N
N
SEDIAAN FARMASI
oleh
BAHAN ADJUVANT
1. Bahan pensuspensi / suspending agent
Fungsi : Memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan
mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak.
Cara Kerja : meningkatkan kekentalan. Kekentalan yang berlebihan akan
mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan. Suspensi yang baik
mempunyai kekentalan yang sedang dan partikel yang terlindung dari
gumpalan/aglomerasi. Hal ini dapat dicapai dengan mencegah muatan
partikel, biasanya muatan partikel ada pada media air atau sediaan
hidrofil.
Faktor pemilihan suspending agent
1.
2.
3.
4.
Keasaman dan kebasaan : larutan jenuh dalam air bereaksi terhadap lakmus,
jika diencerkan dengan air lalu dibiarkan tidak terjadi pemisahan endapan. pH 4,55 (larutan 5% b/v).
Bobot Jenis : 1,35-1,49
Sterilisasi : autoklaf
OTT : alkohol, adrenalin, amidopyrine, apomorpin, bismut subnitrat, boraks,
krosol, eugenol, morfin, fenol, garam ferri, tanin, thymol, vanilin, merkuroklorida,
fisostigmin, Na silikat, logam berat da alkaloid.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, tempat kering. Larutan dapat terurai
oleh bakteri atau enzim, akasia serbuk halus diawetkan dalam wadah tertutup.
Keamanan : akasia aman untuk penggunaan umum sebagai zat aditif makanan
(FDA). Meskipun aman digunakan, tetapi ada batasan jumlah yang menyebabkan
reaksi alergi pada manusia. Tidak digunakan untuk penggunaan parenteral karena
menyebabkan bahaya arabinosis.
Penggunaan : Akasia bentuk kental dalam air digunakan dengan tragakan sebagai
suspending agent dalam tinktur resin. Serbuk akasia digunakan sebagai
emulsifying agent untuk emulsi oral (1 bagian akasia dicampur dengan 4 bagian
minyak atau parafin liq dan dengan 2 bagian air membentuk suatu emulsi primer.
OTT : Akasia inkompatibel dengan aminopirin, kresol, etanol (95%), asam2 feri,
morfin, fenol, fisostigmin, tanin, timol, dan vanilin. Banyak jenis garam dapat
menurunkan viskositas larutan akasia, sementara garam trivalen dapat
menyebabkan koagulasi. Dalam sediaan emulsi, larutan akasia OTT dengan
sabun.
Tragakan
Tragakan adalah eksudat gom kering yang diperoleh dengan
penorehan batang Asragalus gummifer Labill dan spesies Astragalus
lain. Tragakan memiliki kemampuan membentuk gel, maka tragakan
lebih baik daripada akasia sebagai pengental. Digunakan dalam
bentuk serbuk atau mucilago atau campuran serbuk Tragakan BP
untuk mensuspensikan serbuk yang sukar berdifusi. Jumlah yang
cocok untuk 100 ml suspensi adalah 0,2 g serbuk tragakan, 2-4 serbuk
campuran atau kira-kira 25 ml musilago. Bila digunakan dengan
dikombinasi dengan akasia, maka pembawanya hanya boleh air atau
air kloroform.
Tragakan menghasilkan mucilago yang kurang lengket dibandingkan
dengan akasia, karena itu lebih cocok untuk penggunaan obat luar,
seperti : jelly, lotion, pasta, krim. Tragakan yang tidak larut
terhidratasi agak lambat oleh karena itu lebih baik jika didiamkan
dahulu selama beberapa hari sebelum digunakan untuk meningkatkan
viskositasnya. Untuk mempercepat hidratasi, maka bentuk granul
tragakan harus dititrasi dalam mortir.
Kelarutan : agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang menjadi massa yang
homogen, lengket dan seperti gelatin. Jika dikocok dengan berlebih, massa ini
akan membentuk campuran yang seragam , tetapi jika didiamkan satu atau dua
hari akan terjadi pemisahan yang akan memberikan bagian yang terlarut pada
lapisan supernatan. Tragakan praktis tidak larut dalam alkohol.
Sifat fisika : 1 g serbuk ditambahkan dalam 50 ml air akan mengembang menjadi
bentuk yang halus, hampir seragam, berbentuk mucilago yang bening, 0,5%
larutan menunjukkan range viskositas 120-600 cps tergantung kepada tipe
tragakan.
Stabilitas dan penyimpanan : bentuk serbuk dan bentuk tetesan tragakan, stabil
jika disimpan dalam wadah kedap udara. Gel tragakan dapat disterilkan dengan
otoklaf. Dapat dikontaminasikan dengan spesies enterobacter. Oleh karena itu
larutannya harus diberi pengawet yang sesuai.
OTT : dapat menurunkan kemampuan antimikroba pengawet benzalkonium
klorida, klorbutanol, dan metilparaben, beberapa fenol, dan fenilmerkuri asetat.
Pada pH<5 , tragakan kompatibel dengan pengawet asam benzoat, klorbutanol,
metilparaben. Penambahan mineral kuat dan asam organik dapat menurunkan
viskositas dispersi tragakan. Viskositasnya diturunkan pula dengan adanya alkali
atau NaCl jika dispersi dipanaskan. Tragakan kompatibel dengan garam
konsentrasi tinggi dan banyak suspending agent lain saperti akasia, CMC, starch,
dan sukrosa. Dengan adanya 10% FeCl3 akan menyebabkan pengendapan,
perubahan warna menjadi kuning.
Sterilisasi : otoklaf
pH : musilago tragakan memiliki pH 5-6 untuk 1% b/v dispersi.
Penggunaan : tragakan membentuk larutan yang kental atau gel dengan adanya
air. Kekentalan tergantung pada konsentrasi yang digunakan. Dalam bentuk
terdispersi, bubuk tragakan mula-mula akan terdispersi dalam distributing agent
seperti alkohol, minyak dan gliserol. Digunakan sebagai suspending agent dalam
lotion, mikstura, dan sediaan tidak larut lainnya.
Na-alginat
Na-alginat cocok untuk penggunaan internal (garam alginat
dengan pelarut organik tidak digunakan). Kegunaan utama dalam
Starch (Amylum)
Starch kadang-kadang digunakan dengan suspending agent yang
lain karena viskositas msilagonya yang tinggi. Starch merupakan
komponen dari campuran serbuk tragakan BP. Dapat digunakan
Kelarutan : semua karagenan terbasahi oleh air, tapi hanya lamda karagenan dan
natrium karagenan yang larut sempurna.
Sifat-sifat bahan : ekstrak dari chondrus yang dinamakan carrageen merupakan
senyawa anionik. Dispersi cairannya mempunyai pH 7-9, tetapi pH stabilitasnya
antara 4,5-10. Panas dapat merusak carrageen, walaupun pemanasan singkat pada
pH diatas 6 dapat diabaikan. Efek kerusakan bertambah dengan turunannya pH di
bawah 6. Ekstrak chondrus hamir larut sempurna dalam 100 bagian air pada 85 oC
membentuk suatu larutan koloidal viskous yang mudak mengalir pada suhu
tersebut. Carrageen tidak larut dalam alkohol, tapi dapat bercampur dengan
alkohol sampai kosentrasi 20%. Makin banyak alkohol yang ditambahkan,
viskositas cairan terdispersi makin meningkat. Pada kosentrasi alkohol di atas
20% akan terbentuk suatu gel dengan cepat, dan di atas 40% dapat mengendapkan
carrageen. Carrageen mudah terhidrasi dalam air panas dimana akan membentuk
sistem transculent straw colorade. Pengadukan secara mekanik dapat
menyebabkan hidrasi dipermudah tampa adanya panas.
Pemberian : serbuk berwarna, larut pada air panas/dingin. Pada konsentrasi 0,5%
menghasilkan produk kental dan menunjukkan sedikit perubahan pada interval
suhu dan pH yang cukup besar. Pada kosentrasi 1% baru ditambah pengawet yang
sesuai.
Fungsi : Stabilizing agent; suspending agent; viscosity-increasing agent.
Penggunaan Farmasetik: pencampuran suspending agent anorganik tertentu
seperti;magnesium aluminum silicate, or organic gums akan memberikan efek
rheologi yang sinergis. Pada umumnya perbandingan pencampuran antara
xanthan gum dengan magnesium aluminum silicate 1:2 sampai 1:9 memberikan
hasil yang maksimal Efek sinergis yang optimum juga diperoleh melalui
perrbandingan Xantan : Guar gum 3:7 dan 1: 9.
Sifat fisika : merupakan dispersi koloidal yang viokous (larutan) yang terhidrasi
dalam air dingin. Kecepatan hidrasi optimum pada pH 7,5-9. Viskositas larutan
1% ialah 2000-2500 cps dan merupakan aliran tiksotropik. Serbuk halus lebih
sukar didispersikan. Untuk mengembangkan viskositas yang maksimum
diperlukan waktu 2-4 jam dalam air pada suhu kamar.
pH stabilitas : 1-10,5. pada pH 3,5-4,5 viskositasnya kurang. Viskositas max
pada pH 7,5-9
Stabilitas dan penyimpanan : pemanasan yang lama akan menurunkan
viskositas. Simpan dalam wadah tertutup baik.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam pelarut organik. Dalam air dingin dan panas,
guar gum terdispersi. Dan mengembang membentuk sol tiksotropik, dan kental.
Kecepatan hidrasi optimum terjadi pada pH 7,5-9. Serbuk yang sangat halus
mengembang lebih cepat dan lebih sulit untuk didispersikan. Didiamkan dalam
suhu kamar selam 2-4 jam akan menghasilkan viskositas yang maksimum.
Pengawetan : stabilitas terhadap bakteri dapat ditingkatkan dengan penambahan
campuran 0,15% metil paraben dan 0,02% propil paraben atau dengan 0,1% asam
benzoat atau Na pentaklofenat.
OTT : guar gum tidak tersatukan dengan aseton, alkohol, tanin, asam,/basa kuat.
Ion borat akan mencegah hidrasi dari dispersi guar dalam air. Penambahan ion
borat untuk menghidrasi larutan menghasilkan struktur gel yang kohesif yang
dapat mencegah hidrasi yang lebih lanjut. Gel tersebut dapat dicairkan dengan
menurunkan pH dibawah 7
Keamanan : aman digunakan.
Efek Samping : seperti halnya dengan CMC. Dalam jumlah besar secara
temporer dapat menyebabkan peningkatan flatulensi, distensi, obstruksi usus, dan
obstriksi osofagus.
Kontra indikasi : tidak boleh digunakan intuk pasien yang mengalami obstruksi
sal usus. Harus digunakan dalam keadaan mengandung air untuk menghindari
kekerasan feces atau obstruksi eosefagus.
Penggunaan : guar gum dipakai sebagai pengental dan sebagai stabilistaor dalam
emulsi. Emulsi yang dibuat dengan akasia dapat distabilkan dengan baik dengan
menambahkan gom guar 1%. Gom guar merupakan suspending agent yang
kurang baik untuk serbuk yang tidak larut. Guar Gum dapat di campurkan
penggunaannya dengan tanaman hydrokoloid lain seperti tragakan
II. Turunan Selulosa
Metilselulosa
Merupakan polimer selulosa rantai panjang yang rata-rata
memiliki dua gugus hidroksik pada setiap unit heksosa yang
termetilasi. Variasi bahan dipasaran berbeda dalam tingkat
substitusinya dan panjang rantai selulosenya. Bahan yang
rantainya panjang paling kental. Ada 4 tipe metil selulosa yang
umum yaitu : MC 20 BPC, 425 BPC, 2500 BPC, dan 4500
BPC.
Nomor-nomor
tersebut
menandakan
perkiraan
kekentalannya dalam senti stokes dari 2 % musilago. Kelas yang
viskositasnya tinggi (2500, 4500) digunakan sebagai pengental
dan pendispersi. Dipasaran dikenal dengan nama metosel.
CMC Na
Avicel
Ada dua bentuk avicel yang digunakan dalam bidang farmasi,
yaitu yang dapat membentuk dispersi koloid dalam air dan yang
tidak terdispersi dalam air. Bentuk yang pertama digunakan
sebagai suspending agent, sedang bentuk yang kedua digunakan
sebagai pengikat, pengisi, penghancur dan pelincir pada sediaan
padat (tablet).
Kelarutan : Tidak larut dalam air, pelarut asam dan pelarut organik lainnya,
agak sukar larut dalam NaOH (1 : 20)
pH stabilitas : 5,5 7
Stabilitas dan penyimpanan
tertutup rapat.
Kadar pemakaian : sebagai suspending agent lebih besar atau sama dengan 2 %
Keamanan : aman
OTT : HCl, HgCl, AgNO3, fenol, asam tanat.
Penggunaan dalam farmasi : pengikat tablet, pengisi (granulasi basah 5 20
%), penghancur tablet 5 15 %, glidan tablet 5 15 %, antiadheren 5 20 %.
Pengisi kapsul 10 30 %, tidak digunakan sebagai adsorben.
Sifat aliran dari dispersi avicel dapat diperbaiki dengan menambahkan
hidrokoloid seperti : CMC, metil selulosa, hidroksi propil selulosa yang dapat
menstabilisasi dispersi untuk melawan efek flokulasi karena penambahan
elektrolit.
ini dan surfaktan yang ditambahkan harus non ionik juga. Semua turunan selulosa
dapat dirusak oleh mikroorganisme.
Penggunaan : menyerupai CMC Na karena merupakan eter selulosa,
perbedaannya ialah nonionik dan larutan ini tidak dipengaruhi pada beberapa
kasus. Digunakan dalam bidang farmasi sebagai pengental, koloid pelindung,
pengikat, penstabil, dan suspending agent dalam emulsi, jelly dan ointmen,
lotion, ophtalmic, solution, suppositoria, tablet, shampoo, hair sprays, penetralisir,
krim, lotion.
III. Golongan Clay
Bentonite
Sumber : dari alam.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam larutan air (aqueous
solution), tetapi mengembang menjadi massa yang homogen dan menempati
kurang lebih 12 kali volume serbuk keringnya. Praktis tidak larut dan tidak
mengembang dalam pelarut organik.
pH : larutan 2 % b/v (suspensi dalam air) 9,5 10,5
OTT : dengan elektrolit kuat, partikel atau larutan yang bermuatan positif
(kationik), sulphurated potash dan acriflavine HCl. Bentonit yang terdispersi
akan terendapkan oleh adanya asam (karena dispersinya bersifat basa) dan oleh
adanya alkohol. Pada sediaan antibakteri yang mengandung bentonit
menunjukkan bahwa antibakteri yang kationik akan diinhibisi (di inaktivasi) oleh
bentonit dalam suspensi air, tetapi tipe antibakteri anionik dan nonionik tidak
dipengaruhi. (HPE, 4th ed. 2003,43). Inaktivasi ini terjadi karena pertukaran
kation.
Stabilitas : Bentonit stabil terhadap suhu tinggi (lebih kecil dari 400o C). Dapat
disterilisasi panas. Untuk serbuk disterilisasi pada suhu 170o C selama 1 jam
setelah dikeringkan 100o C. Suspensinya dalam air disterilisasi pada autoklaf.
Sifat aliran : tiksotropik (Art of Compounding) untuk suspensi 4 % b/v yang
membentuk gel dan akan lebih cair bila dikocok (terjadi tanpa pemanasan). Untuk
mencapai viskositas 800 cps (20o C) yaitu viskositas yang baik untuk suspensi
diperlukan konsentrasi 6,3 % b/v.
pH stabilitas : 3 10 (Art of Compounding)
Penggunaan : Bentonit akan menyerap air membentuk sol atau gel tergantung
konsentrasinya. Bentuk sol cocok untuk suspending agent. Bentuk gel dipakai
untuk basis salep atau krim. Penggunaan ini mempunyai pH = 9. Bentuk gel
akan sangat berkurang dengan adanya asam dan meningkat dengan penambahan
basa seperti Mg-oksida. Dalam bentuk sol atau gelnya dalam air, bentonit
bermuatan negatif dan akan mengalami flokulasi bila ditambahkan elektrolit atau
suspensi bermuatan positif. Sifat ini menyebabkan kadang-kadang bentonit
digunakan dalam penjernihan cairan-cairan yang keruh. Sebagai serbuk
suspending dalam sediaan cair dan untuk membuat basis krim yang mengandung
emulgator yang sesuai sebagai emulgator o/w (seperti emulsifying wax, self
emulsifying gliseril monostearat). Konsentrasi bentonit 2 % sudah cukup.
Sebagai basis yang lain 10 20 % bentonit dan 10 % gliserin.
Pengembangan : Van Duin, jika bentonit dicampur dengan air akan terbentuk
suatu massa seperti salep. Salep-salep yang hanya terdiri dari bentonit dan air
tidak tahan lama. Salep ini selalu memisahkan air, maka sering ditambahkan zatzat lemak (seperti vaselin). Baru bentonit magma : bentonit dalam air 5 % b/v
baik digunakan untuk dispensing dan biasanya dibuat persediaan. Jumlah yang
biasa digunakan adalah 40% bentonit magma (Art of Compounding).
Bentonit sering digunakan sebagai sediaan eksternal. Untuk tujuan pemakaian
luka, serbuk bentonit harus disterilisasi dulu sebab bentonit kemungkinan
mengandung sesepora bakteri tetanus. Digunakan pula sebagai suspending agent
pada lotion calamine dan mixtura chalk.
Spesifikasi : untuk penggunaan pada produk farmasi adalah bentonite
pharmaceutical grade. Ini masih sulit ditemukan, yaitu yang berwarna tidak
menyolok. Technical grade sudah banyak digunakan untuk industri lain.
Bentonite yang hampir putih ditemukan di Italia dan digunakan sebagai standar
oleh USP.
Penyimpanan : bentonite bersifat higroskopis dan menyerap kelembaban
udara. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Penggunaan dalam farmasi : suspending agent 0,5 5 %, emulsion stabilizer 1
%, adsorbent 1 2 %.
Alumunium-Magnesium Silikat (Veegum)
Asal : dari alam
Dispersi 5% veegum lebih kental daripada 5 % bentonit dan dispersinya bersifat
basa. Dispersi 4% dalam air memiliki pH kira-kira 9.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, tetapi dapat membentuk suatu dispersi
koloid tiksotropik, praktis tidak larut dalam pelarut organik. Bisa tercampurkan
dengan menggunakan alkohol sampai 40%.
pH stabilitas : 3-11
Sifat aliran : Tiksotropik. Dispersi dalam air pada konsentrasi 1-2 % membentuk
suspensi koloidal tipis. Pada konsentrasi 3 % atau lebih tinggi, dispersi tidak
tembus cahaya (opaque). Pada konsentrasi meningkat diatas 3 %, viskositas
dispersi akan meningkat cepat. Pada konsentrasi 4 5 %, dispersi tebal, koloid
putih sol, dan pada konsentrasi 10% terbentuk gel yang keras. Dispersi
merupakan tiksotropik pada konsentrasi diatas 3%. Tetapi, adanya garam dapat
mengubah sifat aliran karena adanya efek flokulasi dari ion positif.Viskositas
dapat dinaikkan dengan cara: pemanasan, penambahan elektrolit, peningkatan
konsentrasi, pengadukan. Disamping itu, untuk mempertinggi viskositas,
mempertahankan sifat aliran, dan mencegah terjadinya flokulasi, veegum biasa
dikombinasikan dengan bahan pengental organik lain seperti CMC-Na atau
xanthan gum.
2. Bahan Pembasah (Wetting agent) / Humektan
Fungsi : menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut
kontak) dan meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut.
Bahan pembasah yang biasa digunakan adalah : surfaktan yang dapat
memperkecil sudut kontak antara partikel zat padat dan larutan pembawa.
Surfaktan kationik dan anionik efektif digunakan untuk bahan berkhasiat
dengan zeta potensial positif dan negatif. Sedangkan surfakatan nonionik
lebih baik untuk pembasah karena mempunyai range pH yang cukup besar
dan mempunyai toksisitas yang rendah. Konsentrasi surfaktan yang
digunakan rendah karena bila terlalu tinggi dapat terjadi solubilisasi, busa
dan memberikan rasa yang tidak enak.
Cara Kerja : Menghilangkan lapisan udara pada permukaan zat padat,
sehingga zat padat + humektan lebih mudah kontak dengan pembawa.
Contoh : gliserin, propilen glikol, polietilen glikol,dll.
3. Pemanis
Fungsi : untuk memperbaiki rasa dari sediaan
Masalah yang perlu diperhatikan pada perbaikan rasa obat adalah:
Usia dari pasien. Anak-anak lebih suka sirup dengan rasa buah-buahan,
orang dewasa lebih suka sirup dengan rasa asam, orang tua lebih suka
sirup dengan rasa agak pahit seperti kopi, dsb.
Keadaan kesehatan pasien, penerimaan orang sakit tidak sama dengan
orang sehat. Rasa yang dapat diterima untuk jangka pendek mungkin saja
jadi tidak bisa diterima untuk pengobatan jangka panjang.
Rasa obat bisa berubah dengan waktu penyimpanan. Pada saat baru dibuat
mungkin sediaan berasa enak, akan tetapi sesudah penyimpanan dalam
jangka waktu tertentu kemungkinan dapat berubah.
Zat pemanis yang dapat menaikkan kadar gula darah ataupun yang
memiliki nilai kalor tinggi tidak dapat digunakan dalam formulasi sediaan
untuk pengobatan penderita diabetes.
Catatan :
1. Pemanis yang biasa digunakan : sorbitol, sukrosa 20 25 %
2. Sebagai kombinasi dengan pemanis sintetis : siklamat 0,5 %; sakarin 0,05
%
3. Kombinasi sorbitol : sirupus simplex = 30 % b/v : 10 % b/v ad 20 25 %
b/v total
4. pH > 5 dipakai sorbitol, karena sukrosa pada pH ini akan terurai dan
menyebabkan perubahan volume.
5. Sukrosa dapat menyebabkan kristalisasi
4. Pewarna dan Pewangi
Pewarna dan pewangi harus serasi.
Asin
Pahit :Wild cherry, Walnut, Chocolate, Mint combination, Passion fruit, Mint
spice anisi
Manis :Buah-buahan berry, Vanili.
Asam :Citrus, Licorice, Root beer, Raspberry.
5. Preservatives Agent
Pengawet sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut mengandung
bahan alam, atau bila mengandung larutan gula encer (karena merupakan
tempat tumbuh mikroba). Selain itu, pengawet diperlukan juga bila
sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang (multiple dose).
Pengawetan diperlukan dalam sediaan suspensi karena:
Mengandung karbohidrat dan solvent yang polar
Ada sumber kontaminasi; perlakuan pada wadah, perlatan, komponen
bahan pengemas dan operator.
Faktor yang berkaitan dengan efektifitas pengawet:
Kelarutan dalam air
Partisi dalam fase polar dan non polar
Disosiasi pada perubahan pH
Interkasi dengan bahan lain dalam formula
Pedoman pengawet:
Riwayat bahan yang sama atau mirip
Rute penggunaan
Desain kemasan
Frekuensi penggunaan
Proses Fabrikasi
Lama penyimpanan
Pengawet yang sering digunakan antara lain :
1.
2.
3.
4.
6. Antioksidan Agent
Antioksidan jarang digunakan pada sediaan suspensi, kecuali untuk zat
aktif yang mudah terurai karena teroksidasi. Antioksidan bekerja efektif
pada konsentrasi rendah.
Cara kerja : memblokir reaksi oksidatif yang berantai pada tahap awal
dengan memberikan atom hidrogen. Hal ini akan merusak radikal bebas
dan mencegah terbentuknya peroksida.
Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih antioksidan :
1. Efektif dalam konsentrasi rendah
2. Tidak toksik, tidak merangsang dan tidak membentuk hasil antara
(sediaan) yang berbahaya
3. Segera larut atau terdispersi pada medium
4. Tidak menimbulkan warna, bau, dan rasa yang tidak dikehendaki.
5. Dapat bercampur (compatible) dengan konstituen lain pada sediaan.
Beberapa antioksidan yang lazim digunakan :
1. Golongan kuinol (ex: hidrokuinon, tokoferol, hidroksikroman, hidroksi
kumeran, BHA, BHT).
2. Golongan katekhol (ex : katekhol, pirogalol, NDGA, asam galat)
3. Senyawa mengandung nitrogen (ex: ester alkanolamin turunan amino
dan hidroksi dari p-fenilamin diamin, difenilamin, kasein, edestin)
4. Senyawa mengandung belerang (ex: sisteina hidroklorida)
5. Fenol monohidrat (ex: timol)
Thiourea
Cystein HCL
Asam askorbat
Propyl Gallate
Tocopherol
Hydroqunone
7. Pendapar ( Buffer)
Fungsi : Mengatur pH, memperbesar potensial pengawet, meningkatkan
kelarutan
Dapar yang dibuat harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk
mempertahankan pH. Pemilihan pendapar yaitu dengan pendapar yang
pKa-nya berdekatan dengan pH yang diinginkan Pemilihan pendapar
harus mempertimbangkan inkompatibilitas dan toksisitas. Dapar yang
biasa digunakan antara lain dapar sitrat, dapar posfat, dapar asetat.
Kriteria pemilihan dapar:
Kapasitas dapar sesuai dengan range pH yang di inginkan
Harus kompatibel dengan flocculating agent yang digunakan
Harus aman secara biologis
Tidak/ sedikit efek mengganggu stabilitas atau efektifias sediaan
Tidak mengganggu, flavor, fragrance atau warna sediaan.
Bahan pendapar yang umun digunakan pada sediaan farmasi
Rentang pH Efektif
NH4Cl
8,5 10,5
Diethanolamine
8 10
Triathanolamine
6 8,5
Boric
8,5 -10,5
Carbonic
Phosporic
>11
Glutamic
Succinic
3-7
Malic
2,5 6
Tartaric
25
Glutaric
3,5 6,5
Aconitic
1,8 6,3
Citric
2 6,5
Acetic
3,8 6
Benzoic
3,2 5,2
Lactic
3 -5
Gyceric
2,5 4,5
Gluconic
2,6 4,6
REFERENSI
Ansel