INDONESIA
Setiap bangsa dalam mempertahankan eksistensi dan mewujudkan cita-citanya perlu memiliki
pemahaman mengenai geopolitik dan geostrategi. Geopolitik bangsa Indonesia diterjemahkan dalam
konsep Wawasan Nusantara, sedangkan geostrategi bangsa Indonesia dirumuskan dalam konsep
Ketahanan Nasional.
Sesuai dengan bagan paradigma ketatanegaraan Negara Republik Indonesia, maka Ketahanan
Nasional (Tannas) merupakan salah satu konsepsi politik dari Negara Republik Indonesia. Ketahanan
Nasional dapat dikatakan sebagai konsep geostrateginya bangsa Indonesia. Dengan kata lain,
geostrategi bangsa Indonesia diwujudkan melalui konsep Ketahanan Nasional.
Geostrategi adalah suatu cara atau pendekatan dalam memanfaatkan kondisi lingkungan untuk
mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan Nasional. Ketahanan Nasional sebagai geostrategi bangsa
Indonesia memiliki pengertian bahwa konsep ketahanan Nasional merupakan pendekatan yang
digunakan bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan dalam rangka mencapai cita-cita dan
tujuan nasionalnya. Ketahanan nasional sebagai suatu pendekatan merupakan salah satu pengertian dari
konsepsi ketahanan nasional itu sendiri.
PENGERTIAN
Ketahanan Nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa berisi keuletan dan ketangguhan
yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional didalam menghadapi dan mengatasi
ATHG baik langsung, tidak langsung dari dalam maupun dari luar yang membahayakan, Integrasi,
idenditas kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan mengejar tujuan Negara.
Secara skematis, rumusan konseptual ketahanan nasional dapat digambarkan sebagai berikut.
1.
a.
b.
2.
a.
b.
3.
4.
a.
b.
c.
5.
6.
7.
a.
b.
2.
a.
1)
2)
3)
4)
c.
1)
2)
3)
4)
d.
1.
2.
e.
1)
2)
3)
4)
Wilayah turut pula menentukan kekuatan nasional negara. Hal yang terkait dengan wilayah
negara meliputi:
Bentuk wilayah negara dapat berupa negara pantai, negara kepulawan atau negara kontinental;
Luas wilayah negara; ada negara dengan wilayah yang luas dan negara dengan wilayah yang sempit
(kecil);
Posisi geografis, astronomi dan geologis negara;
Daya dukung wilayah negara; ada wilayah yang habitable dan ada wilayah yangunhabitable.
Dalam kaitannya dengan wilayah negara, pada masa sekarang ini perlu dipertimbangkan adanya
kemajuan teknologi, kemajuan informasi dan komunikasi. Suatu wilayah yang pada awalnya sama sekali
tidak mendukung kekuatan nasional, karena penggunaan teknologi maka wilayah itu kemudian menjadi
unsur kekuatan nasional negara. Misalnya, wilayah kering dibuat saluran atau sungai buatan.
Unsur atau Gatra Sumber Daya Alam
Hal-hal yang berkaitan dengan unsur sumber daya alam sebagai elemen ketahanan nasional,
meliputi:
Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan mencakup sumber daya alam hewani, nabati dan
tambang;
Kemampuan mengeksplorasi sumber daya alam;
Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan masa depan dan lingkungan hidup;
Kontrol sumber daya alam.
Dewasa ini, kemampuan melakukan kontrol atas sumber daya alam menjadi semakin penting
bagi ketahanan nasional dan kemajuan suatu negara. Banyak negara yang kaya akan sumber daya alam
seperti minyak di negara-negara Afrika, tetapi negara tersebut tetaplah miskin. Negara-negara
berkembang belum mampu melakukan kontrol atas sumber daya alam yang berasal dari miliknya. Justru
negara-negara yang tidak memiliki sumber daya alam seperti Singapura dan Jepang bias maju oleh
karena mampu melakukan kendali atas jalur perdagangan sumber daya alam dunia.
Unsur atau gatra di Bidang Idiologi
Idiologi adalah seperangkat gagasan, ide, cita dari sebuah masyarakat tentang kebaikan
bersama yang dirumuskan dalam bentuk tujuan yang harus dicapai dan cara-cara yang digunakan untuk
mencapai tujuan itu. (Ramlan Surbakti, 1999) Idiologi itu berisikan serangkaian nilai (norma) atau sistem
dasar yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh suatu masyarakat atau
bangsa sebagai wawasan atau pandangan hidup mereka. Nilai yang terkandung didalam idiologi tersebut
diyakini oleh masyarakat sebagai nilai yang baik, adil dan benar sehingga berkeinginan untuk
melaksanakan segala tindakan berdsarkan nilai tersebut.
Idiologi mengandung ketahanan suatu bangsa oleh karena idiologi bagi suatu bangsa memiliki
dua fungsi pokok, yaitu
Sebagai tujuan atau cinta-cinta dari kelompok masyarakat yang bersangkutan, artinya nilai-nilai yang
terkandung dalam idiologi itu menjadi cita-cita yang hendak dituju secara bersama;
Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang bersangkutan, artinya masyarakat yang banyak dan
beragam itu bersedia menjadikan idiologi sebagai milik bersama dan menjadikannya bersatu.
Sejarah dunia telah membuktikan bahwa idiologi dapat digunakan sebagai unsur untuk
membangun kekuatan nasional negara. Bagi bangsa Indonesia, Pancasia telah ditetapkan sebagai
idiologi nasional melalui kesepakatan. Pancasila adalah kesempatan bangsa, rujuk bersama,common
denominator yang mampu memperkuat persatuan bangsa. Kesepakatan atas Pancasila menjadikan
segenap elemen bangsa bersedia bersatu di bawah negara Indonesia.
Unsur atau Gatra di Bidang Politik
Politik penyelenggaraan bernegara amat memengaruhi kekuatan nasional suatu negara.
Penyelenggara bernegara dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti
Sistem politik yang dipakai yaitu apakah sistem demokrasi atau nondemokrasi;
Sistem pemerintahan yang dijalankan apakah sistem presidensiil atau parlementer;
Bentuk pemerintah yang dipilih apakah republik atau kerajaan;
Suatu negara yang dibentuk apakah sebagai negara kesatuan atau negara serikat.
Pemilihan suatu bangsa atas politik penyelenggaraan bernegara tertentu saja tergantung pada
nilai-nilai dan aspirasi bangsa yang bersangkutan. Dalam realitasnya, sebuah bangsa bias mengalami
beberapa kali perubahan dan pergantian politik penyelenggaraan bernegara. Misalnya negara Prancis
dari bentuk kerajaan menjadi republik. Indonesia pernah mengalami pergantian dari presidensiil ke
parlementer dan pernah berubah dalam bentuk negara srikat.
Bangsa Indonesia sekarang ini telah berketetapan untuk mewujudkan negara Indonesia yang
bersusunan kesatuan, berbentuk republik dengan sistem pemerintahan presidensiil. Adapun sistem politik
yang dijalankan adalah sistem politik demokrasi (Pasal 1 ayat (2) UUD 1945).
f. Unsur atau Gatra di Bidang Ekonomi
Ekonomi yang dijalankan oleh suatu negara merupakan kekuatan nasional negara yang
bersangkutan terlebih di era global sekarang ini. Bidang ekonomi berperan langsung dalam upaya
pemberian dan distribusi kebutuhan warga negara. Kemajuan pusat di bidang ekonomi tertentu saja
menjadikan negara yang bersangkutan tumbuh sebagai kesatuan dunia. Contoh, Jepang dan Cina.
Setiap negara memiliki sistem ekonomi dalam rangka mendukung kekuatan ekonomi bangsanya.
Sistem ekonomi secara garis besar dikelompokan menjadi dua macam yaitu sistem ekonomi liberal dan
sistem ekonomi sosialis. Suatu negara dapat pula mengembangkan sistem ekonomi yang dianggap
sebagai cerminan dari nilai dan idiologi bangsa yang bersangkutan. Contoh, bangsa Indonesia
menyatakan sistem ekonomi Pancasila yang bercorak kekeluargaan.
g. Unsur atau Gatra di Bidang Sosial Budaya
Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional suatu negara. Hal-hal yang
dialami sebuah bangsa yang homogen tentu saja akan berbeda dengan yang dihadapi bangsa yang
heterogen (plural) dari segi sosial budaya nasyarakatnya. Contohnya, bangsa Indonesia yang heterogen
berbeda dengan bangsa Israel atau bangsa Jepang yang relatif homogen.
Pengembangan integrasi nasional menjadi hal yang amat penting sehingga dapat memperkuat
kekuatan nasionalnya. Integrasi bangsa dapat dilakukan dengan 2 (dua) strategi kebijakan, yaitu
assimilationist policy dan bhinneka tunggal ika policy (Winarno, 2002). Strategi pertama dengan cara
penghapusan sifat-sifat cultural utama dari komunitas kecil yang berbeda menjadi sebuah kebudayaan
nasional. Strategi kedua dengan cara penciptaan kesetiaan nasional tanpa menghapuskan kebudayaan
lokal, Tidak dapat ditentukan strategi mana yang paling benar. Negara dapat pula melakukan kombinasi
dari keduanya. Kesalahan dalam strategi dapat mengantarkan bangsa yang bersangkutan ke perpecahan
bahkan perang saudara. Misal, perpecahan etnis di Yugoslavia, pertentangan antara suku Huttu dan Tutsi
di Rwanda, perang saudara antara bangsa Sinhala dan Tamil di Sri Lanka.
h. Unsur atau Gatra di bidang Pertahanan Keamanan
Pertahanan keamanan suatu negara merupakan unsur pokok terutama dalam menghadapi
ancaman militer negara lain. Oleh karena itu, unsur utama pertahanan keamanan berada di tangan
tentara (militer). Pertahanan keamanan negara juga merupakan salah satu fungsi pemerintahan negara.
Negara dapat melibatkan rahyatnya dalam upaya pertahanan negara sebagai bentuk dari hak
dan kewajiban warga negara dalam membela negara. Upaya melibatkan rakyat menggunakan cara yang
berbeda-beda sesuai dengan sistem dan politik pertahanan yang dianut oleh negara. Politik pertahanan
negara disesuaikan dengan nilai filosofis bangsa, kepentingan nasional dan konteks zamannya.
Bangsa Indonesia dewasa ini menetapkan politik pertahanan sesuai dengan Undang-undang
Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pertahanan Negara. Pertahanan negara Indonesia bersifat semesta
dengan menempatkan tentara sebagai komponen utama pertahanan.
Ketahanan Nasional Indonesai dikelola berdasarkan unsur Astagrata yang meliputi unsur-unsur
(1) geografi, (2) kekayaan alam, (3) kependudukan, (4) idiologi, (5) politik, (6) ekonomi, (7) sosial budaya,
dan (8) pertahanan keamana. Unsur (1) geografi, (2) kekayaan alam, (3) kependudukan disebut Trigatra.
Unsur keamanan disebut Pancagatra.
Kebutuhan Nasional adalah suatu pengertian holistik, dimana terdapat saling hubungan antara
gatra dalam keseluruhan kehidupan nasional (Astagrata). Kualitas Pancasila dalam kehidupan nasional
Indonesai tersebut terintegrasi dan dalam integrasinya dengan Trigrata. Keadaaan kedelapan unsur
tersebut mencerminkan kondisi Ketahanan Nasional Indonesia, apabila ketahanan nasional kita kuat atau
lemah. Kelemahan disalahsatu gatra dapat mengakibatkan kelemahan di gatra lain dan memengaruhi
kondisi secara keseluruhan. Ketahanan Nasional Indonesia bahkan merupakan suatu penjumlahan
ketahanan segenap gatranya, melainkan suatu hasil keterkaitan yang integrative dari kondisi dinamik
kehidupan bangsa di seluruh aspek kehidupan.
PEMBELAAN NEGARA
Terdapat hubungan antara ketahanan nasional suatu negara dengan pembelaan negara.
Kegiatan pembelaan negara pada dasarnya merupakan usaha dari warga negara untuk mewujudkan
ketahanan nasional.
Bela negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer atau militerisme, seolah-olah kewajiban dan
tanggung jawab untuk membela negara hanya terletak pada Tentara Nasional Indonesia. Padahal
berdsarkan Pasal 27 dan 30 UUD 1945, masalah bela negara dan pertahanan negara merupakan hak
dan kewajiban setiap warga negara Republik Indonesai. Bela negara adalah upaya setiap warga negara
untuk mempertahankan Republik Indonesia terhadap ancaman, baik dari luar maupun dalam negeri.
Dimasa demokrasi dan kebutahuan sekarang ini, tentu timbul pertanyaan apakah bela negara
masih relevan dan dibutuhkan? Seperti apakah pembelaan negara yang harus dilakukan warga negara
dewasa ini?
ASAS MAWAS KE DALAM DAN MAWAS KE LUAR
Sistem kehidupan nasional merupakan perpaduan segenap aspek kehidupan bangsa yang saling
berinteraksi. Di samping itu, sistem kehidupan nasional juga berinteraksi dengan lingkunagan
sekelilingnya. Dalam proses interaksi tersebut dapat timbul berbagai dampak, baik yang bersifat positif
maupun negatif. Untuk itu diperlukan sikap mawas kedalam maupun ke luar.
a. Mawas ke Dalam
Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat, dan kondisi kehidupan nasional itu sendiri
berdasarkan nilai-nilai kemandirian yang propesiaonal untuk meningkatkan kualitas derajat kemandirian
bangsa ulet dan tangguh. Hal ini tidak berarti bahwa Ketahanan Nasional mengandung sikap isolasi atau
nasionalisme sempit.
b. Mawas keluar
Mawas keluar bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan berperan serta mengatasi dampak
lingkungan strategis luar negeri dan menerima kenyataan adanya interaksi dan ketergantungan dengan
dunia internasional. Kehidupan nasional harus mampu mengembangkan kekuatan nasional untuk
memberikan dampak ke luar dalam bentuk daya tangkal dan daya tawar. Interaksi dengan pihak lain
diutamakan dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan.
ASAS KEKELUARGAAN
Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan, kesamaan, gotong royong,
tenggang rasa dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Asas ini
mengakui adanya perbedaan. Perbedaan tersebut harus dikembangkan secara serasi dalam hubungan
kemitraan agar tidak berkembang menjadi konflik yang bersifat saling menghancurkan.
1.
2.
3.
4.
sikap konsultatif. Kerjasama, serta saling menghargai dengan mengandalkan kekuatan moral dan
kepribadian bangsa.
1.
1)
2)
2.
a.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
b.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
1.
2.
3.
4.
1)
2)
3)
4)
Pada abad ke XX memualai dicetuskan beberapa hak asasi dengan dirumuskan oleh Fran Klin
D. Roosevelt yang dikenal The Four Freedom yaitu sebagai berikut:
The Freedom of Speech
The Freedoom of Religion
The Freedom of Feor
The Freedom of Waut
SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA
Sejarah Pengakuan Hak Asasi Manusia
Latar belakang sejarah hak asasi manusia, pada hakikatnya, muncul karena inisiatif manusia
terhadap harga diri dan martabatnya, sebagai akibat tindakan sewenang-wenang dari penguasa,
penjajahan, perbudakan, ketidak adilan dan kelazaliman (tirani)
Perkembangan pengakuan hak asasi manusia ini berjalan secara perlahan dan beraneka ragam.
Perkembangannya dapat kita lihat berikut ini
Perjuangan Nabi Musa dalam membebaskan umat Yahudi dan perbudakan (Tahun 6000 sebelum
masehi)
Hukum Hammurabi di Babylonia yang member jaminan keadilan bagi warga negara (Tahun 2000
sebelum Masehi)
Socrates (469-399 SM), Plato (429-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM) sebagai filsuf Yunani peletak
dasar diakuinya hak asasi masusia. Mereka mengajarkan untuk mengkritik pemerintah yang tidak
berdsarkan keadilan, cita-cita dan kebijaksanaan.
Perjuangan Nabi Muhammmad saw. Untuk membebaskan para bayi wanita dan wanita dari penindasan
bangsa Quraisy (Tahun 600 Masehi).
rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia dan kerahyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta denagan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Sila kedua pancasila, kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan landasan idiil akan
pengakuan dan jaminan hak asasi manusia di Indonesia.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Hidup sejahtra lahir batin, memperoleh pelayanan kesehatan, mendapatkan kemudahan dan
perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat guna menycapai persamaan dan
keadilan.