Anda di halaman 1dari 13

Health Education Teling

ASI EKSKLUSIF

Oleh:
Christine Y. Nussy 14014101056
Novitasari Mangayun 14014101063
Ivana Anggelia Koagouw 14014101110
Frans Rumahorbo 14014101026
David Tampi 14014101045

MASA KKM: 23 APRIL 2015 31 MEI 2015

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2015

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dibacakan, dikoreksi, dan disetujui Health Eduucation Teling


dengan judul
ASI EKSKLUSIF
Pada hari Sabtu, 09 Mei 2015

Residen Pembimbing

dr. Silvya Chandra

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka mengurangi mortalitas dan mordibitas anak, WHO
merekomendasikan agar ASI eksklusif diberikan kepada bayi yang baru lahir
minimal selama 6 bulan. Makanan pendamping ASI seharusnya diberikan
setelah bayi berumur 6 bulan dan pemberian ASI disarankan untuk dilanjutkan
hingga bayi berumur 2 tahun. Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia
menganjurkan agar pemberian ASi eksklusif di ganti dari 4 bulan menjadi 6
bulan. 1,2
Seperti yang kita ketahui bersama ASI lebih baik daripada susu formula.
Karena ASI mengandung nutrisi yang tinggi yang berguna untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak. ASI juga meningkatkan imunitas anak yang berguna
sebagai anti infeksi, anti alergi dan anti diare.3
Di indonesia presentase pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan
sebesar 54,3% pada tahun 2013, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan
tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Presentase pemberian ASI eksklusif tertinggi
terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 79,74%, diikuti oleh Sumatra Selatan
sebesar 74,49%, dan Nusa Tenggara Timur sebesar 74,37%. Sedangkan
presentase pemberian ASI ekslusif terendah terdapat di Provinsi Maluku
sebesa 25,21% diikuti oleh Jawa Barat sebesar 33,65% dan Sulawesi Utara
34,7%. 4
Menurut Saputra, alasan ibu tidak mau menyusui adalah bukan karena
permasalahan ekonomi tetapi karena rasa kurang percaya diri, kekuatiran
bentuk payudara akan rusak akibat menyusui, pemberian susu formula di
anggap jauh lebih praktis, dan terbatasnya fasilitas ruang laktasi di tempat
umum. Faktor predisposisi kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor
pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang. Faktor lain yang juga
menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi
melakukan inisiasi menyusui dini (IMD). 5,6
Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan
maslah kurang gizi, yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap

penyakit - penyakit. Ibu yang mengalami kekurangan gizi pada saat hamil,
atau anaknya mengalami kekurangan gizi pada usia 2 tahun pertama,
pertumbuhan serta perkembangan gizi dan mentalnya akan lambat. Salah satu
indikator kesehatan yang dinilai pencapaiannya adalah status gizi balita. Status
gizi anak balita di ukur berdasarkan umur, berat badan dan tinggi badan.7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi ASI eksklusif
Menurut WHO, ASI eksklusif adalah bahwa bayi pada umur 0-6 bulan
hanya menrima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan
ASI dari ibu, tanpa penembahan cairan atau makanan padat lain, kecuali
sirup yan g berisi vitamin, suplemen mineral atau obat.8
2. Komposisi ASI
A. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar
payudara dengan viskositas yang kental berwarna kekuning-kuningan.
Kolostrum mengandung antibodi dan sel-sel yang berperan dalam
sistem imun, kemudian akan menuju kearliran darah bayi melewati
saluran bayi yang belum sempurna dan membantu proses pengeluaran
mekonium (feses bayi selama dikandungan).9
Kolostrum dihasilkan selama 5 hari pertama pasca partus serta lebih
banyak mengandung protein dibandingkan ASI matur.
B. ASI masa peralihan (ASI transisi)
ASI transisi merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai ASI
matur. ASI transisi dihasilkan oleh kelenjar mamae selama 6-10 hari
pasca partus. Selama masa peralihan dari kmolostrum ke ASI matur
keadaan protein akan menurun sedangkan kadar lemak dan karbohidrat
akan meningkat.10
C. ASI matur
ASI matur merupakan ASI yang dikeluarkan oleh kelenjar mamae
setelah 15 hari-15 bulan pasca partum. Selain itu, ASI matur memiliki
kadar lemak yang lebih tinggi dalam bentuk linoleic acid

dan

kolestrol, dimana diperlukan untuk perkembangan otak. ASI matur


terdiri dari 2 jenis yaitu foremilk dan hindmilk. 9,10
Foremilk (susu awal) adalah ASI yang diproduksi pada proses
menyusui dan terdapat disepanjang duktus yang menghubungkan sel
yang memproduksi susu dengan nipple (putting susu). Foremilk selalu
tersedia untuk diberikan kepada bayi. Selain itu, foremilk juga banyak
mengandung protein, kadar air tinggi, namun kadar lemaknya rendah,
dan mengandung lebih sedikit kalori daripada hindmilk. Jumlah air
yang banyak dalam foremilk mampu memenuhi kebutuhan air bayi.
Sedangkan hindmilk (susu akhir) adalah ASI yang diproduksi pada
akhir proses menyusui. Hindmilk disimpan didalam sel yang
memproduksi susu. Tidak seperti foremilk, hindmilk tidak selalu
tersedia secara otomatis untuk diberikan kepada bayi. Karena
pe;epasan hindmilk dirangsang oleh oksitisin. Jumlah lemak yang
tinggi dalam hindmilk akan memberikan banyak energi pada bayi, dan
menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama.11
3. Manfaat Pemberian ASI
Menurut Ward Law, HAM dan disilvestro, manfaat pemberian ASI untuk
bayi dan manfaat ibu memberi ASI adalah:9
a. Manfaat pemberian ASI untuk bayi:
i.
Aman dari bakteri
ii.
ASI menyediakan antibodi kepada bayi ketika sistem
imunitas bayi masih belum sempurna, juga menyediakan
substansi yang berguna untuk pematangan sistem imun
iii.

bayi.
ASI juga berperan dalam maturasi saluran cerna bayi
melalui faktor Lactobacillus bifidus dalam mengurangi

iv.

insidensi diare dan penyakit saluran nafas.


ASI dapat mengurangi resiko alergi makanan, intoleransi

v.
vi.

makanan, dan beberapa alergi yang lain.


ASI dapat mengurangi infeksi telinga.
ASI juga berperan untuk perkembangan sistem saraf untuk

vii.

kemampuan proses belajar.


ASI dapat mengurangi resiko menderita hipertensi di masa

datang
b. Manfaat ibu yang memberikan ASI:

i.

Berpotensi mengurangi berat badan secara cepat keberat

ii.

badan sebelum hamil


Mengurangi resiko kanker ovarium dan kanker payudara

iii.

dimasa menopause.
Berpengaruh dalam mempercepat masa involusi uterus
(involusi uterus merupakan proses kembalinya ukuran
uterus saat hamil ke ukuran sebelum hamil).

4. Fisiologi Laktasi
Laktasi merupakan proses sekresi dan ejeksi yang berasal dari
kelenjar payudara. Hormon utama yang merangsang terjadinya sistesis dan
sekresi susu adalah prolaktin. Prolaktin merupakan hormon yang disekresi
oleh kelenjar hipofisis anterior. Meskipun kadar hormon prolaktin
meningkat seiring dengan proses kehamilan, tidak ada air susu yang
diskresi karena hormon progesteron menghambat efek prolaktin. Setelah
melahirkan, kadar hormon estrogen dan progesteron yang adad di darah
ibu mengalami penurunan dan proses inhibisi hormon prolaktin sudah
tidak ada. Stimulus utama dalam mempertahankan sekresi prolaktin dalam
masa laktasi adalah dengan cara bayi menghisap putting susu sang ibu.
Proses menyusu merangsang reseptor regang di putting susu untuk
mengirim impuls ke hipotalamus, impuls tersebut mengakibatkan
penurunan pelepasan prolactin releasing hormone (PRH), sehingga jumlah
prolaktin yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior bertambah.12
Oksitosin menyebabkan pelepasan air susu ke mammary ducts
melalui refleks ejeksi susu. Air susu dibentuk oleh sel glandular di
payudara dan disimpan sampai bayi mulai aktif menyusu. Rangsangan
pada reseptor sentuh di puting susu menginisiasi rangsangan sensoris ke
hipotalamus. Akibatnya, sekresi oksitosin dari posterior hipofisis
meningkat. Oksitosin yang dibawa oleh aliran darah ke kelenjar mamae,
merangsang kontraksi myoepithelial disekitar sel glandular mamae Akibat
dari kontraksi tersebut air susu mengalir dari alvepli kelenjar mamae ke
mammary ducts untuk dihisap oleh bayi. Proses ini disebut ejeksi air susu
(let-down refleks). Stimulus selain tindakan menyusu yang dapat
mengakibatkan pelepasan oksitosin dan ejeksi air susu adalah ketika ibu

mendengar suara tangisan bayi atau mendapat rangsangan sentuh pada alat
kelamin genitalia ibu. Tindakan menyusu yang mengakibatkan pelepasan
oksitosin juga menghambat pelepasan PIH yang berakibat meningkatnya
sekresi prolaktin yang mana diperlukan untuk mempertahankan proses
laktasi.12
Selama akhir masa kehamilan dan beberapa hari pertama setelah
melahirkan, kelenjar mammae mengsekresi cairan kelabu yang disebut
kolostrum. Walaupun tidak memiliki kandungan nutrisi sebaik air susu
matur, cairan tersebut mengandung laktosa dalam kadar lebih rendah dan
tidak mengandung lemak; kolostrum cukup untuk kebutuhan bayi hingga
air susu matur diproduksi pada hari ke 4. Kolostrum dan air susu matur
mengandung antibodi penting yang melindungi bayi dalam beberapa bulan
awal ia dilahirkan.12
Setelah melahirkan bayi, kadar prolaktin ibu kembali ke kadar
sebelum hamil. Tetapi setiap kali ibu menyusui sang bayi, impuls saraf
dari putting susu ke hipotalamus meningkatkan pelepasan PRH dan
menurunkan pelepasan PIH, yang mengakibatkan kenaikan sekresi
prolaktin 10 kali lipat oleh hipofisis anterior yang berlangsung selama 1
jam. Prolaktin dikelenjar mammae berguna untuk menyediakan air susu
untuk periode menyusui sebelumnya. Jika pengeluaran prolaktin dihambat
oleh trauma atau penyakit, atau proses menyusui dihentikan, maka
kelenjar mammae tidak dapat mensekresi susu selama beberapa hari.
Walaupun sekresi air susu biasanya menurun dalam 7-9 bulan setelah
melahirkan, proses tersebut bisa berlanjut hingga beberapa tahun jika
menyusui dilanjutkan.12
Laktasi sering menghambat siklus ovulasi dalam beberapa bulan
pertama setelah melahirkan, jika frekuensi menyusui 8-10 kali sehari. Efek
ini tidak konsisten karena pada umumnya ovulasi terjadi sebelum masa
menstruasi pertama setelah melahirkan. Akibatnya ibu tidak akan pernah
bisa yakin jika tidak subur. Jadi menyususi bukanlah pencegah kehamilan
yang baik.12
Penghambatan ovulasi selama laktasi dipercaya terjadi karena saat
menyusui, putting susu mengirim impuls saraf kehipotalamus untuk
membentuk neurotransmiter yang menghambat pelepasan gonadotropin

realising hormone (GnRH), sehingga produksi luteinizing hormon (LH)


dan folikel stimulating Hormone (FSH) menurun dan proses ovulasi
terhambat.12
5. Cara menyusui yang benar
A Posisi ibu dan bayi yang benar
A.1 Berbaring miring
Berbaring miring merupakan posisi yang amat baik untuk
pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasakan lelah atau
nyeri. Posisi ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang
melahirkan melalui operasi sesar. Yang harus diwaspadai pada teknik
ini adalah pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh
payudara ibu. Oleh sebab itu, ibu selalu didampingi oleh orang lain
ketika menyusui.13
A.2 Duduk
Untuk posisi menyusui dalam keadaan duduk, ibu dapat memilih
beberapa posisi tangan dan pada bayi yang paling nyaman. Posisi
menyusui yang baik perlu agar produksi ASI dapat keluar secara
6.

optimal.13,14
Langkah-langkah dalam menyusui yang benar:13
1. Keluarkan ASI sedikit untuk membersihkan putting susu sebelum
menyusui
2. Badan bayi harus dihadapkan kearah badan ibu
3. Hidung bayi dan putting susu ibu berhadapan
4. Bayi sebaiknya ditopang pada bahunya, sehingga kepala bayi agak
tengadah dapat dipertahankan. Kepala bayi dapat ditopang dengan
jari-jari tangan yang terlentang atau pada lekukan siku ibunya.
Mungkin akan membantu dengan membungkus bayi sehingga
tangannya berada disisi badan.
5. Pegang payudara dengan C Hold dibelakang areola. C Hold
merupakan posisi dimana ibu jari berada diatas areola dan empat
jari yang sama berada di bawah areola.
6. Kemudian sentuhkan putting susu ibu dengan lembut ke pipi atau
bibir bayi untuk merangsang bayi membuka mulut lebar-lebar.
Dagu bayi menempel pada payudara.
7. Tunggu sampai mulut bayi membuka lebar dan lidah bayi
menjulur.

8. Dekatkan bayi ke ibu dan arahkan putting susu keatas menyusuri


langit-langit mulut bayi.
9. Putting susu akan masuk sampai bersentuhan dengan palatum
mole. Sentuhan ini akan merangsang refleks pengisapan.
10. Rahang bawah bayi menutup jaringan payudara, pengisapan akan
terjadi dan putting susu ditangkap dengan baik didalam rongga
mulut, sementara lidah memberikan penekanan yang berulangulang secara teratur sehingga ASI akan keluar dari ductus
lactiferous. Jika bayi dirasakan cukup kenyang maka hentikan
proses menyusui dengan memasukan kelingking kedalam mulut
bayi

menyusuri

langit-langit

mulut

bayi.

Kemudian

menyendawakan bayi dipundak ibu atau dipaha ibu.


11. Kadang bayi akan tertidur sendiri sebelum proses menyusui
diakhiri(menunjukan bayi menyusui dengan puas) Usahakan
menyusui dengan kedua payudara secara bergantian.
7. Penyimpanan ASI
Penyimpanan ASI dapat dilakukan selama:
a. 4-8 jam dalam temperatur ruangan (19-250 C), bila kolostrum masih
bertahan selama 12 jam.
b. 1-8 hari dilemari es (0-40C) 2 minggu sampai 4 bulan di frezer lemari
es.
c. ASI tidak boleh di panaskan atau dimasak, hanya di hangatkan dengan
cara merendam gelas berisi ASI kedalam air hangat.15
8. Tanda bayi cukup ASI
Tanda bayi cukup ASI:
a. Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya jernih
sampai kuning muda.
b. Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan.
c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur
cukup. Bayi setidaknya menyusui 10-12 kali dalam 24 jam.
d. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui.
e. Ibu dapat merasakan gelim karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai
menyusu.
f. Bayi bertambah berat badannya.13
9. Faktor-faktor yang dapat menghambat proses menyusui

Ibu-ibu sering tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih


dini karena berbagai alasan dan kendala. Beberapa alasan dan kendala ibu
untuk tidak menyusui terutama secara eksklusif yaitu:
a. Sindrom ASI kurang
b. Ibu kurang memahami mteknik menyusui yang benar, misalnya
bagaimana ASI keluar, bagaimana posisi menyusui dan perlekatan
yang baik sehingga bayi dapat mengisap secara efektif dan ASI dapat
keluar secara optimal, termasuk cara memberikan ASI bila ibu harus
berpisah dari bayinya. Untuk mengurangi jumlah ibu yang belum
memahami tat cara laktasi yang benar, pada saat usia kehamilan lebih
dari 32 minggu, makan ibu perlu melakukan konsultasi ke klini laktasi
untuk melakukan persiapan pemberian ASI eksklusif
c. Ibu yang bekerja. Ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi
formula (relaktasi)
d. Ibu hamil lagi padahal masih menyusui
e. Kelainan pada payudara ibu, seperti putting ibu terbenam, putting susu
ibu lecet, payudara bengkak, dan abses payudara. Kelainan pada bayi,
seperti bayi dalam keadaan sakit dan abnormalitas bayi( kelainan
saluran mulut, kelainan saluran nafas atau lahir tidak cukup bula).
f. Bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (misalnya pemberian air
putih, air gula, air madu, dan susu formula dengan dot pada hari-hari
pertama kelahiran) Hal ini tidak diperbolehkan karena selain akan
menyebabkan bayi malas

menyusu, bahan tersebut mungkin

menyebabkan reaksi intoleransi atau alergi.14

BAB III
PENUTUP
ASI eksklusif merupakan hal yang sangat penting bagi bayi karena
memiliki banyak manfaat bagi pertumbuhan bayi sehat. Karena itu
diperlukan upaya sosialisasi dan promosi ASI eksklusif termasuk tentang
manajemen laktasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Word Health Organization. Guiding Principles on feeding
Nonbreastfed Children 6 to 24 Months of age. Geneva: World Health
Organization. 2005
2. Ministry of Health (MOH) Indonesia. Balanced Nutrition for Under
Five Healthy Living Children. Jakarta, Indonesia: MOH. 2002
3. Titi, s. Sekartini, R. Soedjatmiko, Gunardi, dkk. Knowledge and
behavior of Mothers About the Way of Suckling Their Babies,
Paediatrica Indonesiana, 2002; 42 (9-10), September- Oktober, pp.
201-204.
4. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2013. (diunduh 26
November 2014) dari
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KESEHATAN_INDON
ESIA_2013.pdf
5. Saputra, S. Bayi Surakarta Minim Minum ASI, Jurnal Nasional, 8
Oktober 2011, pp.9
6. Fikawati, S. and Syafiq, A. Praktik Pemberian ASI eksklusif,
penyebab-penyebab keberhasilan dan kegagalannya, Jurnal Kesmas
Nasional, 2009; 4(3), pp. 120-131
7. Dinkes Provinsi Sumatera Utara. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara tahun 2012. Dari http://id.scribd.com/doc/230256418/02-ProfilKes-Prov-SumateraUtara-2012
8. World Health Organization. Exclusive Breastfeeding, Geneva: World
Health Organization.2012. Available from:
http://www.who.int/nutrition/topics/exclusive_breastfeeding/en/index.
htm.
9. Wardlaw, G.M. Hampl, J.S. and Disilvestro, R.A. Perpectives in
Nutrition. 6th ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. 2004.
10. Nelson, W.E. Behrman, R.E. Kliehman, R. and Arvin, A.M. Nelson
Textbook of pediatrics. 15th ed. Philadelphia, Pennsylvania: W.B.
Saunders Company. 2003.

11. Brown, J.E. Nutrition and pregnancy: a Complete Guide from


Preconception to Postdelivery. Illinons: NCT/Contemporary
Publishing Group, Inc. 2004
12. Tortota, G.J. and Derrickson, B.H. Principles of Anatomy and
Physiology. Asia: John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd. 2009.
13. Sulistyawati, A. Buku Ajar Kebidanan Masa Nifas, Yogyakarta: Andi.
2009.
14. Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Jakarta. Bedah ASI Kajian
dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2008.

Anda mungkin juga menyukai