Anda di halaman 1dari 28

AG AM A

BAB XVI
AG AM A
A. PENDAHULUAN
Agama mempunyai peranan penting dalam mewujudkan bangsa
Indonesia yang berakhlak, maju, mandiri dan sejahtera lahir batin
dalam suasana kehidupan yang serba selaras dan berkeseimbangan.
Sejalan dengan itu, pembangunan agama sebagai bagian tak
terpisahkan dari pembangunan nasional, dalam Repelita VI diarahkan
untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, meningkatkan kerukunan kehidupan umat beragama,
meningkatkan peran serta umat dalam pembangunan, serta
meningkatkan pendidikan agama dan keagamaan pada semua jalur,
jenis, dan jenjang pendidikan.
Dalam upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, sarana dan prasarana ibadat berbagai agama
terus ditingkatkan baik jumlah maupun kualitasnya. Pembangunan
sarana dan prasarana ibadat tersebut terutama dilakukan atas peran
serta masyarakat yang mencerminkan besarnya kesadaran beragama
XVI/3

masyarakat. Atas prakarsa dan swadaya masyarakat yang makin meningkat, jumlah tempat peribadatan terus bertambah sehingga diharapkan akan semakin memudahkan dan memberikan perasaan nyaman
dan khusu' bagi setiap umat dalam menunaikan ibadahnya. Dengan
meningkatnya jumlah sarana dan prasarana ibadat tersebut, maka
kesempatan umat beragama untuk menunaikan ibadah sesuai dengan
ajaran agama masing-masing makin luas. Selain itu, dilakukan pula
kegiatan bimbingan dan penyuluhan agama terhadap pemeluk setiap
masing-masing agama terutama di daerah terpencil dan transmigrasi.
Dalam rangka membina kerukunan hidup antarumat beragama
sehingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa yang harmonis,
kegiatan musyawarah antarumat beragama dalam Repelita VI terus
ditingkatkan. Kegiatan yang dilakukan meliputi antara lain musyawarah antarumat beragama, musyawarah antara umat berbagai agama,
dan musyawarah cendekiawan berbagai agama.
Sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan dan kesadaran
beragama khususnya di kalangan umat Islam, jumlah jemaah haji terus
meningkat dari tahun ke tahun, sehingga dalam tiga tahun pertama
Repelita VI tercatat mencapai 560,8 ribu jemaah. Secara lebih rinci,
pada tahun 1996/97 jumlah jemaah mencapai sekitar 199,1 ribu orang,
agak menurun sedikit dari tahun 1995/96 yang mencapai 200,7 ribu
jamaah. Jumlah tersebut juga sedikit di bawah kuota haji yang
ditetapkan oleh Pemerintah Saudi Arabia yakni 200 ribu orang. Guna
mendukung kelancaran pelaksanaannya agar lebih tertib, aman, dan
memenuhi syariat agama, telah dilakukan antara lain perbaikan
prosedur pemberangkatan dan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci.
Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dilakukan pendidikan agama dan
keagamaan sebagai bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan

XVI/4

nasional. Madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs),


madrasah aliyah (MA), dan perguruan tinggi agama (PTA) dalam
Repelita VI berkembang dengan pesat terutama berkat adanya peran
serta masyarakat. Pada tahun 1996/97 angka partisipasi kasar (APK)
MI meningkat menjadi 13,4 persen dari 13,3 persen pada tahun
1995/96, APK MTs meningkat menjadi 12,6 persen dari tahun
sebelumnya yang hanya sekitar 10,02 persen, APK MA meningkat
sedikit menjadi sekitar 3,6 persen dari tahun sebelumnya sekitar 3,4
persen, dan APK PTA meningkat menjadi 1,2 persen, lebih tinggi
dibandingkan tahun lalu yakni 1,1 persen.
B.

SASARAN, KEBIJAKSANAAN, DAN PROGRAM


REPELITA VI

Sasaran pembangunan bidang agama dalam Repelita VI adalah


mantapnya penataan kehidupan beragama yang harmonis, yang tercermin dengan makin meningkatnya keimanan dan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, makin meningkatnya kerukunan kehidupan
umat beragama, makin meningkatnya peran serta umat dalam pembangunan melalui pendidikan di lingkungan keluarga, di masyarakat dan
di sekolah, bersamaan dengan perluasan sarana dan prasarana sesuai
dengan kebutuhan untuk menunaikan ibadah masing-masing.
Kebijaksanaan pokok pembangunan di bidang agama dalam
Repelita VI meliputi upaya mengembangkan kehidupan beragama
sehingga terbina kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, kualitas kerukunan antar dan antara umat beragama
dalam usaha memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa; meningkatkan peran serta umat beragama dalam pembangunan; meningkatkan
pengamalan kehidupan beragama, baik di dalam kehidupan pribadi
maupun kehidupan sosial kemasyarakatan; meningkatkan pelayanan
XVI/5

dan kelancaran penunaian ibadah haji bagi umat Islam sesuai dengan
kemampuan masyarakat; dan meningkatkan pendidikan agama dan
keagamaan pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan, termasuk
prasekolah.
Berdasarkan sasaran dan kebijaksanaan tersebut di atas digariskan
tujuh program pokok yaitu (a) program penerangan, bimbingan dan
kerukunan hidup umat beragama, (b) program peningkatan sarana
kehidupan beragama, (c) program peningkatan pelayanan ibadah haji,
(d) program pembinaan pendidikan agama tingkat dasar, (e) program
pembinaan pendidikan agama tingkat menengah, (f) program pembinaan pendidikan agama tingkat tinggi, dan (g) program pembinaan
kelembagaan dan tenaga keagamaan. Program-program tersebut
didukung oleh enam program penunjang yaitu (a) program pembinaan
anak dan remaja, (b) program pembinaan pemuda, (c) program
peranan wanita, (d) program penelitian dan pengembangan keagamaan, (e) program pendidikan dan pelatihan keagamaan, dan (f) program penyuluhan hukum. Program yang dilaporkan dalam Bab ini
adalah program penelitian dan pengembangan keagamaan dan
program penyuluhan hukum, sedangkan program penunjang lainnya
dilaporkan pada sektor-sektor yang bersangkutan.
C. PELAKSANAAN DAN HASIL PEMBANGUNAN
TAHUN KETIGA REPELITA VI
1.

Program Pokok
a. Program Penerangan, Bimbingan dan Kerukunan Hidup
Umat Beragama
Program Penerangan, Bimbingan dan Kerukunan Hidup Umat

XVI/6

Beragama bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan


terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kerukunan umat
beragama, meningkatkan peran serta umat beragama, dan menyebarluaskan syiar agama sehingga makin memperkuat landasan spiritual,
moral dan etik bagi pembangunan, serta terpeliharanya persatuan dan
kesatuan bangsa.
1) Penerangan dan Bimbingan Agama
Kegiatan bimbingan dan penyuluhan agama selain dilakukan oleh
Pemerintah juga dilakukan oleh lembaga-lembaga keagamaan dan
masyarakat luas, melalui berbagai media dan forum. Kegiatan ini
ditunjang dengan penerbitan dan penyebarluasan sekitar 893,9 ribu
eksemplar berbagai bahan penerangan agama dan 18 ribu paket
dakwah.
2) Kerukunan Hidup Umat Beragama
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka kerukunan hidup umat
beragama meliputi musyawarah antarpemuka agama, musyawarah
antara pemuka berbagai agama, musyawarah antara pemuka berbagai
agama dengan pemerintah, dan musyawarah cendekiawan antaragama.
Kegiatan musyawarah antarpemuka agama pada tahun 1996/97 dilakukan di 10 lokasi dengan jumlah peserta 300 orang, musyawarah antara
pemuka agama dengan pemerintah dilakukan di 6 lokasi dengan
jumlah peserta 180 orang, musyawarah dan silaturahmi antarpemuka
agama dilakukan di 3 lokasi dengan jumlah peserta 90 orang, sedangkan kegiatan musyawarah antara cendekiawan antaragama dilakukan
di 4 lokasi dengan jumlah peserta 120 orang.
Dari kegiatan ini muncul berbagai gagasan untuk memecahkan
masalah bersama terutama yang berkaitan dengan kerukunan hidup
XVI/7

beragama. Adanya berbagai kegiatan tersebut telah mendorong


terwujudnya persatuan antarumat beragama dalam rangka lebih
meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.
b. Program Peningkatan Sarana Kehidupan Beragama
Program ini bertujuan untuk memberikan dorongan dan motivasi
kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana
kehidupan beragama serta mengembangkan pranata keagamaan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam program ini meliputi: 1)
bantuan sarana dan prasarana peribadatan; 2) pembangunan Balai
Nikah dan Penasihatan Perkawinan (BNPP); 3) pengadaan kitab suci;
dan 4) pembinaan pranata keagamaan.
1) Sarana dan Prasarana Peribadatan
Peningkatan sarana dan prasarana peribadatan dilakukan dengan
memberikan bantuan untuk pembangunan dan rehabilitasi tempat
peribadatan guna mendorong peran serta aktif masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan akan tempat peribadatan secara swadaya. Pada
tahun 1996/97 bantuan pembangunan dan rehabilitasi tempat peribadatan diberikan kepada 2,3 ribu buah masjid, 102 buah gereja Kristen
Protestan, 202 buah gereja Katolik, 146 buah pura, dan 54 buah
wihara. Selain itu, bantuan diberikan juga bagi 577 tempat ibadat di
sekolah dan kampus perguruan tinggi.
Dengan adanya bantuan tersebut, jumlah tempat peribadatan
berbagai agama meningkat dari tahun ke tahun. Sampai dengan tahun
ketiga Repelita VI, jumlah tempat peribadatan menjadi sekitar 669,7
ribu buah yang terdiri dari 597,5 ribu masjid, 30,7 ribu gereja
Protestan, 13,7 ribu gereja Katolik, 23,8 ribu pura, dan 4 ribu wihara
XVI/8

(Tabel XVI-1). Jika dibandingkan dengan banyaknya tempat


peribadatan tahun 1995/96 yang berjumlah 667,4 ribu buah, maka
terdapat kenaikan sebanyak 2,4 ribu buah.
2) Balai Nikah dan Penasihatan Perkawinan (BNPP)
Pembangunan BNPP bertujuan meningkatkan pelayanan pemerintah terhadap masyarakat dalam pembinaan kesejahteraan keluarga
termasuk pelayanan perkawinan. Sebagai lembaga pembinaan kesejahteraan keluarga, kegiatan yang dilakukan meliputi pelayanan dalam
penyelenggaraan perkawinan, penyuluhan undang-undang perkawinan, dan peningkatan motivasi masyarakat untuk melaksanakan
keluarga berencana. Melalui BNPP dikembangkan juga pelayanan
keagamaan kepada masyarakat secara lebih profesional, antara lain
melalui peningkatan mutu pegawai pencatat nikah (PPN) dan
pembantu PPN, peningkatan pelayanan keagamaan bagi keluarga,
serta pembangunan dan rehabilitasi gedung BNPP di tingkat
kecamatan.
Pada tahun 1996/97 telah dilaksanakan penataran bagi sebanyak
180 orang PPN dan pembantu PPN. Jumlah ini lebih kecil dari jumlah
peserta pada tahun 1995/96 karena jumlah PPN dan pembantu PPN
yang belum ditatar telah makin berkurang. Selain itu, telah dilaksanakan pula pembangunan 60 BNPP dan rehabilitasi terhadap 40 gedung
BNPP yang rusak. Pembangunan BNPP lebih diprioritaskan pada
wilayah administrasi baru dan daerah terpencil yang sangat membutuhkan. Dengan demikian, maka secara kumulatif sampai dengan tahun
1996/97 telah terdapat sekitar 3,4 ribu gedung BNPP yang tersebar di
sebagian besar kecamatan di semua propinsi, sehingga pelayanan bagi
masyarakat dalam urusan nikah, talak dan rujuk diharapkan jangkauannya menjadi lebih luas dan lebih cepat. Dalam tiga tahun Repelita
VI, terdapat tambahan sebanyak 180 gedung BNPP.
XVI/9

3) Pengadaan Kitab Suci


Dalam upaya meningkatkan kadar keimanan dan ketakwaan serta
memperluas wawasan keagamaan umat beragama, Pemerintah ikut
membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan kitab suci
berbagai agama (Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Budha)
termasuk terjemahan dan tafsirnya serta buku-buku keagamaan
lainnya. Kegiatan ini diharapkan pula akan mendorong para ahli untuk
mengembangkan penafsiran kitab suci sesuai dengan perkembangan
jaman serta tuntutan pembangunan.
Pengadaan kitab suci oleh pemerintah pada tahun 1996/97
sebanyak 814,9 ribu yang meliputi 650,6 ribu kitab suci agama Islam,
46,8 ribu agama Kristen Protestan, 50,5 ribu agama Katolik, 40 ribu
agama Hindu dan 27 ribu agama Budha. Jika dibandingkan dengan
pengadaan kitab suci pada tahun 1995/96 yaitu sebanyak 719,6 ribu
eksemplar maka terdapat kenaikan sebanyak 122,3 ribu eksemplar
atau 16 persen (Tabel XVI-2).
Sampai dengan tahun ketiga (1996/97) Repelita VI pemerintah
telah mengadakan sekitar 2,4 juta buku kitab suci berbagai agama,
yang terdiri atas 1,9 juta agama Islam, 163,8 ribu, agama Protestan,
162,5 ribu agama Katolik, 124,5 ribu agama Hindu, dan 78 ribu
agama Budha. Selain oleh pemerintah, pengadaan kitab suci berbagai
agama juga dilakukan oleh masyarakat dan swasta terus meningkat.
Dengan makin banyaknya kitab suci yang tersedia, maka kesempatan
bagi para pemeluk agama untuk meningkatkan kadar keimanan dan
ketakwaan serta untuk memperluas wawasan keagamaannya juga
makin besar.

XVI/10

4) Pembinaan Pranata Keagamaan


Pembinaan pranata keagamaan seperti zakat, infaq, sadaqah, dan
wakaf terus ditingkatkan untuk mendorong kegiatan sosial yang
produktif dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
mengentaskan rakyat dari kemiskinan. Upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan dan mengentaskan rakyat dari kemiskinan telah
dilakukan dengan menghimpun potensi umat dalam hal zakat, infaq
dan sadaqah melalui Badan Amil Zakat, Infaq dan Sadaqah (BAZIS)
yang tersebar di semua propinsi. Pemanfaatan dana yang dihimpun
BAZIS tersebut digunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan
umat.
Guna mengamankan penggunaan tanah wakaf untuk kepentingan
keagamaan dan kesejahteraan masyarakat diberikan bantuan untuk
memperoleh sertifikat tanah wakaf agar tanah wakaf tersebut memiliki
kekuatan hukum sehingga pemanfaatannya untuk pengembangan
kehidupan beragama menjadi tidak terhambat. Seperti halnya pada
tahun 1995/96, pada tahun 1996/97 bantuan biaya pensertifikatan
tanah wakaf diberikan secara selektif pada daerah-daerah yang rawan
masalah tanah.
Pada tahun 1996/97 telah diselesaikan pensertifikatan lebih dari
11,5 ribu petak tanah wakaf, hampir sama dengan tahun 1995/96,
sehingga secara kumulatif tanah yang telah bersertifikat berjumlah
sekitar 219 ribu. Dengan demikian dari sasaran keseluruhan sebanyak
300 ribu petak maka sampai tahun 1996/97 telah berhasil dicapai lebih
dari 73 persen.
c. Program Peningkatan Pelayanan Ibadah Haji
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan
kelancaran pelaksanaan ibadah haji dan umroh bagi umat Islam agar
XVI/11

dapat berlangsung dengan tertib, mudah, aman serta memenuhi rukun


agama dan peraturan yang berlaku sehingga dapat terbina jemaah haji
yang mabrur, yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa
pembangunan, menghayati dan mengamalkan Pancasila, serta mampu
membina masyarakat lingkungannya.
Jumlah jemaah yang menunaikan ibadah haji pada tahun
1996/197 ini relatif konstan yakni mencapai 199,1 ribu, meskipun
mengalami penurunan sedikit bila dibandingkan tahun 1995/96 yakni
200,7 ribu orang. Dalam tiga tahun pertama Repelita VI jumlah orang
yang menunaikan ibadah haji tercatat 560,8 ribu jemaah (Tabel XVI3). Banyaknya jumlah jemaah haji tersebut menunjukkan makin
meningkatnya kesadaran beragama yang disertai dengan meningkatnya
kesejahteraan masyarakat. Peningkatan jumlah jemaah haji dari tahun
ke tahun didukung dengan peningkatan pelayanan ibadah haji yang
meliputi perbaikan prosedur dan persiapannya di tanah air, pemberangkatan, pelaksanaan ibadah haji di tanah suci, dan pemulangan jemaah
kembali ke tanah air.
Pada tahun 1996/97 telah dilaksanakan pembangunan lanjutan
asrama haji transit di lima lokasi yaitu DI Yogyakarta, Jambi,
Palangkaraya, Samarinda, dan Jayapura. Untuk lebih memperlancar
keberangkatan dan pemulangan haji, pada tahun 1996/97 juga telah
ditambah satu embarkasi lagi yakni di Balikpapan. Dengan demikian,
sampai dengan tahun 1996/97, telah tersedia asrama haji embarkasi di
Jakarta, Medan, Surabaya, Ujung Pandang, dan Balikpapan dan
transit di 26 propinsi. Penambahan embarkasi dan ketersediaan
fasilitas transit yang memadai ikut memperlancar pelaksanaan haji
tahun ini. Di samping itu juga dilaksanakan penataran bagi pelatih
calon haji dan pengelola asrama haji, serta pengadaan alat peraga dan
buku-buku haji.

XVI/12

d. Program Pembinaan Pendidikan Agama Tingkat Dasar


Program ini bertujuan memperluas kesempatan memperoleh
pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan agama tingkat dasar
serta memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,
warga negara yang berkualitas, serta mempersiapkan peserta didik
untuk mengikuti pendidikan menengah. Pembinaan pendidikan agama
pada tingkat dasar sebagai bagian integral dari sistem pendidikan
nasional mencakup pembinaan madrasah ibtidaiyah (MI) dan
madrasah tsanawiyah (MTs) dan pembinaan pendidikan agama di
sekolah dasar (SD) dan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP).
Dalam Repelita VI sasaran yang hendak dicapai adalah
meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) untuk MI menjadi sekitar
14 persen (APK tingkat SD secara keseluruhan pada akhir Repelita VI
sekitar 115 persen) dan untuk MTs menjadi sekitar 11 persen (APK
SLTP secara keseluruhan pada akhir Repelita VI sekitar 66 persen).
1) Pembinaan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs)
Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan agama menjadi
bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila. Untuk itu peranan madrasah menjadi makin penting
dalam rangka mencerdaskan bangsa pada semua jenis, jalur dan
jenjang, dengan mengembangkan wawasan keagamaan serta penguasaan ilmu dan teknologi. Selain itu dalam upaya mendukung program
Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dan menentukan keberhasilan program

XVI/13

tersebut. Peran serta masyarakat dan swasta menjadi lebih penting lagi
dalam penyelenggaraan pendidikan di tingkat MI dan MTs. Pada
tahun 1996/97 tercatat sebanyak 22.868 buah MI Swasta (MIS) atau
95 persen, sedangkan jumlah MI Negeri (MIN) hanya 1.025 buah
atau 5 persen saja dari total MI. Sedangkan MTs yang dikelola oleh
swasta (MTsS) tercatat sebanyak 7.430 buah atau 91 persen,
sementara yang dikelola oleh pemerintah (MTsN) tercatat sebanyak
787 buah atau 9 persen saja. Proporsi antara madrasah negeri dan
swasta di kedua jenjang tersebut mencerminkan peran masyarakat dan
swasta yang lebih besar dalam menyelenggarakan pendidikan baik di
tingkat MI maupun MTs.
Hasil pembangunan pendidikan agama tingkat dasar ditunjukkan
antara lain oleh angka partisipasi kasar (APK) MI, yaitu rasio jumlah
murid MI terhadap jumlah penduduk usia 7-12 tahun. Pada tahun
1996/97 jumlah penduduk usia 7-12 tahun tercatat sebanyak 26,0 juta,
sedangkan yang terdaftar pada MI adalah sekitar 3,5 juta orang.
Dengan demikian APK MI pada tahun 1996/97 adalah 13,4 persen,
meningkat dari 13,3 persen pada tahun 1995/96 (Tabel XVI-4).
Pada tahun 1996/97 dari sekitar 13,5 juta penduduk usia 13-15
tahun, tercatat sekitar 1,7 juta orang yang menempuh pendidikan di
MTs, sehingga APK MTs meningkat menjadi 12,6 persen
dibandingkan tahun sebelumnya yakni 10,0 persen (Tabel XVI-4).
Peningkatan APK tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah murid
MTs dari 1,35 juta orang pada tahun 1995/96 menjadi 1,70 juta ribu
orang pada tahun 1996/97.
Dalam rangka lebih meningkatkan daya tampung dan memperluas kesempatan belajar, pada tahun 1996/97 dilaksanakan perluasan
dan rehabilitasi bagi 300 ruang kelas MIN; angka ini menurun bila
dibandingkan dengan tahun 1995/96 yakni sebanyak 633 ruang kelas

XVI/14

(Tabel XVI-5). Untuk meningkatkan mutu MIN upaya penambahan


jumlah dan jenis buku bacaan dan buku pelajaran dan pedoman guru,
serta pengadaan alat peraga berbagai mata pelajaran terus dilanjutkan.
Dalam tahun 1996/97 disediakan sekitar 978 ribu eksemplar buku
pelajaran dan pedoman guru; angka ini mengalami penurunan sedikit
dibandingkan tahun lalu yang mencapai 1,2 juta eksemplar.
Pada jenjang MTs pada tahun 1996/97 dilakukan pula upaya
peningkatan mutu pendidikan antara lain dengan disediakannya
sekitar 2,1 juta eksemplar buku pelajaran dan pedoman guru, buku
bacaan serta alat peraga berbagai mata pelajaran (Tabel XVI-5).
Angka pengadaan buku tersebut meningkat hampir empat puluh kali
lipat dibandingkan dengan tahun 1995/96 yang hanya 51,6 ribu saja.
Pengadaan buku yang meningkat secara tajam ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan buku pelajaran dan sumber bacaan lainnya,
yang selama ini dianggap masih belum memadai sehingga proses
belajar mengajar bisa berlangsung dengan baik. Untuk membantu
kelancaran proses belajar mengajar, disediakan pula bantuan
operasional dan pemeliharaan (BOP) bagi MI dan MTs.
2) Pembinaan Pendidikan Agama di SD dan SLTP
Pembinaan pendidikan agama di SD dan SLTP bertujuan untuk
memberikan dasar-dasar pemahaman dan pengamalan ajaran agama
bagi peserta didik. Dalam rangka pembinaan pendidikan agama di SD
pada tahun 1996/97 dilakukan berbagai kegiatan yang meliputi
penataran bagi sekitar 5 ribu orang guru dan pembina, pengadaan
buku pelajaran agama dan pedoman guru sebanyak 8,3 juta
eksemplar. Untuk meningkatkan mutu pendidikan agama di SD dan
MI, sejak tahun 1990/91 dilaksanakan penyetaraan D-2 bagi guru
agama Islam SD dan MI. Pada tahun 1996/97 penyetaraan D-2 guru
agama Islam ini diikuti oleh sekitar 105,9 ribu orang, agak turun
XVI/15

sedikit dibanding tahun 1995/96 yang mencapai 119,4 ribu orang.


Penurunan ini disebabkan jumlah peserta yang telah lulus jauh lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah peserta baru yang mengikuti
program ini. Jumlah peserta yang telah lulus penyetaraan D-2 pada
tahun 1996/97 sebanyak 11,1 ribu orang sehingga secara kumulatif
lulusan penyetaraan D2 sampai dengan tahun 1996/97 berjumlah 73,4
ribu orang. Pada program penyetaraan D-2 ini dilaksanakan pula
pengadaan modul penyetaraan, penataran tutor serta pengadaan sarana
penunjang lainnya.
Selain untuk guru agama Islam di SD dan MI, mulai tahun
1991/92 juga dilakukan penyetaraan D-2 bagi guru agama selain Islam
(Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Budha). Pada tahun 1996/97
kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 15,8 ribu orang, meningkat sekitar
2,8 ribu orang jika dibandingkan dengan tahun 1995/96 yang diikuti
oleh 13 ribu orang. Jumlah peserta yang telah lulus program
penyetaraan D-2 tahun 1996/97 sebanyak 1.180 orang terdiri dari 750
orang guru agama Protestan, 280 guru agama Katolik, 150 guru agama
Hindu. Dibandingkan tahun 1995/96 yang jumlah lulusannya 1.255
orang, lulusan tahun 1996/97 mengalami sedikit penurunan, hal ini
disebabkan tidak adanya lulusan D-2 dari guru agama Budha yang
pada tahun 1995/96 lulus sebanyak 115 orang. Sementara itu untuk
peserta yang lulus dari agama Protestan mengalami peningkatan dari
yang semula 500 orang, sementara agama Katolik dan Hindu menurun
dari yang semula 440 orang dan 200 orang.
Secara keseluruhan kegiatan penataran dan penyetaraan D-2 pada
tahun 1996/97 menunjukkan peningkatan sesuai dengan upaya
meningkatkan mutu pendidikan agama di sekolah-sekolah.
Selain itu kegiatan penyetaraan Diploma III (D-3) bagi guru
agama yang dimulai pada tahun 1994/95 terus dilanjutkan, namun
XVI/16

sampai dengan tahun 1996/1997 ini belum ada yang lulus. Pada tahun
1996/97 kegiatan penyetaraan Diploma III bagi guru agama Islam
diikuti oleh 15,6 ribu peserta dan guru agama Kristen Protestan 680
peserta. Jika dibandingkan tahun 1995/96 terjadi kenaikan peserta
penyetaraan guru agama Islam sekitar 3 ribu orang dari 12,6 ribu
orang, sementara guru agama Kristen Protestan meningkat 550 orang
dari 130 orang.
e. Program Pembinaan Pendidikan Agama Tingkat
Menengah
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemerataan dan mutu
pendidikan keagamaan pada Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) umum.
Pada tahun 1996/97 jumlah MA menjadi sekitar 3,5 ribu buah
yang terdiri dari 457 buah madrasah aliyah negeri (MAN) atau 12
persen, dan 3.083 buah madrasah aliyah swasta (MAS) atau 88 persen.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya perbedaannya hanya pada
MAS yang naik cukup besar dari keadaan tahun 1995/96 yaitu
berjumlah 2,6 ribu buah, sedangkan jumlah MAN masih tetap sama
dengan tahun sekarang. Peningkatan jumlah MA terutama karena
besarnya peranan masyarakat dalam pendidikan agama yang tercermin
dari banyaknya MAS yang ada, yaitu sekitar 88 persen dari jumlah
MA secara keseluruhan.
Murid MA pada tahun 1996/97 berjumlah 474,9 ribu orang, yang
terdiri dari 211,6 ribu siswa MAN dan 263,3 ribu siswa yang belajar
di MAS. Dibanding keadaan tahun 1995/96 terjadi pening- katan
daya tampung sebanyak 3 ribu siswa, dengan APK 3,6 persen; angka
ini meningkat sedikit dari 3,4 persen pada tahun 1995/96 (Tabel XVI4). Walaupun demikian, APK MA pada tahun 1996/97
XVI/17

masih sesuai dengan sasaran APK MA tahun kedua Repelita VI.


Untuk menampung tambahan murid, pada tahun ini juga dilakukan
pembangunan dan rehabilitasi 369 ruang kelas MAN, sedikit lebih
banyak dari tahun 1995/96 yakni sebanyak 349 ruang kelas.
Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) dengan pilihan ilmu
agama dan bahasa Arab yang mulai dilaksanakan pada tahun 1990/91
terus dikembangkan sebagai upaya rintisan untuk meningkatkan mutu
MA Keagamaan. Seperti pada dua tahun sebelumnya, pada tahun
1996/97 program MAPK ini diselenggarakan di 17 lokasi MAN, yaitu
di Ciamis, Yogyakarta, Jember, Padang Panjang, Ujung Pandang,
Bandar Lampung, Martapura, Banda Aceh, Solo, Mataram, Palembang dan Jombang. Penyelenggaraan MAPK ini akan terus didukung,
dengan harapan para lulusannya dapat menjadi kader-kader ulama
pembina umat yang bermutu dan berdedikasi tinggi, yang dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Selain MAPK, sejak tahun 1991/92 dikembangkan pula MA
Keterampilan, yaitu MA yang kurikulumnya memuat berbagai
keterampilan seperti komputer, administrasi perkantoran/kesekretariatan, tata busana, bengkel otomotif, dan elektronika. Pada tahun
1996/97 program MA Keterampilan diselenggarakan di 8 lokasi
MAN, yaitu di Garut, Kendal, Jember, Medan, Bukittinggi,
Banjarmasin, Watampone dan Praya. Lulusan MA Keterampilan ini
diharapkan dapat lebih memenuhi kebutuhan pasaran kerja selain
melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Selain itu, mulai tahun 1996/97 ini juga dilaksanakan program
keterampilan di MA di 82 sekolah di 26 propinsi. Program
keterampilan di MA ini disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
daerah, dan dimaksudkan untuk menjawab kebutuhan riil daerah
bersangkutan, terutama untuk mengembangkan bidang-bidang tertentu
sesuai yang diminati.

XVI/18

Dalam rangka pembinaan pendidikan agama bagi siswa SLTA


Umum pada tahun 1996/97 telah dilakukan penataran bagi 960 orang
guru agama dan disediakan 1,1 juta eksemplar buku pelajaran agama.
f. Program Pembinaan Pendidikan Agama Tingkat Tinggi
Tujuan program pembinaan pendidikan agama tingkat tinggi
terutama adalah untuk menyiapkan peserta didik agar menjadi anggota
masyarakat yang mempunyai kemampuan akademik dan
kepemimpinan yang tanggap terhadap kebutuhan pembangunan sesuai
perkembangan iptek, berjiwa penuh pengabdian dan memiliki
tanggung jawab yang besar terhadap masa depan bangsa dan negara.
Angka partisipasi kasar untuk perguruan tinggi agama selama
Repelita VI dipertahankan pada sekitar 1,2 persen (APK pendidikan
tinggi secara keseluruhan pada akhir Repelita VI sekitar 13 persen).
Untuk mencapai sasaran tersebut dilakukan kegiatan yang meliputi
penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan mutu
tenaga pengajar serta pembinaan penelitian dan pengabdian pada
masyarakat.
Pada tahun 1996/97 jumlah mahasiswa PTA tercatat sebanyak
280,4 ribu orang, yang terdiri atas 184,4 ribu PTA Negeri dan 96,0
ribu PTA Swasta. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 1995/96
yakni sebesar 257 ribu orang. Dengan meningkatnya jumlah
mahasiswa PTA tersebut, maka APK PTA pada tahun 1996/97
meningkat sedikit dari tahun 1995/96 yaitu menjadi sekitar 1,2 persen
(Tabel XVI-6).
Untuk meningkatkan daya tampung dan mutu pendidikan di PTA,
pada tahun 1996/97 telah dibangun sekitar 30 ribu m2 gedung kuliah,
laboratorium bahasa, perpustakaan, rektorat beserta sarana pendukung
XVI/19

lainnya, serta dilakukan pengadaan sekitar 168 ribu eksemplar buku


ilmiah bagi 14 IAIN.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, dilanjutkan pendidikan
pascasarjana bagi 520 orang dosen, terdiri atas 436 orang program
Magister dan 84 program Doktor baik di dalam negeri maupun di luar
negeri. Selain itu, ditingkatkan pula pembinaan penelitian baik yang
bersifat individual maupun kelompok. Penelitian yang berhasil
diselesaikan pada tahun 1996/97 adalah 154 judul. Dalam rangka
pengabdian kepada masyarakat sebagai bagian dari tridharma
perguruan tinggi, dilanjutkan pula kegiatan desa binaan di 14 propinsi
yang meliputi 42 desa.
Selain pembinaan IAIN dilakukan pula pembinaan Perguruan
Tinggi Agama Swasta (PTAS) yang meliputi PTAS Islam, Kristen
Protestan, Katolik, Hindu dan Budha dan Perguruan Tinggi Umum
(PTU). Pembinaan tersebut dilakukan antara lain melalui pemberian
bantuan rehabilitasi gedung, bantuan penelitian dan bantuan beasiswa
bagi dosen agama yang mengikuti program Magister dan Doktor.
g. Program Pembinaan Kelembagaan dan Tenaga
Keagamaan
Program pembinaan kelembagaan dan tenaga keagamaan bertujuan meningkatkan peran lembaga keagamaan berbagai agama dalam
pembangunan dan peningkatan mutu tenaga keagamaan dalam masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut kegiatan yang dilaksanakan
meliputi pelatihan manajemen bagi pengasuh/kiai, pengurus remaja
masjid, majelis taklim, madrasah diniyah, raudhatul athfal, bantuan
prasarana dan sarana serta pelatihan bagi lembaga keagamaan,
lembaga dakwah dan organisasi keagamaan.

XVI/20

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 1996/97 adalah pelatihan


manajemen lembaga keagamaan, penataran guru dan pembina
raudhatul athfal (RA) serta madrasah diniyah, bantuan peralatan buku,
dan sarana pendidikan bagi madrasah diniyah.
Dalam rangka pembinaan pondok pesantren, pada tahun 1996/97
dilaksanakan kegiatan konsultasi pembina pondok pesantren, penataran bagi 40 pembina dan 50 pimpinan pondok pesantren, bantuan
untuk pembangunan dan rehabilitasi bagi 300 pondok pesantren yang
ditunjang dengan bantuan pengadaan buku-buku pelajaran dan buku
perpustakaan. Dibandingkan dengan tahun 1995/96 dan 1994/95, jenis
dan jangkauan kegiatan tersebut lebih meluas dan dana bantuan yang
disediakan untuk pondok pesantren tersebut juga lebih besar.
2.

Program Penunjang
a. Program Penelitian dan Pengembangan Keagamaan

Tujuan program ini adalah untuk mendukung perumusan Kebijaksanaan, perencanaan, dan penyelenggaraan pembangunan di bidang
agama. Kegiatan-kegiatan penelitian yang dilaksanakan pada tahun
1996/97 meliputi penelitian tentang transformasi kehidupan beragama
pasca bencana alam, perubahan perilaku keagamaan pada masyarakat
nelayan, penelitian naskah kuno, pengkajian Wajib Belajar Pendidikan
Dasar Sembilan Tahun pada madrasah tsanawiyah negeri (MTsN),
pengkajian bimbingan beragama, dan penyusunan peta keagamaan.
b. Program Penyuluhan Hukum
Program ini bertujuan untuk memantapkan kesadaran hukum
masyarakat yang menyangkut bidang keagamaan. Di samping itu
program ini ditujukan pula untuk meningkatkan peranan hukum dalam
XVI/21

lingkungan peradilan agama sebagai pengatur dan pengayom dalam


kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga mendukung pembangunan hukum nasional. Kegiatan yang dilaksanakan
meliputi penyuluhan kepada masyarakat mengenai hukum Islam,
penataran tenaga peradilan agama, pengadaan buku perpustakaan dan
kompilasi hukum acara peradilan agama, serta peningkatan sarana dan
prasarana badan peradilan agama.
Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan peradilan agama,
pada tahun 1996/97 telah dilakukan pendidikan bagi calon hakim
agama sebanyak 100 orang, penataran bagi 40 orang hakim senior, dan
penataran bagi 100 panitera pengganti. Selain itu, dilakukan pula
penyuluhan Undang-Undang Peradilan Agama bagi masyarakat yang
diikuti oleh 11 ribu orang tokoh masyarakat, penyuluhan bagi 450
orang aparat pemerintah serta pengadaan sekitar 5 ribu eksemplar
buku perpustakaan.
Di samping kegiatan penyuluhan hukum, peningkatan sarana dan
prasarana hukum sebagai bagian integral dari sistem hukum nasional
dilaksanakan terutama melalui perluasan dan rehabilitasi prasarana
fisik gedung peradilan agama. Pada tahun 1996/97 dilanjutkan
kegiatan rehabilitasi bagi 27 buah pengadilan agama (25 pengadilan
agama dan 2 pengadilan tinggi agama) serta perluasan 22 gedung
pengadilan agama (21 pengadilan agama dan 1 pengadilan tinggi
agama). Kegiatan perluasan dan rehabilitasi gedung serta penataran
tersebut akan mempercepat penyelesaian perkara dan memperlancar
tugas-tugas peradilan agama dalam pelayanan hukum bagi masyarakat.

XVI/22

TABEL XVI 1
JUMLAH TEMPAT PERIBADATAN MENURUT AGAMA 1)
1993/94, 1994/95 1996/97
(Buah)

1) Angka kumulatif

XVI/23

TABEL XVI 2
PENGADAAN KITAB SUCI MENURUT AGAMA 1)
1993/94, 1994/95 1996/97
(Buah)

1) Angka Tahunan

XVI/24

TABEL XVI 3
PERKEMBANGAN JUMLAH JEMAAH HAJI MENURUT DAERAH TINGKAT I 1)

1993/94, 1994/95 1996/97


(orang)

1) Angka Tahunan

XVI/25

TABEL XVI 4
PERKEMBANGAN JUMLAH MURID, GURU MI, MTs, DAN MA

1993/94, 1994/95 1996/97

XVI/26

TABEL XVI 5
PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA TINGKAT DASAR DAN MENENGAH
PADA MADRASAH NEGERI

1993/94, 1994/95 1996/97

1)
2)

XVI/27

Penyetaraan D-2
Penyetaraan D-3 untuk tahun 1994/95 1996/97

TABEL XVI 6
PERKEMBANGAN JUMLAH MAHASISWA, DOSEN, APK PTA
1993/94, 1994/95 1996/97

XVI/28

Anda mungkin juga menyukai