Anda di halaman 1dari 19

BAHAN ADJUVANT (PENGISI & PENOLONG) DALAM

SEDIAAN FARMASI

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Farmasi

oleh

Een Maulidia Rahman


11021010120

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2014

BAHAN ADJUVANT
1. Bahan pensuspensi / suspending agent
Fungsi : Memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan
mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak.
Cara Kerja : meningkatkan kekentalan. Kekentalan yang berlebihan akan
mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan. Suspensi yang baik
mempunyai kekentalan yang sedang dan partikel yang terlindung dari
gumpalan/aglomerasi. Hal ini dapat dicapai dengan mencegah muatan
partikel, biasanya muatan partikel ada pada media air atau sediaan
hidrofil.
Faktor pemilihan suspending agent
1.
2.
3.
4.

Penggunaan bahan (oral / topikal)


Komposisi kimia
Stabilitas pembawa dan waktu hidup produk (shelf life)
Produk, sumber, inkompatibilitas dari suspending agent.

a. Penggolongan Suspending Agent:


I. Golongan Polisakarida
Gom Akasia = Gom Arab
Gom akasia adalah eksudat gom arab yang diperoleh dari batang dan
dahan pohon Acacia senegal wild, dan beberapa spesies. Akasia
termasuk suspending agent yang berasal dari alam dan mengandung
enzim pengoksidasi, sehingga akasia kurang cocok untuk digunakan
dalam sediaan farmasi yang mengandung zat aktif yang mudah
teroksidasi. Enzim ini dapat diinaktivasi dengan pemanasan pada suhu
100oC. Sebagai suspending agent yang baik, sering dikombinasi
dengan bahan pengental yang lain seperti campuran serbuk Tragakan
BP yang mengandung akasia 20 %, trgakan 15%, starch 20% dan
sukrosa. Karena kekentalannya, akasia jarang dgunakan dalam sediaan
eksternal.
Musilago akasia memiki viskositas yang paling baik pada range pH 59. Dibawah pH 5 dan diatas pH 9, viskositas akan menurun dengan
tajam. Misilago akasia 35% mempunyai viskositas yang kurang lebih
sama dengan gliserin.
Kelarutan : mudah larut dalam air (1 g dalam 2,7 g air) menghasilkan larutan
yang kental dan tembus cahaya, praktis tidak larut dalam etanol 95%P, kloroform,
eter, gliserol, dan propilen glikol (1 g dalam 20ml) dan minyak-minyak. Larut
dalam 1 :20 bagian gliserin.

Keasaman dan kebasaan : larutan jenuh dalam air bereaksi terhadap lakmus,
jika diencerkan dengan air lalu dibiarkan tidak terjadi pemisahan endapan. pH 4,55 (larutan 5% b/v).
Bobot Jenis : 1,35-1,49
Sterilisasi : autoklaf
OTT : alkohol, adrenalin, amidopyrine, apomorpin, bismut subnitrat, boraks,
krosol, eugenol, morfin, fenol, garam ferri, tanin, thymol, vanilin, merkuroklorida,
fisostigmin, Na silikat, logam berat da alkaloid.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, tempat kering. Larutan dapat terurai
oleh bakteri atau enzim, akasia serbuk halus diawetkan dalam wadah tertutup.
Keamanan : akasia aman untuk penggunaan umum sebagai zat aditif makanan
(FDA). Meskipun aman digunakan, tetapi ada batasan jumlah yang menyebabkan
reaksi alergi pada manusia. Tidak digunakan untuk penggunaan parenteral karena
menyebabkan bahaya arabinosis.
Penggunaan : Akasia bentuk kental dalam air digunakan dengan tragakan sebagai
suspending agent dalam tinktur resin. Serbuk akasia digunakan sebagai
emulsifying agent untuk emulsi oral (1 bagian akasia dicampur dengan 4 bagian
minyak atau parafin liq dan dengan 2 bagian air membentuk suatu emulsi primer.
OTT : Akasia inkompatibel dengan aminopirin, kresol, etanol (95%), asam2 feri,
morfin, fenol, fisostigmin, tanin, timol, dan vanilin. Banyak jenis garam dapat
menurunkan viskositas larutan akasia, sementara garam trivalen dapat
menyebabkan koagulasi. Dalam sediaan emulsi, larutan akasia OTT dengan
sabun.

Tragakan
Tragakan adalah eksudat gom kering yang diperoleh dengan
penorehan batang Asragalus gummifer Labill dan spesies Astragalus
lain. Tragakan memiliki kemampuan membentuk gel, maka tragakan
lebih baik daripada akasia sebagai pengental. Digunakan dalam
bentuk serbuk atau mucilago atau campuran serbuk Tragakan BP
untuk mensuspensikan serbuk yang sukar berdifusi. Jumlah yang
cocok untuk 100 ml suspensi adalah 0,2 g serbuk tragakan, 2-4 serbuk
campuran atau kira-kira 25 ml musilago. Bila digunakan dengan
dikombinasi dengan akasia, maka pembawanya hanya boleh air atau
air kloroform.
Tragakan menghasilkan mucilago yang kurang lengket dibandingkan
dengan akasia, karena itu lebih cocok untuk penggunaan obat luar,
seperti : jelly, lotion, pasta, krim. Tragakan yang tidak larut

terhidratasi agak lambat oleh karena itu lebih baik jika didiamkan
dahulu selama beberapa hari sebelum digunakan untuk meningkatkan
viskositasnya. Untuk mempercepat hidratasi, maka bentuk granul
tragakan harus dititrasi dalam mortir.
Kelarutan : agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang menjadi massa yang
homogen, lengket dan seperti gelatin. Jika dikocok dengan berlebih, massa ini
akan membentuk campuran yang seragam , tetapi jika didiamkan satu atau dua
hari akan terjadi pemisahan yang akan memberikan bagian yang terlarut pada
lapisan supernatan. Tragakan praktis tidak larut dalam alkohol.
Sifat fisika : 1 g serbuk ditambahkan dalam 50 ml air akan mengembang menjadi
bentuk yang halus, hampir seragam, berbentuk mucilago yang bening, 0,5%
larutan menunjukkan range viskositas 120-600 cps tergantung kepada tipe
tragakan.
Stabilitas dan penyimpanan : bentuk serbuk dan bentuk tetesan tragakan, stabil
jika disimpan dalam wadah kedap udara. Gel tragakan dapat disterilkan dengan
otoklaf. Dapat dikontaminasikan dengan spesies enterobacter. Oleh karena itu
larutannya harus diberi pengawet yang sesuai.
OTT : dapat menurunkan kemampuan antimikroba pengawet benzalkonium
klorida, klorbutanol, dan metilparaben, beberapa fenol, dan fenilmerkuri asetat.
Pada pH<5 , tragakan kompatibel dengan pengawet asam benzoat, klorbutanol,
metilparaben. Penambahan mineral kuat dan asam organik dapat menurunkan
viskositas dispersi tragakan. Viskositasnya diturunkan pula dengan adanya alkali
atau NaCl jika dispersi dipanaskan. Tragakan kompatibel dengan garam
konsentrasi tinggi dan banyak suspending agent lain saperti akasia, CMC, starch,
dan sukrosa. Dengan adanya 10% FeCl3 akan menyebabkan pengendapan,
perubahan warna menjadi kuning.
Sterilisasi : otoklaf
pH : musilago tragakan memiliki pH 5-6 untuk 1% b/v dispersi.
Penggunaan : tragakan membentuk larutan yang kental atau gel dengan adanya
air. Kekentalan tergantung pada konsentrasi yang digunakan. Dalam bentuk
terdispersi, bubuk tragakan mula-mula akan terdispersi dalam distributing agent
seperti alkohol, minyak dan gliserol. Digunakan sebagai suspending agent dalam
lotion, mikstura, dan sediaan tidak larut lainnya.

Na-alginat
Na-alginat cocok untuk penggunaan internal (garam alginat
dengan pelarut organik tidak digunakan). Kegunaan utama dalam

bidang farmasi adalah sebagai zat pengental dan stabilisator


suspensi.
Kelarutan : larut dalam air secara perlahan-lahan (1:20) merupakan larutan
koloidal yang viskos berwarna putih sampai coklat kekuningan. Praktis tidak larut
dalam alkohol, kloroform, eter, dan larutan yang mengandung lebih 30% alkohol.
Na alginat diendapkan dari larutan dispersinya oleh koloidal (kira-kira 30-50%)
tergantung pada tipe dan konsentrasi alginat. Tak larut dalam larutan asam (pH
lebih rendah dari 4).
pH : 7,2 untuk larutan 1% b/v.
Viskositas : terdapat berbagai kualitas Na alginat dimana air mempunyai
viskositas yang bervariasi antara 200-400 cps dalam larutan 1% pada suhu 20o.
Gel padat yang immobil oleh larutan Na alginat 5% dalam air. Viskositas
maksimum sekitar pH 7 dan pH 4-10 viskositasnya menurun sekitar 10%.
Konsentrasi rendah dari elektrolit meningkat viskositas. Larutan yang lebih encer
mempunyai viskositas seperti mucilago. Viskositas dapat meningkat dengan
penambahan 0,3% Ca sitrat, sebelumnya dicampur dengan sedikit air. Konsentrasi
elektrolit yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan viskositas sampai terjadi
penggaraman Na alginat. Penambahan alkohol 10% atau gliserin 20% dapat
menstabilkan viskositasnya, tetapi konsentrasi yang lebih tinggi (sekitar 30-70%)
menyebabkan flokulasi. Penggaraman terjadi pada konsentrasi NaCl lebih dari
4%.
Stabilitas : larutan stabil pada pH 4-10. sterilisasi Na alginat dengan otoklaf,
sedemikian juga larutannya, terjadi kehilangan viskositas tergantung adanya
senyawa-senyawa dalam larutan.
OTT : derivat akridin, kristal violet, fenil merkuri asetat, fenil merkuri
nitrat/asetat, garam Ca logam berat, alkohol dengan konsentrasi di atas 5%. Ion
logam, logam alkali, amonium besi, magnesium mengentalkan musilago,
membentuk alginat yang tidak larut.
Penyimpanan : wadah kedap udara. Sebaiknya larutan tidak disimpan dalam
wadah logam.
Pengawet : untuk pemakaian luar ditambahkan klor kresol 0,1% klorosilenol
0,1% ester dari asam p-hidroksi benzoat dan asam benzoat jika medium asam.

Starch (Amylum)
Starch kadang-kadang digunakan dengan suspending agent yang
lain karena viskositas msilagonya yang tinggi. Starch merupakan
komponen dari campuran serbuk tragakan BP. Dapat digunakan

dengan CMC-Na. Na starch glikolat (eksplotab, primogel)


merupakan turunan pati kentang ynag telah dievaluasi untuk
digunakan pada suspensi. Musilago yang terdiri dari 2,5% starch
dalam air menghasilkan produk yang kental.
Stabilitas dan Penyimpanan : Strach kering yang tidak dimasak cukup stabil
selama penyimpanan jika dilindungi dari kelembaban yang tinggi dari
kelembaban yang tinggi. Penyimpanan dalam tempat yang sejuk, kering dalam
wadah kedap udara. Larutan starch yang dimasak atau pasta secara fisika dan
tidak stabil dan mudah diserang oleh mikroorganisme menjadi bermacam-macam
turunan strach dan starch yang termodifikasi dengan sifat fisika yang unik.
OTT : Keamanan : Starch merupakan senyawa makanan yang dapat dimakan yang
dikenal secara luas keamanannya.
Perhatian khusus : Simpan dalam tempat yang bersih, kering dan ruangan
berventilasi baik.
Penggunaan dalam farmasi : pengisi, pengikat, penghancur/desintegran.

Karagen (Chondrus extract)

Kelarutan : semua karagenan terbasahi oleh air, tapi hanya lamda karagenan dan
natrium karagenan yang larut sempurna.
Sifat-sifat bahan : ekstrak dari chondrus yang dinamakan carrageen merupakan
senyawa anionik. Dispersi cairannya mempunyai pH 7-9, tetapi pH stabilitasnya
antara 4,5-10. Panas dapat merusak carrageen, walaupun pemanasan singkat pada
pH diatas 6 dapat diabaikan. Efek kerusakan bertambah dengan turunannya pH di
bawah 6. Ekstrak chondrus hamir larut sempurna dalam 100 bagian air pada 85 oC
membentuk suatu larutan koloidal viskous yang mudak mengalir pada suhu
tersebut. Carrageen tidak larut dalam alkohol, tapi dapat bercampur dengan
alkohol sampai kosentrasi 20%. Makin banyak alkohol yang ditambahkan,
viskositas cairan terdispersi makin meningkat. Pada kosentrasi alkohol di atas
20% akan terbentuk suatu gel dengan cepat, dan di atas 40% dapat mengendapkan
carrageen. Carrageen mudah terhidrasi dalam air panas dimana akan membentuk
sistem transculent straw colorade. Pengadukan secara mekanik dapat
menyebabkan hidrasi dipermudah tampa adanya panas.

Kegunaan : ekstrak chondrus banyak digunakan dalam makanan seperti : puding,


es krim, eggnog dan jelly sebagai pengental dan pensuspensi. Juga sering
digunakan dalam obat dan kosmetik.Contoh sediaan yang mengandung ekstrak
chondrus diantaranya : lotion keriting rambut, maskara, pasta gigi, suspensi
kalamin, suspensi sulfonamida, suspensi titanium dioksida.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan
sebaiknya di tempat yang dingin.

Xanthan Gum (Polysaccharide B-1459 / Corn Sugar Gum)


Polisakarida semisintetik, terdiri dari garam natrium, kalium atau
kalisum dari polisakarida dengan BM tinggi yang diasetilase
secara parsial.

Pemberian : serbuk berwarna, larut pada air panas/dingin. Pada konsentrasi 0,5%
menghasilkan produk kental dan menunjukkan sedikit perubahan pada interval
suhu dan pH yang cukup besar. Pada kosentrasi 1% baru ditambah pengawet yang
sesuai.
Fungsi : Stabilizing agent; suspending agent; viscosity-increasing agent.
Penggunaan Farmasetik: pencampuran suspending agent anorganik tertentu
seperti;magnesium aluminum silicate, or organic gums akan memberikan efek
rheologi yang sinergis. Pada umumnya perbandingan pencampuran antara
xanthan gum dengan magnesium aluminum silicate 1:2 sampai 1:9 memberikan
hasil yang maksimal Efek sinergis yang optimum juga diperoleh melalui
perrbandingan Xantan : Guar gum 3:7 dan 1: 9.

Guar Gum (Guar Flour)

Sifat fisika : merupakan dispersi koloidal yang viokous (larutan) yang terhidrasi
dalam air dingin. Kecepatan hidrasi optimum pada pH 7,5-9. Viskositas larutan
1% ialah 2000-2500 cps dan merupakan aliran tiksotropik. Serbuk halus lebih
sukar didispersikan. Untuk mengembangkan viskositas yang maksimum
diperlukan waktu 2-4 jam dalam air pada suhu kamar.
pH stabilitas : 1-10,5. pada pH 3,5-4,5 viskositasnya kurang. Viskositas max
pada pH 7,5-9
Stabilitas dan penyimpanan : pemanasan yang lama akan menurunkan
viskositas. Simpan dalam wadah tertutup baik.

Kelarutan : praktis tidak larut dalam pelarut organik. Dalam air dingin dan panas,
guar gum terdispersi. Dan mengembang membentuk sol tiksotropik, dan kental.
Kecepatan hidrasi optimum terjadi pada pH 7,5-9. Serbuk yang sangat halus
mengembang lebih cepat dan lebih sulit untuk didispersikan. Didiamkan dalam
suhu kamar selam 2-4 jam akan menghasilkan viskositas yang maksimum.
Pengawetan : stabilitas terhadap bakteri dapat ditingkatkan dengan penambahan
campuran 0,15% metil paraben dan 0,02% propil paraben atau dengan 0,1% asam
benzoat atau Na pentaklofenat.
OTT : guar gum tidak tersatukan dengan aseton, alkohol, tanin, asam,/basa kuat.
Ion borat akan mencegah hidrasi dari dispersi guar dalam air. Penambahan ion
borat untuk menghidrasi larutan menghasilkan struktur gel yang kohesif yang
dapat mencegah hidrasi yang lebih lanjut. Gel tersebut dapat dicairkan dengan
menurunkan pH dibawah 7
Keamanan : aman digunakan.
Efek Samping : seperti halnya dengan CMC. Dalam jumlah besar secara
temporer dapat menyebabkan peningkatan flatulensi, distensi, obstruksi usus, dan
obstriksi osofagus.
Kontra indikasi : tidak boleh digunakan intuk pasien yang mengalami obstruksi
sal usus. Harus digunakan dalam keadaan mengandung air untuk menghindari
kekerasan feces atau obstruksi eosefagus.
Penggunaan : guar gum dipakai sebagai pengental dan sebagai stabilistaor dalam
emulsi. Emulsi yang dibuat dengan akasia dapat distabilkan dengan baik dengan
menambahkan gom guar 1%. Gom guar merupakan suspending agent yang
kurang baik untuk serbuk yang tidak larut. Guar Gum dapat di campurkan
penggunaannya dengan tanaman hydrokoloid lain seperti tragakan
II. Turunan Selulosa
Metilselulosa
Merupakan polimer selulosa rantai panjang yang rata-rata
memiliki dua gugus hidroksik pada setiap unit heksosa yang
termetilasi. Variasi bahan dipasaran berbeda dalam tingkat
substitusinya dan panjang rantai selulosenya. Bahan yang
rantainya panjang paling kental. Ada 4 tipe metil selulosa yang
umum yaitu : MC 20 BPC, 425 BPC, 2500 BPC, dan 4500
BPC.
Nomor-nomor
tersebut
menandakan
perkiraan
kekentalannya dalam senti stokes dari 2 % musilago. Kelas yang
viskositasnya tinggi (2500, 4500) digunakan sebagai pengental
dan pendispersi. Dipasaran dikenal dengan nama metosel.

Ada dua jenis metosel, yaitu :


1 .Metosel MC (metil eter), dan
2. Metosel HG (campuran metil dan hidroksi propil eter selulosa)
Metil selulosa dengan nomor yang rendah larut dalam air, sedangkan metil dengan
kelas viskositas yang tinggi membentuk gel lunak pada suhu kamar.
Kelarutan : Larut di air dingin tetapi tidak larut dalam air panas. Tidak larut
dalam eter, alkohol, dan kloroform. Larut dalam asam asetat glasial dan dalam
campuran alkohol dan kloroform dengan perbandingan sama, tidak larut dalam air
panas, dalam larutan jenuh garam.
OTT : metilselulosa OTT dengan amin akrine hidroklorida, kolesterol, merkuri
klorida, fenol, resorsinol, asam tanat, dan perak nitrat. Biasanya
ketidaktersatuannya ditunjukkan oleh kekeruhan dan hilangnya viskositas.
Stabilitas : Pada pemanasan mula-mula viskositas musilago menurun. Dan
kemudian pada saat suhu meningkat molekul metil selulosa ini perlahan-lahan
terhidratasi sampai terbentuk dispersi pada suhu sekitar 50oC. Pada pendinginan,
gel berubah menjadi padat dan viskositasnya kembali ke normal. Penurunan
viskositas yang diakibatkan pemanasan akan bertambah besar dengan adanya
asam daripada dalam basa. Viskositas dapat berubah juga tanpa pemanasan.
Perubahan ini disebabkan adanya asam atau basa. Walaupun musilago kurang /
tidak mudah terserang mikroba, pada pembuatannya harus ditambahkan
pengawet, misalnya fenil merkuri nitrat 0,001 %. Pilih pengawet non ionik
sehingga stabil pada range pH yang lebar.
Penggunaan : Metil selulosa digunakan dalam farmaseutik dan terapeutik.
Dalamfarmaseutik, metilselulosa digunakan sebagai zat pendispersi dan
pengental, emulgator dan pembasah. Hal ini terutama digunakan dalam obat tetes
mata, tetes hidung, kosmetik, pasta gigi dan sediaan cair lain, misalnya suspensi
dan emulsi. Dalam terapeutik, MC sebagai laksatif pada konstipasi kronik. MC
dapat digunakan untuk sediaan internal atau eksternal.

CMC Na

Kelarutan : Larut dalam air (pada semua temperatur), memberikan larutan


jernih, praktis tidak larut dalam pelarut organik.
pH : 1 % larutan dalam air mempunyai pH 6 8,5. Stabil pada range pH 5
10. Viskositas musilago CMC Na menurun drastis pada pH < 5 atau pH > 10.
Musilago lebih peka terhadap perubahan pH daripada metilselulosa.

Stabilitas : terhadap panas, CMC Na dapat disterilisasi dalam keadaan kering


dengan mempertahankan suhu pada 160oC selama 1 jam, tetapi akan terjadi
penurunan viskositas secara perlahan-lahan dan sifat-sifat larutan yang dibuat dari
bahan yang telah disterilkan memburuk.
Sterilisasi larutan dengan pemanasan juga menyebabkan penurunan viskositas,
tetapi hal ini tidak terlalu dipermasalahkan. Bila suatu larutan dipanaskan dalam
autoklaf pada 125o C selama 15 menit dan dibiarkan menjadi dingin, viskositas
menurun sekitar 25 %. Karenanya, bila menghitung jumlah CMC Na yang akan
dipakai dalam sediaan yang akan disterilkan hal ini harus dipertimbangkan.
OTT : CMC Na adalah anionik, maka tidak tersatukan dengan kationik seperti
akriflavine, gentian violet, thiamin, Pharmagel A, germisida kuarterner, alkaloid,
hampir semua antibiotik dan logam berat (seperti Al, Zn, Hg, Ag, Fe), CMC Na
tidak tersatukan dengan larutan asam kuat, FeCl 3 (garam-garam besi yang larut
air), alumunium sulfat dan banyak elektrolit.
Keamanan : CMC Na adalah zat yang non toksik
Kegunaan : CMC Na digunakan untuk suspending agent dalam sediaan cair
(pelarut air) yang ditujukan untuk pemakaian eksternal, oral atau parenteral. Juga
dapat digunakan untuk penstabil emulsi dan untuk melarutkan endapan yang
terbentuk bila tinctur ber-resin ditambahkan ke dalam air. Untuk tujuan-tujuan
ini 0,25 % 1 % atau 0,5 % 2 % CMC Na dengan derajat viskositas medium
umumnya mencukupi.

Avicel
Ada dua bentuk avicel yang digunakan dalam bidang farmasi,
yaitu yang dapat membentuk dispersi koloid dalam air dan yang
tidak terdispersi dalam air. Bentuk yang pertama digunakan
sebagai suspending agent, sedang bentuk yang kedua digunakan
sebagai pengikat, pengisi, penghancur dan pelincir pada sediaan
padat (tablet).

Kelarutan : Tidak larut dalam air, pelarut asam dan pelarut organik lainnya,
agak sukar larut dalam NaOH (1 : 20)
pH stabilitas : 5,5 7
Stabilitas dan penyimpanan
tertutup rapat.

: stabil, higroskopik, simpan dalam wadah

Kecepatan hidrasi : dengan penambahan CMC Na atau Hypromellose


Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Sifat Aliran : tiksotropik pada konsentrasi lebih dari 2 %

Kadar pemakaian : sebagai suspending agent lebih besar atau sama dengan 2 %
Keamanan : aman
OTT : HCl, HgCl, AgNO3, fenol, asam tanat.
Penggunaan dalam farmasi : pengikat tablet, pengisi (granulasi basah 5 20
%), penghancur tablet 5 15 %, glidan tablet 5 15 %, antiadheren 5 20 %.
Pengisi kapsul 10 30 %, tidak digunakan sebagai adsorben.
Sifat aliran dari dispersi avicel dapat diperbaiki dengan menambahkan
hidrokoloid seperti : CMC, metil selulosa, hidroksi propil selulosa yang dapat
menstabilisasi dispersi untuk melawan efek flokulasi karena penambahan
elektrolit.

Hidroksi Etil Selulosa

Kelarutan : Larut dengan mudah dalam air dingin/panas menghasilkan larutan


yang larut sempurna, halus, viskous, larut secara parsial dalam asam asetat, tidak
larut dalam sebagian besar pelarut organik.
pH stabilitas : 2 12
Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup rapat, kering untuk menghindari
kenaikan kelembaban.
OTT : kompatibel sebagian dengan komponen larut air seperti casein, starch,
metil selulosa, polivinyl alkohol dan gelatin. Inkompatibel dengan zein.
Hidroksietil selulosa dapat digunakan dengan berbagai variasi pengawet yang
larut air. Hidroksietil selulosa dapat membuat larutan mengalami salting out
seperti pelarut organik.
Stabilitas : Viskositas hidroksietil selulosa ditandai oleh suatu angka (dalam
cps) dari larutan 2 %. Seperti hidrokoloid nonionik lainnya, hidroksietil selulosa
membentuk dispersi yang kental dalam air yang tidak dipengaruhi pH 4 10.
Dengan makin besarnya BM hidrokoloid, makin sensitif dispersi terhadap pH.
Pada pH diatas 10, viskositas menurun drastis tapi reversibel. Semakin asam
larutan, viskositas menurun perlahan tapi irreversible. Efek garam pada sifat aliran
hidroksietil selulosa dapat diabaikan. Tidak seperti metil selulosa, hidroksietil
selulosa tidak mengendap dalam air bila suhu dinaikkan. Hidroksietil selulosa
sedikit larut dalam alkohol tapi tersatukan, misalnya 1 % dispersi WP 4400
tersatukan dalam alkohol 82 % dan dalam konsentrasi gliserin yang lebih besar.
Surfaktan yang dilarutkan dalam air sebelum penambahan hidrokoloid akan
mempercepat hidrasi dan memudahkan penyebaran sediaan krim atau lainnya
pada permukaan kulit. Hanya sedikit surfaktan yang digunakan untuk keperluan

ini dan surfaktan yang ditambahkan harus non ionik juga. Semua turunan selulosa
dapat dirusak oleh mikroorganisme.
Penggunaan : menyerupai CMC Na karena merupakan eter selulosa,
perbedaannya ialah nonionik dan larutan ini tidak dipengaruhi pada beberapa
kasus. Digunakan dalam bidang farmasi sebagai pengental, koloid pelindung,
pengikat, penstabil, dan suspending agent dalam emulsi, jelly dan ointmen,
lotion, ophtalmic, solution, suppositoria, tablet, shampoo, hair sprays, penetralisir,
krim, lotion.
III. Golongan Clay
Bentonite
Sumber : dari alam.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam larutan air (aqueous
solution), tetapi mengembang menjadi massa yang homogen dan menempati
kurang lebih 12 kali volume serbuk keringnya. Praktis tidak larut dan tidak
mengembang dalam pelarut organik.
pH : larutan 2 % b/v (suspensi dalam air) 9,5 10,5
OTT : dengan elektrolit kuat, partikel atau larutan yang bermuatan positif
(kationik), sulphurated potash dan acriflavine HCl. Bentonit yang terdispersi
akan terendapkan oleh adanya asam (karena dispersinya bersifat basa) dan oleh
adanya alkohol. Pada sediaan antibakteri yang mengandung bentonit
menunjukkan bahwa antibakteri yang kationik akan diinhibisi (di inaktivasi) oleh
bentonit dalam suspensi air, tetapi tipe antibakteri anionik dan nonionik tidak
dipengaruhi. (HPE, 4th ed. 2003,43). Inaktivasi ini terjadi karena pertukaran
kation.
Stabilitas : Bentonit stabil terhadap suhu tinggi (lebih kecil dari 400o C). Dapat
disterilisasi panas. Untuk serbuk disterilisasi pada suhu 170o C selama 1 jam
setelah dikeringkan 100o C. Suspensinya dalam air disterilisasi pada autoklaf.
Sifat aliran : tiksotropik (Art of Compounding) untuk suspensi 4 % b/v yang
membentuk gel dan akan lebih cair bila dikocok (terjadi tanpa pemanasan). Untuk
mencapai viskositas 800 cps (20o C) yaitu viskositas yang baik untuk suspensi
diperlukan konsentrasi 6,3 % b/v.
pH stabilitas : 3 10 (Art of Compounding)
Penggunaan : Bentonit akan menyerap air membentuk sol atau gel tergantung
konsentrasinya. Bentuk sol cocok untuk suspending agent. Bentuk gel dipakai
untuk basis salep atau krim. Penggunaan ini mempunyai pH = 9. Bentuk gel
akan sangat berkurang dengan adanya asam dan meningkat dengan penambahan
basa seperti Mg-oksida. Dalam bentuk sol atau gelnya dalam air, bentonit

bermuatan negatif dan akan mengalami flokulasi bila ditambahkan elektrolit atau
suspensi bermuatan positif. Sifat ini menyebabkan kadang-kadang bentonit
digunakan dalam penjernihan cairan-cairan yang keruh. Sebagai serbuk
suspending dalam sediaan cair dan untuk membuat basis krim yang mengandung
emulgator yang sesuai sebagai emulgator o/w (seperti emulsifying wax, self
emulsifying gliseril monostearat). Konsentrasi bentonit 2 % sudah cukup.
Sebagai basis yang lain 10 20 % bentonit dan 10 % gliserin.
Pengembangan : Van Duin, jika bentonit dicampur dengan air akan terbentuk
suatu massa seperti salep. Salep-salep yang hanya terdiri dari bentonit dan air
tidak tahan lama. Salep ini selalu memisahkan air, maka sering ditambahkan zatzat lemak (seperti vaselin). Baru bentonit magma : bentonit dalam air 5 % b/v
baik digunakan untuk dispensing dan biasanya dibuat persediaan. Jumlah yang
biasa digunakan adalah 40% bentonit magma (Art of Compounding).
Bentonit sering digunakan sebagai sediaan eksternal. Untuk tujuan pemakaian
luka, serbuk bentonit harus disterilisasi dulu sebab bentonit kemungkinan
mengandung sesepora bakteri tetanus. Digunakan pula sebagai suspending agent
pada lotion calamine dan mixtura chalk.
Spesifikasi : untuk penggunaan pada produk farmasi adalah bentonite
pharmaceutical grade. Ini masih sulit ditemukan, yaitu yang berwarna tidak
menyolok. Technical grade sudah banyak digunakan untuk industri lain.
Bentonite yang hampir putih ditemukan di Italia dan digunakan sebagai standar
oleh USP.
Penyimpanan : bentonite bersifat higroskopis dan menyerap kelembaban
udara. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Penggunaan dalam farmasi : suspending agent 0,5 5 %, emulsion stabilizer 1
%, adsorbent 1 2 %.
Alumunium-Magnesium Silikat (Veegum)
Asal : dari alam
Dispersi 5% veegum lebih kental daripada 5 % bentonit dan dispersinya bersifat
basa. Dispersi 4% dalam air memiliki pH kira-kira 9.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, tetapi dapat membentuk suatu dispersi
koloid tiksotropik, praktis tidak larut dalam pelarut organik. Bisa tercampurkan
dengan menggunakan alkohol sampai 40%.
pH stabilitas : 3-11

Sifat aliran : Tiksotropik. Dispersi dalam air pada konsentrasi 1-2 % membentuk
suspensi koloidal tipis. Pada konsentrasi 3 % atau lebih tinggi, dispersi tidak
tembus cahaya (opaque). Pada konsentrasi meningkat diatas 3 %, viskositas
dispersi akan meningkat cepat. Pada konsentrasi 4 5 %, dispersi tebal, koloid
putih sol, dan pada konsentrasi 10% terbentuk gel yang keras. Dispersi
merupakan tiksotropik pada konsentrasi diatas 3%. Tetapi, adanya garam dapat
mengubah sifat aliran karena adanya efek flokulasi dari ion positif.Viskositas
dapat dinaikkan dengan cara: pemanasan, penambahan elektrolit, peningkatan
konsentrasi, pengadukan. Disamping itu, untuk mempertinggi viskositas,
mempertahankan sifat aliran, dan mencegah terjadinya flokulasi, veegum biasa
dikombinasikan dengan bahan pengental organik lain seperti CMC-Na atau
xanthan gum.
2. Bahan Pembasah (Wetting agent) / Humektan
Fungsi : menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut
kontak) dan meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut.
Bahan pembasah yang biasa digunakan adalah : surfaktan yang dapat
memperkecil sudut kontak antara partikel zat padat dan larutan pembawa.
Surfaktan kationik dan anionik efektif digunakan untuk bahan berkhasiat
dengan zeta potensial positif dan negatif. Sedangkan surfakatan nonionik
lebih baik untuk pembasah karena mempunyai range pH yang cukup besar
dan mempunyai toksisitas yang rendah. Konsentrasi surfaktan yang
digunakan rendah karena bila terlalu tinggi dapat terjadi solubilisasi, busa
dan memberikan rasa yang tidak enak.
Cara Kerja : Menghilangkan lapisan udara pada permukaan zat padat,
sehingga zat padat + humektan lebih mudah kontak dengan pembawa.
Contoh : gliserin, propilen glikol, polietilen glikol,dll.
3. Pemanis
Fungsi : untuk memperbaiki rasa dari sediaan
Masalah yang perlu diperhatikan pada perbaikan rasa obat adalah:
Usia dari pasien. Anak-anak lebih suka sirup dengan rasa buah-buahan,
orang dewasa lebih suka sirup dengan rasa asam, orang tua lebih suka
sirup dengan rasa agak pahit seperti kopi, dsb.
Keadaan kesehatan pasien, penerimaan orang sakit tidak sama dengan
orang sehat. Rasa yang dapat diterima untuk jangka pendek mungkin saja
jadi tidak bisa diterima untuk pengobatan jangka panjang.
Rasa obat bisa berubah dengan waktu penyimpanan. Pada saat baru dibuat
mungkin sediaan berasa enak, akan tetapi sesudah penyimpanan dalam
jangka waktu tertentu kemungkinan dapat berubah.
Zat pemanis yang dapat menaikkan kadar gula darah ataupun yang
memiliki nilai kalor tinggi tidak dapat digunakan dalam formulasi sediaan
untuk pengobatan penderita diabetes.

Catatan :
1. Pemanis yang biasa digunakan : sorbitol, sukrosa 20 25 %
2. Sebagai kombinasi dengan pemanis sintetis : siklamat 0,5 %; sakarin 0,05
%
3. Kombinasi sorbitol : sirupus simplex = 30 % b/v : 10 % b/v ad 20 25 %
b/v total
4. pH > 5 dipakai sorbitol, karena sukrosa pada pH ini akan terurai dan
menyebabkan perubahan volume.
5. Sukrosa dapat menyebabkan kristalisasi
4. Pewarna dan Pewangi
Pewarna dan pewangi harus serasi.
Asin

:Butterscoth, Mafile, Apricot, Peach, Vanili, Wintergreen mint.

Pahit :Wild cherry, Walnut, Chocolate, Mint combination, Passion fruit, Mint
spice anisi
Manis :Buah-buahan berry, Vanili.
Asam :Citrus, Licorice, Root beer, Raspberry.

5. Preservatives Agent
Pengawet sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut mengandung
bahan alam, atau bila mengandung larutan gula encer (karena merupakan
tempat tumbuh mikroba). Selain itu, pengawet diperlukan juga bila
sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang (multiple dose).
Pengawetan diperlukan dalam sediaan suspensi karena:
Mengandung karbohidrat dan solvent yang polar
Ada sumber kontaminasi; perlakuan pada wadah, perlatan, komponen
bahan pengemas dan operator.
Faktor yang berkaitan dengan efektifitas pengawet:
Kelarutan dalam air
Partisi dalam fase polar dan non polar
Disosiasi pada perubahan pH
Interkasi dengan bahan lain dalam formula
Pedoman pengawet:
Riwayat bahan yang sama atau mirip
Rute penggunaan
Desain kemasan
Frekuensi penggunaan
Proses Fabrikasi

Lama penyimpanan
Pengawet yang sering digunakan antara lain :
1.
2.
3.
4.

Metil / propil paraben ( 2 : 1 ad 0,1 0,2 % total)


Asam benzoat / Na-benzoat
Chlorbutanol / chlorekresol (untuk obat luar / mengiritasi)
Senyawa amonium(amonium klorida kuarterner) OTT dengan metil
selulosa

6. Antioksidan Agent
Antioksidan jarang digunakan pada sediaan suspensi, kecuali untuk zat
aktif yang mudah terurai karena teroksidasi. Antioksidan bekerja efektif
pada konsentrasi rendah.
Cara kerja : memblokir reaksi oksidatif yang berantai pada tahap awal
dengan memberikan atom hidrogen. Hal ini akan merusak radikal bebas
dan mencegah terbentuknya peroksida.
Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih antioksidan :
1. Efektif dalam konsentrasi rendah
2. Tidak toksik, tidak merangsang dan tidak membentuk hasil antara
(sediaan) yang berbahaya
3. Segera larut atau terdispersi pada medium
4. Tidak menimbulkan warna, bau, dan rasa yang tidak dikehendaki.
5. Dapat bercampur (compatible) dengan konstituen lain pada sediaan.
Beberapa antioksidan yang lazim digunakan :
1. Golongan kuinol (ex: hidrokuinon, tokoferol, hidroksikroman, hidroksi
kumeran, BHA, BHT).
2. Golongan katekhol (ex : katekhol, pirogalol, NDGA, asam galat)
3. Senyawa mengandung nitrogen (ex: ester alkanolamin turunan amino
dan hidroksi dari p-fenilamin diamin, difenilamin, kasein, edestin)
4. Senyawa mengandung belerang (ex: sisteina hidroklorida)
5. Fenol monohidrat (ex: timol)

Antioxidant yang umum digunakan


Larut Air
Larut Minyak
Na- bisulfit
Butylated hydroxy anisole
Na- metabisulfit
(BHA)
Na- thiosulfat
Butylated hydroxy toluene
Thyoglyserol
(BHT)

Thiourea
Cystein HCL
Asam askorbat

Propyl Gallate
Tocopherol
Hydroqunone

7. Pendapar ( Buffer)
Fungsi : Mengatur pH, memperbesar potensial pengawet, meningkatkan
kelarutan
Dapar yang dibuat harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk
mempertahankan pH. Pemilihan pendapar yaitu dengan pendapar yang
pKa-nya berdekatan dengan pH yang diinginkan Pemilihan pendapar
harus mempertimbangkan inkompatibilitas dan toksisitas. Dapar yang
biasa digunakan antara lain dapar sitrat, dapar posfat, dapar asetat.
Kriteria pemilihan dapar:
Kapasitas dapar sesuai dengan range pH yang di inginkan
Harus kompatibel dengan flocculating agent yang digunakan
Harus aman secara biologis
Tidak/ sedikit efek mengganggu stabilitas atau efektifias sediaan
Tidak mengganggu, flavor, fragrance atau warna sediaan.
Bahan pendapar yang umun digunakan pada sediaan farmasi

Jenis Bahan Dapar

Rentang pH Efektif

NH4Cl

8,5 10,5

Diethanolamine

8 10

Triathanolamine

6 8,5

Boric

8,5 -10,5

Carbonic

5,5 7,5 & 9,5- 11,5

Phosporic

>11

Glutamic

2 -5,5 & 8,5 -10,5

Succinic

3-7

Malic

2,5 6

Tartaric

25

Glutaric

3,5 6,5

Aconitic

1,8 6,3

Citric

2 6,5

Acetic

3,8 6

Benzoic

3,2 5,2

Lactic

3 -5

Gyceric

2,5 4,5

Gluconic

2,6 4,6
REFERENSI

Ansel

HC. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat.


Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim. Jakarta: UI-Press; 1998 hal.
105, 401.
BNF 37, Royal Pharmaceutical Society of Great Britain/British Medical
Association; Maret 1999. hal. 169.
British Pharmacopeia. Volume III. London: The Stationery Office; 2007.
hal.2419.
Connors, KA.Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi. Edisi Kedua. Semarang:
IKIP Semarang Press; 1992. Hal 268.
Drug Information, American Society of Healthy System Pharmacists, 2003
Evory MC, Gerald K. Drug Information. USA: American Society of Health
System Pharmacist; 2003.

Kibbe, AH. Handbook of pharmaceutical Excipients. Third Edition.


Washington D.C: American Pharmaceutical Association; 2000. hal
7, 35, 407, 433.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Indrustri.
Edisi Ketiga. Vol III. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI
Press; 1994. hal. 1355.
Reynold, James EF, Martindale the extra pharmacopeia, Twenty-eight
edition. The pharmaceutical press : London, 1982.
Sulistia G. Ganiswarna. Farmakologi dan terapi. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta, 1995
Sprowls JB, Prescription Pharmacy Dosage Formulation and
Pharmaceutical Adjuncts Second Edition; United States of
America; J.B. Lippincott Company; 1970.
Trissels, LA. Handbook of Steril Injection. 11th Edition. hal. 402.
Turco S, King RE. Sterile Dosage Forms. Second edition. Philadelphia: Lea
& Febiger; 1979.

Anda mungkin juga menyukai