reproduksi yang bertujuan membantu proses reproduksi dengan cara mempertemukan spermatozoa dengan oosit, sehingga memungkinkan terjadinya konsepsi diluar tubuh induk atau dalam didalam tabung yang dilengkapi dengan medium kultur Kebutuhan embrio untuk Transfer embrio yang terbatas Mengapa IVF itu diperlukan Kebutuhan embrio untuk Transfer embrio yang terbatas Biaya yang terlalu mahal bila produksi embrio dengan induk donor atau superovulasi Sebagai terafi gangguan in fertilitas baik pada jantan maupun betina MANFAAT APLIKASI IVF Teknologi IVF dapat meningkatkan daya reproduksi sapi betina, baik semasa maupun setelah habis masa produksinya (diafkir). Teknologi IVF dapat memproduksi embrio dalam jumlah besar dengan biaya yang relatif murah Teknologi IVF dapat mendorong pengaplikasian teknologi transfer embrio (TE) secara ekstensif pada perusahaan-perusahaan peternakan maju/komersial. TUJUAN APLIKASI IN VITRO FERTILISASI PADA TERNAK UNTUK MENDAPATKAN EMBRIO DALAM JUMLAH YANG BANYAK, MURAH DAN SERAGAM MENDUKUNG APLIKASI TEKNOLOGI TRANSFER EMBRIO
PADA MANUSIA MEMBANTU PASANGAN SUAMI ISTRI YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK AKIBAT PENYAKIT TERTENTU; INFERTILITAS TERSUMBATNYA SALURAN TUBA FALLOPII Melalui Teknologi IVF dapat dikembangkan berbagai teknik mikromanipulasi pada embrio seperti ; teknik cloning atau splitting untuk memproduksi anak-anak sapi kembar identik
teknik rekayasa genetik, seperti teknik transfer gen untuk memproduksi sapi transgenik atau khimera
pengembangan penelitian- penelitian dasar dan terapan lainnya. POTENSI TEKNOLOGI FERTILISASI IN VITRO PADA TERNAK SAPI untuk meningkatkan produksi daging (sapi potong) untuk meningkatkan produktivitas susu pada sapi perah. untuk mengembangkan teknik-teknik mikromanipulasi pada embrio seperti teknik cloning/splitting untuk menghasilkan anak sapi kembar identik, dan lainnya. SEJARAH PERKEMBANGAN IVF Sreenan (1970) Salah satu Peneliti I FIV pada Sapi penggunakan yang mengandung enzim amilase Iritani dan Niwa (1977) Berhasil memperoleh kelahiran anak sapi pertama dari embrio hasil fertilisasi oosit yang diperoleh dari RPH Brackett et al., (1981) Berhasil memperoleh kelahiran anak sapi pertama dari embrio hasil fertilisasi oosit yang diperoleh dari RPH Brackett et al., (1983) Berhasil memperoleh kelahiran anak sapi kembar 2 dari embrio hasil fertilisasi oosit yang diperoleh dari RPH Lambert et al., (1983) Berhasil memperoleh kelahiran 6 ekor anak sapi dari embrio hasil fertilisasi oosit yang diperoleh dari RPH TAHAPAN PROSES FERTILISASI IN VITRO Tahap I : Koleksi Oosit dari Ovarium Tahap II : Maturasi Oosit in vitro atau in vitro maturation (IVM) Tahap III : Pencucian dan Kapasitasi Spermatozoa Tahap IV : Fertilisasi in vitro Tahap V : Kultur Embrio in vitro 1. KOLEKSI OOSIT DARI OVARIUM Koleksi atau pengambilan oosit dari ovarium merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan program FIV. Oosit untuk IVF dapat diperoleh melalui; Melalui metode bedah atau laparoscopy pada hewan hidup Donor hidup dengan teknik Ovum pick up (OPU) Ovarium dari Rumah Potong Hewan
FAKTOR YANG MEMPENGARUH KUALITAS OOSIT Umur induk Siklus birahi Bangsa (Spesies) Nutrisi dan Produksi Susu Status Kebuntingan Tehnik Koleksi Oosit Aspirasi (Penyedotan) Diseksi Ovarium Slicing (Penyayatan) Ovarium Media Koleksi Oosit PBSD; OWS ;TCM 199 dan Wittingham Ukuran Follikel ( 2 6 mm >> 7 mm) Waktu Koleksi UMUR DAN SIKLUS ESTRUS Induk sapi yang lebih muda (berumur satu sampai tiga tahun) menghasilkan jumlah blastosis hasil FIV yang lebih tinggi dibandingkan dengan induk sapi yang berumur lebih tua jumlah oosit dengan kualitas baik lebih tinggi pada ovaria induk sapi dibandingkan dengan ovaria sapi dara Oosit yang diambil dari ovaria sapi pada hari 14 sampai 16 siklus estrus mempunyai potensi perkembangan yang lebih tinggi dari pada oosit yang diambil pada hari ketujuh sampai kesembilan atau fase siklus estrus Bangsa, Nutrisi dan Variasi Individu Sapi-sapi bangsa persilangan Charoiais, Limousin dan Simmental mempunyai jumlah folikel antral yang lebih rendah dibandingkan dengan sapi-sapi persilangan Hereford Perbedaan kandungan protein kasar dalam pakan yang sangat besar dapat mempengaruhi perkembangan folikel dan perkembangan embrio taraf selanjutnya variasi jumlah embrio yang dihasilkan melalui teknik FIV sebanding dengan variasi jumlah embrio yang dihasilkan melalui perlakuan-perlakuan superovulasi pada sapi METODE KOLEKSI OOSIT DARI FOLIKEL OVARIUM Aspirasi (Penyedotan) Pengambilan oosit dari folikel vesikuler yang berdiameter 2 - 6 mm dengan teknik aspirasi biasanya menggunakan pipet atau siringe dan jarum yang sesuai ukuran tertentu ( 18 21 G), Diseksi Ovarium Pengambilan oosit dari folikel vesikuler dengan merusak follikel ovarium.
Slicing (Penyayatan) Ovarium Pengambilan oosit dari folikel vesikuler dengan cara menyayat ovarium dengan scalpel ,
MEDIA KOLEKSI OOSIT PBSD (Phosphat Buffer Saline Dubelcus) TCM 199 (Tissue Culture Medium 199) OWS (Oocyte Washing Solution) Whittingham T6 KLAS KRITERIA MORFOLOGI A Oosit dikelilingi oleh multi lapisan kumulus yang kompak, ooplasma homogen, kompleks oosit-kumulus (KOK) secara keseluruhan terlihat terang da transparan; B osit dikelilingi oleh multi lapisan kumulus yang kompak, ooplasma homogen tetapi dengan penampilan yang kasar, daerah pinggiran oosit yang lebih gelap dan KOK secara keseluruhan terlihat lebih gelap dan kurang transparan; C Oosit dikelilingi oleh sel-sel kumulus yang kurang kompak, ooplasma tidak beraturan dengan bercak-bercak hitam dan KOK lebih gelap lagi dari klasifikasi (1) dan (2); D Sel-sel kumulus yang mengelilingi oosit mengembang, sel- sel kumulus terpencar-pencar membentuk gumpalan- gumpalan gelap yang kental, ooplasma tidak teratur membentuk gumpalan-gumpalan berwarm gelap dan KOK secara keseluruhan menghitam dan tidak teratur. KLASIFIKASI KUALITAS OOSIT BELUM MATANG (MATURE) Sumber : Leibfried dan First (1979) 2. PEMATANGAN OOSIT IN VITRO (in vitro Maturation/IVM) Pematangan atau pendewasaan oosit yang dilakukan diluar tubuh induk atau dalam media kultur Pematangan Oosit ditandai dengan perubahan inti disertai dengan perubahan sitoplasma proses pembelahan inti secara meiosis fase Germinal Vesicle breakdown (GVBD) GV - Metafase I- Anafase I - Telofase I Interfase profase II Metafase II Dr. drh. Dasrul, M.Si, FKH-Unsyiah 2010 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMATANGAN OOSIT IN VITRO Media dan Komposisi media TCM 199 : Hams F-10 dan D-PBS Suplementasi : Protein ; Serum (BSA, ECS, Serum ovulasi); Glukosa; Hormon (Estrogen, PMSG, LH, FSH )
Kualitas Oosit Oosit kumulus kompleks >> Oosit kumulus sebagian
Lama waktu inkubasi Sapi : 18 24 jam (rataan 22 jam) Kambing : 18 28 jam (rataan 24 jam) Kerbau : 20 26 jam Dr. drh. Dasrul, M.Si, FKH-Unsyiah 2006 Suplementasi Serum dalam media pematangan Serum foetus sapi Serum anak sapi Serum estrus Serum pre ovulasi
Suplemetasi Hormon dalam media pematangan LH dan FSH PMSG Estrogen IGF, TGF dan EGF Dr. drh. Dasrul, M.Si, FKH-Unsyiah 2006 A. Pencucian Sperma Suatu proses pemisahan spermatozoa motil dengan spermatozoa im-motil, leukosit, bakteri dan partikel-pertikel yang bersifat toksik terhadap kehidupan spermatozoa Tujuan Pencucian Spermatozoa untuk mendapatkan spermatozoa yang baik dan motil meningkatkan daya fertilitas spermatozoa untuk menghilangkan krioprotektan (Bila memakai semen beku) 3. PENCUCIAN DAN KAPASITASI SPERMATOZOA Tehnik Pencucian ; 1. Sentrifugasi media isotonis 2. Sentrifugasi gradien densitas percoll 3. Sedimentasi Sephadeks 4. Swim up (renang ke atas) 5. Side migration 6. Glass woll filtration
Media Pencucian Spermatozoa; - BO (Brackett-Oliphant) + Heparin + Caffein - Modified Tyrodes (TALP) - EBSS (Earles Balance Salt Solution) - BWW (Buffer Whashing - Hank - dll B. Kapasitasi Spermatozoa
Adalah proses perubahan fisiologis dan kimiawi pada permukaan membran spermatozoa untuk mempertinggi kemampuan spermatozoa membuahi sel telur.
Medium untuk Kapasitasi Spermatozoa - BO (Brackett-Oliphant) + Heparin + Caffein - Modified Tyrodes (TALP) - EBSS (Earles Balance Salt Solution) + Calsium - Hank Perubahan pada Spermatozoa saat kapasitasi Fluiditas membran plasma spermatozoa Perubahan lipid dan fosfolipid membran plasma Metabolisme sel Spermatozoa Hiperaktivasi sperma Konsentrasi ion intraselluler Aktivitas adenilsiklase Peningkatan fosforilasi protein kinase 4. FERTILISASI
Proses penggabungan yang kompleks antara sel gamet jantan (spermatozoa) dengan sel gamet betina (ovum) sehingga terbentuk zigot dan dilanjutkan dengan pembelahan dan perkembangan embrio yang terjadi diluar tubuh induk betina atau didalam media in vitro.
Fusi Spermatozoa dengan Sel telur ( Ovum) Reaksi akrosom Penetrasi spermatozoa pada Zona pellusida Kondensasi kepala spermatozoa dalam sel telur Pembentukan pronukles jantan dan betina Penyatuan pronukleus jantan dan betina (Singami) Pembentukan Zigot dan Pembelahan embrio
Tahapan Proses Fertilisasi Media Kultur TCM 199; CR1; SOF; MEM Supplementasi Serum dalam medium biakan ECS; OCS; Suplementasi Ko-kultur sel somatik dalam medium biakan Sel Kumulus; Fibroblas dan Cell line Growth Factor (IGF; TGF dan EGF) Pengaruh Sistim Inkubasi FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KULTUR EMBRIO IN VITRO Peralatan untuk IVF Peralatan Utama (Mayor Equitment) Incubator CO2; Mikroskop; Bilik steril (laminar Air Flow)