ASI EKSKLUSIF
Oleh:
Christine Y. Nussy 14014101056
Novitasari Mangayun 14014101063
Ivana Anggelia Koagouw 14014101110
Frans Rumahorbo 14014101026
David Tampi 14014101045
LEMBAR PENGESAHAN
Residen Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka mengurangi mortalitas dan mordibitas anak, WHO
merekomendasikan agar ASI eksklusif diberikan kepada bayi yang baru lahir
minimal selama 6 bulan. Makanan pendamping ASI seharusnya diberikan
setelah bayi berumur 6 bulan dan pemberian ASI disarankan untuk dilanjutkan
hingga bayi berumur 2 tahun. Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia
menganjurkan agar pemberian ASi eksklusif di ganti dari 4 bulan menjadi 6
bulan. 1,2
Seperti yang kita ketahui bersama ASI lebih baik daripada susu formula.
Karena ASI mengandung nutrisi yang tinggi yang berguna untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak. ASI juga meningkatkan imunitas anak yang berguna
sebagai anti infeksi, anti alergi dan anti diare.3
Di indonesia presentase pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan
sebesar 54,3% pada tahun 2013, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan
tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Presentase pemberian ASI eksklusif tertinggi
terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 79,74%, diikuti oleh Sumatra Selatan
sebesar 74,49%, dan Nusa Tenggara Timur sebesar 74,37%. Sedangkan
presentase pemberian ASI ekslusif terendah terdapat di Provinsi Maluku
sebesa 25,21% diikuti oleh Jawa Barat sebesar 33,65% dan Sulawesi Utara
34,7%. 4
Menurut Saputra, alasan ibu tidak mau menyusui adalah bukan karena
permasalahan ekonomi tetapi karena rasa kurang percaya diri, kekuatiran
bentuk payudara akan rusak akibat menyusui, pemberian susu formula di
anggap jauh lebih praktis, dan terbatasnya fasilitas ruang laktasi di tempat
umum. Faktor predisposisi kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor
pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang. Faktor lain yang juga
menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi
melakukan inisiasi menyusui dini (IMD). 5,6
Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan
maslah kurang gizi, yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit - penyakit. Ibu yang mengalami kekurangan gizi pada saat hamil,
atau anaknya mengalami kekurangan gizi pada usia 2 tahun pertama,
pertumbuhan serta perkembangan gizi dan mentalnya akan lambat. Salah satu
indikator kesehatan yang dinilai pencapaiannya adalah status gizi balita. Status
gizi anak balita di ukur berdasarkan umur, berat badan dan tinggi badan.7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi ASI eksklusif
Menurut WHO, ASI eksklusif adalah bahwa bayi pada umur 0-6 bulan
hanya menrima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan
ASI dari ibu, tanpa penembahan cairan atau makanan padat lain, kecuali
sirup yan g berisi vitamin, suplemen mineral atau obat.8
2. Komposisi ASI
A. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar
payudara dengan viskositas yang kental berwarna kekuning-kuningan.
Kolostrum mengandung antibodi dan sel-sel yang berperan dalam
sistem imun, kemudian akan menuju kearliran darah bayi melewati
saluran bayi yang belum sempurna dan membantu proses pengeluaran
mekonium (feses bayi selama dikandungan).9
Kolostrum dihasilkan selama 5 hari pertama pasca partus serta lebih
banyak mengandung protein dibandingkan ASI matur.
B. ASI masa peralihan (ASI transisi)
ASI transisi merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai ASI
matur. ASI transisi dihasilkan oleh kelenjar mamae selama 6-10 hari
pasca partus. Selama masa peralihan dari kmolostrum ke ASI matur
keadaan protein akan menurun sedangkan kadar lemak dan karbohidrat
akan meningkat.10
C. ASI matur
ASI matur merupakan ASI yang dikeluarkan oleh kelenjar mamae
setelah 15 hari-15 bulan pasca partum. Selain itu, ASI matur memiliki
kadar lemak yang lebih tinggi dalam bentuk linoleic acid
dan
bayi.
ASI juga berperan dalam maturasi saluran cerna bayi
melalui faktor Lactobacillus bifidus dalam mengurangi
iv.
v.
vi.
vii.
datang
b. Manfaat ibu yang memberikan ASI:
i.
ii.
iii.
dimasa menopause.
Berpengaruh dalam mempercepat masa involusi uterus
(involusi uterus merupakan proses kembalinya ukuran
uterus saat hamil ke ukuran sebelum hamil).
4. Fisiologi Laktasi
Laktasi merupakan proses sekresi dan ejeksi yang berasal dari
kelenjar payudara. Hormon utama yang merangsang terjadinya sistesis dan
sekresi susu adalah prolaktin. Prolaktin merupakan hormon yang disekresi
oleh kelenjar hipofisis anterior. Meskipun kadar hormon prolaktin
meningkat seiring dengan proses kehamilan, tidak ada air susu yang
diskresi karena hormon progesteron menghambat efek prolaktin. Setelah
melahirkan, kadar hormon estrogen dan progesteron yang adad di darah
ibu mengalami penurunan dan proses inhibisi hormon prolaktin sudah
tidak ada. Stimulus utama dalam mempertahankan sekresi prolaktin dalam
masa laktasi adalah dengan cara bayi menghisap putting susu sang ibu.
Proses menyusu merangsang reseptor regang di putting susu untuk
mengirim impuls ke hipotalamus, impuls tersebut mengakibatkan
penurunan pelepasan prolactin releasing hormone (PRH), sehingga jumlah
prolaktin yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior bertambah.12
Oksitosin menyebabkan pelepasan air susu ke mammary ducts
melalui refleks ejeksi susu. Air susu dibentuk oleh sel glandular di
payudara dan disimpan sampai bayi mulai aktif menyusu. Rangsangan
pada reseptor sentuh di puting susu menginisiasi rangsangan sensoris ke
hipotalamus. Akibatnya, sekresi oksitosin dari posterior hipofisis
meningkat. Oksitosin yang dibawa oleh aliran darah ke kelenjar mamae,
merangsang kontraksi myoepithelial disekitar sel glandular mamae Akibat
dari kontraksi tersebut air susu mengalir dari alvepli kelenjar mamae ke
mammary ducts untuk dihisap oleh bayi. Proses ini disebut ejeksi air susu
(let-down refleks). Stimulus selain tindakan menyusu yang dapat
mengakibatkan pelepasan oksitosin dan ejeksi air susu adalah ketika ibu
mendengar suara tangisan bayi atau mendapat rangsangan sentuh pada alat
kelamin genitalia ibu. Tindakan menyusu yang mengakibatkan pelepasan
oksitosin juga menghambat pelepasan PIH yang berakibat meningkatnya
sekresi prolaktin yang mana diperlukan untuk mempertahankan proses
laktasi.12
Selama akhir masa kehamilan dan beberapa hari pertama setelah
melahirkan, kelenjar mammae mengsekresi cairan kelabu yang disebut
kolostrum. Walaupun tidak memiliki kandungan nutrisi sebaik air susu
matur, cairan tersebut mengandung laktosa dalam kadar lebih rendah dan
tidak mengandung lemak; kolostrum cukup untuk kebutuhan bayi hingga
air susu matur diproduksi pada hari ke 4. Kolostrum dan air susu matur
mengandung antibodi penting yang melindungi bayi dalam beberapa bulan
awal ia dilahirkan.12
Setelah melahirkan bayi, kadar prolaktin ibu kembali ke kadar
sebelum hamil. Tetapi setiap kali ibu menyusui sang bayi, impuls saraf
dari putting susu ke hipotalamus meningkatkan pelepasan PRH dan
menurunkan pelepasan PIH, yang mengakibatkan kenaikan sekresi
prolaktin 10 kali lipat oleh hipofisis anterior yang berlangsung selama 1
jam. Prolaktin dikelenjar mammae berguna untuk menyediakan air susu
untuk periode menyusui sebelumnya. Jika pengeluaran prolaktin dihambat
oleh trauma atau penyakit, atau proses menyusui dihentikan, maka
kelenjar mammae tidak dapat mensekresi susu selama beberapa hari.
Walaupun sekresi air susu biasanya menurun dalam 7-9 bulan setelah
melahirkan, proses tersebut bisa berlanjut hingga beberapa tahun jika
menyusui dilanjutkan.12
Laktasi sering menghambat siklus ovulasi dalam beberapa bulan
pertama setelah melahirkan, jika frekuensi menyusui 8-10 kali sehari. Efek
ini tidak konsisten karena pada umumnya ovulasi terjadi sebelum masa
menstruasi pertama setelah melahirkan. Akibatnya ibu tidak akan pernah
bisa yakin jika tidak subur. Jadi menyususi bukanlah pencegah kehamilan
yang baik.12
Penghambatan ovulasi selama laktasi dipercaya terjadi karena saat
menyusui, putting susu mengirim impuls saraf kehipotalamus untuk
membentuk neurotransmiter yang menghambat pelepasan gonadotropin
optimal.13,14
Langkah-langkah dalam menyusui yang benar:13
1. Keluarkan ASI sedikit untuk membersihkan putting susu sebelum
menyusui
2. Badan bayi harus dihadapkan kearah badan ibu
3. Hidung bayi dan putting susu ibu berhadapan
4. Bayi sebaiknya ditopang pada bahunya, sehingga kepala bayi agak
tengadah dapat dipertahankan. Kepala bayi dapat ditopang dengan
jari-jari tangan yang terlentang atau pada lekukan siku ibunya.
Mungkin akan membantu dengan membungkus bayi sehingga
tangannya berada disisi badan.
5. Pegang payudara dengan C Hold dibelakang areola. C Hold
merupakan posisi dimana ibu jari berada diatas areola dan empat
jari yang sama berada di bawah areola.
6. Kemudian sentuhkan putting susu ibu dengan lembut ke pipi atau
bibir bayi untuk merangsang bayi membuka mulut lebar-lebar.
Dagu bayi menempel pada payudara.
7. Tunggu sampai mulut bayi membuka lebar dan lidah bayi
menjulur.
menyusuri
langit-langit
mulut
bayi.
Kemudian
BAB III
PENUTUP
ASI eksklusif merupakan hal yang sangat penting bagi bayi karena
memiliki banyak manfaat bagi pertumbuhan bayi sehat. Karena itu
diperlukan upaya sosialisasi dan promosi ASI eksklusif termasuk tentang
manajemen laktasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Word Health Organization. Guiding Principles on feeding
Nonbreastfed Children 6 to 24 Months of age. Geneva: World Health
Organization. 2005
2. Ministry of Health (MOH) Indonesia. Balanced Nutrition for Under
Five Healthy Living Children. Jakarta, Indonesia: MOH. 2002
3. Titi, s. Sekartini, R. Soedjatmiko, Gunardi, dkk. Knowledge and
behavior of Mothers About the Way of Suckling Their Babies,
Paediatrica Indonesiana, 2002; 42 (9-10), September- Oktober, pp.
201-204.
4. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2013. (diunduh 26
November 2014) dari
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KESEHATAN_INDON
ESIA_2013.pdf
5. Saputra, S. Bayi Surakarta Minim Minum ASI, Jurnal Nasional, 8
Oktober 2011, pp.9
6. Fikawati, S. and Syafiq, A. Praktik Pemberian ASI eksklusif,
penyebab-penyebab keberhasilan dan kegagalannya, Jurnal Kesmas
Nasional, 2009; 4(3), pp. 120-131
7. Dinkes Provinsi Sumatera Utara. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara tahun 2012. Dari http://id.scribd.com/doc/230256418/02-ProfilKes-Prov-SumateraUtara-2012
8. World Health Organization. Exclusive Breastfeeding, Geneva: World
Health Organization.2012. Available from:
http://www.who.int/nutrition/topics/exclusive_breastfeeding/en/index.
htm.
9. Wardlaw, G.M. Hampl, J.S. and Disilvestro, R.A. Perpectives in
Nutrition. 6th ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. 2004.
10. Nelson, W.E. Behrman, R.E. Kliehman, R. and Arvin, A.M. Nelson
Textbook of pediatrics. 15th ed. Philadelphia, Pennsylvania: W.B.
Saunders Company. 2003.