Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PROJECT BASED

CROSSBREEDING SAPI PO

Disusun Oleh :

IMANIAH FAUZIAH 215050100111038

AMANDA BELLA ROMADHONA 215050100111040

AZKA FILLAH NAFTALI 215050100111041

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Atas rahmat dan hidayah-nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Crossbreeding sapi po” ini tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Pemuliaan Ternak. Selain itu laporan ini dibuat bertujuan untuk
menambah wawasan agar kami dapat mengetahui serta memahami tentang Crossbreeding
pada sapi po.
Terlebih dahulu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Dr.Ir. Gatot
Ciptadi, DESS., IPU.,ASEAN Eng selaku Dosen pemuliaan ternak yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan serta wawasan sesuai dengan mata kuliah
ini. Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu kami mohon saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Malang, 5 Mei 2023


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Crossbreeding atau persilangan pada hewan ternak telah dilakukan sejak dahulu
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi hewan ternak. Crossbreeding
sendiri adalah perkawinan antara hewan atau ternak yang berbeda bangsanya (Breed)
dimana masing-masing adalah bangsa murni. Persilangan dilakukan dengan cara
menggabungkan sifat-sifat unggul dari dua jenis atau lebih yang berbeda untuk
menghasilkan keturunan dengan sifat yang lebih baik, seperti pertumbuhan yang lebih
cepat, kualitas daging atau susu yang lebih baik, ketahanan terhadap penyakit, dan lain
sebagainya.
Salah satu jenis hewan ternak yang sering mengalami proses persilangan adalah
sapi. Persilangan sapi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas dan
kualitas daging serta susu. Selain sapi, hewan ternak lain seperti kambing, domba,
ayam, bebek, dan babi juga sering mengalami proses persilangan. Persilangan pada
hewan ternak selain meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, juga membantu
mengatasi masalah keturunan yang kurang unggul dan dapat menghasilkan keturunan
yang lebih sehat dan kuat.
Namun, persilangan pada hewan ternak juga memiliki risiko seperti penurunan
kualitas keturunan atau ketidakcocokan sifat-sifat yang diinginkan. Oleh karena itu,
pemilihan pasangan induk yang tepat dan metode persilangan yang baik sangat penting
dalam mencapai hasil yang diinginkan. Selain itu, Crossbreeding juga harus dilakukan
dengan etika dan memperhatikan kesejahteraan hewan dan lingkungan.
Peternakan di Indonesia terbesar terdapat pada ternak potong meliputi sapi potong,
domba potong, dan kambing potong yang dilatar belakangi meningkatnya konsumsi
pada saat hari raya Idul Adha. Menurut data (BPS, 2021) menyatakan populasi sapi
potong di Indonesia sebanyak 16.930.025 ekor tahun 2019, 17.440.393 ekor tahun
2020, dan 18.053.710 tahun 2021 angka ini terus bertambah setiap tahunnya.
Mengingat setiap tahun terjadi bertambah jumlah penduduk Indonesia dengan total 26
juta penduduk dengan populasi sapi 18 juta memiliki arti terjadinya kekurangan
pasokan sapi potong. Sebagian besar konsumen daging sapi potong di Indonesia adalah
penduduk yang tinggal di perkotaan. Sebaliknya masih banyak masyarakat golongan
ekonomi lemah yang sangat jarang mengkonsumsi daging sapi kecuali pada saat
perayaan hari-hari besar keagamaan atau kegiatan 2 upacara adat. Oleh karena itu,
daging sapi belum merupakan kebutuhan pokok mayoritas penduduk Indonesia.
Maka itu pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan populasi sapi dengan
melakukan cara-cara yang modern dengan menggunakan inseminasi buatan dan
crossbreeding untuk meningkatkan populasi sapi potong di Indonesia. Crossbreeding
merupakan salah satu teknik kawin silang untuk meningkatkan mutu genetik sapi
potong lokal Indonesia dengan cara menyilangkan genetik kedua induk sapi yang
berbeda bangsa untuk menghasilkan anakan yang baik (Nuryadi, 2014). Crossbreeding
di Indonesia menimbulkan pro dan kontra pada masyarakat dikarenakan keterkaitannya
dengan kelebihan dan kekurangan bakal anak dari induk yang melakukan
crossbreeding.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini akan membahas dampak crossbreeding dalam
program inseminasi buatan (IB) terhadap budidaya dan kinerja reproduksi sapi potong
di Indonesia. Pembahasan dimulai dari pemahaman tentang program persilangan sapi
potong dan hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan serta kelemahan dari
crossbreeding pada sapi potong di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Peranakan Ongole

Gambar 1. Sapi Peranakan Ongole

Salah satu sapi potong lokal yang memiliki keunggulan di Indonesia yaitu sapi
peranakan ongole (PO). Sapi peranakan ongole memiliki daerah penyebaran
terbanyak di Jawa Timur dan sebagian pulau jawa.

Sapi peranakan ongole (PO) memiliki karakteristik yaitu warna putih kelabuatau
kehitaman, kaki yang panjang, bentuk badan pada sapi betina lebih pendek
dibandingkan dengan sapi jantan, kepala yang relatif pendek dan melengkung, punuk
besar dan terdapat lipatan kulit dibawah perut dan leher.
2.2 Sapi Limousin

Gambar 2. Sapi Limousin

Sapi limousin merupakan sapi potong yang berasal dari perancis. Sapi limousin
memiliki kualitas yang baik. Jika persilangan dilakukan dengan pejantan limousin
dapat memiliki keuntungan yaitu hasil peranakan memiliki ukuran tubuh yang kecil
sehingga mempermudah dalam proses melahirkan.
Sapi limousin memiliki karakteristik yaitu berwarna merah keemasan seperti
warna jerami dibagian perut, sekitar kaki dan mulut, kemampuan mencernapakan
yang baik, serta memiliki presentase daging dalam karkas yang tinggi.
2.3 Persilangan Antara Sapi Peranakan Ongole dan Sapi Limousin

Sapi PO 100%(betina) Sapi Limousin 100%(jantan)

50% PO, 50%L(betina) Sapi Limousin 100%(jantan)


75% PO, 25%L(betina) Sapi Limousin 100%(jantan)

87,5% PO, 12,5%L(betina)

Bagan 1. Alur Persilangan antara Sapi Peranakan Ongole Betina dengan Sapi
Limousin Jantan
2.4 Kerugian Crossbreeding

Gambar 3. Kinerja Produksi dari sapi peranakan ongole dan hasil persilangannya
Dari gambar diatas, terdapat sapi hasil persilangan yang memiliki kualitas
kurang baik sehingga data yang diperoleh adalah angka konsepsi atau CR yang
menurun dari indukannya, nilai S/C yang semakin meningkat dan days opensemakin
panjang. Hal ini dapat menimbulkan dampak lain pada calving interval yang panhang
serta masa produktif yang pendek.

Gambar 4. Reproduksi dari sapi peranakan ongole dan hasil persilangannya


Berdasarkan hasil penelitian diatas memiliki beberapa kekurangan dari hasil
persilangan yaitu terjadinya ganguan reproduksi yang disebabkan oleh:
a. Nilai persentase anestrus pascaberanak yang tinggi

b. Nilai persentase gangguan endometris yang meningkat

c. Frekuensi pada perkawinan ulang atau repeat breeding yang membesar

d. Meningkat terjadinya kejadian korpus luteum persisten


Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Putro (2009) dalam Diwyanto dkk.,
(2009) juga memiliki kekurangan yang lain dari hasil persilangan yaitu:
1. Reproduktifitas sapi silang memiliki kecenderungan lebih rendah dibandingkan
dengan sapi lokal
2. Beberapa sapi hasil persilangan lebih mudah terserang penyakit mata atau rentan
terhadap parasit
3. Usaha pemeliharaan sapi hasil persilangan memiliki nilai NPV lebih kecil bahkan
sampai negatif dikarenakan sapi crossbreed mempunyai ukuran tubuh yang lebih
besar sehingga memerlukan input eksternal yang lebih besar.
2.5 Kelebihan Crossbreeding

Crossbreeding memiliki keuntungan yaitu memperbaiki fitness dan viability(daya


hidup) atau untuk menghasilkan sapi yang memiliki kombinasi genetik dari
keunggulan sifat tetuanya (Dwiyanto dkk., 2009).

Gambar 5. Ukuran Pertumbuhan Sapi LIMPO (Limousin dan PO)


Dari data penelitian yang telah dilakukan oleh Trifena dkk., (2011) hasil
persilangan yang dilakukan oleh sapi limousin jantan dan sapi peranakan ongole
betina menghasilkan turunan sapi yang memiliki tipe besar sehingga mempunyai laju
pertumbuhan yang lebih cepat dan besar dibandingkan dengan sapi indukannyayaitu
sapi peranakan ongole (PO).
Dari data diatas, dapat diperoleh komposisi gen yang dimiliki oleh salah satu
tetuanya agar dalam populasinya semakin lama dapat mengjasilkan ukuran yang
semakin besar.
Gambar 6. Karakteristik Hasil Persilangan antara Sapi Limousin dengan Sapi PO
Keberhasilan dalam crossbreeding pada persilangan sapi limousin dan sapi
POadalah anakan yang dihasilkan memiliki karakteristik yang baik dan bervariasi.
Sehingga dapat dilihat dari data diatas, terdapar perbedaan pada warna bulu, muka,
telinga dan punuk. Warna tubuh pada sapi LIMPO adalaj warna coklat kemerahan.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Llu et al., (2009) terdapat perbedaan warnayang
digunakan untuk mengidentifikasi bangsa dan jenis sapi dalam bangsa tersebut.
Perpaduan antara waran dari kedua indukan yang berbeda bangsa dapat menghasilkan
warna campuran sehingga terdapat variasi warna pada keturunan selanjutnya (Beatriz
et al., 2007).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Crossbreeding memiliki keuntungan yaitu memperbaiki fitness dan viability (daya
hidup) atau untuk menghasilkan sapi yang memiliki kombinasi genetik dari keunggulan
sifat tetuanya. Selain itu, terdapat kekurangan yang dilihat dari data diatas adalah
reproduktifitas sapi silang memiliki kecenderungan lebih rendah dibandingkan dengan
sapi lokal, beberapa sapi hasil persilangan lebih mudah terserang penyakit mata atau
rentan terhadap parasit, dan usaha pemeliharaan sapi hasil persilangan memiliki nilai
NPV lebih kecil bahkan sampai negatif dikarenakan sapi crossbreed mempunyai
ukuran tubuh yang lebih besar sehingga memerlukan input eksternal yang lebih besar
3.2 Saran
Penulis menyarankan agar peternak sapi crossbreed untuk dapat lebih aware
terhadap input eksternal yang diberikan kepada sapi tersebut, hal ini dikarenakan sapi
crossbreed memiliki ukuran tubuh yang besar.
DAFTAR PUSTAKA

Beatriz, G.G., P. Wiener, and J.L. Williams. 2007. Genetic effects on coat colour in cattle:
dilution of eumelanin and phaeomelanin pigments in an F2-Backcross Charolais ×
Holstein population. BMC Genetics. 7(8):56.
BPS. 2021. Populasi Sapi Potong Indonesia 2019-2021. Nuryadi. 2014. ILMU
REPRODUKSI TERNAK. Malang: UB Press.
Diwyanto, K., dan Inounu, I. 2009. Dampak Crossbreeding Dalam Program Inseminasi
Buatan Terhadap Kinerja Reproduksi Dan Budidaya Sapi Potong. WARTAZOA. 19(2):
93-102.
Liu, L., B. Harris, M. Keehan, and Y. Zhang. 2009. Genome scan of pigmentation traits in
Friesian-Jersey crossbred cattle. Journal of Genetics and Genomics.36: 661-666.
Supartini N., dan H. Darmawan. 2014. Profil Genetik dan Peternakan Sapi Peranakan Ongole
Sebagai Strategi Dasar Pengembangan Desa Pusat Bibit Ternak. Buana Sains. 14(1):
71-84.
Trifena, I Gede S. B., dan T. Hartatik. 2011. Perubahan Fenotip Sapi Peranakan Ongole,
Simpo, Dan Limpo Pada Keturunan Pertama Dan Keturunan Kedua (Backcross).
Buletin Peternakan. 35(1): 11-16.

Anda mungkin juga menyukai