Anda di halaman 1dari 91

MAROSO Edisi Juni 2016 No.

EVALUASI KEANDALAN STRUKTURAL BANGUNAN PUSAT


PERBELANJAAN POSO CITY MALL

Yoppy Soleman1)
1) Staf Pengajar LB Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sintuwu Maroso dan Pengkaji Teknis Bangunan
Gedung Bidang Cipta Karya Dinas PU

Gedung dalam Pasal 3 menyatakan bahwa untuk


Abstract Keandalan struktural didefinisikan sebagai mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan
kapasitas elemen struktural bangunan gedung baik secara
sesuai dengan tata bangunan gedung yang serasi dan
keseluruhan maupun secara parsial (pondasi, sloof, kolom,
balok, plat, dinding, rangka atap dan elemen struktural selaras dengan lingkungannya, harus menjamin
lainnya) untuk memikul pembebanan maksimum selama keandalan bangunan gedung dari segi keselamatan,
umur rencana atau masa pakai bangunan tanpa mengalami kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. Kemudian
kegagalan atau keruntuhan secara tiba-tiba, baik yang dipertegas lagi dengan PP No. 36 tahun 2005 tentang
bersifat lokal di titik-titik tertentu maupun keruntuhan total Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No. 28 tahun
keseluruhan bangunan. Pemeriksaan/evaluasi keandalan 2005 tentang Bangunan Gedung, Pasal 26 ayat (1)
struktural terutama bertujuan untuk menjamin keselamatan
penghuni atau pemakai bangunan.
menyatakan bahwa keandalan bangunan gedung
Perlu ditekankan bahwa standar perencanaan adalah keadaan bangunan gedung yang memenuhi
struktur/konstruksi beton yang dirujuk dalam peraturan persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
perundangan di atas tidak mengharuskan adanya kemudahan bangunan gedung sesuai dengan
sejarah/riwayat korban jiwa (ada korban jiwa dulu sebelum kebutuhan fungsi yang telah ditetapkan.
implementasi), melainkan merujuk kepada SNI (Standar Salah satu substansi utama dari peraturan-peraturan
Nasional Indonesia) yaitu peraturan zonasi dalam SNI-03-
pembangunan gedung sebagaimana tersebut di atas
1726-2002, peraturan perencanaan struktur beton dalam
SNI-03-2847-2002, peraturan pembebanan gedung dalam berbunyi sbb:
PPTIUG 83, PMI 1970 dan peraturan bangunan lainnya.
Maka dalam evaluasi keandalan struktural tersebut akan Pengkajian secara teknis untuk menyimpulkan
terdapat 4 komponen utama yang perlu diperhitungkan yaitu kesesuaian pemenuhan persyaratan keandalan
stabilitas, kekuatan, kekakuan dan duktilitas. bangunan gedung dalam rencana teknis terhadap
Structural Reliability defined as the capacity of the ketentuan tentang:
structural elements of the building, either entirely or 1) Persyaratan keselamatan
partially (foundation, tie-beams, columns, beams/girder, a) Kemampuan mendukung beban muatan yang
plates, wall, roof truss and other structural elements) to dapat menjamin keandalan:
carry the maximum loading during the design life or the
(1) Struktur yang kuat/kokoh, stabil dalam memikul
lifetime of the building without failure or suddenly collapse,
either locally at certain points or total collapse of entire beban atau kombinasi beban;
building. Examination / evaluation of structural reliability (2) Terhadap pengaruh-pengaruh aksi akibat beban
mainly aims to ensure the safety of occupants or users of the muatan tetap atau beban sementara dari gempa dan
building. It should be stressed that the structural design angin; dan
standards / construction standards of concrete that (3) Struktur yang daktail
referenced in the regulations above do not require any
previous casualties in the history of their seismicity (there
are casualties before implementation), but instead refers to Untuk menilai keandalan struktural bangunan,
the SNI (Indonesian National Standard) i.e. the earthquake dilakukan re-evaluasi atas (analisis) desain struktur
zoning regulations in SNI-03-1726-2002, concrete dan juga dilakukan pemeriksaan/inspeksi konstruksi
code/standard in SNI-03-2847-2002, loading regulations on pada kolom-kolom dasar bangunan Poso City Mall .
building in PMI-1970, PPTIUG 83 and other building
regulations. Thus, in evaluating the structural reliability Dalam pembangunan Poso City Mall ini, pertanyaan
there will be four main components that need to be taken
yang muncul adalah bagaimanakah keandalan fisik
into account that are stability, strength, stiffness and
ductility. bangunan gedung itu diterapkan oleh pemilik guna
memenuhi syarat administrasi, syarat teknis, syarat
I. PENDAHULUAN fungsional dan pemenuhan kebutuhan pengguna
Berdasarkan UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan bangunan?

1
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Undang-undang mendefinisikan bangunan gedung keandalan bangunan gedung tahun 1998, Peraturan
sebagai wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang Menteri PU No.29/PRT/M/2006, Peraturan Menteri
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau PU No.45/PRT/M/2007, dan Peraturan Menteri PU
seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah No.26/PRT/M/2008. Kriteria keandalan fisik
dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia bangunan gedung meliputi aspek kenyamanan,
melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat kesehatan, keselamatan, kemudahan dan keserasian
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan dengan lingkungan. Aspek pengamatan fisik di
sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. lapangan dilakukan pada segi arsitektur, struktur,
Untuk mengevaluasi keandalan fisik bangunan utilitas, aksesibilitas, serta tata bangunan dan
gedung, dalam rangka mewujudkan bangunan gedung lingkungan. Diagram alir metoda/tata cara evaluasi
yang andal, digunakan kriteria keandalan sesuai fisik bangunan gedung secara skematis disajikan pada
dengan panduan teknis tata cara pemeriksaan Gambar 1.

M E TO DO L OG I

Pemeriksaan Keandalan Bangunan


Pusat Perbelanjaan Poso City Mall dalam
rangka mewujudkan bangunan
gedung yang andal dari segi
Keselamatan, Keamanan, Kenyamanan,
Kesehatan, dan Kemudahan, serta
serasi dengan lingkungan

Data primer : kondisi


tanah lapangan
Data sekunder : gambar
kerja,
Analisis dan Desain
struktur,
lainnya.

Kriteria Keandalan:
UU No.28/2002
PP No.36/2005
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum:
Permen PU No. 29/2006, No. 24/2007, No. 25/2008
SNI-03-2827-1992
SNI-03-2847-2002
SNI-03-1726-2002
PMI-83, SKBI 1987
Academic Journal & Referensi Teknik lainnya

EVALUASI (PEMERIKSAAN) KEANDALAN


MENEKANKAN PADA 2 ASPEK, YAITU:
KEAMANAN dan AKSESIBILITAS

Keamanan dan
Kemudahan
Keselamatan Kesehatan Kenyamanan
(Aksesibilitas)

2
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Pemeriksaan Data Hasil Penyelidikan Tanah dan


Laboratorium (dari Data Primer Lab. Mektan Untad,
Palu):
Uji Penetrasi Kerucut Statik/CPT/Sondir
Bor Tanah Manual (HB) dengan UDS/DS
Uji Sifat Fisika dan Mekanika Tanah

Pemeriksaan Denah (Iregularitas Horizontal dan


TINJAUAN Vertikal) Data Luasan Bangunan, Elevasi Bangunan
LAPANGAN Konfigurasi Pondasi
Konfigurasi Kolom, Balok Sloof dan Balok Lt.
Pelat dan Bukaan Tangga
Basemen
Tangga Darurat
Ramp dan Rencana APAR

Pemeriksaan Input Data dalam Aplikasi


ETABS 9.7.2. (Dokumen Konsultan
Perencana)
Titik-titik perletakkan Pondasi
Join Lantai Dasar (Base Floor)
Mod. Elastis Beton dan Baja
Kombinasi Pembebanan Statik/Gempa
Spectrum Response

A na l i si s St ru k tu r Hitung tinggi struktur h mulai taraf P em e ri ksa a n/ A na l i si s


penjepitan lateral
Ata s S tr u kt u r Ba w a h ( Su b -
(U pp e r - St ru ct u r e s ) S tr uc tu r es)
Hitung perioda getar fundamental
struktur, T1

P em e ri ks aa n Out p u t Kontrol Kapasitas Daya


Tentukan Klas Tanah Dasar Bawah
Mo m en , Ga y a G es e r Bangunan berdasarkan Dukung Tanah
da n Ga ya Ak si a l
K o m bi n a si
P em be b a n a n Tentukan Zonasi Gempa, PBA, PGA
dan Koef. Gempa Dasar C
Pemeriksaan
Desain/Tulangan Pondasi
Pemeriksaan Jumlah Telapak
Tentukan Sistem dan Sub-Sistem
Luas Tulangan Struktur Penahan Lateral, SRPMM or
Minimum Pelat/Slab, SRPMK
Balok dan Kolom
Tentukan faktor keutamaan I,
duktilitas dan faktor Reduksi Beban D
B Gempa R

C
3
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
B C D

Pemeriksaan
Konfigurasi Hitung Fraksi Gaya Geser Dasar Total,
Tulangan/Desain Vb terhadap Wtot
Slab/Pelat, Kolom dan
Balok
Desain kapasitas untuk luas tulangan
longitudinal dan transversal balok dan
kolom (As , As, Av dan MKAP ),
menggunakan konsep Strong-Column
Pemeriksaan Detail
Weak-Beam
Tulangan Khusus untuk
Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus (SRPMK),
tulangan midbar, tul.
sudut, persyaratan kait
dan bengkokan, spasi tul.
geser dan konstruksi
pengaku dinding (kolom
praktis dan balok latei)

Ke si m pul a n In s p ek si K om p on e n ,
K esi m pu l an U mu m d an
R e ko m e n da si

II. DATA BANGUNAN


Poso City Mall dikonstruksi di atas tanah seluas
32.000 m2 yang secara administratif terletak di jalan
Trans Sulawesi (Jl. Pulau Sabang) Kelurahan
Kayamanya, Kecamatan Poso Kota, Kabupaten Poso.
Sebelum mulai dikelola, lahan tersebut pada mulanya
merupakan tanah kebun milik masyarakat.
Poso City Mall (PCM) merupakan tipe konstruksi
beton bertulang konvensional 3 lantai dengan sistem
struktur portal terbuka (open frame) dan sub-sistem
penahan lateral (gempa)
Gambar 2.b. Denah Lantai 2 . Elevasi + 5.00 m.

Gambar 2.c. Denah Lantai 3 (Blok Ruko Lantai 3).


Elevasi + 10.00 m.
Gambar 2.a. Denah Lantai 1 . Elevasi + 0.00 m.

4
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Lokasi
Pembangunan
Poso City Mall

Gambar 3. Lokasi Pembangunan Poso City Mall di terletak pada arah Barat Laut
dengan jarak sekitar 2.5 kilometer dari Pusat Kota Poso. Letak Geografis Lahan: 123'10"S
(LS) 12044'22"E (BT). Elevasi: 5.0 meter dpl.

III. VERIFIKASI DATA HASIL PENYELIDIKAN TANAH

Berdasarkan hasil pengujian kerucut statik/CPT atau


sondir dari tim Fakultas Teknik Universitas Tadulako
pada 5 titik boring (3 diantaranya yaitu S2, S3 dan S4
tepat di bawah bangunan utama Mall Poso City),
diperoleh data sbb:
Tabel 1.b. Hubungan Nilai Tegangan Konus dan
Tabel 1.a. Hasil Pengujian CPT/Sondir Klasifikasi Daya Dukung Tanah
(Sumber: Data Primer Lab. Mektan Untad, Palu) (Sumber: Data Primer Lab. Mektan
Untad, Palu)

5
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Nilai N-SPT < 20


Kohesi = 8.1 kPa
Sudut geser < 300

Data hasil uji kerucut statik atau penetrasi konus


(CPT)/sondir dapat dikonversi menjadi nilai
SPT atau Standard Penetration Test dengan
angka korelasi dari analisis Terzaghi dan
Peek yakni:

Rata- rata nilai dari hasil


penelitian didapat suatu angka
korelasi ekivalen yakni; qc =
4,1109 N ( oleh Terzaghi dan
Karakteristik tanah bawah dasar pondasi Peek, qc = 4 N)
telapak pada kedalaman 5.5 6.0 meter
berdasarkan sampel Hand Boring No. 2 (lokasi Nilai SPT maksimum pada kedalaman pondasi D
di bawah tapak pondasi bangunan Mall) = 2.0 meter atau kedalaman Hand Boring 6.0
merupakan: meter sebesar maksimum N = qc/4 = 40/4 = 10.
Lanau Campur Pasir Halus dan Lempung Dengan demikian, menurut definisi ini tanah
(Silty Sand) dasar di bawah pondasi bangunan Poso City
Tahanan Konus < 40 kg/cm2 Mall ini termasuk kategori Tanah Lunak.
Kepadatan relatif < 0.40 atau Kondisi
Lepas/Gembur (Loose).

Titik Sampel CPT S4

Titik Sampel CPT S3


Titik Sampel Hand Boring 2

Titik Sampel CPT S2

Gambar 4. Titik pengambilan data uji kerucut statik/ CPT/Sondir dan Boring, S2,
S3, S4 dan HB2.

IV. MENENTUKAN PERIODA GETAR


FUNDAMENTAL B ANGUNAN
kombinasi portal+dinding geser tahan
Dalam Journal of Strucural Engineering, momen, dan memberikan formula yang
volume 123: Periods Formulas for Moment diambil dari batas bawah harga perioda
Resisting Frame Buildings, Issue 11:1154- getar struktur pada saat terjadinya
1161, 1997, A.K. Chopra dan R.K. Goel, mekanisme sendi plastik pertama, yaitu,
meneliti 42 struktur baja tahan momen, 27
struktur beton bertulang tahan momen dan 16 T = 0,0466H0,9

6
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

dimana: Tabel 2.
H = ketinggian struktur gedung diukur dari
tingkat penjepitan lateral (dalam satuan meter) Tabel 2. Koefisien yang membatasi
H = 13,0 m waktu getar alami fundamental
maka, T = 0,0466 (13,0)0.9 bangunan
= 0,469 detik
Wilayah Gempa
Dengan harga perioda getar struktur dari
1 0,20
rumus/perhitungan empirik, sekarang terdapat
2 0,19
rentang perioda getar fundamental, sbb:
3 0,18
4 0,17
T1 min = 0,411 detik T1 maks = 0,469 detik
5 0,16
6 0,15
Dimana perioda getar struktur yang
sebenarnya berada dalam rentang tersebut.
Dalam SNI-1726-2002 pasal 5.6 (Pembatasan Maka harga maksimum perioda getar alami
waktu getar alami fundamental), disebutkan: fundamental menurut SNI-1726-2002 harus lebih
kecil dari,
Untuk mencegah penggunaan T1 maks < (0,17) (3) = 0,510 detik
struktur gedung yang terlalu
fleksibel, nilai waktu getar alami Sebagai pertimbangan akhir, perioda
fundamental T1 dari struktur getar struktur yang digunakan adalah yang
gedung harus dibatasi, bersifat empirik dan bukan yang bersifat
bergantung pada koefisien untuk teoretik sebagaimana yang direkomendasikan
Wilayah Gempa tempat struktur UBC-1994 dan SNI-1726-2002, yaitu rumus
gedung berada dan jumlah empirik perioda getar untuk struktur portal
tingkatnya n menurut persamaan beton bertulang tahan momen (RC- MRF) atau
SRPM (Sistem Rangka Pemikul Momen),
T1 < n T1 = T = 0,411 detik
di mana koefisien ditetapkan menurut
Av
TS dan,
V. MENENTUKAN SPEKTRUM RESPONS GEMPA 2 .5C 0
RENCANA (SA) & KOEF. GEMPA RENCANA (C)
T A 0 .2 T S
Respons spektrum yang umum digunakan dalam 0 < Tn < TA
desain adalah kurva-kurva perioda-percepatan untuk
rasio redaman elastik = 5% terhadap redaman kritis. SA T
C A 1 .5 n 1
Seperti diberikan pada (Gbr 5), kurva spektrum desain g TA
standar yang didasarkan atas model SDOF mempunyai
nilai percepatan maksimum rata-rata hasil superposisi
SA
sebesar C = 2.5C0. Angka ini berdasarkan pengkajian TA < Tn < TS 2 . 5C A
database gempa dan telah distandardisasi g

Keterangan: SA Cv
C0 = koefisien percepatan puncak Tn < TS
g Tn
Cv = koefisien kecepatan puncak

Spektrum Respons Gempa Rencana mempunyai 3 dimana:


cabang kurva yang masing-masing absisnya sebagai g = percepatan gravitasi 9,81
T0, TA dan TS. Peroda T0 adalah nilai awal, Perioda TA m/s2
adalah titik pertemuan kurva pertama dan kedua, dan
perioda TS adalah titik pertemuan kurva kedua dan Maka untuk pembuatan spektrum respons percepatan
ketiga. Nilai-nilai TS dan TA dinyatakan sebagai: desain digunakan nilai-nilai koefisien CA dan Cv
untuk berbagai jenis tanah dan zona gempa bumi

7
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

(Tabel 3). Wilayah Kabupaten Poso termasuk zonasi Akan halnya zonasi percepatan maksimum muka tanah
gempa 4, sedang tanah dasar bawah bangunan Poso (PGA) yang baru dalam SNI-1726-2012 tidak
City Mall termasuk klasifikasi Tanah Lunak. digunakan sebab angkanyua terlalu bersifat hipotetik.

Tabel 3. Percepatan Puncak Batuan Dasar & Perc. Puncak Muka Tanah u. Masing2 Wil. Gempa Indonesia
Percepatan puncak
Percepatan puncak muka tanah Ao (g)
batuan dasar
Wilayah (g)
Gempa Tanah Keras Tanah Sedang Tanah Lunak Tanah Khusus
1 0,03 0,04 0,05 0,08 Diperlukan
evaluasi khusus di
2 0,10 0,12 0,15 0,20 setiap lokasi
3 0,15 0,18 0,23 0,30
4 0,20 0,24 0,28 0,34
5 0,25 0,28 0,32 0,36
6 0,30 0,33 0,36 0,38

94 o 96 o 98 o 100 o 102 o 104 o 106 o 108 o 110 o 112 o 114 o 116 o 118 o 120 o 122 o 124 o 126 o 128 o 130 o 132 o 134 o 136 o 138 o 140 o
10 o 10 o

o 0 80 200 400
8 8o
Kilometer

6o 6o
Ban da Ace h

1
2
3 4 5 6 5 4 3 2 1
o o
4 4

o o
2 2
M ana do

Ternate
Pekanb aru

1
0o Sa marinda
0o
2
1
Palu Ma nokwari 3
Pa dang 2
3 Soro ng
4 Jamb i Bia k 4
5
6
2o 4
5 Pala ngkaraya 5 2o
3
2 Jayapura
6
1
Pale mbang Banjarma sin
5
Bengku lu Ke ndari Ambo n
o
4 4
4o
1 M akasar 3
Ban darla mp ung
Tual 2

6o Jakarta 2 1
6o
B andu ng
Garut Sem arang
Suka bum i Surabay a
Tasikm alaya S olo
Jogjakarta 3
Blit ar M alang
8o Cila ca p
B anyuwang i
4
8o
Denp asar M ataram
M era uke
5

6
o
10 5 K upan g
10 o
4

Wilayah 1 : 0,03 g 3

2
12 o Wilayah 2 : 0,10 g 1
12 o
Wilayah 3 : 0,15 g
Wilayah 4 : 0,20 g
14 o 14 o
Wilayah 5 : 0,25 g
Wilayah 6 : 0,30 g
16 o 16 o
94 o 96 o 98 o 100 o 102 o 104 o 106 o 108 o 110 o 112 o 114 o 116 o 118 o 120 o 122 o 124 o 126 o 128 o 130 o 132 o 134 o 136 o 138 o 140 o

Gambar 2.1. Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun

Gambar 5.a-b. Zonasi Percepatan Puncak Batuan Dasar (PBA) untuk Wilayah Indonesia,
berdasarkan SNI-1726-2002 (a); berdasarkan SNI-1726-2012 (b)
8
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Menggunakan spektrum desain percepatan


Gempa Zona 4 SNI-1726-2002, diperoleh harga
percepatan puncak batuan dasar (PBA=peak
base accelleration), percepatan puncak tanah
dasar atau permukaan tanah (PGA=peak
ground accelleration) dan kecepatan
maksimum tanah dasar (PGV=peak ground
velocity) sbb:

PBA A0 = CA = 0.200 Gbr. 6a


PGA A0 = CA = 0.340 Tabel 3
Koefisien Am = 2.5CA = 0.850 Tabel 3
percepatan
Gambar 6. Menentukan Koefisien Gempa Dasar maksimum
Berdasarkan Relasi Respons Spektra PGV Ar = CV = 0.650 Gbr. 6a
Percepatan dengan Perioda Fundamental
T untuk zona Gempa 4.

Wilayah Kabupaten Poso termasuk zona dapat disesuaikan melalui pemakaian faktor
(wilayah) 4 dalam SNI-1726-2002 maka keutamaan yang lebih besar dari 1,0 untuk
spektrum respons gempa rencana mengunakan gedung-gedung yang harus tetap berfungsi
Gambar 5.12. Untuk jenis tanah lunak (soft soil) sesudah suatu gempa besar terjadi. Misalnya,
nilai C (=koefisien geser dasar gempa rencana) suatu faktor keutamaan sebesar I = 1,4 harus
untuk struktur dengan perioda getar alami digunakan pada bangunan rumah sakit yang
fundamental T=0,411 detik adalah C = (2,5) menjadi pusat pelayanan utama yang penting
(0,34) = 0,85g. bagi usaha penyelamatan sesudah suatu gempa
terjadi.

Tabel 4. Faktor Keutamaan I untuk berbagai


VI. MENENTUKAN FAKTOR KEUTAMAAN
kategori gedung dan bangunan
STRUKTUR Kategori gedung Faktor
Faktor keutamaan struktur menyatakan Keutamaan
tingkat kepentingan suatu gedung berkaitan I1 I2 I
dampak gempa dan pasca-gempa terhadapnya. Gedung umum seperti untuk 1,0 1,0 1,0
Untuk gedung pada umumnya seperti rumah penghunian, perniagaan dan
tinggal, gedung perniagaan dan perkantoran perkantoran
diberikan faktor keutamaan struktur sebesar I
=1,0 (lihat Tabel 4). Perioda Ulang gempa
Monumen dan bangunan 1,0 1,6 1,6
monumental
Gedung penting pasca gempa 1,4 1,0 1,4 VII. MENENTUKAN FAKTOR REDUKSI BEBAN
seperti rumah sakit, instalasi air
GEMPA (R)
bersih, pembangkit tenaga listrik,
pusat penyelamatan dalam Faktor duktilitas () menyatakan
keadaan darurat, fasilitas radio dan kemampuan struktur gedung untuk
televisi.
mengalami deformasi atau simpangan
Gedung untuk menyimpan bahan 1,6 1,0 1,6
berbahaya seperti gas, produk pasca-elastik yang besar secara berulang
minyak bumi, asam, bahan kali dan bolak-balik akibat pembebanan
beracun. gempa yang menyebabkan terjadinya
Cerobong, tangki di atas menara 1,5 1,0 1,5 pelelehan pertama, sambil
Catatan : mempertahankan kekuatan dan kekakuan
Untuk semua struktur bangunan gedung yang ijin
yang cukup, sehingga struktur gedung
penggunaannya diterbitkan sebelum berlakunya
Standar ini maka Faktor Keutamaan, I, dapat tersebut tetap berdiri, walaupun sudah
dikalikan 80%. berada dalam kondisi di ambang
keruntuhan. Faktor duktilitas maksimum
9
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

(m), faktor reduksi beban gempa adanya pembebanan dan dimensi


maksimum (Rm), faktor kuat lebih penampang serta kekuatan bahan
(overstrength) total struktur (f) untuk terpasang yang berlebihan dan nilainya
beberapa jenis sistem dan sub-sistem ditetapkan sebesar 1,6.
struktur dapat dilihat pada Tabel 12. 2. Faktor f2
Faktor kuat lebih total (f) menyatakan Faktor f2 menyatakan kuat lebih struktur
kekuatan lebih (overstrength) yang akibat kehiperstatikan (kestatik-
terkandung di dalam struktur gedung taktentuan) struktur gedung yang
secara keseluruhan, yang merupakan rasio menyebabkan terjadinya redistribusi
antara beban gempa maksimum akibat gaya-gaya oleh proses pembentukan
pengaruh Gempa Rencana yang dapat sendi plastis yang tidak serempak
diserap oleh struktur gedung pada saat bersamaan; rasio antara beban gempa
mencapai kondisi di ambang keruntuhan maksimum akibat pengaruh Gempa
dengan beban gempa nominal. Faktor kuat Rencana yang dapat diserap oleh
lebih total merupakan superposisi dari 2 struktur gedung pada saat mencapai
sub faktor yaitu: kondisi di ambang keruntuhan dan
1.Faktor f1 beban gempa pada saat terjadinya
Faktor f1 menyatakan kuat lebih beban pelelehan pertama
dan bahan yang terkandung di dalam
suatu struktur gedung akibat selalu

Tabel 4. Faktor daktilitas maksimum, faktor reduksi gempa maksimum, faktor kuat lebih
struktur dan faktor tahanan lebih total beberapa jenis sistem dan subsistem struktur
gedung
Sistem dan subsistem struktur Uraian sistem pemikul beban gempa m Rm f
gedung Pers. (6) Pers. (39)
1. Sistem dinding penumpu 1. Dinding geser beton bertulang 2,7 4,5 2,8
(Sistem struktur yang tidak 2. Dinding penumpu dengan rangka baja ringan dan 1,8 2,8 2,2
memiliki rangka ruang pemikul bresing tarik
beban gravitasi secara lengkap. 3. Rangka bresing di mana bresingnya memikul beban
Dinding penumpu atau sistem gravitasi
bresing memikul hampir semua a.Baja 2,8 4,4 2,2
beban gravitasi. Beban lateral b.Beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6) 1,8 2,8 2,2
dipikul dinding geser atau rangka
bresing).
2. Sistem rangka gedung 1. Rangka bresing eksentris baja (RBE) 4,3 7,0 2,8
(Sistem struktur yang pada dasarnya 2. Dinding geser beton bertulang 3,3 5,5 2,8
memiliki rangka ruang pemikul 3. Rangka bresing biasa
beban gravitasi secara lengkap. a.Baja 3,6 5,6 2,2
Beban lateral dipikul dinding b.Beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6) 3,6 5,6 2,2
geser atau rangka bresing). 4. Rangka bresing konsentrik khusus
a.Baja 4,1 6,4 2,2
5. Dinding geser beton bertulang berangkai daktail 4,0 6,5 2,8
6. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail 3,6 6,0 2,8
penuh
7. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail 3,3 5,5 2,8
parsial
3. Sistem rangka pemikul 1. Rangka pemikul momen khusus (SRPMK)
momen a.Baja 5,2 8,5 2,8
(Sistem struktur yang pada dasarnya b.Beton bertulang 5,2 8,5 2,8
memiliki rangka ruang pemikul 2. Rangka pemikul momen menengah beton (SRPMM) 3,3 5,5 2,8
beban gravitasi secara lengkap. 3. Rangka pemikul momen biasa (SRPMB)
Beban lateral dipikul rangka a.Baja 2,7 4,5 2,8
pemikul momen terutama melalui b.Beton bertulang 2,1 3,5 2,8
mekanisme lentur) 4. Rangka batang baja pemikul momen khusus 4,0 6,5 2,8
(SRBPMK)
4. Sistem ganda 1. Dinding geser
(Terdiri dari: 1) rangka ruang yang a.Beton bertulang dengan SRPMK beton bertulang 5,2 8,5 2,8
memikul seluruh beban gravitasi; 2) b.Beton bertulang dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8
pemikul beban lateral berupa c. Beton bertulang dengan SRPMM beton bertulang 4,0 6,5 2,8
dinding geser atau rangka bresing 2. RBE baja
dengan rangka pemikul momen. a.Dengan SRPMK baja 5,2 8,5 2,8
Rangka pemikul momen harus b.Dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8
direncanakan secara terpisah 3. Rangka bresing biasa
mampu memikul sekurang-
a.Baja dengan SRPMK baja 4,0 6,5 2,8
kurangnya 25% dari seluruh beban
b.Baja dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8

10
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Sistem dan subsistem struktur Uraian sistem pemikul beban gempa m Rm f


gedung Pers. (6) Pers. (39)
lateral; 3) kedua sistem harus c.Beton bertulang dengan SRPMK beton bertulang 4,0 6,5 2,8
direncanakan untuk memikul secara (tidak untuk Wilayah 5 & 6)
bersama-sama seluruh beban lateral d.Beton bertulang dengan SRPMM beton bertulang 2,6 4,2 2,8
dengan memperhatikan interaksi (tidak untuk Wilayah 5 & 6)
/sistem ganda) 4. Rangka bresing konsentrik khusus
a.Baja dengan SRPMK baja 4,6 7,5 2,8
b.Baja dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8
5. Sistem struktur gedung kolom Sistem struktur kolom kantilever 1,4 2,2 2
kantilever: (Sistem struktur yang
memanfaatkan kolom kantilever
untuk memikul beban lateral)
6. Sistem interaksi dinding geser Beton bertulang biasa (tidak untuk Wilayah 3, 4, 5 & 6) 3,4 5,5 2,8
dengan rangka
7. Subsistem tunggal 1. Rangka terbuka baja 5,2 8,5 2,8
(Subsistem struktur bidang yang 2. Rangka terbuka beton bertulang 5,2 8,5 2,8
membentuk struktur gedung secara 3. Rangka terbuka beton bertulang dengan balok beton 3,3 5,5 2,8
keseluruhan) pratekan (bergantung pada indeks baja total)
4. Dinding geser beton bertulang berangkai daktail 4,0 6,5 2,8
penuh.
5. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail 3,3 5,5 2,8
parsial

him i
Untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Fi Vb
Menengah (SRPMM) yang terbuat dari dimana: him i
material beton bertulang (reinforced- Fi = Gaya geser taraf lantai ke-i
concrete) diberikan harga-harga faktor hi = ketinggian lantai bangunan ke-i (meter)
duktilitas maksimum, faktor reduksi gempa mi = massa lantai bangunan ke-i (meter)
maksimum dan faktor kuat-lebih struktur Vb = gaya geser dasar nominal (kN)
sebagai berikut:

Faktor Duktilitas maksimum (m) = 3,3


Faktor Reduksi Beban Gempa
maksimum (Rm) = 5,5
Faktor Overstrength Total (f) = 2,8

VIII. P ERHITUNGAN B EBAN L ATERAL AKIBAT


G EMPA
Pembebanan gempa menurut SNI 1726
2002 pasal 6.1.2 adalah sebagai berikut
C I
Vb W t
R
dimana :
Vb= Beban Geser Nominal Statik Ekivalen
C = Nilai Faktor Respon Gempa
I = Faktor Keutamaan Struktur
R = Faktor Reduksi Gempa Representatif dari
Struktur Gedung
Wt = Berat Total Gedung termasuk Beban
Hidup yang sesuai

Distribusi gaya geser lateral di sepanjang


tinggi bangunan diberikan sebagai,

IX. ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR


(APLIKASI ETABS VERSI 9.7.2)

11
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Analisis dan Desain Struktur dikerjakan


menggunakan perangkat lunak rekayasa
berbasis FEM (Finite Element Method) ETABS
versi 9.7.2. Adapun aplikasi ETABS adalah
produksi CSI (Computer and Structures
Incorporated) yaitu sebuah institusi penelitian
yang berada di Universitas California Berkeley,
Amerika Serikat. Aplikasi ETABS berbasis,
sebagaimana juga SAP2000 sudah cukup
dikenal dalam rekayasa struktur dan validitas
hasil perhitungannya telah teruji/terverifikasi.
Dalam Ringkasan Data Input dari Consultant
dan Model ETABS-nya diberikan di bawah ini:

Gambar 7.a-c. Ringkasan Input Data Konsultan


Struktur PT. Cipta Sukses

12
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Gambar 8. Model Struktur Poso City Mall (Perspektif 3D) ETABS 9.7.2

4. Input Data dan Kombinasi


Pembebanan Gempa dalam Aplikasi
X. EVALUASI RELIABILITAS ANALISIS ETABS 9.7.2, Vbmin;
DAN DESAIN STRUKTUR 5. Kombinasi Pembebanan yang
Diterapkan dalam Menentukan Gaya
Untuk mengevaluasi reliabilitas analisis dan Reaksi Pembebanan pada Pondasi
desain struktur maka diperiksa 9 komponen Bangunan (Block Data Combo)
dalam analisis, desain dan juga 6. Kapasitas Daya Dukung Tanah dan
pelaksanaan konstruksi di lapangan pada Detail Penulangan Pondasi Telapak;
Bangunan Gedung Poso City Mall, yaitu: 7. Rasio dan Luas Tulangan Longitudinal
Terpasang Kolom Struktur, dan Asc;
1. Perhitungan ketebalan pelat dan
lantai minimum, hmin; 8. Luas Tulangan Longitudinal
2. Konfigurasi tulangan pelat lantai Terpasang Balok Struktur, Asb.
minimum, Asmin b=1.00 meter; 9. Perkuatan Dinding Bata (Kolom
3. Input Data dan Kombinasi Praktis dan Balok Horizontal Latei)
Pembebanan Statik dalam Aplikasi
ETABS versi 9.7.2;

Inspeksi No. 1
1. Perhitungan ketebalan pelat lantai minimum, hmin;
Catatan: Definisi
M Memenuhi
TM Tidak Memenuhi
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen
13
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan
RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak
berfungsi sama sekali

M TM TI NF RB
1. Memenuhi

Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 1:


Tebal minimum pelat lantai S1 (t=120 mm), dan S2 (t=150 mm) sudah memenuhi
ketentuan dalam SNI-2847-2002.

Gbr 9.a. Segmen dari panel Lantai 1


Gbr.b. Segmen dari panel Lantai 1
Tipe S1 = 120 mm Tipe S2 = 150 mm

Perhitungan Kontrol Tebal Pelat Tipe S1 Perhitungan Kontrol Tebal Pelat Tipe S2

Cek Te bal Plat Cek Tebal Plat


Data-data Data-data
be 207.5 cm fc' (beton) 25 Mpa be 207.5 cm fc' (beton) 25 Mpa
bw (induk) 30 cm fy' (baja) 240 Mpa bw (induk) 30 cm fy' (baja) 240 Mpa
h (induk) 50 cm b (anak) 20 cm h (induk) 65 cm b (anak) 30 cm
tebal plat 12 cm h (anak) 40 cm tebal plat 15 cm h (anak) 65 cm
L induk 800 cm tebal plat 12 cm L induk 800 cm tebal plat 15 cm
Lanak 200 cm Lanak 400 cm

Balok Induk 30/65


Balok Induk 30/50
Lebar efektif
Lebar efektif
be = 1/4 x (800 + 30) = 207.5 cm
be = 1/4 x (800 + 30) = 207.5 cm
= 30 + 8 x 15 + 8 x 15 = 270 cm
= 30 + 8 x 12 + 8 x 12 = 222 cm
= 30 + 1/2x800 + 1/2x800 = 830 cm
= 30 + 1/2x800 + 1/2x800 = 830 cm dipakai be terkecil adalah 207.5 cm
dipakai be terkecil adalah 207.5 cm Inertia balok (Ib)
Inertia balok (Ib) y = 30x50x25 + 207.5x15x57.5 = 51.99 cm
y = 30x38x19 + 207.5x12x44 = 40.26 cm 30x50 + 207.5 x 15
30x38 + 207.5 x 12 Ib = 1/12x30x50^3 + 30x50(51.99-25)^2 +
Ib = 1/12x30x38^3 + 30x38(40.26-19)^2 + 1/12x207.5x15^3 + 207.5x(57.5-51.99)
1/12x207.5x12^3 + 207.5x(44-40.26) = 1558056.72 cm4
= 717238.886 cm4 Inertia pelat (Is)
Inertia pelat (Is) Is = 1/12 x 800 x 15^3 = 225000 cm4
Is = 1/12 x 800 x 12^3 = 115200 cm4 didapat
didapat a = 1558056.72 = 6.92
a = 717238.886 = 6.23 225000
115200
Balok Anak 30/65
Balok Anak 20/40 s
s be = 1/4 x (400 + 30) = 107.5 cm
be = 1/4 x (200 + 20) = 55 cm = 30 + 8 x 15 + 8 x 15 = 270 cm
= 20 + 8 x 12 + 8 x 12 = 212 cm = 30 + 1/2x400 + 1/2x400 = 430 cm
= 20 + 1/2x200 + 1/2x200 = 220 cm dipakai be terkecil adalah 107.5 cm
dipakai be terkecil adalah 55 cm Inertia balok (Ib)
Inertia balok (Ib) y = 30x50x25 + 107.5x15x57.5 = 45.72 cm
y = 20x28x14 + 55x12x34 = 28.06 cm 30x50 + 107.5 x 15
Ib = 1/12x30x50^3 + 30x50(45.72-25)^2 +
20x28 + 55 x 12
1/12x107.5x15^3 + 107.5x(57.5-45.72)
Ib = 1/12x20x28^3 + 20x28(28.06-14)^2 +
= 1210487.669 cm4
1/12x55x12^3 + 55x(34-28.06)
Inertia pelat (Is)
= 178501.8437 cm4
Is = 1/12 x 400 x 15^3 = 112500 cm4
Inertia pelat (Is)
didapat
Is = 1/12 x 200 x 12^3 = 28800 cm4
a = 1210487.669 = 10.76
didapat
112500
a = 178501.8437 = 6.20 am = 2 x 6.92 + 2 x 10.76 = 8.84
28800 4
am = 2 x 6.23 + 2 x 6.20 = 6.21 Ln = 830 - (1/2 x 30 + 1/2 x 30 ) = 800 cm
4 Sn = 430 - (1/2 x 30 + 1/2 x 30 ) = 400 cm
Ln = 830 - (1/2 x 30 + 1/2 x 30 ) = 800 cm b = 800 / 400 = 2.00
Sn = 220 - (1/2 x 20 + 1/2 x 20 ) = 200 cm Dari rumus-rumus, tebal minimum dari pelat :
b = 800 / 200 = 4.00 hmin = 800 x (0.8 + (240/1500))
Dari rumus-rumus, tebal minimum dari pelat : 36 + 5x2.00[8.84-(0.12(1+(1/2.00)))]
hmin = 800 x (0.8 + (240/1500)) = 6.26 cm
36 + 5x4.00[6.21-(0.12(1+(1/4.00)))] tetapi tidak kurang dari :
= 4.88 cm h = 800(0.8 + (240/1500)) = 14.22 cm < 15 cm (OK)
tetapi tidak kurang dari : 36 + 9 x 2.00
h = 800(0.8 + (240/1500)) = 10.67 cm < 12 cm (OK) dan tidak perlu lebih dari :
36 + 9 x 4.00 h = 800(0.8 + (240/1500)) = 21.33 cm > 15 cm (OK)
dan tidak perlu lebih dari : 36
h = 800(0.8 + (240/1500)) = 21.33 cm > 12 cm (OK) Maka Plat Tebal 15 cm Bisa Dipakai
36
Maka Plat Tebal 12 cm Bisa Dipakai

Inspeksi No. 2
2. Konfigurasi tulangan pelat lantai minimum, Asmin b=1.00 meter;

14
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Catatan: Definisi
M Memenuhi
TM Tidak Memenuhi
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen
NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan
RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak
berfungsi sama sekali

M TM TI NF RB
2. Memenuhi

Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 2:


Detail dan Konfigurasi Tulangan Lantai tipe S1 (t=120 mm), dan tipe S2 (t=150 mm)
sudah memenuhi ketentuan dalam SKBI-1987 dan SNI-2847-2002.

Gbr. 9.a.Konfigurasi penulangan Pelat Gbr. 9.b. Konfigurasi penulangan Pelat


Lantai Tipe S1 = 120 mm Lantai Tipe S2 = 150 mm

Inspeksi No. 3 Catatan: Definisi


M Memenuhi
3. Input Data dan Kombinasi TM Tidak Memenuhi
Pembebanan Statik dalam Aplikasi TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan
atau keterbatasan alat ukur/instrumen
ETABS versi 9.7.2; NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan
memerlukan perbaikan atau perawatan

15
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan Input Data dan Kombinasi Pembebanan
penggantian atau rekonstruksi. Tidak Statik dalam Aplikasi ETABS 9.7.2 sudah
berfungsi sama sekali memenuhi ketentuan dalam PMI-83, SKBI-
1987, SNI-03-2847-2002.
M TM TI NF RB
3. Memenuhi
Pemeriksaan input data dan kombinasi
pembebanan bangunan dalam analisis dan
desain struktur (ETABS versi 9.7.2) diberikan
Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 3: pada halaman 33 37.

Gbr. 10. Model Analisis dan Desain Struktur Bangunan Gedung Poso City Mall
dalam aplikasi ETABS 9.7.2
M TM TI NF RB
Inspeksi No. 4 4. Memenuhi.

4. Input Data dan Kombinasi


Pembebanan Gempa dalam Aplikasi
ETABS versi 9.7.2; Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 4:
Input Data dan Kombinasi Pembebanan
Gempa dalam Aplikasi ETABS 9.7.2 sudah
Catatan: Definisi memenuhi ketentuan dalam SNI-03-1726-
M Memenuhi 2002.
TM Tidak Memenuhi
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan
atau keterbatasan alat ukur/instrumen
Respons spektra yang digunakan oleh
NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan
memerlukan perbaikan atau perawatan Konsultan Struktur PT. Cipta Sukses
RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan Engineering dalam Analisis dan Desain
penggantian atau rekonstruksi. Tidak Struktur adalah Sprctrum Response dari
berfungsi sama sekali UBC 1997 (Uniform Building Code 1997)
dengan Ca = 0.36 g, Cv = 0.90 g, dan Jenis

16
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Tanah Lunak (Soft). Parameter ini agak


lebih tinggi dari ketentuan Perencanaan Tabel 5.a b. Percepatan puncak batuan dasar
Ketahanan Gempa untuk Wilayah (PBA), percepatan maksimum permukaan tanah
Kabupaten Poso dimana termasuk Zona (PGA) dan Koefisien Kecepatan Maksimum
Gempa 4. Dengan demikian menghasilkan Respons Spektra menurut Uniform Building
Analisis dan Desain Tahan Gempa yang Code (UBC) 1997.
lebih aman.
Percepatan puncak batuan dasar
Percepatan puncak muka tanah

Percepatan puncak batuan dasar dan p.p. muka tanah C 0 (UBC-97, ATC-40)
Zona Peak Base Peak Ground Accelleration (PGA), A 0 (g)
Gemp Acceleration Medium Special
a (PBA) (g) Rock Hard Soil Soft Soil
Soil Soil

evaluasi khusus
1 0.05 0.05 0.05 0.07 0.11

di setiap lokasi
Memerlukan
2 0.15 0.13 0.15 0.18 0.25
3 0.20 0.17 0.20 0.23 0.28
4 0.25 0.22 0.25 0.28 0.31
5 0.30 0.27 0.30 0.33 0.33
6 0.40 0.40 0.40 0.44 0.36

Koefisien kecepatan maksimum respons spektra, C v (UBC-97, ATC-40)


Zona Peak Base Kecepatan (m/s)
Gemp Acceleration Rock Hard Soil Medium Special
Soft Soil
a (PBA) (g) (SB) (SC) Soil (S D) Soil

evaluasi khusus
1 0.05 0.05 0.07 0.11 0.14

di setiap lokasi
Memerlukan
2 0.15 0.13 0.21 0.27 0.42
3 0.20 0.17 0.27 0.33 0.53
4 0.25 0.22 0.34 0.41 0.65
5 0.30 0.27 0.41 0.49 0.76
6 0.40 0.40 0.56 0.64 0.96
permukaantanah dan
Tabel 6. Percepatan puncak
Jenis Tanah Dasar Faktor Zona Gempa
Notasi Keterangan Koefisien 0.05 0.15 0.20 0.25 0.30 0.40
S1 Batuan Ca 0.05 0.13 0.17 0.22 0.27 0.40
Cv 0.05 0.13 0.17 0.22 0.27 0.40
S2 Tanah Ca 0.05 0.15 0.20 0.25 0.30 0.40
Keras
Cv 0.07 0.21 0.27 0.34 0.41 0.56
S3 Tanah Ca 0.07 0.18 0.23 0.28 0.33 0.44
Sedang
Cv 0.11 0.27 0.33 0.41 0.49 0.64
S4 Tanah Ca 0.11 0.25 0.28 0.31 0.33 0.36
Lunak
Cv 0.14 0.42 0.53 0.65 0.76 0.96

ketentuan perencanaan ketahanan gempa


Nilai koefisien percepatan puncak Zona 4 (wilayah Kabupaten Poso) dengan
permukaan tanah atau PGA (Peak Ground CA = 0.34 g, masing-masing untuk jenis
Accelleration) yang dipakai oleh konsultan tanah lunak (soft soil).
struktur PT. Cipta Sukses Engineering
sebesar Ca = 0.36 g lebih tinggi daripada

Tabel 15. Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah untuk

17
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

masing-masing Wilayah Gempa Indonesia (SNI-03-1726-2002)


Percepatan
Percepatan puncak muka tanah Ao (g)
puncak batuan
Wilayah dasar
Gempa Tanah Keras Tanah Sedang Tanah Lunak Tanah Khusus
(g)
0,24 0,28 Diperlukan
4 0,20 0,34 evaluasi
0.85 khusus di
setiap lokasi

Gbr. 11.a. Spektra Respons Gempa Zona 6 UBC Gbr. 11.b. Spektra Respons Zona 4
1997 SNI-03-1726-2002

Gbr. 12.a. Bentuk Struktur Terdeformasi akibat Kombinasi Statik + Pembebanan Gempa (Arah Utama Sumbu
X): WU = 1.0WD + 1.0WL + 1.0EQX + 0.3EQY

18
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Gbr. 12.b. Bentuk Struktur Terdeformasi akibat Kombinasi Statik + Pembebanan Gempa (Arah Utama Sumbu
Y): WU = 1.0WD + 1.0WL + 0.3EQX + 1.0EQY
Konsultan Struktur menerapkan kombinasi
Inspeksi No. 5 pembebanan statik: WUpondasi = 1.0WD +
5. Kombinasi Pembebanan yang 0.9WL (lihat Gbr. 30) untuk menentukan
Diterapkan dalam Menentukan Gaya reaksi perletakkan bangunan
Reaksi Akibat Pembebanan Pondasi (base/pondasi dan tidak menggunakan
Bangunan (Block Data Combo) kombinasi pembebanan statik +
lateral/gempa. Dalam SNI-03-2847-2002
Catatan: Definisi pasal 11.2 ayat 3 tersebut:
M Memenuhi
TM Tidak Memenuhi
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan
atau keterbatasan alat ukur/instrumen
NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan
memerlukan perbaikan atau perawatan
RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan
penggantian atau rekonstruksi. Tidak
berfungsi sama sekali

M TM TI NF RB
5. 5. Memenuhi

Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 5:


Kombinasi Pembebanan yang Diterapkan
dalam Aplikasi Analisis dan Desain
Struktur (ETABS 9.7.2) untuk menentukan Berdasarkan hasil uji Penetrasi Konus/CPT
Reaksi Tumpuan akibat Beban-beban dan Bor Sampel, diketahui bahwa pada 4
Bangunan pada Perletakkan/Pondasi dari 5 titik penetrasi konus di lokasi
Cukup Memenuhi Ketentuan Kuat Layan bangunan hingga kedalaman sekitar 10.00
dan Kuat Ultimit dalam SNI-03-2847-2002, meter merupakan jenis tanah lunak (nilai
dan SNI-03-1726-2002. Kombinasi perlawanan konus qc maks < 40.0 kg/cm2).
Pembebanan yang diterapkan telah cukup Bahkan pada titik uji No. 2 (segmen depan
realistik dalam mengakomodasi sisi kiri Mall) dan No. 5, tidak ditemukan
pembebanan ekstrim akibat respons tanah keras sampai kedalaman 20.0 meter.
percepatan maksimum permukaan tanah Di lain pihak, pada titik uji No. 4 (sisi kanan
zona 4 sebesar 0.34 g (belum pernah belakang bangunan Mall) kedalaman tanah
terjadi) keras (qc > 200 kg/cm2) sudah ditemukan
pada kedalaman sekitar 5.20 meter.
19
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Konsekuensi dari hal ini adalah resiko (differential settlement).


terjadinya penurunan tumpuan diferensial

Gbr. 13. Contoh penurunan diferensial pondasi pada bagian ujung kiri dan kanan bangunan
dengan bagian tengah tetap stabil.
Dalam teknik/rekayasa pondasi, penurunan maksimum untuk bangunan umum harus
dibatasi hingga sekitar 2.54 cm.

Gbr. 14. Konsultan struktur menerapkan kombinasi pembebanan


statik berupa 100% Beban Mati (1.0DL) dan 90% Beban Hidup (0.9LL)
dalam input data aplikasi analisis dan desain struktur (ETABS 9.7.2)
untuk menentukan gaya-gaya reaksi perletakkan/pondasi
Pemeriksaan Gaya-gaya Reaksi Perletakkan untuk 3 Kombinasi Pembebanan

Dalam gambar 15 16 di bawah ini akan dibandingkan nilai reaksi perletakkan/pondasi


untuk kombinasi pembebanan ultimit (envelope/maksimum) dengan kombinasi beban

20
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

layan (service loads) statik 1.0DL + 0.9LL yang digunakan Konsultan Perencana Struktur
PT. Cipta Sukses Engineering untuk perencanaan pondasi serta kombinasi beban statik +
lateral. Sebagai sampel, nilai-nilai reaksi perletakkan pada join-join nomor 120, 131 dan
134 akan dibandingkan.

1. Kombinasi Pembebanan Ultimit (Envelope Nilai-nilai Maksimum)

21
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Inspeksi No. 6

6. Pemenuhan Kapasitas Daya Dukung Tanah Dasar dan Detail Penulangan Pondasi
Telapak;

Catatan: Definisi
M Memenuhi
TM Tidak Memenuhi
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen
NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan
RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak
berfungsi sama sekali

M TM TI NF RB
6. Memenuhi. Kapasitas Daya Dukung Ijin Tanah Bawah Pondasi Tidak
Dilampaui oleh Tegangan Maksimum pada Dasar Tapak. Kapasitas
Desain Geser dan Lentur Beton Bertulang Cukup Dipenuhi.

Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 6:


1. Bagian Kanan atau Sisi Selatan Bangunan (Segmen 3, Titik CPT No. 4) Mempunyai
Kapasitas Daya Dukung yang jauh lebih besar dari Daya Dukung di Segmen Tengah
(Segmen 2, Titik CPT No. 3) dan Segmen Kiri (Segmen 1, Titik CPT No. 2) Blok
Bangunan Mall. Berdasarkan Uji Penetrasi Kerucut Statik, Uji Mekanika/Fisika Tanah
dan Sampel Dimensi Tapak, Tegangan Ijin Tanah qallowable pada kedalaman 0.00
4.00 meter di bawah tapak pondasi pada segmen 1, segmen 2 dan segmen 3,
masing-masing:
62 89 kN/m2
83 89 kN/m2
89 910 kN/m 2

2. Pemilihan Pondasi Telapak Individual, Pondasi Tapak Kombinasi dan Variasi Luasan
Tapak Cukup Dapat Mengakomodasi Tegangan/Kapasitas Daya Dukung Ijin Tanah
(Qa, qa) di Bawah Pondasi. Namun demikian, bagian utara bangunan atau sisi kiri
dan tengah bangunan jauh lebih rentan terhadap penurunan setempat (differential
settlement).

3. Detail dan Konfigurasi Tulangan Pondasi Telapak Individual dan Telapak Kombinasi
Sudah Memenuhi Kapasitas Nominal Gaya Geser dan Momen Lentur Pelat Tapak
Beton Bertulang yang Diperlukan.

Inspeksi No. 7
7. Rasio dan Luas Tulangan Longitudinal Terpasang Kolom Struktur, dan Asc
Catatan: Definisi
M Memenuhi
TM Tidak Memenuhi
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen
NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan
RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak
berfungsi sama sekali

M TM TI NF RB

22
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

7. Memenuhi Sebagian Besar kecuali Beberapa Bagian-bagian Kecil


dari Detail Pekerjaan. Jumlah Luas Tulangan untuk Semua Kom-
ponen Detail Sudah Memenuhi hanya Pekerjaan Detail/ Konfigurasi
Tulangan Geser dan Kait/Bengkokan Masih Kurang Memenuhi.

Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 7:


1. Jumlah Luasan Minimum Pembesian Utama (Tulangan Longitudinal) yang
ditentukan berdasarkan Nilai (Rasio Tulangan), Jumlah dan Luasan Minimum
Tulangan Transversal, Jumlah Luasan Tulangan MidBar, Jumlah Luasan Tulangan
Sudut dan Konfigurasi Detail Penulangan Kolom-kolom Sudah Memenuhi Ketentuan
dalam SNI-03-2847-2002 dan SNI-03-1726-2002.
2. Desain Kolom telah mengadopsi Konsep Desain Kapasitas untuk Menjamin Tidak
Terjadinya Keruntuhan Lantai Dasar akibat Gempa Lateral atau Mekanisme Lantai
Lemah (Weak Story Mechanisms).
3. Pekerjaan Detail/Konfigurasi Tulangan Geser dan Pembengkokan Kait Tulangan
Masih Kurang Memenuhi.

Sampel Luas Tulangan Kolom dan Balok pada Potongan Portal Bidang XZ

Gbr. 17. Potongan SG. X = 0.0 80.0 m, SG-Y = 25.0 27.0 m, SG. Z = - 0.3 13.0 m
REINFORCED CONCRETE
Project Poso City Mall to BS 8110
COUNCIL
REINFORCED CONCRETE Client Poso City Mall Made by Date Page
Project Poso City Mall to BS 8110
COUNCIL Location Base Columns Type K3 RMW 15 July 2015 92
Client Poso City Mall Made by Date Page SYMMETRICALLY REINFORCED RECTANGULAR COLUMN DESIGN,
BENT ABOUT TWO AXES TO BS 8110:1997 Checked Revision Job No
Location Base Columns Type K3 RMW 15 July 2015 91
Originated from RCC53.xl s' on CD 1999 BCA for RCC YS - R68
SYMMETRICALLY REINFORCED RECTANGULAR COLUMN DESIGN, BENT
ABOUT TWO AXES TO BS 8110:1997 Checked Revision Job No
N:M interaction chart: Mx' critical
Origi nated from RCC53.xls' on CD 1999 BCA for RCC YS - R68 800 x 800 column (h x b), grade C25, 40 mm cover
20000
MATERIALS
fcu 25 N/mm gm, steel 1.05 Cover to link 40 mm 18000 Mx min
KEY
fy 400 N/mm gm, conc 1.5 h agg 20 mm
16000
24R40
SECTION 14000
AXIAL LOAD, N, kN

h 800 mm 24R32
b 800 mm 12000
with 7 bars per 800 face X X 10000 24R25
and 7 bars per 800 face
ie. 800 x 800 columns with 24 bars 8000 24R20

6000
RESTRAINTS Top Btm 24R16
Lo (mm) Condition Condition Braced ? Le (mm) Slenderness Status 4000 3500
X-AXIS 3600 F F N 1.2 4320 Lex/h = 5.40 Column is 3000
2500
24R12
Y-AXIS 3600 F F N 1.2 4320 Ley/b = 5.40 SHORT 2000 0.1fcuAc
1000
500
0 0
LOADCASES AXIAL TOP MOMENTS (kNm) BTM MOMENTS (kNm) 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
N (kN) M ix M iy M ix M iy
Mx' kNm
B1 3500 90.0 25.0 90.0 25.0
B2 3000 80.0 60.0 80.0 60.0
Loadcase 3 1000 100.0 35.0 100.0 35.0 N:M interaction chart: My' critical
Loadcase 4 1200 50.0 150.0 50.0 150.0 800 x 800 column (h x b), moment about yy axis), Grade C25, 40 Cover
Loadcase 5 500 220.0 90.0 220.0 90.0 20000
Loadcase 6 2500 35.0 25.0 35.0 25.0
My min
18000
KEY
BAR ARRANGEMENTS BAR CENTRES (mm)
Bar Asc % Link 800 Face 800 Face Nuz (kN) Checks 16000
24R40
R 40 4.71 10 110 110 18299 ok
R 32 3.02 8 112 112 14284 ok
14000
24R32
R 25 1.84 8 113 113 11503 ok
12000
AXIAL kN

R 20 1.18 6 115 115 9935 ok 24R25


R 16 0.75 6 115 115 8931 ok 10000
R 12 0.42 6 116 116 8150 ok
8000 24R20
DESIGN MOMENTS (kNm) X AXIS Y AXIS COMBINED
K M add Mx M add My Axis M' REBAR max V * 6000
24R16
B1 0.000 0.0 90.0 0.0 25.0 X 108.6 24 R12 196.3
4000
B2 0.000 0.0 80.0 0.0 60.0 X 126.9 24 R12 195.3 24R12
Loadcase 3 0.000 0.0 100.0 0.0 35.0 X 132.4 24 R12 193.5 2000 0.1fcuAc
Loadcase 4 0.000 0.0 50.0 0.0 150.0 Y 195.6 24 R12 193.4 1200
Loadcase 5 0.000 0.0 220.0 0.0 90.0 X 306.7 No Fit 192.9 0 0
Loadcase 6 0.000 0.0 50.0 0.0 25.0 X 70.4 24 R12 196.6 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
My' kNm
SEE CHARTS ON NEXT SHEET

Gbr. 17.a-b. Sampel Perhitungan Kapasitas Tahanan Biaksial Kolom (Momen Lentur + Gaya Aksial) Tipe
K3/K3A (800x800 mm2, Astot = 24D22 mm)

23
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Gbr. 17. Inspeksi Pekerjaan Detail Tulangan Longitudinal, Tulangan Transversal, MidBar dan
Tulangan Sudut pada Kolom-kolom Lantai Dasar (Base/1st Floor)

Inspeksi No. 8
8. Luas Tulangan Longitudinal Terpasang Balok Struktur, Asb.

Catatan: Definisi
M Memenuhi
TM Tidak Memenuhi
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen
NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan
RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak
berfungsi sama sekali

M TM TI NF RB
8. Memenuhi.

Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 8:

24
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Jumlah Luas Tulangan Longitudinal, Jumlah dan Luasan Minimum Tulangan


Transversal, Jumlah dan Luasan Minimum Tulangan Torsi, Jumlah dan Luasan
Minimum Tulangan Sudut dan Konfigurasi Detail Penulangan Balok-balok Sudah
Memenuhi Ketentuan dalam SNI-03-2847-2002 dan SNI-03-1726-2002.

Gbr. 18.a. Rasio Penulangan Longitudinal Balok Ground Floor


yang Dihitung (ETABS 13.1.1.)
T ABLE: Co ncrete Co lu mn Summary - ACI 318-08
n

o
k

s
m
e

io

mb

m
b
rA
c

io

s
mb

rA

jo

o
e

r
n

in
a

ct

in
N

,m

a
/C

rC

rC
y

a
io

rB
e

M
a

M
R
e

o
S
l

a
b

s
o

B
r

A
M
e

n
n
a

M
u

tV

tV
t

jo

o
s
S

ig

e
L

A
t

S
iq

ig

id

in
M
t

Ma

M
A

A
s

P
s
n

or
e

P
U

C
e
D

mm mm mm mm mm mm/m mm/m
2 C80 826 K-46 0 D esign COM B4 2400 4669 584 584 COM B4 333.33 COM B4 500
2 C80 826 K-46 2175 D esign COM B4 2400 2400 300 300 COM B4 854.1 COM B4 663.98
2 C80 826 K-46 4350 D esign COM B4 2400 3406 426 426 COM B3 937.94 COM B4 663.98
2 C81 827 K-46 0 D esign COM B4 2400 2400 300 300 COM B4 333.33 COM B4 0
2 C81 827 K-46 2175 D esign COM B4 2400 2400 300 300 COM B4 333.33 COM B4 0
2 C81 827 K-46 4350 D esign COM B4 2400 2400 300 300 COM B4 333.33 COM B4 0
2 C82 828 K-55 0 D esign COM B4 2500 4444 555 555 COM B4 1133.41 COM B4 743.62
2 C82 828 K-55 2175 D esign COM B4 2500 2500 313 313 COM B4 1133.41 COM B4 743.62
2 C82 828 K-55 4350 D esign COM B4 2500 3369 421 421 COM B4 1133.41 COM B4 743.62
2 C83 829 K-55 0 D esign COM B4 2500 3312 414 414 COM B4 977.54 COM B4 416.67
2 C83 829 K-55 2175 D esign COM B4 2500 2500 313 313 COM B4 977.54 COM B4 416.67
2 C83 829 K-55 4350 D esign COM B4 2500 2500 313 313 COM B4 977.54 COM B4 416.67
2 C199 1028 K-77 0 D esign COM B4 4900 7708 963 963 COM B4 1616.03 COM B4 583.33
2 C199 1028 K-77 1900 D esign COM B4 4900 4900 613 613 COM B4 1609.06 COM B4 583.33
2 C199 1028 K-77 3800 D esign COM B4 4900 4900 613 613 COM B4 1602.08 COM B4 583.33
2 C200 1029 K-77 0 D esign COM B4 4900 7896 987 987 COM B4 2907.8 COM B4 1768.68
2 C200 1029 K-77 1900 D esign COM B4 4900 4900 613 613 COM B4 2907.8 COM B4 1768.68
2 C200 1029 K-77 3800 D esign COM B4 4900 4900 613 613 COM B3 2907.8 COM B4 1768.68
2 C208 902 K-88 0 D esign COM B4 6400 9804 1226 1226 COM B4 2920.7 COM B4 1885
2 C208 902 K-88 1900 D esign COM B4 6400 6400 800 800 COM B4 2920.7 COM B4 1885
2 C208 902 K-88 3800 D esign COM B4 6400 6400 800 800 COM B4 2920.7 COM B4 1885
2 C209 903 K-55 0 D esign COM B4 2500 4032 504 504 COM B4 924.01 COM B4 969.07
2 C209 903 K-55 2175 D esign COM B4 2500 2500 313 313 COM B4 924.01 COM B4 969.07
2 C209 903 K-55 4350 D esign COM B4 2500 3577 447 447 COM B4 924.01 COM B4 969.07
2 C210 904 K-55 0 D esign COM B4 2500 3740 467 467 COM B4 873.26 COM B4 936.63
2 C210 904 K-55 2175 D esign COM B4 2500 2500 313 313 COM B4 873.26 COM B4 936.63
2 C210 904 K-55 4350 D esign COM B4 2500 3174 397 397 COM B4 873.26 COM B4 936.63
2 C211 905 K-55 0 D esign COM B4 2500 2500 313 313 COM B4 534.51 COM B4 499.93
2 C211 905 K-55 2175 D esign COM B4 2500 2500 313 313 COM B4 534.51 COM B4 499.93
2 C211 905 K-55 4350 D esign COM B4 2500 2500 313 313 COM B4 534.51 COM B4 499.93
2 C215 1008 K-33 0 D esign COM B3 900 1350 169 169 COM B4 428.79 COM B4 250
2 C215 1008 K-33 2250 D esign COM B4 900 900 113 113 COM B3 427.36 COM B4 250
2 C215 1008 K-33 4500 D esign COM B4 900 900 113 113 COM B3 425.33 COM B4 250
2 C216 1009 K-33 0 D esign COM B4 900 957 120 120 COM B4 282.07 COM B4 250
2 C216 1009 K-33 2300 D esign COM B4 900 900 113 113 COM B4 282.07 COM B4 250
2 C216 1009 K-33 4600 D esign COM B4 900 900 113 113 COM B4 282.07 COM B4 250
2 C217 1010 K-33 0 D esign COM B3 900 1269 159 159 COM B3 286.3 COM B4 250
2 C217 1010 K-33 2300 D esign COM B4 900 900 113 113 COM B3 286.3 COM B4 250
2 C217 1010 K-33 4600 D esign COM B3 900 982 123 123 COM B3 286.3 COM B4 250
2 C219 1201 K-44 0 D esign COM B4 1600 2756 345 345 COM B3 452.6 COM B4 528.93
2 C219 1201 K-44 2175 D esign COM B4 1600 1600 200 200 COM B3 452.6 COM B4 528.93
2 C219 1201 K-44 4350 D esign COM B4 1600 1656 207 207 COM B3 452.6 COM B4 528.93
2 C220 1202 K-44 0 D esign COM B4 1600 2634 329 329 COM B4 333.33 COM B4 333.33
2 C220 1202 K-44 2175 D esign COM B4 1600 1600 200 200 COM B4 333.33 COM B4 333.33
2 C220 1202 K-44 4350 D esign COM B4 1600 1600 200 200 COM B4 333.33 COM B4 333.33
2 C229 1506 K-24 0 D esign COM B4 800 800 100 100 COM B4 166.67 COM B4 0
2 C229 1506 K-24 2250 D esign COM B4 800 800 100 100 COM B4 166.67 COM B4 0
2 C229 1506 K-24 4500 D esign COM B4 800 800 100 100 COM B4 166.67 COM B4 0
2 C230 1507 K-24 0 D esign COM B3 800 1028 128 128 COM B4 166.67 COM B4 0
2 C230 1507 K-24 2175 D esign COM B4 800 800 100 100 COM B4 166.67 COM B4 0
2 C230 1507 K-24 4350 D esign COM B4 800 800 100 100 COM B4 166.67 COM B4 0
2 C233 1532 K-88 0 D esign COM B4 6400 10219 1277 1277 COM B4 2435.73 COM B4 2397.73
2 C233 1532 K-88 1900 D esign COM B4 6400 6400 800 800 COM B4 2435.73 COM B4 2397.73
2 C233 1532 K-88 3800 D esign COM B4 6400 6400 800 800 COM B4 2435.73 COM B4 2397.73

Tabel 18.b. Luas Tulangan Longitudinal, Tulangan Geser, Tulangan Pengekang, dan Tulangan Sudut Kolom-kolom Lantai
1 (Base/1st Floor). Tabel diseleksi.

25
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Gbr. 18.c. Rasio Penulangan Longitudinal Balok 1st Floor


yang Dihitung (ETABS 13.1.1.)

Gbr. 18.c. Denah Konfigurasi Tulangan Balok Arah-X Lantai 1 (inset: sampel)

26
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Gbr. 18.d. Tampak Sisi Bawah Balok-balok Lantai 1, 300x1000 dan 400x1200 mm

Gbr. 18.e. Dimensi Balok dan Konfigurasi Penulangan (inset)

Inspeksi No. 9
9. Perkuatan Dinding Bata (Kolom Praktis dan Balok Horizontal Latei)

Catatan: Definisi
M Memenuhi
TM Tidak Memenuhi
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen
NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan
RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak
berfungsi sama sekali

M TM TI NF RB
9. Memenuhi.

27
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 9:


Konstruksi dinding bata dicekat dengan kolom praktis dan balok horizontal (latei) telah
diterapkan dalam pelaksanaan konstruksi dan telah Memenuhi Ketentuan dalam SKBI-
1987, SNI-03-2847-2002 dan SNI-03-1726-2002.

Confined Brick Wall Construction (Konstruksi Dinding Bata Tercekat)


Konstruksi dinding bata dicekat dengan kolom praktis dan balok horizontal (latei) terutama
untuk perkuatan (retrofit) guna mencegah kegagalan geser dinding tembok. Konstruksi ini juga
akan mencegah penjalaran keretakan
Kontruksi dinding pengisi yang terkekang pada
rangka struktural, kolom praktis dan balok latei

Balok Ring

Balok Latei/Lintel
Kolom Praktis

Gbr. 19. Konstruksi pengekangan dinding pasangan bata dengan kolom praktis, latei
dan angkur.

Gbr. 20. Pemeriksaan kuat belah batu-bata merah


dengan injakan bilamana fct min >
50 kg/cm 2 K50

28
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Gbr. 21.a-d. Konstruksi Dinding Bata


Tercekat (Confined Brick Wall) pada
Pekerjaan Partisi Ruangan dalam Proyek
Pembangunan Poso City Mall. Hal ini
merupakan penerapan prinsip konstruksi
yang baik sebab dapat mereduksi potensi
kegagalan geser dinding atau keruntuhan
dinding tembok akibat gempa lateral dan
mencegah penjalaran retak akibat settlement
dan defleksi dari komponen-komponen di sisi
atas dan terutama dari bawah dinding (pelat
dan fondasi).

Gbr. 20. Pemeriksaan kuat belah batu-bata merah

9.7.2) untuk menentukan Reaksi Tumpuan akibat


X I . KESIMPULAN
Beban-beban Bangunan pada
Berdasarkan pemeriksaan dan re-analisis atas 9 Perletakkan/Pondasi Cukup Memenuhi Ketentuan
komponen dalam prosedur analisis dan desain Kuat Layan dan Kuat Ultimit dalam SNI-03-
Bangunan Gedung Poso City Mall, disimpulkan 2847-2002, dan SNI-03-1726-2002. Kombinasi
bahwa: Pembebanan yang diterapkan telah cukup
1. Tebal minimum pelat lantai S1 (t=120 mm), dan realistik dalam mengakomodasi pembebanan
S2 (t=150 mm) sudah memenuhi ketentuan dalam ekstrim akibat respons percepatan maksimum
SNI-2847-2002. permukaan tanah zona 4 sebesar 0.34 g (belum
2. Detail dan Konfigurasi Tulangan Lantai tipe S1 pernah terjadi).
(t=120 mm), dan tipe S2 (t=150 mm) sudah 6. a. Bagian Kanan atau Sisi Selatan Bangunan
memenuhi ketentuan dalam SKBI-1987 dan SNI- (Segmen 3, Titik CPT No. 4) Mempunyai
2847-2002. Kapasitas Daya Dukung yang jauh lebih besar
3. Input Data dan Kombinasi Pembebanan Statik dari Daya Dukung di Segmen Tengah
dalam Aplikasi ETABS 9.7.2 sudah memenuhi (Segmen 2, Titik CPT No. 3) dan Segmen Kiri
ketentuan dalam PMI-83, SKBI-1987, SNI-03- (Segmen 1, Titik CPT No. 2) Blok Bangunan
2847-2002. Mall. Berdasarkan Uji Penetrasi Kerucut
4. Input Data dan Kombinasi Pembebanan Gempa Statik, Uji Mekanika/Fisika Tanah dan Sampel
dalam Aplikasi ETABS 9.7.2 sudah memenuhi Dimensi Tapak, Tegangan Ijin Tanah qallowable
ketentuan dalam SNI-03-1726-2002. pada kedalaman 0.00 4.00 meter di bawah
tapak pondasi pada segmen 1, segmen 2 dan
5. Kombinasi Pembebanan yang Diterapkan dalam segmen 3, masing-masing:
Aplikasi Analisis dan Desain Struktur (ETABS 62 89 kN/m2
83 89 kN/m2
29
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

89 910 kN/m2 Kait Tulangan Masih Kurang Memenuhi (lihat


b. Pemilihan Pondasi Telapak Individual, Gbr. Di bawah)
Pondasi Tapak Kombinasi dan Variasi Luasan
Tapak Cukup Dapat Mengakomodasi
Tegangan/Kapasitas Daya Dukung Ijin Tanah
(Qa, qa) di Bawah Pondasi. Namun demikian,
bagian utara bangunan atau sisi kiri dan tengah
bangunan jauh lebih rentan terhadap
penurunan setempat (differential settlement).
c. Detail dan Konfigurasi Tulangan Pondasi
Telapak Individual dan Telapak Kombinasi
Sudah Memenuhi Kapasitas Nominal Gaya
Geser dan Momen Lentur Pelat Tapak Beton
Bertulang yang Diperlukan. 8. Jumlah Luas Tulangan Longitudinal, Jumlah dan
7. a. Jumlah Luasan Minimum Pembesian Utama Luasan Minimum Tulangan Transversal, Jumlah
(Tulangan Longitudinal) yang ditentukan dan Luasan Minimum Tulangan Torsi, Jumlah
berdasarkan Nilai (Rasio Tulangan), Jumlah dan Luasan Minimum Tulangan Sudut dan
dan Luasan Minimum Tulangan Transversal, Konfigurasi Detail Penulangan Balok-balok
Jumlah Luasan Tulangan MidBar, Jumlah Sudah Memenuhi Ketentuan dalam SNI-03-2847-
Luasan Tulangan Sudut dan Konfigurasi 2002 dan SNI-03-1726-2002.
Detail Penulangan Kolom-kolom Sudah 9. Konstruksi dinding bata dicekat dengan kolom
Memenuhi Ketentuan dalam SNI-03-2847- praktis dan balok horizontal (latei) telah
2002 dan SNI-03-1726-2002. diterapkan dalam pelaksanaan konstruksi dan
b. Desain Kolom telah mengadopsi Konsep telah Memenuhi Ketentuan dalam SKBI-1987,
Desain Kapasitas untuk Menjamin Tidak SNI-03-2847-2002 dan SNI-03-1726-2002.
Terjadinya Keruntuhan Lantai Dasar akibat
Gempa Lateral atau Mekanisme Lantai Lemah
(Weak Story Mechanisms).
c.Pekerjaan Detail/Konfigurasi Tulangan Geser,
tulangan confined/cekat dan Pembengkokan
tangga darurat (emergency) pada sisi kanan bagian
belakang blok gedung.
XII. DISKUSI/REKOMENDASI
3. Bangunan cukup memenuhi keandalan dari segi
Berdasarkan Re-analisis atas Desain Struktur dan aksesibilitas dengan disediakannya ramp/lereng
Evaluasi Tahap Pelaksanaan Konstruksi di lapangan, untuk memudahkan pengidap disabilitas
secara umum disimpulkan: (penyandang cacat) memasuki area ruangan dalam
di lantai dasar dan juga disediakan travelator dari
1. Bangunan secara teknis mampu memikul beban-
lantai 1 ke lantai 2.
beban statik atau beban gravitas dan beban gempa
lateral secara penuh selama umur rencana 4. Fungsi supervisi/pengawasan atas pekerjaan beton
bangunan dan cukup andal secara struktural (sub- dan pendetailan tulangan kolom, balok dan pelat
structure maupun upper-structure). Dengan masih perlu diintensifkan.
demikian bangunan memenuhi keandalan dari segi
keamanan.
2. Bangunan cukup memenuhi keandalan dari segi
keselamatan pengguna dengan disediakannya
[5] Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1987 ...
REFERENSI Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung (SKBI-1.3.5.3-1987);
[1] Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan
[6] Standar Perencanaan Beton (SNI-03-2834-2002)
Gedung;
[7] Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
[2] PP no. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Bangunan Gedung (SNI-03-1726-2002)
Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan
[8] Adams, D,K., 2008,The Structural Engineers
Gedung;
Professional Training Manual, ISBN 0-07-159399-3,
[3] Permen PU no. 45 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
McGraw-Hill Companies.
Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
[9] Computers and Structures. (2010). Inc., CSI Analysis
[4] Permen PU no. 25 tahun 2008 tentang Pedoman Teknis
Reference Manual for SAP2000, ETABS and SAFE,
Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
Computer and Structures, Inc., Berkley, California.
(RISPK);

30
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

ANALISA KERETAKAN DINDING LANTAI TINGKAT BANGUNAN


GEDUNG PENGADILAN NEGERI POSO KLAS IB
.

Kata Kunci retak dinding, cracking, masonry infills cracking, pn poso

Obelhard O. Pandoyu1)
1)
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sintuwu Maroso

I. PENDAHULUAN III. ANALISA


Semua material bangunan mengalami perubahan Retak-retak dinding pasangan bata batu yang terjadi
volume sebagai respons terhadap perubahan pada 27 titik bangunan Gedung Kantor Pengadilan
temperatur dan kelembaban (kadar air). Perubahan Negeri Klas 1B Poso pada bulan Mei 2014 memiliki
volume material, deformasi elastik akibat beban- variasi dalam lebar dan pola keretakan. Mayoritas
beban, rangkak (creep), dan faktor-faktor lainnya keretakan merupakan retak mikro (micro crack)
mengakibatkan terjadinya pergerakan. Kekangan dengan lebar < 1.0 mm, beberapa termasuk kategori
terhadap pergerakan-pergerakan ini menimbulkan retak ringan dengan lebar 1.2 1.5 mm. Pola retak
tegangan di dalam bangunan yang berakibat pada bervariasi mulai dari pola vertikal, vertikal-ireguler,
terjadinya retak (crack). Dari sisi konstruksi, retak- vertikal diagonal dan diagonal. Berdasar itu, penyebab
retak yang pada mulanya dipicu oleh karakteristik retak dan faktor-faktor kontribusinya ada lebih dari
material bangunan akan menjadi lebih intensif dan satu. Menginvestigasi secara eksak penyebab retak-
lebih beresiko bilamana terdapat kelemahan- retak dinding ini bukanlah hal yang sederhana oleh
kelemahan tertentu dalam desain konstruksi. karena keterbatasan instrumen pengukuran dalam skala
sangat kecil (micro scale). Dari inspeksi visual selama
II. BATASAN MASALAH 2 minggu terakhir pada keseluruhan kerangka struktur
Oleh karena keterbatasan instrumen pengukur presisi kolom beton bertulang, balok girder, balok sloof, balok
maka semua indikasi keretakan dinding bata pada ring dan pelat lantai, tidak ditemukan indikasi yang
bangunan gedung Kantor PN Klas 1B Poso ini sangat mencolok (secara visual) yang dapat segera
dianggap hanya merupakan respons dari aksi gaya- menjadi pertanda (indikator) langsung dari penyebab
gaya yang bekerja di dalam bidang (in-plane wall), keretakan dinding bata. Karena tidak terdapat pola
bukan aksi gaya di luar bidang (out of plane wall) keretakan struktural yang signifikan pada komponen
sebagaimana yang mungkin disebabkan oleh gaya struktur maka dapat disimpulkan bahwa keretakan
gempa lateral. bukan pertama-tama bersifat struktural (non-
struktural).

Gbr. 1.a-b. Bentangan tengah (midspan) dan tepi (endspan) dari balok girder 35x65 cm, L = 10 m. Tidak
ditemukan indikasi yang mencolok (secara visual) berupa keretakan atau defleksi ekstrim dari
struktur pendukung pelat dan dinding ini (panel balok-pelat monolit Ruangan Hakim)

31
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Secara teknik struktur, dinding pasangan bata (masonry/brick-wall infilled frame) dan hanya
batu diklasifikasikan sebagai bukan komponen berkontribusi dalam menambah kekakuan rangka
struktural bangunan oleh karena tidak memikul struktural, terutama apabila bangunan mengalami
beban mati dan beban hidup bangunan. Dinding gerakan lateral atau horizontal akibat gempa bumi
pasangan bata batu dikategorikan sebagai dan getaran.
elemen pengisi rangka struktur kolom-balok

Gbr. 2. a-b. Bentangan tepi (endspan) dari balok 30x45 cm, L = 5 m, pendukung pelat lantai dan dinding bata pembatas
ruangan bagian Selatan Ruang Panitera Pengganti. Secara inspeksi visual tidak ditemukan indikasi yang sangat
mencolok berupa keretakan atau defleksi ekstrim pada balok, pertemuan (join) kolom-balok dan kolom beton bertulang.

Gbr. 3. a-b. Bentangan tengah (midspan) dan tepi (endspan) dari balok 30x45 cm, L = 5 m, pendukung pelat lantai dan
dinding bata pembatas ruangan bagian Utara Ruang Hakim. Secara inspeksi visual tidak ditemukan indikasi yang
sangat mencolok berupa keretakan atau defleksi ekstrim pada balok, pertemuan (join) kolom-balok dan kolom beton bertulang.

32
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Gbr. 4. a - c. Sistem dinding bata sisip/


dinding pengisi kerangka struktur (brick-wall
infilled frame) dengan tanpa celah ekspansi
pada konstruksi bangunan gedung
Kantor PN Poso.

Keterangan Gbr. 4.a-c:


= join (pertemuan) balok ring (atap)
dan sisi atas dinding dengan
tanpa celah ekspansi.

Pada sisi yang lain, dinding pengisi ini sangat transfer berat sendiri balok ring dan pelat atap
integratif dengan komponen struktural bangunan terutama apabila terjadi susut pembebanan
oleh karena dua situasi berikut ini: (creep) atau defleksi pada sistem balok-pelat
1. Dinding pengisi (= dinding pasangan bata
atap yang cukup besar sementara celah
batu) disupport/dipikul oleh balok-balok beton
ekspansi diantara dua komponen ini tidak
bertulang yang dicor secara monolit dengan
dapat mengakomodasi pergerakan (lihat Gbr.
pelat betonnya (lihat Grb. 5.a-c), dan,
4.a-c, Gbr. 7, Gbr. 8).
2. Melalui bidang sentuh pada sisi atas, dinding
pengisi (paling kurang sebagiannya) menerima

33
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Gbr. 5. a-c. Sistem kolom-balok-pelat lantai


monolitik sebagai konstruksi pendukung
dinding dan beban-beban lantai diatasnya.

Defleksi

Penurunan struktur pendukung dinding (sistem balok-pelat lantai monolitik)

34
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Defleksi

Defleksi

Gbr. 6.a-c. Retak dinding pasangan bata di sekitar bukaan pintu dan jendela karena deformasi
elastik dan creep yang menyebabkan penurunan struktur pendukung.

Pelat Lantai, t = 12 cm

Balok Ring 30x45 cm

Celah ekspansi = 0

Dinding Psg. Bata Batu

Lintel/Latei/Latio

Gbr. 7. Join (pertemuan) balok ring pelat monolitik dan sisi atas dinding dengan
bukaan lebar dan tanpa celah ekspansi horizontal (garis kuning putus-putus).

Celah ekspansi, baik horizontal maupun vertikal dapat kerangka struktur beton bertulang disarankan untuk
digunakan untuk mengakomodasi pergerakan akibat menempatkan celah ekspansi horizontal minimum
deformasi elastik, rangkak (creep), susut (shrinkage) inci (=6.4 mm) diantara struktur dan sisi atas dinding.
dan mencegah retak, khususnya untuk dinding bata Celah ekspansi dapat diisi dengan mortar lentur atau
dengan lebar lebih dari 5 meter. Untuk dinding bata styrofoam.
sisip (brick infill) dengan bentangan lebih dari pada

Celah di

35
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Balok Struktur

Dinding non-struktur

Bukaan Pintu

Kolom Struktur

Gbr. 8. Join (pertemuan) balok struktur dan sisi atas dinding dengan
bukaan dan celah ekspansi horizontal (garis kuning putus-putus).

Klasifikasi Penyebab Utama, Penyebab Minor 3. Deformasi elastik sistem balok-pelat lantai
dan Faktor Kontribusi akibat peningkatan beban mati lantai.
Faktor fundamental dalam kasus keretakan dinding ini Penyebab Minor:
tidak lain daripada terlampauinya kapasitas tegangan 1. Susut volume atau susut pengeringan
tarik (tensile-strength) dinding bata (spesi mortar (shrinkage) spesi semen atau mortar.
maupun batu bata) dalam memikul aksi beban luar
berupa tegangan tekan, tarikan dan kombinasi tarikan- Faktor Kontributif:
lenturan. Penyebab utama dari keretakan dinding 1. Perkuatan dinding lemah akibat ketiadaan atau
adalah susut akibat pembebanan (creep), deformasi akibat kurang memadainya rangka perkuatan
elastik atau pelenturan pelat beton bertulang bawah
kolom praktis latei/lintel pada bukaan-bukaan
dinding dan pembebanan yang ditransfer dari balok
ring-pelat atas. Penyebab minor adalah drying (pintu dan jendela).
shrinkage (susut kering). Sedangkan faktor yang
berkontribusi pada keretakan adalah dinding lemah 2. Kesalahan Konfigurasi Pendetailan, terutama
karena perkuatan kolom praktis dan balok latei kurang pendetailan lapis tulangan pelat
memadai.

Faktor Fundamental: Defleksi Beton Pelat Lantai-Balok Monolitik


Terlampauinya kapasitas tegangan tarik- Pendukung Dinding akibat Proses Creep
langsung (direct tensile-strength) dan tegangan (Rangkak)
tarik-lentur (flexural tensile-strength) dinding Rangkak (creep) adalah peningkatan regangan material
bata (spesi mortar maupun batu bata) dalam (beton) terhadap waktu akibat beban yang bekerja dan
memikul aksi beban luar berupa tegangan menyebabkan kontraksi (pengerutan) volume pelat
tekan, aksi tarikan dan kombinasi aksi tarikan- beton. Penyebab creep (rangkak) ada dua, sbb:
lenturan. 1. Pertambahan beban mati yang bekerja di atas
pelat oleh karena pemasangan lantai keramik.
Penyebab Utama: Berat spesi mortar (adukan semen) dan berat
1. Defleksi beton pelat lantai-balok monolit
keramik granito dengan berat satuan 45-50
pendukung dinding akibat proses rangkak
kg/m2 ;
(creep);
2. Transfer beban mati dari berat balok ring-pelat 2. Mutu pelaksanaan beton kurang baik karena
monolitik atas dinding, dan faktor air semen (fas) yang terlalu besar (FAS

36
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

> 0.60) menyebabkan peningkatan poripori meningkatkan workabilitas beton namun


(rongga) beton. Karena tidak menggunakan mengurangi kekuatannya karena terjadi
vibrator pada saat pengecoran pelat dan balok peningkatan ukuran dan jumlah pori-pori
maka para pekerja cenderung menambahkan dalam beton (pori-pori pertama-tama diisi oleh
air ke dalam adukan beton segar untuk air berlebih, namun air berlebih akan menguap
mendapatkan campuran yang lebih encer agar sejalan waktu dan terbentuk rongga-rongga
workabilitas (sifat mudah dikerjakan) mikro dalam beton).
meningkat. Hal ini memang akan

Gambar 9. Skematik creep (rangkak) dan drying shrinkage (susut


kering). Rangkak disebabkan oleh pertambahan beban

Transfer Beban Mati dari Berat Balok Ring-


Pelat Monolitik Atas Dinding
Pembebanan berarah vertikal yang ditransfer dari
berat balok ring-pelat lantai monolitik melalui
kontak atas dinding melampaui kapasitas geser
dinding pasangan bata, baik kekuatan spesi mortar
maupun kekuatan batu bata. Ini dikategorikan
sebagai beban berlebih.

Tekanan akibat berat balok


ring-pelat lantai monolitik

Gambar 10. Mekanisme retak krn beban berlebih.


Dinding bata mengalami
tekanan (kompresi) vertikal yang
melampaui kekuatan geser
lapisan spesi mortar antar bata ataupun
kekuatan bata itu sendiri dan
Spesi mortar mengakibatkan tegangan tarik
horizontal yang menimbulkan retak
vertikal atau campuran vertikal diagonal

37
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Reaksi vertikal

Deformasi Elastik akibat Peningkatan Beban tentu saja akan menjadi lebih fleksibel
Mati Lantai terhadap peningkatan beban diatasnya,
Komponen struktural bangunan mengalami dengan kata lain struktur tersebut mudah
deformasi elastik akibat beban mati dan melendut. Merujuk pasal 11.5.3 SNI-03-2847-
beban hidup. Apabila sistem struktur balok- 2002 (lihat Tabel 1), bila tidak ada langkah
pelat lantai beton bertulang memiliki bentang pencegahan khusus, lendutan izin maksimum
yang relatif panjang (panel pelat tengah maks hanya sebesar L/480 = 10000/480 =
bangunan gedung Kantor PN Poso memiliki 20.83 mm.
lebar 10.0 meter maka sistem struktur itu

Tabel 1. Lendutan Izin Maksimum menurut SNI-03-2847-2002

Perhitungan Defleksi Teoretis akibat


Pembebanan Bangunan
Defleksi maksimum pelat lantai beton direduksi dari fc = 18.6 MPa ( K225)
bertulang sebelum pekerjaan pemasangan menjadi batas bawah kekuatan karakteristik
lantai dihitung dengan aplikasi SAFE v12 yang berkisar fc=12 MPa ( K147) untuk
(lihat Gbr. 12.a) sebesar maks = 15.81 mm. menghindari over-estimasi kekuatan material.
Dalam pemodelan struktur dengan aplikasi Rumus untuk menghitung defleksi lantai
SAP2000 v16, ETABS v13 dan SAFE v12 akibat pembebanan yang bekerja diberikan
kekuatan karakteristik lantai beton bertulang sebagai,

Struktur balok-pelat beton mengalami pelenturan deformasi elastik

Gambar 11. Pelenturan (deformasi elastik) struktur


pendukung akibat peningkatan beban lantai

38
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Namun untuk ketepatan analisis penulis dan SAFE v12.


menggunakan program aplikasi ETABS v13

Gbr. 12.a. Defleksi maksimum pelat lantai sebelum pemasangan lantai keramik yang terjadi pada
panel tengah ruang Hakim sebesar 15.81 mm (ETABS v13 dan SAFE v12).

Sesudah pemasangan lantai keramik, terjadi ruangan kantor (wL = 250 kg/m2) dan beban
peningkatan beban mati lantai beton dan mati tambahan wL = 50 kg/m 2 bekerja secara
defleksi maksimum lantai menjadi maks = penuh sesuai standar pembebanan ultimit
17.32 mm. Selanjutnya dicoba pula dalam Standar Nasional Indonesia (SNI), wU
kombinasi pembebanan puncak lantai apabila = 1.2wD + 1.6wL.
beban hidup per satuan luas untuk standar

39
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Gbr. 12.b. Defleksi maksimum pelat lantai sesudah pemasangan lantai keramik. maks = 17.32 mm
(ETABS v13 dan SAFE v12)

Berdasarkan kombinasi pembebanan hanya merupakan defleksi yang disebabkan


maksimum wU = 1.2wD + 1.6wL untuk jenis oleh bekerjanya beban mati dan beban hidup
peruntukkan bangunan perkantoran (wLL = bangunan, dan belum termasuk deformasi
250 kg/m 2), defleksi maksimum pelat lantai yang dipengaruhi oleh proses susut
beton bertulang akan mencapai angka (shrinkage) dan mekanisme rangkak (creep).
teoretis sebesar maks = 26.70 mm. Nilai ini

40
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Gbr. 12.c. Defleksi maksimum pelat lantai akibat kombinasi pembebanan ultimit menurut SNI. .
maks = 26.70 mm (ETABS v13 dan SAFE v12)

Pengaruh Konfigurasi Pendetailan Tulangan dalam Peningkatan Fleksibilitas (Kelenturan)


Pelat Lantai

Gbr. 13. Gambar Potongan melintang bangunan gedung kantor PN Klas 1B Poso

41
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Gbr. 14. Denah konfigurasi balok-balok struktural pada bangunan gedung kantor PN Klas 1B Poso

42
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Gbr. 15. Pekerjaan pemasangan/pendetailan tulangan balok dan pelat pada konstruksi
bangunan gedung kantor PN Klas 1B Poso, September 2013. Nampak dalam gambar
tersebut, jarak spasi lapis tulangan bawah secara umum sudah memenuhi yang
dibutuhkan (sesuai perhitungan, smaks = 15 cm), namun jarak spasi lapis tulangan atas
untuk daerah momen tumpuan arah bentang pendek kurang memenuhi.

= 5.0 m

= 10.0 m

Gbr. 16. Skem atik momen lapangan arah X dan arah Y (Mly, Mlx) dan momen tumpuan arah X
dan arah Y (Mty, Mtx)

Tabel 2. Spreadsheet perhitungan tulangan pelat panel interior dengan 4 sisi tumpuan balok
As perlu = perlu . b . d
2
Arah Mu Mn Rn=Mn/bd r perlu cek r As perlu tul.pakai As ada As ada>Asperlu
kNm kNm N/mm2 > min mm2 (mm) s (mm)
x ( lap ) 5.16 6.4526875 0.807 0.00336 0.003361 336 10 200 393 ok
y ( lap ) 4.34 5.4202575 0.542 0.00226 0.0025 250 10 250 314 ok
x ( tump ) 12.18 15.2283425 1.523 0.00635 0.006345 635 10 110 714 ok
y ( tump ) 11.15 13.937805 1.394 0.00581 0.005807 581 10 125 628 ok

43
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Berdasarkan analisis pelat lantai dua arah cm, dan semua jarak spasi lapis tulangan
(two-way slab) dengan menggunakan metoda atas diberikan stul.a = 15/20 cm, padahal
koefisien momen maka momen tumpuan berdasarkan perhitungan, momen pelat
arah bentang pendek Mtx (Lx = 5.00 meter) maksimum yang terdapat pada lapis tulangan
menghasilkan nilai momen nominal Mn = atas di daerah tumpuan arah-X
15.22 kNm. Dalam detail penulangan dari membutuhkan spasi sebesar stul.a = 10-11
konsultan perencana semua jarak spasi lapis cm.
tulangan bawah diberikan sebesar stul.b = 15

Project Laporan Inspeksi Teknis Gedung Kantor PN Poso


Project Laporan Inspeksi Teknis Gedung Kantor PN Poso REINFORCED CONCRETE COUNCIL Location Lantai 2 - Panel Interior 10x5 m2 F to G: 1 to 2
Client Kant or PN Klas 1B Poso Made by Date Page
2-WAY SPANNING INSITU CONCRETE SLABS to BS 8110:1997 (Table 3.14) Made by Yoppy Soleman Job No 01/PT/V/2014
Location Lantai 2 - Panel Interior 10x5 m2 F to G: 1 to 2 Yoppy Soleman 29 Mei 2014 1
2-WAY SPANNING INSITU CONCRETE SLABS to BS 8110:1997 ( Table 3.14) Checked Revision Job No Originated from RCC94.xls on CD 1999 BCA for RCC Date 29 Mei 2014
Originated from RCC94.x ls on CD 1999 BCA for RCC YS 0 01/PT/V/2014

DIMENSIONS MATERIALS STATUS VALID DESIGN


gc = 1.50
short span, lx
long span, ly
m
m
5.00
10.00
fcu N/mm 15
fy N/mm 240 gs = 1.05
F
Edge 1
G
APPROXIMATE WEIGHT of REINFORCEMENT
h mm 120 Density kN/m 23.6 1
Top cover mm 15 (Normal weight concrete) Plan

Lx = 5 m
Edge 4

Edge 2
Btm cover mm 15
LOADING characteristic EDGE CONDITIONS
SUPPORT WIDTHS GRIDLINE 1 G 2 F
Self weight kN/m 2.83 Edge 1 C C = Continuous
Ext ra dead kN/m 0.63 Edge 2 C D = Discontinuous Ly = 10 m (mm) WIDTH 300 300 300 300
Total Dead, gk kN/m 3.46 gf = 1.40 Edge 3 C
Imposed, qk kN/m 2.50 gf = 1.60 Edge 4 C 2
Design load, n kN/m 8.85 See Figure 3.8 and clauses 3.5.3.5-6 Edge 3
TOP STEEL Type Dia Spacing No Length Unit wt Weight
SHORT LONG EDGE 1 EDGE 2 EDGE 3 EDGE 4 BS8110
MAIN STEEL SPAN SPAN Continuous Continuous Continuous Continuous Ref erence Across grid 1 R 10 @ 100 97 1250 0.617 74.8
s 0.048 0.024 0.063 0.032 0.063 0.032 Table 3.14
M kNm/m 10.5 5. 3 14.0 7. 1 14.0 7. 1 Across grid G R 10 @ 200 24 2500 0.617 37.0
d mm 100. 0 90.0 100.0 90.0 100.0 90.0
k' 0.156 0.156 0.156 0.156 0.156 0.156 Across grid 2 R 10 @ 100 97 1250 0.617 74.8
k 0.070 0.044 0.093 0.058 0.093 0.058
Z mm 91.5 85.4 88.2 83.7 88.2 83.7 3.4.4.4
As req mm/m 503 272 695 370 695 370 Across grid F R 10 @ 200 24 2500 0.617 37.0
As min mm/m 288 288 288 288 288 288 Table 3.25
As deflection mm/m 517 280 ~ ~ ~ ~
mm 10 10 10 10 10 10
Layer B1 B2 T1 T2 T1 T2 Along grid 1 R 10 @ 250 5 #N/A 0.617 #N/A
@ mm 150 275 100 200 100 200
As prov mm/m 524 286 785 393 785 393 Along grid G R 10 @ 250 10 #N/A 0.617 #N/A
= % 0.524 0.317 0.785 0.436 0.785 0.436 %
S max mm 310 280 310 280 310 280 Clause Along grid 2 R 10 @ 250 5 #N/A 0.617 #N/A
Subclause (a) (a) (a) (a) (a) (a) 3.12.11.2.7
DEFLECTION Along grid F R 10 @ 250 10 #N/A 0.617 #N/A
fs 154 152 142 151 142 151 Eqn 8
Mod factor 1.931 Eqn 7
Perm L/d 50.21 Actual L/ d 50. 00 As enhanced 2.9% for def lection control Table 3.10
Torsion bars R 10 0 0 0.617 0.0
TORSI ON STEEL BOTH EDGES DISCONT INUOUS ONE EDGE DISCONTINUOUS
mm 10 X Y X Y
As req mm/m 5000 377 288 3.5.3.5
As prov T mm/m 5000 5000 5000
Additional As T req mm/m 0 0 0 0
As prov B mm/m 524 286 524
Bottom steel not curtailed in edge str ips at free edges
286
BOTTOM STEEL
SUPPORT REACTI ONS (kN/m char uno) (See Figure 3.10) Sum vx = 1.000 Table 3.15
Short span - middle R 10 @ 150 50 4150 0.617 127.9
EDGE 1 EDGE 2 EDGE 3 EDGE 4 Sum vy = 0.667
1, F-G G, 2-1 2, F-G F, 2-1 equations
edges R 10 @ 150 16 5300 0.617 52.3
v
Dead kN/m
0.500
8. 66
0.333
5.77
0.500
8.66
0.333
5.77
19 & 20
Long span - middle R 10 @ 275 14 8150 0.617 70.3
Imposed
Vs
kN/m

kN/m
6. 25
22.1
4.17
14.7
6.25
22.1
4.17
14.7
edges R 10 @ 275 4 10300 0.617 25.4
OUTPUT/SUMMARY
SHORT LONG EDGE 1 EDGE 2 EDGE 3 EDGE 4
PROVIDE SPAN SPAN 1, F-G G, 2-1 2, F-G F, 2-1
MAIN STEEL R10 @ 150 B1 R10 @ 275 B2 R10 @ 100 T1 R10 @ 200 T2 R10 @ 100 T1 R10 @ 200 T2 SUMMARY
ADDITIONAL 0 CORNER 2 CORNER 3 CORNER 4 Reinforcement density (kg/m) #N/A Total reinforcement in bay (kg) #N/A
TORSI ON STEEL 0 G1 G2 F2
X direction 0 placed in edge strips
Y direction 0

CHECKS BAR SINGLY MIN MAX GLOBAL


Lx > Ly < COVER REINFORCED SPACING SPACING DEFLECTION ST AT US
OK OK OK OK OK OK VALID DESIGN

Penyebab Minor: Susut volume atau susut


pengeringan (shrinkage) spesi semen atau
mortar.
Susut yang terjadi sesudah beton, spesi atau
mortar mengeras adalah kontraksi atau
pengurangan volume akibat penguapan.
Berdasarkan fakta yang ditemukan bahwa
mayoritas keretakan adalah menembus pada
dua sisi maka faktor susut pengeringan
pastilah bukan merupakan faktor utama
dalam keretakan dinding bata atau hanya
merupakan faktor minor. Dua hal yang
mempengaruhi besarnya susut pengeringan
ini adalah:
- Proporsi dan mutu agregat
- Kadar Air

44
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Gbr. 18. Hubungan susut pengeringan


(drying shrinkage) menurut berbagai standar teknik

Gbr. 17. Karakteristik susut pengeringan (drying


shrinkage) pada plesteran/acian tembok bata dibangun pada zona gempa 3 6, luasan
maksimum bidang dinding yang harus
Perkuatan dinding lemah akibat diperkuat pengaku dari kolom praktis dan
ketiadaan atau akibat kurang balok lintel adalah 6.0 m 2, dan secara umum
memadainya rangka perkuatan kolom bidang dinding harus diperkuat pengaku
praktis latei/lintel pada bukaan-bukaan kolom praktis dan balok lintel minimal untuk
(pintu dan jendela). luasan > 12.0 m2. Ketiadaan balok lintel dan
Salah satu faktor yang berkontribusi pada kolom praktis sebagai pengaku dinding
keretakan adalah pelemahan dinding akibat berkontribusi dalam panjang penjalaran
tidak digunakannya kolom pengaku (kolom vertikal retak beton. Pemasangan balok lintel
tulangan praktis) dan balok latei (lintel/latio dan kolom praktis secara memadai
beam) secara memadai untuk luasan bidang, sangat penting dalam mencegah tidak
A = 7.5 x 4.0 = 30.0 m 2. Untuk dinding yang hanya

L = 7.5 m

h = 4.0 m

Gambar 19. Dinding pembatas ruangan sisi Timur Ruang Panitera Pengganti. Garis
merah putus-putus menyatakan zona retak45vertikal ireguler.
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Balok Ring Balok Latei

Gambar 20. Skematik penempatan ringbalk, kolom praktis dan balok latei (lintel, latio) untuk perkuatan
bidang dinding

6. Faktor Kontributif yang sangat fundamental


IV. K ESIMPULAN dalam keretakan dinding adalah perkuatan
dinding lemah akibat ketiadaan atau akibat
1. Keretakan dinding bata pada 27 titik pada
kurang memadainya rangka perkuatan kolom
konstruksi bangunan gedung Kantor PN Klas
praktis latei/lintel pada bukaan-bukaan
1B Poso sangat berkaitan dengan struktur
(pintu dan jendela), dan distorsi dalam
pendukung atau penyokong bangunan yaitu
standar pekerjaan beton.
sistem balok-pelat lantai monolitik.
7. Penyebab poin 6 adalah ketidaklengkapan
2. Pola-pola keretakan dinding berhubungan
atau tidak tersedianya gambar desain dan
dengan mekanisme gaya tarik (tensile force)
detail konfigurasi penulangan dari konsultan
dan tarik-lentur (flexural-tensile force).
perencana.
3. Faktor Fundamental dalam keretakan dinding
adalah terlampauinya kapasitas tegangan
tarik-langsung (direct tensile-strength) dan V. REKOMENDASI:
tegangan tarik-lentur (flexural tensile-
strength) dinding bata (spesi mortar maupun 1. Untuk menjamin keamanan dan keselamatan
batu bata) dalam memikul aksi beban luar struktur selama umur rencana pemakaian 25
berupa tegangan tekan, aksi tarikan dan tahun maka harus dilakukan perkuatan
(retrofitting) dinding susunan batu bata yang
kombinasi aksi tarikan-lenturan.
mengalami retak-retak dengan menggunakan
4. Penyebab Utama keretakan dinding ada tiga, kolom tulangan praktis dan balok latei/latio.
yaitu: 2. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
- Defleksi beton pelat lantai-balok monolit keretakan dinding atau komponen struktural
pendukung dinding akibat proses rangkak lainnya pada tahapan pembangunan
(creep); berikutnya, kontraktor pelaksana dan
- Transfer beban mati dari berat balok ring- konsultan harus meningkatkan mutu proses
pembuatan beton melalui perbaikan suplai
pelat monolitik atas dinding, dan,
agregat kasar split (kricak), agregat halus
- Deformasi elastik sistem balok-pelat lantai (pasir), kontrol faktor air semen, pemakaian
akibat peningkatan beban mati lantai. mesin getar (vibrator) dan kontrol proses
5. Penyebab Minor dalam keretakan dinding penuangan/pemadatan.
adalah susut volume atau susut pengeringan
(shrinkage) spesi semen atau mortar.

46
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

3. Harus diadakan asistensi dan pemeriksaan pengelola teknis/tim teknis sebelum dibuat
gambar desain dan gambar detail konfigurasi persetujuan gambar desain.
tulangan dari konsultan perencana oleh

[5] Permen PU no. 6 tahun 2007 tentang Pedoman Umum


REFERENSI Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
[1] Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan [6] Permen PU no. 25 tahun 2008 tentang Pedoman Teknis
Gedung; Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
[2] Undang-undang no. 26 tahun 2007 tentang Penataan (RISPK);
Ruang; [7] Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1987 ...
[3] PP no. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (SKBI-1.3.5.3-1987);
Gedung; [8] Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
[4] Permen PU no. 45 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Bangunan Gedung (SNI-03-1726-2002)
Pembangunan Bangunan Gedung Negara; .

47
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

PENILAIAN KEANDALAN, ANALISIS KOMPONEN DAN


REKOMENDASI PENANGANAN BANGUNAN KANTOR PERTANAHAN
KABUPATEN POSO
Orva Elisabeth Wuon1)
1)
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sintuwu Maroso

Kata Kunci keandalan bangunan, kantor pertanahan poso, analisa komponen bangunan

I. PENDAHULUAN keandalan bangunan Kantor Badan Pertanahan


Kabupaten Poso, sbb.

Berdasarkan hasil peninjauan dan visual screening tim


Fakultas Teknik Unsimar Poso pada tanggal 18 dan 19 II. INTERPRETASI TINGKAT K EANDALAN
Agustus 2012, dibawah ini diberikan hasil penilaian BANGUNAN

Struktural (berdasarkan tinjauan tim teknis Bidang Cipta Karya Dinas P.U. Poso)
Sub Sistem Persentase Klasifikasi Tingkat
No. Struktural Tingkat Kerusakan, Rencana Penanggulangan
Kerusakan Komentar
1. Kuda-kuda atap 35% Kerusakan sedang
disebabkan penurunan
kualitas material karena Rehabilitasi sedang
usia, pembebanan dan
pengaruh cuaca

2. Rangka Plafon dan 60% Kerusakan sedang


disebabkan penurunan
lapis penutup seng kualitas material karena Rehabilitasi sedang-berat
usia pemakaian,
temperatur dan pengaruh
kelembaban
3. Pondasi 25% Kerusakan ringan
disebabkan penurunan
tanah dasar, akibat Rehabilitasi ringan-sedang
pembebanan dan pengaruh
kelembaban

4. Dinding tembok 40% Kerusakan sedang


disebabkan penurunan
Bata kualitas material akibat Rehabilitasi sedang
usia, pembebanan dan
pengaruh cuaca

5. Kolom Beton 50% Kerusakan sedang akibat


penurunan tumpuan,
Bertulang dan Sloof penurunan kualitas Rehabilitasi sedang
material akibat usia,
pembebanan dan pengaruh
cuaca

Kerusakan sedang-berat,
kualitas kayu kurang baik
Kusen Pintu dan Penggantian pada sebagian besar
6. 65% dan penurunan kualitas
kusen pintu dan jendela
Jendela material akibat usia dan
pengaruh kelembaban
Kerusakan ringan akibat
penurunan tanah dasar,
keretakan, erosi, Rehabilitasi ringan
7. Lantai 25% penurunan kualitas
material akibat usia dan
pemakaian (aus)

Sistem Proteksi Gempa (Merujuk standar SNI-1726-2002, Zona 4)

48
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Sub Sistem Estimasi


No. Ketahanan Gempa Tingkat Komentar Rencana Penanggulangan
Ketahanan
Gempa
1. Pondasi Tanah dasar Kurang andal dalam Perkuatan fondasi (strengthening
dianggap cukup menahan beban gempa
and retrofitting)
keras tetapi
struktur pondasi
kurang
memenuhi
2. Dinding Bata Tidak Pada semua bukaan pintu Perkuatan dinding (strengthening and
dan jendela tidak retrofitting) menggunakan balok lintel
memenuhi ditemukan perkuatan balok
lintel dan telah terjadi
karbonasi lapisan plesteran
akibat usia bangunan,
dekomposisi material dan
kelembaban
3. Kolom Beton Sebagian Tidak menggunakan Perkuatan kolom (strengthening and
pendetailan struktur tahan retrofitting) dengan membuang
Bertulang Besar Tidak gempa bagian rusak, melapis beton lama,
memenuhi menambah detail tul. longitudinal dan
tul. geser, memperbesar dimensi
beton
Sisi belakang dan depan Perkuatan balok sloof dan balok ring
4. Balok Sloof dan Sebagian bangunan mengalami
Balok Ring Besar Tidak kelembaban tinggi atau
(strengthening and retrofitting)
karbonasi dan balok sloof dengan standar proteksi gempa
memenuhi tidak didesain dengan mengacu pada UU BG No.28/2008
ketebalan selimut 40 mm dan SNI-1726-2002
5. Join Balok-Kolom Tidak Tidak menggunakan detail Perkuatan join (strengthening and
penulangan tahan gempa retrofitting) dengan pendetailan
dan Sambungan memenuhi
tulangan join balok-kolom
Dinding
Sistem Proteksi Kebakaran ( (Merujuk Permen Pu No. 25/2008 tentang RISPK)
Sub Sistem Proteksi Estimasi
No. Kebakaran Tingkat Komentar Rencana Penanggulangan
Ketahanan
thd. Bahaya
Kebakaran
1. Jenis material Kurang Kusen pintu dan jendela Konstruksi rangka atap menggunakan
(bukaan-bukaan), kuda- material baja ringan dengan plafon
konstruksi bangunan memenuhi, kuda dan rangka plafon asbes atau gypsum
rentan serta plafon terbuat dari
material kayu yang mudah
mengalami terbakar
kebakaran
2. Alat Pemadaman
Tidak ada alat pemadaman
Api Ringan (Tabung Tidak ada api ringan (tabung APAR) Pengadaan
APAR)
Utilitas
Sub Sistem Utilitas Persentase Keterangan
No. Tingkat Tingkat Rencana Penanggulangan
Kekurangan Kekurangan
1. Kamar mandi/WC 50% Satu dari 2 kamar
mandi/WC dalam keadaan
rusak
Rehabilitasi 1 unit KM/WC
2. Sarana air bersih 0% - -
Rusak Ringan
3. Sarana pembuatan 20%
air kotor (limbah) Perbaikan saluran, pengerukan,
penambalan keretakan
- -
4. Septic Tank 0%
5. Listrik 0% - -

Arsitektural
Sub Sistem Persentase Klasifikasi Tingkat

49
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

No. Arsitektural Tingkat Kekurangan Rencana Penanggulangan


Kekurangan
1. Luas Total Blok Luasan Total Kantor
Bangunan Kantor 20% Utama 515.0 m 2 kurang Perluasan bangunan
memenuhi standar luas (penambahan ruangan untuk
ruangan kantor,maka
diperlukan penambahan
penyimpanan arsip dan
ruangan terutama untuk gudang) 103 m 2.
penyimpanan arsip dan
gudang
103 m2
2. Ukuran Ruangan 0% Ukuran ruangan cukup Rasio luas ruangan terhadap
memenuhi persyaratan
minimal sebesar 9.6-10,0 jumlah pegawai sudah
m2/staf, dsb. memenuhi
3. Luas Halaman, 0% Luas halaman dan parkir Luas halaman parkir
memenuhi
Parkir kendaraan sudah memenuhi
4. Elevasi 0 cm Elevasi lantai agak rendah -
tetapi masih memenuhi
Lantai Bangunan

penurunan diferensial (penurunan fondasi yang


tidak merata) yang signifikan yang diobservasi.
Juga dapat diobservasi bahwa mutu pelaksanaan
III. ANALISA konstruksi blok bangunan pertama yang didirikan
pada tahun 1983 secara umum baik, tetapi mutu
Bangunan Kantor Pertanahan Kabupaten Poso konstruksi bangunan kedua (blok bangunan
merupakan konstruksi permanen susunan tembok kanan) yang dibangun pada tahun 2000 kurang
bata batu (brick masonry building) dan rangka baik atau dibawah standar. Demikian pula karena
kayu dengan tanpa perkuatan kolom beton bangunan blok pertama telah mendapatkan
bertulang praktis pada sebagian besar bidang perawatan ringan yang bersifat rutin selama masa
vertikal, ringbalk dan balok lintel, kecuali pada pemakaian 29 tahun, maka umumnya komponen
dinding bagian Timur dan Barat terdapat kolom finishing (cat) dan kusen pintu/jendela pada
praktis untuk menopang konstruksi sayap rak sebagian besar dinding sebelah dalam dalam
bagian bawah. Luas lantai bangunan utama (35,00 kondisi cukup baik. Tetapi pada ketinggian 0 30
x 13,00) + (5,00 x 12,00) = 515,00 m2 dan cm dinding sebelah luar mengalami kerusakan-
bangunan tambahan kanan (2,00 x 24) = 48,00 m2. kerusakan yang dipicu oleh kelembaban dan
Bangunan dikonstruksi pada 1983, maka infiltrasi air, yaitu selimut pecah, retak sambungan
berdasarkan standar umur rencana bangunan dinding sayap, berkembangnya lumut/jamur dan
permanen, secara teknis bangunan akan mencapai pengapuran lapisan plesteran.
batas minimum usia pakai pada 2003 dan
maksimum pada tahun 2033 (standar umur Berbeda dengan blok bangunan pertama yang
rencana bangunan permanen minimum 20 Tahun dibangun 19 tahun sebelumnya, kondisi blok
dan maksimum 50 Tahun menurut SKBI-1987, bangunan kanan terutama bermasalah dikarenakan
SKSNI-1991, SNI-2002, PP No. 36/2005 dan mutu konstruksi yang kurang baik. Akibat
Permen PU No. 48/2007). penggunaan material terutama jenis kayu yang
bermutu rendah, maka sebagian besar kusen pintu
Bangunan kantor utama terletak di atas tanah alas dan jendela, plafon dan tiang kayu sudah
fondasi jenis tanah medium (kepadatan sedang), mengalami dekomposisi atau lapuk.
dan relatif cukup homogen sehingga tidak ada
Di bawah ini diberikan kajian teknis dan visual
screening atas beberapa komponen bangunan.

50
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Topik 1 : Retak non-struktural dinding sayap, retak struktural dinding bata,


Retak struktural join kolom-dinding, karbonasi plesteran

Gambar 1. a-f. Tampak retak non-struktural dinding sayap pada dinding luar ruangan warkah,
karbonasi dinding tembok pada dinding luar ruang keuangan dan retak struktural
pada ruang seksi Kantor BPN Kabupaten Poso

Pada gambar 1.a f, terlihat sebagian selimut beton di bagian bawah balkon jendela sisi
Timur telah lepas atau pecah. Juga terlihat suatu kolom praktis mengalami lepas selimut,
dinding struktural yang retak, dan suatu join dinding sayap bawah yang mengalami lepas
plesteran dan pergeseran. Komponen struktural yang mengalami kerusakan sedemikian
untuk blok bangunan pertama Kantor Pertanahan apabila tidak memperhitungkan Standar
Desain Tahan Gempa, meliputi kerusakan sedang (45% nilai komponen) dan
membutuhkan rehabilitasi dengan tingkat perbaikan maksimum 45%. Namun apabila
memperhitungkan Standar Desain Tahan Gempa Zona 4 Poso, maka membutuhkan
perbaikan struktur tingkat berat (65%) dengan menggunakan teknik strengthening
(perkuatan) dan retrofitting (penopangan/penyanggaan).

51
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Topik 2 : Dekomposisi material (kayu) kusen pintu jendela dan tiang teras

Gambar 2.a-d. Kusen pintu - jendela dan tiang teras pada blok bangunan kedua pada
Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Poso yang rusak akibat proses
pelapukan (pemilihan jenis kayu mutu rendah).

Komentar:
Pada gambar 2.a-d, terlihat kayu kusen pintu-jendela dan tiang teras pada blok bangunan
kedua Kantor Pertanahan telah mengalami dekomposisi material atau lapuk akibat mutu
yang tidak sesuai (di bawah standar). Kerusakan akibat dekomposisi material ini
termasuk klasifikasi kerusakan berat (> 60%) dan memerlukan penggantian.

52
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Topik 3 : Penuaan normal yang disertai proses korosi lapis penutup atap,
kebocoran, kerusakan pelat luifel teras depan (spalling of concrete
cover dan korosi)

Gambar 3. a-f. Tampak lapis penutup atap yang mengalami proses penuaan normal
yang disertai korosi dan perubahan bentuk. Juga nampak pelat luifel
teras bagian depan yang retak sedang dan pecah/lepas selimut beton.

Komentar:
Pada Gbr. 3.a-f, terlihat penuaan normal lapis penutup atap seng akibat ekspose terhadap
cuaca luar dan disertai proses korosi (perkaratan) selama umur pemakaian 29 tahun. Juga
diobservasi bahwa beberapa lapisan seng telah mengalami deformasi (perubahan
bentuk) dan kebocoran. Dari observasi tim Fakultas Teknik Unsimar Poso, komponen
lapisan penutup seng dan struktur rangka kuda-kuda kayu berada dalam kondisi rusak
sedang dan membutuhkan tingkat perbaikan sedang - berat (35 - 60%) berupa
penggantian lembaran seng yang rusak atau bocor, melengkung dan pengecatan anti
karat serta perbaikan sedang konstruksi kuda-kuda atap.

53
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Topik 4 : Kerusakan rangka dan lapis penutup plafon

Gambar 4.a d. Kerusakan rangka dan lapis plafon di dalam dan luar ruangan,
dan kerusakan listplank

Komentar:
Pada gambar 4.a d, terlihat efek dari kebocoran lapis penutup atap (seng) dimana
menyebabkan sebagian rangka dan panil-panil lapis plafon rusak dan lepas rekatan. Juga
terlihat sebagian papan listplank telah rusak. Kerusakan dan penurunan kualitas material
sebagaimana tersebut di atas termasuk kategori ringan (<35%) dan dapat
direkomendasikan untuk rehabilitasi atau rekonstruksi lapis penutup atap, rangka plafon,
plafon dan listplank. Maksimum total anggaran perbaikan 7%.

54
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Topik 5 : Floor settlement, floor cracking, mortar decomposition/carbonation,


fungi, moss
(Penurunan lantai, Retak-retak lantai, karbonasi/dekomposisi mortar,
saluran pembuangan limbah stagnan, lumut, jamur)

Gambar 5.a f. Keretakan dan penurunan lantai semen, penurunan elevasi SPAL,
berkembangnya lumut dan jamur, karbonasi plesteran dinding
tembok

Komentar:
Pada gambar 5.a e, terlihat keretakan ringan, penurunan dan keausan (akibat gesekan)
pada beberapa bagian lantai ruangan dalam. Sementara itu, pada lantai bagian luar terjadi
penurunan elevasi dasar saluran pembuangan (SPAL) terutama di area belakang. Pada
bagian lantai yang dan dinding bagian bawah yang terekspos cuaca, kelembaban dan air
(area belakang bangunan) proses dekomposisi lapisan semen/beton sudah berlangsung
dengan intensif dan menyebabkan berkembangnya lumut dan jamur.

55
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Topik 6 : Utilitas (sarana air bersih, kamar mandi/wc)

Gambar 6.a-b. Tampak kamar mandi/wc, bak air, closet. Gambar kiri adalah kamar mandi/WC yang rusak, sedang gambar
kanan adalah kamar mandi/WC yang masih fungsional namun bagian-bagian kusen pintu dan ventilasi telah
lapuk.
Komentar:
Pada gambar 6.a-b, terlihat kamar mandi/wc yang tidak berfungsi akibat kemampetan
WC, kerusakan saluran pembuangan dan kerusakan jaringan pipa air bersih. Dan
walaupun kamar mandi/WC yang satunya lagi masih fungsional, kerusakan-kerusakan
juga telah timbul pada kusen pintu dan ventilasi.

Topik 7 : Pagar depan kantor dan SPAL area halaman.

Gambar 7. a-d. Pagar depan dan SPAL area halaman Kantor Pertanahan Kabupaten Poso
Komentar:
Pada gambar 7.a b, terlihat pagar besi di bagian depan kantor yang sebagian dari bilah-
bilah pagarnya telah hilang. Juga terlihat bahwa sloof beton, pilaster dan tembok fondasi
pagar pada umumnya telah mengalami karbonasi akibat ekspos terhadap udara luar dan
kelembaban, dan beberapa bagian fondasi mengalami pergeseran.
Pada gambar 7.c - d, terlihat saluran pembuangan air limbah (SPAL) jalur kiri dan kanan
halaman kantor dimana kondisi keduanya masih cukup baik, fungsional dan utuh.
56
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Topik 8 : Perluasan tapak bangunan untuk Ruang Penyimpanan Arsip dan


Gudang.

(garis merah putus-putus)


adalah pintu depan ruangan
tambahan di sisi kanan kantor
yang difungsikan sebagai
penyimpanan berkas dan
gudang.

Gambar 8.a-e. Tampak laci penyimpanan dan tumpukan berkas, dan ruang tambahan
kanan bangunan kantor yang difungsikan sebagai gudang.

Komentar:
Pada gambar 8.e, terlihat area halaman depan Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Poso
masih cukup luas sehingga apabila terjadi perluasan tapak bangunan maka sisa ruang
terbuka untuk RTH, jalan masuk dan parkir kendaraan masih memenuhi. Dalam proses
rekonstruksi (pembangunan baru) direkomendasikan untuk perluasan tapak bangunan
sebesar 103.00 m2 guna mendapatkan tambahan ruangan penyimpanan arsip dan
gudang.

57
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

S ec ar a fu n gs iona l, b ang u n an K ant or Secara struktural (proteksi gempa), blok-blok


P ert an ah an K ab u pat en P os o y an g t er d i ri bangunan Kantor Pertanahan Kabupaten Poso ini
2
at as bl ok p ert am a (t ah u n 19 8 3, l u as 42 5 m ) diperkirakan memiliki kapasitas menengah terhadap
2
d an bl ok k ed u a (t ah u n 2 000, l u as 9 0 m ) beban horizontal akibat gempa bumi yang mungkin
s ert a t am bah an s am pi ng (t ah u n 2 00 0, lu as terjadi di masa datang karena sekalipun struktur tanah
2
4 8m ) m asi h d apat d i p ert ah an k an u nt u k dasarnya (fondasi) cukup baik namun sistem
p em ak ai an 5- 1 0 t ahu n k ed ep an d eng an perkuatan dinding batanya masih belum memadai
pr os es r eh ab i l it as i s ed an g 4 5% . Nam u n apabila ditinjau dari syarat-syarat teknis atau standar
s ec ar a str ukt ur a l d an t erut am a p ad a as p ek ketahanan gempa untuk zona 4-5 (wilayah Kabupaten
k et ah ana n gem p a d an pr ot e k si keb ak ar a n, Poso). Yang termasuk komponen struktural adalah
b an g u nan k ant or p er t an ah an i ni d ap at struktur penopang bangunan (fondasi), balok pengaku
d ip ert im b an gk an u nt u k r ek on st r uk s i b ar u (sloof dan ringbalk), kolom, balok dan pelat (termasuk
t et ap i h ar u s d en g an m ener ap k an st an d ar - luifel), dan balok lintel (pengaku dinding dan ringbalk).
st and ar k onst r uk si d an k e an dal an ban g un an
y ang b er l aku (SNI-03-1726-2002, SNI-03-2487- Secara ketahanan api (proteksi kebakaran),
2002). bangunan Kantor Pertanahan Kabupaten Poso ini
cukup beresiko terhadap bahaya kebakaran karena
Pada blok bangunan pertama (tahun 1983), komponen sekitar 30% komponen bangunannya tersusun dari
bangunan dengan penurunan fungsi terbesar terdapat material kayu dan di dalam ruangan-ruangan terdapat
pada rangka dan lapis penutup plafon. Sebagian banyak bahan bakar potensial (dokumen terbuat
rangka plafon dan lapis penutupnya dalam kondisi kertas). Akan tetapi sehubungan desain bangunan
rusak akibat proses penuaan, rekatan lepas, akibat yang relatif sederhana dan tidak bertingkat maka
pengaruh kelembaban dan atau kebocoran seng. dianggap belum perlu m enerapkan sistem proteksi
Komponen dengan penurunan fungsi terbesar kedua kebakaran tertentu, kecuali menyediakan tabung
adalah sistem dinding keliling bangunan. Sebagian APAR portabel.
dinding perimeter bangunan pada dasarnya telah
mengalami proses karbonasi atau pengapuran hanya Secara arsitektural kapasitas ruang Kantor Pertanahan
telah dieliminir dengan perawatan rutin berupa Kabupaten Poso ini dengan luas ruang kerja 389.50
2 2 2
pengecatan. Sebagian dinding luar bagian bawah m , luas koridor 125.50 m dan luas teras 45.00 m
2
telah ditumbuhi lumut dan jamur. Beberapa bagian (total 560.00 m ) relatif kurang memenuhi kebutuhan
sambungan antar dinding serta bagian dinding bawah organisasi atau instansi. Dengan jumlah personil yang
kusen pintu dan jendela terjadi retak-retak vertikal. menempati gedung kantor utama sebanyak 28 orang
Juga diobservasi bahwa beberapa bagian dari pelat yang terdiri dari 1 Orang pejabat Eselon III, 6 Orang
luifel teras telah mengalami karbonasi, retak dan pejabat Eselon IV, 12 Orang pejabat Eselon V, dan 9
pengelupasan selimut beton. Orang staf, dan dengan standar minimum luas ruang
2 2
kerja 10.0 m /staf, 20.0 m /pejabat Eselon IV, dan
2
Pada blok bangunan kedua (tahun 2000), komponen 22.0 m /pejabat Eselon III, dibutuhkan total luas
2
bangunan dengan penurunan fungsi terbesar terdapat minimum ruangan kerja sebesar 448.0 m .
pada rangka kusen pintu dan jendela serta tiang kayu Berdasarkan standar luas minimum ruangan kerja
teras. Seluruh rangka kusen pintu dan jendela serta (rasio luas ruangan per orang) maka terdapat defisit
2
tiang kayu teras dalam kondisi rusak akibat proses 15% atau setara 58.5 m . Disamping kekurangan
pelapukan. Komponen dengan penurunan fungsi dalam luas ruangan kerja, terdapat kebutuhan untuk
terbesar kedua adalah rangka dan lapis penutup perluasan ruang penyimpanan berkas atau arsip dan
2
plafon. Sebagian rangka plafon dan lapis penutupnya gudang 103.00 m .
dalam kondisi rusak akibat proses penuaan, rekatan
lepas, kelembaban/kebocoran.

Tabel Penilaian Keandalan Komponen Bangunan


No. Komponen Prosentase Nilai Angka Keandalan
Komponen Keandalan
1. Pondasi 10% 70% 0,0700
2. Struktur Kolom 30% 50% 0,1500
3. Lantai 10% 70% 0,0700
4. Dinding/Rangka 15% 50% 0,0750
5. Plafon 7% 40% 0,0280
6. Atap 10% 40% 0,0400
7. Utilitas 10% 40% 0,0400
8. Finishing 8% 50% 0,0400
Jumlah 100% - 0,5130

58
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

IV. KESIMPULAN, PERKIRAAN REKOMENDASI:


DERAJAT Direkomendasikan untuk rekonstruksi atau
KERUSAKAN, ANGKA KEANDALAN DAN pembangunan baru dengan luas total 618.00 m2
REKOMENDASI (bangunan existing = 515.00 m2, perluasan bangunan =
103.00 m2), dan pembuatan pagar sepanjang 132.00
KESIMPULAN: m.
1. Sub-sub sistem fisik bangunan Kantor Pertanahan
Kabupaten Poso secara fungsional berada dalam
kondisi rusak ringan-sedang dan memerlukan REFERENSI
rehabilitasi tingkat ringan-sedang dengan nilai [1] Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan
maksimum 45%. Tetapi secara struktural (aspek Gedung;
ketahanan gempa dan proteksi kebakaran), [2] Undang-undang no. 26 tahun 2007 tentang Penataan
komponen-komponen fisik bangunan Kantor Ruang;
[3] PP no. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Pertanahan Kabupaten Poso berada dalam kondisi Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan
tidak andal, dengan sisa angka keandalan 51.30%. Gedung;
2. Ketidakfungsionalan dan ketidakandalan [4] Permen PU no. 45 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
komponen-komponen fisik bangunan Kantor Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
Pertanahan Kabupaten Poso diakibatkan oleh [5] Permen PU no. 6 tahun 2007 tentang Pedoman Umum
penurunan kualitas material bangunan selama Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
masa pemakaian atau selama umur bangunan, [6] Permen PU no. 25 tahun 2008 tentang Pedoman Teknis
penurunan kualitas material akibat pengaruh Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
kelembaban dan infiltrasi air, pemilihan bahan (RISPK);
konstruksi yang salah (mutu di bawah standar) [7] Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1987 ...
Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
serta akibat ketiadaan atau kekurangan dalam
Gedung (SKBI-1.3.5.3-1987);
perkuatan sistem struktur utama yaitu susunan [8] Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
dinding bata (brick wall) dalam menahan Bangunan Gedung (SNI-03-1726-2002)
pembebanan horizontal (untuk ketahanan gempa). .
3. Apabila bangunan direhabilitasi sedang pada taraf
45% maka prioritas perbaikan komponen terdapat
pada: lapis penutup atap, rangka dan lisplank,
plafon dan rangka plafon, kusen pintu dan
jendela, lantai dan penutup lantai, utilitas (kamar
mandi/wc), perbaikan retak-retak dinding, joint
dinding-kolom dan finishing.
4. Apabila bangunan direkonstruksi atau dibangun
baru maka proses perencanaan atau desain harus
memperhatikan dan menerapkan baik kriteria
fungsional-arsitektural (luas, tata letak,
pengaturan ruangan) maupun kriteria struktural
atau keamanan untuk bangunan kantor pemerintah
(proteksi gempa dan kebakaran).
5. Dari segi kenyamanan ruang gerak dan standar
luas ruang kerja kantor pemerintah, luas bangunan
kantor telah memenuhi 85.0% standar luas
ruang kerja minimum.

DERAJAT KERUSAKAN:
Secara fungsional, derajat kerusakan bangunan sebesar
45% atau rusak sedang.

ANGKA KEANDALAN:
Secara struktural (lihat tabel penilaian keandalan
komponen) dan arsitektural (luas ruangan), bangunan
Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Poso termasuk
kategori tidak andal dengan perkiraan angka keandalan
bangunan sebesar 51.30%.

59
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

PENILAIAN KEANDALAN, ANALISIS KOMPONEN DAN


REKOMENDASI PENANGANAN BANGUNAN EKS KANTOR ASDP
TENTENA
Pujiono1)
1)
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sintuwu Maroso

Kata Kunci keandalan bangunan, asdp tentena, analisa komponen bangunan

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil peninjauan tim Fakultas Teknik


Universitas Sintuwu Maroso, Poso, pada tanggal 8 II. I NTERPRETASI TINGKAT KEANDALAN
Juli 2014, dibawah ini diberikan hasil penilaian BANGUNAN
keandalan bangunan eks Kantor ASDP (Angkutan
Sungai Danau Penyeberangan) Tentena, sbb:

Struktural (berdasarkan tinjauan tim Fakultas Teknik Unsimar Poso)


Sub Sistem Persentase Klasifikasi Tingkat
No. Struktural Tingkat Kerusakan, Komentar Rencana Penanggulangan
Kerusakan
1. Kuda-kuda atap 35% Kerusakan sedang disebabkan
penurunan kualitas material
karena usia, pembebanan dan Rehabilitasi sedang
pengaruh cuaca

2. Rangka Plafon 50% Kerusakan sedang disebabkan


penurunan kualitas material
dan lapis penutup karena usia pemakaian, Rehabilitasi berat
seng temperatur dan pengaruh
kelembaban
3. Pondasi 80% Kerusakan berat disebabkan
penurunan tanah dasar, akibat
pembebanan dan penurunan Rekonstruksi
daya dukung tanah dasar

4. Dinding tembok 65% Kerusakan sedang disebabkan


penurunan kualitas material
Bata akibat usia, pembebanan dan Rekonstruksi
pengaruh cuaca

5. Kolom Beton 65% Kerusakan sedang akibat


penurunan tumpuan,
Bertulang dan penurunan kualitas material Rekonstruksi
Sloof akibat usia, pembebanan dan
pengaruh cuaca

Kerusakan sedang-berat,
kualitas kayu kurang baik dan
6. Kusen Pintu dan 50% penurunan kualitas material
Penggantian pada sebagian besar
Jendela akibat usia dan pengaruh kusen pintu dan jendela
kelembaban
Kerusakan ringan akibat
penurunan tanah dasar,
7. 65% keretakan, erosi, penurunan Rekonstruksi
Lantai kualitas material akibat usia
dan pemakaian (aus)

Sistem Proteksi Gempa (Merujuk standar SNI-1726-2002, Zona 3)


Sub Sistem Estimasi
No. Ketahanan Tingkat Komentar Rencana Penanggulangan
Gempa Ketahanan
Gempa

60
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

1. Pondasi Tanah dasar lunak Tidak andal dalam menahan Rekonstruksi dan Perkuatan
dan tidak stabil, beban gempa
fondasi
struktur pondasi
tidak memenuhi
2. Dinding Bata Tidak Bidang dinding terdapat buka- Rekonstruksi Baru dan Perkuatan
bukaan jendela yang lebar dan dinding (strengthening) menggunakan
memenuhi dinding mengalami kemiringan kolom praktis dan balok
akibat penurunan pondasi dan
telah terjadi karbonasi lapisan
horizontal/lintel
plesteran akibat usia bangunan,
dekomposisi material dan
kelembaban
3. Kolom Beton Tidak Kerusakan selimut beton, Perkuatan kolom (strengthening and
pecah, retak. Tidak retrofitting) dengan membuang
Bertulang memenuhi menggunakan pendetailan bagian rusak, melapis beton lama,
struktur tahan gempa
menambah detail tul. longitudinal dan
tul. geser, memperbesar dimensi
beton
Sisi belakang dan depan bangunan Perkuatan balok sloof dan balok ring
4. Balok Sloof dan Sebagian Besar mengalami kelembaban tinggi atau
Balok Ring Tidak karbonasi dan balok sloof tidak
(strengthening and retrofitting)
didesain dengan ketebalan selimut dengan standar proteksi gempa
memenuhi 40 mm mengacu pada UU BG No.28/2008
dan SNI-1726-2002
5. Join Balok- Tidak Tidak menggunakan detail Perkuatan join (strengthening and
penulangan tahan gempa retrofitting) dengan pendetailan
Kolom dan memenuhi tulangan join balok-kolom
Sambungan
Dinding
Sistem Proteksi Kebakaran (Merujuk UU Bangunan Gedung No. 28/2002)
Sub Sistem Estimasi
No. Proteksi Tingkat Komentar Rencana Penanggulangan
Kebakaran Ketahanan thd.
Bahaya
Kebakaran
1. Jenis material Kurang Kusen pintu dan jendela Konstruksi rangka atap menggunakan
(bukaan-bukaan), kuda-kuda material baja ringan dengan plafon
konstruksi memenuhi, dan rangka plafon serta plafon asbes atau gypsum
bangunan rentan terbuat dari material kayu yang
mudah terbakar
mengalami
kebakaran
2. Alat
Tidak ada alat pemadaman api
Pemadaman Api Tidak ada ringan (tabung APAR) Pengadaan
Ringan (Tabung
APAR)
Utilitas
Sub Sistem Persentase Keterangan Tingkat
No. Utilitas Tingkat Kekurangan Rencana Penanggulangan
Kekurangan
1. Kamar Tidak diperiksa
mandi/WC - -
2. Sarana air Tidak diperiksa -
bersih -
Rusak Berat
3. Sarana Tidak
pembuatan air memenuhi Perbaikan saluran, pengerukan,
kotor (limbah) penambalan keretakan
- -
4. Septic Tank 0%
5. Listrik 0% - -

Arsitektural
Sub Sistem Persentase Klasifikasi Tingkat
No. Arsitektural Tingkat Kekurangan Rencana Penanggulangan
Kekurangan
1. Luas Total Blok
61
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Bangunan 0% Luasan Total Ruangan Kantor Luas ruangan 104.2 m2 dan


104.2 m2 dan luas tapak
Kantor bangunan 167.3 m2 luas tapak 167.3 m2
cukupmemenuhi standar luas
ruangan kantor cabang ASDP
kategori kecil, jadi tidak
diperlukan penambahan
ruangan

2. Ukuran 0% Ukuran ruangan cukup Rasio luas ruangan terhadap


memenuhi persyaratan minimal
Ruangan sebesar 9.6-10,0 m2/staf, dsb. jumlah pegawai sudah
memenuhi
3. Luas Halaman, 0% Luas halaman dan parkir Luas halaman parkir
memenuhi
Parkir kendaraan sudah memenuhi
4. Elevasi 100 cm Elevasi lantai dan tapak harus Penambahan taraf elevasi
melebihi elevasi jalan raya dan
Lantai juga harus terhindar dari zona lantai minimum 100 cm
Bangunan pasang Sungai

Bangunan terletak di atas tanah alas fondasi jenis tanah


III. ANALISA lempung kepasiran lunak dan berlokasi di dalam zona
Bangunan eks Kantor ASDP Tentena merupakan konstruksi pasang atau zona sempadan danau/sungai bagian hulu
permanen susunan tembok bata batu (brick masonry Sungai Poso yang kerap kali mengalami muka air tinggi.
building) dengan bukaan-bukaan jendela yang luas (> 20%) Lapisan-lapisan tanah bawah bangunan kurang homogen
dan rangka kayu dengan perkuatan kolom beton bertulang dan relatif lunak karena mengandung kadar air dan organic
praktis pada tiap sudut ruangan dan ringbalk. Luas tapak yang tinggi sedemikian sehingga terjadi penurunan
bangunan (10.90 x 15.35) = 167.30 m2 dan luas ruangan diferensial (penurunan fondasi yang tidak merata) yang
(8.30 x 12.55) = 104.20 m2. Bangunan dikonstruksi pada signifikan yang diobservasi. Juga dapat diamati bahwa mutu
1991, maka berdasarkan standar umur rencana bangunan pelaksanaan konstruksi bangunan yang didirikan pada tahun
permanen, secara teknis bangunan akan mencapai batas 1991 secara umum cukup baik. Tetapi akibat kenaikan muka
minimum usia pakai pada 2011 dan maksimum pada tahun air maka pada ketinggian 0 30 cm dinding sebelah luar
2041 (standar umur rencana bangunan permanen minimum mengalami kerusakan-kerusakan yang dipicu oleh
20 Tahun dan maksimum 50 Tahun menurut SKBI-1987, kelembaban dan infiltrasi air, yaitu retak lantai, penurunan
SKSNI-1991, SNI-2002, PP No. 36/2005 dan Permen PU setempat dan berkembangnya lumut/jamur dan pengapuran
No. 48/2007). lapisanplesteran.

Topik 1 : Floor settlement, floor cracking, foundation settlement, mortar


decomposition/carbonation, Low elevation of floor, fungi, moss
(Penurunan lantai, Retak-retak lantai, penurunan fondasi,
karbonasi/dekomposisi mortar, elevasi lantai bangunan rendah, lumut,
jamur)

62
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Gambar 1.a-f. Lantai semen, lantai keramik, lumut dan jamur, plesteran fondasi,
kemiringan dinding bata plester eks kantor ASDP Tentena
Komentar:
Pada gambar 1.a f, terlihat kerusakan berat lantai teras sekeliling bangunan yang
disertai penurunan lantai dan dasar pondasi. Adalah dasar bangunan (pondasi dan lantai
bangunan, rabat keliling) berada pada daerah pasang surut di hulu Sungai Poso dan
beberapa kali dalam setahun mengalami keadaan muka air tinggi (banjir pasang). Akibat
tergenangnya pondasi dan lantai teras sekeliling bangunan maka terjadi penurunan daya
dukung pondasi dan proses dekomposisi beton atau karbonasi (pengapuran) semen
akibat infiltrasi air yang berlangsung secara intensif. Juga menyebabkan tumbuhnya lumut
dan jamur di dasar dinding sisi luar. Gambar 1.d, tampak dinding susunan bata plester
yang kemiringan akibat penurunan pondasi. Secara keseluruhan komponen pondasi dan
lantai pada bangunan ini termasuk kategori rusak berat (> 65%) dan praktis memerlukan
rekonstruksi atau pembangunan baru dengan peninggian taraf elevasi lantai minimal 50
cm dari kondisi existing.
63
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Topik 2 : Spalling of concrete cover, minor cracks, displacement, concrete


carbonation (Selimut beton lepas, retak minor, pergeseran dan
karbonasi beton)

Gambar 2.a c. Segmen bawah kolom-kolom beton tulangan praktis yang


mengalami spalling (pecah selimut), cracking (retak) dan
karbonasi.

Komentar:
Pada gambar 2.a f, terlihat sebagian selimut beton bagian bawah kolom tulangan praktis
telah pecah selimut, retak, dan bergeser. Komponen struktural yang mengalami
kerusakan sedemikian disebabkan oleh penurunan dukungan vertikal atau penurunan
pondasi, dan yang kedua diakibatkan oleh gaya horizontal (gempa). Apabila
memperhitungkan Standar Desain Tahan Gempa Zona 3 Poso, maka membutuhkan
perbaikan struktur tingkat berat (65%) dengan menggunakan teknik strengthening dan
retrofitting (penambahan kekuatan/perkuatan, dan penopangan/ penyanggaan).

64
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Topik 3 : Kerusakan rangka, lapis penutup plafon, listplank

Gambar 3.a e. Kerusakan rangka, lapis plafon dan listplank


Komentar:
Pada gambar 3.a e, terlihat efek dari kebocoran lapis penutup atap (seng) dimana
menyebabkan sebagian rangka dan panil-panil lapis plafon rusak dan lepas rekatan. Juga
terlihat sebagian papan listplank telah rusak. Kerusakan dan penurunan kualitas material
sebagaimana tersebut di atas termasuk kategori berat 50%) dan dapat
direkomendasikan untuk rehabilitasi atau rekonstruksi lapis plafon, rangka plafon, dan
listplank.

65
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Topik 4 : Kondisi penuaan normal lapisan atap seng

Gambar 4. a-c. Tampak lapis penutup atap seng asbes

Komentar:
Pada Gbr. 4.a-c, terlihat penuaan normal lapis penutup atap seng abses akibat proses
korosi dan deformasi selama umur pemakaian 23 tahun.
Dari observasi tim Fakultas Teknik Unsimar, komponen lapisan penutup asbes dan
struktur rangka kuda-kuda kayu berada dalam kondisi rusak ringan hingga rusak sedang
minor dimana sebagian besar alur-alur lapisan asbes masih berada dalam keadaan intak
dan lurus, dan terdapat beberapa bagian sambungan yang lepas. Pada umumnya lapis
penutup seng hanya mengalami korosi dan kerapuhan yang normal. Berdasar
pengamatan, lapis penutup atap asbes ini termasuk kategori rusak sedang minor dan
membutuhkan perbaikan sedang minor (maksimum 30%) berupa penggantian lembaran
seng yang rusak atau bocor, pengecatan anti karat dan perbaikan konstruksi kuda-kuda.

66
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Topik 5 : Deformasi dan Dekomposisi material (kayu) kusen pintu dan jendela,
daun pintu panil

Gambar 5.a-d. Kusen pintu dan jendela dan


daun pintu panil

Komentar:
Pada gambar 5. a-d, terlihat rangka dan material kayu kusen pintu dan jendela telah
mengalami defomasi (perubahan bentuk) dan terutama dekomposisi material atau lapuk
akibat ekpose terhadap kelembaban dan infilrasi air (hujan). Jenis kerusakan akibat
deformasi dan dekomposisi material ini termasuk klasifikasi kerusakan sedang - berat (35-
50%).

Bangunan eks Kantor ASDP Tentena merupakan Bangunan terletak di atas tanah alas fondasi jenis tanah
konstruksi permanen susunan tembok bata batu lempung kepasiran lunak dan berlokasi di dalam zona
(brick masonry building) dengan bukaan-bukaan pasang atau zona sempadan danau/sungai bagian hulu
jendela yang luas (> 20%) dan rangka kayu dengan Sungai Poso yang kerap kali mengalami muka air
perkuatan kolom beton bertulang praktis pada tiap tinggi. Lapisan-lapisan tanah bawah bangunan kurang
sudut ruangan dan ringbalk. Luas tapak bangunan homogen dan relatif lunak karena mengandung kadar
(10.90 x 15.35) = 167.30 m2 dan luas ruangan (8.30 x air dan organic yang tinggi sedemikian sehingga
12.55) = 104.20 m 2. Bangunan dikonstruksi pada terjadi penurunan diferensial (penurunan fondasi yang
1991, maka berdasarkan standar umur rencana tidak merata) yang signifikan yang diobservasi. Juga
bangunan permanen, secara teknis bangunan akan dapat diamati bahwa mutu pelaksanaan konstruksi
mencapai batas minimum usia pakai pada 2011 dan bangunan yang didirikan pada tahun 1991 secara
maksimum pada tahun 2041 (standar umur rencana umum cukup baik. Tetapi akibat kenaikan muka air
bangunan permanen minimum 20 Tahun dan maka pada ketinggian 0 30 cm dinding sebelah luar
maksimum 50 Tahun menurut SKBI-1987, SKSNI- mengalami kerusakan-kerusakan yang dipicu oleh
1991, SNI-2002, PP No. 36/2005 dan Permen PU No. kelembaban dan infiltrasi air, yaitu retak lantai,
48/2007). penurunan setempat dan berkembangnya lumut/jamur
dan pengapuran lapisan plesteran.

67
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Gbr. 1.a. Tampak depan bangunan eks kantor ASDP Tentena

Bukit Langgadopi

Jembatan Puselemba II

Perairan daerah hulu Sungai Poso

Gambar 1. b. Tampak belakang (garis merah putus-putus) bangunan


eks Kantor ASDP Tentena dengan latar belakang Bukit
Langgadopi

S ecara fung sio nal, ban gu na n eks gemp a d an pr ote ksi ke bak ara n,
Kantor AS DP C aba ng T ent en a ya ng ba ng unan ini juga h arus
(dikonstruksi tahun 1 99 1, luas 1 04.3 di pertim bang kan untuk r ekon struksi
m 2 ) sud ah tidak d ap at di pertahank an baru t eta pi haru s d en ga n m enerapkan
untu k p em akaia n n orm al pada sa at st an dar-stand ar konstruksi dan
s ek ara ng da n proses rek on struksi kean dala n ba ng un an yan g b erl aku
harus di laku ka n. S ec ara struktur al (SNI-03-1726-2002, SNI-03-2487-2002).
da n t erutam a pa da a spek ketahan an

68
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Komponen bangunan dengan penurunan penurunan kekuatan. Sistem perkuatan


fungsi terbesar terdapat pada komponen dinding batan juga masih belum memadai
pondasi dan lantai. Praktis seluruh lantai apabila ditinjau dari syarat-syarat teknis atau
teras dan sebagian besar pondasi keliling standar ketahanan gempa untuk zona 3
luar bangunan mengalami penurunan (wilayah Kabupaten Poso). Yang termasuk
sebesar 10 15 cm dengan beberapa bagian komponen struktural adalah struktur
mengalami penurunan setempat. Kerusakan penopang bangunan (fondasi), balok
pada komponen pondasi dan lantai bangunan pengaku (sloof dan ringbalk), kolom, balok
ini terutama dipicu oleh kenaikan muka air dan pelat (termasuk luifel), dan balok lintel
tanah. Komponen kedua dengan penurunan (pengaku dinding dan ringbalk).
fungsi terbesar adalah kolom beton
bertulangan praktis. Pada sebagian besar Secara ketahanan api (proteksi kebakaran),
kolom beton bertulangan praktis mengalami bangunan eks Kantor ASDP Tentena rentan
lepas dan pecah selimut beton di segmen terhadap bahaya kebakaran karena sekitar
bawah kolom akibat penurunan/pergerakan 30% komponen bangunannya tersusun dari
tanah dasar. Komponen ketiga dengan material kayu dan di dalam ruangan-ruangan
penurunan fungsi terbesar adalah rangka terdapat banyak bahan bakar potensial
plafon dan lapis penutupnya yang rusak (dokumen terbuat kertas). Akan tetapi
akibat proses penuaan, rekatan lepas, akibat sehubungan desain bangunan yang relatif
pengaruh kelembaban dan atau kebocoran sederhana dan tidak bertingkat maka
seng. dianggap belum perlu menerapkan sistem
proteksi kebakaran tertentu, kecuali
Secara struktural (proteksi gempa), menyediakan tabung APAR portabel.
bangunan eks kantor ASDP Tentena ini
diperkirakan memiliki kapasitas rendah Secara arsitektural kapasitas ruang eks
terhadap beban horizontal akibat gempa Kantor ASDP Tentena ini dengan luas
bumi yang mungkin terjadi di masa datang ruangan 104.30 m 2 dan luas tapak bangunan
karena faktor struktur tanah dasarnya yang 167.30 m 2 sudah memenuhi kebutuhan
lunak dan luas relatif bukaan jendela yang organisasi atau instansi.
besar. Disamping itu terdapat banyak
komponen struktur (terutama kolom tulangan
praktis) yang mengalami degradasi atau

Tabel Penilaian Keandalan Komponen Bangunan


No. Komponen Prosentase Nilai Angka
Komponen Keandalan Keandalan
1. Pondasi 10% 20% 0,0200
2. Struktur Kolom 30% 35% 0,1050
3. Lantai 10% 35% 0,0350
4. Dinding/Rangka 15% 35% 0,0530
5. Plafon 7% 50% 0,0350
6. Atap 10% 50% 0,0500
7. Utilitas 10% 20% 0,0200
8. Finishing 8% 10% 0,0080
Jumlah 100% - 0,3260

69
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

IV. KESIMPULAN, PERKIRAAN Referensi


DERAJAT KERUSAKAN, ANGKA [1] Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan
KEANDALAN DAN REKOMENDASI Gedung;
[2] Undang-undang no. 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang;
KESIMPULAN: [3] PP no. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
1. Sub-sub sistem fisik bangunan eks Kantor ASDP Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan
Tentena secara fungsional berada dalam kondisi Gedung;
rusak berat dan memerlukan rehabilitasi total [4] Permen PU no. 45 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
dengan nilai minimum 67% atau rekonstruksi Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
(pembangunan baru). Secara keseluruhan, baik [5] Permen PU no. 6 tahun 2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
struktural (aspek ketahanan gempa dan proteksi
[6] Permen PU no. 25 tahun 2008 tentang Pedoman Teknis
kebakaran) maupun non-struktural, komponen- Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
komponen fisik bangunan eks Kantor ASDP (RISPK);
Tentena berada dalam kondisi tidak andal, dengan [7] Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1987 ...
sisa angka keandalan 32.60%. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
2. Ketidakfungsionalan dan ketidakandalan Gedung (SKBI-1.3.5.3-1987);
komponen-komponen fisik bangunan eks Kantor [8] Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
ASDP Tentena diakibatkan oleh penurunan Bangunan Gedung (SNI-03-1726-2002)
kualitas konstruksi dan kualitas material .
bangunan selama masa pemakaian atau selama
umur bangunan, penurunan kualitas material
akibat pengaruh kelembaban dan infiltrasi air,
serta akibat ketiadaan atau kekurangan dalam
perkuatan sistem struktur utama yaitu susunan
dinding bata (brick wall) dalam menahan
pembebanan horizontal (untuk ketahanan gempa).
3. Apabila bangunan direkonstruksi atau dibangun
baru maka proses perencanaan atau desain harus
memperhatikan dan menerapkan baik kriteria
fungsional-arsitektural (luas, tata letak,
pengaturan ruangan) maupun kriteria struktural
atau keamanan untuk bangunan kantor pemerintah
(kekuatan konstruksi, proteksi gempa dan
kebakaran).
4. Dari segi kenyamanan ruang gerak dan standar
luas ruang kerja kantor pemerintah, luas bangunan
kantor telah memenuhi standar luas ruang kerja
minimum.

DERAJAT KERUSAKAN:
Secara fungsional, derajat kerusakan bangunan sebesar
65% atau rusak berat.

ANGKA KEANDALAN:
Secara struktural (lihat tabel penilaian keandalan
komponen) dan arsitektural (luas ruangan), bangunan
eks Kantor ASDP Tentena termasuk kategori tidak
andal dengan perkiraan angka keandalan bangunan
sebesar 32.60%.

REKOMENDASI:
Direkomendasikan untuk rekonstruksi atau
pembangunan baru dengan luas total ruangan 104.20
m2, luas total tapak bangunan 167.30 m2 dan
peninggian taraf lantai 100 cm.
70
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

PENILAIAN KEANDALAN, ANALISIS KOMPONEN DAN


REKOMENDASI PENANGANAN BLOK GEDUNG PERAWATAN
PUSKESMAS PENDOLO
Bleiser Tanari1)
1)
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sintuwu Maroso

Kata Kunci keandalan bangunan, puskesmas pendolo, kabupaten poso, analisa komponen bangunan

hasil penilaian keandalan blok bangunan gedung


I. PENDAHULUAN perawatan Puskesmas Pendolo, sbb :

Berdasarkan hasil peninjauan dan visual screening tim


Fakultas Teknik Universitas Sintuwu Maroso, Poso II. INTERPRETASI TINGKAT
pada tanggal 13 April 2016, dibawah ini diberikan KEANDALAN BANGUNAN

Struktural (berdasarkan tinjauan tim Fakultas Teknik Unsimar Poso)


Sub Sistem Persentase Klasifikasi Tingkat
No. Struktural Tingkat Kerusakan, Komentar Rencana Penanggulangan
Kerusakan
1. Kuda-kuda dan 10% Penurunan kualitas yang normal
akibat usia pemakaian,
rangka atap dekomposisi/lapuk akibat (cuaca) Apabila diperlukan:
kelembaban dan deformasi akibat Rehabilitasi ringan
beban/tekanan angin.

2. Rangka, lapis plafon, 20 - 45% Penurunan mutu lapis penutup atap


(akibat penuaan dan karat) tersebar
listplank dan lapis merata dengan intensitas rata-rata Apabila diperlukan:
penutup seng 40% sementara, lokasi dan derajat Rehabilitasi sedang
kerusakan lapis plafon tersebar
secara tidak merata dengan
intensitas 20 45%. Kerusakan
disebabkan penurunan kualitas
material akibat usia pemakaian,
akibat pengaruh mutu lapisan
penutup atap (rembesan air) dan
penyebab mekanis.
3. Pondasi 10 20 % Secara keseluruhan pondasi dalam
keadaan baik kecuali pada titik-titik
tertentu yang mengalami Apabila diperlukan:
penurunan setempat (pada jalur Rehabilitasi sedang (pada
pondasi teras muka bangunan)
disebabkan penurunan tanah dasar
jalur teras muka bangunan)
pondasi
.
4. Dinding tembok 10 20% Kerusakan ringan kerusakan
sedang minor disebabkan
Bata penurunan pondasi dan penurunan Rehabilitasi ringan
kualitas material akibat paparan air Rehabilitasi sedang minor
(pengaruh cuaca).
5. Kolom Beton 10% Kerusakan ringan penurunan
tumpuan, penurunan kualitas
Bertulang dan Sloof material akibat usia, pembebanan Rehabilitasi ringan
dan pengaruh cuaca.
Kerusakan ringan sebagian besar
bagian kusen pintu/jendela dan
6. Kusen Pintu dan 15% ventilasi disebabkan dekomposisi Rehabilitasi ringan
Jendela, Ventilasi material akibat usia pemakaian dan
kelembaban.
Kerusakan ringan pada titik-titik
tertentu lapisan penutup lantai
7. Lantai, Penutup 10% akibat retak/penurunan pondasi dan
penurunan kualitas material akibat Rehabilitasi ringan
Lantai usia dan pemakaian (aus).

71
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Sistem Proteksi Gempa (Merujuk standar SNI-1726-2002, Zona 4)


Sub Sistem Estimasi
No. Ketahanan Gempa Tingkat Komentar Rencana Penanggulangan
Ketahanan
Gempa
1. Pondasi Sebagian Besar Jalur pondasi depan bangunan Apabila diperlukan: perkuatan
mengalami diferensial settlement,
Tanah Dasar selebihnya untuk bangunan kantor
fondasi dan sloof (strengthening
dibawah Tapak tidak bertingkat biasa dengan tinggi and retrofitting)
Bangunan dinding bata tidak melebihi 3.50
dianggap cukup meter kekuatan pondasi
diasumsikan cukup memenuhi
keras, kecuali
titik-titik tertentu.
Pondasi cukup
memenuhi
2. Dinding Bata Memenuhi Digunakannya kolom Apabila diperlukan: perkuatan
sebagian besar praktis, balok sloof dan dinding (strengthening and
balok ring, tetapi defisien retrofitting) menggunakan balok
persyaratan lintel
dalam balok lintel/latei pada
bukaan pintu dan jendela
3. Kolom Beton Sebagian Besar Cukup andal dalam Apabila diperlukan: analisa dan tes
Bertulang Kolom praktis menahan beban gempa Schmidt-Hammer , perbaikan
tetapi perlu dites lapisan selimut beton, strengthening
cukup and retrofitting) dengan standar
memenuhi kekuatannya
proteksi gempa mengacu pada UU
BG No.28/2008 dan SNI-1726-2002
4. Balok Sloof Sebagian Besar Cukup andal dalam Apabila diperlukan: analisa dan
Balok Sloof menahan beban gempa kemudian perkuatan balok sloof dan
tetapi perlu dites balok ring (strengthening and
Praktis cukup retrofitting) dengan standar proteksi
memenuhi kekuatannya
gempa mengacu pada UU BG
No.28/2008 dan SNI-1726-2002
5. Join Balok-Kolom Tidak Tidak menggunakan detail Apabila diperlukan: analisa dan
dan Sambungan memenuhi (tulangan) penulangan tahan kemudian perkuatan join
gempa (strengthening and retrofitting)
Dinding dengan pendetailan tulangan join
balok-kolom
Sistem Proteksi Kebakaran (Merujuk Permen PU No. 25/2008)
Sub Sistem Proteksi Estimasi
No. Kebakaran Tingkat Komentar Rencana Penanggulangan
Ketahanan thd.
Bahaya
Kebakaran
1. Jenis material Sebagian Kusen pintu dan jendela Apabila diperlukan: konstruksi
konstruksi bangunan material tidak (bukaan-bukaan), kuda-kuda rangka atap dan kuda-kuda
dan rangka plafon serta plafon menggunakan material baja ringan,
memenuhi, terbuat dari material dasar kayu lapis plafon dan lisplank
rentan yang merupakan bahan bakar menggunakan material asbes atau
mengalami bagi api/panas (bahan mudah gypsum
kebakaran terbakar)
2. Alat Pemadaman
Tidak ada alat pemadaman api
Api Ringan (Tabung Tidak tersedia ringan yang portable (tabung Apabila diperlukan:
APAR) APAR) Pengadaan
Utilitas
Sub Sistem Utilitas Persentase Keterangan Tingkat
No. Tingkat Kekurangan Rencana Penanggulangan
Kekurangan
1. Kamar mandi/WC 0% Cukup memenuhi -
2. Sarana air bersih 0% Cukup memenuhi -
Cukup memenuhi -
3. Sarana pembuatan 0%
air kotor (limbah)
Cukup memenuhi kebutuhan -
4. Septic Tank 0%
5. Listrik 0% Cukup memenuhi kebutuhan -
72
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Arsitektural
Sub Sistem Persentase Klasifikasi Tingkat
No. Arsitektural Tingkat Kekurangan Rencana Penanggulangan
Kekurangan
1. Luas Total Blok
Luasan Ruangan Dalam Gedung
Gedung Perawatan 0% Perawatan = 257.1 m2 ; Luas -
+ Teras Keliling Lantai Bangunan = 343.3 m2.
2. Ukuran Ruangan 0% Ukuran ruangan memenuhi. -
Persyaratan ideal adalah 9.6 - 10.0
m2/staf, dan minimal 3.0 m2/orang.
3. Luas Halaman, 0% Memenuhi -
Parkir
4. Elevasi 70 cm Memenuhi -
Lantai Bangunan

dan maksimum pada tahun 2040 (standar umur


III. ANALISA rencana bangunan permanen minimum 25 Tahun dan
maksimum 50 Tahun menurut SKBI-1987, SKSNI-
Gedung Perawatan Puskesmas Pendolo adalah suatu 1991, SNI-2002, PP No. 36/2005 dan Permen PU No.
blok bangunan berukuran sedang yang digunakan 48/2007).
untuk pelayanan rawat-inap dan persalinan. Blok
gedung perawatan adalah konstruksi permanen Bangunan Gedung Perawatan Puskesmas Pendolo
susunan tembok bata batu (brick masonry building) terletak di atas tanah alas fondasi jenis medium
dan rangka beton bertulangan praktis sloof kolom (kepadatan sedang) pasir - kerikilan dengan sedikit
ringbalk. Luas lantai bangunan terdiri dari: ruangan campuran lempung yang cukup homogen. Terdapat
dalam (28.10 x 9.15) = 257.10 m2 , teras keliling suatu jalur pondasi di teras muka yang mengalami
[(2.20 x 28.10) + (1.10 x 11.25) + (1.00 x 11.25)] = penurunan setempat (differential settlement) dan
84.4 m2. Bangunan dikonstruksi pada 1990 (usia berakibat pada keretakan lantai dan dinding di atasnya.
bangunan 26 tahun), maka berdasarkan standar umur
rencana bangunan permanen, secara teknis bangunan
akan mencapai batas minimum usia pakai pada 2015

Belakang

Teras keliling @ 1.10 m

Muka

Gbr. 1. Tampak atas bangunan Gedung Perawatan Puskesmas Pendolo dan dimensi-
dimensi utama bangunan

73
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Arah
Penurunan
setempat

garis patah geser

Gbr. 2.ac. Tampak bagian lantai teras depan bangunan yang mengalami patah
geseran akibat penurunan setempat pondasi. Penurunan pondasi
disebabkan oleh kompaksi atau konsolidasi lapis tanah asli/timbunan
di bawahnya.

Untuk menentukan keandalan dan derajat kerusakan


bangunan maka diadakan pengukuran dan pemeriksaan
visual pada komponen-komponen pondasi, kolom
tulangan praktis, sloof tulangan praktis, dinding bata
batu, kusen pintu dan jendela, plafon, rangka kuda-
kuda, lapis penutup seng dan lantai.

Dalam halaman 75 s.d. halaman 80 di bawah ini


diberikan visual screening investigation dan
sejumlah analisis/kajian teknis. Dalam inspeksi di
bawah, komponen-komponen bangunan tidak
dibedakan berdasarkan fungsi komponen
(struktural/non-struktural) tetapi berdasarkan elevasi
mulai dari yang teratas.

74
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

A. LAPIS PENUTUP ATAP (SENG) dan LISTPLANK

(a) Proses korosi lapisan seng atap pada sisi Kiri bangunan yang tidak merata. Sebagian
permukaan mengalami proses korosi dalam kategori tingkat 2 ( 60%), sisanya (40%)
termasuk kategori korosi tingkat 3 atau 4.

Papan listplank lapuk

Intensitas korosi seng atap tingkat 3

75
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

(b-c) Tampak lapis atap seng dan listplank sisi Kanan yang mengalami proses korosi/perkaratan
yang tidak merata, sebagian dari lapisan di bagian ini mengalami proses korosi tingkat 2
(30%) dan sebagian tingkat 3 (70%).

(d-e) Lapis atap seng pada sisi belakang dan muka bangunan yang masing-masing mengalami
korosi tingkat 3 (55%) dan korosi tingkat 2 (45%).

Gbr. 3.a e. Komponen lapis penutup atap seng bangunan gedung perawatan Pus- kesmas
Pendolo mengalami proses korosi yang tidak merata, sebagian berada pada kriteria
korosi 2 (45%) dan sebagian kriteria korosi 3 (55%). Laju kecepatan korosi
berkisar 0.00013 0.013 mm/tahun. Diasumsikan laju korosi 0.0013 mm/tahun dan
ketebalan lapis seng 0.30 mm, maka ketebalan lapis seng tersisa = 0.30 (usia
bangunan x 0.0013) = 0.30 (26 x 0.0013) = 0.266 mm.
Rekomendasi:
1. Lapisan atap masih dapat dipertahankan untuk pemakaian sekurangnya 5 tahun;
2. Perbaikan/pengantian/penambalan bagian atap seng yang bocor;
3. Perbaikan/penggantian atap seng yang lepas paku;
4. Pembersihan dan pelapisan atap g dengan cat anti air (waterproofing) dan anti karat;
5. Mengganti papan listplank yang rusak/lapuk.

B. LAPIS PLAFON

76
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Gbr. 4.a e. Komponen lapis plafon dan rangka pada beberapa titik pada langit-langit bangunan
gedung perawatan Puskesmas Pendolo yang rusak/lapuk, patah/lepas-lepas dan
catnya mengelupas.
Rekomendasi:
1. Perbaikan/penggantian pada sebagian rangka plafon yang rusak/lapuk ;
2. Perbaikan/pengantian pada sebagian lapis plafon yang rusak/lapuk;
3. Pengecatan kembali plafon (seluruhnya).

C. DINDING SUSUNAN BATA BATU

Retak ringan akibat penurunan pondasi setempat

77
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Lumut/jamur

Gbr. 5.a g. Kondisi umum komponen dinding susunan bata batu masih intak (utuh) dalam
hampir keseluruhan ruangan kecuali pada dua lokasi mengalami retak vertikal
ringan akibat penurunan pondasi setempat.
Rekomendasi:
1. Perbaikan retak vertikal dinding pada sekurangnya dua lokasi;
2. Perbaikan plester + aci pada sebagian dinding bata yang plester dan aciannya lepas-
lepas atau rusak (berlubang);
3. Pengikisan lumut/jamur, perbaikan plester mortar dan pengecatan seluruh dinding (dinding
eksterior boleh menggunakan dulux weathershield).

D. KUSEN PINTU & JENDELA

78
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Gbr. 6.ac. Komponen bangunan berupa kusen pintu, jendela dan ventilasi pada umumnya
mengalami kerusakan ringan - sedang berupa proses penuaan dan dekomposisi
alami bahan kayu karena pengaruh kelembaban dan variasi temperatur, akibat
kotoran yang menempel, akibat serangan jamur, akibat terkelupasnya lapisan cat
dan penyebab mekanis lainnya. Sebagian bilah-bilah kaca nako telah hilang dan
terjadi perkaratan frame.
Rekomendasi:
1. Perbaikan/penggantian bilah-bilah kaca nako yang pecah atau hilang;
2. Pembersihan kusen dan bilah-bilah kaca yang kotor/kusam (diamplas);
3. Perbaikan sekrup lepas;
4. Perbaikan finishing berupa dempul/meni kayu
5. Pengecatan.

E. LANTAI KERAMIK

79
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Gbr. 7.ad. Komponen lantai keramik di dalam dan luar bangunan dalam kondisi baik dan hanya
mengalami proses abrasi (gesekan) biasa yang normal selama usia pemakaian. Tidak
ditemukan retak-retak lantai yang signifikan kecuali pada satu lokasi di teras muka
bangunan.
Rekomendasi:
1. Pembersihan dan perbaikan bahan filling (nat);
2. Penggantian keramik lantai yang pecah;
3. Pengisian celah lantai yang retak dengan bahan grouting mis: SikaGrout 215.

F. PONDASI
Rekomendasi (lihat Gbr. 2.a-c):
1. Perbaikan retak/patah geser pada lantai dengan cara mengisi adukan semen
(mortar) atau bahan filling khusus misalnya produk SIKA;

Posisi geografik:
-20 3 43.328 LS
1200 41 55.443 BT
Elevasi:
+ 525 meter dpl.

Gbr. 1. Aerial foto gedung dan areal Puskesmas Pendolo, jalan Trans Sulawesi Tentena Pendolo -
Tidantana, Kecamatan Pamona Selatan

Tabel 1. Posisi geografik Puskesmas Pendolo

Posisi Geografik
Koordinat Lintang (GPS) : 020 03.744' Elevasi (GPS) : 1. 525 meter dpl.
Koordinat Bujur (GPS) : 1200 41.932' 2. meter dpl.

Tabel 2. Blok-blok Bangunan dan Ruangan di Puskesmas Pendolo (exclude Rumah


Dokter II)

80
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Luas Ruang, Luas Blok


Nama Ruang, Nama Blok Luas Tanah Tahun
No. Ruang, Luas Bangunan Keterangan
Ruangan, Nama Bangunan (m 2 ) Pembuatan
(m 2 )
1. Teras Utama 3.55x4.00 100.00x123.00 1984
2. Bangunan Kantor 2.20x25.10, 10.85x25.10
3. Bangunan Rg. Perawatan 2.20x28.25
4. Teras Samping Rg. Prwtn 2.20x9.15
5. Laboratorium 9.15x28.25, 6.15x10.15
6. Rumah Paramedis 1 4.00x4.00, 6.15x28.30
7. Rumah Paramedis 2 2.00x6.00, 8.00x12.30
8. Rumah Paramedis 3 1.70x6.10, 8.00x12.30
9. Rumah Dokter 1 2.40x5.00, 7.60x10.00
Luas Total Bangunan = 1242.16 m2 Luas Areal = 12.300 m2

Dalam persyaratan tata bangunan dan lingkungan, perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai,
disebutkan bahwa syarat kedua (syarat pertama adalah sedangkan Koefisien Daerah Hijau (KDB) adalah
kesesuaian peruntukkan lokasi) yang harus dipenuhi angka prosentase perbandingan antara luas ruang
oleh suatu kegiatan pembangunan gedung adalah terbuka hijau dan luas lahan atau daerah perencanaan
angka intensitas dan kepadatan bangunan. Intensitas (UU BG No. 28 Tahun 2002, PP No. 36 Tahun 2005,
dan kepadatan bangunan gedung ditentukan Permen PU No. 29 Tahun 2006, Perda No. 34 Tahun
berdasarkan parameter Koefisien Dasar Bangunan 2008, Perda No. 8 Tahun 2012). Dalam Peraturan
(KDB) yaitu rasio antara luas total lantai dasar Daerah Kabupaten Poso No. 8 Tahun 2012 disebutkan
bangunan dan luas lahan/persil/kavling, Koefisien angka KDB maksimal sebesar 60% dan KLB
Lantai Bangunan (KLB) adalah rasio antara luas maksimal sebesar 1.20. Koefisien Daerah Hijau
seluruh lantai bangunan dan luas tanah (KDH) ditentukan sebesar minimal 25%.

Tabel 3. Perhitungan Organisasi Ruang (existing) pada Lahan Puskesmas Pendolo


Nomor

EXISTING BATASAN Keterangan


ORGANISASI RUANG 2 2
(m ) (m ) Referensi

KIB C,
1 Luas Lahan 12300.0 12300.0
Pengukuran/Survey

Luas Lantai Dasar Blok-blok Estimasi/Survey


2 1242.2 7380.0
Bangunan dan Ruangan Lapangan

Luas Seluruh Lantai Bangunan Yang Estimasi/Survey


3 1242.2 9840.0
Ada Lapangan

Perda RTRW Poso


4 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 0.10 0.60
No. 8 Tahun 2012

Perda RTRW Poso


5 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) 0.10 1.20
No. 8 Tahun 2012

masa datang karena sekalipun struktur bangunan kaku


Berdasarkan tabel 3 disimpulkan bahwa Puskesmas
tetapi struktur tanah dasarnya (fondasi) yang terletak
Pendolo merupakan salah satu puskesmas di
di atas alas tanah kepasiran kemungkinan besar akan
Kabupaten Poso dengan areal yang paling lapang atau
memperbesar amplitudo gempa. Untuk memastikan
memiliki prosentase ruang terbuka hijau (RTH) yang
ketahanan gempa dari bangunan ini maka harus
paling besar.
diadakan analisa dan investigasi yang lebih mendalam
pada komponen penahan lateral (kolom, balok sloof,
Secara struktural (proteksi gempa), blok gedung
balok ring, balok lintel dinding dan dinding susunan
perawatan ini diperkirakan memiliki kapasitas
bata batu) dan pondasi.
menengah atau keandalan menengah terhadap beban
horizontal akibat gempa bumi yang mungkin terjadi di

81
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Tabel 4. Penilaian Keandalan Komponen Bangunan


No. Komponen Prosentase Nilai Angka
Komponen Keandalan Keandalan
1. Pondasi 10% 80% 0.080
2. Struktur Kolom, Sloof 30% 85% 0.255
3. Lantai 10% 90% 0.090
4. Dinding/Rangka 15% 85% 0.128
5. Plafon 7% 65% 0.046
6. Atap 10% 60% 0.060
7. Utilitas 10% 80% 0.080
8. Finishing 8% 30% 0.024
Jumlah 100% - 0.762

lapis plafon + rangka, penutup atap seng +


IV. KESIMPULAN, PERKIRAAN listplank, kusen pintu dan jendela, dinding
DERAJAT KERUSAKAN, ANGKA susunan bata batu dan finishing.
KEANDALAN DAN REKOMENDASI
DERAJAT KERUSAKAN:
KESIMPULAN:
Secara fungsional, derajat kerusakan bangunan sebesar
1. Komponen-komponen blok bangunan Gedung
23.80% atau rusak sedang minor (limit bawah).
Perawatan Puskesmas Pendolo memiliki tingkat
kerusakan yang bervariasi, namun secara umum
ANGKA KEANDALAN:
fungsi bangunan berada dalam kondisi rusak
Secara struktural (lihat tabel penilaian keandalan
sedang minor, kecuali komponen lapis penutup
komponen), blok bangunan Gedung Perawatan
atap, listplank dan lapis plafon (masing-masing
Puskesmas Pendolo ini termasuk kategori kurang andal
rusak sedang mayor 40 dan 45%), dan
dengan perkiraan angka keandalan bangunan sebesar
memerlukan rehabilitasi ringan hingga sedang
76.20%.
limit bawah sebesar 23.8%. Secara keandalan
struktural dan pemenuhan syarat keselamatan
REKOMENDASI:
bangunan (aspek ketahanan gempa dan proteksi
Direkomendasikan untuk dipertahankan/dilanjutkan
kebakaran), komponen-komponen fisik blok
masa pemakaiannya dengan Perbaikan atau
bangunan Gedung Perawatan Puskesmas Pendolo
Rehabilitasi Komponen-komponen Bangunan sebesar
berada dalam kondisi kurang andal, dengan sisa
prosentase 23.80% dari Biaya
angka keandalan 76.20%.
Rekonstruksi/Pembangunan Baru.
2. Ketidakfungsionalan dan ketidakandalan
komponen-komponen fisik blok bangunan
Gedung Perawatan Puskesmas Pendolo
REFERENSI
diakibatkan terutama oleh penurunan kualitas
material bangunan selama masa pemakaian atau [1] Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan
usia bangunan, penurunan kualitas material akibat Gedung;
[2] Undang-undang no. 26 tahun 2007 tentang Penataan
mengalami deformasi dan penurunan setempat
Ruang;
pondasi, kerusakan fisika dan kimiawi akibat [3] PP no. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
pengaruh temperatur dan kelembaban (infiltrasi Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan
air). Gedung;
3. Komponen bangunan dengan penurunan kualitas [4] Permen PU no. 45 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
terbesar adalah lapis plafon dan penutup seng, Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
dimana sebagian lapis + rangka plafon [5] Permen PU no. 6 tahun 2007 tentang Pedoman Umum
memerlukan penggantian, sedangkan komponen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
penutup atap seng walaupun telah mengalami [6] Permen PU no. 25 tahun 2008 tentang Pedoman Teknis
penurunan mutu yang signifikan tetap masih Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
(RISPK);
dapat digunakan dengan penambalan lubang-
[7] Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1987 ...
lubang dan pengecatan anti karat. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
4. Apabila blok bangunan Gedung Perawatan Gedung (SKBI-1.3.5.3-1987);
Puskesmas Pendolo ini hendak dipertahankan [8] Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
maka prioritas perbaikan terletak pada komponen Bangunan Gedung (SNI-03-1726-2002)

82
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

PENILAIAN KEANDALAN, ANALISIS KOMPONEN DAN


REKOMENDASI PENANGANAN BANGUNAN RUMAH DOKTER
PUSKESMAS TENTENA
Henny Indriyani Abulebu1)
1)
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sintuwu Maroso

Kata Kunci keandalan bangunan, puskesmas tentena, kabupaten poso, analisa komponen bangunan

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil peninjauan dan visual screening tim


Fakultas Teknik Unsimar Poso, pada tanggal 13 April II. INTERPRETASI TINGKAT
2016, dibawah ini diberikan hasil penilaian keandalan KEANDALAN BANGUNAN
bangunan rumah dokter Puskesmas Tentena, sbb:

Struktural
Sub Sistem Persentase Klasifikasi Tingkat
No. Struktural Tingkat Kerusakan, Komentar Rencana Penanggulangan
Kerusakan
1. Kuda-kuda dan 30 - 45% Penurunan kualitas akibat lamanya
usia pemakaian, dekomposisi/lapuk
rangka atap akibat (cuaca) kelembaban dan Apabila diperlukan:
deformasi akibat beban/tekanan Rehabilitasi sedang mayor
angin.

2. Rangka, lapis 45 60% Penurunan mutu lapis penutup atap


tersebar merata dengan intensitas
plafon dan lapis 30-60%. Sementara, lokasi dan Apabila diperlukan:
penutup seng derajat kerusakan lapis plafon juga Rehabilitasi sedang
tersebar secara tidak merata.
Kerusakan disebabkan penurunan
Rehabilitasi Berat
kualitas material akibat usia
pemakaian, akibat pengaruh mutu
lapisan penutup atap (rembesan air)
dan penyebab mekanis.
3. Pondasi 30% Kerusakan sedang disebabkan
penurunan tanah dasar dan
pengaruh muka air tanah Rehabilitasi sedang
.
4. Dinding tembok 10% Kerusakan ringan disebabkan
penurunan kualitas material akibat
Bata paparan air (pengaruh cuaca). Rehabilitasi ringan
5. Kolom Beton 30 - 45% Kerusakan sedang mayor akibat
penurunan tumpuan, penurunan
Bertulang dan kualitas material akibat usia, Rehabilitasi Sedang mayor
Sloof pembebanan dan pengaruh cuaca.
Kerusakan sedang mayor sebagian
besar bagian kusen pintu/jendela
6. Kusen Pintu dan 30 - 45% dan ventilasi disebabkan Rehabilitasi Sedang mayor
Jendela, Ventilasi dekomposisi material akibat usia
pemakaian dan kelembaban.
Kerusakan ringan pada sebagian
lapisan penutup lantai akibat erosi,
7. 15% penurunan kualitas material akibat
Lantai
usia dan pemakaian (aus). Rehabilitasi ringan

Sistem Proteksi Gempa (Merujuk standar SNI-1726-2002, Zona 4)


Sub Sistem Estimasi
No. Ketahanan Tingkat Komentar Rencana Penanggulangan
Gempa Ketahanan
Gempa
83
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

1. Pondasi Tanah dasar Sekalipun untuk bangunan kantor Perkuatan fondasi dan sloof
tidak bertingkat biasa dengan tinggi
lunak. Pondasi dinding bata tidak melebihi 3.50
(strengthening and retrofitting)
tidak meter kekuatan dasar pondasi harus
memenuhi diletakkan diatas lapisan yang
cukup keras
2. Dinding Bata Tidak Penuaan material, batu-bata, Apabila diperlukan: perkuatan
Memenuhi spesi dan lapis plester dinding (strengthening and
retrofitting) menggunakan balok
lintel
3. Kolom Beton Kolom Tulangan praktis terpasang Apabila diperlukan: analisa dan tes
Bertulang praktis tidak kurang memenuhi Schmidt-Hammer , perbaikan
lapisan selimut beton, strengthening
memenuhi and retrofitting) dengan standar
proteksi gempa mengacu pada UU
BG No.28/2008 dan SNI-1726-2002
4. Balok Sloof Balok Sloof Kurang andal dalam Apabila diperlukan: analisa dan
Praktis menahan beban gempa tetapi kemudian perkuatan balok sloof dan
perlu dites kekuatannya balok ring (strengthening and
kurang retrofitting) dengan standar proteksi
memenuhi gempa mengacu pada UU BG
No.28/2008 dan SNI-1726-2002
5. Join Balok- Tidak Tidak menggunakan detail Apabila diperlukan: analisa dan
Kolom dan memenuhi (tulangan) penulangan tahan kemudian perkuatan join
gempa (strengthening and retrofitting)
Sambungan dengan pendetailan tulangan join
Dinding balok-kolom

Sistem Proteksi Kebakaran (Merujuk Permen PU No. 25/2008 tentang RISPK)


Sub Sistem Estimasi
No. Proteksi Tingkat Komentar Rencana Penanggulangan
Kebakaran Ketahanan
thd. Bahaya
Kebakaran
1. Jenis material Sebagian Kusen pintu dan jendela Apabila diperlukan: konstruksi
(bukaan-bukaan), kuda-kuda rangka atap dan kuda-kuda
konstruksi material
dan rangka plafon serta plafon menggunakan material baja ringan,
bangunan tidak terbuat dari material dasar kayu lapis plafon dan lisplank
memenuhi, yang merupakan bahan bakar menggunakan material asbes atau
rentan bagi api/panas (bahan mudah gypsum
mengalami terbakar)
kebakaran
2. Alat Pemadaman
Tidak ada alat pemadaman api
Api Ringan Tidak ringan yang portable (tabung Apabila diperlukan:
(Tabung APAR) tersedia APAR) Pengadaan
Utilitas
Sub Sistem Persentase Keterangan Tingkat
No. Utilitas Tingkat Kekurangan Rencana Penanggulangan
Kekurangan
1. Kamar 0% Terdapat 1 KM/WC dari 1 yang -
dibutuhkan untuk 3 orang
mandi/WC
2. Sarana air bersih 0% Cukup memenuhi -
Saluran Pembuangan air kotor stagnan
3. Sarana 100% karena kurang elevasi
Apabila diperlukan: pembuatan
pembuatan air SPAL
kotor (limbah)
Terdapat 1 Septic Tank dari 1 yang -
4. Septic Tank 0% dibutuhkan
5. Listrik 0% Cukup memenuhi kebutuhan -

Arsitektural
Sub Sistem Persentase Klasifikasi Tingkat
No. Arsitektural Tingkat Kekurangan Rencana Penanggulangan
Kekurangan

84
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

1. Luas Total Luasan Ruangan Dalam Bangunan


Rumah Dokter + Garasi = 92.9 +
Rumah Dinas 0% 25.2 = 118.1 m2 -
Dokter + Garasi
2. Ukuran Ruangan 0% Ukuran ruangan memenuhi. -
Persyaratan ideal adalah 9.6 - 10.0
m2/orang, dsb.
3. Luas Halaman, 0% Memenuhi -
Parkir
4. Elevasi 15 cm Kurang Memenuhi Peninggian Taraf Ktinggian
Lantai Bangunan Lantai

SKSNI-1991, SNI-2002, PP No. 36/2005 dan Permen


III. ANALISA PU No. 48/2007).

Bangunan ini terletak di atas tanah alas fondasi jenis


Rumah Dokter Puskesmas Tentena adalah suatu blok
bangunan sedang yang digunakan sebagai rumah dinas medium (kepadatan sedang) lempung jenuh air, dan
homogen sehingga praktis tidak terjadi penurunan
dokter puskesmas. Bangunan termasuk kategori
setempat atau kerusakan pondasi (lajur) dan dinding
konstruksi permanen susunan tembok bata batu
pengisi bata yang signifikan selama jangka 31 tahun
(brick masonry building) dengan rangka bangunan
serta rangka kusen pintu dan jendela terbuat dari kayu. usia pemakaian.
Luas lantai bangunan terdiri dari, sbb: ruangan dalam
(9.0 x 9.3) = 83.7 m2, teras (3.3 x 2.8) = 9.2 m 2, dan Pada tahun 2016, blok bangunan rumah dokter ini akan
terkena rencana rekonstruksi/pembangunan baru dari
garasi (4.2 x 6.0) = 25.2 m2. Luas total = 83.7 + 9.2 +
Dinas Kesehatan Kabupaten Poso. Dengan demikian
25.2 = 118.1 m2 . Bangunan dikonstruksi pada 1985
blok rumah dokter ini tidak dipertahankan atau akan
(usia bangunan 31 tahun), maka berdasarkan standar
dihapuskan/dibongkar.
umur rencana bangunan permanen, secara teknis
bangunan akan mencapai batas minimum usia pakai
pada 2005 dan maksimum pada tahun 2035 (standar Dalam halaman 86 s.d. halaman 89 di bawah ini
diberikan visual screening dan sejumlah
umur rencana bangunan permanen minimum 20
Tahun dan maksimum 50 Tahun menurut SKBI-1987, analisis/kajian teknis.

Blok Rumah Dokter


Puskesmas Tentena
Posisi geografik:
-10 44 28.575 LS
1200 39 15.389 BT
Elevasi Lantai:
+ 524.0 dpl.

Gbr. 1. Peta dan posisi geografik Blok Bangunan Puskesmas Tentena (Rumah Dokter)

85
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Posisi Geografik
Koordinat Lintang (GPS) : 010 45.389' Elevasi (GPS) : 1. 524 meter dpl.
Koordinat Bujur (GPS) : 1200 38.951' 2. meter dpl.

DETAIL UMUM
Luas Ruang, Luas Blok
Nama Ruang, Nama Blok Luas Tanah Tahun
No. Ruang, Luas Bangunan Keterangan
Ruangan, Nama Bangunan (m 2 ) Pembuatan
(m 2 )
1. Blok Kantor & Poliklinik 7.00x16.35, 7.20x16.35 73.00x48.70 1985, 1990, 2013
2. Blok Ruang Perawatan 2.00x16.30, 7.15x16.30
3. Blok UGD + Rg. Persalinan 2.00x16.35, 7.15x16.35
4. Blok 4 2.00x16.35, 7.15x16.35
5. Rumah Dokter 3.30x2.80, 9.00x9.30
6. Garasi 4.20x6.00
7 KM 2x1.00x3.10, 1.90x3.10
2
Luas Total Bangunan = 810.75 m2 Luas Lahan = 3555.1 m

Tabel 1. Estimasi Penggunaan Ruang (existing) Lahan Puskesmas Tentena


Nomor

EXISTING BATASAN Keterangan


ORGANISASI RUANG 2 2
(m ) (m ) Referensi

KIB C,
1 Luas Lahan 3555.1 3555.1
Pengukuran/Survey

Luas Lantai Dasar Blok-blok Estimasi/Survey


2 Bangunan dan Ruangan 810.8 2133.1
Lapangan

Luas Seluruh Lantai Bangunan Yang Estimasi/Survey


3 Ada 810.8 2844.1
Lapangan

Perda RTRW Poso


4 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 0.23 0.60
No. 8 Tahun 2012

Perda RTRW Poso


5 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) 0.23 1.20
No. 8 Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 1 (komposisi penggunaan ruang), maksimum koefisien sesuai Perda RTRW Poso No. 8
besaran KDB dan KLB masih dibawah besaran Tahun 2012.

Gbr. 2. a-b. Tampak depan Rumah Dokter Puskesmas Tentena

Untuk menentukan keandalan dan derajat kerusakan kerangka kayu, dinding bata batu, kusen pintu dan
bangunan maka diadakan pengukuran dan pemeriksaan jendela, plafon, listplank, rangka kuda-kuda, lapis
visual pada komponen-komponen pondasi, struktur penutup seng dan lantai.

86
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Listplank lapuk

Gbr. 3.a-b. Tampak seng penutup atap


yang telah mengalami proses korosi tingkat
2 (70%) dan korosi tingkat 3 (30%).

Gbr. 4. a - d. Lapis plafon + rangka dan


listplank, khususnya plafon di area luar ruangan
sebagian besar mengalami dekomposisi atau
lapuk akibat rembesan air.
Derajat kerusakan berkisar 60%.

87
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Gbr. 5. a - e. Tampak penurunan kualitas dinding bata (proses karbonasi


plesteran menjadi bahan serupa kapur yang rapuh dan lepas-lepas),
beberapa retak horizontal dan dekomposisi rangka tiang kayu. Kerusakan
terutama disebabkan kelembaban (air) dan variasi temperatur. Derajat
kerusakan berkisar 30 60%.

Dekomposisi tiang kayu (pelapukan)

Dinding retak horizontal

Gbr. 6. a - b. Kusen pintu dan jendela mengalami penurunan kualitas akibat dekomposisi alami
bahan kayu klas II yang dipengaruhi kelembaban (uap air). Derajat kerusakan berkisar 45 60%.

88
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

Gbr. 7. a - b. Bagian
atas pondasi lajur
terpengaruh muka air
tanah secara kontinu.
Karena beban
bangunan di atasnya
yang ringan maka
dampak kejadian ini
hanya minimal.

Penyebab penurunan fungsi komponen bangunan rendah atau keandalan rendah terhadap beban
sebagaimana dipresentasikan dalam gambar-gambar di horizontal akibat gempa bumi yang mungkin terjadi di
atas adalah: masa datang karena sistem perkuatan dinding batanya
masih belum memadai apabila ditinjau dari syarat-
1. Dekomposisi alami material akibat usia syarat teknis atau standar ketahanan gempa untuk zona
pemakaian; 3-4 (wilayah Kabupaten Poso). Yang termasuk
2. Kerusakan yang bersifat kimiawi akibat reaksi komponen struktural adalah struktur penopang
sulfat; bangunan (fondasi), balok pengaku (sloof dan
3. Kerusakan akibat kelembaban; ringbalk), kolom, balok dan pelat (termasuk luifel),
4. Pengaruh muai-susut dan pergerakan tanah. dan balok lintel (pengaku dinding dan ringbalk).

Secara struktural (proteksi gempa), blok bangunan


rumah dokter ini diperkirakan memiliki kapasitas

Tabel 2. Penilaian Keandalan Komponen Bangunan


No. Komponen Prosentase Nilai Angka
Komponen Keandalan Keandalan
1. Pondasi 10% 70% 0.0700
2. Struktur Kolom, Sloof 30% 40% 0.1200
3. Lantai 10% 80% 0.0800
4. Dinding 15% 50% 0.0750
5. Plafon 7% 40% 0.0280
6. Atap 10% 60% 0.0600
7. Utilitas 10% 50% 0.0500
8. Finishing 8% 30% 0.0240
Jumlah 100% - 0.5070

89
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

REFERENSI
IV. KESIMPULAN, PERKIRAAN [1] Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan
DERAJAT KERUSAKAN, ANGKA Gedung;
KEANDALAN DAN REKOMENDASI [2] Undang-undang no. 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang;
[3] PP no. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
KESIMPULAN: Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan
1. Komponen-komponen Blok Bangunan Rumah Gedung;
Dokter Puskesmas Tentena memiliki tingkat [4] Permen PU no. 45 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
kerusakan yang bervariasi, namun secara umum Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
fungsi bangunan berada dalam kondisi rusak [5] Permen PU no. 6 tahun 2007 tentang Pedoman Umum
berat, kecuali komponen lantai (rusak ringan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
20%), dan bangunan secara keseluruhan [6] Permen PU no. 25 tahun 2008 tentang Pedoman Teknis
Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
memerlukan rehabilitasi sedang s.d. rehabilitasi
(RISPK);
berat hingga 49.30%. Secara keandalan struktural [7] Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1987 ...
dan pemenuhan syarat keselamatan bangunan Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
(aspek ketahanan gempa dan proteksi kebakaran), Gedung (SKBI-1.3.5.3-1987);
komponen-komponen fisik blok rumah dokter [8] Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
puskesmas tentena ini berada dalam kategori Bangunan Gedung (SNI-03-1726-2002)
tidak andal, dengan sisa angka keandalan 50.70%.
2. Ketidakfungsionalan dan ketidakandalan
komponen-komponen fisik blok Rumah Dokter
Puskesmas Tentena terutama disebabkan oleh
penurunan kualitas material bangunan selama
masa pemakaian atau usia bangunan, penurunan
kualitas material akibat dekomposisi bahan yang
dipengaruhi oleh tingkat kelembaban yang relatif
tinggi.
3. Apabila bangunan direhabilitasi berat pada taraf
50% maka prioritas perbaikan komponen terdapat
pada: rangka struktur, dinding bata batu, lapis
penutup dan rangka kuda-kuda, kusen pintu dan
jendela, lapis dan rangka penutup plafon dan
lisplank, lapis finishing.
4. Apabila blok bangunan Rumah Dokter Puskesmas
Tentena ini dapat disetujui untuk penghapusan
aset maka proses perencanaan atau desain
terutama harus memperhatikan dan menerapkan
kriteria struktural dan keamanan untuk bangunan
kantor pemerintah (proteksi gempa dan
kebakaran), yaitu SNI-03-1726-2002, SNI-03-
2487-2002, SNI-03-1726-2000.

DERAJAT KERUSAKAN:
Secara fungsional, derajat kerusakan bangunan sebesar
49.30% atau rusak berat minor (limit bawah).

ANGKA KEANDALAN:
Secara struktural (lihat tabel penilaian keandalan
komponen), blok Rumah Dokter Puskesmas Tentena
ini termasuk kategori tidak andal dengan perkiraan sisa
angka keandalan bangunan sebesar 50.70%.

REKOMENDASI:
Direkomendasikan untuk rekonstruksi (pembangunan
baru) Rumah Dokter Puskesmas Tentena.

90
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1

91

Anda mungkin juga menyukai