ekstrusi tersebut dari benua asia, perkembangan tektonik dari wilayah asia tenggara
(termasuk Indonesia bagian Barat), sangat dipengaruhi oleh gerak-gerak fragmen benua
asia (Cina Timur dan Indo China) yang melejit ke timur dan tenggara sebagai akibat
daripada tumbukan antara kerak benua India dan Asia. Dengan gerak-gerak fragmen benua
Asia ke tenggara dan timur, maka mekanisme ini akan diiimbangi oleh gerak rotasi dari
IndoChina dan Paparan Sunda searah dengan putaran jarum jam melalui strike slip fault
sinistral. Pengamatan di lapangan justru menunjukkan gerak dextral. Hal ini hanya dapat
diterangkan apabila Indochina dan Paparan Sunda telah mengalami rotasi kearah yang
berlawanan dengan gerak jarum jam. Terhambatnya gerak rotasi kea rah jarum jam itu ada
hubungannya dengan menyentuhnya Benua Australia dengan Indonesia dalam interaksi
lempeng Samudera Hindia-Australia dengan lempeng Asia.
Trench di Indonesia bagian Barat dinamakan juga sebagai Zona subduction
Tectonic setting daerah Indonesia bagian barat didominasi oleh pergerakan lempeng IndoAustralia yang menunjam dibawah lempeng Sunda. Lempeng Indo-Australia menunjam dari
palung Sunda yang berada di Samudera Indonesia. Di sebelah selatan pulau Jawa lempeng
Indo-Australia menunjam pada posisi tegak lurus sedangkan disebelah barat Sumatera,
lempeng Indo Australia menunjam lempeng Sunda pada posisi oblique. Maka dari itu, trench
(palung) di Inonesia bagian barat dapat dikatakan juga sebagai oblique subduction karena
trench tersebut merupakan hasil dari subduksi yang berbentuk/berarah
Tatanan tektonik Indonesia di bagian barat menunjukkan pola tektonik yang relative lebih
sederhana dibandingkan Indonesia bagian timur. Kesederhanaan tatanan tektonik tersebut
dipengaruhi oleh keberadaan Paparan Sunda yang relative stabil. Pergerakan dinamis
mencolok hanya terjadi pada perputaran Kalimantan serta peregangan selat makassar. Hal ini
terlihat pada pola sebaran jalur subduksi Indonesia Barat. Sementara keberadaan benua mikro
yang dinamis karena dipisahkan oleh banyak system sasar sangat mempengaruhi bentuk
kerumitan tektonik Indonesia bagian timur. Berdasarkan konsep ini pula, Indonesia terbentuk
tujuh jalur orogenesa, yaitu: jalur orogenesa Sunda, Barisan, Taulud, Sulawesi, Banda,
Malanisia, dan Dayak. Kondisi struktur geologi wilayah Indonesia timur sangat rumit juga
karena disebabkan Indonesia timur merupakan tempat terbentuknya system busur kepulauan
yang unuk dengan asosiasi palung samudera, zona akresi, busur gunung api, dan cekungan
busur belakang. Selain itu yang membuat rumit juga adalah busur-busur kepulauan nya yang
dibatasi oleh lautan dengan kedalaman mencapai ribuan meter dengan palung-palung dalam
yang terdapat diantara busur lengkung yang tajam dan beda relief yang sangat tajam.
Secara tektonis, wilayah Indonesia Timur merupakan lokasi pertemuan tiga lempeng tektonik,
yaitu Lempeng Pasifik yang bergerak dari arah timur ke barat, Lempeng Australia yang
bergerak dari arah tenggara ke barat laut dan Lempeng Eurasia yang bergerak dari arah barat
laut ke tenggara. Pertumbukan ketiga lempeng ini menghasilkan pola tektonik rumit yang
menyebar dari Pulau Sulawesi, Maluku sampai Irian Jaya.