Anda di halaman 1dari 117

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan

negara. Peranan pariwisata dalam pembangunan negara pada garis

besarnya berintikan tiga segi, yaitu dari segi ekonomis berupa sumber

devisa dan pajak-pajak, dari segi sosial berupa penciptaan lapangan kerja,

dan dari segi kebudayaan memperkenalkan kebudayaan kita kepada

wisatawan-wisatawan asing (Spillane, 1987).

Selain itu sektor pariwisata merupakan sektor yang penting untuk

dikembangkan. Indonesia memiliki sumber daya alam dan sumber daya

manusia yang cukup besar sebagai modal dasar pembangunan dan

perkembangan kepariwisataan (Putra, 2006). Pengembangan pariwisata

merupakan amanat UU RI No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

yang menyatakan bahwa pemerintah bersama lembaga yang terkait dengan

kepariwisataan menyelenggarakan penelitian dan pengembangan

kepariwisataan untuk mendukung pembangunan kepariwisataan.

Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi yang memiliki banyak

objek wisata yang menarik yang dapat mendukung pembangunan

kepariwisataan di Indonesia. Kunjungan wisatawan ke Sulawesi Selatan


terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Dinas Pariwisata

Sulawesi Selatan diketahui jumlah wisatawan mancanegara tercatat 64.601

orang dan wisatawan nusantara 4.871.966 orang pada periode 2012.

Sedangkan pada 2013 wisatawan mancanegara 106.584 orang dan

wisatawan nusantara 5.385.809 orang. Diharapkan jumlah kunjungan

wisata di Sulawesi Selatan dapat meningkat lagi.

Dalam kebijaksanaan pengembangan kepariwisataan Sulawesi Selatan,

Kabupaten Pangkep berada pada Daerah Tujuan Wisata Makassar.

Kabupaten Pangkep mempunyai obyek wisata yang berlimpah. Sesuai

dengan kondisi geografisnya yang terdiri dari tiga dimensi wilayah,

kepulauan daratan rendah hingga pegunungan. Namun belum tergarap

optimal.

Kabupaten Pangkep yang luas wilayahnya 12.362,73 km2 dengan luas

wilayah daratan 898,29 km2 dan wilayah laut 11.464,44 km2 memiliki

potensi budidaya tambak yang cukup luas. Luas wilayah tambaknya

mencapai 10,30 Hektar (BPS Pangkep, 2014). Potensi perikanan tambak di

Pangkep akhir-akhir ini semakin berkembang pesat. Banyaknya

pembukaan lahan tambak dari lahan persawahan, menandakan semakin

meningkatnya produksi ikan tambak di wilayah ini. Pada tahun 2013

budidaya tambak di Kabupaten Pangkep menghasilkan ikan mencapai

13.457,2 ton dan meingkat pada tahun 2014 yaitu sebanyak 14.060,2 ton

(DKP Pangkep, 2014).

2
Dengan potensi tambak yang dimilikinya, di Kabupaten Pangkep

kemudian banyak bermunculan tempat pemancingan sebagai obyek

wisata. Beberapa di antaranya berada di daerah Ma’rang, Segeri, Pitue,

dan Mandalle. Namun tempat-tempat pemancingan ini belum dikelola

menjadi suatu kawasan wisata yang memadai sebagai tempat

pemancingan. Padahal jika dikelola dengan baik tempat pemancingan bisa

menambah devisa daerah.

Karena itu, dengan adanya Kawasan Wisata Pemancingan Male’leng

di Kabupaten Pangkep diharapkan dapat menjadi tempat pemancingan

yang memenuhi kebutuhan para pemancing dan juga menjadi tempat

rekreasi baru di Kabupaten Pangkep yang memanfaatkan potensi tambak

di Kabupaten Pangkep.

B. Pengertian Judul

Kawasan Wisata Pemancingan Male’leng, Kabupaten Pangkep dapat

diartikan dengan menguraikan kata yakni:

1. Kawasan : Daerah tertentu yg mempunyai ciri tertentu

(kbbi.web.id)

2. Wisata : Bepergian bersama-sama (untuk memperluas

pengetahuan, bersenang-senang, dsb); bertamasya.

(kbbi.web.id)

3. Pemancingan: Proses, cara, perbuatan memancing (kbbi.web.id)

4. Male’leng : Nama sungai yang berada di Kabupaten Pangkep

3
5. Pangkep :Singkatan dari Pangkajene dan Kepulauan adalah salah

satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia

dengan ibukotanya adalah Pangkajene. (Wikipedia.org)

Jadi “Kawasan Wisata Pemancingan Male’leng di Kabupaten

Pangkep” adalah suatu daerah dengan ciri tertentu untuk fungsi rekreasi

dengan fasilitas tempat untuk memancing ikan yang berlokasi di dekat

sungai Male’leng, Kabupaten Pangkep.

C. Rumusan Masalah

Dari pembahasan di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana menentukan tapak kawasan wisata pemancingan?

2. Bagaimana mengolah tapak kawasan wisata pemancingan dengan

memperhatikan kondisi topografinya?

3. Bagaimana mewujudkan fasilitas-fasilitas wisata pemancingan yang

rekreatif?

4. Bagaimana menentukan besaran ruang dan persyaratannya?

5. Bagaimana penampilan bangunan sesuai dengan fungsi bangunan dan

kaitannya dengan filosofi bangunan daerah tersebut?

6. Bagaimana menentukan sistem struktur dan sistem utilitas yang

digunakan pada bangunan di kawasan tersebut?

4
D. Tujuan dan Sasaran Pembahasan

1. Tujuan Pembahasan

Tujuan dari penulisan ini adalah menyusun proposal fasilitas

wisata/rekreasi sehingga memenuhi fungsinya sebagai satu kawasan

wisata untuk tempat memancing dan kegiatan pendukung lainnya yang

ada di Maleleng, Kabupaten Pangkep dan selanjutnya

ditransformasikan ke bentuk desain fisik.

Tujuan spesifiknya adalah untuk mendapatkan wujud fisik

kawasan wisata pemancingan yang dapat memenuhi aspirasi para

pelaku kegiatan yakni pengelola, investor dan pengunjung dengan

memberi kenyamanan suasana kerja, yang menguntungkan dari segi

investasi, memiliki nilai rekreatif dengan tingkat keamanan yang

tinggi.

2. Sasaran Pembahasan

Sasaran yang ingin dicapai dalam pembahasan ini yaitu

a. Pemilihan tapak yang sesuai dengan kriteria tertentu

b. Mengolah tapak kawasan wisata pemancingan dengan

memperhatikan kondisi topografinya.

c. Mewujudkan sarana dan prasarana wisata pemancingan sebagai

wisata yang rekreatif.

d. Menentukan besaran ruang dan persyaratannya.

e. Merencanakan penampilan bangunan sesuai dengan fungsi

bangunan dan kaitannya dengan filosofi bangunan daerah tersebut.

5
f. Menentukan sistem struktur dan sistem utilitas yang digunakan

pada bangunan tersebut.

E. Lingkup Pembahasan

1. Pembahasan diarahkan pada pembahasan arsitektural berupa

pengolahan kawasan, ungkapan program ruang, sistem struktur dan

sistem utilitas.

2. Program perencanaan diproyeksikan untuk masa 10 tahun yang kan

datang, sehingga semua asumsi untuk memenuhi segala kebutuhan

ruang dan prospeknya di masa yang akan datang akan disesuaikan

dengan proyeksi tersebut.

F. Metode Pembahasan

Metode yang dilakukan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif,

yaitu dengan mengadakan pengumpulan data. Pengumpulan data ini

ditempuh melalui studi pustaka dan observasi lapangan, untuk kemudian

dianalisa dan dilakukan suatu pendekatan yang menjadi dasar penyusunan

konsep program perencanaan dan perancangan. Tahap pengumpulan data

yang dimaksud dilakukan melalui :

1. Studi Literatur

Yaitu dengan mempelajari literatur baik dari buku-buku maupun

browsing internet mengenai teori, konsep dan standar perencanaan

dan perancangan Wisata Pemancingan

6
2. Studi Banding

Melakukan perbandingan terhadap hasil-hasil observasi yang

dilakukan pada beberapa bangunan dan kawasan yang berfungsi sama

untuk analisa dan kriteria yang akan diterapkan pada Kawasan Wisata

Pemancingan Male’leng

G. Sistematika Pembahasan

BAB I: Pendahuluan yang berisi penjabaran masalah dengan

mengemukakan latar belakang, pengertian judul, rumusan

masalah, lingkup pembahasan, tujuan dan sasaran

pembahasan serta metode dan sistematika pembahsan.

BAB II: Tinjauan umum yang berisi tentang tinjauan umum

pariwisata, tinjauan umum pemancingan dan tinjauan

kawasan wisata pemancingan di beberapa tempat.

BAB III: Analisis pendekatan dari berbagai segi/sudut pandang baik

dari segi arsitektural dan non arsitektural yang berhubungan

dengan proses perancangan dan perencanaan.

BAB IV: Merupakan konsep dasar yang akan digunakan dalam

perencanaan ruang Makro dan Mikro

BAB V: Menarik kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisa pada

bab-bab sebelumnya dan merupakan titik tolak ke arah

konsep perencanaan.

7
BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Tinjauan Umum Pariwisata

1. Pengertian Wisata, Wisatawan, dan Pariwisata

Dalam Undang-undang RI nomor 10 tahun 2009 tentang

kepariwisataan dijelaskan bahwa:

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang

atau kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk

tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya

tarik wisata yang dikunjunginya dalam jangka waktu sementara.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

c. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan di dukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, dan pemerintah.

2. Daya Tarik Pariwisata

Pariwisata menurut daya tariknya menurut Fandeli (1995) dapat

dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Daya tarik alam

Pariwisata daya tarik alam yaitu wisata yang dilakukan

dengan mengunjungi daerah tujuan wisata yang memiliki

8
keunikan daya tarik alamnya, seperti laut, pesisir pantai, gunung,

lembah, air terjun, hutan dan objek wisata yang masih alami.

b. Daya tarik budaya

Pariwisata daya tarik budaya merupakan suatu wisata yang

dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat yang memiliki

keunikan atau kekhasan budaya, seperti kampung naga, tanah

toraja, kampung adat banten, kraton kasepuhan Cirebon, kraton

Yogyakarta, dan objek wisata buidaya lainnya.

c. Daya tarik minat khusus

Pariwisata ini merupakan pariwisata yang dilakukan dengan

mengunjungi objek wisata yang sesuai dengan minat seperti wisata

olahraga, wisata rohani, wisata kuliner, wisata belanja, dengan

jenis-jenis kegiatannya antara lain bungee jumping.

3. Unsur-Unsur Penting dalam Kepariwisataan

Menurut Spillane (1987) terdapat lima unsur industri pariwisata

yang sangat penting, yaitu:

a. Attractions (daya tarik)

Attractions dapat digolongkan menjadi dua yaitu site

attractions dan event attractions. Site attractions merupakan daya

tarik fisik yang permanen dengan lokasi yang tetap seperti kebun

binatang, keraton dan museum. Sedangkan event attractions adalah

atraksi yang berlangsung sementara dan lokasinya dapat dipindah

9
dengan mudah seperti festival, pameran atau pertunjukan kesenian

daerah.

b. Facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan)

Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik disuatu lokasi

karena fasilitas harus terletak dengan pasarnya. Selama tinggal

ditempat tujuan wisata wisatawan memerlukan tidur, makan dan

minum oleh karena itu sangat dibutuhkan fasilitas penginapan.

Selain itu ada kebutuhan akan support industries seperti toko

souvenir, cuci pakaian, pemandu, dan fasilitas rekreasi.

c. Infrastucture (infrastruktur)

Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah

kalau belum ada infrastruktur dasar. Perkembangan infrastruktur

perlu untuk mendorong perkembangan pariwisata. Infrastruktur dan

suatu daerah sebenarnya dinikmati baik oleh wisatwan maupun

masyarakat yang juga tinggal di daerah wisata, maka penduduk

akan mendapatkan keuntungan. Pemenuhan atau penciptaan

infrastruktur adalah suatu cara untuk menciptakan suasana yang

cocok bagi perkembangan pariwisata.

d. Transportations (transportasi)

Dalam pariwisata kemajuan dunia transportasi atau,

pengangkutan sangat dibutuhkan karean sangat menentukan jarak

dan waktu dalam suatu perjalanan wisata. Transportasi baik darat,

10
udara maupun laut merupakan suatu unsur utama langsung yang

merupakan tahap dinamis gejala-gejala pariwisata.

e. Hospitality (keramahtamahan)

Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka

kenal memerlukan kepastian jaminan keamanan khususnya untuk

wisatawan asing yang memerlukan gambaran tentang tempat tujuan

wisata yang akan didatangi. Maka kebutuhan dasar akan keamanan

dan perlindungan harus disediakan dan juga keuletan serta

kerarnahtamahan tenaga kerja wisata perlu dipertimbangkan supaya

wisatawan merasa aman dan nyaman selama perjalanan wisata.

4. Jenis Wisatawan

Menurut Pendit (1994) wisatawan dapat dibedakan menjadi:

a. Wisatawan Internasional (Mancanegara) adalah orang yang

melakukan perjalanan wisata diluar negerinya dan wisatawan

didalam negerinya. 

b. Wisatawan Nasional (Domestic) adalah penduduk Indonesia yang

melakukan perjalanan di wilayah Indonesia diluar tempatnya

berdomisili, dalam jangka waktu sekurang-kurangya 24 jam atau

menginap kecuali kegiatan yang mendatangkan nafkah ditempat

yang dikunjungi

5. Tujuan Kunjungan Wisatawan

11
Wisatawan menurut UN-WTO dalam Ismayanti (2010) memiliki

tiga kelompok tujuan kunjungan, seperti berikut ini:

a. Leisure and recreation (vakansi dan rekreasi)

Segala kegiatan yang memiliki tujuan vakansi dan rekreasi,

mengunjungi event budaya, kesehatan, olahraga aktif (yang bukan

professional) dan tujuan liburan lain termasuk dalam kategori

bersenang-senang.

Kegiatan utama dalam kategori iniberupa kegiatan berjalan-

jalan, keliling kota dan makan. Sementara itu, kegiatan

pendukung dalam kategori ini berupa mengunjungi kerabat dan

saudara, menghadiri konferensi, berbisnis dan belanja.

b. Business and professional (bisnis dan profesional)

Beberapa tujuan kunjungan dalam kategori bisnis dan

profesional adalah rapat, misi, perjalanan insentif dan bisnis.

Kegiatan utamanya berkaitan dengan konsultasi, konvensi dan

inspeksi. Sementara itu, kegiatan pendukungnya berupa makan,

menikmati hiburan, rekreasi, belanja, berjalanan dan mengunjungi

saudara serta kerabat

c. Other tourism purposes (tujuan wisata lain)

Wisata untuk belajar, pemulihan kesehatan, transit dan

berbagai tujuan lain termasuk dalam kategori tujuan wisata lain.

Tujuan lain di antaranya melakukan kunjungan kepada kerabat

12
dan saudara, melakukan ziarah, melakukan perjalanan

keagamaan atau religi, atau melakukan widyawisata.

Kegiatan yang dilakukan dengan tujuan tersebut di antaranya

menambah wawasan dan pengetahuan, melakukan pemeriksaan

kesehatan, bersosialisasi dan mempertebal keimanan.

6. Jenis-Jenis Pariwisata

Jenis-jenis pariwisata menurut Spillane (1987) berdasarkan motif

tujuan perjalanan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis pariwisata

khusus, yaitu:

a. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang

meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara

segar, memenuhi kehendak ingintahunya, mengendorkan

ketegangan syaraf, melihat sesuatu yang baru, menikmati

keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat setempat,

mendapatkan ketenangan.

b. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism)

Pariwisata ini dilakukan untuk pemanfaatan hari-hari libur

untuk beristirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan

rohaninya, dan menyegarkan diri dari keletihan dan kelelahannya.

Dapat dilakukan pada tempat yang menjamin tujuan-tujuan

rekreasi yang menawarkan kenikmatan yang diperlukan seperti

13
tepi pantai, pegunungan, pusat-pusat peristirahatan dan pusat-

pusat kesehatan.

c. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism)

Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti

keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset,

mempelajari adat-istiadat, kelembagaan, dan cara hidup

masyarakat yang berbeda-beda, mengunjungi monumen

bersejarah, peninggalan masa lalu, pusat-pusat kesenian dan

keagamaan, festival seni musik, teater, tarian rakyat dan lain-lain.

d. Pariwisata untuk olahraga (Sports Tourism)

Pariwisata ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori:

1) Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar

seperti Olympiade Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan

tinju dunia, dan lain-lain yang menarik perhatian bagi

penonton atau penggemarnya.

2) Sporting tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata

olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan

sendiri seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda,

berburu, memancing dan lain-lain.

e. Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism)

Menurut para ahli teori, perjalanan pariwisata ini adalah bentuk

profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan

14
pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada seseorang

untuk memilih tujuan maupun waktu perjalanan.

f. Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism)

Pariwisata ini banyak diminati oleh negara-negara karena ketika

diadakan suatu konvensi atau pertemuan maka akan banyak

peserta yang hadir untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu di

Negara yang mengadakan konvensi. Negara yang sering

mengadakan konvensi akan mendirikan banguna-bangunan yang

menunjang diadakannya pariwisata konvensi.

Selain itu menurut Pendit (1994) jenis pariwisata yang sudah

dikenal antara lain:

a. Wisata Budaya yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar

keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan

jalan mengadakan kunjungan ke tempat lain atau ke luar negeri,

mempelajari keadaan rakyat, kebiasan dan adat istiadat, cara

hidup, kebudayan dan seni mereka.

b. Wisata Kesehatan yaitu perjalanan seseorang wisatawan yang

bertujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-

hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya

dalam arti jasmani dan rohani.

c. Wisata Olahraga yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan

dengan tujuan untuk berolahraga atau memang sengaja untuk

15
mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau

Negara. Wisata Komersial yaitu wisatawan yang melakukan

perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya

yang bersifat komersial seperti pameran industri, pameran dagang

dan sebagainya.

d. Wisata Industri yaitu perjalanan yang dilakukan oleh rombongan

mahasiswa atau pelajar, atau orang-orang awam ke suatu tempat

perindustrian dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan

penelitian.

e. Wisata Bahari yaitu perjalanan yang banyak dikaitkan dengan

olahraga air seperti danau, pantai atau laut.

f. Wisata Cagar Alam yaitu jenis wisata yang biasanya banyak

diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang

mengkhususkan usaha-usaha dengan mengatur wisata ke tempat

atau daerah cagar alam, Taman lindung, hutan daerah pegunungan

dan sebagainya, yang kelestariannya dilindungi oleh Undang-

Undang.

g. Wisata Bulan Madu yaitu suatu perjalanan yang dilakukan bagi

pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan

fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan

perjalanan.

7. Sarana dan Prasarana Wisata

a. Sarana pariwisata

16
Sarana pariwisata disebut sebagai ujung tombak usaha

kepariwisataan dapat diartikan sebagai usaha yang secara

langsung maupun tidak langsung memberikan pelayanan kepada

wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata dimana

keberadaannya sangat tergantung kepada adanya kegiatan

perjalanan wisata. Menurut Edward Inskeep (1991), sarana

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Akomodasi

Wisatawan akan memerlukan tempat tinggal untuk

sementara waktu selama dalam perjalanan untuk dapat

beristirahat. Dengan adanya sarana ini, maka akan

mendorong wisatawan untuk berkunjung dan menikmati

objek dan daya tarik wisata dengan waktu yang relatif lebih

lama. Informasi mengenai akomodasi ini mempengaruhi

penilaian wisatawan pilihan jenis akomodasi yang dipilih,

seperti jenis fasilitas dan pelayanan yang diberikan, tingkat

harga, jumlah kamar yang tersedia dan sebagainya.

2) Tempat makan dan minum

Wisatawan yang berkunjung ke suatu objek wisata tentunya

ingin menikmati perjalanan wisatanya, sehingga pelayanan

makanan dan minuman harus mendukung hal tersebut bagi

wisatawan yang tidak membawa bekal. Bahkan apabila suatu

daerah tujuan wisata mempunyai makanan yang khas,

17
wisatawan yang datang disamping menikmati atraksi wisata

juga menikmati makanan khas tersebut. Pertimbangan yang

diperlukan dalam penyediaan fasilitas makanan dan minuman

antara lain adalah jenis dan variasi makanan yang ditawarkan,

tingkat kualitas makanan dan minuman, pelayanan yang

diberikan, tingkat harga, tingkat kebersihan, dan hal-hal lain

yang dapat menambah selera makan seseorang serta lokasi

tempat makannya.

3) Tempat belanja

Berbelanja merupakan salah satu aktivitas kegiatan wisata

dan sebagian pengeluaran wisatawan didistribusikan untuk

berbelanja. Penilaian dalam penyediaan fasilitas belanja ini

dilakukan terhadap ketersediaan barang-barang yang dijual

dan pelayanan yang memadai, lokasi yang nyaman dan akses

yang baik serta tingkat yang relatif terjangkau.

4) Fasilitas umum di lokasi objek wisata

Fasilitas umum yang akan dikaji adalah fasilitas yang

biasanya tersedia di tempat rekreasi seperti tempat parkir,

toilet umum, musholla, dan lain-lain.

b. Prasarana wisata

Edward Inskeep (1991) mengemukakan bahwa prasarana

wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia

yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di

18
daerah tujuan wisata prasarana dasar yang melayani penduduk

lokal seringkali juga melayani kegiatan pariwisata, seperti jalan,

sumber listrik dan energi, sumber air dan sistem pengairan,

fasilitas kesehatan, sistem pembuangan kotoran/sanitasi,

telekomunikasi, terminal angkutan, jembatan, dan sebagianya.

Dalam melaksanakan pembangunan prasarana wisata perlu

disesuaikan dan mempertimbangkan kondisi dan lokasi yang akan

meningkatkan aksesibilitas suatu objek wisata yang pada

waktunya dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri,

selain itu juga diperlukan koordinasi dan dukungan antar instansi

terkait.

8. Bentuk Perjalanan Wisata

Menurut Suwantoro (2004) ada berbagai macam bentuk perjalanan

wisata bila ditinjau dari berbagai macam segi, yaitu:

a. Dari segi jumlahnya wisata dibedakan atas:

1) Individual tour (wisatawan perseorangan) yaitu suatu

perjalanan wisata yang dilakukan oleh satu orang atau

pasangan suami istri.

2) Family group tour (wisata keluarga) yaitu suatu perjalanan

wisata yang dilakukan oleh serombongan keluarga yang

masih mempunyai hubungan kekerabatan.

3) Group tour (wisata rombongan) yaitu perjalanan wisata yang

dilakukan bersama-sama dan dipimpin oleh seseorang.

19
b. Dari segi kepengaturannya wisata dibedakan atas:

1) Pre-arranged tour (wisata berencana) yaitu suatu perjalanan

wisata yang telah diatur pada jauh hari sebelumnya.

2) Package tour (wisata paket atau paket wisata) yaitu suatu

produk perjalanan wisata yang dijual oleh suatu perusahaan

biro perjalanan.

3) Coach tour (wisata terpimpin) yaitu paket perjalanan ekskursi

yang dijual oleh biro perjalanan dengan dipimpin oleh seorang

pemandu wisata.

4) Special arranged tour (wisata khusus) yaitu suatu perjalanan

wisata yang disusun secara khusus guna memenuhi

permintaan wisatawan atau lebih sesuai dengan kepentingan

wisatawan.

5) Optional tour (wisata tambahan) yaitu suatu perjalanan wisata

tambahan diluar pengaturan yang telah disusun atas

permintaan pelanggan.

c. Dari segi maksud dan tujuannya wisata dibedakan atas:

1) Holiday tour (wisata liburan) yaitu suatu perjalanan wisata

yang diselenggarakan dan diikuti oleh anggotanya guna

berlibur, bersenang senang dan menghibur diri.

2) Familiarization tour (wisata pengenalan) yaitu suatu

perjalanan yang dimaksudkan guna mengenal lebih lanjut

bidang atau daerah yang mempunyai kaitan dengan pekerjaan.

20
3) Educational tour (wisata pendidikan) yaitu suatu perjalanan

wisata yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi

perbandingan ataupun pengetahuan mengenai bidang kerja

yang dikunjungi.

4) Scientific tour (wisata pengetahuan) yaitu perjalanan wisata

yang tujuan pokoknya adalah untuk memperoleh pengetahuan

atau penyelidikan terhadap suatu bidang ilmu pengetahuan.

5) Pileimage tour (wisata keagamaan) yaitu perjalanan wisata

yang dimaksudkan guna melakukan ibadah keagamaan.

6) Special mission tour (wisata program khusus) yaitu suatu

perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk mengisi

kekosongan khusus.

7) Hunting tour (wisata perburuan) yaitu kunjungan wisata untuk

menyelenggarakan perburuan binatang yang diijinkan sebagai

hiburan.

d. Dari segi penyelenggaraannya wisata dibedakan atas:

1) Excursion (ekskursi) yaitu suatu perjalanan wisata jarak

pendek yang ditempuh kurang dari 24 jam guna mengunjungi

satu atau lebih objek.

2) Safari tour yaitu perjalanan wisata yang diselenggarakan

secara khusus dengan perlengkapan khusus yang tujuan

maupun objeknya bukan merupakan objek kunjungan wisata

pada umumnya.

21
3) Cruize tour yaitu perjalanan wisata dengan menggunakan

kapal pesiar mengunjungi objek wisata bahari dan objek

wisata di darat tetapi menggunakan kapal pesiar.

4) Youth tour (wisata remaja) yaitu kunjungan wisata yang

khusus diperuntukkan bagi para remaja menurut umur yang

ditetapkan.

5) Marine tour (wisata bahari) yaitu suatu kunjungan ke objek

wisata khususnya untuk menyaksikan keindahan lautan,

wreck-diving (menyelam) dengan perlengkapan selam

lengkap.

B. Tinjauan Umum Pemancingan

1. Pengertian Wisata Pemancingan

Pemancingan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

proses, cara, perbuatan memancing.

Memancing adalah suatu hobi yang unik dan memiliki peminatnya

sendiri, dan memancing tidak membutuhkan keahlian khusus ataupun

aktivitas fisik yang berlebihan. Memancing merupakan kegiatan yang

sifatnya umum dan mudah dilakukan oleh setiap orang baik tua muda,

lelaki atau perempuan.

Wisata pemancingan dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan

yang dilakukan oleh individu maupun kelompok untuk mendapat atau

memancing ikan sekaligus menikmatinya. Kegiatan memancing tidak

22
seperti yang dilakukan nelayan akan tetapi sekedar menyalurkan hobi,

dan merasa nikmat apabila pancing yang telah diberikan umpan

dimakan oleh ikan. (Syahrir, 2009)

2. Sistem Pemancingan

Beberapa aturan atau sistem pemancingan di kolam menurut

Khairuman dan Khairul (2003) yaitu:

a. Sistem Tiket

Sistem tiket adalah sistem pemancingan yang mewajibkan

para pemancingnya membayar tiket masuk. Besarnya tiket masuk

berhubungan dengan jumlah joran yang digunakan dan lamanya

pemancingan. Semakin banyak jumlah joran yang digunakan dan

semakin lama waktu memancing yang disediakan, harga tiketnya

juga semakin mahal.

Pemberlakuan sistem tiket ini tidak banyak berkembang,

tetapi pada kegiatan memancing di tambak di Surabaya ada

beberapa lokasi yang menerapkan sistem ini. Tampaknya sistem

tiket ini hanya digemari oleh pemancing yang suka memancing di

kolam atau tamabak yang luas dengan populasi ikan yang sulit

diperkirakan atau di kolam pemancingan yang berisi ikan dengan

nilai ekonomis rendah.

b. Sistem kiloan

23
Sistem kiloan adalah sistem pemancingan yang nilai

biayanya tergantung dari jumlah atau berat ikan (dalam kilogram)

yang tertangkap. Harga satu kilogram ikan disesuaikan dengan

harga yang berlaku di pasaran atau berdasarkan harga yang telah

disepakati sebelumnya. Apabila diamati dengan seksama,

penerapan sistem kiloan tidak merugikan salah satu pihak, bahkan

keduanya saling diuntungkan karena si pemancing hanya

mengeluarkan uang sebanyak ikan yang diperolehnya.

c. Sistem lapak biasa

Pada sistem lapak biasa, para pemancing menyewa lapak

yang sebelumnya sudah ditebari ikan oleh pemilik kolam

pemancingan. Sistem sewanya diatur atau dibatasi untuk jangka

waktu tertentu, misalnya satu jam, dua jam, dan tiga jam.

Pemancing akan rugi jika selama sewa lapak tidak memperoleh

ikan sama sekali atau hanya memperoleh sedikit ikan sehingga

tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. Sementara itu,

kerugian pemilik kolam adalah jika pemancing mampu

memancing ikan dalam jumlah banyak.

d. Sistem lapak berhadiah

Sistem ini pada prinsipnya hampir sama dengan sistem

lapak biasa, hanya saja pemancing akan memperoleh hadiah jika

bias menangkap ikan yang ukurannya paling besar atau paling

banyak. Cara ini merupakan salah satu kiat untuk merangsang

24
animo para pemancing untuk datang ke kolam pemancingan.

Bahkan, beberapa pihak sudah bersedia menjadi sponsor untuk

menyediakan hadiah.

e. Sistem borong kolam

Pada sistem ini pemancing menyewa kolam secara

bersama-sama dalam jangka waktu tertentu. Jumlah dan jenis ikan

yang dipancing dan lama pemancingan ditetapkan berdasarkan

hasil kesepakatan antara si pemancing dan pemilik kolam

pemancingan. Sistem borong kolam tentunya membutuhkan biaya

yang cukup besar. Karena itu, harus jeli dalam menaksir populasi

atau nilai jual ikan yang ada di kolam tersebut (jika sebelumnya

tidak ditetapkan jumlah ikannya). Di akhir kegiatan, ikan yang

masih tersisa diizinkan ditangkap oleh para pemancing dengan

cara mengeringkan kolam tersebut. Memancing dengan sistem

borongan banyak diminati perusahaan yang mengadakan acara

lomba memancing bagi karyawannya

f. Sistem gaple

Prinsip sistem pemancingan gaple adalah tercapainya

kesepakatan beberapa pemancing dalam satu kolam pemancingan.

Kesepakatan tersebut berupa jumlah orang yang akan memancing,

umpan yang akan digunakan dan waktu pemancingan. Setiap ikan

25
hasil pemancingan akan ditimbang kemudian dijadikan satu.

Jumlah total hasil pemancingan dikalikan dengan harga jual ikan

saat itu kemudian dibagi dengan jumlah pemancing sehingga bias

diketahui harga sewa setiap lapak. Harga itulah yang harus

dibayar oleh pemancing.

g. Sistem galatama

Sistem ini merupakan sistem pemancingan yang bersifat

lomba dan biasanya dijadikan sebagai ajang untuk mengasah

keterampilan para pemancing kawakan. Di beberapa daerah,

sistem ini mirip dengan sistem gaplean . sebagai lomba, sistem

galatama menyediakan hadiah bagi pemenangnya. Hadiah sangat

beragam, misalnya uang, televise, lemari es, mesin cuci, VCD

player, bahkan kadang-kadang sepeda motor atau mobil.

3. Jenis Tempat Pemancingan

Menurut Khairuman dan Khairul (2003) jenis tempat pemancingan

terbagi 3 yaitu:

a. Kolam

Kolam atau empang adalah perairan dengan luas tertentu

yang dibatasi oleh pematang di bagian sisinya. Kriteria kolam

yang baik adalah bias menampung air dalam jumlah tertentu

dengan aman tanpa risiko bocor atau rusak dan bias dikeringkan

dengan mudah.

b. Tambak

26
Syarat pematang tambak yang baik untuk tempat

pemancingan sebagai berikut:

1) Jenis tanah berupa tanah liat berpasir atau tanah liat

berdebu agar tidak mudah roboh.

2) Tanah pematang harus bersih dari potongan akar,

batang, ranting pohon, dan rumput agar konstruksinya

benar-benar kuat.

3) Bagian atas pematang perlu ditanami rumput agar

tanahnya tidak mudah terkikis atau terkena erosi.

4) Di sepanjang pematang perlu ditanami pohon api-api

(Avicennia marina) atau bakau (Rhyzophora) agar

pematangnya memiliki tanaman pelindung.

c. Perairan umum

Perairan umum adalah bagian permukaan bumi

yang secara permanen atau berkala digenangi air. Dalam

hal ini, perairan umum mencakup perairan air tawar, air

payau, dan laut.

Perairan umum bukan milik perseorangan atau

perusahaan tertentu. Karena sifatnya yang umum itulah,

pemanfaatan dan pengelolaannya dilakukan secara bersama

untuk kepentingan bersama. Perairan umum yang terdapat

di Indonesia adalah danau, rawa, sungai, situ, waduk,

bendungan, saluran irigasi, kolong (lubang bekas tambang

27
seperti tambang timah di Bangka dan Belitung) atau

genangan yang bersifat sementara.

4. Jenis Ikan yang Umumnya Dipancing

Menurut Khairuman dan Khairul (2003) jenis ikan yang umumnya

dipancing di bagi menjadi dua berdasarkan tempat dipancingnya,

yaitu:

a. Jenis ikan di kolam pemancingan anatar lain ikan bandeng, ikan

lele, ikan mas, ikan patin, ikan gurami dan ikan bawal

b. Jenis ikan di perairan umum ikan gabus, ikan sepat, ikan mujair,

ikan nilem, sidat dan ikan baung

5. Alat Pancing

Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, alat pancing terdiri dari

bermacam alat pendukung, seperti:

a. Mata kail

Mata kail adalah salah satu alat untuk menangkap ikan

yang paling populer dan digunakan untuk memancing. Mata kail

digunakan sebagai tempat untuk menaruh umpan pancing, yang

pada awalnya terbuat mulai dari tulang atau kayu keras pada

zaman dahulu.

Pada masa kini bermacam mata kail sudah dapat dibuat dari

berbagai macam logam keras seperti dari besi (yang diberi lapisan

28
chrome), baja atau bisa juga dengan campuran bahan logam

lainnya misalnya dari bahan karbon.

Mata kail mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam.

Sedangkan untuk ukuran besar-kecilnya pada mata kail biasanya

dibedakan dengan menggunakan nomer

b. Pelampung pancingan

Pelampung pancingan, bisa terbuat dari kayu, busa, gabus

atau plastik selama sesuai dengan penggunaannya sebagai

pelampung yang ringan dan dapat mengambang di atas

permukaan air.

c. Pemberat umpan pancing

Pemberat umpan pancing, umumnya menggunakan bahan

dari timah agar umpan dapat tenggelam di bawah air.

d. Rol pancing

Rol pancing, biasanya diletakkan pada pangkal dari tongkat

pancing (joran pancing) yang berguna sebagai tempat

menggulung tali senar pancing dan terdapat pemutar pada bagian

sampingnya, tapi dapat pula rol pancing digunakan tanpa tongkat

pancing dengan cara tali senar digulung secara manual oleh

tangan.

e. Tali senar pancing

29
Tali senar pancing, digunakan untuk memasang mata kail

sekaligus sebagai media penghubung antara pemancing dengan

ikan yang terpancing.

f. Tongkat pancing

Tongkat pancing, digunakan untuk tempat rol pancing pada

pangkalnya dan biasanya tongkat pancing tidak digunakan pada

area berair dalam atau pada saat memancing dasar.

g. Umpan pancing

Umpan pancing, terdiri dari beragam variasi, mulai dari

umpan buatan misal berupa ramuan hingga umpan alam hidup

ataupun mati misalkan ikan kecil, udang, cacing atau cumi-cumi

Pada dewasa ini mata kail tidak lagi harus menggunakan

umpan dari bahan organik, tetapi dapat pula digunakan umpan

buatan (lure) yang berbentuk seperti umpan asli dan terbuat dari

kayu atau plastik.

C. Tinjauan Kawasan Pemancingan di Beberapa Tempat (Studi Banding

dan Studi Literatur)

1. Studi Banding

a. Kolam Pemancingan Limbung

Kolam pemancingan limbung dengan luas sekitar 1 Ha ini

merupakan tempat pemancingan sekaligus tempat berkumpul

30
keluarga. Tempat wisata ini terletak di Kabupaten Gowa,

Sulawesi Selatan.

Kolam pemancingan limbung ini dilengkapi dengan gazebo,

panggung hiburan dan musholla. Suasana dalam tempat

pemancingan cukup asri dengan penaatan lansekap yang cukup

bagus.

Kolam pemancingan ini memakai sistem mancing kiloan.

Makanan yang disediakan di sini juga cukup enak.

Gambar 2.1 Kolam Pemancingan Limbung

Sumber: Survey Penulis

b. Kampoeng Air Katulampa

Kampoeng Air Katulampa dengan luas 1,8 Ha merupakan

tempat wisata pemancingan yang berada dekat dengan bendungan

Katulampa di Bogor, Jawa Barat. Di sini wisatawan dimanjakan

dengan beragai fasilitas seperti kolam terapi ikan, outbound untuk

anak-anak, arung jeram, pondokan dan juga camping ground. Di

31
sini juga terdapat sekolah alam yang dibuka tiap minggu untuk

anak-anak usia dini.

Sumber air tempat pemancingan ini berasal dari sungai

yang terdapat dekat dengan tempat pemancingan. Selain terdapat

sungai dengan bebatuannya di sini kita juga disuguhkan

pemandangan hamparan sawah.

Gambar 2.2 Kolam Pemancingan di Kampoeng Air Katulampa

Sumber: Survey Penulis

2. Studi Literatur

a. Saung Wulan

Pemancingan saung wulan terletak di Tambun, Bekasi.

Berdiri diatas lahan seluas 4000m2. Saungnya berkapasitas mulai

dari 5 orang, 10 orang, 25 orang, hingga saung besar berkapasitas

diatas 50 orang yang cocok digunakan untuk acara keluarga atau

acara-acara perusahaan.

32
Kolam pemancingan nya berisi ikan gurame, patin, mujair,

mas, ikan tawes. Ikan yang terpancing dibandrol harga Rp.

35.000,-/kg. Juga terdapat Kolam pembibitan ikan patin, di

waktu-waktu tertentu para pengunjung dibagikan makanan ikan

gratis sehingga bisa merasakan sensasi serunya memberi makan

ratusan ikan patin di kolam. Makanan ikan juga dijual di kasir

untuk hiburan bagi para pengunjung.

Selain kolam pemancingan juga terdapat gedung

pernikahan berkapasitas 1000orang, yang juga biasa digunakan

untuk seminar, launching product, dan lain-lain. Taman bermain

anak juga terdapat di saung wulan ini

Gambar 2.3 Pemancingan Saung Wulan

Sumber: http://restosaungwulan.com/resto/sample-page

b. Rumah Air, Bogor

Rumah Air yang berlokasi di Jalan Raya Boulevard CBD

BNR, Bogor ini dibangun di areal seluas 3 Ha. Selain kolam

33
pemancingan Rumah Air juga menawarkan beberapa fasilitas

antara lain yaitu, restoran baik di dalam maupun luar ruangan,

saung lesehan, kafe taman, aneka permainan anak dengan konsep

arsitektur yang asri.

Untuk main resto berkapasitas 1.500 orang dan dapat

dijadikan tempat acara perusahaan dan keluarga. Seperti, meeting,

family gathering, seminar, ulang tahun, reuni dan acara

lain. Hadir dengan suasana alam pedesaan dengan saung lesehan

berjumlah 50 di atas hamparan danau yang luas, kenyamanan

Rumah Air dilengkapi dengan pemandangan Gunung Salak dan

Pangrango. Pengunjung juga dapat menikmati sajian khas mulai

masakan nusantara hingga western.

Tempat wisata ini juga menyediakan fasilitas

pemancingan dengan dua areal kolam yang dapat menampung

lebih dari 70 pemancing. Dengan membayar Rp 85.000,- untuk

menyewa tempat, peralatan, dan umpan. Di kolam pancing ini

terdapat jenis ikan mas, nila, dan gurame. Setiap ikan yang

berhasil ditangkap dapat dibawa pulang ataupun dimasak dengan

membayar Rp 35.000,- per kilogram ikan.

Sementara itu, anak-anak dapat menjajal tujuh wahana

permainan yang disediakan. Permainan kami terdiri atas ATV,

bumper dan funny boat, otopad, istana balon, crazy ball dan becak

34
mini. Harga yang ditawarkan antara Rp20 ribu sampai Rp35 ribu

per orang.

Sesuai tagline yang diusung yaitu Eating, Fishing and

Playing, Rumah air merupakan tempat wisata one stop

destination. Dimana, customer tak hanya menghabiskan waktunya

dengan menyantap aneka hidangan, tapi juga dapat menikmati

wahana permainan dan menjajal kemampuan memancing.

Gambar 2.4 Kolam Pemancingan di Rumah Air Bogor

Sumber: http://rumahairbogor.com/resto/sample-page

c. Pemancingan Saung Wargi, Lembang

Arena pemancingan Saung Wargi merupakan sebuah

wisata alam yang menyediakan arena mancing bagi siapa saja

yang ingin menjajal kemampuan mancing. Selain arena mancing

fasilitas lainnya seperti flying fox, mini zoo, outbound, dan play

ground.

35
Area ini memiliki luas sekitar 1,3 hektar. Di sekitar kolam

berdiri bangunan persegi terbuat dari kayu berjumlah kurang lebih

38 buah. Bangunan itu beratapkan ijuk, tersedia khusus untuk

memfasilitasi waktu santai Anda sambil menunggu kail disambar

ikan.

Ikan-ikan yang bisa dipancing dan bawa pulang dari

kolam ialah ikan mas, bawal, dan gurame. Kalau tidak bersedia

membawa pulang ikan mentah, wisatawan bisa meminta

pengelola untuk mengolahnya terlebih dahulu, tentu saja dengan

membayar biaya tambahan.

Setelah mancing atau jalan-jalan menikmati fasilitas

lainnya, wisatawan bisa memesan menu makanan untuk makan

siang. Ada nasi liwet khas Sunda yang dihidangkan dengan

olahan ikan. Wisatawan juga bisa memesan menu olahan sup

buntut, sup buah, dan lain-lain. Tentu saja, menu utama di saung

itu adalah olahan ikan.

Arena pemancingan Saung Wargi ini berlokasi di Jl.

Kolonel Masturi, Kampung Keramat Nomor 2, Lembang—

Bandung.

36
Gambar 2.5 Kolam dengan Saung di Pemancingan Saung Wargi

Sumber: http://bandung.panduanwisata.id/bisa-flying-fox-di-

pemancingan-saung-wargi-lembang/

37
Tabel 2.1 Matriks Tinjauan Kawasan Wisata Pemancingan di Berbagai Tempat

No. Studi Banding Fasilitas Tinjauan Arsitektur


1. Kolam Pemancingan Kolam pancing  Luas sekitar 1 Ha

Limbung, Gowa, Saung  Terdiri dari 8 saung vip, 2

Sulawesi Selatan Panggung hiburan saung kecil, 3 saung sedang,

Musholla dan 2 saung besar

Lavatory  Terdiri dari 4 kolam pancing

 Tata massa menggunakan

pola….

 Material utama bangunan

yaitu atap rumbia dan kayu

2. Kampoeng Air Kolam pancing  Luas sekitar 1,3 Ha

Katulampa, Bogor, Saung  Tata massa menggunakan

Jawa Barat Pendopo pola….

Outbond  Terdiri dari 3 kolam pancing

Kolam terapi ikan  Terdiri dari 10 saung dengan


Camping ground ukuran yang sama
Musholla
 Material utama bangunan
Lavatory
yaitu bata merah dan atap…

3. Saung Wulan, Kolam pancing  Luas sekitar 4000 m2

Tambun, Bekasi Gedung pernikahan  Saung-saungnya berkapasitas


5, 10, 25 sampai 50 orang
Saung
 Material utama bangunan
Kolam pembibitan
yaitu bambu dan atap alang-
Playground
alang
Musholla

Lavatory
4. Rumah Air Bogor Restoran dengan  Luas sekitar 3 Ha

kapasitas 1.500  Material utama bangunan

orang, Kafe taman yaitu bambu dan atap rumbia

Playground  Terdiri dari 50 saung dengan

Musholla 2 ukuran yang berbeda

Lavatory
5. Pemancingan Saung Kolam pancing  Luas sekitar 1,3 Ha

Wargi, Lembang, Saung  Material utama bangunan

Jawa Barat Mini zoo yaitu bambu dan atap rumbia

Outbound  Terdiri dari 38 buah saung

Playground dengan 3 ukuran yang

Musholla berbeda

Lavatory
Sumber: Data Sekunder, 2015
Dari studi data yang dilakukan terhadap ke tiga obyek wisata

tersebut diperoleh berbagai fasilitas yang terdapat di kawasan

pemancingan yang nantinya akan diterapkan dalam Kawasan Wisata

Pemancingan Maleleng, Kabupaten Pangkep . Selain kolam pancing,

kawasan wisata pemancingan secara garis besar dilengkapi fasilitas lain

antara lain saung, kolam renang, outbound, playground dan resto.

Fasilitas-fasilitas ini nantinya menjadi acuan dalam perencanaan fasilitas-

fasilitas yang terdapat di dalam “Kawasan Wisata Pemancingan di

Kabupaten Pangkep”. Adapun fasilitas fasilitas yang akan dimiliki yaitu:

1. Kolam pancing

2. Saung

3. Rumah makan

4. Akuarium mini

5. Kolam terapi ikan

6. Kolam tangkap ikan

7. Fish Market

8. Playground

9. Musholla

10. Lavatory
BAB III

ANALISIS PENDEKATAN

A. Pendekatan Non Arsitektural

1. Tinjauan Terhadap Kabupaten Pangkep

a. Letak Geografis

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (biasa disingkat

Pangkep) terletak di bagian barat dari Provinsi Sulawesi Selatan,

dengan Ibukota Pangkajene dan sebagai pusat pelayanan wilayah

bagi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, selain itu karena

letaknya yang sangat strategis dekat dengan Ibukota Provinsi

Sulawesi Selatan. Berdasarkan letak astronomi, Kabupaten

pangkajene dan kepulauan berada pada 11.00’ Bujur Timur dan

040. 40’ – 080. 00’ Lintang Selatan.

Secara administratif luas wilayah Kabupaten Pangkajene dan

Kepulauan 12.362,73 km2 (setelah diadakan analisis Bakosurtanas)

untuk wilayah laut seluas 11.464,44 km2, dengan daratan seluas

898,29 km2, dan panjang garis pantai di Kabupaten Pangkajene dan

Kepulauan yaitu 250 km, yang membentang dari barat ke timur.

Dimana Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terdiri dari 13

kecamatan, dimana 9 kecamatan terletak pada wilayah daratan dan

4 kecamatan terletak di wilayah kepulauan.


Batas administrasi dan batas fisik Kabupaten Pangkajene dan

Kepulauan adalah sebagai berikut; sebelah utara berbatasan dengan

Kabupaten Barru, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten

Maros, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bone, dan

sebelah barat berbatasan dengan Pulau Kalimantan, Pulau Jawa

dan Madura, Pulau Nusa Tenggara dan Pulau Bali.

Gambar 3.1 Peta Pulau Sulawesi Selatan

Sumber http://www.talungtik.com/wp-

content/uploads/2015/01/Peta-Pulau-Sulawesi-Jaman-Dulu.jpg
Gambar 3.2 Peta Kabupaten Pangkep

Sumber:http://loketpeta.pu.go.id/assets/cms/uploads/images/media-

peta/peta-infrastruktur/pii-7300/7309_2012.gif

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan merupakan kabupaten

yang struktur wilayah terdiri atas 2 bagian utama yang membentuk

kabupaten ini yaitu :


1) Wilayah Daratan

Secara garis besar wilayah daratan Kabupaten Pangkajene

dan Kepulauan ditandai dengan bentang alam wilayah dari

daerah dataran rendah sampai pegunungan, dimana potensi

cukup besar juga terdapat pada wilayah daratan Kabupaten

Pangkajene dan Kepulauan yaitu ditandai dengan terdapatnya

sumber daya alam berupa hasil tambang, seperti batu bara,

marmer, dan semen. Disamping itu potensi pariwisata alam

yang mampu menembah pendapatan daerah.

Kecamatan yang terletak pada wilayah daratan Kabupaten

Pangkajene dan Kepulauan yaitu terdiri dari : Kecamatan

Pangkajene, Kecamatan Balocci, Kecamatan Bungoro,

Kecamatan Labakkang, Kecamatan Ma’rang, Kecamatan

Segeri, Kecamatan Minasa Te’ne, Kecamatan Tondong Tallasa

dan Kecamatan Mandalle.

2) Wilayah Kepulauan

Wilayah kepulauan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

merupakan wilayah yang memiliki kompleksitas wilayah yang

sangat urgen untuk dibahas, wilayah kepulauan Kabupaten

Pangkajene dan Kepulauan memiliki potensi wilayah yang

sangat besar untuk dikembangkan secara lebih optimal, untuk

mendukung perkembangan wilayah Kabupaten Pangkajene dan

Kepulauan.
Kecamatan yang terletak di wilayah Kepulauan Kabupaten

Pangkajene dan Kepulauan yaitu : Kecamatan Liukang

Tupabiring, Kecamatan Liukang Tupabiring Utara, Kecamatan

Liukang Kalmas, dan Kecamatan Liukang Tangaya.

b. Morfologi

Wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terletak pada

ketinggian 100 – 1000 m di atas permukaan laut, berada pada jarak

+ 60 km dari Kota Makassar. Dari segi morfologis Kabupaten

Pangkajane dan Kepulauan dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah yaitu ;

morfologi dataran rendah yang membentang dari pantai barat,

perbukitan di bagian timur Kabupaten Pangkajene dan pulau-pulau

kecil.

Gugusan kepulauan kecil yang terdapat di wilayah Kabupaten

Pangkajene dan Kepulauan terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil

yang terdapat pada Kecamatan Liukang Tupabiring, Kecamatan

Liukang Tupabiring Utara, Kecamatan Liukang Tangaya dan

Kecamatan Liukang Kalmas. Dimana gugusan pulau-pulau ini

sampai dengan perbatasan bali, nusa tenggara dan kalimantan.

c. Topografi

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan mempunyai kondisi

topografi yang relatif berfariasi secara garis besar dapat dibagi

dalam 4 (empat) bagian yaitu :


1) Dataran rendah (0-25 Mpdl) sebagian besar terletak di

Kecamatan Pangkajene, Kecamatan Minasa Te’ne, Kecamatan

Bungoro, Kecamatan Labakkang, Kecamatan Ma’rang,

Kecamatan Segeri dan Kecamatan Mandalle.

2) Dataran Tinggi (25-100 Mpdl) terletak di sebahagian wilayah

Kecamatan Balocci, Kecamatan Tondong Tallasa, Kecamatan

Segeri, Kecamatan Minasa Te’ne dan Kecamatan Mandalle,

terutama dibagian utara.

3) Dataran Pegunungan (500-1000 Mpdl), sebahagian besar di

Kecamatan Balocci, Kecamatan Mandalle, Kecamatan Segeri

dan Kecamatan Tondong Tallasa atau pada bagian timur

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.

4) Daerah Pesisir terletak di bagian pantai barat Kabupaten

Pangkajene dan Kepulauan terutama pada Kecamatan

Pangkajene, Labakkang, Ma’rang, Segeri dan Mandalle, serta

kecamatan kepulauan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

yang tergolong sebagai daerah datar terletak pada Kecamatan

Liukang Tupabiring, Liukang Tupabiring Utara, Liukang

Tangaya, dan Liukang Kalmas.

d. Klimatologi

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan kondisi tipe iklim ini

menjadi iklim tipe C1 dengan bulan kering < 2 bulan, iklim tipe C2

dengan bulan kering 2-3 bulan, dan iklim dengan bulan kering 3
bulan. Keduanya memiliki bulan basah antara 5-6 bulan secara

berturut-turut dalam satu tahun dengan curah hujan rata-rata 2.500-

3.000 mm/tahun. Tipe ini merupakan tipe iklim agak basah.

Temperatur udara di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

berada pada kisaran 21o – 31o atau rata-rata suhu udara 26,4 oC.

Keadaan angin berada pada kecepatan sedang, dimana pada daerah

ketinggian kelembaban udara rendah sedangkan pada wilayah

pesisir kelembaban udara tinggi.

e. Perda Rencana Tata Ruang Kota Pangkep Sebagai Kawasan

Peruntukan Perikanan

Tabel 3.1 RTRK Kota Pangkep sebagai Kawasan Peruntukan

Perikanan

N KAWASAN KECAMATAN

O
1. Kawasan perikanan tangkap Liukang Tangaya, Liukang

Kalmas, Liukang Tupabiring,

Liukang Tupabiring Utara,

Pangkajene, Labakkang,

Ma’rang, Segeri, Mandalle


2. Kawasan budidaya, Pangkajene, Mandalle,

perikanan air payau Minasate’ne, Segeri,

a. Perikanan air payau Ma’rang, Labakkang,

komoditas udang dan Bungoro

bandeng
b. Perikanan air laut Mandalle, Liukang Kalmas,
komoditas rumput laut Liukang Tupabiring,

Labakkang, Ma’rang,

Tupabiring Utara, Segeri


c. Perikanan air tawar Balleangin Balocci
3. Kawasan minapolitan Labakkang, Minasate’ne,

Pangkajene, Bungoro,

Ma’rang, Segeri, Mandalle,

Liukang Tupabiring Utara


Sumber: Dinas Tata Ruang Kota Pangkep

2. Analisa Proyeksi Jumlah Pengunjung

Kabupaten Pangkep terletak pada jalur wisatawan Mancanegara

dan Nusantara yang ingin berkunjung ke Tanah Toraja maka

pemerintah daerah merasa optimis akan pertambahan kunjungan

wisatawan lokal maupun mancanegara ke Kabupaten Pangkep. Jumlah

wisatawan sangat penting dalam usaha pengembangan obyek wisata.

Oleh karena itu dibutuhkan data jumlah kunjungan wisatawan

sehingga dapat diprediksi banyaknya wisatawan yang nantinnya akan

mengunjungi Kawasan Wisata Pemancingan di Kabupaten Pangkep.

Tabel 3.2 Distribusi Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke DTW

Sulawesi Selatan

Peringka Daerah Tujuan Wisata Konstribusi (%)


t
1 Tana Toraja 43,25
2 Makassar 16,50
3 Bulukumba 12,00
4 Bone 6,25
5 Wajo 5,75
6 Enrekang 3,50
7 Luwu dan Luwu Utara 3,45
8 Pare-Pare 2,50
9 Soppeng 2,00
10 Sinjai 1,05
11 Kabupaten lain 3,75
Total 100
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan

Tabel 3.3 Distribusi Kunjungan Wisatawan Domestik ke DTW

Sulawesi Selatan

Peringka Daerah Tujuan Wisata Konstribusi (%)

t
1 Makassar 51,25
2 Tana Toraja 11,60
3 Luwu dan Luwu Utara 4,55
4 Bulukumba 4,05
5 Wajo 3,15
6 Pare-pare 3,00
7 Bone 2,92
8 Erekang 2,80
9 Mamuju 2,75
10 Soppeng 2,70
11 Bantaeng 1,60
12 Maros 1,50
13 Gowa 1,45
14 Pangkep 1,41
15 Pinrang 1,09
16 Barru 0,95
17 Sinjai 0,83
18 Sidrap 0,74
19 Selayar 0,54
20 Takalar 0,53
21 Jeneponto 0,50
Total 100
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan

Dalam distribusi kunjungan wisatawan mancanegara ke Sulawesi

Selatan, Kabupaten Pangkep termasuk dalam 10 kabupaten yang paling

sedikit berkonstribusi. Sedangkan dalam distribusi kunjungan

wisatawan domestik, Kabupaten Pangkep hanya menempati peringkat

ke-14 dengan konstribusi sebesar 1,41 % dari jumlah keseluruhan

kunjungan wisatawan yang datang ke Sulawesi Selatan. Untuk itu

perancangan Kawasan Wisata Pemancingan ini diharapkan dapat

meningkatkan peringkat Kabupaten Pangkep dalam konstribusi

kunjungan wisatawan ke Sulawesi Selatan

Tabel 3.4 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Nusantara yang

Berkunjung ke Kawasan Wisata di Kabupaten Pangkep

pada Tahun 2010-2014

Tahun Jumlah Kunjungan Laju Pertumbuhan


Mancanegar Nusantara Total Mancanegara Nusantara

a
2010 2 15.382 15.384 - -

2011 26 23.099 23.125 92,3 % 33,4 %

2012 64 22.409 22.473 59,4 % -3,1 %

2013 84 18.825 18.909 23,8 % -19 %

2014 102 28.288 28.390 17,6 % 33,5 %


Jumla 278 108.003 108.28 193,1 % 44,8 %

h 1
Sumber: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya, Kab. Pangkep

Berdasarkan data jumlah wisatawan mancanegara dan nusantara

yang berkunjung ke kawasan wisata di Kabupaten Pangkep pada tahun

2010-2014, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara terus

mengalami peningkatan. Berbeda dengan jumlah wisatawan nusantara

yang terjadi sempat terjadi penurunan pada tahun 2012 dan 2013.

Dari data ini kita dapat menghitung perkembangan jumlah

pengunjung 10 tahun yang akan datang dengan rumus geometrik dan

aritmatika:

Geometrik : Pt = Po (1 + r)n

Aritmatik : Pt = Po + an

Dimana:

Pt = Jumlah pengunjung tahun prediksi

Po = Jumlah pengunjung tahun dasar

r = Presentase rata-rata laju pertumbuhan pengunjung

1 = Nilai konstanta

n = Jumlah tahun prediksi

a = Jumlah pertambahan wisatawan (Po.r)

a. Cara Geomterik : Pt = Po (1 + r)n


Wisnus Pt = 28.288 (1 + 0,112)10

= 28.288 (1,112)10

= 28.288 (2,89)

= 81.752,32 (81.752) orang

Wisman Pt = 102 (1 + 0,483)10

= 102 (1,483)10

= 102 (51,45)

= 5.247,9 (5.248) orang

b. Cara Aritmatik : Pt = Po + an

Wisnus Pt = 28.288 + (28.288 x 0,112) 10

= 28.288 + 31682,56

= 59.970,56 (59.971) orang

Wisman Pt = 102 + (102 x 0,483) 10

= 102 + 492,66

= 594,66 (595) orang

Karena kedua rumus di atas menghasilkan jumlah yang berbeda

maka perlu dicari rata-ratanya dengan menggunkan rumus interpolasi,

yaitu:

Interpolasi Pt total = Pt geometric + Pt aritmatik

Wisnus Pt = 81.752 + 59.971

2
= 70.861,5 (70.862) orang

Wisman Pt = 5.248 + 595

= 2.921,5 (2.922) orang

Total kunjungan wisatawan ke Kabupaten Pangkep tahun 2025

yang diprediksikan baik wisman maupun wisnus berjumlah 73.784

orang. Perhitungan kedatangan pengunjung setiap hari adalah 73.784 :

365 = 202 orang setiap hari.

Berdasarkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Pangkep

tiap hari, diasumsikan 60% akan berkunjung ke Kawasan Wisata

Pemancingan. Maka jumlah pengunjung ke Kawasan Wisata

Pemancingan 60% x 202 orang = 121,2 (121) orang.


B. Pendekatan Arsitektural

1. Pendekatan Makro

a. Pendekatan pemilihan lokasi

1) Tujuan

Tujuan dari pendekatan pemilihan lokasi kawasan yaitu

untuk mendapatkan lokasi yang potensial agar dapat memenuhi

tuntutan kebutuhan sarana Kawasan Wisata Pemancingan

Male’leng di Kabupaten Pangkep.

2) Dasar pertimbangan

Dalam memilih lokasi yang tepat harus didasarkan pada

dasar pertimbangan, sebagai berikut:

a) Penggunaan tanah (land use) sesuai dengan Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pangkep dengan

fungsi utama peruntukan perikanan tangkap.

b) Masih tersedia lahan kosong untuk perencanaan

pembangunan kawasan wisata

c) Tersedia empang untuk mendukung fungsi kawasan sebagai

kawasan wisata pemancingan

d) Adanya kelengkapan unsur sarana dan prasarana infra

struktur kota.
b. Pendekatan pemilihan tapak

1) Tujuan

Tujuan dari pemilihan tapak adalah untuk mendapatkan

tapak yang sesuai dengan lokasi yang terpilih dan dapat

mendukung keberadaan Kawasan Wisata Pemancingan

Male’leng di Kabupaten Pangkep sehingga dapat berfungsi

secara maksimal sebagai suatu sarana fasilitas wisata

2) Dasar pertimbangan

Dalam menentukan tapak yang tepat harus didasarkan pada

dasar pertimbangan, sebagai berikut:

a) Luasan tapak mencukupi untuk perencanaan kawasan

wisata pemancingan.

b) Terdapat sungai di sekitar tapak sebagai sumber pengairan.

c) Memiliki view menarik yang nantinya menjadi daya tarik.

d) Memiliki topografi yang dapat mendukung tuntutan fungsi

sebagai kawasan wisata pemancingan

e) Mempunyai aksebilitas tinggi, dapat dilalui oleh kendaraan

umum dan pribadi.

f) Sirkulasi lalu lintas disekitar tapak lancar.

c. Pendekatan pengolahan tapak

1) Tujuan

Tujuan dari pengolahan tapak yaitu untuk mendapatkan

penataan tapak yang sesuai bagi peruntukan kawasan wisata


pemancingan. Pengolahan tapak dilakukan dengan

memperhatikan kondisi tapak dan kemungkinan yang muncul

akibat perubahan fisik di atasnya.

2) Dasar pertimbangan

a) Existing condition

Dalam pengolahan tapak perlu memperhatikan kondisi

awal tapak yang meliputi batas-batas tapak dan kondisi

lingkungan sekitar tapak.

b) Ukuran garis sempadan

Ukuran garis sempadan bangunan disesuaikan dengan

peraturan pemerintah yang ada

c) Orientasi bangunan

(1) Orientasi terhadap view

Orientasi bangunan terhadap view mempengaruhi

kenyamanan dalam pandangan sehingga orientasi

bangunan sebaiknya direncanakan menghadap ke view

yang terbaik.

(2) Orientasi terhadap sinar matahari

Orientasi matahari mempengaruhi tata letak

bangunan yang memiliki area lansekap yang luas serta

pertimbangan terhadap pemanfaatan sinar matahari

yang masuk ke dalam bangunan. Sisi bangunan terbesar

sebaiknya menghadap arah utara-selatan. Ini


menjadikan bangunan-bangunan yang terdapat di

kawasan lebih nyaman ditempati karena tidak terus

menerus tekena sinar matahari. Daerah yang paling

banyak menerima sinar matahari dapat dilindungi

dengan penanaman pohon pelindung.

(3) Orientasi terhadap angin

Arah angin mempengaruhi tata letak bangunan yang

memiliki area lansekap yang cukup luas. Arah angin ini

nantinya bisa dimanfaatkan sebagai penghawaan alami

pada kawasan. Sehingga perlu diketahui arah angin

yang mengarah ke tapak dan juga perlu adanya

penataan vegetasi untuk mereduksi tekanan angin

d) Kebisingan (noise)

Kebisingan yang terjadi di luar tapak dapat

mengganggu aktivitas yang terjadi di dalam tapak. Maka

dari itu perlu adanya pengendalian kebisingan yang berasal

dari luar tapak yaitu dengan cara pemanfaatan unsur

lansekap, peninggian lantai dasar bangunan serta membuat

jarak lebih ke dalam antara bangunan dan jalan utama

e) Penzoningan

Penzoningan tapak dimaksudkan untuk menghindari

rancangan yang kurang teratur pengelompokannya dan


tidak sesuai dengan tapak. Berdasarkan sifat kegiatan atau

tingkat privasi, penzoningan tapak dibagi atas,

(1) Zona publik

Zona publik adalah zona yang dapat digunakan oleh

semua orang. Bersifat terbuka dan umum.

(2) Zona semi publik.

Zona semi publik merupakan zona peralihan antara

zona publik dan zona privat. Termasuk dalam zona ini

meliputi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dilakukan

oleh semua pengunjung dan untuk melakukannya perlu

izin khusus.

(3) Zona privat

Zona privat merupakan zona yang aksesnya sangat

terbatas, hanya untuk orang-orang yang memiliki

kepentingan di zona tersebut.

Berdasarkan uraian di atas maka pengelompokan ruang

berdasarkan sifat kegiatan dapat dianalisa sebagai berikut:

(a) Zona publik dan zona semi publik mempunyai

hubungan yang erat karena pengunjung dapat

melakukan kegiatan di kedua zona ini walaupun

untuk kegiatan semi publik diperlukan suatu

persyaratan tertentu. Untuk itu dalam perencanaan


nanti kedua zona ini diletakkan berdekatan dalam

site plan.

(b) Zona semi publik dan zona privat tidak

berhubungan secara erat namun tetap memiliki

hubungan atau dapat dikatakan sebagai hubungan

tidak langsung.

(c) Zona publik dan zona privat dalam perencanaan

diletakkan terpisah karena kegiatan di kedua zona

ini tidak memiliki kesamaan sifat.

Perletakan masing-masing zona dalam tapak juga

disesuaikan dengan kondisi tapak yang ada di mana

bangunan-bangunan yang berada dalam satu zona

diletakkan berdekatan.

f) Sirkulasi

Sirkulasi adalah prasarana penghubung vital yang

menghubungkan berbagai kegiatan dan penggunaan dalam

sebuah tapak. Sistem sirkulasi menggambarkan seluruh

pola-pola pergerakan pejalan kaki, kendaraan, dan barang

di dalam dan keluar-masuk tapak.

(1) Sirkulasi pejalan kaki

Dasar pertimbangannya yaitu:

(a) Kemudahan, kenyamanan dan keamanan bagi

pejalan kaki.
(b) Sesuai dengan skala manusia.

(c) Memiliki jalur tersendiri yaitu berupa pedestrian.

(2) Sirkulasi kendaraan

Dasar pertimbangannya yaitu:

(a) Arah dan pola lintasan jalanan memberikan cukup

kemudahan dan keluwesan

(b) Menghindari crossing antar kendaraan

(c) Pemisahan yang jelas antar jenis kendaraan

(d) Aktivitas kendaraan dapat dikontrol oleh pihak

keamanan.

g) Tata massa

Adapun dasar pertimbangan dalam penentuan pola tata

massa yaitu:

(1) Memenuhi tuntutan fungsi bangunan pada tapak

(2) Penempatan massa sesuai kondisi tapak yang terpilih

dengan penataan yang cermat

(3) Pencapaian efektif terhadap unit-unit kegiatan

Beberapa alternatif pola tata massa menurut Yadnya

(2012) yaitu:

(1) Monolit (Tunggal)

(a) Dimensi bangunan besar dan tinggi.

(b) Hubungan kegiatan sangat kompak.


(c) Cocok dikembangkan pada tapak dengan luas tanah

terbatas dan harga mahal.

(d) Cocok dikembangkan pada tapak yang relatif datar.

(e) Kesan formal.

Gambar 3.3 Pola Tata Massa Monolit

(2) Kompak

(a) Dimensi bangunan menjadi lebih kecil

(b) Hubungan kegiatan kompak.

(c) Cocok dikembangkan pada tapak yang luas

terbatas dan hargga mahal

(d) Cocok dikembangkan pada tapak datar.

(e) Kesan informal.


Gambar 3.4 Pola Tata Massa Kompak

(3) Linear

(a) Dimensi bangunan menjadi lebih kecil.

(b) Hubungan aktivitas kurang kompak menjadi tidak

efisien dan efektif bila panjang jalur menjadi sangat

panjang.

(c) Kurang cocok diterapkan pada tapak yang luas.

(d) Cocok diterapkan pada tapak miring.

(e) Kesan informal dan formal


Gambar 3.5 Pola Tata Massa Linear

(4) Grid (Papan Catur)

(a) Dimensi bangunan menjadi lebih kecil.

(b) Hubungan aktivitas kurang kompak.

(c) Sangat cocok dikembangkan pada tapak luas.

(d) Sangat cocok dikembangkan pada tapak datar.

(e) Kesan informal dan monoton.

Gambar 3.6 Pola Tata Massa Grid (Papan Catur)


(5) Cluster

(a) Dimensi bangunan menjadi lebih kecil.

(b) Hubungan kegiatan ruang kompak (komunikasi

berjenjang antar kelompok jauh dalam kelompok

dekat)

(c) Cocok dikembangkan pada tapak luas.

(d) Cocok dikembangkan pada tapak datar.

(e) Kesan informal.

Gambar 3.7 Pola Tata Massa Cluster

(6) Memusat

(a) Dimensi bangunan menjadi lebih kecil.

(b) Hubungan kegiatan kurang kompak.

(c) Cocok dikembangkan pada tapak luas.

(d) Cocok dikembangkan pada tapak datar.

(e) Kesan informal.


Gambar 3.8 Pola Tata Massa Memusat

d. Pendekatan konsep lansekap

Lansekap adalah bagian dari kawasan yang dibentuk oleh

manusia, berkaitan antara manusia dan perancangan tapak.

Penataan lansekap bertujuan mendapatkan penataan tata ruang luar

yang mendukung fungsi bangunan.

Adapun pendekatan terhadap penataan lansekap didasarkan

pada pertimbangan yaitu:

1) Memperhatikan dan melestarikan potensi alam yang ada

2) Mengolah elemen lansekap dalam tapak disesuaikan dengan

kondisi alami pada tapak.

Hal-hal yang masuk dalam perencanaan lansekap yaitu:

1) Taman

2) Pagar
3) Parkiran

4) Kolam buatan

5) Pedestrian

6) Playground

Dalam merancang sebuah lansekap agar dapat berfungsi secara

maksimal dan estetis, perlu dilakukan pemilihan dan penatan secara

detail terhadap elemen-elemennya. Elemen-elemen lansekap yaitu:

a) Elemen lunak

Elemen lunak yang berupa tanaman. Penggolongan jenis

tanaman dari aspek arsitektural dikelompokkan menjadi:

(1) Tanaman penutup lantai (ground cover)

Tanaman ground cover ini berfungsi untuk menutupi

tanah dari curahan air hujan langsung. Tanaman ground

cover terdiri dari tanaman rumput, tanaman air, dan

tanaman semak rendah.

Gambar 3.9 Tanaman Ground Cover


Sumber: http://indo-landscape.com/9-jenis-rumput-taman-
untuk-ground-cover-taman-indo-landscape/
(2) Tanaman pembentuk dinding, pembatas dan pengarah.

Tanaman pembentuk dinding adalah tanaman yang

membentuk kesan dinding dibagi menjadi:

(a) Tanaman yang membentuk dinding rendah yaitu

tanaman setinggi mata kaki sampai setinggi lutut

seperti semak yang masih pendek dan tanaman border

(pembatas).

Gambar 3.10 Tanaman Pembentuk Dinding Rendah


Sumber:http://www.tamanminimalisku.com/search?
updated-max=2015-04-21T18:11:00-07:00&max-
results=7

(b) Tanaman yang membentuk dinding sedang yaitu

tanaman yang setinggi lutut sampai setinggi badan

seperti semak yang sudah besar dan perdu.


Gambar 3.11 Tanaman Pembentuk Dinding Sedang
Sumber:https://sabrinanadia.wordpress.com/2012/06/
28/tumbuhan-yang-bunganya-digunakan-dalam-
upacara-adat/

(c) Tanaman yang membentuk dinding tinggi, yaitu

tanaman yang setinggi badan sampai beberapa meter

seperti tanaman perdu dan beberapa jenis cemara dan

bambu. Selain sebagai physical barrier, tanaman ini

dapat berfungsi menjadi pengarah pergerakan,

pengontrol visual, kebisingan maupun debu dan

polutan lainnya.
Gambar 3.12 Tanaman Pembentuk Dinding Tinggi
Sumber:https://blogjualtanaman.wordpress.com/tag/ta
naman-penghijauan/

(d) Tanaman pembatas, pengarah dan pembentuk

pandangan adalah jenis tanaman berbentuk pohon

atau perdu yang berfungsi sebagai pembatas

pemandangan yang kurang baik, pengarah gerakan

bagi pemakai jalan pada jalan yang berbelok atau

menuju ke suatu tujuan tertentu, juga karena letak

dapat memberikan kesan yang berbeda sehingga dapat

menghilangkan kejenuhan bagi pemakai jalan.

Gambar 3.13 Tanaman Pembatas, Pengarah dan


Pembentuk Tanaman
Sumber:https://daliajayamakmur.wordpress.com/2010
/12/03/glodokan-tiang/

(e) Tanaman pengarah, penahan dan pemecah angin

adalah jenis tanaman yang berfungsi sebagai


pengarah, penahan dan pemecah angin, dapat

berbentuk pohon atau perdu yang diletakkan denga

suatu komposisi membentuk kelompok.

Gambar 3.14 Tanaman Pengarah, Penahan dan


Pemecah Angin
Sumber:http://www.kebunbunga.com/2015/03/pohon-
pelindung-pemecah-angin.html

(3) Tanaman pengatap atau peneduh

Tanaman pengatap atau peneduh adalah jenis tanaman

berbentuk pohon dengan percabangan yang tingginya

lebih dari 2 meter, mempunyai percabangan melebar ke

samping seperti pohon rindang dan dapat memberikan

keteduhan dan menahan silau cahaya matahari, terutama

bagi pejalan kaki. Bentuk pengatapan juga dapat

menggunakan tanaman pergola seperti bougenvile dan

stefanot.
Gambar 3.15 Tanaman Pengatap atau Peneduh
Sumber:http://istianggana.com/id/index.php/tanaman/1
22-tanaman-peneduh.html#sigProGalleria7913b54e3a

(4) Tanaman sebagai ornamen dan pengisi ruang

Tanaman sebagai ornament atau penghias adalah

tanaman yang mempunyai warna menarik pada bunga,

daun, kulit batang atau dahan, serta yang bertajuk indah.

Sebagai tanaman penghias, biasa dimanfaatkan untuk

menghias dinding, pengisi ruang atau yang lainnya.

Kehadiran tanaman pengisi ruang cenderung menjadi

point of interest melalui penataan yang sculptural.

Tanaman untuk fungsi ini biasa ditanam secara sendirian

atau berkelompok.
Gambar 3.16 Tanaman Sebagai Ornamen dan Pengisi
Ruang
Sumber:https://embundankaca.wordpress.com/tag/efor
bia/

Dalam memilih jenis tanaman perlu memperhatikan

beberapa pertimbangan berikut:

(1) Pemilihan jenis tanaman di sesuaikan dengan keadaan

tanah tempat tumbuhnya.

(2) Peletakan tanaman sesuai dengan fungsi tanaman.

b) Elemen keras

Elemen keras merupakan unsur tidak hidup dalam lansekap

dan berfungsi sebagai unsur pendukung untuk meningkatkan

kualitas lansekap tersebut. Elemen keras terdiri dari batuan,

jalan setapak, air, bangku taman, lampu taman dan patung.

(1) Batuan

Salah satu elemen lansekap adalah bebatuan, yang

dapat digunakan sebagai penyeimbang kesan kelembutan


yang diciptakan oleh tanaman. Dilihat dari susunannya,

dikenal batuan dengan susunan tunggal dan susunan

majemuk. Dalam susunan tunggal berarti hanya ada satu

batu dan ini bisa diterapkan dalam lansekap yang relatif

sempit. Susunan majemuk lebih sulit diwujudkan, namun

lebih variatif.

Gambar 3.17 Batuan pada Taman


Sumber:https://pixabay.com/id/taman-batu-batuan-
taman-171400/

(2) Jalan setapak

Jalan setapak dibuat terutama pada lansekap yang luas

untuk penghubung antar bagian atau sebagai jalur sirkulasi

pejalan kaki agar tidak merusak rumput yang telah ditata

dengan apik.

Desain jalan setapak ini dapat diciptakan sedemikian

rupa sehingga dapat menjadi elemen lansekap yang

memiliki nilai visual yang artistik. Bahan yang sering


digunakan untuk jalan setapak ini antara lain adalah batu

alam, grass block, paving block, batu buatan, kayu, beton

dan lain sebagainya.

Membuat jalan setapak haruslah berskala manusia,

artinya jarak antara batuan satu dengan lainnya diatur

untuk memberikan kemudahan langkah pada orang yang

berjalan di atasnya.

Gambar 3.18 Pedestrian


Sumber:https://repoebliek.wordpress.com/2011/07/16/t
aman-kota-surabaya/

(3) Air

Penggunaan elemen air dalam penataan lansekap akan

memberi suasana lebih sejuk bagi taman. Elemen air yang

digunakan bisa berupa kolam ikan, air mancur, atau pot

yang berisi air dan tanaman teratai atau jenis tanaman air

lainnya.
Gambar 3.19 Penggunaan Elemen Air Dalam
Lansekap
http://tamanku.com/tag/tambahkan-aksen-air-terjun-
untuk-kolam-yang-memikat/

(4) Bangku taman

Bangku taman untuk tempat istirahat dan menikmati

suasana sekitar. Bangku taman ini terbuat dari bahan-

bahan yang tahan terhadap perubahan cuaca.

Gambar 3.20 Bangku Taman


https://pixabay.com/id/bangku-taman-kayu-kursi-
outdoors-13566/
(5) Lampu taman

Lampu taman merupakan salah satu elemen lansekap

yang digunakan untuk menunjang suasana di malam hari.

Efek bayangan lampu merupakan pertimbangan dalam

menunjang lingkungan yang indah. Permainan air mancur

yang dipadukan dengan warna sinar lampu, sehingga

berwarna-warni menambah indahnya suasana.

Lampu dibedakan atas dua fungsi, yaitu sebagai

penerang lingkungan dan sebagai estetika. Sebagai

penerang lingkungan, dia harus memberikan suasana

terang di malam hari, agar terkesan aman sehingga bebas

dari rasa takut. Sebagai estetika, lampu taman, terutama

dikreasikan untuk mendapatkan keindahan. Keindahan ini

diperoleh dari bentuk lampu yang antik atau geomteris,

dari rangkaian lampu dengan bentuk yang bermacam-

macam, dari permainan lampu yang dinamis atau

permainan lampu yang dipadukan dengan kolam dan air

mancur, serta masih banyak kreasi lain yang bisa

dimunculkan.
Gambar 3.21 Lampu Taman
Sumber:http://www.barangunikchina.com/barang-
unik/lampu-taman-anti-nyamuk-led-bug-zapper-solar-
light-467

(6) Sculpture

Sculpture kadang-kadang berfungsi sebagai focal

point di dalam taman. Kehadiran sculpture atau patung ini,

bukan hanya menunjang keindahan taman tetapi juga

untuk mengurangi kesan monoton. Sculpture atau patung

ini dapat difungsikan sebagai air mancur dan ditempatkan

di antara tanaman tropis sehingga menciptakan suasana

taman semakin indah. Sculpture dapat dibuat dari bahan

alami atau buatan dengan berbagai macam variasi bentuk

warna dan tekstur.


2. Pendekatan Mikro

a. Pendekatan kebutuhan ruang

Dasar pertimbangan dalam menentukan kebutuhan ruang yaitu:

1) Pelaku kegiatan

a) Pengunjung

Pengunjung adalah orang-orang yang menggunakan

fasilitas-fasilitas yang terdapat di kawasan wisata

pemancingan. Mereka terdiri dari anak-anak, remaja, dan

orang dewasa.

b) Pengelola

Pengelola adalah orang-orang yang mengurusi segala

urusan administrasi dan pengelolaan kawasan wisata

pemancingan. Pengelola terdiri dari manajer, sekretaris, staf

manajemen, resepsinonis, petugas keamanan, cleaning

service, koki dan pelayan.

2) Aktivitas pelaku kegiatan

Setelah diketahui pemakainya maka ditentukan aktivitas

pemakai, dari aktivitas pemakai inilah diketahui kebutuhan

ruang yang diperlukan.

Berdasarkan hirarki kepentingan, kegiatan dikelompokkan

menjadi kegiatan utama, kegiatan wisata lain, kegiatan servis,

kegiatan pengelola, dan kegiatan parkir


a) Kegiatan utama merupakan kegiatan yang paling menonjol

dalam kawasan wisata pemancingan. Pelaku kegiatannya

adalah pengunjung. Termasuk dalam kegiatan utama yaitu

kegiatan memancing, menyewa alat pancing, makan dan

minum

b) Kegiatan wisata lain terdiri dari bermain, terapi ikan,

melihat koleksi ikan, menonton pertunjukan, mengadakan

acara, jalan-jalan, belanja perlengkapan mancing, belanja

oleh-oleh, makan dan minum.

c) Kegiatan servis terdiri dari sholat, kegiatan km/wc, dan

kegiatan servis bangunan.

d) Kegiatan pengelola terdiri dari seluruh kegiatan pengelola

yang meliputi kegiatan menerima tamu, kegiatan

administrasi, kegiatan memberi informasi, kegiatan

pengawasan keamanan, kegiatan rapat, menyimpan

barang, membersihkan lingkungan kawasan, kegiatan

km/wc

e) Kegiatan parkir merupakan kegiatan memarkirkan

kendaraan bermotor.

3) Sifat ruang

Sifat-sifat ruang terbagi menjadi:


a) Sifat publik yaitu bersifat terbuka atau umum bagi setiap

pengunjung sehingga harus memiliki akses langsung dari

luar dan mudah dikenali.

b) Sifat semi publik yaitu fasilitas yang hanya dapat digunakan

dengan berbagai syarat tambahan, misalnya membayar tiket

tambahan atau ada izin masuk.

c) Sifat pribadi yaitu fasilitas yang hanya digunakan secara

eksklusif oleh orang yang berkepentingan lansung ke

fasilitas tersebut.

b. Pendekatan besaran ruang

Besaran ruang kawasan wisata pemancingan didasarkan pada

aktivitas yang diwadahinya dan sirkulasi yang terjadi. Dalam

menetapkan besaran ruang ada beberapa dasar pertimbangan yang

perlu diperhatikan, yaitu:

1) Jenis dan fungsi kegiatan yang diwadahi

2) Sirkulasi manusia dan barang

3) Jenis ruang yang dibutuhkan

4) Jumlah pelaku kegiatan

5) Jumlah, jenis dan dimensi perabot yang digunakan.

6) Standar-standar umum yang menjadi patokan yaitu:

a) Architect Data

b) Time Saver Standart For Building Type

c) Office Building Leonard Manasch and Roger


d) Architectural Grafic Standard by Rasey/Slipper

e) Analisa Pribadi (Asumsi)

f) Survei

c. Pendekatan konsep bentuk dan penampilan bangunan

Dasar pertimbangan dari konsep bentuk bangunan yaitu:

1) Dapat membentuk suasana ruang yang sesuai dengan karakter

kegiatan yang diwadahi.

2) Dapat menjadi penguat karakter pariwisata Pangkep

3) Sesuai dengan bentuk tapak kawasan

4) Kemudahan dalam pelaksanaan

d. Pendekatan eksterior bangunan

Dasar pertimbangan dalam perencanaan eksterior bangunan

yaitu:

1) Pendekatan penampilan bangunan tropis

2) Penyesuaian dengan lingkungan

3) Pemilihan material yang tahan terhadap perubahan cuaca.

e. Pendekatan interior bangunan

Dasar pertimbangan dalam perencanaan interior bangunan

yaitu:

1) Penyesuaian dengan penampilan luar bangunan.


2) Pemilihan furniture dan material dari bahan alam untuk

mengepresikan kesan natural.

3) Mempunyai nilai estetika tinggi.

4) Kemudahan dalam perawatan dan pemasangan.

f. Pendekatan sistem struktur bangunan

Struktur bangunan terdiri dari struktur pondasi, dinding dan

atap. Dasar pertimbangan dalam penentuan sistem struktur

bangunan yaitu:

1) Secara umum memenuhi persyaratan dasar struktural.

2) Mampu mendukung ekspresi bentuk yang diinginkan.

3) Disesuaikan dengan kondisi lingkungan yaitu tahan terhadap

pengaruh fisik, terutama iklim tropis.

4) Memperhatikan suasana alami dengan menyesuaikan pada

penggunaan bahan-bahan struktur dan bentuk arsitektur yang

khas di lingkungan sekitarnya.

5) Struktur konstruksi tanggap terhadap kondisi kontur sehingga

memberikan keamanan, kenyamanan, minim terhadap

pencemaran, dan sebagainya.

g. Pendekatan sistem utilitas dan kelengkapan bangunan

1) Sistem pengairan empang

Dasar pertimbangan dalam sistem pengairan empang yaitu:


a) Terdapat sumber air untuk mengairi empang

b) Menjaga stabilitas Ph air

2) Sistem mekanikal elektrikal

Dasar pertimbangan dalam sistem mekanikal elektrikal

yaitu

a) Kelancaran distribusi ke setiap unit pemakaian

b) Mampu mencukupi batas pemakaian sesuai dengan

fungsinya

3) Sistem plambing

a) Air bersih

Dasar pertimbangan dalam pengadaan air bersih yaitu:

(1) Memiliki tangki penampungan

(2) Dapat memenuhi seluruh kebutuhan air bersih dalam

kawasan.

(3) Tapak yang luas dan massa bangunan yang banyak.

b) Air kotor

Air kotor terdiri dari gray water, black water dan storm

water. Gray water berupa air buangan dari westafel dan

dapur. Black water berupa air buangan dari kloset dan

urinoir. Storm water berupa air hujan. Dasar pertimbangan

dalam sistem pembuangan air kotor yaitu:

(1) Mudah dikontrol.


(2) Air kotor tidak mencemari kolam ikan dan lingkungan

dalam serta sekitar kawasan.

4) Sistem penghawaan

Sistem penghawaan terdiri dari penghawaan alami dan

penghawaan buatan. Dasar pertimbangan dalam perencanaan

sistem penghawaan yaitu:

a) Memanfaatkan penghawaan alami

b) Penghawaan buatan hanya pada ruang-ruang yang memiliki

sedikit bukaan.

5) Sistem pencahayaan

Sistem pencahayaan terdiri dari pencahayaan alami dan

pencahayaan buatan. Dasar pertimbangan dalam perencanaan

sistem pencahayaan yaitu:

a) Memanfaatkan cahaya matahari.

b) Kuantitas penggunaan lampu tergantung dari jenis ruang.

6) Sistem pencegahan kebakaran

Dasar pertimbangan sistem pencegahan kebakaran yaitu


a) Kemampuan untuk mendeteksi adanya sumber kebakaran

secara dini

b) Kelancaran arus sirkulasi keluar bangunan

c) Tinggi bangunan ini termasuk kategori low rise building

(maksimal dua lantai)

7) Sistem penangkal petir

Dasar pertimbangan pemilihan sistem penangkal petir yaitu

a) Disesuaikan dengan konsep bangunan yaitu bangunan

bermassa.

b) Bentuk penangkal petir tidak mempengaruhi unsur estetika

bangunan.

Alternatif sistem penangkal petir antara lain:

a) Tongkat franklin

Syarat-syarat penggunaannya yaitu:

(1) Panjang tongkat antena 25-90 cm

(2) Jarak tiap antenna 6 m

(3) Penggunaan lebih efektif untuk massa bangunan yang

memanjang dengan bentang yang relatif kecil.

(4) Sudut perlindungan bangunan 45o

b) Sangkar faraday

Sistem ini merupakan pengembangan dari tongkat franklin

dengan menambah konduktor horizontal pada terminal atap


yang langsung berhubungan ke terminal tanah, sehingga

menyerupai bentuk sangkar. Penggunaan lebih efektif untuk

bangunan dengan bentuk massa yang lebar.

c) Sistem preventer

Sistem ini menggunakan zat radio aktif pada terminal udara

yang berfungsi mengevisiasi udara medan yang berbentuk

setengah bola.

8) Sistem komunikasi

Dasar pertimbangan terhadap sistem komunikasi yaitu:

a) Pemisahan yang jelas antara jaringan komunikasi antar

pengelola bangunan dengan jaringan komunikasi

pengunjung

b) Kelancaran arus informasi terutama dalam keadaan darurat

c) Kemudahan bagi pengunjung yang menggunakan alat

komunikasi

9) Sistem kemananan

Dasar pertimbangan sistem keamanan yaitu:

a) Dapat menjaga seluruh keamanan kawasan.

b) Menggunakan tenaga manusia dan perangkat-perangkat

keamanan.
10) Sistem pembuangan sampah

Sistem pembuangan sampah yang nantinya diterapkan

dapat membersihkan kawasan wisata dari sampah-sampah yang

dihasilkan pengunjung ataupun pengelola. Perlu adanya

pemisahan antara sampah organik dan sampah anorganik.


BAB IV

KONSEP PERANCANGAN

A. Konsep Makro

1. Penentuan Lokasi

Berdasarkan pertimbangan pada konsep pendekatan penentuan

lokasi pada bab sebelumnya, maka lokasi ditetapkan di Kecamatan

Minasate’ne. Lokasi ini berada pada kawasan peruntukan perikanan

tangkap. Terdapat banyak lahan kosong yang bisa dijadikan lokasi

kawasan wisata pemancingan. Selain itu sarana dan prasarana kotanya

cukup lengkap.

Kecamatan
minasatene

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Minasate’ne


Sumber: Google Earth
2. Penentuan Tapak

Berdasarkan pertimbangan pada konsep pendekatan penentuan

tapak maka didapatkan tapak berada pada Kelurahan Sibatua,

Kecamatan Minasatene, Kabupaten Pangkep. Tapak ini merupakan

lahan kosong yang berupa empang dengan luas 2.5 ha. Tapak ini

berbatasan langsung dengan sungai Male`leng. Sungai ini menjadi

sumber air bagi empang dalam tapak. Dari tapak kita bisa melihat

pemandangan gunung kapur. Juga terdapat bebatuan dalam tapak yang

mempercantik empang dalam segi lansekap. Tapak ini sangat mudah

di akses karena berbatasan langsung dengan jalan poros Makassar –

Pare-pare.

Gambar 4.2 Tapak Terpilih Kawasan Wisata Pemancingan di


Kabupaten Pangkep
Sumber: Google Earth
3. Analisis Tapak

Tujuan dari analisis tapak yaitu menganalisis keadaan tapak untuk

mendapatkan penataan tapak yang sesuai bagi peruntukan lahan

Kawasan Wisata Pemancingan Male’leng yang didalamnya terintegrasi

secara harmonis.

a) Existing Condition

Tapak sebagian besar adalah empang. Karena kondisi tapak yang

seperti itu maka perlu adanya penimbunan pada sebagian tapak.

1. D
a

Gambar 4.3 Existing Condition Tapak


Sumber: Analisis Penulis

b) Sirkulasi Tapak

Sirkulasi kendaraan hanya berada pada daerah parkir. Sedangkan

sirkulasi pejalan kaki berada pada daerah wisata pemancingan.


Gambar 4.4 Sirkulasi Tapak
Sumber: Analisis Penulis

c) View

Memaksimalkan view ke arah pegunungan kapur yang menjadi

view terbaik dari dalam tapak. Menutup pandangan dari arah jalan

raya dengan pagar tembok agar menciptakan suasana privat dalam

kawasan wisata pemancingan.

Gambar 4.5 View Pegunungan Kapur


Sumber: Dokumentasi Penulis
d) Tata Massa

Tata massa yang digunakan adalah pola menyebar

mengelilingi tapak. Pola ini digunakan agar pengunjung dapat

menikmati semua fasilitas yang berada dalam tapak.

Gambar 4.6 Pola Tata Massa


Sumber:Analisis Penulis

4. Konsep Lansekap

a) Taman

Taman sebagai penghias tapak menggunakan rumput gajah

mini sebagai ground cover. Juniperus ditanam sebagai pembatas

taman. Tanaman cemara kipas, pinang merah, furcraea, nanas-

nanasan, ekor tupai, bromelia mini, kolate dan krokot ditata

sedemikian rupa di dalam taman.

b) Pagar

Pagar terbuat dari bata kapur ekspos. Di sepanjang pagar

dibuat bak tanaman yang menyatu dengan pagar untuk tempat


tumbuh pohon bambu kuning dengan tujuan mengurangi kesan

kaku pada pagar yang tinggi. Di bawah pohon bambu jepang

ditanami tanaman kacang-kacangan/landep yang juga berfungsi

sebagai ground cover

c) Parkiran

Menggunakan paving block jenis grass block sebagai ground

cover. Pohon kiara payung sebagai peneduh ditanam dalam bak

tanaman.

Gambar 4.7 Paving Grass Block


Sumber: www.lvfarkf.com

d) Kolam buatan

Kolam buatan dengan ikan koi di dalamnya ini terletak setelah

pintu masuk ke area kawasan pemancingan. Di pinggiran kolam

buatan didesain sculpture berbentuk ikan yang juga berfungsi

sebagai air mancur. Selain itu terdapat jembatan membagi kolam

menjadi dua. Jembatan ini terbuat dari kayu dengan pergola yang

ditumbuhi tanaman petrea di atasnya. Penataan bebatuan di pinggir

kolam serta penanaman tanaman teratai dan melati air di dalam


kolam. Pohon seruni, pandan bali dan bromelia putih ditanam

diantara bebatuan.

Gambar 4.8 Kolam Ikan Hias


Sumber: http://cdn-
2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20140120_121410_koi-
pond.jpg

e) Pedestrian

Pedestrian menghubungkan satu bangunan dengan bangunan

lainnya. Pedestrian dalam perencanaan kawasan wisata

pemancingan ini terbagi dua yaitu pedestrian yang berada di

pinggir empang dan pedestrian di luar empang.

1) Pedestrian yang berada di pinggir empang

Jalan setapaknya terbuat dari beton tekstur. Di sisi kiri kanan

jalan dibuat bak tanaman dari semen dengan finishing batu

alam setinggi 50 cm. Di dalam bak tersebut ditanami

kombinasi tanaman lili paris, bromelia mini dan bakung.


2) Pedestrian yang berada di luar empang

Jalan setapaknya dengan lebar 1,5 meter terbuat dari

kombinasi kayu ulin dan koral putih. Di sisi jalan ditanam lili

brazil sebagai pembatas. Palem putri dengan tanaman lantana

di sekelilingnya ditanam berjajar di sepanjang jalan masuk

sebagai pengarah dan juga peneduh. Selain itu terdapat lampu

taman yang berbentuk obor di sisi jalan sebagai penerang saat

malam.

f) Playground

Playground yang merupakan tempat bermain anak-anak

menggunakan rumput gajah mini sebagai ground covernya. Di

sekitar area playground ditanam pohon flamboyan. Pohon itu

ditanam dalam bak tanaman yang juga berfungsi sebagai bangku

taman.

Gambar 4.9 Playground


Sumber: thenerderypublic.com
B. Konsep Mikro

1. Kebutuhan Ruang

a) Kegiatan utama

Tabel 4.1 Kebutuhan Ruang Kelompok Kegiatan Utama

Pelaku Kebutuhan Sifat


Kegiatan
Kegiatan Ruang Ruang

Pengunjung Memancing Kolam pancing Publik

Dermaga perahu

Meminjam dan Fish market Publik


membeli alat
pancing

Makan dan Saung Publik


minum
- Saung kecil
Pengelola Menyediakan - Saung sedang
makanan - Saung besar

Resto

- Area makan
- Dapur
- Kasir
- Westafel

Sumber: Analisis Penulis


b) Kegiatan wisata lain
Tabel4.2 Kebutuhan Ruang Kelompok Kegiatan Wisata Lain

Pelaku Kebutuhan Sifat


Kegiatan
Kegiatan Ruang Ruang

Pengunjung Melihat-lihat Akuarium mini Publik


jenis ikan

Mengobati Kolam terapi ikan Semi


penyakit kulit Publik

Bermain Playground Publik

Kolam tangkap Semi


ikan publik

Sumber: Analisis Penulis

c) Kegiatan servis
Tabel 4.3 Kebutuhan Ruang Kelompok Kegiatan Servis

Pelaku Kebutuhan Sifat


Kegiatan
Kegiatan Ruang Ruang

Pengunjung Sholat Musholla Publik

- Ruang sholat
- Ruang wudhu
- Tempat
penitipan alas
kaki

Ke km/wc Lavatory Publik

- Lavatory wanita
- Lavatory pria

Pengelola Mengontrol Gedung servis Privat


mesin-mesin
- Ruang kontrol
panel
- Ruang pompa

Sumber: Analisis Penulis

d) Kegiatan pengelola
Tabel 4.4 Kebutuhan Ruang Kegiatan Pengelola

Pelaku Kebutuhan Sifat


Kegiatan
Kegiatan Ruang Ruang

Pengelola Memberi Kantor pengelola Semi


informasi, publik
- Loket tiket
mengatur
- Ruang tunggu
administrasi,
tamu
menerima tamu,
- Ruang staf
rapat, menyimpan
- Ruang
barang,
keamanan
menyimpan arsip,
- Ruang P3K
membersihkan
- Gudang
lingkungan
- Lavatory
kawasan,
- Pantry
memebrikan
pertolongan
pertama, ke
km/wc

Sumber: Analisis Penulis


e) Kegiatan parkir
Tabel 4.5 Kebutuhan Ruang Kegiatan Parkir

Pelaku Kebutuhan Sifat


Kegiatan
Kegiatan Ruang Ruang

Pengunjung Memarkirkan - Parkir mobil Publik

Pengelola kendaraan - Parkir motor


- Parkir bus

Sumber: Analisis Penulis

2. Besaran Ruang
a) Kegiatan utama
Tabel 4.6 Besaran Ruang Kegiatan Utama
Besaran
Kebutuhan Sumbe
Standar Ruang Kapasitas Ruang
Ruang r
(m2)
Kolam pancing
Area 50%x120
3 m2/orang asumsi 180
pancing =60 org
30% area
Sirkulasi 54
pancing
Total luas kolam pancing 234
Fish market
Ruang 5%x120
1,8 m2 / orang TSS 10,8
Display =6 orang
5% luas ruang
Area kasir asumsi 0,5
display
Sirkulasi 30% area display 3,2
Total luas fish market 14.58
Saung
Saung kecil 6 m2 / unit survei 20%x120 36
(4org/unit) =24 org
24:4
=6 unit
50%x120
Saung
=60 org
sedang 20 m2 / unit survei 120
60:10
(10org/unit)
=6 unit
2
27 m / unit 30%x120
Saung =36 org
besar survei 36:15 54
(15org/unit) =2,4 (2)
unit
Sirkulasi 30% luas saung 63
Total luas Saung 273
Rumah Makan
Area makan 1,8 m2/orang NAD 100 orang 180
20% luas area
Dapur AGS 36
makan
5% luas area
Area kasir asumsi 9
makan
30% luas area
Sirkulasi 54
makan
Total luas resto 153
Total luas besaran ruang kegiatan utama 674.58
Sumber: Analisis Penulis

b) Kegiatan wisata lain


Tabel4.7 Besaran Ruang Kegiatan Wisata Lain
Besaran
Kebutuhan Sumbe
Standar Ruang Kapasitas Ruang
Ruang r
(m2)
Akuarium mini
Akuarium
1 m2/unit asumsi 15 unit 15
ikan
Tempat
3 m2/unit asumsi 1 unit 3
makanan
30% luas
Sirkulasi 4,5
akuarium
Total luas akuarium mini 22,5
Kolam terapi ikan
Kolam 15%x120
1 m2/orang survei 18
terapi =18 orang
30% luas kolam
Sirkulasi 5,4
terapi
Total luas kolam terapi ikan 23,4
Kolam tangkap ikan + kamar bilas
15%x120
Area kolam 2 m2/orang asumsi 36
=18
Kamar
1,33 m2/orang AND 6 unit 8
bilas
30% luas area
Sirkulasi 10.8
kolam
Total luas kolam tangkap ikan 54.8
Playground
Ruang 15%x200
3,42 m2/orang NAD 102,6
gerak =30 orang
Total luas taman bermain anak 102,6
Total Luas Besaran Ruang Kegiatan Wisata Lain 203.3
Sumber: Analisis Penulis

c) Kegiatan servis
Tabel 4.8 Besaran Ruang Kegiatan Servis
Besaran
Kebutuhan Standar
Sumber Kapasitas Ruang
Ruang Ruang
(m2)
Musholla
Ruang 0,9 60%x120
NAD 64,8
sholat m2/orang =72 orang
Ruang 0,6 m2 /
NAD 4 orang 2,4
wudhu orang
Tempat 4 m2 Asumsi 1 orang 4
penitipan
alas kaki
30%
Sirkulasi ruang 19,4
sholat
Total luas musholla 90,6
Lavatory
1,06
Wc TSS 5 unit 5,3
m2/unit
0,82
Westafel TSS 5 unit 4,1
m2/unit
0,72
Urinoir TSS 5 unit 3,6
m2/unit
30% luas
Sirkulasi 3,9
lavatory
Total luas lavatory 16,9

Gedung servis
Ruang
12,96
Kontrol OB 1 unit 13
m2/unit
panel
Ruang 34,4 m2/
TSS 1 unit 34,4
pompa unit

30%
Sirkulasi gedung 14,22
servis
Total luas gedung servis 61,62

Total Luas Besaran Ruang Kegiatan Servis 169,12

Sumber: Analisis Penulis

d) Kegiatan pengelola
Tabel 4.9 Besaran Ruang Kegiatan Pengelola
Kebutuhan Standar Sumber Kapasitas Besaran
Ruang Ruang Ruang
(m2)
Kantor pengelola
Loket tiket m2/ orang OB 1 orang
Ruang 1,8 m2/
TSS 10 orang 18
tunggu tamu orang
4,65
Ruang staff TSS 6 orang 27,9
m2/orang
Ruang 3
asumsi 3 orang 6
keamanan m2/orang
Ruang P3K 16 m2/unit asumsi 4 orang 16
Gudang 9 m2/unit TSS 1 unit 9
1,06 TSS 2 unit 2,1
Lavatory
m2/unit 1 unit 0,8
-wc
0,82
-westafel
m2/unit
Pantry 6 m2/unit asumsi 1 unit 6
30% luas
Sirkulasi kantor 25.74
pengelola
Total Luas Besaran Ruang Kegiatan Pengelola 111,54
Sumber: Analisis Penulis

e) Kegiatan parkir
Tabel 4.10 Besaran Ruang Kegiatan Parkir
Besaran
Kebutuhan Sumbe
Standar Ruang Kapasitas Ruang
Ruang r
(m2)
Parkir
Parkir 60%x200
mobil =120
13,20m2/ unit TSS 316,8
(1mobil = 120:5
5orang) =24 unit
2
Parkir 2m /unit TSS 40%x200 80
motor =80
(1motor= 2 80:2
orang =40unit
Parkir bus
(1bus= 30 28 m2/unit NAD 2 unit 56
orang)
Sirkulasi 40% luas parkir 181.12
Total Luas Besaran Ruang Kegiatan Parkir 633,92
Sumber: Analisis Penulis

Keterangan Sumber:

TSS = Time Saver Standard for Building Type

NAD = Neufer Architecture Data

OB = Office Building Leonard Manasch and Roger

AGS = Architectural Grafic Standard by Rasey/Slipper

Tabel 4.11 Rekapitulasi Besaran Ruang

No. Jenis Kelompok Ruang Luas (m2)


1. Kegiatan utama 674.58
2. Kegiatan wisata lain 203.3
3. Kegiatan servis 169,12

4. Kegiatan pengelola 111,54


5. Kegiatan parkir 633,92
Total luas terbangun 1792,46
Sumber: Analisis Penulis

3. Konsep Bentuk dan Penampilan Bangunan

Menerapkan Konsep Neo Vernakular yaitu penggabungan antara

arsitektur lokal dan arsitektur modern. Latar belakang penerapan tema

arsitektur neo vernakular pada dasar berkeinginan melestarikan unsur-

unsur lokal dengan unsur-unsur modern yang berkembang saat ini agar
lebih menarik. Kriteria-kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo

Vernakular adalah sebagai berikut:

a) Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan

termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik

arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen)

b) Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-

prinsip bangunan vernakular melainkan karya baru

(mengutamakn penampilan visualnya)

Ciri-ciri arsitektur neo vernakular sebagai berikut:

a) Selalu menggunakan atap bumbungan

b) Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal)

c) Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah

lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal

d) Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang

modern dengan ruang terbuka di luar bangunan.

e) Warna-warna yang kuat dan kontras.


Gambar 4.10 Contoh Desain Neo Vernakular
Sumber: adima79.blogspot.com

4. Sistem Struktur Bangunan

a) Atap

Konstruksi atap menggunakan rangka atap kayu. Penerapan

konstruksi ini sesuai dengan konsep desain neo vernakular yang

menerapkan unsur lokal. Selain itu rangka atap kayu lebih ramah

lingkungan.

Gambar 4.11 Rangka Atap Kayu


Sumber: desainrumahidealkita.blogspot.com
b) Dinding

Dinding menggunakan pasangan batu kapur yang di ekspos.

Kabupaten Pangkep terkenal dengan pegunungan kapurnya.

Potensi alam ini dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.

Gambar 4.12 Batu Kapur Ekspos


Sumber: desainrumahidealkita.blogspot.com

c) Konstruksi pondasi

Kombinasi pondasi foot plat dan batu kali cocok diterapkan di

kondisi tanah yang lembek seperti empang.

Gambar 4.13 Pondasi Foot Plat dan Batu Kali


Sumber: desainrumahidealkita.blogspot.com
5. Sistem Utilitas dan Kelengkapan Bangunan

a) Sistem pengairan empang

Sumber utama air yg dialirkan ke empang berasal dari sungai

yang berdekatan dengan kawasan wisata pemancingan Air sungai

tersebut kemudian diarahkan ke empang melalui saluran irigasi.

Dalam menjaga stabilitas pH air, empang dilengkapi dengan sistem

sirkulasi air yang baik. Artinya, ada grojogan (semacam pancuran)

air masuk, dan saluran air keluar, sehingga kualitas kesehatan air

tetap terjaga.

b) Sistem mekanikal elektrikal

Guna mengoprasikan segala sistem yang ada di dalam

bangunan digunakan sumber listrik yang berasal dari PLN dan

genset. Genset dioperasikan saat suplay listrik dari PLN terganggu.

c) Sistem plumbing

1) Air bersih

Air bersih diperoleh dari PAM dialirkan ke reservoir bawah

kemudian dialirkan ke fasilitas penjernihan (water softener).

Dari situ didistribusikan ke masing-masing kelompok ruang.

Setiap kelompok ruang mempunyai ruang utilitas dimana

terdapat pompa untuk membawa air ke tower pada setiap

kelompok ruang yang bersangkutan.


Selain itu pengadaan air bersih juga dimanfaatkan dari

pembaharuan air hujan yang dapat digunakan pada

penggunaan-penggunaan tertentu yang tidak menuntut

kehigienisan air misalnya untuk perawatan vegetasi dan

bangunan.

2) Air kotor

(a) Gray water

Limbah air kotor yang berasal dari dapur dan wastafel akan

dibuang menuju sumur resapan.

(b) Black water

Limbah air kotor yang berasal dari kloset dan urinoir akan

dialirkan langsung menuju septictank

(c) Storm water

Air hujan tidak langsung dibuang ke got, tetapi diresapkan

terlebih dahulu dan ditampung untuk keperluan yang tidak

membutuhkan kehigienisan yang tinggi, seperti flushing

toilet dan menyiram tanaman

d) Sistem penghawaan

1) Penghawaan alami

Pada kawasan wisata ini semaksimal mungkin

menggunakan penghawaan alami, hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam penggunaan penghawaan alami antara lain:


(a) Sistem ventilasi, dengan pengaturan bukaan bangunan

yaitu, ventilasi dan bukaan jendela dibuat seoptimal

mungkin untuk memaksukan udara dan mengatur

pergerakannya. Jendela dapat digeser dan dibuka untuk

mendapatkan pencahayaan yang optimal sekaligus

penghawaan alami.

(b) Pengaturan pergerakan udara diluar bangunan dengan

menggunakan unsur vegetasi.

Gambar 4.14 Ilustrasi Penghawaan Alami


Sumber:
https://septanabp.files.wordpress.com/2013/06/gambar-14.jpg

2) Penghawaan buatan

Penghawaan buatan dengan menggunakan ac hanya pada

ruangan-ruangan tertentu yang hanya memiliki sedikit bukaan.


e) Sistem pencahayaan

1) Pencahayaan alami

Penggunaan sistem pencahayaan alami yaitu sinar matahari

diusahakan semaksimal mungkin pada siang hari. Bukaan

untuk pencahayaan ditempatkan pada utara-selatan dari

bangunan sehingga sinar matahari tidak langsung masuk ke

dalam bangunan, jika diperlukan bidang bukaan di sisi barat

dan timur dari bangunan digunakan penataan vegetasi untuk

filter panas matahari. Untuk mengurangi intensitas sinar

matahari yang berlebihan pada bangunan, maka pada setiap

bukaan diberi shading.

2) Pencahayaan buatan

Pencahayaan buatan digunakan hanya pada malam hari dan

pada bangunan-bangunan yang memiliki sedikit bukaan.

Pencahayaan buataan menggunakan lampu LED. Kelebihan

dari lampu jenis ini adalah hemat energi, tahan lama dan ramah

lingkungan.

f) Sistem pencegahan kebakaran

1) Pencegahan penjalaran api dari sumbernya ke ruang-ruang lain

dengan memilih material yang tidak menghantarkan api

dengan cepat.
2) Fire extinguisher atau yang biasanya disebut racun api, adalah

alat yang digunakan untuk memadamkan api skala kecil yang

biasanya berbentuk tabung dan untuk kebutuhan pemadaman

api yang sifatnya darurat. Fire extinguisher diletakkan di ruang

pengelola, restoran, akuarium mini, saung, dan ruang servis.

Gambar 4.15 Fire ExtInguisher


Sumber: http://g-ec2.images-amazon.com/images

3) Hidran pada titik-titik strategis dalam site

Gambar 4.16 Hidran


Sumber: http://cdn-
2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/Ilustrasi-hidran.jpg
4) Sprinkler dalam bangunan yang dipasang pada plafond setiap

jarak 2,4 m yang dihubungkan dengan pemutus aliran listrik

otomatis didahului dengan tanda peringatan dini kebakaran

Gambar 4.17 Sprinkler


Sumber: https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images

5) Cadangan air untuk kebakaran dalam reservoir.

g) Sistem penangkal petir

1) Menggunakan sistem penangkal petir

Penangkal petir yang digunakan adalah sistem Faraday.

yaitu jaringan tiang-tiang kecil yang dipasang pada bagian atas

bangunan (atap). Antara tiang yang satu dengan yang lain

dihubungkan dengan kawat tembaga yang kemudian dialirkan

ke orde dalam tanah.

2) Mensiasati melalui lingkungannya

(a) Tidak menempatkan bangunan tepat di bawah pohon besar.

(b) Perletakan/penanaman vegetasi khususnya pohon cemara

yang tinggi pada lingkup kelompok bangunan sebagai

pengantar muatan elektrostatika (bentuk langsung).


h) Sistem komunikasi

1) WIFI digunakan secara gratis oleh seluruh pelaku kegiatan baik

pengunjung maupun pengelola.

2) Telepon digunakan oleh pengelola sebagai alat komunikasi

eksternal dengan pengunjung yang ingin mendapatkan info

lebih lengkap atau mereservasi tempat sebelum berkunjung ke

kawasan wisata.

i) Sistem keamanan

1) Sistem CCTV, untuk memonitor segala penjuru bangunan

yang diperkirakan dapat menjadi tempat terjadinya kriminalitas

seperti pencurian dan sebagainya.

2) Sistem Alarm, yang diaktifkan pada waktu-waktu tertentu

untuk melindungi barang dan dokumen berharga yang

mungkin disimpan dalam gedung

3) Satuan Pengamanan (Satpam) yang bertugas dalam 24 jam

j) Sistem pembuangan sampah

Di setiap unit bangunan disediakan tempat sampah. Tempat

sampah dipisahkan dari organik dan anorganik. Sampah organik

terdiri dari sisa makanan, kulit buah, kertas, kayu, ranting

Sedangkan sampah anorganik terdiri dari kaleng, plastik, logam,

kaca, karet sterofoam. Lalu sampah organik dan anorganik

kemudian dipisahkan lagi berdasarkan yang bisa didaur ulang dan

tidak bisa didaur ulang. Sampah yang bisa di daur ulang dijual
sedangkan sampah yang tidak bisa didaur ulang pembuangnnya

diteruskan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Gambar 4.18 Bagan Pengolahan Sampah


Sumber: Analisis Penulis

Gambar 4.19 Tempat Sampah Organik dan Anorganik


Sumber: http://forumhijau.com/sampah-organik-dan-non-organik-
2/
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab diatas maka

dapat ditarik kesimpulan yaitu :

A. Kesimpulan Umum

1. Kawasan Wisata Pemancingan Male’leng ini dimaksudkan untuk

2. Pemilihan tapak dengan kriteria tapak berdekatan dengan sumber air seperti

sungai, memiliki view yang menarik dan mudah diakses.

B. Kesimpulan Khusus

1. Jenis-jenis fasilitas yang nantinya akan direncanakan di kawasan wisata

pemancingan male’leng selain kolam pemancingan yaitu antara lain rumah

makan, saung, mini akuarium, fish market, kolam terapi, kolam tangkap

ikan dan playground.

2. Merencanakan bentuk fisik bangunan-bangunan di kawasan wisata

pemancingan dengan menggabungkan arsitektur lokal bugis dan arsitektur

modern

Anda mungkin juga menyukai