Anda di halaman 1dari 59

OLEH : Drs.

BAMBANG WISNU HANDOYO


DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET
PEMERINTAH PROVINSI DIY

Pokok Bahasan
PEMAHAMAN MENGENAI SELUK BELUK
APBD
PERMASALAHAN KETIDAK EFEKTIFAN
ANGGARAN
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
KETIDAKEFEKTIFAN ANGGARAN

PEMAHAMAN MENGENAI SELUK


BELUK APBD
(PROSES PENYUSUNAN APBD)

PRINSIP PENYUSUNAN
APBD
APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan

pemerintahan daerah;
APBD harus disusun secara tepat waktu sesuai tahapan
dan jadwal;
Penyusunan APBD dilakukan secara transparan, dimana
memudahkan
masyarakat
untuk
mengetahui
dan
mendapatkan akses informasi seluas-Iuasnya tentang
APBD;
Penyusunan
APBD
harus
melibatkan
partisipasi
masyarakat;
APBD harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;
Substansi APBD tidak boleh bertentangan dengan
kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan
peraturan daerah lainnya.
4

SINKRONISASI

UU PAKET PENGELOLAAN KEUANGAN


UU 25/2004 UU 17/2003 UU 1/2004 UU 15/2004 UU 33/2004

PP
PP

PP
PP

PP
PP

PP
PP
PERMENDAGRI 13/2006

UU 32/2004
32/2004
Pasal
Pasal 222
222
Pasal
Pasal 237
237

PERMENDAGRI
PERMENDAGRI 59/2007
59/2007

PP
PP 58/2005
58/2005

PERMENDAGRI
PERMENDAGRI 21/2011
21/2011

Omnibus
Regulation

PERMENDAGRI 55/2008
PERMENDAGRI 22/2011

Pemerintahan
Pemerintahan
Daerah
Daerah

PERDA 4 Th 2007
PERGUB 42 2010 & 13 2011
5

BULAN
PERENCANAAN

BULAN
ANGGARAN

JANUARI - APRIL

MEI - AGUSTUS

RKPD
30 APRIL

KUA
+
PRIORITAS APBD

BULAN
LEGITASI
SEPTEMBER - DESEMBER

RAPERDA APBD

PERDA APBD
31 OKTOBER
PAGU ANGGARAN
KEPUTUSAN KDH

RKT
PERINCIAN APBD

RENJA SKPD

DPA
DESEMBER

RKA- SKPD

MUSRENBANG
JAN

FEB

MARET
APRIL

DESA
KECAMATAN
KABKOTA
PROP

AUDIT BPK

SKEDUL PERENCANAAN & PENGANGGARAN


Pembahasan & Kesepakaan
KUA antara KDH dgn DPRD (Juni)
Penetapan RKPD
(Mei)
5
Musrenbang
Kab/Kota
(Maret)

Pembahasan dan Kesepakatan PPAS


antara KDH dgn DPRD (Juni)

Penyusunan RKA-SKPD &


8 RAPBD (Juli-September)

Forum SKPD
Penyusunan Renja 3
SKPD Kab/Kota
(Maret)

10

Musrenbang Kecamatan 2
(Februari)
Musrenbang Desa 1
(Januari)

1
Pelaksanaan APBD
Januari thn berikutnya 3

Pembahasan dan
persetujuan Rancangan
APBD dgn DPRD
(Oktober-November)
Evaluasi Rancangan
Perda APBD (Desember)

11 Penetapan Perda APBD


(Desember)

12

Penyusunan DPA SKPD


(Desember)

Alur Perencanaan dan


Penganggaran
Pemerintah
Pusat

Renstra KL

Pedoman

Pedoman

RPJP
Nasional

Pedoman

Diacu
RPJP
Daerah

RPJM
Nasiona
l

RPJM
Daerah

Pedoman

Pemerintah
Daerah

Renstra
SKPD

Planning

Pedoman

RKA-KL

Rincian
APBN

RAPBN

APBN

RAPBD

APBD

RKA SKPD

Rincian
APBD

Diacu

Dijabar
kan

Diperhatikan
Pedoman

Renja - KL

RKP

Pedoman

Diserasikan melalui
Musrenbang
Dijabar
kan

RKP
Daerah

Pedoman

Diacu
Pedoman

Renja SKPD

Pedoman

Budgeting
9

SINKRONISASI PENYUSUNAN RANCANGAN APBD


(UU 17/2003, UU 25/2004 UU 32/2004, UU 33/2004)
RPJM

RPJMD

5 tahun

1 tahun

1 tahun

Renja
SKPD
1 tahun

5 tahun

5 tahun

Renstra
SKPD

RKPD

RKP

1 tahun

KUA

PPAS

Dibahas
bersama
DPRD

NOTA KESEPAKATAN
PIMPINAN DPRD DGN KDH

RKA-SKPD

PEDOMAN
PENYUSUNAN
RKA-SKPD

TAPD
RAPERDA
APBD

1 tahun

10

KEBIJAKAN UMUM APBD


(KUA)

11

11

PENGERTIAN
KEBIJAKAN UMUM APBD
SASARAN DAN KEBIJAKAN DAERAH DALAM
SATU TAHUN ANGGARAN YANG MENJADI
PETUNJUK DAN KETENTUAN UMUM YANG
DISEPAKATI SEBAGAI PEDOMAN
PENYUSUNAN R-APBD DAN RP-APBD

12

12

PERBEDAAN DOKUMEN
KEPMENDAGRI No. 29/2002

RENSTRADA/DOKUMEN

PERENCANAAN DRH LAINNYA

ARAH & KEBIJAKAN UMUM

APBD
STRATEGI & PRIORITAS APBD

PERMENDAGRI BARU

RPJPD
RPJMD
RKPD
KU APBD
PRIORITAS DAN PLAFON
ANGGARAN SEMENTARA

13

13

Proses Penyampaian Rancangan


KUA
PEMERINTAH DAERAH

TAPD
RKPD

Sekda selaku
Koordinator
TAPD

Rancangan
KUA

Rancangan
KUA

Paling lambat
Minggu ke-1
Juli

DPRD

KDH

KOORDINATOR TAPD

Disampaikan
ke DPRD
paling lambat
Pertengahan
bulan Juni

Disampaikan
ke KDH
paling lambat
awal
bulan
Juni
Rancangan
KUA

Rancangan
KUA

Panitia
Anggara
n
DPRD

Rancangan KUA
dibahas bersama

Nota Kesepakatan

14

14

PRIORITAS DAN PLAFON


ANGGARAN SEMENTARA
(PPAS)

15

15

PENGERTIAN
PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN
SEMENTARA (PPAS)
PROGRAM PRIORITAS DAN PATOKAN
BATAS MAKSIMAL ANGGARAN YANG
DIBERIKAN KEPADA SKPD UNTUK SETIAP
PROGRAM DAN KEGIATAN SEBAGAI
ACUAN DALAM PENYUSUNAN RKA-SKPD
PENENTUAN BATAS MAKSIMAL DAPAT
DILAKUKAN SETELAH
MEMPERHITUNGKAN BELANJA16PEGAWAI

16

PENGERTIAN
PRIORITAS
Prioritas adalah suatu upaya mengutamakan
sesuatu daripada yang lain
Prioritas merupakan proses dinamis dalam
pembuatan keputusan yang saat ini dinilai paling
penting dengan dukungan komitmen untuk
melaksanakan keputusan tsb
Penetapan prioritas tidak hanya mencakup
keputusan apa yang penting untuk dilakukan,
tetapi juga menentukan skala atau peringkat
wewenang/urusan/fungsi atau program dan
kegiatan yang harus dilakukan lebih dahulu
dibandingkan program atau kegiatan17
yang lain

17

TUJUAN
PRIORITAS
Terpenuhinya skala dan lingkup kebutuhan masyarakat
yang dianggap paling penting dan paling luas
jangkauannya, agar alokasi sumber daya dapat
digunakan/dimanfaatkan secara ekonomis, efisien dan
efektif, mengurangi tingkat risiko dan ketidakpastian
serta tersusunnya program atau kegiatan yang lebih
realistis.
Contoh : - Prioritas Pendidikan

: Program Wajib Belajar 9

Thn
- Prioritas Kesehatan

: Penurunan tingkat

kematian
- Keamanan & Ketertiban :

ibu dan
18 anak
Antisipasi peledakan

18

PLAFON ANGGARAN SEMENTARA


(PPAS)

Plafon anggaran sementara adalah jumlah rupiah batas


tertinggi yang dapat dianggarkan oleh tiap-tiap satuan
kerja perangkat daerah, termasuk didalamnya belanja
pegawai

Plafon anggaran yang disepakati oleh Pemerintah Daerah


dengan DPRD, selanjutnya menjadi dasar penyusunan SE
Kepala Daerah tentang Pedoman Penyusunan APBD, yang
menjadi acuan SKPD dalam menyusun RKA-SKPD.

PPA yang telah ditetapkan selanjutnya dijadikan pedoman


dalam penyusunan rencana anggaran satuan kerja
perangkat daerah pada masing-masing satuan kerja
perangkat daerah
19

19

LANGKAH-LANGKAH DALAM
PEMBAHASAN PPAS
KUA
Tentukan skala prioritas dalam urusan wajib
dan urusan pilihan

Tentukan urutan program dalam masing-masing urusan

Menyusun plafon anggaran sementara untuk


masing-masing program (berdasarkan prioritas kegiatan)

20

20

PEMAHAMAN MENGENAI SELUK


BELUK APBD
(STRUKTUR APBD)

21

STRUKTUR ANGGARAN
KEPMENDAGRI 29/2002
Belanja diklasifikasikan menurut
Bidang Kewenangan,
Organisasi, Kelompok, Jenis,
Obyek dan Rincian Obyek

PERMENDAGRI 13/2006

Pemisahan secara tegas antara


belanja aparatur & belanja
pelayanan publik

Belanja diklasifikasikan menurut urusan


Pemerintahan Daerah, Organisasi,
Program, Kegiatan, Akun, Kelompok,
Jenis, Obyek dan Rincian obyek
Pengklasifikasian belanja menurut Fungsi
Statistik keuangan Negara
Tidak dipisahkan anggaran terpadu
(Unified Budget)
Pemisahan belanja aparatur dan
pelayanan publik tercermin dalam
program & kegiatan

Pengelompokan BAU, BOP & BM Belanja Tidak Langsung


cenderung menimbulkan
Belanja Langsung
terjadinya tumpang tindih
anggaran
penganggaran
Menggabungkan antara jenis
belanja sebagai input dan
kegiatan dijadikan sebagai jenis

Efisiensi

Restrukturisasi jenis-jenis belanja


22

STRUKTUR APBD (Kepmendagri 29/2002)


I

II

PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah

xxx

Dana Perimbangan

xxx

Lain-lain Pendapatan yang Sah

xxx

BELANJA
APARATUR / PUBLIK

III

XXX

XXX
XXX

Belanja Administrasi Umum

xxx

Belanja Operasi dan Pemeliharaan

xxx

Belanja Modal

xxx

SURPLUS/(DEFISIT)

XXX

PEMBIAYAAN

XXX

Penerimaan Pembiayaan

xxx

Pengeluaran Pembiayaan

xxx
23

STRUKTUR APBD (Permendagri 13/2006)

PENDAPATAN

XXX

BELANJA
Belanja Tidak Langsung
Belanja Langsung

XXX
xxx
Xxx

(-)

Surplus/(Defisit)

PEMBIAYAAN
Penerimaan
Pengeluaran

Pembiayaan Neto
SILPA Tahun Berjalan

XXX
xxx
xxx

(-)
XXX

(-)

XXX
24

STRUKTUR PENDAPATAN
A. Pendapatan Asli Daerah:
1.
2.
3.
4.

Pajak Daerah
Retribusi Derah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah

B. Dana Perimbangan:
1.
2.
3.

Dana Bagi Hasil


Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus

C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah:


1.
2.
3.

Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah
Daerah lainnya
4. Dana Penyesuaian & Dana OTSUS
5. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya

25

STRUKTUR BELANJA
A. Belanja Tidak Langsung:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil
Bantuan Keuangan
Belanja Tak Terduga

B. Belanja Langsung:
1.
2.
3.

Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
26

STRUKTUR PEMBIAYAAN
A. Penerimaan Pembiayaan:
1. Selisih Lebih Perhitungan (SiLPA) Anggaran Tahun
Sebelumnya
2. Pencairan Dana Cadangan
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
4. Penerimaan Pinjaman Daerah
5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

B. Pengeluaran Pembiayaan:
1.
2.
3.
4.

Pembentukan Dana Cadangan


Penyertaan Modal pemerintah Daerah
Pembayaran Utang Pokok
Pemberian Pinjaman

Pembiayaan Neto (A B)
27

28

PENDEKATAN KINERJA

SISTEM
ANGGARAN
YANG
MENGUTAMAKAN
PENCAPAIAN OUTPUT DARI INPUT YANG DITETAPKAN

UPAYA

OUTPUT (KELUARAN) MENUNJUKKAN BARANG ATAU JASA YANG


DIHASILKAN OLEH KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN UNTUK
MENDUKUNG PENCAPAIAN SASARAN DAN TUJUAN PROGRAM
DAN KEBIJAKAN

INPUT (MASUKAN) ADALAH BESARNYA SUMBER DAYA BAIK


YANG BERUPA PERSONIL, BARANG MODAL TERMASUK
PERALATAN DAN TEKNOLOGI, DANA, ATAU KOMBINASI DARI
BEBERAPA
ATAU
KESEMUA
JENIS
SUMBERDAYA
YANG
DIGUNAKAN UNTUK MELAKSANAKAN KEGIATAN

KINERJA/PRESTASI KERJA ADALAH KELUARAN/HASIL DARI


KEGIATAN/PROGRAM YANG AKAN ATAU TELAH
DICAPAI
SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ANGGARAN DENGAN
KUANTITAS DAN KUALITAS YANG TERUKUR
29

DASAR PENILAIAN KINERJA


MASUKAN

BESARAN SUMBER
DAYA
UNTUK
MELAKSANAKAN
KEGIATAN

YANG DIGUNAKAN
PROGRAM
ATAU

KELUARAN
BARANG ATAU JASA YANG DIHASILKAN DARI
PROGRAM ATAU KEGIATAN

HASIL

SEGALA
SESUATU
YANG
BERFUNGSINYA
KELUARAN
KEGIATAN
DALAM
SUATU
KEGIATAN

MENCERMINKAN
DARI
KEGIATANPROGRAM
ATAU

30

PRINSIP-PRINSIP ANGGARAN
KINERJA
Kepmendagri
No 29 Tahun 2002
DAMPA
K
MANFAA
T

PENILAIAN
KINERJA
HASIL

KEGIATAN 1
KEGIATAN 2
DST

PENYUSUNAN
ANGGARAN

KELUARA
N
MASUKAN
31

PRINSIP-PRINSIP ANGGARAN
KINERJA
PERMENDAGRI
No 13 Tahun 2006

PROGRAM

HASIL

PENILAIAN
KINERJA

KEGIATAN 1
KEGIATAN 2
DST

PENYUSUNAN
ANGGARAN

KELUARA
N
MASUKAN
32

HUBUNGAN PROGRAM DAN KEGIATAN


DENGAN TOLOK UKUR KINERJA
POLA PIKIR PERMENDAGRI No 13 Tahun 2006
SASARAN 5
TAHUN
OUTCOME /
HASIL (%)
1. Prosentase
2. Rasio
3. Kuantitas,
Jumlah

SASARAN 1 TAHUN
OUTCOME /
HASIL
1. Prosentase
(%)
2. Rasio
3. Kuantitas,
Jumlah

PROGRAM
Kegiatan 1
Kegiatan 2
Dst..

KELUARAN
Kuantitas
Jumlah
33

PENERAPAN PENYUSUNAN
ANGGARAN KINERJA
POLA PIKIR YANG DIKEMBANGKAN DALAM
PERMENDAGRI No 13 Tahun 2006

Mempertimbangkan Tingkat Kesulitan Dalam


Pelaksanaan Kepmendagri No 29 Tahun 2002
Penyederhanaan Format Dan Cara Pengisian RASK
(RKA-SKPD)
Penyederhanaan Tolok Ukur Kinerja
Penjelasan Hubungan Yang Lebih Rinci antara
Tolok Ukur Kinerja Dengan Program dan Kegiatan
Penjelasan Hubungan Yang Lebih Rinci antara
Tolok Ukur Kinerja Program dan Kegiatan Dengan
Tolok Ukur Dalam KUA dan PPAS

34

PRASYARAT
DALAM PENERAPAN ANGGARAN KINERJA

DATA YANG RELIABLE (dpt dipercaya) DAN


VALID (benar)

TOLOK UKUR KINERJA YANG BENAR

35

Target Pencapaian Kinerja yang Terukur Dari Setiap


Urusan Pemerintahan Daerah
KODE

1
1

BIDANG URUSAN
PEMERINTAHAN DAERAH

SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN

TARGET
(%)

ORGANISASI

PAGU
INDIKATIF
(Juta Rp)

URUSAN WAJIB
01

Pendidikan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...

02

Kesehatan
Program ......
Kegiatan ......
dst ...
36

Proyeksi
Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan Daerah
JUMLAH
NO

URAIAN
TA (n-1)

1.

PENDAPATAN DAERAH

1.1

Pendapatan asli daerah

1.1.1

Pajak Daerah

1.1.2

..

1.2

Dana perimbangan

1.2.1

Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak

1.2.2

..

1.3

Lain-lain pendapatan daerah yang sah

1.3.1

Hibah

1.3.2

..

Proyeksi TA
(n)

BERTAMBAH/
(BERKURANG)
Rp

Jumlah Pendapatan
2.

BELANJA DAERAH

2.1

Belanja Tidak Langsung

2.1.1

Belanja pegawai

2.1.2

Belanja bunga

2.1.3

2.2

Belanja Langsung

2.2.1

Belanja pegawai

2.2.2

Jumlah Belanja
Surplus/(Defisit)

37

JUMLAH
NO

BERTAMBAH/
(BERKURANG)

URAIAN
TA (n-1)

Proyeksi TA
(n)

Rp

Surplus/(Defisit)
3.

PEMBIAYAAN DAERAH

3.1

Penerimaan pembiayaan

3.1.1

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya


(SiLPA)

3.1.2

Pencairan dana cadangan

3.1.3

Jumlah penerimaan pembiayaan

3.2

Pengeluaran pembiayaan

3.2.1

Pembentukan dana cadangan

3.2.2

......
Jumlah pengeluaran pembiayaan
Pembiayaan neto

3.3

Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan (SILPA)

38

HUBUNGAN RKPD DENGAN KUA


CONTOH RKPD
N
O

PRIORITAS
PEMBANGUNA
N

INDIKATOR
PROGRAM

INDIKATOR KEGIATAN

PROGRAM/KEGIATAN

ORGA
NISAS
I

LOKASI
PAGU INDIKATIF
Jumlah (Rp)

Hasil

Keluaran

Hasil

Sum
ber

Peningkatan
Kualitas
Sumber Daya
Manusia

Program Pendidikan
Anak Usia Dini

Rasio Anak
Usia Dini
bersekolah
dengan
Jumlah Anak
Usia Dini
sebesar 1 : 3
5 (Lima)
Unit
Gedung
Sekolah
Baru (TK)
dengan
standar 3
kelas
untuk
setiap
sekolah

Pembangunan sarana
dan prasarana
Gedung Sekolah (TK)

Program Peningkatan
Mutu Pendidikan SD

Dinas
Pendi
dikan

Rata-rata
biaya
pendidikan

1.Rasio
Jumlah
Kelas
dibandin
g
anak
didik
sebesar
1 : 50
2.Jumlah
anak
yang
terlayani
menjadi
400
orang

858.000.00
0

APBD
754.000.00
0

100.000.00
0

Kec. A
Kec. B
Kec. C

39

HUBUNGAN RKPD DENGAN KUA


RKPD YANG DITUANGKAN DALAM KUA
N
O

PRIORITAS
PEMBANGUNA
N

INDIKATOR
PROGRAM

INDIKATOR KEGIATAN

PROGRAM/KEGIATAN

ORGA
NISAS
I

LOKASI
PAGU INDIKATIF
Jumlah (Rp)

Hasil

Keluaran

Hasil

Sum
ber

Peningkatan
Kualitas
Sumber Daya
Manusia

Program Pendidikan
Anak Usia Dini

Pembangunan sarana
dan prasarana
Gedung Sekolah (TK)

Rasio Anak
Usia Dini
bersekolah
dengan
Jumlah Anak
Usia Dini
sebesar 1 : 3

Dinas
Pendi
dikan

5 (Lima)
Unit
Gedung
Sekolah
Baru (TK)
dengan
standar 3
kelas
untuk
setiap
sekolah

1.Rasio
Jumlah
kelas
dibandin
g
anak
didik
sebesar
1 : 50
2.Jumlah
anak
yang
terlayani
menjadi
400
orang

858.000.00
0

APBD
754.000.00
0

Kec. A
Kec. B
Kec. C

40

HUBUNGAN TOLOK UKUR


PROGRAM DAN KEGIATAN

PROGRAM/KEGIATAN

INDIKATOR PROGRAM

Program Pendidikan Anak Usia Dini

Pembangunan sarana dan prasarana Gedung


Sekolah (TK)

Pengadaan mebelair sekolah

Pengembangan kurikulum, bahan ajar dan


model pembelajaran Pendidikan Anak
Usia Dini dengan muatan local.

Hasil

INDIKATOR KEGIATAN

Keluaran

Hasil

Rasio Anak Usia Dini


bersekolah dengan
Jumlah Anak Usia Dini
sebesar 1 : 3
5 (Lima) Unit Gedung
Sekolah Baru (TK) dengan
standar 3 kelas setiap
sekolah.

1.

Mebelair pendidikan untuk


5 (Lima) Unit Gedung
Sekolah Baru (TK) dengan
standar 3 kelas setiap
sekolah.

1.

Tersusunnya kurikulum 7
mata
pelajaran
pokok
berbasis minat dan bakat
bermuatan lokal.

2.

2.

Rasio Jumlah Kelas


dibanding anak didik
sebesar 1 : 50
Jumlah anak yang
terlayani menjadi 400
orang
Rasio Jumlah kelas
dibanding anak didik
sebesar 1 : 50
Jumlah anak yang
terlayani menjadi 400
orang
Terpenuhinya
kurikulum
untuk
pelayanan pendidikan
anak
usia
dini
sebanyak 400 orang
anak.

41

HUBUNGAN INFORMASI DALAM RKPD DENGAN RPJMD


INFORMASI DALAM RPJMD ( 2005 2009 )
INDIKATOR KEGIATAN SELAMA 5 TAHUN
PROGRAM/KEGIATAN
Keluaran

Pembangunan sarana
dan prasarana Gedung
Sekolah (TK)

KONDISI TAHUN 2005

Hasil

50 (Lima) Unit
Gedung Sekolah
Baru (TK) yang
terdiri
dari
3
kelas
setiap
sekolah

1.Rasio
Jumlah
Kelas
dibanding anak didik
sebesar
1 : 40
2.Jumlah
anak
yang
terlayani menjadi 500
orang

Rasio Jumlah Sekolah dan anak


didik sebesar
1 : 70 dengan
data jumlah anak usia sekolah
dini yang belum sekolah rata-rata
sebesar 600 orang.

INFORMASI DALAM KUA ( RKPD 2007 )


INDIKATOR KEGIATAN
PROGRAM/KEGIATAN
Keluaran

Pembangunan sarana dan


prasarana Gedung Sekolah
(TK)

5 (Lima) Unit
Gedung
Sekolah
Baru
(TK)
yang
terdiri dari 3
kelas
setiap
sekolah.

Hasil

1.Rasio
Jumlah
Kelas
dibanding
anak
didik
sebesar
1 : 50
2.Jumlah
anak
yang
terlayani
menjadi
400
orang

PAGU INDIKATIF
Jumlah (Rp)

Sum
ber

APBD
754.000.00
0

LOKAS
I

Kec. A
Kec. B
Kec. C

42

CONTOH PERHITUNGAN PENCAPAIAN TARGET DALAM KUA


INFORMASI DALAM RPJMD ( 2005 2009 )
INDIKATOR KEGIATAN SELAMA 5 TAHUN

PROGRAM/KEGIATAN

Pembangunan sarana
dan prasarana Gedung
Sekolah (TK)

KONDISI TAHUN 2005

Hasil

Rasio Jumlah Kelas dan anak


didik sebesar
1 : 70 dengan
data jumlah anak usia sekolah
dini yang belum sekolah rata-rata
sebesar 600 orang.

Rasio Jumlah Kelas dibanding


anak didik sebesar
1 : 40

INFORMASI DALAM KUA ( RKPD 2007 )


INDIKATOR KEGIATAN
PROGRAM/KEGIATAN
Pembangunan sarana dan
prasarana Gedung Sekolah
(TK)

PAGU INDIKATIF
Jumlah (Rp)

Hasil
Rasio Jumlah Kelas
sebesar
1 : 50

dibanding

anak

didik

754.000.000

Sumber
Dana
APBD

PENCAPAIAN TARGET 2007

(70-50)

: (70 - 40)

x 100% = 66,67%

43

CONTOH PENYAJIAN PENCAPAIAN TARGET DALAM KUA

KODE

BIDANG URUSAN
PEMERINTAHAN
DAERAH

SASARAN PROGRAM/
KEGIATAN

TARGE
T (%)

ORGANISAS
I

PAGU
INDIKATIF
(Juta Rp)

Program Pendidikan
Anak Usia Dini

Rasio Anak Usia Dini


bersekolah dengan
Jumlah Anak Usia Dini
sebesar 1 : 3

66,67
%

Dinas
Pendidikan

858.000.00
0

Pembangunan sarana
dan prasarana Gedung
Sekolah (TK)

Rasio
Jumlah
kelas
dibanding anak didik
sebesar
1 : 50
dengan terbangunnya 5
unit sekolah baru (USB)
TK dengan standar 1
sekolah terdiri dari 3
kelas sehingga jumlah
anak
yang
terlayani
menjadi 400 orang

66,67%

Dinas
Pendidikan

754.000.000

URUSAN WAJIB
0
1

0
1

0
1

PENDIDIKAN

44

CONTOH PENYAJIAN INDIKATOR PROGRAM/KEGIATAN


PROGRAM/KEGIATAN

Program Pelayanan
Administrasi
Perkantoran

Penyediaan jasa surat


menyurat

INDIKATOR
PROGRAM

INDIKATOR
KEGIATAN
(KELUARAN)

INDIKATOR
KEGIATAN
(HASIL)

1500 surat
terkirim

Tercapainya
prosentase
rata-rata surat
yang gagal
Tersampaikan
20% dari ratarata jumlah
45
surat yang

Prosentase
jumlah surat
terkirim
dibanding
dengan total
jumlah surat
dalam satu
tahun adalah
80%

CONTOH PENYAJIAN INDIKATOR PROGRAM/KEGIATAN


PROGRAM/KEGIATAN

Program peningkatan
sarana dan prasarana
aparatur

Pengadaan mebeleur (mejakursi)

INDIKATOR
PROGRAM

INDIKATOR
KEGIATAN
(KELUARAN)

INDIKATOR
KEGIATAN
(HASIL)

Perbandingan
jumlah mebelair
layak pakai
dengan jumlah
pegawai non
struktural adalah 1
:1
62
unit
Tercapainya
(meubelair) meja prosentase total
kursi
mebelair untuk
pegawai
non
struktural yang
tidak
layak
pakai
sebesar
30% dari total
meubelair yang
dimiliki
46

PERMASALAHAN KETIDAK
EFEKTIFAN ANGGARAN

47

Perencanaan (1)

Keterlibatan masyarakat masih minim dalam


tahap perencanaan
Informasi forum-forum perencanaan belum
terpublikasikan secara luas
Usulan masyarakat (basis Kelurahan/Desa)
belum dapat diakomodasi APBD secara nyata
(baru sedikit)
Tidak ada informasi dengan baik berkaitan
dengan plafon anggaran per sektor/bidang
urusan pemerintah
48

Lanjutan.

Mekanisme perencanaan APBD belum


membuka ruang keterlibatan luas masyarakat.
Belum optimalnya Manajemen informasi dan
dokumentasi usulan perencanaan yang dapat
diakses masyarakat.
Proses perencanaan dan penyusunan
anggaran masih dianggap terpisah
Tidak sinkronnya antara pendekatan politik,
teknokratis, bottom up, top down dan
partisipatif
49

Pelaksanaan (2)

Pertanggungjawaban kinerja kegiatan masih tetap cenderung fokus pada


pelaporan penggunaan dana, sehingga banyak yang tidak berkelanjutan.
Tenaga teknis disetiap SKPD (akuntan, tehnik sipil, penilai aset) belum
mencukupi sehingga menghambat proses desentralisasi pengelolaan
keuangan daerah di SKPD;

Ketentuan tentang pengelolaan keuangan di daerah sering


berganti sehingga membingungkan
Secara umum, masih rendahnya inovasi pendanaan yang
mengarah pada kesejahteraan rakyat (tergantung aturan,
konteks, potensi dan permasalahan di masing-masing daerah)
Egoisme Bidang dan Subbidang di SKPD, sehingga program dan
kegiatan atas selera pribadi serta sarat dengan belanja yg bersifat
penunjang. Contoh : setiap lembar DPA selalu ada honor tim,
lembur, perjalanan dinas.

50

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN


KETIDAKEFEKTIFAN ANGGARAN

51

Perencanaan (1)

Pelibatan secara aktif stakeholder


(masyarakat/swasta, perguruan tinggi, eksekutif dan
legislatif) dilakukan dengan terjadwal dari mulai
forum musrenbang, forum skpd, penyusunan RKPD,
kua ppas dan APBD.
Penyediaan hak akses informasi melalui media cetak
atau internet berkaitan dengan keputusan-keputusan
yang telah dan akan diambil.
Kerjasama semua pihak dalam mencapai tujuan yang
telah disepakati (berpedoman dengan Renja SKPD,
RKPD, RPJMD, dan RPJPD)
52

Pelaksanaan (2)

Pelaksanaan program dan kegiatan


berpedoman terhadap dokumen perencanaan
yang disepakati sehingga terdapat
keberlanjutan program/kegiatan
Bimbingan teknis terhadap SDM bagi eksekutif
maupun legislatif.
Penerapan Standar Belanja Harga Barang dan
Jasa (SHBJ), Analisis Standar Belanja (ASB)
dan Harga Pasar menjadi acuan pelaksanaan
APBD, sehingga tidak ada mark up anggaran.
53

MENERAPKAN PRINSIP GOOD


GOVERNANCE
A.
B.
C.

Transparansi
Partisipasi
Akuntabilitas

54

A. TRANSPARANSI

Membuka akses publik seluas-luasnya


Publikasi jadwal Musrenbang Desa, kecamatan, Forum
SKPD, Musrenbang Kabupaten , Musrenbang Provinsi
dan pembahasan anggaran (KUA, PPA, RAPBD)
Publikasi dokumen-dokumen perencanaan anggaran;
RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, RKPD, Renja SKPD,
evaluasi program tahun lalu, KUA,PPA, RKA SKPD,
RAPBD, APBD,hasil setiap tahapan Musrenbang, dan
alasan usulan yang ditolak
Informasi plafon anggaran untuk tiap sektor pada
setiap tahapan pembahasan
55

B. PARTISIPASI

Musrenbang Desa melibatkan seluruh


warga yang ingin terlibat, Musrenbang
Kec, Kab, dan Provinsi melibatkan
perwakilan harga.
Forum SKPD melibatkan unsur-unsur
sektor dan delegasi Musrenbang
Warga memiliki hak kontrol dalam
pembahasan anggaran
Pembahasan anggaran dibuka ke publik
56

C. AKUNTABILITAS

Akuntabitas APBD berdasarkan kinerja


pelayanan pada masyarakat
Akuntabilitas pada proses perencanaan;
audit proses perencanaan atau
kelayakan hasil perencanaan
Publikasi indikator pencapaian tahunan
yang dicapai Pemda untuk setiap unit
kerja dan keseluruhan

57

FUNGSI PERENCANAAN APBD


PARTISIPATIF

Fungsi Kognitif: menghasilkan keputusan yang


rasional mempertimbangkan kajian akademis,
masukan, kritik kelompok terkait, alokasi sumber
daya
Fungsi Instrumental; Alat mempertemukan berbagai
kepentingan dalam pengambilan keputusan
Fungsi politik: mengurangi resistensi terhadap
keputusan yang diambil karena diambil berdasarkan
keputusan bersama, legetimasi publik
Fungsi sosial; mengidentifikasi kebutuhan riil di
masyarakat dan menyelesaikan problem utama.
58

59

Anda mungkin juga menyukai