, menyekat,
dan mengatur (udara, kelembaban, kepanasan, kebisingan, kecelakaan, dan sebagainya). Oleh
karena itu terdapat faktor-faktor yang sangat penting untuk ekologi, yaitu faktor biotik dan
abiotic Fakto biotik terdiri makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan
mikroba. Sementara faktor abiotik terdiri dari suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi.
Arsitektur ekologi juga merupakan sebuah proses pendekatan desain arsitektur yang
menggabungkan alam dengan teknologi, menggunakan alam sebagai basis desian, strategi
konservasi, perbaikan lingkungan, dan bisa diterapkan pada semua tingkatan dan skala untuk
menghasilkan suatu bentuk bangunan, lansekap, permukiman dan kota yang revolusioner
dengan menerapkan teknologi dalam perancangannya. Perancangan Arsitektur ekologi
meliputi tata letak, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan bangunan. Perwujudan dari desain
ekologi arsitektur adalah bangunan yang berwawasan lingkungan yang sering disebut dengan
green building.
1. 4. Kesimpulan
Dengan berdasarkan data di atas, kawasan Desa Kopeng merupakan kawasan wisata yang
cukup ramai pengunjung. Dengan adanya potensi wisata tersebut, maka bukan tidak mungkin
kawasan tersebut dapat menarik lebih banyak wisatawan, baik wisatawan domestik maupun
mancanegara. Kawasan wisata yang apik tentu tidak terlepas dari fasilitas yang memadai.
Fasilitas penginapan merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bagi wisatawan.
Sayangnya, fasilitas penginapan di kawasan wisata agro tersebut belum variatif. Kebanyakan
dari fasilitas penginapan di kawasan tersebut masih berupa hotel melati. Padahal, fasilitas
penginapan juga merupakan faktor yang dipertimbangkan oleh para wisatawan dimana target
pengunjung tidak hanya wisatawan domestik. Maka dari itu, diperlukan adanya sebuah rancang
bangun fasilitas penginapan yang memiliki standar sekelas hotel berbintang. Karena lokasi
berada di sebuah kawasan yang notabene adalah sebuah desa, maka hotel yang akan dirancanag
adalah jenis hotel resort. Hotel resort yang akan dirancang tentunya harus memiliki konsep
yang sesuai/kontekstual dengan kawasan. Konsep arsitektur ekologi dinilai mampu menjadi
metode penyelesaian desain proyek ini. Hal ini dikarenakan dengan pendekatan arsitektur
ekologi, maka proyek rancang bangun hotel resort dapat menghasilkan desain yang kontekstual
dan mampu menampilkan kesan alam.
2. Latar Belakang
2. 1. Pariwisata di Jawa tengah
Pariwisata adalah salah satu sektor industri yang semenjak awal telah direncanakan dan
dikembangksn oleh pemerintah Indonesia, dengan tujuan untuk mendatangkan devisa dan
memperkenalkan Indonesia ke kancah mancanegara. Dengan menawarkan berbagai macam
destinasi, sektor wisata di Indonesia meliputi hampir setiap daerah di seluruh nusantara.
Di Provinsi Jawa Tengah sendiri, pilihan destinasi wisata sangat variatif. Objek-objek
wisata tersebut digarap pemerintah, baik provinsi maupun kabupaten/kota bersama-sama
dengan swasta. Sejak tahun 2017, pengembangan wisata di Jateng harus mengacu pada daerah
prioritas pariwisata provinsi yang terbagi menjadi enam kluster. Yaitu, Nusakambangan-
Baturraden, Borobudur-Dieng, Solo-Sangiran, Tegal-Pekalongan, Semarang- Karimunjawa,
dan Rembang-Blora. Jenis wisata yang ditawarkan beragam, mulai dari wisata dengan objek
alam hingga religi. Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jateng
Urip Sihabudin mengatakan dari daerah pariwisata prioritas itu kemudian dibuatlah zonasi-
zonasi di kluster tersebut. Berikut merupakan peta destinasi pariwisata Provinsi Jawa tengah.
Daya terik wisata di Jawa Tengah pun cukup variatif. Hampir segala aspek pada sektor
wisata dapat ditemukan di Jawa Tengah. Per tahun 2017, jenis wisata si Jawa Tengah mencapai
angka 551 objek wisata dan 229 desa wisata. Berikut merupakan tabel jumlah objek wisata di
Jawa Tengah per tahun 2017.
Tabel 2. 1. 1. Daya Tarik Wisata di Jawa Tengah (2017)
Sumber: https://www.slideshare.net/hitupnawa/kondisi-destinasi-pariwisata-jawa-tengah-2018
Kunjungan wisatawan ke Jawa Tengah dari tahun ke tahun pun mengalami peningkatan yang
signifikan. Dari tahun 2011 hingga tahun 2017, data jumlah wisatawan, baik wisatawan lokal
maupun mancanegara terus bertambah banyak. Pada tahun 2017, jumlah wisatawan yang
berkunjung di Jawa Tengah mencapai angka 40 juta wisatawan dengan lima besar
kota/kabupaten yang paling banyak dikunjungi yaitu: Kota Semarang (4.198.584), Surakarta
(3.843.353), Magelang (3.565.856), Kabupaten Semarang (2.699.328), dan Jepara (2.132.073.
Salah satu daerah wisata yang cukup terkenal adalah Desa Kopeng yang terletak di
Kecamatan Getasan. Desa ini berada di ketinggian sekitar 1500-1700 mdpl yang diapit oleh
gunung Telomoyo, Andong dan Merbabu. Desa Kopeng menyajikan panorama yang memikat
dalam nuansa alam pedesaan dipadu dengan keindahan hamparan tanaman bunga dan sayuran
yang menambah suasana asri. Dengan potensi lokasi yang mendukung, tidak heran bahwa Desa
Kopeng banyak memiliki alternative objek wisata yang dapat dijadikan pilihan berlibur bagi
wisatawan. Objek wisata tersebut antara lain: Taman Wisata Kopeng, Umbul Songo, Base
camp pendakian ke Gunung Merbabu serta wahana Kopeng Tree Top Adventure Park. Selain
menawarkan banyak pilihan wisata potensi yang dimiliki oleh Desa Kopeng yaitu sejak awal
tahun 2010, Desa Kopeng dikuatkan sebagai desa vokasi. Sebagai desa vokasi, produk yang
diunggulkan yaitu sayuran organik, pembuatan beragam kerajinan tangan khas, makanan khas,
tanaman hias dan lain-lain.
2. 3. Fasilitas Penginapan di Kopeng
Sebagai kawasan wisata yang ramai akan wisatawan (baik wisatawan domestic maupun
wisatawan mancanegara), maka hal yang harus diperhatikan adalah fasilitas/infrastruktur yang
mendukung sektor wisata tersebut, diantaranya adalah infrasruktur transportasi, infrastruktur
informasi, maupun fasilitas penginapan.
Infrastruktur transportasi dan informasi di Desa Kopeng dapat dikategorikan memadai
karena jalur jalan dan jaringan yang mudah untuk diakses. Untuk fasilitas penginapan, di
daerah Kopeng sendiri masih terpaku pada hotel melati yang dapat ditemui disepanjang tepi
jalur utama. Sementara untuk penginapan sekelas hotel yang biasa dijumpai di area wisata
perkotaan belum dapat ditemukan dalam kawasan ini. Mengingat wisatawan yang berkunjung
juga berasal dari mancanegara, seharusnya fasilitas penginapan di Desa Kopeng lebih variatif,
tidak hanya terbatas pada hotel melati saja. Tidak hanya di Desa Kopeng, fasilitas penginapan
berupa hotel memang relatif jarang ditemui di Kabupaten Semarang. Menurut data Dinas
Pariwisata Kabupaten Semarang pada tahun 2016, fasilitas penginapan berupa hotel hanya
berjumlah 9 saja, dari total fasilitas penginapan berjumlah 233 penginapan (didominasi oleh
hotel melati) dengan total kamar sebanyak 4.578 buah. Sementara jumlah wisatawan yang
berkunjung mencapai angka 2,6 juta wisatawan per tahun.
Gambar 2. 1. 4. Data Jumlah Penginapan di Kabupaten Semarang (2016)
Sumber: https://www.slideshare.net/hitupnawa/kondisi-destinasi-pariwisata-jawa-tengah-2018
Dalam hal ini penerapan arsitektur ekologi dalam perancangan Hotel Resort dapat ditinjau
dari:
a. Konservasi air dengan cara mengolah air menggunakan pengolahan khusus sehingga
air kotor bisa diolah dan digunakan kembali. Kualitas air limbah tidak memadai untuk
langsung dibuang ke lingkungan, oleh karena itu harus dikumpulkan dan dialirkan ke
instalasi pengolahan air limbah. Air yang telah diolah tersebut dapat digunakan untuk
menyirami tanaman, air mancur, dll.
b. Konservasi energi dengan penggunaan energi mandiri, yaitu energi yang terbarukan
baik energi air, biogas, surya, angin dan energi alternatif nonfosil.
c. Konservasi tanah dengan melakukan penghijauan pada kawasan resort, sehingga tanah
tetap subur, tidak terkena erosi maupun tanah longsor, serta mampu mengikat air di
dalam tanah.
d. Pengolahan limbah/sampah. Sampah dibagi menjadi 2 kategori, yakni sampah organik
yang bisa di diolah menjadi kompos sehingga dapat digunakan untuk pupuk atau
biogas, serta sampah anorganik yang dapat didaur ulang menjadi suatu produk yang
memiliki nilai ekonomis.
Dari uraian di atas, maka keempat unsur pokok dalam arsitektur ekologi (udara, air,
api, bumi) tersebut perlu dijaga kelestariannya. Hal tersebut dapat dilakukan melalui
upaya-upaya untuk meminimalisir penggunaan energi atau material alam yang tidak
terbarukan serta dengan melakukan poin a,b,c dan d.
2. Preseden
2. 1. Ayodya Resort Nusa Dua Bali
Hilton International Hotel (Ayodya Resort) yang berada di daerah Nusa Dua, sebelah
selatan Pulau Bali, berdiri pada bukit peninsula dan merupakan kawasan Bali yang paling
berkembang oleh turis. Daratan yang indah, pasir putih, dan pemandangan Gunung Agung,
serta koral dari Samudra Indonesia, menjadi keunggulan tersendiri dari kawasan Nusa Dua.
Bali Hilton International Hotel memiliki luas sebesar 11,5 hektar, dan tepat berseberangan
dengan Bali golf and country club. Tepatnya di jalan Pantai Mengiat, PO. Box 46, Nusa Dua
(80363), Bali. Bali Hilton International Hotel berjarak 12 km dari bandara Ngurah Rai
International Airport yang dapat ditempuh dengan 15 menit dengan menggunakan mobil. Dan
berjarak 30 km dari pusat kota, atau 35 menit menggunakan mobil.
Konsep Ayodya Resort Bali adalah menyediakan pengalaman bagi para tamu untuk
menjalani kehidupan layaknya orang Bali yang tidak pernah ditemukan di negara asalnya.
Konsep ini diwujudkan dengan memberikan atrakasi seni dan budaya Bali yang sangat beragam
itu melalui semua pelayanan kepada para tamu yang bertema Bali, serta semua bentuk fasilitas
hotel yang meliputi lobi berukuran besar dan luas dengan ciri khas arsitektur Bali yang bertema
cerita Ramayana, kolam renang yang berukuran besar, beberapa ruangan pertemuan berukuran
besar, lapangan tennis indoor, pusat kebugaran dan spa, saran olah raga air dan berbagai faslitas
lainya.
Ayodya Resort memiliki 600 kamar untuk disewakan kepada tamu, yang terdiri dari
beberapa tipe yaitu:
a. Deluxe Room: Kamar seluas 48 meter persegi yang merupakan kamar standar dari
Ayodya Resort Bali dengan pilihan garden view atau ocean view.
b. Grande Room: Kamar seluas 56 meter persegi.
c. Ayodya Honey moon: Kamar seluas 56 atau 79 meter persegi dengan four poster bed,
dua buah day bed.
d. Ayodya Suite: Ayodya suite memiliki beberapa tipe kamar dengan fasilitas yang
berbeda- beda, antara lain: Mandavi Suite, Bharata Suite, Rama Shinta Suite, Kausalya
Suite, dan Dasaratha Suite
e. Ayodya Palace Room: Kamar seluas 56 meter persegi dengan fasilitas mewah dengan
pilihan garden view atau ocean view. Ayodya Palace, merupakan produk baru yang
telah direncanakan dalam dua tahun sebelum proses re-branding dilakukan. Ayodya
Palace merupakan produk modern yang ditujukan bagi para honey mooners, serta para
eksekutif maupun pejabat pemerintahan yang mengutamakan dan peduli pada nilai
eksklusifitas.
Tamu diijinkan untuk bersantai di Ayodya Palace Lounge dengan berbagai fasilitas
yaitu: Kolam renang khusus tamu Ayodya Palace, Ayodya Spa khusus tamu Ayodya
Palace, Shuttle Service dari lobi Ayodya Palace menuju lobi utama dan sebaliknya,
Mendapat pelayanan Ayodya Palace Butler, Setiap kamar di Ayodya Resort Bali
memiliki fasilitas yang berbedabeda menurut tipe kamar masing masing. Ada beberapa
fasilitas yang terdapat di semua kamar, yaitu: kamar mandi dengan bathtub dan
shower, mini bar, dan beranda.
Gambar 2. 1. 2.. Salah Satu Kamar Ayodya Resort
Sumber: http://ayodya.babonmultimedia.com
C. METODOLOGI
1. Metode Perencanaan
Metode umum yang digunakan dalam kajian perancangan resort di kawasan wisata
Kabupaten Semarang ini adalah metode deskriptif dan analitik berdasarkan teori dan
komparasi. Hasil dari analisis teori dan studi komparasi bangunan serupa dikombinasikan
untuk mendapatkan parameter yang digunakan dalam perancangan.
Studi ini bertujuan untuk merancang resort yang ekologis. Proses kajian dalam studi
perancangan resort di kawasan wisata Kabupaten Semarang ini diawali dengan identifikasi
masalah, selanjutnya digunakan untuk menentukan variabel yang sesuai dengan perancangan
dan tapak. Kemudian memulai dengan pengumpulan data. Dari data-data yang sudah
terkumpul diklarifikasikan menurut jenis-jenis yang diperlukan. Data hasil klarifikasi
selanjutnya dianalisis, yang akan menghasilkan kesimpulan berupa parameter desain.
1. 2. Analisis Data
Setelah mengklasifikasikan data kemudian dilakukan analisis yang meliputi analisis kawasan,
analisis fungsi, analisis tapak, analisis bangunan dan analisis berdasarkan parameter. Hasil
analisis data yang sudah didapat selanjutnya digunakan untuk perancangan melalui pendekatan
ekologi.
1. 3. Sintesis
Sintesis merupakan kesimpulan dari analisis dengan mengambil suatu konsep untuk
ditransformasikan ke tahap perancangan. Konsep ini meliputi konsep dasar rancangan,
konsep tapak, konsep ruang, konsep bentuk dan tampilan, konsep struktur, dan utilitas
hotel. Pendekatan yang digunakan dalam perancangan hotel resort di kawasan wisata
Kabupaten Semarang adalah pendekatan ekologi.
2. Metode Perancangan
Perancangan hotel resort bermula dari pemikiran tentang kebutuhan akan fasilitas
penginapan yang memiliki standar lebih tinggi dari fasilitas penginapan yang ada di Desa
Wisata Kopeng, dengan tetap mempertimbangkan konsep pembangunan yang memperhatikan
prinsip-prinsip keberlanjutan dalam memelihara kelestarian lingkungan. Strategi desain yang
akan terapkan pada hotel resort ini berpedoman pada unsur pokok arsitektur ekologi antara lain
udara, air, api (energi), dan tanah (bumi), serta beberapa aspek penerapan prinsip arsitektur
ekologi, antara lain: penyesuaian terhadap lingkungan alam setempat (ramah lingkungan),
hemat energi, memelihara sumber lingkungan (udara, tanah, air), dan menggunakan teknologi
sederhana.
4. 2. Kondisi Geografi
Batas administrasi Kabupaten Semarang adalah sebelah Utara berbatasan dengan
Kota Semarang, dan Kabupaten Demak. Sebelah Selatan berbatasan dengan
Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang, Sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Grobogan. Sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Kendal. Ditengah-tengah wilayah ini terdapat
Kota Salatiga. Rata-rata ketinggian tempat di Kabupaten Semarang 607 meter di atas
permukaan laut. Daerah terendah di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran. Daerah
tertinggi di Desa Batur Kecamatan Getasan.
4. 3. Luas Wilayah
Luas Kabupaten Semarang secara keseluruhan sebesar 950,2067 km2 atau sekitar
2,92% dari luas Provinsi Jawa Tengah, secara administratif terdiri 19 wilayah Kecamatan,
208 Desa, dan 27 Kelurahan. Kabupaten Semarang diuntungkan secara geografis
mengingat posisinya yang strategis terletak diantara jalur penghubung segitiga pusat
perkembangan wilayah Jogjakarta, Solo, dan Semarang (Joglosemar). Posisi strategis
tersebut merupakan kekuatan yang dapat dijadikan sebagai modal pembangunan daerah.
Tabel 4. 3. 1. Data Luas Wilayah Getasan, Kab. Semarang
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Semarang
4. 4. Kondisi Topografi
Ungaran, ibu kota kabupaten ini, tepat berbatasan dengan Kota Semarang. Bagian
timur wilayah kabupaten ini merupakan dataran tinggi dan perbukitan. Sungai besar yang
mengalir adalah Sungai Tuntang. Di bagian barat wilayahnya berupa pegunungan, dengan
puncaknya Gunung Ungaran (2.050 meter) di perbatasan dengan Kabupaten Kendal, serta
Gunung Merbabu (3.141 meter) di barat daya. Kabupaten Semarang dilintasi jalan negara
yang menghubungkan Yogyakarta dan Surakarta dengan Kota Semarang atau lebih
dikenal dengan "JOGLO SEMAR". Angkutan umum antarkota dilayani dengan bus,
yakni di terminal bus Sisemut (Ungaran), Bawen, dan Ambarawa. Beberapa rute
angkutan regional adalah: Semarang-Solo, Semarang-Yogyakarta, dan Semarang-
Purwokerto, sedang rute angkutan lokal adalah Semarang-Ambarawa dan Semarang-
Salatiga, Salatiga - Ambarawa. Bawen merupakan kota persimpangan jalur menuju Solo d
an menuju Yogyakarta atau Purwokerto. Jalur kereta api Semarang-Yogyakarta merupakan
salah satu yang tertua di Indonesia, namun saat ini tidak lagi dioperasikan, sejak
meletusnya Gunung Merapi yang merusakkan sebagian jalur tersebut. Jalur lain yang kini
juga tidak beroperasi adalah Ambarawa-Tuntang-Kedungjati. Di Ambarawa terdapat
Museum Kereta Api. Kereta api uap dengan rel bergerigi kini dugunakan sebagai jalur
wisata dengan rute Ambarawa-Bedono, di samping itu telah dikembangkan kereta wisata
Ambarawa-Tuntang PP dengan menyusuri tepian Rawapening. Kota Salatiga terletak di
tengah-tengah wilayah Kabupaten Semarang, berada di jalur utama Semarang-Solo.
4. 5. Penggunaan Lahan dan Iklim
Dari luas wilayah Kabupaten Semarang sebesar 95.020,67 Ha yang digunakan
sebagai areal persawahan hanya sebesar 25,69% atau 24.411,46 Ha dan sisanya 74,3% atau
70.609,21 Ha merupakan areal bukan persawahan. Luas lahan sawah tersebut terbagi
menjadi sawah irigasi teknis seluas 5.475,91 Ha, sawah irigasi setengah teknis 4.027,45
Ha, sawah irigasi sederhana 7.717,24 Ha, sawah irigasi desa 526,54 Ha dan sawah tadah
hujan 6.664,33 Ha. Sementara lahan areal bukan sawah meliputi pekarangan dan bangunan
19.851,32 Ha, tegalan dan kebun 25.442,59 Ha, tambak/kolam 40,00 Ha, rawa 2.623,00
Ha, perkebunan 5.068,13 Ha, hutan negara dan hutan rakyat 14.640,37 Ha serta lain-lain
lahan kering 2.943,81 Ha.
Wilayah Kabupaten Semarang memiliki iklim tropis dengan curah hujan
rata-rata 2.383 mm/tahun, suhu udara berkisar antara 18-32 derajat C, kecepatan angin
0,37-0,71 knot, dan kelembaban udara 38,5-98%
4. 6. Peraturan Bangunan di Kabupaten Semarang