Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata kini telah menjadi kebutuhan global. Perkembangan globalisasi

yang semakin pesat sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri,

termasuk industri pariwisata. Saat ini industri pariwisata merupakan bagian

dari salah satu sentral penghasil devisa bagi negara-negara yang sedang

berkembang termasuk Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara

tujuan wisata di dunia, hal ini dikarenakan letaknya yang strategis dan

wilayahnya yang sangat luas. Hal ini ditandai dengan maraknya

pembangunan berbagai macam fasilitas akomodasi seperti hotel dan resort.

Pesatnya perkembangan ini perlu diwaspadai, karena kemajuan sesuatu hal

sering kali tidak berimbang dengan kemajuan hal yang lain jika tidak

direncanakan dengan baik.

Indonesia ditakdirkan memiliki kekayaan yang melimpah, baik berupa

kekayaan alam maupun budayanya. Gugusan kepulauan yang berjumlah

sekitar 18.110 pulau yang membentang dari barat ke timur merupakan

kekayaan tersendiri dalam sektor pariwista. Berbagai objek pariwisata seperti

pantai, danau, gunung, taman nasional, dan taman lautnya banyak tersebar di

Indonesia. Belum lagi suku bangsanya yang beraneka ragam sehingga

melahirkan adat istiadat yang unik dan berbeda antar satu daerah dengan

daerah lainnya. Kemudian sejarah bangsa Indonesia yang panjang dari jaman

pra sejarah, Kerajaan Hindu-Budha, Kerajaan Islam, sampai jaman kolonial

1
meninggalkan peninggalan sejarah yang beraneka ragam. Keunikan ini yang

menjadi daya tarik sebagai objek pariwisata. Menurut Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif (KemenPAREKRAF) Indonesia, jumlah kunjungan

wisatawan mancanegara (wisman) pada tahun 2013 sebanyak 8,80 juta atau

mengalami pertumbuhan sebesar 9,42% apabila dibandingkan dengan jumlah

kunjungan pada tahun 2012 sebanyak 8,04 juta kunjungan wisman. Pada

tahun 2013 perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) diperkirakan mencapai

248 juta perjalanan atau naik sebesar 1,10% dibandingkan tahun 2012 yaitu

245,29 juta perjalanan.

Papua adalah provinsi paling timur di Indonesia yang mempunyai banyak

objek wisata antara lain objek wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya,

wisata kuliner, wisata olah raga, dan wisata belanja. Menurut Dinas

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Papua, jumlah wisatawan yang berkunjung

ke Papua pada periode tahun 2006-2012 tercatat sebesar 114.201 wisatawan

yang terdiri dari 98.490 wisatawan mancanegera dan 15.711 wisatawan

domestik.

Jayapura sebagai ibu kota Provinsi Papua memiliki potensi objek wisata

yang memadai, terutama jenis wisata pantai. Sebelah Utara Kota Jayapura

berbatasan dengan Samudera Pasifik, panjang garis pantai Kota Jayapura

adalah 116,77 km dan luas wilayah laut 2,81 km2, serta terdapat delapan

pulau kecil (RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030). Keanekaragaman

hayati laut dan pesisir sangat kaya dan terdapat Taman Wisata Alam Teluk

Youtefa seluas 1.650 Ha. Potensi lainnya dari kawasan ini dimanfaatkan

untuk perikanan laut dan pariwisata. Menurut Dinas Kebudayaan dan

2
Pariwisata Kota Jayapura, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung

ke Kota Jayapura pada tahun 2013 tercatat sebesar 13.215 sedangkan

wisatawan nusantara sebesar 69.105. Salah satu wisata pantai yang sedang

dikembangkan saat ini adalah Pantai Hamadi. Tempat rekreasi ini memiliki

pantai pasir putih sepanjang ±2 km. Di kawasan ini dulu juga menjadi tempat

pendaratan tentara sekutu pada PD II. Pantai Hamadi kini mulai berkembang,

sehingga setiap musim libur sekolah maupun libur panjang akhir pekan,

kawasan pantai itu selalu ramai dikunjungi wisatawan nusantara.

Sistem pengelolaan di pantai ini secara perorangan atau suku sesuai

kemampuan. Sistem pengelolahan yang ada menjadikan pemilik/pengelola

memiliki kecenderungan menutup diri dan tidak mau bekerjasama dengen

pihak lain, terutama pemerintahan Kota Jayapura. Hal ini berpengaruh pada

pegembangan lokasi wisata pantai Hamadi termasuk fasilitas dan sarana

penunjang. Fasilitas dan sarana penunjang yang ada saat ini di pantai Hamadi

antara lain pondok yang dibuat semi permanen tetapi sebagian besar pondok

memiliki kondisi rusak dan tidak layak pakai, banyak MCK yang kotor dan

tak terawat karena kurang mendapat perawatan dari pemilik, tempat parkir,

dan penunjang lainnya seperti para-para pinang, bakso keliling, souvenir dan

lain sebagainya.

Melihat kondisi dan potensi yang ada di pantai Hamadi maka dibutuhkan

sarana wisata berupa hotel sebagai salah satu fasilitas akomodasi dengan

konsep pemanfaatan dan pendayagunaan potensi alam secara optimal, dengan

spesifikasi hotel resort. Tidak adanya hotel resort di pantai ini mendorong

3
penulis untuk mendesain hotel resort di pantai Hamadi dengan menerapkan

arsitektur ekologi.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana membuat perencanaan hotel resort di pantai Hamadi dengan

menerapkan arsitektur ekologi?

1.3 Tujuan dan Sasaran

1.3.1 Tujuan

Menyusun konsep perencanaan hotel resort di pantai Hamadi

dengan pendekatan arsitektur ekologi.

1.3.2 Sasaran

Mendapatkan konsep perencanaan hotel resort di pantai Hamadi

yang meliputi:

a. Konsep ruang

b. Konsep tapak perencanaan

c. Konsep pola sirkulasi dan bahan bangunan

d. Konsep pencahayaan, penghawaan

e. Konsep landscape

f. Konsep jaringan utilitas

4
1.4 Lingkup dan Batasan Pembahasan

1.4.1 Lingkup Pembahasan

Pembahasan diorientasikan pada masalah perencanaan dan

perancangan hotel resort di pantai Hamadi dengan pendekatan

arsitektur ekologi yang ingin dicapai berdasarkan data yang ada.

Sedangkan hal-hal lain yaitu pemahaman maupun profil kawasan akan

dibahas secara garis besar dalam batas lingkup disiplin ilmu arsitektur.

Pembahasan diluar disiplin ilmu arsitektur akan dibahas sebagai

pertimbangan sesuai kebutuhan.

1.4.2 Batasan Pembahasan

Pembahasan berorientasi pada penerapan kajian arsitektur ekologi

yang dititik beratkan pada:

a. Penerepan arsitektur ekologi pada bangunan yang merupakan

prioritas dari proses analisis lebih di titik beratkan pada aspek

interior bangunan secara mendalam.

b. Program, proses, macam dan sifat kegiatan disesuaikan dengan

standar kebutuhan yang ada.

1.5 Metode Pengumpulan Data dan Pembahasan

1.5.1 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data-data melalui berbagai cara yaitu:

a. Studi literatur, studi literatur yang diperoleh dari buku dan refrensi

lain yang relevan dengan tema serta hasil tugas akhir mahasiswa

yang mempunyai keterkaitan pembahasan, yang digunakan sebagai

5
pembelajaran, internet untuk mencari tambahan informasi tentang

kawasan di pantai Hamadi dan berita-berita yang berhubungan

dengan kawasan tersebut, serta data-data instansi yang diperoleh

dari arsip dan refrensi lain yang relevan dengan tema.

b. Observasi, dengan survey lapangan yaitu dengan pengamatan

langsung ke lapangan dalam hal ini kawasan pantai Hamadi.

1.5.2 Metode Pembahasan

a. Analisa kuantitatif, analisa yang menyangkut perhitungan pasti,

misalnya perhitungan dan proyeksi jumlah wisatawan.

b. Analisa kualitatif, yaitu analisa yang tidak menyangkut besaran

pasti, misalnya aspek suasana, kenyamanan, karakteristik dan

estetika.

c. Sintesis, yaitu langkah pendekatan terhadap hasil analisa yang

berupa aspek perencanaan dan perancangan sehingga menghasilkan

konsep desain.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memperjelas dalam mencapai tujuan pembahasan ini maka disusun

sistematika pembahasan sebagai berikut :

6
BAB I : Pendahuluan membahas mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan sasaran, metode pendataan

dan pembahasan, serta sistematika penulisan.

BAB II : Membahas tinjauan literatur tentang hotel, hotel resort,

arsitektur ekologi, dan tinjauan lokasi kawasan wisata

pantai Hamadi.

BAB III : Karakteristik kota Jayapura, pembagian kawasan kota

Jayapura serta arah pengembangan kota Jayapura.

BAB IV : Membahas mengenai teori analisa site dan metode

perancangan hotel resort di pantai Hamadi dengan

menerapkan arsitektur ekologi

BAB V : Membahas mengenai perumusan konsep perancangan ke

dalam desain perancangan.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata

2.1.1 Definisi Pariwisata

Pariwisata adalah kegiatan bersantai atau aktivitas waktu luang.

Perjalanan wisata pada umumnya dilakukan pada saat seseorang bebas

dari pekerjaan yang rutin dilakukan atau pada saat libur atau cuti.

Kegiatan berwisata terdiri dari tiga unsur yaitu wisatawan, daerah atau

tempat melakukan perjalanan wisata dan waktu perjalanan dan tinggal

di tempat wisata.

Organisasi Pariwisata Dunia mendefinisikan pariwisata atau

turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau

liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini.

Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan

perjalanan paling tidak sejauh 80 km dari rumahnya dengan tujuan

rekreasi. Definisi yang lebih lengkap turisme adalah industri jasa.

Mereka menangani jasa mulai dari transportasi, jasa keramahan,

tempat tinggal, makanan, minuman, dan jasa bersangkutan lainnya

seperti bank, asuransi, keamanan, dan lain-lain. Dan juga menawarkan

tempat istirahat, budaya, petualangan dan pengalaman baru dan

berbeda lainnya.

Menurut Undang-Undang Kepariwisataan No. 9 tahun 1990,

wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut

8
yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk

menikmati objek dan daya tarik. Menurut Undang-Undang No.

10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata

adalah berbagai kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas

serta layanan yang disediakan masyarakat pengusaha pemerintah dan

pemerintah daerah.

2.1.2 Fasilitas dan Sarana Penunjang (Amenities)

Prasarana (infrastructure) kepariwisataan adalah semua fasilitas

yang tersedia serta yang memungkinkan proses perekonomian

berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan

manusia untuk dapat memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Yang

termasuk ke dalam kategori prasarana umum adalah sistem

penyediaan air bersih, pembangkit tenaga listrik, telekomunikasi,

jaringan jalan raya, bandar udara, pelabuhan laut dan terminal.

Sedangkan prasarana yang menyangkut kebutuhan masyarakat

banyak ialah rumah sakit, apotik bank dan kantor pos. Sedangkan

sarana kepariwisataan (tourism superstrucures) adalah pemerintah

atau perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik

secara langsung atau tidak langsung dan hidup serta kehidupannya

banyak tergantung pada kedatangan wisatawan. Kita dapat membagi

atas tiga bagian yang penting sarana kepariwisataan, yaitu:

a. Sarana Pokok Kepariwisataan (Main Tourism Superstructures)

Sesuai dengan namanya, sarana ini menyediakan fasilitas pokok

9
yang ikut menentukan keberhasilan suatu daerah menjadi daerah

tujuan wisata. Yang termasuk dalam sarana pokok kepariwisataan

itu adalah travel agent dan tour operator, tourist transportation,

hotel serta akomodasi lainnya, restoran, trades dan obyek wisata

dan atraksi wisata.

b. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Suplementing Tourism

Superstructures)

Yang dimaksud dengan sarana pelengkap ini adalah tempat yang

menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya adalah untuk

membuat agar para wisatawan dapat lebih lama tinggal pada suatu

Daerah Tujuan Wisata (DTW). Yang termasuk dalam kategori ini

adalah sarana olah raga, sarana ketangkasan, tempat

pemancingan, dan lain-lain.

c. Sarana Penunjang Kepariwisataan (Supporting Tourism

Superstructures)

Adalah perusahaan yang dapat menunjang sarana pelengkap dan

sarana pokok yang berfungsi bukan saja untuk membuat

wisatawan lebih lama tinggal tetapi yang lebih penting adalah

untuk membuat wisatawan lebih banyak membelanjakan

uangnya di tempat yang dikunjungi, seperti night club,

steambaths, dan casinos.

10
2.2 Pantai Sebagai Salah Satu Daerah Tujuan Wisata

Pariwisata alam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata

alam, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam serta usaha-

usaha yang terkait di bidang tersebut. Indonesia mempunyai banyak sekali

objek wisata alam. Alamnya yang berupa kepulauan dengan rangkaian

Pegunungan Sirkum Mediterania dan Sirkum Pasifik melahirkan objek wisata

alam yang sangat beragam. Objek dan daya tarik wisata alam dapat berupa

pantai, gunung, danau, dan taman nasional.

Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga banyak terdapat pantai

yang indah di setiap pulaunya. Panjang garis pantai Indonesia tercatat sebesar

81.000 Km yang merupakan negara berpantai terpanjang kedua di dunia

setelah Kanada. Pantai adalah sebuah bentukan geografis yang terdiri dari

pasir, dan terdapat di daerah pesisir laut. Terdapat berbagai jenis pantai

seperti pantai berpasir, pantai berbatu, dan pantai berlumpur. Semua provinsi

di Indonesia memiliki wilayah pantai sehingga di setiap provinsi terapat objek

wisata pantai. Berikut data objek wisata pantai di Indonesia berdasarkan

provinsi.

Tabel 2.1 Objek Wisata Pantai di Indonesia

NO PROVINSI PANTAI
Pantai Lhoknga-Lampuuk, Pantai Ujong Batee, Pantai Ujong
1 NAD
Blang, Pantai Cermin, Pantai Kasih
2 Sumatera Utara Pantai Cermin (Selat Malaka), Pantai Langundri (Nias)
3 Sumatera Barat Pantai Teluknayur, Pantai Teluk Bungus
4 Riau Pulau Jemur, Pantai Rupat Utara
Patai Melur dan Pantai Nongsa di Kota Batam, Pantai
Belawan di Kab. Karimun, Pantai Lagoi, Pantai Tanjung
5 Kepaluan Riau
Berakit, Pantai Trikora, Pantai Leisure Park di Kab. Bintan,
Pantai Natuna
6 Jambi Pantai Tanjungjabung
7 Bengkulu Pantai Nala, Pantai Panjang, Pantai Pasir Putih, Pantai Jakat,

11
Pantai Teluk Beringin Padang Guci
8 Sumatera Selatan Pantai Parai Tenggini
Pantai Matras, Pantai Pasir Padi, Pantai Parai Tenggiri, Patai
9 Bangka Belitung Tanjung Pesona< Pntai Aie Anyer, Pantai Tanjung Kalian
(Bangka), Pantai Tanjung Kelayang (Belitung)
Pantai Merak Blantung, Pantai Marina (Kalianda), Teluk
10 Lampung
Semangka, Pantai Wartawan, Tanjung Selaki
11 Banten Pantai Carita
12 DKI Jakarta Pantai Ancol
13 Jawa Barat Pantai Pangandaran, Pantai Pelabuhan Ratu, Pantai Santolo
14 Jawa Tengah Pantai Teluk Penyu, Pantai Purwahamba, Pantai Widuri
Pantai Parangtritis, Pantai Pandansimo, Pantai Samas, Pantai
15 DIY
Baron, Pantai Kukup
Pantai Pasir Putih, Pantai Surkamade, Pantai Puger, Pantai
16 Jawa Timur
Sendang Biru, Pantai Balekambang
Kalimantan Pulau Kijing dan Pulau Temajoh (Pontianak), Pantai Pasir
17
Barat Panjang (Sambas)
Kalimantan
18 Pantai Tanjung Keluang
Tengah
Kalimantan
19 Pantai Kakaban, Pantai Derawan, Pantai Manggar
Timur
Kalimantan
20 Pantai Gedambaan
Selatan
Deram Land, Pantai Jimbaran, Pantai Kuta, Pantai Lovina,
21 Bali
Pantai Sanur
PAntai Kuta (Putri Mandalike), Pantai Senggingi, Pantai
22 NTB
Lawata (Sumbawa)
Pantai Sumba Barat, Pantai Flores, Pantai Timor, Pantai
23 NTT
Lasiana
24 Sulawesi Utara Pantai Tasik Ria, Pantai Manado
25 Gorontalo Pantai Boalemo, Pantai Pasir Putih
26 Sulawesi Tengah Pantai Batu Bangga, Pantai Talise, Teluk Palu
27 Sulawesi Barat Pantai Palippis
28 Sulawei Selatan Pantai Losari, Pantai Tanjung Bira
Sulawesi
29 Pantai Mayaria, Pantai Batu Gong, Pantai Taipa
Tenggara
Pantai Nestapa, Pantai Toisapu, Pantai Namalatu, Pantai
30 Maluku
Batu Cepeu, Pantai Hope, Pantai Hukurila
31 Maluku Utara Pantai Kayu Meah, Pantai Laguna
32 Papua Barat Pantai Klameno, Pantai Pasir Putih
Pantai Base G, Pantai Hamadi, Pantai Enngors, Pantai
33 Papua
Maridei, Teluk Yotefa, Teluk Holtekam
Sumber: Ensiklopedia Indonesia, 2010

2.3 Hotel Sebagai Salah Satu Amenitas

2.3.1 Definisi Hotel

Secara harfiah, kata hotel berasal dari bahasa Latin yaitu

hospitium, yang artinya ruang tamu. Kata ini kemudian mengalami

12
proses perubahan pengertian dan untuk membedakan guest house

dengan mansion house yang berkembang saat itu, maka rumah besar

disebut hostel. Hostel disewakan pada masyarakat umum untuk

menginap dan beristirahat sementara waktu, dan dikoordinir oleh

seorang host. Seiring perkembangan, tuntutan terhadap kepuasan, di

mana orang tidak menyukai peraturan yang terlalu banyak pada hostel,

maka kata hostel kemudian mengalami perubahan, yakni

penghilangan huruf “s” pada kata hostel sehingga menjadi hotel.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 menyatakan

bahwa hotel adalah bangunan berkamar banyak yang disewakan

sebagai tempat untuk menginap dan tempat makan orang yang sedang

dalam perjalanan, bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial,

disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan,

penginapan, makan dan minum. Menurut Surat Keputusan Menteri

Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. Km 94/HK.10/MPTT-87

menerangkan bahwa Hotel adalah salah satu jenis akomodasi yang

mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan

jasa penginapan, makanan dan minuman, serta jasa penunjang lainnya

bagi umum yang dikelola secara komersial. Fungsi hotel yang

utamanya adalah menyediakan fasilitas-fasilitas jasa akomodasi bagi

orang-orang yang melakukan perjalanan (travelling public). Fasilitas

yang semula menyediakan kamar untuk menginap, maka sesuai

dengan perkembangan kebutuhan mayarakat sekarang ini hotel-hotel

13
yang cukup besar mencoba memenuhi segala kebutuhan tamu-

tamunya..

2.3.2 Klasifikasi Hotel

Meskipun kegiatan utama yang diwadahi sama, beberapa hotel

memiliki keunikan rancangan yang berbeda-beda, baik dari sisi

kelengkapan ruang, kelengkapan layanan, penampilan bangunn,

maupun susana dalam bangunan yang dirancang. Hal ini secara

spesifik ditimbulkan dari analisis penggunna-pengguna spesifik

ataupun aktivitas-aktivitas spesifik yang diwadahi dalam setiap hotel.

Proses perencanaan sebuah hotel perlu memperhatikan berbagai

komponen terkait, yang berbeda-beda sesuai dengan jenis hotel yang

direncanakan. Oleh karena itu, pemahaman pada beberapa klasifikasi

hotel perlu dilakukan, yang dapat ditinjau dari berbagai sudut

pandang, yaitu ditinjau dari tujuan kedatangan tamu, lama tamu

menginap, jumlah kamar dan lokasi.

a. Jenis Hotel Menurut Tujuan Kedatangan Tamu

1) Business Hotel, merupakan hotel yang dirancang untuk

mengakomodasi tamu yang bertujuan bisnis. Pada

perancangan hotel seperti ini, mengetahui karakter

konsumen merupakan awal perencanaan yang tepat. Pada

dasarnya, hotel merupakan fasilitas komersial yang

bertujuan mewadahi aktivitas bermukim. Namun, hotel

yang sasaran tamunya adalah para pebisnis akan

14
emmerlukan fasilitas dan layanan yang berbeda, yang

disesuaikan dengan karakter tamu tersebut.

2) Pleasure Hotel, merupakan hotel yang sebagian besar

fasilitasnya ditujukan untuk memfasilitasi tamu yang

bertujuan berekreasi. Sebagai sebuah fasilitas pendukung

aktivitas rekreasi, hotel semacam ini perlu dilengkapi

berbagai fasilitas bersantai dan relaksasi. Kegiatan ini dapat

dilakukan secara indoor maupun outdoor.

3) Country Hotel, merupakan hotel khusus bagi tamu

antarnegara. Pemilihan lokasi untuk hotel semacam ini

biasanya dipengaruhi pertimbangan-pertimbangan khusus,

misalnya masalah keamanan tamu.

4) Sport Hotel, merupakan hotel yang fasilitasnya ditujukan

terutama untuk melayani tamu yang bertujuan untuk

berolahraga. Fasilitas pada hotel jenis ini sedikit banyak

mirip dengan pleasure hotel, tetapi porsi fasilitas olah

raganya lebih besar. Selain itu, fasilitas olah raga yang

diadakan tidak hanya yang merupakan olah raga rekerasi ,

tetapi lebih banyak yang diarahkan pada olah raga prestasi.

b. Jenis Hotel Menurut Lamanya Tamu Menginap

1) Transit Hotel, yaitu hotel dengan waktu inap tidak lama

(harian). Rancangan hotel semacam ini perlu dilengkapi

berbagai fasilitas yang dapat memebrikan layanan kepada

konsumen dalam waktu singkat.

15
2) Semiresidential Hotel, yaitu hotel dengan rata-rata waktu

inap konsumen cukup lama (mingguan). Rancangan hotel

semacam ini perlu dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang

dapat memberikan layanan kepada konsumen relatif lama,

tetapi tidak membosankan.

3) Residential Hotel, merupakan dengan waktu kunjungan

tamu yang tergolong lama (bulanan). Pada jenis hotel ini,

kenyamanan dan keamanan sangat perlu diperhatikan,

bahkan mungkin melebihi proporsinya pada jenis-jenis

hotel lain. Rancangan hotel ini perlu dilengkapi berbgaai

fasilitas yang dapat memberikan layanan kepada konsumen

serupa dengan layanan kehidupan sehari-hari.

c. Jenis Hotel Menurut Jumlah Kamar

1) Small Hotel, yaitu hotel dengan jumlah kamar yang kecil

(maksimal 25 kamar). Hotel ini biasanya dibangun di

daerah-daerah dengan angka kunjungan yang rendah.

2) Medium Hotel, yaitu hotel dengan jumlah kamar yang

sedang (sekitar 29-299 kamar). Hotel ini biasanya dibangun

di daerah-daerah dengan angka kunjungan sedang.

3) Large Hotel, yaitu hotel dengan jumlah kamar yang besar

(minumum 300 kamar). Hotel ini biasanya dibangun di

daerah-daerah dengan angka kunjungan yang tinggi.

16
d. Jenis Hotel Menurut Lokasinya

1) City Hotel, adalah hotel yang terletak di pusat kota dan

biasanya menampung tamu yang bertujuan bisnis atau

dinas.

2) Donw Town Hotel, aalah hotel yang berlokasi di dekat pusat

perdagangan dan perbelanjaan. Hotel ini sering menjadi

sasaran tamu yang ingin berwisata belanja ataupun menajlin

relasi dagang.

3) Suburban Hotel/Motel, merupakan hotel yang berlokasi di

pinggir kota. Hotel ini sering menajdi transit hotel bagi

tamu yang menginap dengan waktu pendekdan merupakan

fasilitas transit masyarakat yag sedang dalam perjalanan.

4) Resort Hotel, merupakan hotel yang dibangun di tempat-

tempat wisata. Tujuan pembangunan hotel semacam ini

tentunya adalah sebagai fasilitas akomodasi dari suatu

aktivitas wisata. Resort hotel memiliki karateristik yang

membedakannya dengan jenis hotel lain, yaitu berdasarkan

segmen pasar, lokasi, fasilitas, arsitektur dan suasana.

a) Beach Resort Hotel, terletak di daerah panta,

mengutamakan potensi alam pantai dan laut sebagai

daya tariknya.

b) Marina Resort Hotel, terletak di kawasan marina

(pelabuhan laut). Oleh karena terletak di kawasan

17
marina, rancangan serot ini memanfaatkan potensi

utama kawasan tersebut sebagai kawasan perairan.

c) Mountain Resort Hotel, terletak di daerah pegunungan.

Pemandangan daerah pegunungan yang indah

merupakan kekauatan lokasi yang dimanfaatkan

sebagai ciri rancangan resort ini.

d) Health Resorts and Spas, dibangun di daerah-daerah

dengan potensi alam yang dapat dimanfaatkan sebagai

sarana penyehatan, misalnya melalui aktivitas spa.

e) Rural Resort and Country Hotels, adalah hotel resort

yang dibangun di daerah pedesaan, jauh dari area bisnis

dan keramaian.

f) Themed Resorts, dirancang dengan tema tertentu,

menawwarkan atraksi yang spesial sebagai daya

tariknya.

g) Condominium, Time Share and Residential

Development, mempunyai strategi pemasaran yang

menarik.

h) All-suites Hotels, tergolong resort mewah di mna semua

kamar yang disewakan dalam hotel tersebut tergolong

ke dalam kelas suites.

i) Sight-seng Resort Hotel, terletak di daerah yang

mempunyai potensi khusus atau tempat-tempat menarik

18
seperti pusat perbelanjaan, kawasan bersejarah, tempat

hiburan, dan sebagainya.

Berdasarkan periode pemakaiannya, resort hotel dapat

dibagai menjadi :

a) Winter Resort Hotel, merupakan resot yang dibuka

hanya pada musim dingin, biasanya karena potensi

wisatanya memang hanya menonjol di musim dingin.

b) Summer Resort Hotel, merupakan resort yang dibuka

hanya pada musi panas saja, biasanya karena potensi

wisata di daerah tersebut hanya menonjol di musim

panas.

c) Year Round Hotel, merupakan resort yang dibukan

sepanjang tahun.

Sesuai dengan tujuan dari keberadaan Hotel Resor yaitu

selain untuk menginap juga sebagai sarana rekreasi. Oleh

sebab itu timbulnya hotel resort disebabkan oleh faktor-

faktor berikut:

a) Berkurangnya waktu untuk beristirahat. Bagi

masyarakat kota, memiliki kesibukan akan pekerjaan

yang selalu menyita waktu mereka untuk dapat

beristirahat dengan tenang dan nyaman.

b) Kebutuhan manusia akan rekreasi. Manusia pada

umumnya enderung membutuhkan rekreasi untuk

19
dapatbersantai dan menghilangkan kejenuhan yang

diakibatkan oleh aktivitas mereka.

c) Kesehatan. Untuk dapat memulihkan kesehatan baik

para pekerja maupun para manula membutuhkan

kesegaran jiwa dan raga yang dapat diperoleh di

tempat berhawa sejuk dan berpemandangan indah yang

disertai dengan akomodasi penginapan sebagai sarana

peristirahatan.

d) Keinginan Menikmati Potensi Alam. Keberadaan

potensi alam yang indah dan sejuk sangat sulit

didapatkan di daerah perkotaan yang penuh sesak dan

polusi udara. Dengan demikian keinginan masyarakat

perkotaan untuk menikmati potensi alam menjadi

permasalahan, oleh sebab itu hotel resor menawarkan

pemandangan alam yang indah dan sejuk sehingga

dapat dinikmati oleh pengunjung ataupun pengguna

hotel tersebut.

e. Klasifikasi Hotel Berbintang

Hotel dapat diklasifikasikan menjadi berbagai tingkatan

yang kemudian dinyatakan dalam sebutan bintang dan melati

yang masing-masing terdiri dari 5 tingkatan. Peninjauan

terhadap kelas-kelas hotel ini dilakukan setiap 3 tahun sekali.

20
Tabel 2.2 Klasifikasi Hotel Berbintang

SPESIFIKASI HOTEL ** HOTEL *** HOTEL**** HOTEL*****


 Lokasi mudah dicapai Unsur dekorasi Minimum Minimum
 Bebas polusi Indonesia seperti seperti pada
 Unsur dekorasi tercermin pada pada hotel hotel
Indonesia tercermin lobby, restoran, bintang 3 berbintang 4
Umum pada lobby kamar tidur dan
 Bangunan terawat function room
rapi dan bersih
 Sirkulasi di dalam
bangunan mudah
 Min 20 kamar dengan  Min 20 kamar  Min 50  Min 100
luasan 22m2/kamar standar dengan kamar kamar
 Setidaknya terdapat 1 luas standar standar
kamar suite dengan 22m2/kamar dengan dengan
2
luasan 44m /kamar  Min 2 kamar luasan luasan
 Tinggi min 2,6m tiap suite dengan 24m2/kamar 26m2/kamar
lantai luas  Min 3  Min 4 kamar
 Tidak bising 44m2/kamar kamar suite suite dengan
 Pintu kamar  Tinggi min dengan luasan
dilengkapi pengaman 2,6m tiap lantai luasan min 52m2/kamar
Bedroom 48m2/kamar  Tinggi min
 Tata udara dengan
pengatur udara  Tinggi min 2,6m tiap
 Jendela dengan tirai 2,6m tiap lantai
tidak tembus sinar lantai  Dilengkapi
luar  Dilengkapi dengan
 Dalam tiap kamar dan pengatur pegatur suhu
kamar mandi min suhu di di dalam
terdapat 1 stop kontak dalam kamar
 Dinding kamar mandi bedroom
kedap air
 Standar luas Bila tidak Min 2 buah Min 3 buah
2 berdampingan dining room dining room,
1,5m /tempat duduk
 Tinggi ruangan lebih dengan lobby , salah salah satunya
dari 2,6m maka harus satunya dengan
Dinning room  Akses langsung dilengkapi berupa cofee spesialisasi
dengan dapur dengan kamar shop masakan
 Tata udara mandi/w (Japanese/
dengan/tanpa pengatur sendiri Chinese/
udara Europenfood)
 Standar luas  Bila berupa Min seperti Min seperti
1,1m2/tempat duduk ruang tertutup pada hotel pada hotel
 I buah yang terpisah maka harus berbintang 3 berbintang 4
dari restoran dilengkapi
 Dilengkapi dengan pengatur
Bar perlengkapan mencuci udara mekanik
dengan air (AC) dengan
panas/dingin suhu 240C
 Lebar ruang
kerja bartender
setidaknya 1m

21
 Harus ada Ilobby  Luasan min  Luasan min Min seperti
 Tata udara dengan 30m2 100m2 pada hotel
AC/ventilasi  Dilengkapi  2 toilet berbintang 4
 Kapasitas penerangan dengan lounge umum
min 150 lux  Toilet umum untuk pria
min 1 buah dan 3 toilet
Lobby
dengan umum
perlengkpan untuk
 Lebar koridor wanita
min 1,6m dengan
perlengkap
annya
Min 1 buah dengan  Min 1 buah Seperti pada Seperti pada
alternatif pilihan: tenis, dengan pilihan: hotel hotel
golf, fitnes, biliard, tenis, bowling, berbintang 3 berbintang 4
joging, taman bermain golf, fitnes, ditambah ditambah
anak, olah raga sauna, billiard, dengan dengan area
air/gunung joging, diskotik diskotik bermain anak
atau taman kedap suara min
bermain anak dengan AC ayunan/ungkit
 Kolam renang dan toilet
dewasa yang
terpisah dengan
kolam renang
Sarana olah raga anak
dan rekreasi  Untuk di pantai
dapat dipilih
dari alternatif
berperahu,
menyelam,
selancar atau ski
air
 Untuk di
gunung dapat
dipilih dari
alternatif hiking,
berkuda, atau
berburu
 Transportasi vertikal  Transportasi Min seperti Min seperti
mekanis vertikal mekanis hotel hotel
 Air bersih min  Air bersih min berbintang 3 berbintang 3
300L/orang/hari 500L/orang/hari dengan dengan
 Tata udara  Dilengkapi tambahan : tambahan :
dengan/tanpa dengan instalasi  Transportasi  Transportasi
pengatur udara air panas/dingin vertikal vertikal
 Ruang mekanik  Dilengkapi mekanis mekanis
 Komunikasi dengan dengan telepon  Air bersih  Aie bersih min
Utilitas min 200L/orang/ha
penunjang telepon saluran dalam, lokal dan
telepon lokal, interlokal 700L/orang/ ri
interlokal  Tersedia PABX hari  Dilengkapi
 Fasilitas sentral radio,  Dilengkapi  Dilengkapi instalasi air
carcall dengan sentral dengan panas/dingin
 Alat deteksi video/TV, radio, instalasi air  Dilengkapi
kebakaran awal pada paging, carcall panas/dingi dengan sentral
tiap ruang,fire n video, musik,
extinguisher, pintu teleks, radio,
kamar tahan api carcall

22
 Min 1 ruang jaga
 Tempat penampungan
sampah tertutup
 Saluran pembuangan
air kotor
 Min drug store, Min seperti Min seperti
bank, money pada hotel pada hotel
changer, biro berbintang 3 berbintang 4
perjalanan, air
line agent,
souvenir shop,
Drug store
perkantoran,
butik dan salon
 Tersedia
poliklinik
 Tersedia
paramedis
Min seperti Min seperti
Ruang
pada hotel pada hotel
fungsional
berbintang 3 berbintang 4
Tersedia
beberapa staf
yang dapat
bertindak
sebagai co-
secretary pada
Business center tamu yang
ingin
berkomunikasi
dengan kantor
pusatnya
maupun relasi
bisnisnya.
Sub bagian
restoran dibagi
menjadi:
 Main dining
room
 Coffe shop
 Room service
Restoran  Take out
service & out
side catering
 Restoran
spesifik (ex:
grill-room,
pizzarea,
japanese)
Sumber: Marlina Endy, Panduan Perancangan Bangunan Komersial, 2008

23
2.4 Ekologi Arsitektur

2.4.1 Definisi Ekologi

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme

dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani

oikos (habitat) dan logos (ilmu). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang

mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi

antara makhluk hidup dan lingkungannya. Dalam ekologi, kita

mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau sistem dengan

lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan

ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor

abiotik dan biotik. Faktor biotik antara lain suhu, air, kelembapan,

chaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup

yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan,dan mikroba. Ekologi

juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk

hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling

mempengaruhi dan merupakan suatu ekosistemyang menunjukkan

kesatuan.

2.4.2 Definisi Ekologi Arsitektur

Ekologi arsitektur atau eko-arsitektur merupakan pembangunan

secara holistis (berhubungan dengan sistem keseluruhan), yang

memanfaatkan pengalaman manusia (tradisi dalam pembangunan),

sebagai proses dan kerja sama antara manusia dan alam sekitarnya

atau pembangunan rumah atau tempat tinggal sebagai kebutuhan

24
kehidupan manusia dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan

alamnya.

2.4.3 Unsur-Unsur Pokok Ekologi Arsitektur

Bagi banyak manusia tradisonal, segala materi terdiri dari empat

unsur, yaitu udara (angin), air (banyu), tanah/bumi (lemah), dan

api/energi (geni).

a. Udara

Udara adalah campuran berbagai gas (nitrogen, oksigen dan lain-

lin) yang tidak berwarna dan tidak berbau yang dihirup oleh

manusia ketika bernafas. Jadi udara memiliki hubungan yang erat

dengan kehidupan manusia, jika kualitas udara menurun maka

kualitas kehidupan menurun. Pencemaran udara akhir-akhir ini

semkain tajam, sehingga sistem pembersihan udara secara alami

tidak berfungsi sempurna lagi.

b. Air

Air dan perairan mengadakan dan membentuk bumi. Lautan,

sungai-sungai, dan lapisan es pada kutub serta air di bawah tanah

merupakan sumber yang besar. Tetapi air bersih dan air minum

makin lama semakin sulit didapatkan karena pencemaran juga.

Kualitas air menurun maka kualitas kehidupan manusia juga akan

menurun.

25
c. Tanah

Bumi adalah tempat kita untuk hidup. Segala bahan untuk

pembangunan tempat tinggal manusia berasal dari bumi (pasir,

kerikil, batu-batuan, tanah liat, logam, sulfur, dan mineral

lainnya). Ekploitasi bahan baku yang berasal dari bumi biasanya

dilakukan manusia dengan cara mencuri dan meninggalkan

kegersangan. Berbagai penambangan, pembukaan lahan

dilakukan manusia untuk menggali sumber daya ari bumi tanpa

menghiraukan kelestariannya. Selain ekploitasi, masalah sampah

adalah hal lain yang juga merusak kelestarian bumi.

d. Api/Energi

Dimanapun manusia hidup pasti memerlukan energi, untuk

menyediakan makanan, untuk membakar batu bata, untuk

memproduksi peralatan dan lain sebagainya. Pembangkitan energi

dalam bentuk apapun selalu membebani lingkungan alam. Energi

yang dibakar mengakibatkan banyaknya karbondioksida di

atmosfer yang mempercepat efek rumah kaca dan pemanasan

global. Oleh karena itu pengolahan enetgi menjadi hal yang

penting dan mendesak juga untuk menjaga kelangsungan

kehidupan di bumi.

2.4.4 Patokan Rumah Ekologis

a. Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan

pembangunan sebagai paru-paru hijau

26
Kualitas taman dan hitan kota yang luasnya minimal 20% dari

wilayah kota, dengan jarak dari perumahan sebaiknya tidak

melebihi 300 m, serta utilitas dan banyaknya taman merupakan

tujuan pokok tata kota kontemporer. Alun-alun sebagai

taman/hutan kota merupakan ruang beraneka-ragam yang sangat

mempengaruhi kualitas kehidupan dalam kota. Letak dan

pengaturan penghijuan dalam tata-kota menentukan ciri khas kota

tersebut. Di wilayah kota lama sering terjadi kekurangan lahan

hijau seperti jaringan penghubung (biotop interconnection)

dengan penghijauan berbentuk bahu jalan yang ditanami dengan

pohon peneduh dan semak belukar. Penghijauan di lingkungan

kota akan meningkatkan kualitas kehidupan dalam kota dengan

produksi oksigennya yang mendukung kehidupan sehat bagi

manusia, mengurangi pencemaran udara, serta meningkatkan

kualitas iklim mikro. Air hujan yang turun diserap oleh tanah, dan

kemudian menguap kembali, dengan demikian tanaman ikut

mengelola air hujan dan melindungi lereng gunung terhadap tanah

longsor.

b. Memilih tapak bangunan yang bebas gangguan geo-biologis

Radiasi teknik sering juga dinamakan technics atau radiasi buatan,

radiasi ini juga mengakibatkan gangguan kesehatan tertentu,

walaupun sebenarnya tidak masuk ilmu geomansi. Radiasi teknik

terdapat pada instalasi listrik, penyinaran gelombang radio, tv,

27
dan radar yang akan dibedakan antara medan listrik dan medan

magnetis.

1) Medan listrik buatan terdapat dimana ada kabel listrik yang

disambung dengan pembangkit listrik, tetapi tidak disambung

dengan pemakai (lampu dan lain sebagainya). Medan listrik

yang mengalir, medan listrik masih ada.

2) Medan magnetis buatan terjadi sesudah pemakai tersebut

disambung (misalnya lampu menyala). Sekarang listrik

mengalir dlaam kabel satu dari pembangkit ke arah pemakai

dan dalam kabel kedua kembali dari pemakai ke pembangkit.

Medan magnetis pada kabel listrik biasa dapat dibuktikan

hanya jarak sekitar 1,0 m, akan tetapi setiap kumoaran dalam

peralatan listrik mengakibatkan medan magnetis yang kuat.

Listrik yang mengalir mengakibatkan medan magnetis.

3) Medan magnetis buatan statis akan timbul dalam hubungan

dengan bahan sintetik seperti kain, pelapis lantai, vinil, mebel

(spring bed) atau korden yang menghasilkan tegangan.

Kemudian oleh muatan listrik yang dipisahkan dalam bahan

sintetik tersebut maka berakibat ada sentakan listrik pada saat

memegang bahan logam seperti pegangan pintu dan

sebagainya. Oleh karena akibat konsentrasi ion dalam udara

rendah, maka akan berakibat mempengaruhi kesehatan

manusia secara negatif.

28
c. Menggunakan bahan bangunan alamiah

Perkembangan pembangunan dewasa ini ditandai dengan

peningkatan macam-macam bahan bangunan dan munculnya

bahan bangunan baru. Keadaan tersebut memungkinkan berbagai

ragam alternatif pemilihan bahan bangunan guna

mengkonstruksikan gedung. Maraknya penemuan bahan

bangunan baru juga ditandai dengan kesadaran terhadap ekologi

lingkungan dan fisika bangunan. Membangun berarti suatu usaha

untuk menghemat energi dan sumber daya alam. Teknologi

bangunan yang baru menuntut para ahli supaya mereka terbuka

terhadap perkembangan tersebut, karena tidak jarang teknologi

baru menyimpang dari cara pertukangan tradisional. Kajian ilmu

bahan bangunan yang cukup sederhana dan formal selama ini

kiranya perlu diubah sesuai dengan pandangan pembangunan

yang menyeluruh.

d. Menggunakan ventalasi alam untuk menyejukkan udara dalam

bangunan

Bnagunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan jarak yang

cukup di antara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin.

Orientasi bangunan ditempatkan di antara lintasan matahari dan

angin. Sebagai kompromi letak gedung berarah antara timur ke

barat, dan yang terletak tegak lurus terhadap arah angin. Gadung

sebaiknya berbentuk persegi panjang sehingga menguntungkan

bagi penerapan ventilasi silang. Pembentukan gedung

29
memanfaatkan segala sesuatu yang dapat menurunkan suhu dan

perlindungan terhadap sinar panas matahari sehingga ruang di

dalamnya menjadi nyaman. Gedung sebaiknya dilengkapi dengan

atap sengkuap yang luas dan tingginya tidak melebihi 3 lantai

agar tidak merugikan gedung tetangga. Pada organisasi denah

perlu diperhatikan bahwa ruang-ruang tidak selalu dapat diatur

secara optimal, sehingga harus diperhatikan juga orientasi jendela

terhadap matahari (kamar tidur tidak menghadap ke barat). Ruang

yang mengakibatkan tambahan panas (dapur) sebaiknya

dipisahkan sedikit dari rumah. Ruang yang menambah

kelembapan (kamar mandi, ruang cuci) harus direncanakan

dengan penyegaran udara yang baik dan pertukaran udara yang

tinggi sehingg tidak akan tumbuh cendawan kelabu. Atap

sebaiknya berbentuk pelana seerhana (tanpa jurai luar dan dalam)

sehingga mudah dibuat rapat air hujan dengan atap sengkuap yang

luas. Atap yang paling bagus menahan panas adalah atap dengan

ruang atap yang penghawaannya berfungsi baik, atau atap

bertanaman yang dapat meresapkan air hujan maupun mengatur

iklim ruang dalam.

e. Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak mencemari

lingkungan maupun membutuhkan energi yang berlebihan

Seperti telah diuraikan, bahan bangunan selalu membutuhkan

sumber alam dan energi tidak terbarukan. Oleh karena itu bahan

bangunan harus dipilih dengan seksama dan kebutuhan energi

30
tersebut, kerusakan yang eksploitasinya berakibat pada alam,

pembungan yang mencemari tanah, serta rantai bahan secara

holistis harus dipertimbangkan. Masalah padatnya penduduk dan

ketidak pedulian terhadap lingkungan alam mengakibatkan

kemerosotan dan kerusakan lingkungan alam kita yang makin

parah. Berhubungan denga butir-butir di atas yang sudah

diuraikan, maka para perencana harus bertanggung jawab

terhadap kerusakan alam baik oleh kegiatan pembangunan

maupun oleh penggunaan energi yang tidak dapat diperbaharui.

f. Menjamin bahwa pembangunan berkelanjutan dapat diterapkan

secara luas sehingga tidak mengakibatkan efek samping

merugikan.

Pembangunan berkelanjutan tercapai dengan perhatian pada

sembilan patokan rumah ekologis sebagai sumber rumah sehat

tersebut di atas. Dengan perhatian khusus pada etika lingkungan

masalah efek samping yang merugikan tetangga atau manusia

yang lain dapat dihindarkan. Pertanggung jawaban setiap manusia

terhadap lingkungan serta pengaruh pembangunan berkelanjutan

dapat diukur dengan jejak ekologis (ecological footprint). Jejak

ekologis tersebut mengukur kebutuhan bahan baku dalam yang

digunakan oleh setiap bangsa dan setiap orang. Jejak ekologis

menghitung luasnya tanah subur, air tawar, lautan dan banyaknya

energi yang tiak terbarkan dan yang dibutuhkan manusia untuk

memenuhi kebutuhan atas pangan, sandang, papan, serta mobilits.

31
Jejak ekologis dari semua penduduk bumi pada saat ini mencapai

2,2 hektar, sedangkan luasnya lahan subur di dunia mencapai 1,8

hektar per orang. Hal ini berarti bahwa cara kehidupan masa kini

telah melebihi kemampuan bumi dan mengancam keberlanjutan

kehidupan pada planet ini. Mempertimbangkan etika lingkungan

dan jejak ekologis menggambarkan tanggung jawab kita sebagai

arsitek dan perencana. Membangun secara ekologis dan sehat

akan menarik perhatian orang yang mengaguminya dan mulai

meniru pada semua lapisan masyarakat.

2.4.5 Pendekatan Ekologi Arsitektur

Pendekatan ekologi pada perancangan arsitektur, Heinz Frick

(1998), berpendapat bahwa eko-arsitektur tidak menentukan apa yang

seharusnya terjai dalam arsitektur, karena tidak ada sifat khusus yang

mengikat sebagai standar atau ukurab baku. Namun mencakup

keselarasan antara manusia dan alam. Eko-arsitektur mengandung

juga dimensi waktu, alam, sosio-kultur, ruang dan teknik bangunan.

Ini menunjukan bahwa eko-arsitektur bersifat kompleks, padat dan

vital. Eko-arsitektur mengandungb agian-bagian arsitektur bilogis

(kemanusiaan dan kesehatan), arsitektur surya, arsitektur bionik

(teknik spilik dan konstruksi bagi kesehatan), serta biologi

pembangunan. Oleh karena itu eko-arsitektur adalah istilah holistik

yang sangat luas dn mengandung semua bidang. Mendekati masalah

perancangan arsitektur dengan konsep ekologi, berarti ditujukan pada

32
pengelolaan tanah, air dan udara untuk keberlangsungan ekosistem.

Efisiensi penggunaan sumber daya alam tak terperbaharui (energi)

dengan mengupayakan energi alternatif (solar, angin, air, bio).

Menggunakan sumber daya alam terperbaharui dengan konsep silus

tertutup, daur ulang dan hemat energi mulai pengambilan dari alam

sampai pada penggunaan kembali, penyesuaian terhadap lingkungan

sekitar, iklim, sosial budaya, dan ekonomi. Keselarasan dengan

perilaku alam, dapat dicapai dengan konsep perancangan arsitektur

yang kontestual, yaitu pengolahan perancangan tapak dan bangunan

yang sesuai potensi setempat termasuk topografi, vegetasi dan kondisi

alam lainnya. Material yang dipilik harus dipertimbangkan hemat

energi mulai dari pemanfaatan sebagi sumber daya alam sampai pada

penggunaan di bangunan dan memungkinkan daur ulang

(berkelanjutan) dan limbah yang dapat sesuai dengan siklus di alam.

Konservasi sumberdaya dalam dan keberlangsungan siklus-siklus

ekositem di alam, pemilihan dan pemanfaatan bahan bangunan dengan

menekankan pada daur ulang, kesehatan penghuni dan dampak pada

alam sekitarnya, energi yang efisien, dan mempertahankan potensi

setempat. Keselarasan rancangan arsitektur dengan alam juga harus

dapat menjaga kelestarian alam, baik vegetasi setempat maupun

makhluk hidup lainnya, dengan memperluas area hijau yang

diharapkan dapat meningkatkan penyerapan CO2 yang dihasilkan

kegiatan manusia, dan melestarikan habitat makhluk hidup lain.

Ukuran kenyamanan penghuni secara fisik, sosial dan ekonomi

33
dicapai melalui pengguunaan sistem-sistem dalam bangunan yang

alamiah, ditekankan pada sistem-sistem pasif, pengendalian iklim dan

keselarasan dengan lingkungannya. Bentuk dan orientasi bangunan

didasarkan pada selaras dengan alam sekitarnya, kebutuhan penghuni

dan iklim, tidak mnegarah pada bentuk bangunan atau style tertentu,

tetapi mencapau keselarasan dengan alam dan kenyamanan penghuni

dipecahkan secara teknis dan ilmiah. Untuk mendapatkan hasil

rancangan yang mampu selaras dan sesuai dengan perilaku alam,

maka semua keputusan dari konsep perancangan harus melalui nalisis

secara teknis dan ilmiah pemikiran dan pertimbangan yang dilakukan

memerlukan pemikiran yang intredisiplin dan holistik karena sngat

kompleks dan mencakup berbagai macam keilmuan. Dari berbagai

pendapat pada perancangan arsitektur dengan pendeketan ekologi,

pada intinya adalah mendekati masalah perancangan arsitektur dengan

menekankan pada keselarasan bangunan dengan perilaku alam, mulai

dari tahap pendirian sampai usia bangunan habis. Bangunan sebagai

pelindung manusia yang ketiga harus nyaman bagi penghuni, selaras

dengan perilaku alam, efisien dalam memanfaatkan sumber daya

alam, ramah terhadap alam. Sehingga perencanaannya perlu

memprediksi kemungkinan-kemungkinan ketidak selarasan dengan

alam yang akan timbul dimasa bangunan didirikan, beroperasi sampai

tidak digunakan, terutama dari penggunaan energi, pembungan limbah

dari sistem-sitem yang digunakan dalam bangunan. Semua keputusan

yang diambil harus melalui pertimbangan secara teknis dan ilmiah

34
yang holistik dan interdisilpiner. Tujuan perancangan arsitektur

melalui pendekatan arstektur adalah upaya ikut menjaga keselarasan

bangunan rancangan manusia dengan alam untuk jangka waktu yang

panjang. Keselarasan ini tercapai melalui kaitan dan kesatuan antara

kondisi alam, waktu, ruang dan kegiatan manusia yang menuntut

perkembangan teknologi yang mempertimbangkan nilai-nilai ekologi

dan merupakan suatu upaya yang berkelanjutan.

Yeang (2006), mendefinisikannya sebagai Ecological design, is

bioclimatic design, design with climate of the locality and low energy

design. Yeang menekankan pada integrasi kondisi ekologi setempat,

iklim makro dan mikro, kondisi tapak, program bangunan, konsep

desain dan sistem yang tanggap pada iklim, penggunaan energi yang

rendah, diawali dengan upaya perancangan secara pasif dengan

mempertimbangkan bentuk, konfigurasi, pacade, orientasi bangunan,

vegetasi, ventilasi alami, warna. Integrasi tersebut dapat tercapai

dengan mulus dan ramah, melalui 3 tingkatan yaitu yang pertama

integrasi fisik dengan karakter fisik ekologi setempat, meliputi

keadaan tanah, topografi, air tanah, vegetasi, iklim dan sebagainya.

Kedua, integrasi sistem-sistem dengan proses alam meliputi cara

penggunaan air, pengolahan dan pembuangan limbah cair, sistem

pembungan dari bangunan dan pelepasan panas dari bangunan dan

sebagainya. Yang ketiga adalah integrasi penggunaan sumber daya

yang mencakup penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

35
Menurut Metalinaou (2006), bahwa pendekatan ekologi pada

rancangan arsitektur atau eko-arsitektur bukan merupakan konsep

rancangan bangunan hi-tech yang spefisik, tetapi konsep rancangan

bangunan yang menekankan pada suatu kesadaran dan keberanian

sikap untuk memutuskan konsep rancangan bangunan yang

menghargai pentingnya keberlangsungan ekosistem di alam.

Pendekatan dan konsep rancangan arsitektur seperti ini diharapkan

mamou melindungi alam dan ekosistem di dalamnya dari keruskan

yang lebih parah, dan juga dapat menciptakan kenyamanan bagi

penghuninya secara fisik, sosial dan ekonomi.

36
BAB III

TINJAUAN LOKASI

3.1 Tinjauan Kota Jayapura

3.1.1 Letak dan Batas Wilayah

Kota Jayapura adalah Ibu Kota Provinsi Papua berdiri sejak

tanggal 21 September 1993 berdasarkan Undang-Undang No.6

Tahun 1993. Secara Geografis kota Jayapura terletak pada bagian

utara Propinsi Papua, pada koordinat 1°28’16”-17,26”-3º58’0,82”

Lintang Selatan (LS) dan 137º 34’10,6”-141º’8,22” Bujur Timur

(BT), dengan luas wilayah 93.955 Ha.

Kota Jayapura sebagai

lokasi perencanaan

Gambar 3.1. Peta Provinsi Papua


(Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jayapura, 2012)

37
Keseluruhan kota Jayapura cukup bervariasi mulai dari dataran

rendah hingga landai dan berbukit/ gunung ± 700 meter diatas

permukaan air laut. Terdapat ± 30 % tidak layak huni, karena

terdiri dari perebukitan yang terjal, rawa-rawa, dan hutan lindung,

dengan kemiringan 40% bersifat konservasi dan hutan lindung.

Luas Kota Jayapura adalah 940 Km2 atau 94.000 Ha, terdiri

dari 5 distrik, terbagi 20 kelurahan dan 11 kampung, dengan batas

administratif sebagai berikut :

Bagian Utara : Samudera Pasifik

Bagian Barat : Kabupaten Jayapura

Bagian Selatan : Kabupaten Keerom

BagianTimur : Negara Papua New Guinea (PNG)

Tabel 3.1 Tabel Administratif Kota Jayapura

Luas Wilayah
Ibukota Jumlah Jumlah
No Distrik
Distrik Kelurahan Kampung % Thd
Km2
Total
1. Abepura Kotabaru 8 3 155,7 16,56
Jayapura
2. Entrop 5 2 43,4 4,62
Selatan
Jayapura
3. Tanjung Ria 7 1 51 5,43
Utara
Muara
4. Skow Mabo 2 6 626,7 66,67
Tami
5. Heram Waena 3 2 63,2 6,72
Jumlah 25 14 940,00 100,00
(Sumber: Kota Jayapura Dalam Angka, 2011)

38
Pemerintah Kota Jayapura terdiri dari 5 distrik dengan 39

kelurahan/kampung yaitu 25 kelurahan dan 14 kampung. Distrik

Abepura merupakan disktrik dengan jumlah kelurahan dan kampung

terbanyak dengan rincian 8 jumlah kelurahan dan 3 jumlah kampung.

Sedangkan distrik dengan jumlah kelurahan/kampung terkecil yaitu

Distrik Heram dengan rincian 3 jumlah kelurahan dan 2 jumlah

kampung.

Tabel 3.2 Nama Kampung Kelurahan dan Status Pemerintahan


Wilayah Kota Jayapura Menurut Distrik Tahun 2012

Nama
No Distrik Status Pemerintahan
Kampung/Kelurahan
Asano Kelurahan
Nafri Kampung
Engros Kampung
Awiyo Kelurahan
KoyaKoso Kampung
1 Abepura Yobe Kelurahan
Abe Pantai Kelurahan
Kota Baru Kelurahan
Vim Kelurahan
WaiMhorock Kelurahan
Wahno Kelurahan
Entrop Kelurahan
Tobati Kampung
Hamadi Kelurahan
Jayapura
2 Ardipura Kelurahan
Selatan
Numbai Kelurahan
Argapura Kelurahan
TahimaSoroma Kampung
Gurabesi Kelurahan
Bayangkara Kelurahan
Mandala Kelurahan
Trikora Kelurahan
3 Jayapura Utara
Angkasapura Kelurahan
Imbi Kelurahan
Tanjung Ria Kelurahan
Kayobatu Kampung
4 Muara Tami Koya Barat Kelurahan

39
Holtekam Kampung
SkowYambe Kampung
KoyaTimur Kelurahan
SkowMabo Kampung
SkowSae Kampung
Koya Tengah Kampung
Mosso Kampung
Yoka Kampung
KampungWaena Kampung
5 Heram Hedam Kelurahan
Waena Kelurahan
Yabansai Kelurahan
(Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jayapura, 2011)

3.1.2 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kota Jayapura tahun 2013 sesuai Data BPS

adalah sebanyak 275.694 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki

sebanyak 145.140 jiwa (52,83%) dan penduduk perempuan sebanyak

130.554 jiwa (47,16%) dan kepadatan penduduk rata-rata 291

jiwa/km2 dengan kepadatan penduduk tertinggi di Distrik Jayapura

Selatan 1.647 jiwa/km2 dan terendah di Distrik Muara Tami yaitu 19

jiwa/km2 dengan laju pertumbuhan sedikit mengalami kenaikan

menjadi 2,61% per tahun karena kondisi relatif kondusif dan

keberhasilan dalam penanganan keluarga berencana serta arus

urbanisasi dapat ditekan.

40
Tabel 3.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Dirinci Berdasarkan
Distrik di Kota Jayapura Tahun 2013

Jumlah Luas Wilayah Kepadatan


Distrik
Penduduk (Km2) (Jiwa/Km2)

Jayapura Utara 69.936 51,00 1.361


Jayapura Selatan 72.071 43,40 1.647
Abepura 78.395 155,70 501
MuaraTami 12.016 626,70 19
Heram 43.276 63,20 681

Jumlah Total
275.694 940,00 291
Tahun 2010
(Sumber: BPS, Data Pokok Kota Jayapura, 2014)

Secara keseluruhan kepadatan penduduk jika dilihat dari

penyebaran per distrik pada tahun 2013, Distrik Abepura yang

penduduknya paling banyak di Kota Jayapura yaitu sebanyak 78.395

jiwa. Sedangkan posisi ke dua Distrik Jayapura Selatan 72.071 jiwa,

dan posisi ke tiga Distrik Jayapura Utara sebanyak sebanyak 69.936

jiwa. Posisi ke empat adalah Distrik Heram dengan jumlah penduduk

43.276 jiwa dan distrik yang paling sedikit jumlah penduduknya

adalah Distrik Muara Tami dengan 12.016 jiwa.

3.1.3 Keadaan Iklim

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) wilayah V Kota

Jayapura mencatat suhu udara rata-rata di Kota jayapura berkisar

antara 21,51°C-34,6°C. Suhu udara tertinggi terjadi pada bulan Juni,

dan suhu terendah terjadi pada bulan Desember. Jayapura termasuk

daerah beriklim tropis lembab dengan memilliki kelembaban udara

yang relatif sama dengan kelembaban daerah-daerah di Papua, yaitu

41
sekitar 77-90%. Curah hujan diatas 2500 mm/tahun, Angin bertiup

dengan kisaran kecepatan 5-5 knot (10-36 km/jam) dari arah barat

daya ke barat laut.

3.1.4 Keadaan Topografi

Keseluruhan kawasan Kota Jayapura cukup bervariasi mulai datar,

dan berbukit hingga lembah, dengan ketinggian 1-300m diatas

permukaan laut. Terdapat ± 30% tidak layak huni, karena terdiri dari

perbukitan yang terjal, rawa-rawa dan hutan dilindung dengan

kemiringan 40% bersifat konservasi dan hutan lindung. Pada bagian

timur Kota Jayapura, merupakan daerah dataran rendah, lembah

hingga daerah pantai, seperti rendah Koya, Muara Tami dan pantai

Holtekam.

Pada bagian barat Kota Jayapura merupakan deretan pegunungan

yang membentang mulai dari pegunungan Cycloop yang berada di

Kota dan Kabupaten Jayapura hingga membentang pada deretan

pegunungan Vanree, Gauter, Fojha, Bonggo, Karamer, dan Irier yang

terdapat didaerah Mamberamo melewati Memberamo Tengah dan

Hulu, jalur pegunungan ini membelok ke selatan bersambung dengan

pegunungan karamer yang membentang sepanjang daerah perbatasan.

42
3.1.5 Peran dan Fungsi Kota

Beberapa issue pokok tentang pengembangan kawasan perbatasan

perlu ditambahkan dalam penetapan peran dan fungsi kota Jayapura

dalam RTRW Kota yang baru. Dengan pertimbangan tersebut, maka

Peran dan fungsi kota Jayapura ditetapkan sebagai berikut:

a. Pusat Pemerintahan

Jayapura disamping sebagai kota otonom, juga merupakan

ibukota Provinsi Papua yang dikukuhkan sejak Tahun 1972.

Dengan demikian semua fasilitas perkantoran baik Pemerintah

Kota maupun Pemerintah Provinsi berada di Kota Jayapura,

sehingga kota ini berfungsi dan berperan sebagai pusat

pemerintahan.

b. Pusat Kebudayaan, Akomodasi dan Pariwisata

Pengembangan Kota Jayapura sebagai pusat kebudayaan,

akomodasi dan pariwisata, karena Kota Jayapura memiliki potensi

wisata alam dan wisata budaya dan menjadikan Kota Jayapura

sebagai transit bagi wisatawan. Wisata budaya dan wisata alam di

Kota Jayapura, yaitu: Wisata PantaiHamadi, Base-G dan Pantai

Holtekamp. Wisata yang berada disekitar wilayah kota

(Kabupaten Jayapura): Tugu Mc. Artur, Air Terjun Kemiri.

Wisata diluar kota adalah tujuan wisata Wamena maupun

Merauke (Agats, Edera dan Tanah Merah).

43
c. Pusat Pendidikan

Pengembangan Kota Jayapura sebagai pusat pendidikan, karena

didukung oleh keberadaan lembaga pendidikan perguruan tinggi

(UNCEN) dan sekolah tinggi swasta lainnya. Kota Jayapura juga

akan dibangun sekolah unggulan bertaraf internasional sebagai

barometer peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia) di tanah

Papua.

d. Pusat Perdagangan Regional dan Lintas Batas

Dalam RTRWN, Kota Jayapura ditetapkan sebagai pusat dari

salah satu Kawasan Andalan Nasional, yakni Kawasan Jayapura

dan sekitamya, dengan sektor unggulan: perkebunan, kehutanan,

tanaman pangan, perikanan, dan pariwisata. Disamping itu, dari

Hasil Kesepakatan Konreg 2001, kota Jayapura termasuk dalam

Kawasan Tertentu Prioritas, yakni Kawasan Perbatasan Provinsi

Papua dan PNG. Dengan mengacu pada arahan kebijaksanaan

tersebut, serta berdasarkan hasil kajian terhadap potensi dan

kecenderungan perkembangan yang ada saat ini, maka kota

Jayapura perlu diarahkan sebagai Pusat Perdagangan Regional

dan Lintas Batas.

e. Pusat Pelayanan, Pengumpul (Koleksi) dan Distribusi

Terjadinya aglomerasi sektor-sektor kegiatan di Kota Jayapura

menyebabkan Kota Jayapura berfungsi dan berperan sebagai

pusat pengumpul, pusat pelayanan dan pendistibusian segala

kebutuhan penduduk baik di wilayah kota Jayapura sendiri,

44
hinterland, maupun daerah-daerah pedalaman. Fungsi dan peran

ini ditunjang oleh tersedianya pelabuhan laut dan bandar udara di

Sentani.

3.1.6 Pusat Kegiatan/ Pelayanan Bagian Wilayah Kota

Dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW), Kota Jayapura

dibagi menjadi 7 (tujuh) Bagian Wilayah Kota (BWK). Pusat

kegiatan/ pelayanan bagian wilayah kota atau sentral sekunder,

ditetapkan dengan mengacu pada lokasi pusat-pusat kegiatan yang

telah ada saat ini di setiap BWK.

a. Bagian Wilayah Kota A (BWK A) sebagai pusat kota meliputi

seluruh Distrik Jayapura Utara. Fungsi utama yang dikembangkan

adalah perkantoran, perdagangan dan jasam pemerintahan, dan

kesehatan. Sedangkan fungsi penunjangnya adalah perumahan,

pariwisata, pendidikan, militer dan konversi/lindung.

b. Bagian Wilayah Kota B (BWK B) meliputi Distrik Jayapura

Selatan, fungsi pelayanan utama meliputi perkantoran, militer,

perdagangan dan jasa, pemerintahan, kesehatan, transportasi laut

dan transportasi darat. Sedangkan fungsi penunjangnya adalah

perumahan, pariwisata, dan konversi/lindung.

c. Bagian Wilayah Kota C (BWK C) meliputi Distrik Heram. Fungsi

utamanya meliputi pendidikan, militer, kesehatan, transportasi

darat dan perumahan. Sedangkan fungsi penunjangnya adalah

perdagangan dan jasa, pariwisata dan konversi/lindung.

45
d. Bagian Wilayah Kota D (BWK D) meliputi sebagian Distrik

Abepura yaitu Kelurahan Yobe, Kelurahan Kota Baru, Kelurahan

Awiyo, dan Kelurahan Asano. Fugsi pelayanan utama meliputi

perdagangan dan jasa, perkantoran, industri dan perumahan.

Sedangkan fungsi penunjangnya meliputi pendidikan,

perkantoran, perkebunan, pariwisata, dan konversi/lindung.

e. Bagian Wilayah Kota E (BWK E) meliputi sebagian wilayah

Distrik Abepura yang meliputi Kelurahan Abe Pantai, Kampung

Koya Koso, dan Kampung Enggros. Fungsi utama pelayanan

meliputi perumahan, perkebunan, pariwisata dan industri.

Sementara fungsi penunjangnya meliputi perdagangan dan jasa,

pendidikan, perikanan, konversi/lindung.

f. Bagian Wilayah Kota F (BWK F) meliputi Kampung Holtekam,

Kelurahan Koya Barat, Kelurahan Koya Timur, dan Kampung

Koya Tengah. Fungsi pelayanan meliputi pariwisata, industri,

perdagangan dan jasa, dan pertanian. Sementara fungsi

penunjangnya yaitu perumahan, kesehatan dan konversi/lindung.

g. Bagian Wilayah Kota G (BWK G) meliputi Skouw Yambe,

Skouw Mabo, Souw Sae. Fungsi utama meliputi perdagangan dan

jasa, perkebunan, perumahan, transportasi darat dan

pemerintahan. Sedangkan fungsi penunjangnya meliputi

pendidikan, pariwisata, militer dan konversi/lindung.

46
Pengembangan pariwisata akan dapat menunjang kontribusi

pendapatan daerah apabila dikelola secara profesional dan optimal.

Potensi yang ada saat ini sudah cukup memberikan harapan bagi

pengembangan kawasan wisata yang lebih baik. Disamping itu

pengembangan pariwisata juga bertujuan untuk:

1) Memanfaatkan/ mengelola potensi sumber daya alam yang

ada, yaitu potensi pantai sebagai tempat rekreasi.

2) Mendatangkan wisatawan.

3) Meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

4) Mendorong investor untuk mengembangkan sarana dan

prasarana kawasan wisata.

Tabel 3.4. Rencana Pengembangan Kegiatan/Fungsi Masing-Masing


BWK

Skala
Pengembangan Skala Skala Lintas
Wilayah
Fungsi/Kegiatan BWK Kota Batas
(Regional)
Pemerintahan BWK G BWK B BWK A -
Perkantoran - BWK B BWK A, D -
BWK B,
Perdagangan dan Jasa BWK F BWK A BWK G
D
BWK C, BWK D,
Permukiman - -
E G
Pendidikan - - BWK C BWK G
BWK B,
Kesehatan - BWK A, D -
C
BWK C,
Pariwisata BWK D BWK A, B -
F
Militer - BWK A,B, C BWK E
BWK A,
Transportasi laut - BWK B BWK G
C
Transportasi Darat - BWK D BWK B -
Industri - - BWK F -

(Sumber: BAPPEDA Kota Jayapura, 2012)

47
3.2 Tinjauan Pantai Hamadi Sebagai Lokasi Perencanaan

Kelurahan Hamadi merupakan salah satu kelurahan dari 7 (tujuh)

kelurahan yang berada dalam wilayah Distrik Jayapura Selatan,

dengan luas wilayah 2,7 Km2. Berdasarkan administrasi Kota

Jayapura, pantai Hamadi masuk dalam kelurahan Hamadi, Distrik

Jayapura Selatan. Pemilihan kawasan pantai Hamadi sebagai lokasi

perencanaan didasarkan atas pertimbangan:

a. Lokasi sesuai dengan rencana induk kota pada Bagian Wilayah

Kota B (BWK B) dimana lokasi merupakan kawasan

pengembangan pariwisata.

b. Lokasi adalah kawasan pantai/sungai. Iklim Papua yang adalah

iklim tropis, dengan temperatur maksimum rata-rata 28°C-32°C,

menjadikan pantai/sungai menjadi tujuan utama pariwisata.

c. Memiliki sumber daya alam yang dapat dikembangkan.

d. Tersedianya lahan yang memadai.

e. Topografi lahan yang menunjang

f. Tersedianya jaringan utilitas (Listrik, air bersih, telepon, saluran

drainase dan lain sebagainya).

48
Gambar 3.2 Peta Lokasi Studi Distrik Jayapura Utara
(Sumber: BAPPEDA Kota Jayapura, 2012)

Gambar 3.3 Foto Udara Kawasan Pantai Hamadi


(Sumber: Dokumentasi penulis, Google Earth, 2015)

Pantai Hamadi memanjang dari pelabuhan ikan Hamadi melewati

kompleks Lantamal X dan berujung di Teluk Youtefa. Pantai ini

berpasir putih dan menghadap ke Samudera Pasifik dengan

pemandangan beberapa pulau kecil tidak berpenghuni. Pantai Hamadi

49
termasuk unik kerena berbentuk seperti daratan panjang yang

menjorok ke lautan. Karena bentuknya, Pantai Hamadi menjadi

semacam pembatas antara Lautan Pasifik di bagian depan dan Teluk

Yotefa di bagian belakang.

Salah satu agenda wisata nasional yang dilaksanakan oleh

Pemerintah Kota Jayapura yaitu Festival Teluk Humboldt yang digelar

tiap awal bulan Agustus di bibir pantai Hamadi. Pada festival ini

diadakan pagelaran tari tradisional, suling tambur, lomba masak menu

tradisional, lomba anyam rambut dan hias pinang.

Selain keelokannya, Pantai Hamadi juga pernah menjadi bagian

sejarah bangsa Amerika. Pada April 1944, pasukan tentara sekutu di

bawah pimpinan Jendral MacArthur mendarat di Pantai Hamadi untuk

mendirikan base camp di kawasan Papua sebagai markas strategis

sebelum menyerang Jepang dan Filipina. Sampai saat ini masih

terlihat bekas-bekas dari peninggalan sekutu. Hal ini menjadi daya

tarik tersendiri bagi pengunjung yang datang ke Pantai Hamadi.

3.2.1 Sistem Pengelolaan

Menurut adat setempat, pantai Hamadi merupakan tanah adat milik

suku Tobati. Dalam pembagian hak milik dan hak pakai, hubungan

kekeluargaan atau kekerabatan berdasarkan satu keturunan ataupun

perkawinan telah mempengaruhi sistem pengelolaan di pantai

Hamadi.

50
3.2.2 Tumbuhan di Kawasan Pantai Hamadi

Sama seperti di hampir semua kawasan pantai, pantai Hamadi

ditumbuhi banyak pohon kelapa. Selain pohon kelapa terdapat hutan

bakau yang lebat. Di pantai Hamadi ini juga dijumpai pohon mangga,

pohon cemara, dan beberapa pohon/ tumbuhan jangka pendek.

3.2.3 Fasilitas dan Sarana Penunjang

Sistem pengelolahan yang ada menjadikan pemilik/pengelola

memiliki kecenderungan menutup diri dan tidak mau bekerjasama

dengen pihak lain, terutama pemerintahan Kota Jayapura. Hal ini

berpengaruh pada mengembankan lokasi wisata pantai Hamadi

termasuk fasilitas dan sarana penunjang. Berikut fasilitas dan sarana

penunjang yang ada di pantai Hamadi:

a. Sarana Jalan. Jalan sepanjang pantai dengan kondisi jalan

beraspal dan kondisi jalan cukup baik.

b. Pondok/Shalter. Pondok dibuat semi permanen, sebagian besar

pondok memiliki kondisi rusak dan tidak layak pakai.

c. MCK (Mandi Cuci Kakus). Banyak MCK yang kotor dan tak

terawat, kurang mendapat perawatan dari pemilik.

d. Tempat sampah. Dewasa ini para pemilik/pengelola mulai

mengerti pentingnya tempat sampah. Hampir di semua kapling

pengelola terdapat tempat sampah.

e. Tempat Parkir. Kendaraan diparkir pada tempat dimana

wisatawan/ pengunjung menyewa pondok.

51
f. Air bersih (PDAM), listrik dan telepon.

g. Drainase. drainase yang ada masih menggunakan cara tradisional

(parit tanah) tidak permanen.

h. Penunjang lainnya seperti para-para pinang, bakso keliling,

souvenir dan lain sebagainya.

52
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, Resort di Kawasan Agrowisata Kemuning sebagai Tempat Relaksasi


dengan Pendekatan Ekologi Arsitektur, Universitas Sebelas Maret, Surakarta,
2010.

Frick, Heinz, Arsitektur Ekologis, Kanisius, Yogyakarta, 2006.

Laksamana, Yusak, Jelajah Jayapura: Eksotisme Alam Budaya di Pintu Gerbang


Papua. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010.

Mardhatillah, Merliyani, Pengaruh Expanded Marketing Mix Terhadap


Keputusan Berkunjung. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2012.

Marlina, Endy, Panduan Perancangan Bangunan Komersial, C.V. ANDI


OFFSET, Yogyakarta, 2008.

Safrilia, Adisti, Perancangan Resort Dengan Penerapan Prinsip Ekologi di Pulau


Menjangan Kecil Karimunjawa, Universitas Brawijaya, Malang, 2013.

Sahaludin, Fikri. Kajian Tatanan Massa Dan Bentuk Bangunan Terhadap Konsep
Ekologi Di Griyo Tawang, Solo, Institut Teknik Nasional, Bandung, 2012.

www.bapedda.jayapurakota.go.id, diakses pada tanggal 30 Meis 2015 jam 19.00


WIT.

www.jayapurakota.bps.go.id, diakses pada tanggal 30 Mei 2015 jam 21.05 WIT.

www.pasirpantai.papua.go.id, diakses pada 4 Mei 2015 jam 17.00 WIT.

53

Anda mungkin juga menyukai