Oleh :
Alvin Septian Purba
NIM. 2270.127.004
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Desa Wisata adalah suatu bentuk integrasi antara potensi daya tarik
wisata alam, wisata budaya, dan wisata hasil buatan manusia dalam satu
kawasan tertentu dengan didukung oleh atraksi, akomodasi, dan fasilitas
lainnya sesuai kearifan lokal masyarakat. (Perda Jateng Nomor 2 Tahun
2019)
Fasilitas utama yang menjadi daya tarik dari desa wisata ini adalah
penangkaran penyu. Pengunjung dapat melihat langsung proses
penangkaran dan pelepasan penyu ke laut yang dilakukan secara teratur.
Selain itu, pengunjung juga dapat belajar tentang kehidupan penyu dan
upaya konservasi yang dilakukan untuk melestarikan spesies tersebut.
I-1
Menurut Buku Pedoman Desa Wisata 2021, desa wisata di Kabupaten
Jepara ini direncakanan masuk kedalam kriteria Desa Wisata Maju, karena
didukung oleh sarana dan prasarana yang sudah memadai. Selain itu
masyarakat juga sudah berkemampuan untuk mengelola usaha pariwisata
dan pengembangan desa wisata sehingga nantinya berdampak pada
peningkatan ekomoni daerah. Desa wisata ini dilengkapi dengan berbagai
fasilitas pendukung lainnya, seperti akomodasi yang nyaman, restoran
dengan menu makanan khas daerah, dan berbagai aktivitas wisata lainnya,
seperti bersepeda, dan trekking.
1.2.Rumusan Masalah
I-2
1.3.Tujuan
1. Menjadikan Desa Wisata sebagai daya Tarik wisata yang dapat
menunjang UMKM di daerah tersebut dengan memberikan sarana
dan prasarana yang memadai.
2. Membuat perencanaan dan perancangan Desa Wisata dengan
pendekatan arsitektur Neo-Vernakular yang memiliki unsur budaya
khas Kabupaten Jepara.
1.4.Manfaat Penulisan
1. Subtansial
I-3
b. Pembahasan mengenai tinjauan Kabupaten jepara dan Peraturan
Daerah di Kabupaten Jepara.
2. Spasial
1.6.Metode Pembahasan
I-4
diambil prinsip-prinsip, persyaratan bangunan, standar-standar dan
kesimpulan.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tinjauan atau kajian pustaka yang berupa tinjauan
literature yang berisi pengertian, tinjauan UMKM, tinjauan Arsitektur
Neo-Vernakular, tinjauan Desa Wisata dan tinjauan studi banding.
BAB IV PEMBAHASAN
I-5
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
I-6
KERANGKA BERPIKIR
Dalam rangka a. Potensi wisata alam 1. Bagaimanakah Belum banyaknya desa 1. Menjadikan Desa
mewujudkan dampak di Jepara. perencanaan Desa wisata di Kabupaten Wisata sebagai
ekonomi pada skala b. Didukung oleh Wisata yang dapat Jepara. Maka penting daya Tarik wisata
desa yang pemerintah melalui mewadahi UMKM di adanya sebuah fasilitas yang dapat
terkait dengan sektor Perda Jateng No. 2 daerah tersebut? baru untuk mewadahi meningkatkan
pariwisata, Pemerintah Tahun 2019 2. Bagaimanakah kegiatan wisatawan UMKM di daerah
Provinsi Jawa Tengah Tentang perencanaan Desa yaitu dengan tersebut.
memandang perlu untuk Pemberdayaan Wisata dengan dibangunnya Desa 2. Membuat
memberdayakan Desa Wisata Di pendekatan Wisata di Kabupaten perencanaan dan
seluruh potensi wisata Provinsi Jateng. arsitektur Jepara. Dengan perancangan Desa
di Desa c. Belum banyaknya Neo-Vernakular di hadirnya desa wisata Wisata dengan
dengan membentuk dan fasilitas yang Kabupaten Jepara? juga dapat pendekatan
mengembangkan Desa mewadahi untuk meningkatkan UMKM di arsitektur
Wisata. (Perda Jateng kegiatan UMKM di daerah sekitar dan Neo-Vernakular
No. 2 Tahun 2019) Jepara. mengenalkan budaya yang memiliki unsur
d. Belum banyak Desa Jepara kepada budaya khas
I-7
Wisata di sekitar wisatawan. Kabupaten Jepara.
Kab. Jepara.
TINJAUAN PUSTAKA
II-1
pengalaman keunikan kehidupan dan tradisi masyarakat di
perdesaan dengan segala potensinya. Desa wisata dapat dilihat
berdasarkan kriteria:
II-2
1. Rintisan
2. Berkembang
3. Maju
II-3
Definisi UMKM menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan
Menengah, pasal 1 ayat 1, 2 dan 3 adalah sebagai berikut:
II-4
c. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan
berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah;
II-5
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
II-6
2.3. Arsitektur Neo-Vernakular
II-7
Namun pada era ini, perkembangan tersebut tetap diikuti oleh
kecenderungan manusia untuk menoleh kebelakang, sehingga
terdapat nilai-nilai tradisional atau daerah setempat di dalamnya.
II-8
teknologi yang menghasilkan karya baru dengan mengutamakan
penampilan visualnya.
II-9
4. Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan
teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pada masa sekarang.
II-10
maupun Transformasi Langgam yang
norma-norma dari situasi kultur modern.
keagamaan homogen Merupakan
yang kental. ke situasi yang pengembangan
lebih heterogen. dari arsitektur
Vernacular.
II-11
4. Bentuk dan maknanya baru.
II-12
terasa, begitu kita menginjakkan kaki di kampung yang berjarak 10
kilometer dengan waktu tempuh 15 menit dari Kota Situbondo.
Tidak hanya laut yang indah, hijaunya mangrove yang merupakan
habitat beragam burung air membuat kita betah selama mungkin
di daya tarik wisata ini.
1. Perkampungan Handycraft
II-13
Merupakan penghasil kerajinan tangan meliputi kerajinan
kayu dan kerajinan kerang di area wisata kampung Blekok.
Para pengunjung dapat melihat kerajinan baik dari kayu
bintaos, kerang maupun botol plastik bekas yang merupakan
hasil kreasi dari masyarakat setempat.
2. Taman
II-14
Merupakan tempat untuk merawat burung blekok yang
sakit atau terjatuh dari pohon, hingga bis a dilepas lagi ke
alam liar.
5. Konservasi Mangrove
II-15
mengenai bagaimana proses penanaman mangrove secara
langsung.
6. Program Edukasi
II-16
jalan menuju kawasan wisata kampung blekok disertai dengan
penjelasan mengenai jenis dan manfaat. Nantinya, para
engunjung juga akan mendapatkan edukasi mengenai cara
pembibitan, penanaman hingga perawatan sayuran.
7. Pemandangan Sunset
II-17
8. Wisata Perahu
II-18
Desa Ponggok memiliki beberapa fasilitas dan atraksi wisata
untuk daya tarik pengunjung yang ingin datang ke desa ini,
diantaranya :
1. Umbul Ponggok
II-19
d. Snorkeling and Diving. Pengunjung dapat merasakan
serunya snorkeling dan diving di dalam air tawar.
2. Umbul Besuki
II-20
dengan keluarga sambil menikmati kuliner khas Umbul Besuki
yang pastinya ramah kantong.
c. Piknik/Tamasya/Family Gathering/Reuni/Pengajian/dll.
Bagi pengunjung yang memiliki rencana mengadakan
pertemuan dan berbagai acara lainnya, pengunjung dapat
menyewa Joglo Sasono Rinenggo yang berada di atas area
Umbul Besuki, yang dikelilingi oleh hutan jati. Suasana sejuk
dan asri membuat acara semakin menyenangkan.
3. Umbul Sigedhang
II-21
sehingga menambah sensasi sejuk dan segarnya alam Umbul
Sigedhang-Kapilaler.
4. Waduk Galau
II-22
5. Homestay
a. Queen Bed
c. Free Wifi
d. LED TV
e. Amenities
f. Air Mineral
g. Parkir Mobil
II-23
2.4.3. Desa Wisata Pulau Kelapa di Kepulauan Seribu
II-24
mendapatkan penghargaan Asian Heritage Park serta
satu-satunya Taman Nasional Laut yang berada di Ibu Kota
Negara Indonesia.
1. Wisata Snorkeling
II-25
dari itu banyak pengunjung yang ingin melakukan snorkling di
pulau Kepala ini.
2. Wisata Mancing
3. Wisata Camping
II-26
Pengunjung bisa mendirikan tenda di pinggir pantai Pulau
Kelapa untuk melakukan kegiatan camping dan lainnya.
II-27
Wisatawan diajak untuk mendapatkan pengalaman dalam
mempelajari dan memahami pentingnya menjaga kelestarian
ekosistem Terumbu Karang dan biota laut lainnya. Dalam
program Adopsi Karang wisatawan berdonasi cukup 100000
untuk mendukung program Konservasi dalam tiap donasi
mendapatkan;
a. Ilmu Pengetahuan
b. Wadah / Substrat
c. Anakan/bibit Karang
d. Perekat/semen
II-28
b. Taman Terbuka dan Interaksi
a. Penyambutan Tamu
II-29
8. Wisata Bersepeda
II-30
a. Dilakukan saat perayaan adat besar atau penyambutan
Tamu Kehormatan
10. Homestay
a. Homestay Daniella
b. Homestay Rizal
c. Homestay Simpink
d. Homestay Fahri
e. Homestay Bojes
f. Homestay Marullah
g. Homestay Tauhida
II-31
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
III-1
3.1.2. Letak dan Kondisi Geografis
3.1.3. Topografi
III-2
Gambar 3.2 Peta Kelerengan Kabupaten Jepara
Sumber : RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031
III-3
3.1.3. Klimatologi
III-4
Gambar 3.4 Peta Curah Hujan Kabupaten Jepara
Sumber : RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031
3.1.4. Demografi
III-5
Tabel 3.1 Karakteristik Demografi Kabupaten Jepara, 2021-2022
3.1.5. Pariwisata
Jepara adalah salah satu daerah tujuan wisata, baik wisata alam
maupun wisata sejarah. Jepara dengan daya tarik pantainya dan
sejarahnya sebagai tanah kelahiran RA Kartini, pahlawan emansipasi
wanita, menjadikan Jepara banyak dikunjungi wisatawan baik
wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.
III-6
Tabel 3.2 Statistik Pariwisata Kabupaten Jepara, 2021-2022
Uraian 2021 2022
Objek Wisata 39 32
(Unit)
Wisatawan 50 5.310
Mancanegara
Wisatawan 289.409 1.787.208
Nusantara
Total 289.459 1.792.518
(Sumber : Kabupaten Jepara Dalam Angka 2023)
3.2.1. UMKM
‘Pasal 6
III-7
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
III-8
UMKM yang baru berdiri memiliki kesulitan dalam mendapatkan
customer, padahal barang yang mereka produksi juga berkualitas.
Ini semua terjadi karena masih digunakannya metode promosi
lama dengan menggunakan brosur dan pamflet, jadi jangkauan
pasarnya hanya di daerah lokal saja. Dampaknya perkembangan
yang tidak seimbang antara sentra industri dan UMKM yang sudah
memiliki pamor di masyarakat luas dengan yang baru berdiri tidak
bisa terhindarkan.
III-9
UMKM belum berbentuk organisasi sebagai wadah perkumpulan
satu jenis UMKM. Berikut daftar lokasi sentra UMKM:
III-10
11. Sentra Kerajinan Monel Desa Kriyan, Kecamatan
Kalinyamatan
19. Sentra Kerajinan Batik Jepara Desa Slagi, Kecamatan Pakis Aji
III-11
mengembangkan pariwisata sebagai salah satu penggerak
perekonomian daerah baik pada skala provinsi hingga skala
Pemerintah Desa.
Dalam rangka mewujudkan dampak ekonomi pada skala
desa yang terkait dengan sektor pariwisata, Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah memandang perlu untuk
memberdayakan seluruh potensi wisata di Desa dengan
membentuk dan mengembangkan Desa Wisata.
Kehadiran Desa Wisata diharapkan mampu memberikan
dampak ganda (multiplier effect) dan sekaligus membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat Desa Wisata tersebut.
Pada sisi yang lain, keberadaan Desa Wisata merupakan
salah satu jawaban dari perkembangan kecenderungan pasar
wisata, dimana orientasi pilihan wisatawan telah mengalami
pergeseran pada pilihan-pilihan wisata yang menyajikan
keasrian wilayah pedesaan, pola hidup masyarakat pedesaan,
wisata kembali ke alam (back to nature), akomodasi yang
mampu memberikan interaksi dengan penduduk setempat
(homestay) dan produk yang berskala kecil namun unik.
Dengan Desa Wisata ini produk wisata akan lebih bernuansa
natural (alami) sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan, sehingga
dapat mengembangkan pariwisata berdampingan dengan
kebudayaan tanpa merusak kebudayaan yang ada. Disisi lain
pranata sosial kepariwisataan dan pengelolaan juga menjadi
sangat vital, dimana desa wisata diharapkan dapat menjadi
alat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menjadi
agen perubah bagi kemajuan pengembangan suatu
wilayah/daerah.
Melihat pada hal-hal di atas perlu mengikuti kebijakan dari
Peraturan Daerah dalam pelaksaan pembangunan Desa
Wisata agar terwujud desa wisata yang diharapkan. Dalam hal
ini, mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
III-12
No. 2 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan Desa Wisata Di
Provinsi Jawa Tengah.
III-13
b. inventarisasi dan penggalian potensi daya tarik wisata
yang harus dipertahankan;
c. manajemen pemasaran pariwisata; dan
d. penilaian kelayakan sebagai Desa Wisata.
(3) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
meliputi:
a. atraksi wisata yang paling menarik dan atraktif di Desa;
b. kondisi geografis Desa menyangkut masalah-masalah
jumlah rumah, jumlah penduduk, karakteristik dan luas
wilayah desa yang berkaitan dengan daya dukung
kepariwisataan pada suatu Desa;
c. sistem kepercayaan dan kemasyarakatan yang
merupakan aspek khusus pada komunitas sebuah Desa;
d. ketersediaan infrastruktur meliputi fasilitas dan pelayanan
transportasi, fasilitas listrik, air bersih, drainase,
pengolahan limbah, telepon dan sebagainya; dan
e. perkembangan jumlah pengunjung Desa Wisata;
f. rencana kelembagaan pengelola Desa Wisata;
g. analisis kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah;
h. analisis rencana mitigasi bencana.
III-14
Berdasarkan pada Pasal 24, meliputi :
(1) Pengembangan daya tarik Desa Wisata meliputi:
a. pengembangan dan pengemasan potensi alam, budaya,
dan buatan berbasis masyarakat;
b. pengembangan fasilitas pendukung daya tarik Desa
Wisata;
c. paket wisata yang terpadu dengan wisata lainnya; dan
d. penggunaan bangunan, bahasa, aksara dan sastra lokal
setempat yang menjadi ciri khas Desa Wisata.
(2) Pengembangan daya tarik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) didukung dengan kegiatan promosi wisata.
III-15
(1) Jenis usaha pariwisata Desa Wisata antara lain:
a. jasa makanan dan minuman;
b. penyediaan akomodasi;
c. penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi;
d. daya tarik wisata;
e. kawasan pariwisata;
f. jasa transportasi wisata;
g. jasa perjalanan wisata;
h. penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif,
konferensi, dan pameran;
i.jasa pramuwisata;
j.wisata tirta;
k. jasa informasi pariwisata;
l.jasa konsultan pariwisata; dan
m. spa.
III-16
Gambar 3.5 Pola Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Jepara
Sumber : RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031
III-17
Gambar 3.7 Peta Rencana Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Jepara
Sumber : RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031
III-18
pertanian, kehutanan, bahan dasar hasil tambang, dan
perikanan;
b. pengembangan pertanian untuk mendukung
pengembangan perekonomian kabupaten;
c. pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dengan
bertumpu pada budaya lokal;
d. pengembangan pelayanan perkotaan dan pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan
berhierarki;
e. pengembangan prasarana dan sarana transportasi
kabupaten yang terkoneksi dengan prasarana dan sarana
transportasi nasional, regional, dan lokal untuk
mendukung potensi wilayah;
f. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
prasarana energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan
lingkungan yang dapat mendukung peningkatan dan
pemerataan pelayanan masyarakat, serta pelestarian
lingkungan;
g. pengembangan manajemen resiko berbasis masyarakat
pada kawasan rawan bencana;
h. pemantapan kawasan lindung untuk mendukung
perkembangan kabupaten secara berkelanjutan;
i.pengembangan kawasan budi daya untuk mendukung
perkembangan dan pertumbuhan kabupaten sesuai daya
dukung lingkungan; dan
j.penetapan dan pengembangan kawasan strategis untuk
mendukung perkembangan kabupaten yang merata dan
berkelanjutan.
Pasal 37
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 huruf f
III-19
meliputi:
a. sentra industri menengah; dan
b. sentra industri mikro dan kecil.
III-20
Pasal 38
(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 huruf g meliputi :
a. kawasan pariwisata alam; dan
b. kawasan pariwisata budaya.
(2) Kawasan pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi:
a. Pantai Kartini di Kecamatan Jepara;
b. Pantai Tirto Samudro di Kecamatan Jepara;
c. Wisata Kepulauan Karimunjawa di Kecamatan
Karimunjawa;
d. Pulau Panjang di Kecamatan Jepara;
e. Pulau Mandalika di Kecamatan Donorojo;
f. Pantai Pailus di Kecamatan Mlonggo;
g. Pantai Pungkruk di Kecamatan Mlonggo;
h. Pantai Bondo di Kecamatan Bangsri;
i.Pantai Banyutowo di Kecamatan Kembang;
j.Sonder Kalinyamat di Kecamatan Donorojo;
k. Kluster Buah Belimbing di Kecamatan Welahan;
l.Kluster Buah Durian di Kecamatan Pecangaan;
m. Kluster Buah Jeruk Siam di Kecamatan Nalumsari;
n. Air Terjun Songgolangit di Kecamatan Kembang;
o. Desa Wisata Tempur di Kecamatan Keling;
p. Wana Wisata Sreni Indah di Kecamatan Nalumsari;
q. Wana Wisata Desa Tanjung di Kecamatan Pakisaji;
r. Wana Wisata Desa Sumanding di Kecamatan Kembang;
s. Wana Wisata Desa Damarwulan di Kecamatan Keling;
t. Gua Tritip di Kecamatan Donorojo;
u. Bumi Perkemahan di Kecamatan Pakisaji;
v. Kluster Kambing PE di Kecamatan Donorojo;
w. Air Terjun Suroloyo di kecamatan Mayong;
x. Pantai Empurancak di kecamatan Mlonggo; dan
III-21
y. Pantai Suweru di kecamatan Kembang.
III-22
a. paling sedikit berjarak 10 (sepuluh) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal
kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan 3 (tiga)
meter;
b. paling sedikit berjarak 15 (lima belas) meter dari tepi kiri
dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam
hal kedalaman sungai lebih dari 3 (tiga) meter sampai
dengan 20 (dua puluh) meter; dan
c. paling sedikit berjarak 30 (tiga puluh) meter dari tepi kiri
dan
d. kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal
kedalaman sungai lebih dari 20 (dua puluh) meter.
Pasal 55
(1) Garis Sempadan Bangunan terhadap Jalan Arteri Primer
ditentukan paling sedikit 20,5 (dua puluh koma lima) meter
dari as jalan.
(2) Garis Sempadan Bangunan terhadap Jalan Arteri
Sekunder ditentukan paling sedikit 20,5 (dua puluh koma lima)
meter dari as jalan.
(3) Khusus Garis Sempadan Bangunan Industri dan
pergudangan terhadap Jalan Arteri Primer ditentukan 40
(empat puluh) meter dari as jalan.
(4) Khusus Garis Sempadan Bangunan Industri dan
pergudangan terhadap Jalan Arteri Sekunder ditentukan 40
(empat puluh) meter dari as jalan.
Pasal 56
(1) Garis Sempadan Bangunan terhadap Jalan Kolektor
Primer ditentukan paling sedikit 14,5 (empat belas koma lima)
meter dari as jalan.
III-23
(2) Garis Sempadan Bangunan terhadap Jalan Kolektor
Sekunder ditentukan paling sedikit 9,5 (sembilan koma lima)
meter dari as jalan.
(3) Khusus Garis Sempadan Bangunan Industri dan
Pergudangan terhadap Jalan Kolektor Primer dan terhadap
Jalan Kolektor Sekunder ditentukan 30 (tiga puluh) meter dari
as jalan.
Pasal 57
(1) Garis Sempadan Bangunan terhadap Jalan Lokal Primer
ditentukan paling sedikit 10,75 (sepuluh koma tujuh puluh lima)
meter dari as jalan.
(2) Garis Sempadan Bangunan terhadap Jalan Lokal
Sekunder ditentukan paling sedikit 6,75 (enam koma tujuh
puluh lima) meter dari as jalan.
(3) Khusus Garis Sempadan Bangunan Industri dan
pergudangan terhadap Jalan Lokal Primer dan terhadap Jalan
Lokal Sekunder ditentukan 20 (dua puluh) meter dari as jalan.
Pasal 68
(1) Daerah Sempadan Jalan dapat dimanfaatkan oleh
Masyarakat/Instansi /Badan untuk penempatan :
a. Perkerasan jalan;
b. Trotoar;
c. Jalur hijau;
d. Jalur pemisah;
e. Alat-alat perlengkapan jalan;
f. Jaringan utilitas;
g. Sarana umum;
h. Parker;
i.Daluran air hujan.
III-24
(2) Pemanfaatan tingkungan dalam untuk
tanaman/tumbuh-tumbuhan tingginya tidak boleh lebih dari 1
(satu) meter, diukur dari bagian terendah perkerasan jalan
pada tikungan tersebut apabila jari-jari dari as jalan kurang
dari 6 kali lebar sempadan jalan.
(3) Pemanfaatan ruang di atas jalan untuk bangunan umum
benda yang melintas di atas jalan paling rendah 5 (lima) meter,
diukur dari bagian badan jalan yang tertinggi sampai bagian
bawah bangunan/benda tersebut.
(3a) Pemanfaatan ruang di bawah jalan untuk bangunan
umum benda yang melintas di bawah jalan paling rendah 1,5
(satu koma lima) meter, diukur dari bagian jalan yang terendah
sampai bagian atas bangunan/benda tersebut.
(4) Pemanfaatan daerah sempadan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak boleh mengganggu fungsi jalan,
pandangan pengemudi dan tidak merusak konstruksi jalan.
(5) Penetapan pemanfaatan daerah sempadan harus seizin
pembina jalan.
III-25
c. Adanya hubungan yang erat antara sarana akomodasi dan
atraksi yang utama. Kriteria ini meliputi penataan tapak
desa wisata yang menghasilkan akses yang sangat baik
terhadap zona atraksi yang utama, misalnya pantai atau
kolam.
d. Akses ke lingkungan desa wisata membatasi jumlah
kendaraan dan mengurangi kemungkinan terjadinya
masalah-masalah lalu lintas kendaraan. Biasanya satu atau
dua jalan masuk (access point) sudah cukup, ditambah satu
jalan terpisah untuk kendaraan servis jika diperlakukan.
e. Lokasi desa wisata mudah dicapai terutamanya kendaraan
darat motor, mobil. Kendaraan laut seperti perahu, langsung
ke area desa wisata. Desa Wisata harus terhindar dari
pencemaran yang diakibatkan gangguan luar yang berasal
dari suasana bising, bau tidak enak, debu asap, serangga,
dan binatang pengerat.
III-26
3.4.2. Alternatif Lokasi Tapak
Lokasi tapak untuk Perancangan Desa Wisata dengan
Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular di Kabupaten Jepara
terdiri dari 3 alternatif lokasi yang berada di kecamatan Jepara
dan Kecamatan Mlonggo.
1. Alternatif 1
III-27
Gambar 3.9 Pantai Kartini, Jepara
(Sumber : merahputih.com)
2. Alternatif 2
III-28
yang datang ke Pantai Pungkruk tujuan utamanya bukan untuk
bermain air di pantai, melainkan untuk makan (berwisata
kuliner) memanjakan lidah dengan menyantap masakan khas
Jepara.
Pantai Pungkruk memiliki aksesbilitas yang mudah, berada
di Desa Mororejo Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara.
Berjarak 3 km dari Pantai Tirto Samodra (Pantai Bandengan).
Pantai Pungkruk ini berada 7 km dari pusat kota Jepara, Waktu
tempuh untuk menuju Pantai Pungkruk sekitar 15 menit dari
pusat kota Jepara. Pantai Pungkruk keadaan pantainya datar
dan berkarang, di lokasi ini terdapat banyak rumah makan
tradisional yang menyajikan masakan laut (seafood) dengan
menu andalan ikan bakar dan pindang serani. Beberapa rumah
makan tertata cukup rapi, bahkan ada gazebo di atas air Pantai
Pungkruk. Peruntukan tapak merupakan kawasan peruntukan
pariwisata pantai dan lokasi memiliki potensi yang cukup bagus
serta belum terlalu berkembang.
III-29
3. Alternatif 3
III-30
Gambar 3.13 Pantai Bandengan, Jepara
(Sumber : disparbud.jepara.go.id)
III-31
untuk - Diperlukan kerjasama sekitar.
pengembangan pemeliharaan dengan
fasilitas wisata. intensif untuk komunitas lokal
menjaga dalam
keindahan pengelolaan
pantai. desa wisata.
III-32
Pemandangan permukaan air yang tinggi di dapat
menarik dan laut. daerah tersebut. membatasi
lokasi yang - Dibutuhkan Peluang untuk jenis
strategis. investasi yang menarik pengembanga
besar untuk pengunjung n yang
membangun internasional
dan dengan layanan
mengelola yang berkualitas.
lahan.
III-33
kemacetan dan geologi
5. Tingkat polusi udara 4 4 4
rendah
6. Ketersediaan sarana air 5 5 4
7. Ketersediaan jaringan 4 4 3
listrik dan telepon
8. Sarana dan prasarana 4 4 3
permukiman
9. Topografi lahan relatif 5 4 5
datar
10. Kondisi tanah cukup 4 4 4
subur (untuk vegetasi)
11. Lokasi tidak rawan 4 3 4
bencana alam dan banjir
12. Bentuk lahan 4 3 4
13. Kepadatan relatif 5 3 5
sedang
14. Kondisi lingkungan 4 4 4
teratur
Total 75 67 68
(Sumber : Analisis Pribadi, 2023)
III-34
A. Data Tapak
Lokasi perancangan Desa Wisata dapat dilihat pada gambar
3.14.
III-35
a. Utara : Permukiman & Sungai Wiso
b. Timur : Perkebunan
c. Selatan : Lahan Kosong
d. Barat : Laut Jawa
B. Potensi Tapak
III-36
a. Orientasi bangunan dari koridor-koridor dekat dengan
pemandangan (view) yang langsung ke Laut Jawa dan
Sungai Wiso.
b. Adanya hubungan yang erat antara sarana akomodasi dan
atraksi resort di sekitar tapak. Diantaranya :
1) Pantai Kartini
2) Benteng V.O.C
3) Stadion Gelora Kartini
4) Pendopo Kabupaten Jepara
5) Museum R.A Kartini
6) Pulau Panjang
c. Akses ke lingkungan desa wisata membatasi jumlah
kendaraan dan mengurangi kemungkinan terjadinya
masalah-masalah lalu lintas kendaraan seperti macet.
d. Lokasi tapak mudah dicapai terutamanya kendaraan darat
motor dan mobil dengan kondisi jalan yang sudah memadai
dan berjarak 2 km dari jalan kolektor serta hanya butuh
waktu tempuh sekitar 5 menit dari pusat kota. Selain itu,
Kendaraan laut seperti perahu sangat mudah untuk
langsung ke area tapak karena sangat dekat dengan
Pelabuhan Jepara.
III-37
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1.Analisis Umum
Pada beberapa tahun terakhir ini perkembangan sektor
pariwisata di Indonesia telah tumbuh menjadi suatu industri yang
mempunyai sumbangsih cukup besar dalam menghasilkan devisa
bagi negara. Hal ini tidak terlepas dari usaha pemerintah dalam
mengambil langkah-langkah dan kebijakan pembangunan pariwisata.
Berbagai usaha telah diupayakan untuk menumbuh kembangkan
industri pariwisata di tanah air, seperti kemudahan transportasi dan
akomodasi, strategi komunikasi pemasaran dan promosi, fasilitas
yang memadai, penambahan dan pengembangan kawasan pariwisata
serta terus mengupayakan produk-produk wisata baru.
IV-1
4.2.Analisis Pemilihan Tapak
Pemilihan lokasi tapak berdasarkan kriteria :
a. Orientasi bangunan dari koridor-koridor dekat dengan
pemandangan (view) yang langsung terhadap suasana lingkungan
seperti sungai, pantai, gunung, danau, atau bangunan-bangunan
bersejarah.
b. Penjagaan rona lingkungan yang spesifik meliputi rona-rona alam
yang menarik seperti pohon-pohon besar, tanaman khas kawasan,
atau formasi geologis (bukit-bukit dan kontur)
c. Adanya hubungan yang erat antara sarana akomodasi dan atraksi
wisata yang utama. Kriteria ini meliputi penataan tapak desa
wisata yang menghasilkan akses yang sangat baik terhadap zona
atraksi yang utama, misalnya pantai atau kolam.
d. Akses ke lingkungan desa wisata membatasi jumlah kendaraan
dan mengurangi kemungkinan terjadinya masalah-masalah lalu
lintas kendaraan. Biasanya satu atau dua jalan masuk (access
point) sudah cukup, ditambah satu jalan terpisah untuk kendaraan
servis jika diperlakukan.
e. Lokasi desa wisata mudah dicapai terutamanya kendaraan darat
motor, mobil. Kendaraan laut seperti perahu, langsung ke area
resort. Resort harus terhindar dari pencemaran yang diakibatkan
gangguan luar yang berasal dari suasana bising, bau tidak enak,
debu asap, serangga, dan binatang pengerat.
IV-2
b. Adanya hubungan yang erat antara sarana akomodasi dan atraksi
di sekitar tapak. Diantaranya :
IV-3
4.4.Analisis Tapak
4.4.1. Data Tapak
Lokasi perencanaan berada di pesisir pantai Jepara,
Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. Lokasi ini dipilih karena
daerah ini memiliki banyak potensi terutama dibidang wisata
pantai. Potensi wisata pantai tersebut diantaranya Pantai
Kartini, Pulau Panjang, Pantai Bandengan, dan Pantai
Pungkruk.
IV-4
c. Sebelah Selatan : Lahan Kosong
d. Sebelah Barat : Laut Jawa
IV-5
= 45% x 60.000 m2
= 27.000 m2 (max)
3. Koefisien KLB pada lokasi Penerapan KLB
Lantai tapak yaitu 1.00 sesuai yang
Bangunan KLB = koefisien x ditentukan
Luas Tapak
= 1.00 x 60.000 m2
= 60.000 m2 (max)
IV-6
alluvial yang tersusun oleh endapan lumpur yang berasal dari
sungai-sungai yang bermuara di pesisir pantai dan terbawa
oleh arus sepanjang sungai. Kondisi geologi tersebut dapat
disimpulkan, bahwa struktur tanah di daerah perencanaan
tergolong tanah yang memiliki daya dukung lahan sedang
sampai tinggi. Dengan demikian kawasan tapak tersebut
merupakan tapak yang cocok difungsikan untuk kawasan
pariwisata dan perkebunan.
IV-7
Respon yang dapat diberikan :
1. Memanfaatkan potensi kondisi bentukan alam seperti
bangunan menghadap ke daerah perairan laut, dengan
daerah cottage ke pesisir pantai jepara dan dermaga
berada di karang dangkal dengan memanfaatkan kondisi
alam sekitar tapak.
IV-8
a. Pohon Pinus nantinya di tempatkan di area outbound untuk
karena dapat dimanfaatkan sebagai tempat outbound.
b. Rumput gaja mini akan menjadi dasar pada taman,
dikarenakan rumput ini memiliki kualitas yang baik berupa
ketahanan dalam cuaca, tidak mudah rusak serta biaya
pemeliharaan yang cenderung lebih murah.
c. Bunga Lantana Cemara, Bunga ini tumbuh didaerah tropis
yang memiliki macam warna yang atraktif serta sangat
mudah tumbuh ketika mendapatkan air dan matahari.
d. Pohon Terambesi, Pohon ini banyak ditanam sebagai
peneduh jalan. Pohonnya besar seperti payung. Akar,
batang, dan dahannya sangat besar seperti raksasa. Usia
pohon trembesi bisa mencapai ratusan tahun. Naungan
daun pohon trembesi bisa menurunkan suhu udara
sekitarnya.
e. Pohon Palm Raja, pohon ini merupakan jenis pohon yang
banyak ditemui di daerah tropis, penempatan pohon palm
raja pada sepanjang jalan entrance masuk Kawasan di
gunakan sebagai pengarah jalan.
f. Pohon tanjung merupakan salah satu jenis pohon yang
banyak digunakan sebagai tanaman peneduh khusunya
pada area parkiran dan pedesterian serta memiliki buah
yang sangat harum.
g. Pohon bambu kuning merupakan jenis bambu yang di
pelihara (budidaya) dengan ciri pohon yang tinggi serta
berwarna kuning hidup di wilayah tropis, penempatan
bambu kuning nantinya pada kawasan di fungsikan sebagai
pembatas kawasan ( sebagai dinding pembatas).
IV-9
Analisis matahari ini berfungsi untuk memperoleh posisi
bangunan yang ideal dengan arah matahari, hal ini
dilakukan untuk mendaptakan kenyamanan pengunjung
yang berada dalam bangunan dan kesesuaian fungsi dari
bangunan tersebut. Berikut gambaran kondisi pergerakan
matahari pada tapak, yaitu :
IV-10
Gambar 4.6 Penerapan Sun Shading
(Sumber : ArchDaily.com, 2023)
4.4.5.2. Angin
Analisis angin ini berfungsi untuk memperoleh posisi
bangunan yang ideal dengan arah angin yang berada di
lokasi tapak, hal ini dilakukan untuk menanggulangi
beban angin yang diterima pada bangunan dan
mengoptimalkan angin yang menjadi sumber
penghawaan alami yang efisien. Arah angin pada siang
hari didominasi oleh angin laut yaitu berhembus dari
arah barat laut kearah timur tenggara, sedangkan pada
malam hari angin berhembus dari selatan ke barat laut.
Berikut gambaran kondisi arah angin pada tapak, yaitu :
IV-11
Gambar 4.7 Analisis Angin
(Sumber : Analisis Pribadi, 2023)
IV-12
2. Vegetasi sebagai penyaring gelombang suara dan
aliran udara dapat dimanfaatkan sebagai pengatur
arah angin pada lokasi tapak.
3. Mengoptimalkan bukaan yang cukup untuk
memaksimalkan angin masuk ke dalam bangunan
sebagai penghawaan alami yang efisien.
1. Kondisi Banjir
Saluran drainase di tapak terlalu kecil atau tidak
memadai untuk menampung aliran air hujan yang tinggi,
mengakibatkan genangan air dan banjir. Solusinya adalah
Memperbesar saluran drainase yang ada atau
membangun saluran drainase baru yang memadai sesuai
dengan volume dan intensitas curah hujan. Membangun
area resapan air seperti kolam retensi, tandon
IV-13
penampung air hujan, atau daerah resapan air di sekitar
tapak.
2. Kondisi Penyusupan Air Asin
Tapak menghadapi masalah penyusupan air asin ke
dalam sumber air tanah, mengurangi ketersediaan air
tawar. Solusinya adalah menggunakan teknik pengolahan
air laut menjadi air tawar, seperti desalinasi, untuk
memenuhi kebutuhan air desa wisata.
3. Kondisi Kualitas Air
Kualitas air di tapak resiko tercemar oleh limbah
domestik atau aktivitas pariwisata, mengancam
keberlanjutan ekosistem pesisir. Maka perlu
Mengimplementasikan sistem pengolahan air limbah yang
memadai, seperti instalasi pengolahan air limbah (IPAL),
untuk membersihkan limbah sebelum dibuang ke
lingkungan
IV-14
Tapak dapat diakses melalui jalan di area tapak yaitu Jl.
Anton Soedjarwo yang ditandai warna merah dari arah utara,
arah timur, maupun arah selatan dapat langsung masuk ke
dalam tapak. Dengan lebar sekitar 6 meter dan kondisi jalan
yang sudah di aspal beton memberikan kemudahan
pencapaian yang baik untuk kendaraan seperti mobil, motor,
dan kendaraan darat lainnya.
IV-15
Gambar 4.11 Aksesibilitas Fasilitas Umum
(Sumber : Google Maps, 2023)
IV-16
Gambar 4.12 Pencapaian Tapak dari Semarang
(Sumber : Google Maps, 2023)
IV-17
Dalam perancangan, sirkulasi pejalan kaki lebih
mendominasi dibandingkan sirkulasi kendaraan. Sirkulasi
kendaraan hanya diperbolehkan berada di bagian depan tapak.
Adapun respon yang dapat diberikan dari sirkulasi tersebut
adalah :
a. Sirkulasi Kendaraan
Sirkulasi kendaraan memiliki porsi yang lebih kecil,
dalam perancangan sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki
dipisah agar tidak terjadi cross. Sirkulasi kendaraan tidak
diperbolehkan berada dalam lingkungan tapak, hanya
diperbolehkan melalui area entrance utama untuk drop area
dan ke area parkir.
b. Sirkulasi Utilitas
Sirkulasi kendaraan utilitas dibuat terpisah dan memiliki
jalurnya sendiri sehingga tidak akan mengganggu sirkulasi
kendaraan lainnya.
c. Sirkulasi Pejalan Kaki
Sirkulasi pejalan kaki mendapatkan porsi yang lebih
besar daripada sirkulasi kendaraan. Untuk sirkulasi di dalam
tapak secara umum sirkulasi yang diterapkan difokuskan
satu arah terhadap massa bangunan yang ada, tetapi pada
titik tertentu terdapat percabangan.
IV-18
sehingga tidak menimbulkan deburan ombak yang berpotensi
menimbulkan kebisingan. Penggunaan pepohonan pada tapak
untuk meredam kebisingan dari luar yang masuk ke dalam
tapak.
IV-19
sehingga sangat bermanfaat bagi pengunjung selain menikmati
tempat wisata tetapi juga bisa melihat pemandangan laut.
Berikut gambaran view yang terdapat di lokasi tapak :
BEST VIEW
IV-20
Gambar 4.16 Analisis View Ke Dalam
(Sumber : Analisis Pribadi, 2023)
IV-21
dan menginap bagi wisatawan yang berkunjung ke
area Pesisir Pantai Jepara dan sekitarnya. Fungsi
primer lainnya.
b. Fungsi Sekunder
Merupakan fungsi yang muncul sebagai pendukung
atau pelengkap fungsi utama Desa Wisata. Apabila
fungsi sekunder ini tidak ada, maka fungsi utama
Desa Wisata tidak akan terganggu dan masih dapat
berjalan dengan baik karena fungsi sekunder ini
hanya bersifat pendukung. Pada perancangan ini,
terdapat fungsi sekunder diantaranya seperti fasilitas
untuk kegiatan acara (Pernikahan, seminar, Study
Tour, Dll.), menyediakan dan memenuhi kebutuhan
wisatawan, meyediakan fasilitas olahraga dan
kebugaran.
c. Fungsi Penunjang
Merupakan fungsi pendukung agar fungsi primer dan
sekunder dapat berjalan dengan baik tanpa kendala,
misalnya seperti menjaga keamanan Desa Wisata,
memarkir kendaraan, beribadah, menyimpan barang
dan peralatan, dan lain sebagainya.
IV-22
Berdasarkan kegiatannya, pengunjung desa
wisata umumnya dapat dikategorikan ke dalam
beberapa kelompok berikut:
a. Pecinta Alam
Pengunjung ini datang untuk menikmati
keindahan alam dan melakukan aktivitas terkait
seperti hiking, trekking, bersepeda, atau
menikmati pemandangan laut.
b. Budaya dan Sejarah
Pengunjung ini tertarik untuk mempelajari
budaya dan sejarah lokal. Mereka mengunjungi
desa wisata untuk melihat atraksi budaya
seperti pertunjukan tari, musik, seni, dan
kerajinan tradisional.
c. Pendidikan dan Penelitian
Kategori ini melibatkan pengunjung yang
memiliki minat dalam penelitian atau pendidikan
di bidang tertentu. Mereka mungkin
mengunjungi desa wisata untuk mempelajari
flora dan fauna setempat, geologi, ekosistem,
atau melakukan penelitian dalam bidang-bidang
tersebut.
d. Rekreasi Keluarga
Pengunjung dalam kategori ini adalah
keluarga yang mencari tempat rekreasi dan
hiburan. Mereka biasanya mencari tempat yang
ramah keluarga, seperti taman bermain, kolam
renang, atau aktivitas lain yang cocok untuk
anak-anak.
Beberapa pengunjung dapat termasuk dalam
beberapa kategori sekaligus, karena minat dan
IV-23
kegiatan mereka mungkin melintasi beberapa area
tersebut.
2. Pengelola
Manajemen pengelola di desa wisata
melibatkan berbagai pihak yang terlibat dalam
mengelola dan mengembangkan potensi Desa
Wisata Di Kabupaten Jepara. Berikut adalah
beberapa peran dalam manajemen pengelola di
desa wisata:
a. Kepala Desa: Kepala desa memiliki peran
penting dalam mengawasi dan
mengoordinasikan kegiatan pengembangan
wisata di desa. Mereka bertanggung jawab atas
pengambilan keputusan strategis dan
pelaksanaan kebijakan terkait dengan
pengelolaan desa wisata.
b. Badan Usaha Milik Desa : Badan ini biasanya
terdiri dari beberapa anggota yang ditunjuk
untuk merencanakan dan mendanai
pengembangan desa wisata. Mereka
bertanggung jawab untuk memastikan
pelaksanaan proyek-proyek pengembangan
desa wisata sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
c. Kelompok Masyarakat Lokal: Kelompok
masyarakat lokal seperti lembaga adat,
kelompok tani, kelompok perempuan, atau
organisasi komunitas lainnya juga dapat terlibat
dalam manajemen pengelola desa wisata.
Mereka dapat berperan dalam mengelola
IV-24
atraksi wisata, menjaga kebersihan, serta
memberikan layanan kepada wisatawan.
d. Tim Pengelola Desa Wisata: Tim pengelola desa
wisata adalah kelompok yang ditunjuk khusus
untuk mengelola operasional sehari-hari desa
wisata. Mereka bertanggung jawab atas
pemasaran, promosi, administrasi, kebersihan,
keamanan, serta memastikan kenyamanan dan
kepuasan wisatawan.
e. Koperasi atau Lembaga Keuangan: Dalam
beberapa desa wisata, koperasi atau lembaga
keuangan sering berperan dalam mengelola
aspek keuangan dan investasi terkait dengan
pengembangan desa wisata. Mereka dapat
membantu dalam mengumpulkan dan
mengelola dana untuk proyek-proyek
pengembangan dan memastikan keberlanjutan
ekonomi desa wisata.
f. Pihak Eksternal: Pihak eksternal seperti
pemerintah daerah, lembaga pendidikan,
organisasi non-pemerintah, atau konsultan
pariwisata juga dapat terlibat dalam manajemen
pengelola desa wisata. Mereka dapat
memberikan bantuan teknis, pelatihan, atau
sumber daya lainnya untuk membantu
pengembangan desa wisata.
IV-25
Tabel 4.2 Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Pengunjung
Pelaku Kegiatan Utama Kebutuhan Ruang
Pengunjung Memarkir Kendaraan Area Parkir
Pecinta Alam Lobby
Duduk, menunggu
Lounge
Menukarkan uang Money Changer
Istirahat / bermalam Penginapan
Makan, minum Restoran dan Café
Berenang Kolam Renang
1. Bersepeda
Berolahraga
2. Jogging Track
Bermain Outbound Area Outbound
Menikmati rekreasi air
laut :
1. Snorkeling 1. R. Penyewaan Alat
2. Diving 2. Dermaga
3. Tracking
4. Memancing
Beribadah Musholla
Membersihkan Diri Toilet
Pengunjung Memarkir Kendaraan Area Parkir
Budaya & Lobby
Duduk, menunggu
Sejarah Lounge
Menukarkan uang Money Changer
Istirahat / bermalam Penginapan
Makan, minum Restoran dan Café
Berenang Kolam Renang
Melihat acara, pameran
budaya, pertunjukan Exhibition Hall
seni
IV-26
Bermain Outbound Area Outbound
Beribadah Musholla
Membersihkan Diri Toilet
Edukasi Kerajinan
Workshop
Kreatif
Pengunjung Memarkir Kendaraan Area Parkir
Pendidikan & Lobby
Duduk, menunggu
Penelitian Lounge
Menukarkan uang Money Changer
Istirahat / bermalam Penginapan
Makan, minum Restoran dan Café
Melihat acara, pameran
budaya, pertunjukan Exhibition Hall
seni
Beribadah Musholla
Membersihkan Diri Toilet
Edukasi Kerajinan
Workshop
Kreatif
Melihat Konservasi
Penangkaran Penyu
Penyu
Pengunjung Memarkir Kendaraan Area Parkir
Rekreasi Lobby
Duduk, menunggu
Keluarga Lounge
Melihat Penyu Penangkaran Penyu
Menukarkan uang Money Changer
Memesan tiket
Biro Perjalanan
perjalanan
Istirahat / bermalam Penginapan
Makan, minum Restoran dan Café
Berenang Kolam Renang
Berolahraga 3. Bersepeda
IV-27
4. Jogging Track
Bermain Outbound Area Outbound
Menonton pertunjukan
Area Pertunjukan outdoor
seni dan tari
Menikmati rekreasi air
laut :
1. Snorkeling 1. R. Penyewaan Alat
2. Diving 2. Dermaga
3. Tracking
4. Memancing
Berbelanja Toko Souvenir
Beribadah Musholla
Membersihkan Diri Toilet
(Sumber : Analisis Pribadi, 2023)
IV-28
Kepala
Memimpin Anggota R. Security
Keamanan
Rapat R. Rapat
Menjaga ketertiban dan
Anggota R. Security
keamanan di Desa Wisata
Seksi Pengembangan Usaha
Kepala Memimpin Anggota R. Kepala
Pengembangan
Rapat R. Rapat
Usaha
Mengelola dan
meningkatkan
Anggota pengembangan usaha R. Anggota
serta mengatur UMKM di
desa wisata
Seksi Kebersihan & Keindahan
Kepala
Kebersihan & Memimpin Anggota R. Kepala
Keindahan
Rapat R. Rapat
Menjaga kebersihan dan
R. Anggota
Anggota Keindahan area Desa
Gudang Alat
Wisata
Seksi Daya Tarik Wisata & Kenangan
Kepala DTWK Memimpin Anggota R. Kepala
Rapat R. Rapat
Mengelola dan
Anggota mempromosikan Atraksi R. Anggota
Wisata
Seksi Humas & SDM
Kepala Humas
Memimpin Anggota R. Kepala
& SDM
IV-29
Rapat R. Rapat
Membangun & Menjaga
citra baik pada masyarakat
Anggota S. Anggota
Mengelola Acara
Mengelola SDM
(Sumber : Pedoman Desa Wisata, 2023)
IV-30
4.5.4. Alur Sirkulasi Pelaku
Pada gambar dibawah, akan dijelaskan aliran sirkulasi
pelaku berdasarkan fungsi dan kegiatannya, yaitu :
IV-31
Gambar 4.21 Pola Sirkulasi Pelaku
IV-32
4.5.5. Program Ruang
Sirkulasi didalam sebuah ruangan sangat diperlukan dan
diperhitungkan untuk kenyamanan dan keamanan pengguna
bangunan. Perhitungan sirkulasi menggunakan acuan :
Tabel 4.6 Presentase Sirkulasi
No. Presentase Keterangan
1. 5 – 10 % Standar minimum
2. 20 % Kebutuhan keluasan sirkulasi
3. 30 % Kebutuhan kenyamanan fisik
4. 40 % Tuntutan kenyamanan psikologis
5. 50 % Tuntutan spesifik kegiatan
6. 70 – 100 % Keterkaitan dengan banyak kegiatan
(Sumber : Time Saver Standart of Building, 1973)
IV-33
Backstage/ 1 30 orang 1.5 m2 per orang Data 45 m2
Ruang Total= 30x1.5 Arsitek
Persiapan = 45 m2
Meeting 100 2 1.5 m2 per orang Data 300 m2
Room Besar Total= 100x1.5 Arsitek
= 150 m2
Meeting 50 4 1.5 m2 per orang Data 300 m2
Room Total= 50x1.5 Arsitek
Sedang = 75 m2
Meeting 25 4 1.5 m2 per orang Data 150 m2
Room Kecil Total= 25x1.5 Arsitek
= 37.5 m2
Pre-Function 2 350 1.5 m2 per orang Data 525 m2
Area Total= 350x1.5 Arsitek
= 525 m2
Ruang VIP 2 12 2 m2 per orang Data 48 m2
Total= 12x2 Arsitek
= 24 m2
Ruang Panitia 4 12 2 m2 per orang Data 96 m2
Total= 12x2 Arsitek
= 24 m2
Function 6 12 2 m2 per orang Data 144 m2
Room Total= 12x2 Arsitek
= 24 m2
Ruang 2 4 45m2 Asumsi 90 m2
Kontrol
Loading Dock 1 30 15x30 m Asumsi 450 m2
Lobby 1 500 1.5 m2 per orang Data 750 m2
Total= 1500x1.5 Arsitek
= 2.250 m2
Information 1 3 3x5 15 m2
Center
VIP Lounge 1 65 2 m2 per orang Data 130 m2
Total= 12x2 Arsitek
= 130 m2
Medical 4 1 3x5 = 15 m2 Asumsi 15 m2
Room
Ruang 5 10 1.5 m2 per orang Data 150 m2
Pengelola Total= 10x1.5 Arsitek
= 15 m2
Ruang Rapat 1 20 1.5 m2 per orang Data 30 m2
Total= 20x1.5 Arsitek
= 30 m2
Ruang Arsip 4 1 5x10 m Asumsi 50 m2
Ruang 1 10 1.5 m2 per orang Data
Karyawan Total= 10x1.5 Arsitek
= 15 m2
IV-34
Ruang Tamu 1 6 2 m2 per orang Data 12 m2
Total= 6x2 Arsitek
= 12 m2
Toilet Pria 4 10 Ukuran satu Data 120 m2
kamar mandi Arsitek
standar: 2x1.5 = 3
m2
Toilet Wanita 4 10 Ukuran satu Data 120 m2
kamar mandi Arsitek
standar: 2x1.5 = 3
m2
Toilet Disabel 4 1 Ukuran satu Data 16 m2
kamar mandi Arsitek
standar: 2x2 = 4
m2
R. Laktasi 4 4 2 m2 per orang Data 32 m2
Total= 4x2 Arsitek
= 8 m2
Pantry 3 2 2 m2 per orang Data 12 m2
Total= 2x2 Arsitek
= 4 m2
Gudang 6 2 5x10 m Asumsi 300 m2
Parkir 100 mobil 100 mobil: 1.690
Basement 200 motor 100x(5x2.5)= m2
1.250 m2
200 motor: 100 x
(2.2 x 1) =
440 m2
Total Luas 12.340
m2
Sirkulasi 50% 6.170
m2
Jumlah 18.510
m2
Luas Lantai Dasar (KDB) 9.180
m2
Wisata Pantai
Ruang 2 10 Standar 0.16 m2 Data 100 m2
Persiapan per loker Arsitek
Luas 3.25 m2
R. Pemandu 1 10 Standar 8 m2 per Data 120 m2
orang = 8x10 = 80 Arsitek
m2
R. 1 10 Standar 8 m2 per Data 80 m2
Penyewaan orang = 8x10 = 80 Arsitek
peralatan m2
Dermaga 1 100 1.5 m2 per orang Data 150 m2
IV-35
Total= 100x1.5 Arsitek
= 150 m2
Total Luas 450 m2
Sirkulasi 30% 135 m2
Jumlah 585 m2
Luas Lantai Dasar (KDB) 585 m2
Restoran
Restoran 1 100 2.25 m2 per orang Data 225 m2
= 100 x 2.25 = 225 Arsitek
m2
Dapur 1 8 13.2 x 6 = 79.2 m2 Data 80 m2
Arsitek
R. 1 2 Manusia: Data
Administrasi 2x(0.6x1.2)=1.44 Arsitek
Dapur m 2
2 meja: 2x(2x1)= 4
m2
4 kursi:
4x(0.5x0.5)= 1 m2
2 lemari:
2x(0.6x1.5)= 1.8
m2
IV-36
bahan dapur
Gudang 1 5 5x5 m Asumsi 25 m
R. Cuci piring 1 2 3 x 5 = 15 m2 Asumsi 15 m2
Toilet Pria 2 1 Ukuran satu Data 8 m2
kamar mandi Aristek
standar: 2x1.5 = 3
m2
Toilet Wanita 2 1 Ukuran satu Data 8 m2
kamar mandi Aristek
standar: 2x1.5 = 3
m2
Ruang 1 2 4x4 m Asumsi 16 m2
pengolah
an
sampah
Total Luas 488 m2
Sirkulasi 30% 146 m2
Jumlah 634 m2
Luas Lantai Dasar (KDB) 634 m
Area Outbound
Area 1 300 2.25 m2 per orang Data 675 m2
Outbound = 300 x 2.25 = 675 Aristek
Dewasa m2
Area 1 300 2.25 m2 per orang Data 675 m2
Outbound = 300 x 2.25 = 675 Aristek
Anak m2
Aula 1 150 2.25 m2 per orang Data 337.5
= 150 x 2.25 = Aristek m2
337.5 m2
Ruang 1 20 2.25 m2 per orang Data 45 m2
Penyimpanan = 20 x 2.25 = 45 Aristek
Alat m2
Ruang 1 5 2.25 m2 per orang Data 11.25
Informasi = 5 x 2.25 = 11.25 Aristek m2
m2
Ruang Staff 1 10 2.25 m2 per orang Data 22.5 m2
= 10 x 2.25 = 22.5 Aristek
m2
Lobby 1 20 2.25 m2 per orang Data 45 m2
= 20 x 2.25 = 45 Aristek
m2
Resepsionis 1 4 0.36 m2 per orang Data 1.44 m2
= 4 x 0.36 = 1.44 Aristek
m2
Toilet Pria 2 1 Ukuran satu Data 8 m2
kamar mandi Aristek
standar: 2x1.5 = 3
IV-37
m2
Toilet Wanita 2 1 Ukuran satu Data 8 m2
kamar mandi Aristek
standar: 2x1.5 = 3
m2
IV-38
Jumlah 490.4
m2
Luas Lantai Dasar (KDB) 490.4
m2
Kolam Renang
Kolam 1 area 100 orang 500 m2 Asumsi 500 m2
Renang
Dewasa
Kolam 1 area 30 anak 50 m2 Asumsi 50 m2
Renang Anak
R. Ganti dan 1 ruang 8 orang Ruang ganti Data 20 m2
loker pria partisi: Arsitek
= 8x(1x1.5)= 12
m2
loker: 1x(2.1x0.5)=
1.05 m2
R. Ganti dan 1 ruang 8 orang Ruang ganti Data 20 m2
loker wanita partisi: Arsitek
= 8x(1x1.5)= 12
m2
loker: 1x(2.1x0.5)=
1.05 m2
R. Bilas Pria 1 ruang 8 orang Ruang bilas Data 18 m2
partisi: Arsitek
= 8x(1x1.5)= 12
m2
R. Bilas 1 ruang 8 orang Ruang bilas Data 18 m2
Wanita partisi: Arsitek
= 8x(1x1.5)= 12
m2
Toilet Pria 2 1 Ukuran satu Data 8 m2
kamar mandi Aristek
standar: 2x1.5 = 3
m2
Toilet Wanita 2 1 Ukuran satu Data 8 m2
kamar mandi Aristek
standar: 2x1.5 = 3
m2
Total Luas 1.212
m2
Sirkulasi 30% 363,6
m2
Jumlah 1.575,6
m2
Luas Lantai Dasar (KDB) 1.575,6
m2
Workshop
IV-39
Workshop 5 4 4x4 m Asumsi 16 m2
Gudang 1 2 4x4 m Asumsi 16 m2
Total Luas 32 m2
Sirkulasi 30% 9.6 m2
Jumlah 41,6 m2
Luas Lantai Dasar (KDB) 41,6 m2
Souvenir & Oleh-oleh
Toko 5 4 4x4 m Asumsi 16 m2
Souvenir
Gudang 1 2 4x4 m Asumsi 16 m2
Total Luas 32 m2
Sirkulasi 30% 9.6 m2
Jumlah 41,6 m2
Luas Lantai Dasar (KDB) 41,6 m2
Mushola
Musholla 2 ruang 50 orang = 50x(1.2x0.6)= 36 Asumsi 72 m2
m2
Tempat 1 ruang 6 orang = 3 x 3 = 9 m2 Asumsi 9 m2
Wudhu pria
Tempat 1 ruang 6 orang = 3 x 3 = 9 m2 Asumsi 9 m2
Wudhu
Wanita
Total Luas 90 m2
Sirkulasi 50% 45 m2
Jumlah 135 m2
Luas Lantai Dasar (KDB) 135 m2
Ruang Penerimaan & Area Parkir
Area Parkir 1 5 bus, 100 5 bus : 5 x (3,5 x Data 1552.5
mobil, 100 11) = 192.5 m2 Arsitek m2
sepeda 100 mobil:
motor 100x(5x2,5)=
1.250 m2
50 motor: 50 x (2.2
x 1) =
110 m2
Drop Off 1 25 m2 Asumsi 25 m2
Front Desk 1 2 9 m2 Asumsi 9 m2
Lobby 1 50 1.5 m2 per orang Data 75 m2
Total= 50x1.5 Aristek
= 75 m2
Tempat 1 1 16 m2 Data 16 m2
Penitipan Aristek
Barang
Toilet Pria 2 1 Ukuran satu Data 8 m2
kamar mandi Aristek
standar: 2x1.5 = 3
m2
IV-40
Toilet Wanita 2 1 Ukuran satu Data 8 m2
kamar mandi Aristek
standar: 2x1.5 = 3
m2
Total Luas 1.693.5
m2
Sirkulasi 50% 846.75
m2
Jumlah 2.540.25
m2
Luas Lantai Dasar (KDB) 141 m2
Utilitas
R. Kontrol 1 ruang 2 orang 6 x 3 = 18 m2 Asumsi 18 m2
Panel
R. Genset 1 ruang 20 m2 / unit Asumsi 20 m2
R. Trafo 1 ruang 12 m2 / unit Asumsi 12 m2
R. PLN 1 ruang 10 m2 / unit Asumsi 10 m2
R. Pompa 1 ruang 50 m2 / unit Data 50 m2
Arsitek
Tandon Air 80 m2 / unit Asumsi 80 m2
Total Luas 190 m2
Sirkulasi 30% 57 m2
Jumlah 247 m2
Luas Lantai Dasar (KDB) 247 m2
IV-41
Tabel 4.8 Rekapitulasi Besaran Ruang
Kelompok Ruang Luas Ruang
Penginapan 748.8 m2
Exhibition Center 18.510 m2
Wisata Pantai 585 m2
Restoran 634 m2
Area Outbound 6.325 m2
Penangkaran Penyu 490.4 m2
Kolam Renang 1.575,6 m2
Workshop 41,6 m2
Souvenir & Oleh-oleh 41,6 m2
Mushola 135 m2
Area Parkir 2.540.25 m2
Utilitas 247 m2
Total Luas (KLB) 31.875 m2
Luas Lantai Dasar (KDB) 20.145 m2
(Sumber : Analisis Pribadi, 2023)
Dari besaran ruang diatas, maka dapat diperhitungkan total
luas yang direncanakan, yaitu :
Tabel 4.9 Jumlah Batasan Perencanaan Desa Wisata
No. Kriteria Batasan Rencana
1. Luas Lahan 60.000 m2 60.000 m2
2. KDB 45% = 27.000 m2 20.145 m2 (33%
(max) dari luas lahan)
(75% dari batasan
KDB)
3. KLB 1.00 x 60.000 = 31.875 m2 (53%
60.000 m2 (max) dari batasan KLB)
4. KB 4 Lt (14 m) 4 Lt (14 m)
5. RTH 60.000 – 27.000 = 39.855 m2 (67%
33.000 m2 (min) dari luas lahan)
(Analisis Pribadi, 2023)
IV-42
4.6.Analisis Mitigasi Bencana
Mitigasi bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko yang
ditimbulkan oleh bencana (jika terjadi bencana) sehingga dampak
negatif yang ditimbulkan akan berkurang. Salah satu tindakan
pencegahan dalam mitigasi yaitu Pembuatan bangunan struktur yang
berfungsi untuk mencegah, mengamankan, dan mengurangi dampak
yang ditimbulkan bencana seperti: tanggul, dam, bangunan tahan
gempa dan sejenisnya.
Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Jepara, Kawasan Rawan
Bencana di Kecamatan Jepara yaitu :
1. Rawan Gempa Bumi
IV-43
2. Rawan Abrasi
IV-44
4.7.Analisis Sistem Struktur dan Material
4.7.1. Sistem Struktur
Analisis ini bertujuan untuk menentukan jenis struktur
apa yang sesuai pada objek rancangan. Faktor yang harus
diperhatikan meliputi kondisi tanah pada tapak, besaran ruang,
lebar bentang bangunan, fungsi bangunan itu sendiri serta
material yang akan digunakan.
Dalam penerapan konsep Neo-Vernakular pada
bangunan Desa Wisata di Pesisir Pantai Jepara meliputi
penggunaan struktur bangunan dan bahan bangunan.
Sistem struktur bangunan akan mempengaruhi
terbentuknya bangunan, sehingga akan mempengaruhi
penampilan bangunan tersebut. Ada beberapa persyaratan
pokok struktur sesuai prinsip arsitektur Neo-Vernakular antara
lain :
a. Fungsional, agar sesuai dengan fungsinya yang didasarkan
atas tuntutan besaran ruang, fleksibilitas terhadap
penyusunan unit-unit hunian. Pola sirkulasi, dan lain lain.
b. Estetika struktur dapat merupakan bagian integral dengan
ekspresi arsitektur yang serasi dan logis.
c. Keseimbangan, agar massa bangunan tidak bergerak.
d. Kestabilan, agar bangunan tidak goyah akibat gaya luar dan
punya daya tahan terhadap gangguan alam, seperti gempa,
angin, dan kebakaran.
e. Kekuatan, berhubungan dengan kesatuan seluruh struktur
yang menerima beban
f. Ekonomis, baik dalam pelaksanaan maupun pemeliharan.
IV-45
Bagian sub structure, yaitu segala bagian bangunan
yang berada didalam atau dibawah tanah, yaitu pondasi
tempat seluruh bangunan itu bertumpu dan tanah tempat
pondasi bertumpu. Pondasi berfungsi untuk menahan
seluruh beban bangunan dan meneruskan beban tersebut
ke dalam tanah. Suatu sistem pondasi harus dapat
menjamin, harus mampu mendukung beban bangunan
diatasnya, termasuk gaya-gaya luar seperti gaya angin,
pergerakan tanah, dan lain sebagainya. Untuk itu pondasi
harus kuat, stabil, aman, agar tidak mengalami penurunan
dan tidak mengalami pematahan.
Sistem pondasi yang digunakan pada Desa Wisata di
pesisir pantai Jepara adalah :
a. Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang adalah sebuah bagian struktural
dari sebuah bangunan yang membagi tekanan gravitasi
secara merata pada tanah dan berfungsi agar bangunan
yang dibangun bisa menjadi kuat dan berdiri dengan
kokoh. Pondasi tiang pancang umumnya digunakan
apabila struktur tanah yang akan dibangun mempunyai
kemungkinan untuk bergeser atau labil. Selain itu juga
pondasi jenis ini biasa digunakan apabila terdapat
sebuah drainase dibawah tanah. Pondasi ini cocok
digunakan pada tapak yang berada di pesisir pantai
karena sangat kokoh dan kuat terhadap erosi air laut
serta digunakan pada bangunan utama.
IV-46
Gambar 4.40 Pondasi Tiang Pancang
(Sumber : Gambar Google. 2023)
IV-47
Gambar 4.41 Pondasi Foot Plat
(Sumber : Gambar Google, 2023)
IV-48
Gambar 4.42 Pondasi Batu Kali
(Sumber : Gambar Google, 2023)
IV-49
struktur. Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban ke
pondasi. Untuk kolom pada bangunan ada dua jenis yaitu
kolom utama dan kolom praktis.
b. Balok
Balok adalah kayu, beton, maupun baja yang dipasang
didalam ruangan untuk menahan rangka langit-langit plafon.
Selain itu balok lantai juga berfungsi sebagai pengaku
utama bangunan atau struktur. Beban-beban yang dipikul
oleh balok adalah plat lantai, dinding dan beratnya sendiri.
Balok menerima beban horizontal akibat adanya gaya angin
dan gaya gempa yang didistribusikan juga ke kolom.
c. Plat Lantai
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak diatas tanah
langsung, jadi merupakan lantai bertingkat. Plat lantai ini
didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada
kolom-kolom bangunan. Ketebalan plat lantai ditentukan
oleh :
1) Besar lendutan yang diizinkan
2) Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok
pendukung
3) Bahan konstruksi dan plat lantai
d. Dinding
Dinding adalah bagian dari bangunan yang dipasang secara
vertikal dengan fungsi sebagai pemisah antar ruang, baik
antara ruang dalam maupun ruang luar.
IV-50
kolom. Pada umumnya material yang digunakan adalah
kayu dan baja konvensional. Pada saat ini penggunaan
kayu lebih sedikit dikarenakan harga kayu yang mahal dan
persediaan kayu di hutan semakin sedikit. Untuk struktur
baja konvensional merupakan struktur yang cocok
digunakan untuk bentang lebar serta mudah dalam
pengerjaan. Dalam hal estetika, struktur baja juga dapat
diekspos.
b. Penutup atap
Penutup atap adalah bagian paling atas dari suatu
bangunan yang melindungi bangunan dan penghuninya
secara fisik. Sebagai lapisan terluar, penutup atap
merupakan material yang bersinggungan langsung dengan
sinar matahari, angin, dan hujan. Dalam perencanaan Desa
Wisata ini menggunakan genteng metal berpasir. Genteng
metal ini bebannya lebih ringan dan kuat dibangin material
lain serta bersifat lentur dan tahan air.
4.7.2. Material
Bahan bangunan adalah setiap bahan yang digunakan
untuk tujuan konstruksi. Bahan bangunan dapat didefinisikan
sebagai salah satu elemen pokok yang menentukan kualitas
bangunan, murah atau mahal, dan sederhana atau mewah.
Bahan bangunan juga dapat diartikan pemegang peranan
penting dalam suatu konstruksi bangunan seperti menentukan
kekuatan, keamanan, keselamatan, dan keawetan suatu
bangunan.
Bahan bangunan ditinjau dari penggunaan, reaksi
terhadap iklim, ketahanan dan resiko biologis dari daerah
tropis.
IV-51
Tabel 4.13 Bahan Bangunan
Bahan Gambar Penggunaan Reaksi Ketahanan
terhadap dan resiko
iklim biologis
Kayu Dipergunakan Jenis kayu Tidak tahan
untuk keras memiliki terhadap
bangunan ketahanan rayap dan
kecil dan yang tinggi jamur perusak
menengah, terhadap kayu.
baik untuk pengaruh Pencegahan
konstruksi iklim. Dengan dilakukan
maupun perawatan dengan
elemen yang baik pengecatan,
bangunan serta perendaman,
lainnya penggunaan atau difusi
yang tepat dengan
sangat tahan bahan kimia
terhadap anti rayap.
hujan
Batu alam Tidak Tahan Ketahanan
memegang terhadap tinggi
peranan angin dan terhadap
utama dalam cuaca kerusakan
konstruksi , mekanis
biasa
digunakan
sebagai
dekoratif
dinding
IV-52
Batu bata Digunakan Bila diolah Tahan
bakar untuk semua secara tepat terhadap
konstruksi akan tahan kerusakan
dinding. terhadap mekanis
Sangat cuaca,
bervariasi penyerapan
dalam panas baik,
ukuran, kemampuan
bentuk, penyaluran
komposisi panas
bahan dan rendah.
kualitas
Beton Dapat Tahan hujan, Tahan api dan
bertulang digunakan penyerapan tahan
untuk panas sangat terhadap
berbagai tinggi gangguan
metode mekanis
konstruksi
Baja Konstruksi Tahan angin Mudah
bangunan dan air. terkena korosi
atap Kemampuan di daerah
penghantaran lembab.
listrik besar Tahan
terhadap
rayap, daya
tahan
terhadap api
kecil jika tidak
menggunakan
pelapis
IV-53
Aluminium Bahan Tahan Tahan api dan
konstruksi terhadap gempa
hujan dan air,
penghantaran
panas tinggi,
kemampuan
pemantulan
sangat baik
Kaca Dipakai untuk Kemampuan Bahaya
konstruksi penghantaran pecah pada
biasa panas kecil saat gempa,
angin topan,
kebakaran
dan benturan
Cat Digunakan Tergantung Dapat dirusak
untuk melapis komposisinya, oleh radiasi
dinding, atap, ada yang ultraviolet,
atau elemen tahan/larut kelembaban,
bangunan dalam air, hujan dan
lainnya. tahan gosok udara.
atau tahan
cuaca
Metal Untuk Sangat cocok Tahan
Berpasir penutup atap untuk daerah gempa, tidak
tropis, kedap tahan api,
angin, kuat terhadap
pengecatan benturan
dengan cat
dapat
menambah
pemantulan
(Sumber : Analisis Pribadi, 2023)
IV-54
BAB V
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
V-1
Gambar 5.1 Rencana Model Atap
(Sumber : Analisis Pribadi, 2023)
V-2
Gambar 5.3 Rencana Motif Ornamen yang Digunakan
(Sumber : Analisis Pribadi, 2023)
V-3
4. Kesatuan antara interior dengan ruang luar yang ada disekitarnya.
V-4
5.2.Konsep Perancangan Tapak
Menurut pakar Arsitektur Hamid Shirvani (1985) dalam bukunya
“the Urban Design Process”, memiliki 8 elemen yang membentuk fisik
kawasan yakni Tata Guna Lahan (Land Use), Tata Massa Bangunan
(Building Form and Mass Building), Sirkulasi dan Parkir (Circulation
and Parking), Ruang Terbuka (Open Space), Penanda (Signages),
Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian), Aktifitas pendukung (Support Activity),
Preservasi (Preservation).
V-5
masing-masing lahan pada tapak berdasarkan analisis
sebelumnya.
a. Zona Publik
Untuk perletakan zona public diletakan pada area depan
tapak untuk dapat diakses oleh setiap pengunjung yang
datang. Pada area publik meliputi tempat parkir, taman, dan
Lobby.
b. Zona Semi Publik
Zona semi public diletakkan berdekatan dengan zona public
dan servis di bagian selatan tapak agar dapat dijadikan
hirarki ruang. Pada zona semi publik meliputi Gedung
Exhibition Center, Penangkaran Penyu, Workshop,Toko
Souvenir, Kolam Renang, Restoran, dan Area Outbound.
c. Zona Privat
Untuk zona privat diletakkan di bagian yang memberikan
kenyamanan view, keamanan, dan kemudahan sirkulasi.
Pada zona ini terdiri dari hunian berupa cottage.
V-6
d. Zona Servis
Untuk zona servis diletakan di bagian belakang agar tidak
mengganggu kegiatan ruang lainnya dan memiliki jalannya
sendiri. Pada zona ini terdiri dari ruang genset, ruang pompa,
ruang trafo, dan tandon air.
V-7
Gambar 5.9 Rencana Penataan Massa
(Sumber : Analisis Pribadi, 2023)
V-8
Gambar 5.10 Rencana Sirkulasi Tapak
(Sumber : Analisis Pribadi, 2023)
Adapun respon yang dapat diberikan dari sirkulasi tersebut
adalah :
a. Sirkulasi Kendaraan
Sirkulasi kendaraan memiliki porsi yang lebih kecil,
dalam perancangan sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki
dipisah agar tidak terjadi cross. Sirkulasi kendaraan tidak
diperbolehkan berada dalam lingkungan tapak, hanya
diperbolehkan melalui area entrance utama untuk drop area
dan ke area parkir.
b. Sirkulasi Utilitas
Sirkulasi kendaraan utilitas dibuat terpisah dan memiliki
jalurnya sendiri sehingga tidak akan mengganggu sirkulasi
kendaraan lainnya.
c. Sirkulasi Pejalan Kaki
Sirkulasi pejalan kaki mendapatkan porsi yang lebih
besar daripada sirkulasi kendaraan. Untuk sirkulasi di dalam
tapak secara umum sirkulasi yang diterapkan difokuskan
satu arah terhadap massa bangunan yang ada, tetapi pada
titik tertentu terdapat percabangan.
V-9
5.4.4. Ruang Terbuka (Open Space)
V-10
Gambar 5.13 Rencana Sclupture
(Sumber : Gambar Google, 2023)
V-11
5.4.5. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian)
Area pejalan kaki merupakan hal yang sangat penting
dan wajib ada pada tapak. Hal ini dikarenakan lokasi tapak
yang berada di daerah pesisir pantai yang memungkinkan
pengunjung untuk berjalan kaki sambil menikmati suasana
pantai dan air laut. Area pejalan kaki bisa digunakan juga
dalam kegiatan seperti jogging dan bersepeda. Letak
pedestrian berada pada sepanjang jalan tapak yang
menghubungkan antara ruang yang satu dengan yang
lainnya.
V-12
5.4.6. Penanda (Signage)
Penanda (Signage) pada Desa Wisata merupakan
media komunikasi visual arsitektural sebagai bagian dari
sistem informasi Desa Wisata. Berdasarkan posisi tapak
yang berada di area dataran rendah maka setiap jalur
kendaraan dan pedestrian akan terpasang penanda jalan
pada setiap pintu masuk dan pertigaan jalur serta penanda
ruang yang terdapat pada tapak.
V-13
memperkenalkan budaya jepara. Toko Souvenir di siapkan
untuk para pengunjung yang ingin membeli oleh-oleh khas
Jepara yang telah di olah maupun yang belum di olah.
V-14
Gambar 5.20 Rencana Gubahan Massa
(Sumber : Analisis Pribadi, 2023)
V-15
sekitarnya menjadi fokus utama. Bangunan dapat memiliki bentuk
yang sederhana dan simetris, dengan penggunaan
dinding-dinding tebal dan atap dengan sudut kemiringan yang
khas.
2. Penggunaan bahan-bahan alami dan lokal adalah salah satu ciri
khas arsitektur neo-vernakular. Ini dapat mencakup penggunaan
batu, kayu, tanah liat, atau material alami lainnya dalam konstruksi
bangunan. Material tersebut sering diperoleh dari daerah sekitar
proyek, sehingga mencerminkan identitas lokal dan meminimalkan
dampak lingkungan.
3. Gubahan massa neo-vernakular sering mengintegrasikan
elemen-elemen tradisional dalam fasad bangunan. Ini bisa berupa
penggunaan pola-pola dekoratif, detail ornamen, atau penggunaan
jendela-jendela dan pintu-pintu dengan desain khas yang
mencerminkan budaya setempat. Fasad bangunan mungkin
memiliki struktur yang kuat dengan penggunaan bahan dan warna
yang terkait dengan lingkungan sekitarnya.
V-16
Gambar 5.21 Rencana Penataan Vegetasi
(Sumber : Analisis Pribadi, 2023)
Pohon Pinus
Pohon Pinus nantinya di tempatkan di area
outbound untuk karena dapat dimanfaatkan
sebagai tempat outbound.
V-17
2. Taman
Pohon Terambesi
Pohon ini banyak ditanam sebagai peneduh
jalan. Pohonnya besar seperti payung. Akar,
batang, dan dahannya sangat besar seperti
raksasa. Usia pohon trembesi bisa mencapai
ratusan tahun. Naungan daun pohon trembesi
V-18
bisa menurunkan suhu udara sekitarnya.
Pohon trembesi mampu menyerap gas karbon
dioksida di udara. Biji buah pohon trembesi
yang disangrai bisa dijadikan camilan.
3. Entrance Masuk
Kawasan
Pohon Tanjung
Pohon tanjung merupakan salah satu jenis
pohon yang banyak digunakan sebagai
tanaman peneduh khusunya pada area parkiran
dan pedesterian serta memiliki buah yang
sangat harum
V-19
Pohon Bambu Kuning
Pohon bambu kuning merupakan jenis bambu
yang di pelihara (budidaya) dengan ciri pohon
yang tinggi serta berwarna kuning hidup di
wilayah tropis, penempatan bambu kuning
nantinya pada kawasan di fungsikan sebagai
pembatas kawasan ( sebagai dinding
pembatas).
(Sumber : Analisis Pribadi, 2023)
V-20
Gambar 5.24 Pondasi Tiang Pancang, Pondasi Batu Kali, Pondasi
Foot Plat
(Sumber : Gambar Google, 2023)
V-21
dan batu. Selain itu material dengan bahan alami juga mampu
menghadirkan suasana alami yang memberi kesan tradisional khas
daerah setempat. Material tersebut akan berpengaruh terhadap setiap
pelaku dalam menerjemahkan kesan yang ingin ditunjukkan oleh
setiap massa bangunan desa wisata.
1. Material Lantai
Untuk material lantai menggunakan keramik porselin. Keramik ini
merupakan jenis keramik bakaran suhu tinggi yang dibuat dari
bahan lempung murni yang tahan api, seperti kaolin, alumina, dan
silica.
2. Dinding
Untuk material dinding menggunakan bata ringan dan untuk partisi
menggunakan material kaca dan kalsiboard.
3. Plafond
untuk material plafond menggunakan kalsiboard dan gypsum.
4. Batu Alam
Untuk menampilkan kesan alami, maka perlu penggunaan material
berupa batu.
5. Fasade
Untuk fasad pada bagian depan dan belakang bangunan
menggunakan material aluminium composite panel dengan rangka
hollow 5 cm yang dilas mengait dengan dinding dan kolom pada
bangunan. Untuk fasad bagian dalam menggunakan curtain wall
dengan material kaca 6mm.
5.6.Konsep Utilitas
5.6.1. Sistem Komunikasi
Sistem jaringan komunikasi pada desa wisata di Kabupaten
Jepara menggunakan beberapa alat komunikasi, yaitu :
a. Telepon, dengan beberapa nomor ekstensi untuk
mempermudah komunikasi antar bangunan dan ruang
V-22
b. Faksimile, dengan beberapa nomor ekstensi untuk
menghindar jaringan sibuk, sehingga pelayanan tetap
berjalan lancer.
c. LAN (Local Area Network) sebagai jaringan komunikasi antar
computer staf
d. Jaringan internet yang dilengkapi dengan server untuk
mengatur bandwith pemakaian setiap computer dan router
untuk penentuan area hot-spot wifi sebagai sarana
penunjang pengunjung untuk menikmati layanan gratis.
V-23
PDAM Meteran Air Ground Wate
r Tank
Pompa
Roof Tank
V-24
5.6.4. Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan pada desa wisata di Kabupaten
Jepara menggunakan pencahayaan alami dan buatan. Sistem
pencahayaan alami ialah menggunakan material kaca pada
dinding sekaligus menjadi fasad bangunan di desa wisata demi
memaksimalkan cahaya matahari. Mengantisipasi cahaya
langsung masuk kedalam bangunan secara berlebihan dengan
memberikan shading pada bagian yang memiliki radiasi tinggi.
Penerapan skylight pada bangunan demi menghemat
penggunaan pencahayaan buatan pada siang hari.
Pencahayaan buatan menggunakan lampu sesuai dengan
fungsinya untuk membentuk ruang-ruang artistic yang
menambah daya Tarik bagi pengunjung. Pencahayaan buatan
yang digunakan sebagai penerangan utama menggunakan
fluorescent lamp yang menimbulkan cahaya cool-white.
V-25
Pada sudut ruang tertentu, menggunakan jenis lampu
downlight yang memberi kesan eksotis dengan cahaya yang
ditimbulkan adalah bewarna putih kekuningan dengan teknik
sorot pada dinding.
V-26
Gambar 5.27 Konsep Penghawaan Ruang
(Sumber : Gambar Google, 2023)
V-27
yang cenderung lebih tinggi sehingga seluruh bangunan
terlindungi. Tinggi tiang penangkal petir 60cm.
V-28
Tanda ”EXIT” dilengkapi dengan lampu berwarna merah
yang menyala saat darurat serta tanda panah yang
menunjukkan pintu keluar terdekat; diletakkan pada setiap
lokasi pintu keluar.
c. Smoke Detector
Pada saat terdapat asap, maka alarm dari smoke detector
akan berbunyi, peletakkannya pada ruang-ruang semi
terbuka seperti lobby yang merupakan kawasan “dilarang
merokok”.
d. Sprinkler
Sprinkler merupakan alat penyemprot yang dapat
memancarkan air dengan cara melakukan pengabutan dan
bekerja secara otomatis; dipasang dengan jarak normal 6-9
meter.
V-29
Gambar 5.33 Sistem Pencegah Kebakaran Sprinkler
(Sumber : Gambar Google, 2023)
e. Hydrant Bangunan
Diletakkan dalam bangunan untuk menyemprotkan air
dengan selang dengan jarak efektif adalah 35 meter.
Diletakkan pada setiap lantai pada massa utama dan massa
pengelola serta area servis.
f. Hydrant Halaman
Diletakkan di luar bangunan pada titik-titik tertentu yang
dapat menjangkau semua bangunan dengan massa yang
kecil seperti cottage atau outdoor restaurant.
V-30
Gambar 5.35 Hydrant Halaman
(Sumber : Gambar Google, 2023)
V-31
Gambar 5.36 Skema Pembuangan Sampah
(Sumber : Gambar Google, 2023)
V-32
Gambar 5.37 Reveatment Batuan Andesit
(Sumber : Gambar Google, 2023)
V-33
BAB VI
6.1. Kesimpulan
Dengan meningkatkan daya tarik wisata, desa wisata di Jepara
dengan pendekatan neo-vernakular dapat menarik lebih banyak
wisatawan. Hal ini akan membuka peluang baru bagi UMKM setempat
untuk memasarkan produk mereka kepada wisatawan. Contohnya,
kerajinan kayu khas Jepara, seperti ukiran dan mebel, dapat dijual
sebagai suvenir atau diintegrasikan dalam desain bangunan wisata. Ini
akan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan membantu UMKM
untuk berkembang.
6.2. Saran
Dengan semakin tingginya pengunjung yang datang ke Kabupaten
Jepara maka sangat berpeluang baik untuk membangun desa wisata
di Kabupaten Jepara. Pada Perencanaan dan Perancangan Desa
VI-1
Wisata di Kabupaten Jepara diharapkan dapat direalisasikan dan
pemerintah dapat lebih memperhatikan rencana ini, sehingga dapat
meningkatkan nilai UMKM sekitar dan meningkatkan pariwisata di
Kabupaten Jepara.
VI-2
DAFTAR PUSTAKA