Anda di halaman 1dari 6

Fisiologis

Sistem saraf merupakan communication network (jaringan komunikasi). Otak


berkomunikasi dengan organ-organ tubuh yang lain melalui sel-sel saraf (neuron). Hubungan
antar neuron melalui impuls listrik dengan bahan perantara kimiawi dikenal sebagai
neurotransmiter. Ada dua kelompok eksikatory untuk menghantarkan impuls dan inhibitory
menghalangi impuls. Yang termasuk eksikatory adalah asetilkolin, aspartat dan glutamat
sedangkan inhibitory adalah noradrenalin, dopamin, serotonin, gamma amino butyric. Pada
pasien normal jumlah kedua transmiter tersebut seimbang sehingga jalannya impus ke neuronneuron berlangsung normal.
Patofisiologi
Epilepsi merupakan gangguan otak kronis, yang dapat terlihat melalui hilangnya
kesadaran dalam mengontrol eksitasi pada neuron-neuron paroximal. Gangguan ini terjadi baik
pada otak besar ataupum otak kecil, dan buktinya dapat dilihat melalui hasil pengamatan
electroencephalogram (EEG). Epilepsi terjadi apabila proses eksitasi di dalam otak lebih
dominan daripada proses inhibisi.
Otak terdiri dari satu miliar sel neuron yang maan satu dengan yang lainnya saling
berhubungan. Hubungan antar neuron tersebut terjalin melalui impuls listrik dengan bahan
perantara kimiawi yang dikenal sebagai neurotransmiter. Neurotransmiter secara umum dapat
digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu eksitatori dan inhibitori neurotransmiter. Eksitatory
neurotransmiter bertugas menghantarkan impuls, sementara inhibitory menghalangi impuls
berjalan ke otak.
Pasien epilepsi mengalami keseimbangan yang terganggu antara GABA yang bersifat
inhibitory dan glutamat yang bersifat exitatory. Jumlah glutamat pada pasien epilepsi lebih
banyak daripada GABA. Glutamat meningkat menyebabkan kanal ion Na + dan Ca+ terbuka dan
terjadi influk ion (+) kedalam intraseluler yang menyebabkan muatan menjadi lebih positif.
Glutamat berinteraksi dikanal dengan reseptor NMDA yang ada dikanal kemudian kanal Na + dan
Ca+ terbuka dan terjadi influk ion positif sedangkan kanal ion Cl - tertutup sehingga tidak dapat
masuk ke intrasel. Terjadi depolarisasi secara berlebihan, setiap ion Cl - keluar akibat kanal ion
Na+ terbuka menyebabkan Cl- keluar ke ekstraselular sehingga terjadi loncatan impuls-impuls

listrik. Karena terjadi influk ion positif yang berlebihan maka semakin banyak proses pergantian
ion tersebut sehingga semakin banyak letupan-letupan listrik secara berlebihan kemudian timbul
gerak motorik yang berlebihan ke otot dan pasien menjadi kejang-kejang.
Reseptor GABA ada bermacam-macam jenisnya, namun yang spesifik untuk epilepsi
adalah R-GABA A dan C. Apabila GABA berikatan dengan reseptor GABA A yang ada dikanal
menyebabkan kanal K+ dan Cl- terbuka Cl-masuk danK+ keluar sehingga muatan didalam menjadi
negatif yang menyebabkan hiperpolarisasi yang dapat berikatan yaitu kanal dan .

Terapi

Felbamat
Mekanisme kerja multiple bergantung pada penggunaannya, obat ini memblok reseptor NMDA
yang merupakan reseptor glutamat sehingga menyebabkan kanal Na+ dan Ca2+ tidak terbuka
sehingga ion Na+ dan Ca2+ tidak dapat masuk dalam intrasel sehingga tidak terjadi depolarisasi
impuls terhenti. Kemudian felbamat juga memperkuat respon reseptor GABA A sehingga efek
GABA menjadi semakin lama, kanal Cl- dan K+ terbuka semakin lama sehingga Cl- masuk ke
dalam sel dan K+ keluar sel menyebabkan muatan dalam sel menjadi negatif akibatnya terjadi
hiperpolarisasi.
Dosis pada dewasa 2000-4000 mg/hari pada orang dewasa
Gabapentin

Mekanisme kerja meningkatkan kerja glutamate dekarboksilase yang bekerja dengan mengubah
asam glutamate menjadi GABA, sehingga GABA banyak dirilis dan berikatan dengan reseptor
sehingga menyebabkan kanal Cl- dan K+ terbuka semakin lama sehingga Cl- masuk ke dalam sel
dan K+ keluar sel menyebabkan muatan dalam sel menjadi negatif akibatnya terjadi
hiperpolarisasi impuls tidak diteruskan.
Dosis 2400 mg/hari
Pregabalin
Mekanisme kerja dengan mengeblok kana Ca2+ sehingga menyebabkan ion Ca2+ tidak dapat
masuk kedalam sel sehingga tidak terjadi peningkatan muatan positif di dalam sel, menghambat
depolarisasi.
Dosis 150mg/hari hingga 600mg/hari
Levetirazetam
Mekanisme kerja menghambat kanal Ca2+ tipe N (11) dan mengikat protein SV2A di vesikel
sinaptik yang menyebabkan penurunan eksitatori (atau meningkatkan inhibitori).
Dosis dimulai dari 500mg 2x/hari 3000mg/hari
Tiagabin
Mekanisme kerja inhibisi reuptake GABA sehingga efek GABA di reseptor menjadi lebih
panjang, menyebabkan Cl- masuk ke dalam sel sehingga komponen sel bermuatan negatif lalu
terjadi hiperpolarisasi, implus terhenti.
Dosis : 16mg/hari-56mg/hari
Topiramat
Mekanisme kerja melalui blok kanal Na+ sehingga ion Na+ tidak dapat masuk ke dalam sel dan
memperkuat efek inhibisi yang dimiliki GABA.
Dosis 200mg/hari-600mg/hari

Zonisamid
Mekanisme kerja melalui blok di kanal Na+ dan kanal Ca 2+, sehingga menyebabkan ion tersebut
tidak masuk kedalam sel sehingga tidak terjadi peningkatan muatan positif didalam sel. Tidak
terjadi depolarisasi, impuls dihambat.
Dosis : 100mg-600mg/hari untuk dewasa dan 4mg-12mg/hari.
Asam valproat dan natrium valproat
Mekanisme kerja valproat antara lain:
1. Blokade eksitasi yang diperantarai reseptor NMDA, sehingga glutamat tidak dapat
berikatan dengan reseptor NMDA, menyebabkan kanal ion Na+ dan Ca+ tidak terbuka,
tidak terjadi depolarisasi, tidak terjadi loncatan impuls-impuls listrik dan tidak terjadi
kejang.
2. Efek peningkatan kadar GABA otak setelah pemberian valproat, meskipun
mekanismenya belum jelas.
3. Efek memfasilitasi dekarboksilasi asam glutamat (glutamic acid decarboxylase, GAD
adalah enzim yang bertanggung jawab terhadap sintesis GABA) sehingga terjadi
peningkatan GABA. Pada konsentrasi sangat tinggi, valproat menghambat GABA
transminase dalam otak sehingga menyekat degradasi GABA. Namun pada valproat
dosis rendah yang diperlukan untuk mnghilangkan kejang pentilentetrazol, kadar
GABA otak mungkin tak berubah.
Etoksuksimit
Etoksuksimit mempunyai efek penting pada arus Ca+ (menghambat kanal Ca+) dan
menurunkan nilai arus ambang rendah (tipe T). Efek ini terlihat pada konsentrasi terapeutik di
sraf talamus. Arus kalsium tipe T diperkirakan merupakan arus pemacu di saraf talamus yang
bertanggung jawab menimbulkan lepasan muatan di korteks yang ritmik pada serangan absence.
Oleh karena itu, inhibisi arus tersebut merupakan kerja terapeutik spesifik etosuksimid.

Oksazolidinedion
Penggunaan oksazolidinedion (trimetadion, parametadion, dan dimetadion) sekarang
sangat terbatas. Senyawa ini aktif terhadap kejang akibat pentilentetrazol. Trimetadion
meningkatkan nilai ambang untuk lepas muatan kejang pascastimulasi talamus berulang.
Trimetadion atau lebih tepat metabolit aktifnya yakni dimetadion mempunyai efek yang sama
pada aliran Ca+ talamus seperti etosuksimid (mengurangi aliran kalsium tipe T). Jadi penekanan
kejang absence kemungkinan bergantung pada penghambatan kerja pacemaker saraf talamus.
Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan agonis GABAA, analog GABA dan berinteraksi dengan
reseptor GABAA sehingga aktivasi kanal K+ dan Cl-, dan K+keluar Cl-masuk sehingga muatan di
dalam menjadi negatif yang menyebabkan hiperpolarisasi. Dosis benzodiazepin untuk anak usia
2-5 tahun 0,5 mg/kg, anak usia 6-11 tahun 0,3 mg/kg, anak usia 12 tahun atau lebih 0,2 mg/kg,
dan dewasa 4-40 mg/hari. Efek samping yang mungkin terjadi pada penggunaan benzodiazepin
adalah cemas, kehilangan kesadaran, pusing, depresi, mengantuk, kemerahan dikulit, konstipasi,
dan mual.
Acetazolamid
Mekanisme kerja dari acetazolamid mencegah kejang, sebagai alternatif, depolarisasi
yang dihasilkan oleh ion bikarbonat yang keluar dari neuron melalui kanal ion reseptor GABA
mungkin berkurang akibat inhibisi karbonik anhidrase. Acetazolamid telah digunakan untuk
semua jenis kejang tetapi sangat dibatasi oleh toleransi yang berkembang dengan cepat, disertai
dengan kembalinya kejang yang biasanya terjadi dalam beberapa minggu kemudian.

Anda mungkin juga menyukai