FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASSANUDIN
LaporanKasus
April 2016
OLEH :
dr. Daniel Yakin Eliamar Aritonang
dr. Rerin Alfredo Sulaiman
dr. Farlly Laurell Kaumpungan
(dr. Adaptasi)
(dr. Adaptasi)
(dr. Adaptasi)
Pembimbing Residen:
dr. Agus
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. dr.Muhammad Ilyas, Sp. Rad(K)
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :
1.
2.
3.
Nama
NIM
Nama
NIM
Nama
NIM
April 2016
Pembimbing
dr. Agus
Mengetahui
Kepala Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Identitas Pasien
Nama
: Tn. H
Umur
: 23 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Alamat
Pekerjaan
: Mahasiswa
Status Pernikahan
: Belum Menikah
No. RM
: 753212
Tanggal Pemeriksaa
: 13 April 2016
1.2.
Anamnesis
a. Keluhan Utama : Kelemahan pada kedua tungkai
b. Riwayat Penyakit Sekarang
c. Keluhan dialami sejak 3 bulan yang lalu awalnya pasien mengeluhakan nyeri
saat berdiri, namun 3 minggu terakhir nyeri menghilang namun tungkai masih
terasa lemah. Pasien tidak dapat berjalan. Pasien tidak dapat berjalan. Riwayat
nyeri punggung bawah sejak 3 tahun yang lalu (2013) namun memberat sejak
5 bulan yang lalu (November 2015). Nyeri dirasakan hilang timbul dan
terkadang menjalar ke tungkai. Nyeri memberat ketika pasien membungkuk.
BAK dan BAB baik. Riwayat batuk lama ada , riwayat penurunan berat badan
ada. Riwayat keringat pada malam hari ada. Riwayat mengkonsumsi obat anti
tuberkolosis 1 bulan terakhir. Riwayat benjolan atau tumor pada tubuh tidak
ada.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma
Riwayat alergi obat
Riwayat asma
Riwayat operasi
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit serupa
Riwayat penyakit lain
1.3.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
Vital Sign
TD
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: Baik
: Compos mentis
: 110/70 mmHg
Nadi
RR
Suhu
Status Internus
Kepala
Mata
: 80x/menit
: 18x/menit
: 36,5oC
: normal
: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
reflex cahaya (+/+), edema palpebral (-/-),
pupil isokor 3mm/3mm
Telinga
: discharge (-)
Hidung
Mulut
Leher
Thorax
a. Jantung :
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
b. Paru-paru :
Dextra
Sinistra
Anterior
Inspeksi :
Bentuk dada
Hemithoraks
Datar
Simetris
Datar
Simetris
Palpasi :
Taktil fremitus
Nyeri tekan
Pelebaran ICS
Perkusi :
Dextra = Sinistra
Tidak ada nyeri tekan
(-)
Sonor di seluruh lapangan paru
Dextra = Sinistra
Tidak ada nyeri tekan
(-)
Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi :
Suara dasar
Vesikuler
Suara tambahan
Posterior
(-)
Vesikuler
(-)
Inspeksi :
Tidak ada kelainan
Dextra = Sinistra
Dextra = Sinistra
Auskultasi :
Vesikuler
Vesikuler
Suara dasar
(-)
(-)
Punggung
Palpasi :
Punggung
Taktil fremitus
Perkusi :
Punggung
Suara tambahan
Abdomen
a. Inspeksi
b. Auskultasi
c. Palpasi
d. Perkusi
Ekstremitas
Superior
Inferior
+/+
-/-/-
+/+
-/-
Kanan
Kiri
L2
3/5
3/5
L3
4/5
4/5
L4
5/5
5/5
L5
5/5
5/5
S1
5/5
5/5
Akral hangat
Edema
Sianosis
Kekuatan Motorik
-/-
1.4.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Lab
Parameter
Hasil
Kisaran
DARAH RUTIN
Hb
16,3
WBC
12,3
14,0-18,0 gr/dl
4,00-10,00 103/mm3
PLT
178
150-400 103/mm3
HCT
28.8
RBC
3,19
40.0-54.0 %
4,50-6,00 103 /mm3
MCV
90
MCH
51,0
MCHC
56,5
NEUT
71,8
80,0-97,0 fL
26,5-33,5 pg
31,5-35,0 gr/dL
52,0-75,0
LYMPH
103/mm3
19,8
20,0-40,0 103/mm3
MONO
10,4
2,00-8,00 103/mm3
EO
3,8
1,00-3,00 103/mm3
BASO
1,69
Waktu bekuan
Waktu pendarahan
0,00-0,10
4-10 menit
1-7
GDS
DARAH KIMIA
99 mg/dL
Ureum
14
Creatinin
0,57
Kolesterol total
SGOT
44
SGPT
36
HBsAg
IMMUNOSEROLOGI
Non-reactive
<38U/L
<41 U/L
6
Non-reactive
b. Pemeriksaan Radiologi
1. Thoraks AP
Gambar 1. Foto Thorax AP Lateral pada pasien
Kesan: TB Milier
2. Thoracal AP Lateral
3. Lumbosacral AP Lateral
1.5.
Diagnosis
Terapi
OAT 4FDC 3 tab/24 jam/oral
10
BAB II
DISKUSI TB MILIER
2.1. Pendahuluan
Tuberkulosis miliari adalah bentuk infeksi tuberculosis yang mematikan.
Tuberkulosis milari memiliki spektrum manifestasi yang menyulitkan para klinisi
medis bahkan yang berpengalaman sekalipun. Hal ini disebabkan oleh karena gejala
klinis yang bersifat non-spesifik (biasanya demam, keringat pada malam hari, nafsu
makan berkurang), penemuan hasil radiologik yang atipikal (gambaran tipikal
biasanya terleihat pada stadium lanjut) dan kesulitan dalam menentukan
Mycobacterium tuberculosis sebagai etiologi penyakit (pemeriksaan sputum yang
negatif pada 80% kasus) sehingga konfirmasi seperti bronkoskopi dan biopsi
transbronkial harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Hal ini disebabkan oleh
karena letak granuloma yang berada di interstisial dan tidak di dalam rongga udara.
Gejala klinis seperti demam dan yang lain biasanya tidak dimanifestasi oleh pasien
dengan usia lanjut dan dengan pasien yang mempunyai penyakit terminal yang
mempunya respon immunologis yang berubah/menurun.Tuberkulosis miliari juga
dapat menyerupai penyakit lain diantaranya penyakit-penyakit yang mempunyai
manifestasi pulmonal dan abdominal.Meskipun tersedianya terapi obat yang efektif,
angka kematian masih tergolong tinggi.2,3
2.2. Definisi
Tuberkulosis miliari adalah penyebaran tuberkel basilus baik secara
hematogenus ataupun secara limfatogenus. Lesi berupa granuloma yang berwarna
kekuning-kuningan yang berdiameter 1-2 mm yang menyerupai biji milet sehingga
terbentuklah kata miliari yang ditemukan oleh patologis abad ke-19. Tuberkulosis
miliari bisa terjadi pada satu organ (sangatlah jarang, <5%), beberapa organ dan pada
11
12
Batas-batas paru:
a.
b.
c.
d.
a. Paru kanan
Paru kanan sedikit lebih besar dari paru kiri dan dibagi oleh fissura oblique dan
fissura horizontalis paru kanan menjadi tiga lobus ; lobus superior, lobus medius, dan
lobus inferior. Fissura oblique berjalan dari pinggir inferior ke atas dan ke belakang
menyilang permukaan medial dan costalis sampai memotong pinggir posterior sekitar
6,25cm di bawah apeks pulmonis. Fissura horizontalis berjalan horizontal menyilang
permukaan costalis setinggi cartilage costalis IV dan bertemu dengan fissure oblique
pada linea axillaris media. Paru kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah
segmen pada lobus superior, dua buah segmen pada lobus medial, dan tiga buah
segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini terbagi lagi menjadi belahanbelahan yang bernama lobules.8
Diantara lobules satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang
berisi pembuluh darah, getah bening, dan saraf. Dalam tiap lobules terdapat sebuah
bronkeolus. Di dalam lobules, bronkeolus ini bercabang-cabang yang disebut duktus
alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,20,3mm.8
Segmen Paru kanan:
a. Lobus superior : - Segmen apicale
- Segmen posterior
- Segmen anterior
b. Lobus medius : - Segmen lateral
- Segmen medial
c. Lobus inferior : - Segmen apicobasal
- Segmen mediobasal
- Segmen anterobasal
- Segmen laterobasal
13
- Segmen posterobasal.8
Hilus pulmonalis dextra terdiri dari:
a.
b.
c.
d.
A. pulmonalis dextra
Bronchus principales dextra; bronchus lobaris superior, medius dan inferior
V. Pulmonalis dextra
Nodule lymphideus.8
b. Paru kiri
Paru kiri dibagi oleh fissure oblique dengan cara yang sama menjadi dua
lobus; lobus superior dan lobus inferior. Pada paru kiri tidak ada fissure
horizontalis.8
Segmen paru kiri:
a. Lobus superior: - Segmen apicoposterior
- Segmen anterior
- Segmen lingual superior
- Segmen lingual inferior
b. Lobus inferior: - Segmen apicobasal
- Segmen antero medial basal
- Segmen laterobasal
- Segmen posterobasal.8
2.5. Patogenesis
Peristiwa sentral dalam timbulnya tuberkulosis miliary adalah diseminasi masif
dari Mycobacterium tuberkulois secara hemotogenus dan limfogenus dari lesi di
pulmonal maupun ekstra-pulmonal dan embolisasi vaskular dari organ-organ yang
terlibat. Organ-organ yang terlibat diantaranya hati, lien, sum-sum tulang, meninges
dan paru-paru. Alasan keterlibatan organ-organ dapat dijelaskan dari adanya sel
fagositik yang banyak dalam dinding sinusoidal. Pada anak tuberkulosis miliari
14
biasanya terjadi akibat infeksi primer, namun pada orang dewasa tuberkulosis miliari
terjadi akibat infeksi paska primer atau reaktivasi infeksi sebelumnya.2
Minimalnya respon sel t efektor dalam supresi infeksi Mycobacterium
Tuberculosisbertanggung jawab atas timbulnya tuberkulosis miliar.
Bakteri ini
15
Gambar 4. Tuberkulosis miliar. Bayangan nodular yang tersebar tanpa adanya konfluensi 4
16
Gambar 6. Tuberkulosis miliar. Nodul diskrete dengan jumlah yang tak dihitung4
17
3. Ultrasonografi
Ultrasonografi berguna untuk mendeteksi lesi-lesi lainnya seperti asites, lesi
fokal hepar dan lien, pembesaran hepar dan lien, masa adneksal, limpadenopati
intraabdominal dan cold abcess.
18
menunjukkan
adanya
riwayat
perjalanan
ke
daerah
padang
pasir
Gambar 8.
Histoplasmosis adalah
penyakit dengan gambaran
umum nodule yang
tersebar disertai kalsifikasi
terbanyak7
19
nodular
biasanya
membesar
disertai
konfluensi
yang
meluas
dan
20
Gambar 9. Pneumonia viral menyebabkan gambaran radiologis nodule diskret yang tersebar 7
c. Metastasis
Metastasis tumor dapat menyebabkan gambaran radiologis dengan pola
nodular diskret. Biasanya pasien datang dengan tumor primer seperti tumor tiroid,
melanoma, kanker payudara dan tumor gastrointestinal dengan gambaran klinis
dengan penurunan berat badan dan penyakit sistemik yang berat.
Biopsi harus
dilakukan untuk menyingkirkan kausa infeksi yang dapat diobati. Karena pasien
dengan tumor ini memiliki long survival dengan prognosis yang baik, perfusi darah
biasanya lebih baik sehingga gambaran nodul biasanya lebih besar daripada nodul
dengan infeksi granulomatous seperti tuberkulosis miliar.7
21
Gambar 10. Metastasis tumor tiroid yang menyebabkan gambaran nodul yang
tersebar. Ukuran lesi biasanya lebih besar dari infeksi granulomatus.7
2.8. Penatalaksanaan
American Thoracic Society (ATS), the Centers for Disease Control and
Prevention (CDC), the Infectious Disease Society of America (IDSA), National
Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) dan World Health Organization
(WHO) guidelines merekomendasi 2 bulan pengobatan dengan isoniazid, rifampicin,
22
pyrazinamid dan ethambutol dan 4 bulan pengobatan dengan isoniazid dan rifampicin
pada tuberkulosis ekstra-paru/tuberkulosis miliar.
BAB III
DISKUSI KASUS SPONDYLITIS TB
3.1
Pendahuluan
Tuberculous spondylitis adalah salah satu penyakit yang tertua di dunia yang
telah di dokumentasikan pada temuan tulang belakang yang berasal dari jaman Iron
Age di Eropa dan pada mummy dari Mesir dan Amerika Selatan. Pada tahun 1779,
23
Percivall Pott, seseorang yang namanya dipakai untuk penyakit ini mempresentasikan
deskripsi klasik Spinal Tuberculosis.10,11,12,13,14
Sejak penemuan obat anti tuberkulosis dan sistem kesehatan masyarakat yang
berkembang, Spinal Tuberculosis (TB Spondylitis) telah menjadi langka di negaranegara maju, walaupun masih ada dengan angka yang signifikan di negara-negara
berkembang. Keterlibatan penyakit Tuberkulosis pada tulang belakang mempunyai
potensi menyebabkan angka morbiditas yang tinggi, termasuk gangguan neurologis
yang permanen dan deformitas berat.10,11,12,13,14
3.2
Definisi
Pott disease, juga biasa dikenal sebagai Tuberculous Spondylitis, adalah
penyakit Tuberkulosis (TB) yang melibatkan vertebral body dan diskus intervertebral.
Tulang belakang adalah lokasi yang paling sering terkena musculoskeletal TB, dan
biasanya mempunyai simtom sakit tulang belakang dan kelumpuhan atau lemahnya
kedua tungkai bawah.10,11,12,13,14
3.3
Epidemiologi
Salah satu infeksi yang sering terjadi pada tulang belakang adalah
24
3.4 Anatomi
Gambar 11. Anatomi Vertebra
Tulang
beraturan
yang
12 tulang
dada)
dan,
5 tulang
lumbal.
vertebrae dibentuk
oleh
dua
"kaki"
25
dua lamina, serta didukung oleh penonjolan atau procesus yakni procesus
articularis, procesus
transversus,
dan procesus
spinosus.
Procesus
tersebut
26
3.5 TemuanKlinis
Pasien biasanya datang dengan sakit punggung, dan dengan kelumpuhan atau
lemahnya kedua tungkai bawah beserta dengan deformitas kyphotic. Simtom
konstitusi seperti demam dan penurunan berat badan biasa terjadi.10,11,12,13,14
3.6 Patogenesis
Tulang belakang biasanya terlibat oleh karena penyebaran hematogenus
melalui Venous Plexus of Batson.Vertebral body biasanya mulai kolaps secara
27
3.7
Radiologi
Tulang belakang adalah lokasi yang paling sering terkena pada penyakit
28
29
CT dan MRI
Cross-sectional imaging diperlukan untuk mengevaluasi secara lebih baik
seberapa besar keterlibatan komponen epidural dan kompresi pada medulla spinalis.
MRI adalah yang pilihan terbaik dalam hal ini dibandingkan dengan CT kontras.
30
3.8
Differential Diagnosis
Di berbagai bagian dunia, Tuberkulosis adalah penyakit yang paling sering
menginfeksi corpus vertebra, dengan kasus yang paling sering terjadi pada pasien
yang berumur di bawah 20 tahun.Tuberkulosis dapat juga mempengaruhi meninges
dari tulang belakang, yang mengakibatkan pachymeningitis.10,11,12,13,14
1. Brucellosis
penyakit ini dapat dilihat sebagai granulomatous osteomyelitis pada tulang
31
belakang yang sangat sulit dibedakan dari TB. Kedua-duanya disebabkan oleh
bakteri batang tahan asam, yang menyebabkan caseating granuloma.
Fungal infection
Sarcoidosis
Infeksi pyogenic
Metastasis
2.
3.
4.
5.
3.9
Penatalaksanaan
Sebelum penemuan obat anti tuberkulosis, pasien yang menderita penyakit ini
dirawat dengan cara imobilisasi. Pada saat itu, penyakit ini memiliki angka mortalitas
sekitar 20%.6
Farmakologi
Menurutrekomendasi CDC, the infectious Disease Society of America, dan
the American Thoracic Society, ada 4 regimen obat yang dapat digunakan secara
empirical untuk menangani Pott disease.6
2
bulan
pertama:
Isoniazid,
Rifampin,
Pirazynamide,
Ethambutol/
Streptomycin.6
7-10 bulanterakhir: Isoniazid dan Rifampin.6
Surgical/Bedah
Kebanyakan dari pasien akan cukup diberikan terapi farmakologi. Indikasi
penanganan bedah pada penyakit Pott adalah sebagai berikut:6
-
Neurologic deficit
Spinal deformity dengan instabilitas dan rasa sakit
Tidak ada respon dengan terapi farmakologi
32
Daftar Pustaka
1. Fauci A.S, Kasper D.L, Longo D.L, Braunwald E, Hauser S.L, Jameson J.L, et al.
Harrisons principels of internal medicine.17th ed.USA: Mc Graw Hills; 2008.
33
34
35