Intisaripp7tahun2008 Prof DR Saduwasistionopdf 120727113209 Phpapp01
Intisaripp7tahun2008 Prof DR Saduwasistionopdf 120727113209 Phpapp01
OLEH :
Prof. DR. SADU WASISTIONO
Hotel Oasis Amir Jakarta, 24 s/d 27 April 2008
KETENTUAN UMUM
Dekonsentrasi adalah PELIMPAHAN WEWENANG :
- dari PEMERINTAH
- kepada GUBERNUR sebagai Wakil Pemerintah dan/atau
kepada INSTANSI VERTIKAL di wilayah tertentu.
PRESIDEN
Kementerian
Negara
Menteri
MDN
Ka.
Kakanwil
Gubernur
KDH TK. I
DPRD
Perangkat Wilayah
+
Perangkat Daerah
Ka.
Kakandep
Bupati/
Walikota
KDH TK. II
DPRD
Cadin
Perangkat Wilayah
+
Perangkat Daerah
Kakandep
Kec
Keterangan:
--------------- = Garis Komando
= Garis Koordinasi
Camat
Cadin
PRESIDEN
Menteri
(Kew. Mutlak)
MDN
Ka.
Kanwil
Gubernur
Sebagai
KDH PROP. +
Wkl Pem. Pusat
Pengelola
? Dekonsentrasi
Ka.
Kandep
Menteri
(Kew.Concurrent)
DPRD
Ka.
UPT
DPRD
Ka.
UPT
SKPD
SPM
SPM
KDH
Kab/Kota
SKPD
Keterangan:
= Garis Komando
= Garis Koordinasi
= Garis Koordinasi Vertikal
= Garis Supervisi SPM
= Garis Pembinaan teknis fungsional dan administratif
PRINSIP PENYELENGGARAAN
Pemerintah menyelenggarakan sebagian urusan yang menjadi
kewenangannya di daerah berdasarkan asas dekonsentrasi dan
asas tugas pembantuan. (Pasal 2 ayat 1).
Penyelenggaraan dekonsentrasi dilakukan melalui pelimpahan
sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kementerian/lembaga. (Pasal 2 ayat 2).
Penyelenggaraan tugas pembantuan dilakukan melalui
penugasan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemberi tugas pembantuan dari Pemerintah
kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada
kabupaten/kota dan/atau desa, serta dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa. (Pasal 2 ayat 3).
Kementerian/lembaga menetapkan norma, standar, prosedur,
dan kriteria pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi dan tugas
pembantuan. (Pasal 2 ayat 4).
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dekonsentrasi dan tugas pembantuan
mencakup :
- aspek penyelenggaraan;
- aspek pengelolaan dana;
- aspek pertanggungjawaban dan pelaporan;
- aspek pembinaan dan pengawasan;
- aspek pemeriksaan;
- aspek sanksi. (Pasal 8).
PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI
Pelimpahan sebagian urusan pemerintahan dalam rangka
dekonsentrasi DAPAT dilakukan kepada :
a. gubernur.
b. instansi vertikal.
c. pejabat Pemerintah di daerah. (Pasal 11 ayat 1 dan 2).
Jangkauan pelayanan atas penyelenggaraan dekonsentrasi
yang dilimpahkan kepada instansi vertikal dan/atau pejabat
Pemerintah di daerah DAPAT melampaui satu wilayah
administrasi pemerintahan provinsi. (Pasal 11 ayat 3).
Penyelenggaraan dekonsentrasi yang melampaui satu wilayah
administrasi pemerintahan provinsi dikoordinasikan kepada
gubernur masing-masing wilayah. (Pasal 11 ayat 4).
Penyelenggaraan
Kepala SKPD provinsi bertanggung jawab atas pelaporan
kegiatan dekonsentrasi. (Pasal 31 ayat 1).
Penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan dekonsentrasi
dilakukan dengan tahapan :
a. Kepala SKPD provinsi yang melaksanakan dekonsentrasi
menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan setiap triwulan
dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada gubernur
melalui SKPD yang membidangi perencanaan dan kepada
kementrian/lembaga pemberi dana dekonsentrasi.
b. Gubernur menugaskan SKPD yang membidangi
perencanaan untuk menggabungkan laporan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan menyampaikannya setiap triwulan
dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada Menteri Dalam
Negeri, Menteri Keuangan, dan menteri yang membidangi
perencanaan pembangunan nasional. (Pasal 31 ayat 2).
Pengelolaan Dana
Penyelenggaraan
Tugas Pembantuan dari Pemerintah Kepada
Pemerintah Provinsi, Kabupaten, atau Kota
Pengelolaan Dana
Kepala SKPD provinsi atau kabupaten/kota selaku Kuasa
Pengguna Anggaran/Barang tugas pembantuan bertanggung
jawab atas pelaksanaan dana tugas pembantuan. (Pasal 65 ayat
1).
Kepala SKPD selaku Kuasa Pengguna Anggaran/Barang wajib
menyelenggarakan akuntasi dan bertanggung jawab terhadap
penyusunan dan penyampaian laporan pertanggungjawaban
keuangan dan barang. (Pasal 65 ayat 2).
Penatausahaan keuangan dan barang dalam pelaksanaan
kegiatan tugas pembantuan dilakukan secara terpisah dari
penatausahaan keuangan dan barang dalam pelaksanaan
dekonsentrasi dan desentralisasi. (Pasal 65 ayat 3).
Penatausahaan keuangan dan barang sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) diselenggarakan oleh SKPD provinsi atau
kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(Pasal 65 ayat 4).
Tugas Pembantuan
Menteri/pimpinan lembaga melakukan pembinaan dan
pengawasan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan
yang ditugaskan kepada gubernur atau bupati/walikota. (Pasal
70 ayat 1).
Gubernur atau bupati/walikota selaku penerima penugasan
urusan pemerintahan dari Pemerintah melakukan pembinaan
dan pengawasan kegiatan tugas pembantuan yang
dilaksanakan oleh SKPD. (Psal 70 ayat 2).
Pembinaan sebagaimana pada ayat (1) meliputi pemberian
pedoman, standar, fasilitasi, dan bimbingan teknis, serta
pemantauan dan evaluasi atas penyelenggaraan tugas
pembantuan. (Pasal 70 ayat 3).
Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
dalam rangka peningkatan kinerja, transparansi, dan
akuntabilitas penyelenggaraan tugas pembantuan. (Pasal 70
ayat 4).
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan meliputi
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu. (Pasal 74 ayat 1).
Pemeriksaan keuangan berupa pemeriksaan atas laporan
keuangan. (Pasal 74 ayat 2).
SANKSI
SKPD yang secara sengaja dan/atau lalai dalam menyampaikan
laporan dekonsentrasi dan tugas pembantuan dapat dikenai
sanksi berupa :
a. penundaan pencairan dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan untuk triwulan berikutnya, atau
b. penghentian alokasi dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan utk tahun anggaran berikutnya. (Psl 75 ayat 1).
Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
membebaskan SKPD dari kewajiban menyampaikan laporan
dekonsentrasi dan tugas pembantuan sebagaimana dimaksud
dalam PP ini.(Pasal 75 ayat 2).
Ketentuan mengenai tata cara pemberian sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. (Pasal 75 ayat 3).
KETENTUAN PERALIHAN
Sebagian dari anggaran kementerian/lembaga yang digunakan
untuk mendanai urusan pemerintahan yang merupakan
kewenangan daerah, dialihkan menjadi DANA ALOKASI
KHUSUS. (Pasal 76 ayat 1).
Dalam rangka pengalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
menteri/pimpinan lembaga, Menteri Keuangan, dan menteri
yang membidangi perencanaan pembangunan nasional terlebih
dahulu melakukan identifikasi dan pemilahan atas program dan
kegiatan yang akan didanai dari bagian anggaran kementerian/
lembaga. (Pasal 76 ayat 2).
Identifikasi dan pemilahan atas program dan kegiatan
dilakukan pada saat penyusunan Renja-KL. (Pasal 76 ayat 3).
KETENTUAN PENUTUP
Pada saat berlakunya PP ini, maka :
1. PP Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Dalam Pelaksanaan
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (LNRI Tahun 2000
Nomor 200, dan TLNRI Nomor 4023);
2. PP Nomor 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan
Dekonsentrasi (LNRI Tahun 2001 Nomor 62, dan TLNRI
Nomor 4095); dan
3. PP Nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Tugas
Pembantuan (LNRI Tahun 2001 Nomor 77,dan TLNRI Nomor
4106);
DICABUT DAN DINYATAKAN TIDAK BERLAKU. (Psl 78).