PENDAHULUAN
Dalam teknologi IB, kualitas semen merupakan suatu hal yang sangat
penting karena menjadi penentu berhasil atau tidaknya IB pada ternak. Salah satu
permasalahan utama dalam pengolahan semen kambing adalah adanya enzim
yang terkandung di dalam plasma semen. Rendahnya kualitas semen kambing
diduga akibat keberadaan enzim phospholipase A yang disebut juga egg yolk
coagulating enzyme yang dihasilkan bulbourethral gland secretion (BUS) yang
terkandung dalam plasma semen kambing (Paulenz et. al., 2005). Enzim ini dapat
menghidrolisis fosfolipid kuning telur menjadi lysophospholipid seperti
lysolecithin yang sifatnya toksik pada spermatozoa dan dapat menyebabkan reaksi
akrosom dini sehingga spermatozoa lebih cepat rusak. Sementara itu kuning telur
dan susu mengandung fosfolipid dan lesitin dalam pengencer yang sangat
dibutuhkan karena melindungi spermatozoa dari cold shock pada saat pendinginan
ataupun pembekuan (Amirat et. al., 2004).
Oleh karena itu perlu dilakukan suatu metode yang dapat menghilangkan
plasma semen yaitu dengan cara pencucian semen. Salah satu cara untuk
mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan pencucian semen dengan tujuan
memisahkan komponen-komponen seminal plasma dan bahan-bahan lain yang
dapat mempengaruhi potensi spermatozoa (Hafez, 2000). Pencucian semen
bertujuan untuk meminimalkan terjadinya koagulasi dengan harapan dapat
mempertahankan kualitas semen beku. Parameter yang diukur adalah
abnormalitas dan pola pergerakan spermatozoa yang terdiri 3 dari velocity
(kecepatan), linearitas, dan distance (jarak) spermatozoa. Pengukuran
abnormalitas spermatozoa penting dilakukan sebab abnormalitas yang tinggi dapat
mengganggu fertilitas jantan secara umum.
TINJAUAN PUSTAKA
Kambing Boer Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan yang telah
menjadi ternak yang ter-registrasi di Indonesia selama lebih dari 65 tahun. Kata
“Boer” artinya adalah petani. Ciri-ciri umum yang sering dijumpai pada kambing
Boer adalah tanduk melengkung keatas dan kebelakang, telinga lebar dan
menggantung, hidung cembung, rambut relatif pendek sampai sedang. Kambing
Boer merupakan kambing yang pertumbuhannya sangat cepat dibandingkan
dengan spesies kambing yang lain di dunia. Menurut Mason (1998) dalam Setiadi
(2003) rataan litter size kambing Boer adalah 1,7 ekor.
Kambing Boer merupakan salah satu ternak yang dapat digunakan sebagai
sumber kebutuhan daging bagi masyarakat serta mempunyai prospek untuk
dikembangkan karena mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan jenis
kambing lainnya yaitu pertumbuhannya yang cepat, ukuran tubuh yang besar dan
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kambing Boer juga sering
disilangkan dengan kambing jenis lain untuk mendapatkan hasil produktifitas
yang lebih tinggi (Suharyati dan Hartono, 2013).
Tingkat pertambahan bobot harian yang sesuai di Jerman adalah 257, 193,
dan 182 g/hari.Pertambahan bobot harian pada anak kambing yang disapih dapat
mencapai lebih dari 250 g/ha jika mendapatkan konsumsi pakan yang baik. Ini
jauh lebih tinggi dari pada anak kambing jenis lain. Pertumbuhan yang lebih cepat
menandakan bahwa kambing Boer berpotensi dapat mencapai bobot pemasaran
lebih awal (Newman and Paterson, 1997). 2.1.1 Kambing Peranakan Boer
Kambing peranakan Boer adalah kambing persilangan antara kambing Boer murni
dengan kambing jenis lainnya
Materi dan Metode Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai April
2023 di Laboratorium Reproduksi Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pra penelitian untuk
menyesuaikan ternak dengan kondisi pakan dan lingkungan sekitar, melatih
pejantan agar terbiasa dengan pengambilan sperma menggunakan vagina buatan.
Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah persentase spermatozoa hidup,
dan persentase spermatozoa abnormal.
Materi penelitian adalah 5 ekor kambing boer jantan umur dua tahun. Alat
utama yang digunakan antara lain vagina buatan, mikroskop merk Zeizz (Jerman)
dan alat sentrifus. Bahan yang digunakan antara lain gliserol, glukosa, kuning
telur, sodium sitrat, aquades dan SpermRinse (Vitrolife, Swedia). Urutan kerja
penelitian meliputi penampungan sperma, evaluasi, atau penilaian sperma,
pembuatan pengencer glukosa sitrat kuning telur, pembuatan bahan pencuci
sperma, pencucian sperma, dan pengamatan kualitas sperma.
Analisis data Data karakteristik sperma segar dihitung nilai mean dan
standar deviasinya. Data persentase hidup dan mati, dan abnormalitas
spermatozoa sesudah pencucian antara tiga perlakuan lama sentrifugasi dianalisis
dengan Duncan’s New Multiple Range Test.
DAFTAR PUSTAKA
Bearden, H.J. and J.W. Fuquay. 1997. Applied Animal Reproduction, 4th ed.
Prentice Hall. New York. Chemineau, P., Y. Cagnie, P. Orgeaur, and J.C. Vallet.
1991. Training Manual on Artificial Insemination in Sheep and Goats. Food and
Agricultural Organization of the United Nations. Rome.
Hafez, E.S.E. 2005. Reproduction in Farm Animal, 6th ed. Lea and Febiger.
Philadelphia.
Oktaviani, D. 2001. Pengaruh aras kuning telur dan aras gliserol terhadap
motilitas, viabilitas, dan abnormalitas spermatozoa kambing Bligon sebelum dan
sesudah pembekuan. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Parrish, J.J., A. Krogrnaes, and J.L. Susko-Parrish. 1995. Effect of bovine serum
separation by either swim-up or percoll method on success of in vitro fertilization
and early embryonic development.
Tambing, S.N., M.R. Toelihere, T.L. Yusuf, dan I.K. Sutama. 2003. Pengaruh
frekuensi ejakulasi terhadap karakteristik semen segar dan kemampuan libido
Kambing Saanen. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Toeliehere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa.
Bandung. Toeliehere, M.R. 1985. Inseminasi Buatan pada Ternak. Penerbit
Angkasa. Bandung.