Pendahuluan
Gedung Kantor Kejaksaan Negeri Poso merupakan bangunan gedung berlantai 2 (dua)
dengan luas total bangunan 800 m², dan terletak di jalan Pulau Kalimantan No. 13,
Poso. Gedung ini mulai beroperasi pada Tahun 2011. dengan tipe struktur portal beton
bertulang dengan dinding-sisip atau dinding pengisi (reinforced concrete frame with
brick-masonry infills) untuk membentuk partisi ruangan lantai 1 dan 2. Adapun pusat
massa bangunan mengandung eksentrisitas (kemencengan) tertentu oleh karena
denah penempatan tangga beton bertulang mengandung ketidaksimetrisan tertentu.
Pada gempa 28 September 2018 gedung kantor ini telah mengalami goncangan atau
getaran horizontal yang cukup kuat dan dampak dari gempa bumi itu akan dianalisa
dalam laporan ini.
Gambar 1. Tampak Depan Gedung Kantor Kejaksaan Negeri Poso, Jl. Pulau Kalimantan No. 13,
Poso. Gedung ini secara struktural digolongkan sebagai portal beton bertulang
dengan dinding-bata sisip (reinforced concrete frame with brick-wall infills).
Pada 28 September 2018, suatu gempa bumi dangkal yang sangat kuat terjadi di leher
Semenanjung Minahasa. Pulau Sulawesi, dengan episenter gempa di Kabupaten Dong-
Gambar 3. Aerial view Posisi Gedung Kantor Kejaksaan Negeri Poso, Jl. Pulau Kalimantan No.
13, Kelurahan Gebangrejo, Kecamatan Poso Kota
gala. Gempa utama berkekuatan 7.53Mw itu terletak 150 km dari lokasi bangunan
(Poso), sedang gempa-gempa susulan 6.1 – 5.4 Mw dalam radius 70 – 125 km.
Intensitas getaran gempa bumi yang diukur berdasarkan percepatan tanah dasar
maksimum diberikan pada Gambar 2. Intensitas Percepatan Tanah Maksimum pada
lokasi bangunan ≈ 0.062g dan intensitas Mercalli yang dimodifikasi (MMI=Modified
Mercalli Intensity) sebesar V.
Dari pengamatan di lapangan, tidak ada indikasi resiko geotektonis pada lokasi
bangunan, misalnya pemekaran tanah (lateral-spreading), settlement atau subsidence
(penurunan muka tanah yang menyebabkan penurunan pondasi) atau pun retak atau
celah permukaan tanah (ground cracking).
Berdasarkan tampak visual, bangunan gedung kantor ini terlihat utuh dan tiada terdapat
bagian atau elemen struktural atau non-struktural yang lepas, runtuh atau patah, kecuali
beberapa retak yang terlokalisir pada kolom dan dinding pertemuan.
Deformasi lateral (horizontal) adalah penyebab utama kerusakan struktur akibat getaran
tanah. Juga, deformasi lateral itu menyebabkan kerusakan- kerusakan pada banyak
elemen atau komponen-komponen non-struktural bangunan (dinding-bata, keramik
dinding dan plafon). Berdasarkan tinjauan lapangan, kemiringan (vertikalitas) bangunan
masih dalam batas-batas normal.
Gambar 4. Kolom beton bertulang lantai dua di Ruang Kasi Datum ini mengalami retak vertikal
dan pecah selimut kolom akibat gaya geser horizontal berarah Utara-Selatan yang
melampaui kapasitas kolom. Hal ini merupakan Kerusakan Struktural kategori II atau
III (D2 – D3).
Berdasarkan kerusakan yang terjadi ini, kolom beton bertulang mengalami kerusakan
minor 20% (Tabel 3), tapi secara komprehensip bangunan ini hanya mengalami
kerusakan Ringan.
Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Kerusakan Struktural (D) dan Sisa Kapasitas Tahan Gempa (R).
Rumus: R = 1 – D/100
Berdasarkan kondisi elemen-elemen kolom, balok dan join beton bertulang, bangunan
ini termasuk kategori Rusak Ringan (Light or Minor Damage, tingkat kerusakan ≈5%,
lihat Tabel 3). dan tidak berpotensi menyebabkan keruntuhan struktural atau pun
bangunan baik secara parsial maupun total.
Gambar 5.a-b. (a) Suatu Retak vertikal pemisahan bidang dinding dan kolom sepanjang 3.0
meter dan lebar celah 1 mm yang diakibatkan oleh gaya geser horizontal gempa
berarah Utara-Selatan pada dinding bagian Utara Ruang Kasi Datum; (b) Retak
vertikal lainnya sepanjang 3.0 meter dan lebar celah 1 mm akibat gaya gempa
lateral berarah Utara-Selatan pada dinding Utara Ruang Kajari.
oleh karena komponen-komponen itu biasanya tidak didesain dan tidak didetailkan
secara khusus. Sebagai akibatnya, bahkan getaran gempa-gempa sedang atau
simpangan struktur tingkat menengah sekalipun sudah dapat menyebabkan kerusakan
pada elemen non-struktural yang membahayakan jiwa penghuni bangunan apabila
runtuh atau lepas. Namun demikian keretakan dinding bata yang terjadi pada Ruang
Kasi Datum, Ruang Bendahara dan Ruang Kajari tidak terlalu parah dan hanya
tergolong Rusk Ringan (lihat Tabel 4).
Tabel 5. Klasifikasi Kerusakan Bangunan Sistem Struktur Portal Beton Bertulang dengan
Dinding-
Bata Pengisi
Kesimpulan
Berdasarkan evaluasi dan analisis terhadap elemen-elemen utama bangunan Gedung
Kantor Kejaksaaan Negeri Poso pasca-gempa 7.5 Mww, 28 September 2018, yaitu:
1. Aspek Seismotektonik dan Geotektonik Lokasi Bangunan;
2. Kondisi Umum Bangunan;
3. Vertikalitas Bangunan;
4. Elemen-elemen Struktural Bangunan;
5. Elemen-elemen Non-Struktural Bangunan.
Disimpulkan bahwa:
1. Akibat gempa bumi Palu-Donggala 7.5Mw tanggal 28 September 2018 yang
episenternya berjarak 150 km dari Poso, permukaan tanah di lokasi kantor
Kejaksaan Negeri Poso merasakan percepatan maksimum sebesar PGA ≈
0.062g dan MMI=V yang dikategorikan sebagai goncangan sedang.
2. Getaran atau goncangan sedang dengan percepatan 0.062g atau MMI skala V
menyebabkan sebuah kolom lantai dua di Ruang Datum mengalami kelebihan
pembebanan gaya geser lateral dan gaya aksial sehingga timbul retak-retak
vertikal sepanjang sumbu kolom dengan sedikit pecah selimut beton. Kerusakan
kolom ini termasuk kategori Rusak Ringan-Sedang.
3. Elemen-elemen Non-Struktural Bangunan (dinding bata) hanya mengalami
kerusakan yang kecil baik secara kualitas maupun kuantitas dan masuk kategori
Rusak Ringan (Light), dengan tingkat kerusakan D ≈ 5%;
4. Bangunan Gedung Kantor Kejaksaaan Negeri Poso ini AMAN dari mekanisme
keruntuhan secara parsial maupun total terhadap gempa-gempa susulan Gempa
Palu 28 Sept. 2018. Bangunan memenuhi kriteria keandalan secara struktural;
5. Walaupun secara struktural bangunan memenuhi kriteria keandalan dan
dikategorikan AMAN, namun kerusakan kolom beton bertulang dan beberapa
retak-retak dinding minor harus segera ditangani atau diperbaiki.
6. Estimasi Waktu perbaikan maksimal selama 3 hari.
2. Sebuah kolom beton bertulang yang mengalami retak vertikal dan adanya tanda-
tanda bahwa tulangan utama memanjang kolom mengalami korosi, diperbaiki
dengan salah satu dari dua pilihan yang tersebut di bawah.
Pilihan Pertama: Cara ini berarti kolom diberikan perkuatan (strengthening) dengan
cara dipasangkan besi tulangan tambahan pada satu sisi kolom
dan dicor tambahan penampang baru kepada penampang kolom
yang lama. Dengan metoda ini kapasitas tahanan beban kolom
(khussnya terhadap beban-beban gempa) meningkat.
Bahan pengisi menggunakan adukan/campuran mortar grouting
atau mortar repair + semen dengan perbandingan 1 : 1
Gambar 7. Skema perbaikan dan perkuatan kolom beton bertulang dengan pelapisan
(jacketing) satu sisi. 1. Kolom existing; 2. Jacketing (Pelapisan); 3. Tulangan
existing; 4. Tulangan memanjang tambahan; 5. Kait/sengkang tambahan.
Pendahuluan
Rumah jabatan Kepala Kejaksaan Negeri Poso merupakan Bangunan Rumah Negara
yang secara luasan setara Tipe-B (120 m 2). Secara konstruksional bangunan ini terdiri
dari susunan tembok bata dengan perkuatan balok sloof, kolom praktis dan balok ring
beton bertulang. Bangunan dikonstruksi pada Tahun 1984, dengan demikian bangunan
ini telah mencapai minimum usia pakai 25 Tahun.
Gambar 1. Tampak Depan Rumah Jabatan Kepala Kejaksaan Negeri Poso, Jl. Pulau Sulawesi
No. 14, Poso. Gedung ini secara struktural digolongkan sebagai susunan dinding-
bata dengan perkuatan balok sloof, kolom praktis dan balok ring beton bertulang.
Tabel 2. Peta percepatan maksimum tanah dasar (PGA=Peak Ground Accelleration), kecepatan
maksimum tanah dasar PGV=Peak Ground Velocity) dan Skala Intensitas Mercalli yang
Dimodifikasi (MMI=Modified Mercalli Intensity)
gala. Gempa utama berkekuatan 7.53Mw itu terletak 150 km dari lokasi bangunan
(Poso), sedang gempa-gempa susulan 6.1 – 5.4 Mw dalam radius 70 – 125 km.
Intensitas getaran gempa bumi yang diukur berdasarkan percepatan tanah dasar
maksimum diberikan pada Tabel 2. Intensitas Percepatan Tanah Maksimum pada lokasi
bangunan ≈ 0.062g dan intensitas Mercalli yang dimodifikasi (MMI=Modified Mercalli
Intensity) sebesar V.
Dari pengamatan di lapangan, tidak ada indikasi resiko geotektonis pada lokasi
bangunan, misalnya pemekaran tanah (lateral-spreading), settlement atau subsidence
(penurunan muka tanah yang menyebabkan penurunan pondasi) atau pun retak atau
celah permukaan tanah (ground cracking).
7.. Pergeseran Horizontal atau Vertikal Ada pergeseran minor pondasi bangunan
yang menyebabkan timbulnya retak-retak
Gambar 3. Suatu kolom beton bertulang praktis yang tulangannya telahi korosif dan mengalami
lepas selimut kolom. Hal ini merupakan Kerusakan Struktural kategori II (D2).
Berdasarkan kondisi elemen-elemen struktural kolom, balok dan join beton bertulang,
bangunan ini termasuk kategori Rusak Ringan (Light or Minor Damage, tingkat
kerusakan ≈5%, lihat Tabel 3).
Gambar 4. (a) Retak vertikal pemisahan dinding sepanjang 4.0 m dan celah 10 mm yang
disebabkan oleh kombinasi efek dari pergoyangan gempa bumi dan penurunan
pondasi lajur di bawah dinding; (b) Retak vertikal daerah bukaan ventilasi di bagian
atas kusen pintu yang disebabkan oleh ketiadaan balok latei perkuatan bukaan di
atas kusen; (c) Retak vertikal di bagian atas kusen pintu merupakan efek kombinasi
getaran dan penurunan pondasi lajur; (d) Retak vertikal di sudut bawah bukaan
jendela yang juga merupakan efek kombinasi getaran dan penurunan pondasi lajur
Retak-retak dinding pada bangunan rumah jabatan Kepala Kejaksaan Negeri Poso ini,
didominasi oleh keretakan vertikal yang mengindikasikan adalah penurunan minor pada
pondasi (atau tanah dasar) akibat pergoyangan gempa-bumi. Hanya 1 dari 9 titik retak
yang termasuk retak sedang, selebihnya tergolong retak ringan (lihat Tabel 4).
Kesimpulan
Berdasarkan evaluasi dan analisis terhadap elemen-elemen bangunan Rumah Jabatan
Kepala Kejaksaaan Negeri Poso pasca-gempa 7.5 Mww, 28 September 2018, yaitu:
1. Aspek Seismotektonik dan Geotektonik Lokasi Bangunan;
2. Kondisi Umum Bangunan;
3. Vertikalitas Bangunan;
4. Elemen-elemen Struktural Bangunan;
5. Elemen-elemen Non-Struktural Bangunan.
Disimpulkan bahwa:
1. Permukaan tanah di lokasi bangunan rumah Kepala Kejaksaan Negeri Poso ini
mengalami percepatan tanah sebesar 0.062g atau 6.2%g dan intensitas getaran
V MMI (kekuatan sedang) akibat gempa bumi Palu-Donggala 7.5Mw tanggal 28
September 2018.
2. Getaran atau goncangan menengah dengan percepatan 0.062g dan intensitas
MMI skala V menyebabkan sebuah kolom tulangan praktis yang tulangannya
telah korosif karena usia pemakaian 33 Tahun dan selimut (cover) betonnya tipis
mengalami lepas selimut bagian bawah.
3. Retak-retak horizontal, diagonal dan vertikal lainnya dengan lebar celah > 5 mm
diperbaiki berdasarkan skema ketiga di bawah ini (menggunakan kawat anyam)
5. Kolom praktis yang lepas selimut beton bagian bawah dan adanya tanda-tanda
bahwa tulangan mengalami korosi, diperbaiki dengan mortar + semen. Sesudah
membongkar bagian selimut kolom yang retak, celah keretakan ditambal dengan
bahan pengisi menggunakan adukan/campuran mortar grouting atau mortar
repair + semen dengan perbandingan
Dr. Hi. Faidul Keteng, S.T., M.Si., M.T. Yoppy Soleman, S.T., M.T.
NIP. 19770103 200012 1 002 NIP. 19710731 200903 1 001
Referensi:
1. Campos A., Cardona Omar D., Carreno Marta Liliana: New Postearthquake Building Damage
Evaluation Procedures after Recent Earthquakes in Colombia.
2. Maeda Masaki, Matsukawa Kazuto: Revision of Guideline for Postearthquake Damage
Evaluation of RC Buildings in Japan.
3. El Ezz Ahmad Abo: Deformation and Strength Based Assessment of Seismic Failure
Mechanisms for Existing RC Frame Buildings.
4. Morales Johany M. Morales : Improvements of Dominican Guideline for Post-Earthquake
Evaluation of Buildings.
5. Gao Yuqing : Deep Transfer Learning for Image Based Structural Damage Recognition.
6. Verderame Gerardo Mario, Ricci Paolo : Damage Scenario for RC Buildings during the 2012
Emilia (Italy) Earthquake.
7. Onat Onur, Lourenco Paulo B. : Assessment of the Combined In-Plane and Out-of-Plane
Behavior of Brick Infills Walls within Reinforced Concrete Frames under Seismic Loading.
8. Duarte Costa Antunes Ferreira dos Santos : Seismic Assessment of an Old Reinforced
Concrete Building in the City of Lisbon.
9. Lacassin Robin : The Mw 7.5 Earthquake of 2018 September 28 in NW Sulawesi.
10. Tu Y.H., Ao L.C., Jean W.Y. : Study on the Earthquake Damage Evaluation Procedure for RC
and Confined Masonry Buildings.
11. Kaltakci M. Yasar, Arslan M. Hakan, Yilmaz Ulku S., Arslan H. Derya : A New Approach on the
Strengthening of Primary School Buildings in Turkey: Anb Application of External Shear Wall.
12. Boen Teddy & Associates : Retrofitting Simple Buildings Damage by Earthquakes.
13. Engindeniz Murat, Kahn Lawrence F., Zureick Abdul-Hamid: Repair and Strengthening of
Reinforced Concrete Beam-Column Joints: State of the Art.
14. Simsir C.C.; Ekwueme C., Hart G.C., Dumortier A.: Earthquake Damage Assessment of
Reinforced Concrete Hotel Buildings in Hawaii.
15. Nishiyama Isao, Okawa Izuru, Fukuyama Hiroshi, Okuda Yasuo : Building Damage by the
2011 off the Pacific Coast of Tohoku Earthquake and Coping Activities by NILIM and BRI
Collabortated with the Administratioin.
16. Sipos Kalman Tanja, Hadzima-Nyarko Marijana: Rapid Seicmic Rick Assessment.
17. Yilmaz Didem Gunes, Meding Jason von: Post-Earthquake Damage Assessment Process and
Problems in Turkey-A Case Study in Van Province.
18. Patton Jay: Sulawesi Earthquake, Tsunami and Liquifaction Report.
19. FEMA-774: Unreinforced Masonry Buildings and Earthquakes. Developing Successful Risk
Reduction Programs.
20. European Macroseismic Scale (EMS-98), FEMA-307, SNI-1726-2012, ATC-20, ATC-45.