Anda di halaman 1dari 9

Gangguan Kecemasan

Kecemasan adalah suatu sensasi aprehensif atau takut yang menyeluruh, adalah normal dan
dikehendaki dalam beberapa kondisi , tetapi dapat menjadi abnormal bila berlebihan atau
tidak sesuai. Pola-pola tingkah laku terganggu dimana kecemasan menjadi ciri yang menonjol
diberi label gangguan kecemasan.
Tipe-tipe gangguan kecemasan
1. Panik
Gangguan panik mempunyai ciri serangan panik berulang yang sering kali membuat
orang lain tidak dapat berfungsi, mencakup ciri-ciri fisik yang intens , terutama
simtom-simtom kardiovaskular, mungkin disertai dengan teror yang luar biasa ,
ketakutan atau kehilangan kendali, ketakutan akan menjadi gila, atau mati. Penderita
serangan panik sering kali membatasi aktivitas keluar mereka karena takut terjadi
serangan ulang. Hal ini bisa menjurus kepada agorafobia, yaitu ketakutan untuk
keluar ke tempat umum.
Ciri_ciri :
Ketakutan untuk terjadinya serangan lagi mungkin mendorong penghindaran
situasi di mana itu terjadi atau setting di mana bantuan mungkin tidak

didapatkan.
Serangan panik mulai secara tak terduga tetapi mungkin diasosiasikan dengan

sinyal tertentu atau situasi spesifik.


2. Gangguan Kecemasan Menyeluruh
Gangguan kecemasan yang menyeluruh adalah suatu tipe gangguan kecemasan yang
melibatkan kecemasan persisten yang sepertinya mengapung bebas (free
floating)atau tidak terikat pada situasi spesifik. Kecemasan yang persisten yang tidak
terbatas pada suatu situasi tertentu. Ciri-ciri gangguan kecemasan menyeluruh :
Kecemasan yang berlebihan ,
Disasosiasi dengan peningkatan ketegangan perasaan tak nyaman (on
edge).
3. Gangguan Fobia
Fobia adalah ketakutan irasional yang berlebihan terhadap suatu situasi atau objek
spesifik. Fobia juga mencakup komponen tingkah laku, penhindaran stimulus fobik,
selain ciri ciri fisik dan kognitif. Fobia spesifik adalah ketakutan yang berlebihan
terhadap objek atau situasi tertentu , seperti tikus, laba-laba, situasi yang sempit, atau
ketinggian. Fobia sosial mencakup ketakutan yang intens untuk dinilai negatif oleh

orang lain. agorafobia melibatkan ketakutan untuk keluar ke tempat-tempat umum .


Agorafobia dapat muncul dengan , atau tanpa gangguan panik.
Ciri-ciri gangguan fobia :
Mencakup komponen menghindar yang kuat di mana individu berusaha untuk

menghindari kontak dengan stimulus atau situasi fobik,


Subtipe, mencakup fobia spesifik (misalnya, acrophobia, claustrophobia,
ketakutan pada serangga atau ular); fobia sosial (ketakutan yang berlebihan

pada interaksi sosial) dan agorafobia (ketakutan pada tempat terbuka).


4. Gangguan Obsesif- Kompulsif
Gangguan obsesif-kompulsif atau OCD, mencakup pola obsesi atau kompulsif yang
berulang-ulang atau kombinasi dari keduanya. Obsesi adalah pikiran-pikiran yang
persisten dan mengganggu, yang menimbulkan kecemasan dan sepertinya diluar
kemampuan individu untk mengendalikannya. Kompulsi adalah dorongan-dorongan
yang tidak bisa ditolak untuk melakukan tingkah laku tertentu seperti repetitif, seperti
membereskan badan secara berulang-ulang dan mendetail pada waktu mandi.
Ciri-ciri gangguan obsesif- kompulsif:
Dua tipe kompulsif mayor : ritual pengecekan dan ritual bersih-bersih
Obsesi menimbulkan kecemasan yang mungkin sebagian dapat dikurangi
dengan melakukan ritual kompulsif.
5. Gangguan Stres Traumatis
Ada dua tipe gangguan stres yaitu gangguan stres akut dan gangguan stres
pascatraumatis. Keduanya melibatkan reaksi maladaptif terhadap sres traumatis .
Gangguan stres akut muncul dalam beberapa hari atau minggu setelah pemaparan
terhadap suatu peristiwa traumatis. Gangguan stres pascatrauma bertahan selama
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun atau beberapa dekade setelah pengalaman
traumatis dan mungkin tidak muncul selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun
setelah peristiwa traumatis tersebut.reaksi maladaptif akut yang segera timbul setelah
peristiwa traumatis (gangguan stres akut) atau reaksi maladaptif berkelanjutan
terhadap suatu peristiwa traumatis (gangguan stres pascatrauma).
Ciri-ciri gangguan stres traumatis:

Mengalami kembali peristiwa traumatis, menghindari sinyal atau stimuli yang


diasosiasikan dengan trauma, mati rasa emosional atau secara umum , mudah

terangsang, distres emosional, dan fungsi yang terganggu.


Kerentangan tergantung pada faktor-faktor seperti kaparahan trauma , taraf
pemaparan, gaya coping, dan ketersediaan dukungan sosial.

Tipe-tipe Gangguan Kecemasan:


A. Ciri-ciri fisik dari kecemasan
Kegelisahan, kegugupan
Tangan atau anggota tubuh yang bergetar
Sensasi dari pita ketat yang menegang di sekitar dahi
Perut dan dada tegang
Keringat berlebih
Pening atau pingsan
Mulut dan kerongkongan terasa kering
Sulit bicara
Sulit bernafas
Jantung berdebar keras
Suara bergetar
Badan menjadi dingin
Merasa lemas atau mati rasa
Leher atau punggung terasa kaku
Panas dingin
Sering buang air kecil
Wajah merasa merah
Merasa sensitif atau mudah marah
B. Behavioral dari kecemasan
Perilaku menghindar
Perilaku melekat dan dependen
Perilaku terguncang
C. Ciri kognitif dari kecemasan
Khawatir berlebih
Perasaan terganggu atau ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu di masa

depan
Yakin akan ada sesuatu yang mengerikan
Ketakutan akan kehilangan kontrol
Ketakutan akan ketidakmampuan mengatasi masalah
Kebingung
Berfikir akan segera mati meskipun dokter tidak menemukan sesuatu secara

medis
Khawatir akan ditinggal sendirian
Sulit konsentrasi

Ciri-ciri Diagnostik dari gangguan-gangguan kecemasan:

A. Agorafobia : ketakutan dan penghindaran terhadap tempat atau situasi dimana akan
sulit atau melakukan bila harus melarikan diri atau bantuan dipasti ditemukan bila
terjadi serangan panik atau simtom-simtom seperti panik.
B. Gangguan panik tanpa agorafobia: timbulnya serangan-serangan panik tak terduga
dan berulang, dan adanya keprihatin persisten tentang hal tsb, tanpa disertai dengan
adanya agorafobia.
C. Gangguan panik dengan agorafobia: timbulnya serangan-serangan panik tak terduga
dan berulang, dan adanya keprihatin persisten tentang hal tsb, disertai dengan adanya
agorafobia.
D. Gangguan kecemasan menyeluruh: tingkat kecemasan dan kekhawatiran yang
menyeluruh serta persisten yang tidak terkait suatu objek, situasi, atau aktifitas
tertentu.
E. Fobia Spesifik: kecemasan yang secara klinis signifikan, berhubungan dengan
pemaparan situasi atau objek yang spesifik, sering kali disertai dengan penghindaraan
stimuli tsb.
F. Fobia sosial: kecemasan klinis yang secara signifikan berhubungan dengan
pemaparan situasi sosial atau situasi performa (harus melakukan sesuatu, seringkali
disertai penghindaran terhadap situasi tersebut).
G. Gangguan obsesif-kompulsif: Obsesi dan/atau kompulsi yang berulang.
H. Gangguan stress pascatrauma: pengalaman mengalami kembali suatu peristiwa yang
sangat traumatis disertai dengan meningkatnya keterangsangan dan penghindaran
stimuli yang diasosiaikan dengan peristiwa tsb.
I. Gangguan stress akut: ciri-ciri yang serupa dengan gangguan stress pasca trauma
tetapi terbatas pada hari-hari atau minggu-minggu sesudah pemaparan pada trauma.

Faktor gangguan penyebab kecemasan:


1. Faktor Biologis
Meliputi faktor genetis yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan
gangguan kecemasan, termasuk gangguan panik, gangguan kecemasan menyeluruh,
gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan-gangguan fobia. Dalam sebuah penelitian
mengaitkan sebuah gen dengan neurotisisme (neuroticism), suatu trait kepribadian
yang mungkin mendasari kemudahan untuk berkembangnya gangguan-gangguan
kecemasan. Trait ini mempunyai ciri-ciri kecemasan yaitu perasaan akan terjadinya
sesuatu yang buruk, dan kecenderungan untuk menghindari stimulus pembangkit-

ketakutan. Faktor biologis mencangkup faktor neurotransmiter, biokimia pada


gangguan panik, biologis dari gangguan obsesif-kompulsif.
2. Faktor sosial dan lingkungan
Gangguan kecemasan ini disebabkan karena peristiwa yang mengancam atau
traumatis, mengamati, dan kurangnya dukungan sosial.
3. Faktor behavioral
Pemasangan stimuli aversif dan stimuli yang sebelumnya netral (classical
conditioning), kelegaan dari kecemasan keran ritual kompulsif atau menghindari
stimuli fobik (operant conditioning), dan kurangnya kesempatan untuk pemusnahan
(extinction) karena penghindaran terhadap objek atau situasi yang ditakuti.
4. Faktor kognitif dan emosional
Konflik psikologis yang tidak terselesaikan (Freudian atau teori psikodinamika) dan
Faktor-faktor kognitif, seperti prediksi berlebih tentang ketakutan, keyakinankeyakinan yang self-defeating atau irasional, sensitivitas berlebih terhadap ancaman,
kecemasan, salah atribusi dari sinyal-sinyal tubuh, dan self-efficacy yang rendah.

Penanganan gangguan kecemasan:


Masing-masing perspektif mayor telah menciptakan berbagai pendekatan untuk menangani
gangguan kecemasan. Pendekatan-pendekatan psikologi mungkin berbeda satu sama lain
dalam teknik-teknik dan tujuannya, tetapi sepertinya 1 halnya yang sama: dengan cara-cara
mereka sendiri, mereka mendorong klien dengan menghadapi dan tidak menghindari sumbersumber kecemasan mereka.
Berikut cara penanganan gangguan kecemasan:
1. Pendekatan-pendekatan Psikodinamika
Dari perspektif psikondinamika, kecemasan mereflesikan energi yang diletakkan pada
konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkan tetap terepresi.
Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa keemasan klien merupakan simbolisasi
dari konflik dalam (inner conflict) diri mereka; dengan adanya simbolisasi ini, ego
dapat

dibebaskan

dari

menghabiskan

energi

untuk

melakukan

represi.

Terapi psikodinamika yang lebih menyadarkan klien mengenai sumber-sumber


konflik yang berasal dari dalam. Tetapi dengan pendeketan yang tradsional mereka

lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaan hubungan sekarang ini
daripada hubungan dari masa lalu dan mereka lebih mendorong klien untuk
mengembangkan perliaku yang lebih adaptif. Terapi semcam ini lebih pendek waktu
terapinya dan lebih direktif dibanding psikoanalisis tradisional.
2. Pendekatan Humanistik
Para teoritikus humanistik percaya bahwa banyak dari kecemasan kita yang berasal
dari represi sosial diri kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila
ketidakselarasan antara inner self seseorang yang sesungguhnya dan kedok sosialnya
mendekat ke taraf kesadaran. Orang merasakan bahwa sesuatun yang buruk akan
terjadi, tetapi tidak mampu mengatakan apa itu karena bagian diri yang tidak diakui
tidak secara langsung diekspresikan secara langsung dalam kesadaran. Karena ketidak
setujuan orang lain, orang barangkali gagal mengembangkan bakat-bakat individual
mereka dan gagal mengenali perasaan- perasaan mereka yang otentik. Dengan
demikina terapi-terapi humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan
mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka. Sebagai akibatnya,
klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka yang sebenarnya
dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaan-perasaan mereka sesungguhnya
dan kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan.
3. Pendekatan-pendekatan Biologis
Berbagai obat dipakai untuk mengobati gangguan kecemasan, di antaranya dalah obat
penenang ringan seperti golongan benzodiazepin Valium dan Xanax. Meskipun
benzadiazepin

mempunyai

efek

menenangkan,

tetapi

dapat

mengakibatkan

dependensi fisik (adiksi). Obat tersebut membantu melawan kecemasan dengan


menormalkan aktifitas neurotransmiter di otak. Obat antidepresan juga dapat
membantu untuk mengobati gangguan-gangguan kecemasan lainnya, termasuk
agorafobia yang menyertai gangguan panik fobia sosial, PTSD, gangguan obsesifkompulsif, dan gangguan kecemasan menyeluruh (dalam Jefferey S. Nevid, 2000 ;
188).
4. Pendekatan-Pendekatan Belajar
Inti pendekatan ini adalah usaha untuk membantu individu menjadi lebih efektif
dalam menghadapi objek-objek atau situasi yang menimbulkan kecemasan. Joshep
Wolpe mengembangkan desensitisasi sistemastis atas dasar asumsi bahwa fobia
adalah sesuatu yang dipelajari atau merupakan respon-respon yang terkondisi. Ia

berasumsi bahwa tingkah laku ini dapat dihilangkan melalui counterconditioning.


Dalam counterconditioning suatu respon yang tidak harmonis (incompatible) dengan
kecemasan dibuat muncul bersama kondisi-kondisi yang biasanya memunculkan
kecemsan. Relaksasi otot biasanya dipakai sebagai respon tidak harmonis.
5. Flooding
Suatu bentuk dari terapi pemaparan dimana subjek dihadapkan pada stimuli
pembangkit kecemasan tingkat tinggi baik melalui imajinasi maupun situasi aktual.

Gangguan Penyesuaian
Gangguan penyesuaian(adjustment disorder) adalah mereupakan suatu reaksi
maladaptif terhadap suatu stresor yang dikenali dan berkembang beberapa bulan sejak stresor
muncul. Reaksi maladaptif yang muncul seperti gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan,
akademis, atau adanya kondisi distress emosional yang berlebihan. Reaksi maladaptif
mungkin dapat diatasi apabila stressor dipindahkan atau individu mengatasi stressor. Bila
reaksi maladaptif ini masih berlangsung lebih dari 6 bulan setelah stressor (atau
konsekuensinya) dialihkan , diagnosis gangguan penyesuaian perlu diubah.
Menggolongkan

gangguan

penyesuaian

tidaklah

mudah

karena

sulitnya

mendefinisikan konsep normal dan tidak normal. Bila kita menghadapi suatu masalah, kita
cenderung bersikap sedih, cemas, atau depresi. Namun jika kita tidak merasakannya, maka
hal itu menunjukkan sesuatu yang tidak wajar. Namun bila reaksi yang ditimbulkan
berlebihan atau kemampuan fungsi berkurang, maka dapat dipastikan bahwa itu adalah
gangguan penyesuaian.
Ciri-ciri Gangguan Penyesuaian dalam DSM-5:

Terdapat stressor yang bisa di identifikasi.


Munculnya salah satu atau kedua gejala atau perilaku sebagai berikut:

o Ditandai dengan distress yang hebat atau intesitasnya stresso, termasuk kontek

dan faktor buadaya dapat mempengaruhi gejala dan keparahannya.


o Pelemahan fungsi sosial, pekerjaan, atau area penting lainnya.
Tidak ada hubungannya stres dengan gangguan mental yang lain dan bukan dari

tingkat lanjut dari gangguan mental lainnya.


Gejala tidak merepresentasi kehilangan yang normal
Saat stressor sudah dihilangkan, gejala tidak bertahan lebih dari 6 bulan.

Macam-macam Gangguan Penyesuaian:

Gangguan penyesuaian, dengan depresi mood: Mood yang rendah, atau perasaan tidak

berdaya yang besar


Gangguan penyesuaian, dengan kecemasan: kegugupan, cemas yang besar
Gangguan penyesuaian, dengan campuran kecemasan dan depresi mood: kombinasi

dari depresi dan kecemasan yang besar.


Gangguan penyesuaian, dengan gangguan perilaku: terdapat gangguan perilaku yang

melanggar peraturan cth, vandalisme, berkelahi, dll.


Gangguan penyesuaian, dengan gangguan perilaku dan emosi: gangguan emosi

(cemas, depresi) ditambah dengan gangguan perilaku yang besar.


Gangguan penyesuaian tak tergolong: reaksi maladaptif yang tidak tergolong salah
satu golongan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Nevid, J., Rathus, S., & Greene, B. (2005). Psikologi Abnormal (Edisi Ke-5, Jilid 1).
Ciracas, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Maslim, R. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan
DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

Anda mungkin juga menyukai