KAJIAN PUSTAKA
di
sekitarnya.
Daerah
industri,
permukiman
maupun
pertanian
Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan yang
merupakan sumber air bagi aktivitas kehidupan manusia di daratan. Air tanah
berasal dari air hujan dan air permukaan yang terkumpul pada zona jenuh air.
Pembentukan air tanah diawali dari proses infiltrasi air menuju zona tak jenuh (zone
of aeration) dan kemudian meresap semakin dalam (perlokasi) hingga mencapai
zona jenuh air dan menjadi air tanah (Wikipedia, 2010).
Air tanah terbagi atas air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah
dangkal, terjadi karena adanya daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Air
tanah dalam terdapat setelah lapis rapat air yang pertama dalam suatu kedalaman
biasanya antara 100-300 m. Air tanah dangkal berada hingga kedalaman 15 m. Air
tanah dangkal banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber air baku dengan
membuat sumur gali atau sumur pompa. Profil permukaan air tanah dangkal
tergantung dari profil permukaan tanah dan lapisan tanah sendiri (Wulan, 2005).
Air tanah memiliki kualitas yang pada umumnya baik, akan tetapi banyak
tergantung kepada sifat lapisan tanahnya, apabila kondisi sanitasi lingkungan sangat
rendah maka banyak tercemar oleh bakteri. Apabila berdekatan dengan industri
dengan beban pencemaran tinggi dan tidak memiliki sistem pengendalian
pencemaran air maka akan terpengaruh rembesan pencemaran (Munif, 2009).
Tekanan terhadap sumber daya air tanah tidak hanya disebabkan tingkat
eksploitasi yang berlebihan, namun juga karena adanya degradasi kualitas
lingkungan. Pembuangan air limbah secara langsung (tanpa pengolahan), buangan
dari industri, limpasan dari pengairan sawah yang telah memperoleh perlakuan
dengan bahan pestisida dan herbisida merupakan sumber pencemaran secara
eskponensial menimbulkan dampak negatif pada sumber daya air (Achmadi, 2001).
limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga bila
dibuang ke suatu badan perairan akan menaikkan populasi mikroorganisme. Kadar
BOD dalam hal ini akan naik (Warlina, 2004).
2.2. Pemilihan Parameter Pencemaran Air Tanah Di Kawasan Padat
Penduduk.
Untuk kepentingan masyarakat sehari-hari, persediaan air harus memenuhi
standar air minum dan tidak membahayakan kesehatan manusia. Menurut WHO,
standar-standar air minum yang harus dipenuhi agar suatu persediaan air dapat
dinyatakan layak sebagai air minum harus memenuhi persyaratan fisik, biologis, dan
kimia. Standar fisik kualitas air meliputi suhu, warna, bau, rasa, kekeruhan. Standar
biologis : kuman parasit, patogen, bakteri golongan Coliform, sedangkan standar
kimia : pH, jumlah zat padat, dan bahan kimia lain (Permenkes 416/ Menkes/Per/ IX,
1990).
Pada kawasan padat penduduk, pemilihan parameter pencemaran air tanah
berkaitan dengan karakteristik bahan pencemar yang berhubungan dengan aktivitas
penduduk pada kawasan tersebut. Menurut Putra (2009), pemilihan parameter
kualitas air di dasarkan pada jenis parameter yang akan diambil, yakni parameter
primer, parameter skunder dan parameter kunci, selanjutnya di sebutkan bahwa
parameter primer merupakan senyawa kimia yang masuk ke dalam lingkungan tanpa
bereaksi dengan senyawa lain. Parameter skunder merupakan transformasi yang
terbentuk akibat adanya interaksi, transformasi atau reaksi kimia antara parameter
primer menjadi senyawa lain. Sementara itu parameter kunci adalah parameter yang
dianggap dapat mewakiki kualitas lingkungan yang di sesuaikan dengan tujuan
pengambilan sampel.
dan sistem
pembuangan limbah rumah tangga yang tidak terkoordinasi dengan baik berakibat
pada timbulnya pencemaran air, sehingga air sumur tidak memenuhi standar untuk
dikonsumsi menjadi air minum. Permasalahan utama pencemaran air tanah adalah
terkontaminasinya air oleh bakteri yang dapat menyebabkan kesakitan maupun
kematian. Saat ini diperkirakan sekitar 70 % air tanah di perkotaan sudah tercemar
berat oleh bakteri yang berasal dari tinja, padahal separuh penduduk perkotaan masih
menggunakan air tanah (Munif, 2009). Kondisi perumahan dan lingkungan yang
padat (slum area) serta aktifitas dan berbagai kegiatan yang tanpa perencanaan
lingkungan menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Bakteri pencemar air tanah dapat berpindah secara horizontal dan vertikal ke
bawah bersama dengan air, air seni, atau air hujan yang meresap. Jarak perpindahan
bakteri akan sangat bervariasi, tergantung pada berbagai faktor, diantaranya yang
terpenting adalah porositas tanah. Bakteri dapat dilacak sampai jarak 15 m dari
sumur tempat dimasukkannya bakteri yang dicoba Perpindahan horizontal melalui
tanah dengan cara itu biasanya kurang dari 90 cm, dengan perpindahan kearah bawah
kurang dari 3 m pada lubang yang terbuka terhadap air hujan, dan biasanya kurang
dari 60 cm pada tanah berpori, bakteri dapat berpindah sampai jarak 30 m dari titik
pembuangannya dalam waktu 33 jam. Selain itu, terdapat penurunan cepat jumlah
bakteri sepanjang itu karena terjadi filtrasi yang efektif dan kematian bakteri.
(Soeparman, 2009).
10
11
Grey water pada wilayah dengan sistem sanitasi yang belum terkoordinasi
dengan baik, cenderung dibuang langsung ke lingkungan tanpa diolah terlebih
dahulu. Kandungan unsur pencemar pada grey water, antara lain unsur N (Amonium,
Nitrat, Nitrit, Organik N), unsur P (Fosfat), zat organik detergen. Kadar zat pencemar
tersebut tinggi, sehingga mencemari air tanah disekitarnya (Hidayat, 2007). Pada
Tabel 1 disajikan baku mutu parameter yang akan digunakan dalam menentukan
kualitas air tanah menurut Peraturan Gubernur Propinsi Bali No 8 Tahun 2007.
Tabel 1. Baku Mutu Parameter Primer Air Tanah
Parameter
Satuan
Kelas
I
NH3-N
mg/l
0,5
Kadmium
mg/l
0,01
Khrom (VI)
mg/l
0,05
Khlorida
mg/l
600
Nitrit sebagai N
mg/l
0,06
Sulfat
mg/l
400
Belerang sebagai H- mg/l
0,002
S
2
Sumber : Pergub Propinsi Bali No 8 (2007)
II
(-)
0,01
0,05
(-)
0,06
(-)
0,002
berbau tidak enak sehingga kadarnya harus rendah (Azwir, 2006). Kadar amoniak
mengindikasikan konsentrasi bahan-bahan organik yang terkandung dalam air sumur,
pencemaran amoniak pada air sumur penduduk merupakan dampak dari sanitasi
yang buruk berupa peresapan limbah mandi, cuci dan kakus (MCK), limbah dapur,
industri rumah tangga serta limbah binatang peliharaan. Amoniak yang terdapat di
perairan adalah hasil pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen
anorganik yang terdapat di dalam air tanah yang berasal dari dekomposisi bahan
12
organik yang berasal dari tumbuhan dan biota aquatik yang telah mati oleh mikroba
dan jamur (Azwir, 2006).
Kadmium (Cd) adalah suatu logam putih, mudah dibentuk, lunak dengan
warna kebiruan dan mudah terbakar, membentuk asap kadmium oksida. Keberadaan
kadmium di alam berhubungan erat dengan hadirnya logam Pb dan Zn. Dalam
industri pertambangan Pb dan Zn, proses pemurniannya akan selalu memperoleh
hasil samping kadmium yang terbuang dalam lingkungan. Kadmium masuk ke dalam
tubuh manusia terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Sudarwin, 2008).
Krom atau Kromium adalah suatu logam keras berwarna abu-abu dan sulit
dioksidasi meski dalam suhu tinggi. Kromium digunakan oleh industri : Metalurgi,
Kimia, Refractory (heat resistent application). Sumber dari pencemaran krom ini
adalah dari limbah yang dibuang ke badan air dan selanjutnya mencemari tanah.
Chromium terdapat stabil dalam 3 valensi. Berdasarkan urutan toksisitasnya adalah
Cr-O, Cr-III, Cr-VI. Kromium dalam air biasanya hadir sebagai trivalent atau
hexavalent ion. Kromium dapat menurunkan aktivitas biologi (Wyszkowska. 2001).
Kandungan sulfat (SO42-) terlarut merupakan parameter utama yang digunakan untuk menentukan ada tidaknya proses oksidasi mineral sulfida terhadap
komposisi kimia air tanah. Sumber lain adalah dari mineral gipsum (CaSO4.2H2O)
dan mineral anhidrit (CaSO4) yang akan mudah terlarut oleh air menjadi Ca2+ dan
SO42- (Wiretes, 2010). Pencemaran air dari nitrat (NO2) dan nitrit (NO3) bersumber
dari tanah dan tanaman. Nitrat dapat terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun dari
pupuk-pupuk yang digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari kelompok
Nitrobacter. Jumlah Nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung untuk berubah
menjadi Nitrit yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobine dalam daerah
13
14
transformasi
adanya
interaksi,
transformasi atau reaksi kimia antara parameter primer menjadi senyawa lain,
parameter yang digunakan adalah kadar COD (Chemical Oxygen Demand) dan
BOD(Biology Oxygen Demand). Baku mutu kadar COD dan BOD disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Baku Mutu Kadar COD dan BOD Air Tanah
Parameter
Kelas
Satuan
BOD
mg/l
COD
mg/l
Sumber : Pergub Propinsi Bali No 8 (2007)
I
2
10
II
3
25
(oksigen)
(bakteri aerob)
15
Pencemaran (IP) dapat memberikan masukan pada pengambil keputusan agar dapat
menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk
memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa
pencemar. Penentuan klasifikasi status pencmaran air tanah dengan menggunakan
Indeks Pencemaran ditentukan berdasarkan rumus persamaan berikut ini:
Pij =
16
Keterangan :
Pij =
Lij =
Ci =
17
c) jika nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran lebih besar dari 1,0, maka nilai Ci/Lij hasil
pengukuran digantikan oleh nilai Ci/Lij baru dengan rumus sebagai berikut
(Ci/Lij)baru = 1,0 + P.log(Ci/Lij).
P
adalah
konstanta
dan
nilainya
ditentukan
dengan
bebas
dan
0 Pij 1,0
1,0 < Pij 5,0
5,0 < Pij 10
Pij > 10
Sumber : Kemeneg L.H. No.115 (2003)
Status
2.4 Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Dalam Pemetaan Kualitas Air.
Aronoff (1989) dalam Romenah (2008) menjelaskan bahwa SIG adalah
sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang memasukkan,
mengelola, memanipulasi dan menganalisa data serta memberi uraian. Sistem ini
mampu mnenangkap, mengecek, menintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan
menapilkan data secara spasial dalam teknik pemetaan.
Sistem informasi geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam
mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi
atau objek (Aini, 2007).
Informasi yang dihasilkan SIG merupakan informasi keruangan dan
kewilayahan, maka informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk inventarisasi data
keruangan yang berkaitan dengan sumber daya alam. SIG sebagai sebuah sistem
berbasis komputer bereferensi geografis mampu mengintegrasikan dan menganalisis
18
data. Hasil keluarannya (Output) adalah dalam bentuk sistem informasi yang dapat
digunakan untuk memantau, memprediksi sekaligus berguna untuk merencanakan
strategi dan mengambil keputusan untuk pembangunan yang berkaitan dengan
permasalahan keruangan (Aini, 2007) pada Gambar 2 disajikan model hubungan data
dan informasi dalam aplikasi SIG.
Data
Pengolahan,
Pemrosesasan,
Konversi.
Informasi
19
memetakan kualitas air tanah di suatu wilayah terdiri dari : Peta DAS dan
Administratif, Peta Topografi, Peta Hidrogeologi, Peta Sistem Lahan,
Hasil
turnpang susun berupa peta potensi pencemaran air tanah. Untuk mengetahui
pencemaran aktual yang telah terjadi, dilakukan uji sampel air tanah pada lokasi
penelitian.