Anda di halaman 1dari 21

0

MAKALAH
BANK ASI & BANK DARAH

OLEH :

HERLINA SELVIA
1526040136 P

PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam ilmu
kedokteran didorong oleh keinginan manusia untuk mempertahankan
eksistensi dan pemenuhan akan kebutuhannya. Ilmu dan teknologi kedokteran
menurut

pandangan

Islam

mestinya

dikembangkan

dalam

rangka

mengaktualisasikan potensi diri yang bersifat insan, kekhalifahan, kerisalahan


dan pengabdian kepada Allah dan kepada sesama manusia.
Kini, produk ilmu teknologi dan kedokteran semakin maju dan
bervariasi bentukmnya, namun teknologi dan produk yang dihasilkan
terkadang mendatangkan pro dan kontra baik secara sosial maupun menurut
pandangan agama seperti misalnya bank ASI dan bank darah.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi, karena
pengolahannya telah berjalan secara alami dalam tubuh si ibu. Sebelum anak
lahir, makanannya telah disiapkan lebih dahulu, sehingga begitu anak itu lahir,
air susu ibu telah siap untuk dimanfaatkan. Demikian kasih sayang Allah
terhadap makhluk-Nya. Namun demikian ada banyak kaum ibu pada saat ini
yang tidak dapat memberikan ASI kepada anaknya dengan berbagai alasan
seperti ASI-nya tidak keluar, alasan kesehatan serta karena waktunya tersita
untuk bekerja, maka muncullah gagasan untuk mendirikan Bank ASI untuk
memenuhi kebutuhan ASI balita yang ibunya tidak bisa menyusui anaknya
secara langsung.
Gagasan untuk mendirikan bank ASI ini sebenarnya telah berkembang
di Eropa kira-kira lima puluh tahun yang lalu. Gagasan itu muncul setelah
adanya bank darah. Mereka melakukannya dengan mengumpulkan ASI dari
wanita dan membelinya kemudian ASI tersebut dicampur di dalam satu tempat
untuk menunggu orang yang membeli ASI tersebut dari mereka.
Sedangkan mengenai bank darah, transfusi darah berasal dari bahasa
Inggris Blood Transfution yang artinya memasukkan darah orang lain ke

dalam pembuluh darah orang yang akan ditolong. Hal ini dilakukan untuk
menyelamatkan jiwa seseorang karena kehabisan darah.
Darah yang dibutuhkan untuk keperluan transfusi adakalanya secara
langsung dari donor dan adakalanya melalui Palang Merah Indonesia (PMI)
atau Bank Darah. Darah yang disimpan pada Bank darah sewaktu-waktu dapat
digunakan untuk kepentingan orang yang memerlukan atas saran dan
pertimbangan dokter ahli, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan
antara golongan darah donor dan golongan darah penerimanya.
Oleh karena itu, darah donor dan penerimanya harus dites kecocokannya
sebelum dilakukan transfusi. Adapun jenis-jenis darah yang dimiliki manusia
yaitu golongan AB, A, B, dan O.
Dalam pelaksanaannya baik Bank ASI maupun Bank darah banyak
mendatangkan polemic di masyarakat atas keberadaannya. Makalah ini akan
memcoba membahas tentang Bank ASI dan Bank Darah ditinjau dari kode
etik, peraturan/ UU atau pasal-pasal dan norma agama.
B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Menambah pengetahuan tentang Bank ASI ditinjau dari kode etik,
peraturan/ UU atau pasal-pasal dan norma agama.
2. Menambah pengetahuan tentang Bank Darah ditinjau dari kode etik,
peraturan/ UU atau pasal-pasal dan norma agama.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Bank ASI
1. Definisi
Bank ASI merupakan tempat penyimpanan dan penyalur ASI dari
donor ASI yang kemudian akan diberikan kepada ibu-ibu yang tidak bisa
memberikan ASI sendiri ke bayinya. Ibu yang sehat dan memiliki
kelebihan produksi ASI bisa menjadi pendonor ASI. ASI biasanya
disimpan di dalam plastik atau wadah, yang didinginkan dalam lemari es
agar tidak tercemar oleh bakteri.
Bank ASI, yaitu suatu sarana yang dibuat untuk menolong bayi-bayi
yang tidak terpenuhi kebutuhannya akan ASI. Pendapat lain mengatakan
bahwa Bank ASI adalah Bank khusus untuk menampung air susu ibu atau
suatu lembaga untuk menyimpan atau menghimpun air susu ibu. Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Bank ASI adalah suatu lembaga
yang dibuat yang tujuannya khusus untuk menyimpan atau mengumpulkan
ASI guna memenuhi kebutuhan bayi yang tidak terpenuhi
2. Kode Etik Penyelenggaraan Bank ASI
a. Syarat Donor ASI
Pemberian ASI pada bayi jelas sangat dianjurkan sebab ASI
makanan terbaik bayi. Kecuali bila ibu mengalami sakit berat dan
mengonsumsi obat-obatan yang dikhawatirkan "mencemari" ASI.
Donor ASI dapat dilakukan kepada bayi yang benar-benar tidak bisa
mendapatkan air susu ibunya sendiri. Misalkan dalam keadaan :

Ibu meninggal setelah melahirkan

Ibu yang mengidap Hepatitis B parah

Ibu yang positif mengidap AIDS

Ibu yang sedang dalam proses pengobatan kanker

Ibu dengan masalah jantung

Ibu yang mengalami Gangguan Hormon

b. Syarat Pendonor ASI


Tidak semua ibu bisa mendonorkan ASI nya. Ada beberapa
persyaratan untuk menjadi seorang pendonor ASI. Syarat-syarat yang
harus dipenuhi, antara lain adalah :

Melahirkan anak dengan cara normal dan sehat

ASI untuk anak sendiri sudah mencukupi dan berlimpah

Tidak sedang hamil

Tidak merokok

Tidak minum alkohol

Tidak minum kopi/kafein (toleransi 150-200 ml/hari)

Tidak mengkonsumsi narkoba

Bukan vegetarian

Calon ibu donor dan suami tidak mengalami gejala yang mengarah
ke penyakit HIV/AIDS, CMV (Citomegalovirus), HTLV-1 (Human
T-Lymphocyte Virus), Hepatitis, TBC, Sifilis.

c. Skrining Donor ASI


Skrining dilakukan untuk menjamin agar bayi yang mendapat
ASI donor tidak terpapar penyakit yang mungkin diderita oleh ibu
donor. Idealnya, ibu yang akan melakukan donor ASI untuk diberikan
kepada bayi harus melakukan skrining baik secara lisan, tulisan, dan
melalui laboratorium. Skrining lisan untuk mengetahui riwayat
kesehatan secara detail.
Beberapa tahapan skrining yang harus dilakukan jika seseorang ingin
mendonorkan ASI:

Tahap pertama adalah skrining lisan dan tulisan. Pada tahap ini
donor akan menjalani menjawab pertanyaan tentang riwayat
kesehatan secara detail. Selain itu juga apakah pernah mendapat
transfusi darah atau produk darah lainnya dalam 12 bulan terakhir,
serta melakukan transplantasi organ atau jaringan dalam 12 bulan
terakhir

Setelah melalui tahap pertama, donor ASI akan memasuki tahap


dua yaitu pemeriksaan serologi (tes darah) untuk HIV-1 dan HIV-2,
Hepatitis B, Hepatitis C, dan Sifilis. Setelah melalui tahapan
penapisan, ASI harus diyakini bebas virus atau bakteri dengan cara
pasteurisasi atau pemanasan.
Setelah menjalani skrining, barulah pendonor diperkenankan

mendonorkan ASI. Setelah didonorkan, ASI masih harus menjalani


proses pasteurisasi untuk mematikan bakteri serta virus berbahaya. Tak
hanya itu, penyimpanannya pun juga membutuhkan wadah dan suhu
khusus agar ASI tetap awet.
Biasanya

ibu

yang

diperbolehkan

mendonor

minimal

menghasilkan ASI 2 - 3 liter per hari, jadi tidak semua ibu boleh donor.
Skrining terhadap donor juga dilakukan 3 bulan sekali. Setelah 6
bulan, pendonor tidak direkomendasikan lagi karena ASI yang
dihasilkan mulai sedikit.
d. Cara Donor ASI
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam Donor ASI :

Menghubungi

pusat

layanan

laktasi. Untuk

menjalankan

prosedur sebagai donor ASI, Ibu dapat langsung menghubungi


pusat layanan laktasi, agar Ibu dapat langsung menjalin kedekatan
personal antara Ibu sebagai donor ASI dan penerima donor ASI.

Wawancara. Hal ini dilakukan agar penerima donor mengetahui


riwayat kesehatan, asal usul dan jati diri Ibu sebagai donor ASI.
Ibu dapat bertemu langsung dengan calon penerima donor ASI.
Donor ASI harus dipastikan bersih dan sehat, jauh dari penyakit
yang terdeteksi ataupun belum terdeteksi. Sayangnya, Indonesia
belum memiliki fasilitas pasteurisasi yang sebenarnya bisa
membantu meminimalisasi kontaminasi penyakit.

Mengisi formulir donor ASI. Untuk mengisi formulir, Ibu dapat


langsung menghubungi pusat layanan laktasi ataupun melalui e-

mail. Kesepakatan donor dan fasilitator ini memudahkan proses


pencatatan data donor dan kepada siapa ASI akan diberikan.

Konsultasi penyimpanan ASI. Penting bagi donor ASI untuk


mengetahui kaidah penyimpanan ASI secara tepat, karena donor
akan menyimpan ASI secara pribadi. Konsep awal donor ASI
adalah first in first out, yaitu tanggal yang lebih lama harus
digunakan lebih dulu/dikeluarkan. Setelah ASI dipompa oleh
pendonor, ASI disimpan dalam botol dan plastik khusus
penyimpanan ASI, jangan lupa untuk memberikan label tanggal
dan waktu hasil produksi ASI agar kualitas ASI dapat terjaga
hingga saat dibutuhkan oleh si kecil.

3. Peraturan/ UU/ Pasal tentang Donor ASI


Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) tentang donor Air Susu
Ibu (ASI) terus digodok Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Peraturan mengenai donor ASI tersebut akan terangkum dalam PP
No.33 tahun 2012, yang mengatur tentang pemberian ASI eksklusif,
pendonor ASI, pengaturan penggunaan susu formula bayi dan produk bayi
lainnya, pengaturan bantuan produsen atau distributor susu formula bayi,
saksi terkait, serta pengaturan tempat kerja dan sarana umum dalam
mendukung program ASI Eksklusif.
Peraturan pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 2012 tentang Pemberian
ASI Eksklusif sebenarnya telah menetapkan persyaratan-persyaratan
khusus untuk para pendonor dan penerima donor ASI, yaitu;
1. Donor ASI dilakukan sesuai permintaan ibu kandung atau keluarga
bayi yang bersangkutan.
2. Identitas, agama dan alamat pendonor ASI diketahui jelas oleh ibu
kandung atau keluarga bayi penerima ASI.
3. Mendapat persetujuan pendonor ASI setelah mengetahui identitas bayi
yang diberi ASI.

4. Pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak mempunyai


indikasi medis.
5. ASI tidak diperjualbelikan Pelanggaran terhadap ketentuan ini akan
dikenai.
4. Pandangan Agama Islam tentang Bank ASI
Perbedaan pandangan ulama terhadap beberapa masalah penyusuan
mengakibatkan mereka berbeda pendapat di dalam menyikapi munculnya
Bank ASI :
a. Pendapat Pertama menyatakan bahwa mendirikan bank ASI
hukumnya

boleh. Diantara alasan mereka sebagai berikut :

Bayi yang mengambil air susu dari bank ASI tidak bisa menjadi
mahram bagi perempuan yang mempunyai ASI tersebut, karena susuan
yang mengharamkan adalah jika dia menyusu langsung dengan cara
menghisap puting payudara perempuan yang mempunyai ASI,
sebagaimana seorang bayi yang menyusu ibunya. Sedangkan dalam
bank ASI, sang bayi hanya mengambil ASI yang sudah dikemas.
b. Pendapat Kedua menyatakan bahwa mendirikan Bank ASI hukumnya
haram. Alasan mereka bahwa Bank ASI ini akan menyebabkan
tercampurnya nasab, karena susuan yang mengharamkan bisa terjadi
dengan sampainya susu ke perut bayi tersebut, walaupun tanpa harus
dilakukan penyusuan langsung, sebagaimana seorang ibu yang
menyusui

anaknya.

Dalil-dalilnya

sudah

dijelaskan

di

atas.

Majma al Fiqh al Islami OKI dalam Muktamar yang diselenggarakan


di Jeddah pada tanggal 1-6 Rabiu at Tsani 1406 H/ 22-28 Desember
1985 M memutuskan bahwa pendirian Bank ASI di negara-negara
Islam tidak dibolehkan, dan seorang bayi muslim tidak boleh
mengambil ASI darinya.
c. Pendapat Ketiga menyatakan bahwa pendirian Bank ASI dibolehkan
jika telah memenuhi beberapa syarat yang sangat ketat, diantaranya :
setiap ASI yang dikumpulkan di Bank ASI, harus disimpan di tempat
khusus dengan menulis nama pemiliknya dan dipisahkan dari ASI-ASI

yang lain. Setiap bayi yang mengambil ASI tersebut harus ditulis juga
dan harus diberitahukan kepada pemilik ASI tersebut, supaya jelas
nasabnya. Dengan demikian, percampuran nasab yang dikhawatirkan
oleh para ulama yang melarang bisa dihindari.
B. Bank Darah
1. Definisi
Penyumbang darah atau donor darah adalah proses pengambilan
darah dari seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah untuk
kemudian digunakan untuk transfusi darah.
Bank darah merupakan suatu bagian atau unit kerja yang berperan
untuk menunjang ketersediaan darah yang aman bagi pasien yang
membutuhkan pelayanan transfuse darah. Peranan bank darah sangat
penting dalam menyediakan darah untuk transfusi. Oleh sebab itu, banyak
rumah sakit yang berlomba-lomba untuk menyediakan layanan bank darah
untuk mempermudah pelayanan transfuse darah.
2. Kode etik dalam tranfusi darah
Dalam segi moral dan etika, pengadaan darah dilakukan atas dasar
sukarela tanpa maksud mencari keuntungan maupun menjadikan darah
obyek jual beli. Hasil kegiatan UKTD PMI adalah darah yang sehat, aman
dan tersedia tepat waktu. Disamping itu darah dapat diolah menjadi
komponen-komponen darah yang dapat diberikan kepada pasien dengan
tepat waktu sesuai kebutuhan. Darah tidak boleh diperjualbelikan dengan
dalih apapun juga, karena darah diberikan oleh donor dengan sukarela.
DDS (Donor Darah Sukarela) adalah donor darah yang memberikan
darahnya dengan sukarela tanpa melihat sendiri atau mengetahui kepada
siapa darah itu akan diberikan dan tidak menerima uang atau bentuk
pembayaran lainnya. Motivasi utama mereka adalah membantu penerima
darah yang tidak mereka kenal dan tidak untuk menerima sesuatu
keuntungan.

DDP (Donor Darah Pengganti) adalah donor darah yang darahnya


diberikan untuk menolong saudaranya atau temannya yang sakit, yang
memerlukan darah.
Disamping

kedua

macam

donor

darah

tersebut,

masalah

kedermawanan darah di Indonesia mempunyai infra struktur yang kokoh,


yaitu PANCASILA sebagai falsafah bangsa Indonesia, sehingga usaha
transfusi darah di Indonesia harus dilakukan berdasarkan perikemanusiaan
dan kesukarelaan.
3. Permenkes/ UU/ Pasal yang mengatur tentang transfuse darah
Secara historis, atas dasar kemanusiaan dan kedermawanan, sejak
tahun 1950 PMI sudah mulai melakukan kegiatan pengelolaan sumbangan
darah. Namun baru tahun 1980 diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 18
tahun 1980 yang menugaskan PMI untuk menyelenggarakan transfusi
darah, termasuk hubungan kerja antara PMI dengan Departemen
Kesehatan.
Pada tahun 1992, pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang
No. 23 tahun 1992 dimana Pelayanan Usaha Transfusi Darah telah diatur
didalamnya. Inilah landasan hukum bagi penyelenggaraan UKTD (Upaya
Kesehatan Transfusi Darah).
Peraturan transfusi darah tercantum dalam PP No.18 tahun 1980
pada intinya menjelaskan :
a. Bab I Ketentuan Umum
Pasal 1 : intinya menjelaskan tentang definisi transfusi darah,
penyumbang darah dan pengertian dari darah
b. Bab II Pengadaan Darah
Pasal 2 : menerangkan bahwa pengadaan darah dilakukan secara
sukarela tanpa pemberian penggantian berupa apapun.
c. Bab III Perbuatan Yang Dilarang
Pasal 3 : Dilarang memperjual belikan darah dengan dalih
apapun.

10

Pasal 4 : Dilarang mengirim dan menerima darah dalam semua


bentuk ke dan dari luar negeri.
Pasal 5 : Larangan tersebut dalam Pasal 4 tidak berlaku untuk:
Keperluan penelitian ilmiah dan atau dalam rangka kerjasama antara
Perhimpunan Palang Merah Indonesia dengan Perhimpunan Palang
Merah lain atau badan-badan lain yang tidak bersifat komersial dengan
terlebih dahulu mendapat persetujuan Menteri.
d. Bab IV Pengelolaan Dan Biaya
Pasal 6 : Intinya menjelaskan pengelolaan dan pelaksanaan darah
ditugaskan oleh PMI.
Pasal 7 : Pengelolaan darah harus sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Pasal 8 : Pengolahan darah harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang berwenang menurut ketentuan yang ditetapkan oleh
Menteri.
Pasal 9 : Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) menjadi tanggungjawab
Palang Merah Indonesia.
Pasal 10 : Biaya pengolahan dan pemberian darah kepada si
penderita ditetapkan dengan keputusan Menteri atas usul Palang Merah
Indonesia dengan memperhitungkan biaya-biaya untuk pengadaan,
pengolahan, penyimpanan dan pengangkutan tanpa memperhitungkan
laba.
e. Bab V Bimbingan Dan Pengawasan
Pasal 11 : Bimbingan dan pengawasan penyelenggaraan usaha
transfusi darah ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 12 : Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud
dalam

Pasal

11,

Pengurus

Besar

bertanggungjawab kepada Menteri.

Palang

Merah

Indonesia

11

f. Bab VI Tanda Penghargaan


Pasal 13 : Palang Merah Indonesia dapat memberikan tanda
penghargaan kepada penyumbang darah.
g. Bab VII Ketentuan Pidana
Pasal 14 : Barangsiapa melanggar ketentuan Pasal 2, Pasal 3,
Pasal 4, dan Pasal 8 diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya
3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 7.500,- (tujuh ribu lima
ratus rupiah).
h. Bab VIII Ketentuan Penutup
Pasal 15 : Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan
Pemerintah ini akan diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Pasal 16 : Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Selain tentang transfusi darah, pemerintah juga membuat peraturan
tentang pelayanan darah dalam PP No.7 tahun 2011 yang isinya :
a. Pasal 1 menjelaskan tentang pengertian dari pelayanan darah,
pelayanan ransfusi darah, penyediaan darah, fraksionasi plasma,
pelayanan apheresis, pendonor darah, fasilitas pelayanan kesehatan,
Unit Transfusi Darah (UTD), Bank Darah Rumah Sakit (BDRS),
pemerintahan pusat, pemerintahan daerah dan menteri.
b. Pasal 2 menjelaskan tentang tujuan pengaturan pelayanan darah, antara
lain :
1) Memenuhi ketersediaan darah yang aman untuk kebutuhan
pelayanan kesehatan
2) Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan darah
3) Memudahkan akses meperoleh darah untuk penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan
4) Memudahkan akses memperoleh informasi tentang ketersediaan
darah

12

Dalam Undang-Undang Kesehatan terbaru No. 36 tahun 2009


mengatur tentang pelayanan darah pada Bab V tentang Sumber Daya
di Bidang Kesehatan bagian kesebelas sebagai berikut:
c. Pasal 86
1) Pelayanan darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang
memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan
kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial.
2) Darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari
pendonor darah sukarela yang sehat dan memenuhi kriteria seleksi
pendonor dengan mengutamakan kesehatan pendonor.
3) Darah yang diperoleh dari pendonor darah sukarela sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sebelum digunakan untuk pelayanan darah
harus dilakukan pemeriksaan laboratorium guna mencegah
penularan penyakit.
d. Pasal 87
1) Penyelenggaraan donor darah dan pengolahan darah dilakukan
oleh Unit Transfusi Darah.
2) Unit Transfusi Darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
organisasi sosial yang tugas pokok dan fungsinya di bidang
kepalangmerahan.
e. Pasal 88
1) Pelayanan transfusi darah meliputi perencanaan, pengerahan
pendonor darah, penyediaan, pendistribusian darah, dan tindakan
medis pemberian darah kepada pasien untuk tujuan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan.
2) Pelaksanaan pelayanan transfusi darah dilakukan dengan menjaga
keselamatan dan kesehatan penerima darah dan tenaga kesehatan
dari penularan penyakit melalui transfusi darah.

13

f. Pasal 89
Menteri mengatur standar dan persyaratan pengelolaan darah
untuk pelayanan transfusi darah.
g. Pasal 90
1) Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan pelayanan darah
yang aman, mudah diakses, dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
2) Pemerintah

menjamin

pembiayaan

dalam

penyelenggaraan

pelayanan darah.
3) Darah dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.
h. Pasal 91
1) Komponen darah dapat digunakan untuk tujuan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan melalui proses pengolahan dan
produksi.
2) Hasil proses pengolahan dan produksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikendalikan oleh Pemerintah.
i. Pasal 92
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan darah diaturdengan
Peraturan Pemerintah.
4. Norma agama Islam dalam memandang transfuse darah
a. Pandangan Ulama Terdahulu
Pandangan ulama terdahulu mengenai transfusi darah yakni
memanfaatkan anggota badan adalah haram baik dengan cara jual beli
ataupun cara lainnya. Memanfaatkan anggota badan manusia tidak
diperbolehkan. Ada yang beralasan karena :
1) Najis
2) Merendahkan, alasan yang kedua adalah alasan yang benar (AlFatwa Al-Hidayah).
Penerima sumbangan darah tidak di syariatkan harus sama
dengan donornya mengenai agama/kepercayaan, suku bangsa,dsb.
Karena menyumbangkan darah dengan ikhlas adalah termasuk amal

14

kemanusiaan yang sangat dihargai dan dianjurkan (mandub) oleh


Islam, sebab dapat menyelamatkan jiwa manusia, sesuai dengan firman
Allah: dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, maka seolah-olah ia memelihara kehidupan manusia
semuanya. (QS. Al-Maidah:32).
Menurut Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiyah Wal Ifta
Hukum asal dalam pengobatan, hendaknya dengan menggunakan
sesuatu yang diperbolehkan menurut syariat. Namun, jika tidak ada
cara lain untuk menambahkan daya tahan dan mengobati orang sakit
kecuali dengan darah orang lain, dan ini menjadi satu-satunya usaha
menyelamatkan orang sakit atau lemah, sementara para ahli memiliki
dugaan kuat bahwa ini akan memberikan manfaat bagi pasien, maka
dalam kondisi seperti ini diperbolehkan untuk mengobati dengan darah
orang lain.
b. Menurut Ulama Sekarang
1) Mengenai akibat hukum adanya hubungan kemahraman antara
donor dan resipien.
Menurut Ust. Subki Al-Bughury, adapun hubungan antara
donor dan resipien, adalah bahwa transfusi darah itu tidak
membawa akibat hukum adanya hubungan kemahraman antara
donor dan resipien. Sebab faktor-faktor yang dapat menyebabkan
kemahraman sudah ditentukan oleh Islam sebagaimana tersebut
dalam An-Nisa:23, yaitu: Mahram karena adanya hubungan nasab.
Misalnya hubungan antara anak dengan ibunya atau saudaranya
sekandung.
2) Mengenai hukum menerima transfusi darah dari non-muslim
Menurut ust. Ahmad sarwat pada hakikatnya tubuh orang
kafir bukan benda najis. Buktinya mereka tetap dibolehkan masuk
ke dalam masjid-masjid mana pun di dunia ini, kecuali masjid di
tanah haram. Kalau tubuh orang kafir dikatakan najis, maka tidak
mungkin Abu Bakar minum dari satu gelas bersama dengan orang

15

kafir. Kalau kita belajar fiqih thaharah, maka kita akan masuk ke
dalam salah satu bab yang membahas hal ini, yaitu Bab Su'ur.
Di sana disebutkan bahwa su'ur adami (ludah manusia)
hukumnya suci, termasuk su'ur orang kafir. Maka hukum darah
orang kafir yang dimasukkan ke dalam tubuh seorang muslim tentu
bukan termasuk benda najis. Ketika darah itu baru dikeluarkan dari
tubuh, saat itu darah itu memang najis. Dan kantung darah tentu
tidak boleh dibawa untuk shalat, karena kantung darah itu najis.
Namun begitu darah segar itu dimasukkan ke dalam tubuh
seseorang, maka darah itu sudah tidak najis lagi. Dan darah orang
kafir yang sudah masuk ke dalam tubuh seorang muslim juga tidak
najis. Sehingga hukumnya tetap boleh dan dibenarkan ketika
seorang muslim menerima transfusi darah dari donor yang tidak
beragama Islam.
3) Donor darah pada bulan ramadhan
Menurut Asy Syaikh Utsaimin, tidak boleh bagi seseorang
untuk menyedekahkan darahnya yang sagat banyak dalam keadaan
dia sedang berpuasa wajib, seperti puasa pada bulan Ramadhan.
Kecuali jika di sana ada keperluan yang darurat (mendesak), maka
dalam keadaan seperti ini boleh baginya untuk menyedekahkan
darahnya untuk menolak/mencegah darurat tadi. Dengan demikian
dia berbuka dengan makan dan minum. Lalu dia harus mengganti
puasanya yang dia tinggalkan/berbuka.

16

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mendirikan Bank ASI hukumnya boleh dengan syarat-syarat yang sangat
ketat. Namun demikian, setelah memperhatikan madharat-madharat yang
akan muncul dengan berdirinya Bank ASI di negara-negara Islam, maka
sebaiknya tidak usah didirikan Bank ASI selama hal tersebut tidak darurat.
Diantara madharat-madharat yang akan ditimbulkan dari pendirian Bank
ASI adalah :
a. Terjadinya percampuran nasab, jika distribusi ASI tersebut tidak diatur
ini secara ketat.
b. Pendirian Bank ASI memerlukan biaya yang sangat besar, terlalu berat
ditanggung oleh negara-negara berkembang, seperti Indonesia.
c. ASI yang disimpan dalam Bank, berpotensi untuk terkena virus dan
bakteri yang berbahaya, bahkan kwalitas ASI bisa menurun drastis,
sehingga kelebihan-kelebihan yang dimiliki ASI yang disimpan ini
semakin berkurang, jika dibandingkan dengan ASI yang langsung
dihisap bayi dari ibunya.
d. Dikhawatirkan ibu-ibu yang berada dalam taraf kemiskinan, ketika
melihat peluang penjualan ASI kepada Bank dengan harga tinggi,
mereka akan berlomba-lomba untuk menjual ASI-nya dan sebagi
gantinya mereka memberikan susu formula untuk anak mereka.
e. Ibu-ibu yang sibuk beraktivitas dan mempunyai kelebihan harta, akan
semakin malas menyusui anak-anak mereka, karena bisa membeli ASI
dari Bank dengan harga berapapun.
2. Dalam aspek hukum transfusi darah diatur dalam PP No.18 tahun 1980
tentang Transfusi Darah dan PP No.7 tahun 2011 tentang Pelayanan Darah
serta Undang-Undang No. 23 tahun 1992 dimana pelayanan usaha
transfusi darah tercantum didalamnya.

16

17

Dalam aspek moral dan etika, pengadaan darah atau transfusi darah
dilakukan atas dasar sukarela tanpa maksud mencari keuntungan
maupun menjadikan darah obyek jual beli. Selain itu, masalah
kedermawanan darah di Indonesia mempunyai infra struktur yang kokoh,
yaitu PANCASILA sebagai falsafah bangsa Indonesia, sehingga usaha
transfusi darah di Indonesia harus dilakukan berdasarkan perikemanusiaan
dan kesukarelaan.
B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan diharapkan lebih cermat dalam melaksanakan
kegiatan pelayanan kesehatan sesuai dengan kode etik yang berlaku, agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Sanksi yang diberikan bagi tenaga kesehatan yang melakukan pelanggaran
diharapkan lebih tegas lagi, sehingga membuat tenaga kesehatan lebih
berhati-hati dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan.

18

DAFTAR PUSTAKA
1. Fahnani, Ahwan. 2012. Bank Air Susu (ASI) Dalam Tinjauan Hukum Islam.
IAIN Walisongo : Semarang
2. Istianah. 2010. Donor ASI (Air Susu Ibu) dan Implikasinya Terhadap
Hubungan Kemahraman. UIN : Yogyakarta
3. Tasya, Amanda. Rangkuman Peraturan Perundangan Di Indonesia
Menyangkut Air Susu Ibu (ASI). AIMI : Jakarta
4. Pusat Komunikasi Publik SetJen KemenKes RI. 2012. Hati-Hati Donor ASI.
Gatra : Jakarta
5. Satuan Tugas ASI. Donor ASI Perlu Disikapi Dengan Bijak diunduh dari
http://IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia Donor ASI perlu disikapi
dengan bijaksana.htm.
6. Screening Breast Milk Donors diunduh dari http:// MilkShare- A breastmilk
donation resource, helping to connect women who are able to share their milk
and the families who need milk for their babies.htm.
7. Syarat Donor ASI diunduh dari http:// Syarat Donor ASI Gizi & Kesehatan
Artikel Ayahbunda.htm.
8. Palang Merah Indonesia, 2002. Serba Serbi Transfusi Darah. Jakarta: Palang
Merah Indonesia. http://www.palangmerah.org/pelayanan_transfusi.asp
9. Palang Merah Indonesia . 2007. Pengertian Transfusi Darah.
http://utddpmijateng.blogspot.com/2007/08/pengertiantransfusi-darah.html
10. Palang Merah Indonesia. 2009. Transfusi Darah.
http://pmi.tarakankota.go.id/site/modules.php?
name=Transfusi_Darah_PMI_Tarakan&op=detil&mkode=1 .

19

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan
hidayahnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini dimaksudkan sebagai salah satu penunjang dalam proses
pembelajaran. Penyajian materi ini dapat diupayakan seefektif mungkin, tanpa
melupakan tujuan membina kemampuan kreatif dan konstruktif.
Terima kasih penyusun ucapkan kepada pembimbing yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Demi
perbaikan makalah ini, saran-saran dan kritik yang konstruktif dari teman-teman,
pembaca terutama dari dosen bidang studi sangat penyusun harapkan. Akhirnya
penyusun ucapkan terima kasih.
Manna, Mei 2016
Penulis

20

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................
Daftar Isi .................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN ..................................................................................
A. Latar Belakang ..................................................................................
B. Tujuan................................................................................................

BAB II

PEMBAHASAN .....................................................................................
A. Bank ASI ...........................................................................................
B. Bank Darah .......................................................................................

BAB III PENUTUP ...............................................................................................


16
A. Kesimpulan .......................................................................................
16
B. Saran .................................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA

ii

Anda mungkin juga menyukai