Anda di halaman 1dari 13

Teknik Fertilisasi

In Vitro
Teknologi Reproduksi
Kelas C
kelompok 6
Anggota Kelompok

Muhammad Seftian Giras Danaspati


Afandi (215050101111194)
(215050101111165)

Nurma Angelita Sely Apriliya Rahayu


Riztrushana (215050101111181)
(215050101111132)
?? Sub Materi

1. Pengertian IVF
2. Tujuan Dilakukannya IVF
3. Tahapan Pelaksanaan IVF
4. Kutlur Embrio Pasca IVF
In Vitro Fertilisasi

Proses peenggabungan sel telur dan sel


spermatozoa yang terjadi diluar tubuh induk,
In vitro artinya didalam gelas atau tabung.
dalam proses IVF harus ada :
1. Sel telur atau ovum yang sudah siap dibuahi /
sudah mengalami pematangan / maturasi yang
ditandai dengan terbentuknya polar body I.
2. Spermatozoa yang sudah siap membuahi / telah
mengalami proses kapasitasi.
3. adanya peralatan dan medium.
Mengapa IVF perlu IVF sangat penting untuk meningkatkan jumlah
dilakukan keturunan ternak yang memiliki genetik yang relatif
pada ternak ? seragam dengan memanfaatkan semen pejantan
unggul dan induk unggul untuk diambil sel telurnya
melalui OPU (Ovum Pick Up). Dengan Teknik IVF
maka jumlah keturunan dari induk unggul dapat
ditingkatkan tidak hanya sekedar jumlah embrio
pada sistem produksi secara in vivo setelah
perlakuan ovulasi, melainkan jumlah oosit/sel telur
dapat diperoleh dalam jumlah yang banyak dari
induk sehat.
Tahapan Pelaksanaan IVF
Menurut Evans and Florman (2022) proses fertilisasi menyangkut beberapa
tahapan:
1. Adanya spermatozoa yang memadai untuk pembuahan (terkapasitasi)
2. Penggabungan sperma kedalam sitoplasma sel telur, meliputi bergabungnya
dan terjadinya fusi antara membran sperma dan oosit
3. Aktivasi oosit dan inisiasi siklus sel pertama
4. Pembentukan inti sel dan sel telur
5. Migrasi pronuclei yang mengawali penggabungan genom
6. Inisiasi pembelahan pertama dan perkembangan awal

Beberapa persiapan pembuahan/fertilisasi:


1. Persiapan pada spermatozoa yang berupa kapasitasi in vitro
2. Persiapan pada sel telur yang berupa pematangan sel telur secara in vitro
(IVM)
Persiapan Spermatozoa

Ketika kawin alami spermatozoa akan mengalami kapasitasi atau pematangan


semen pada saluran reproduksi betina
namun pada in vitro fertilisation dilakukan dengan :

1. Sentrifugasi Semen sebanyak 2 kali dengan kecepatan 600-700 rpm selama


masing-masing 10 menit dalam suatu medium kapasitasi.
2. Filtrasi semen menggunakan larutan percoll dengan medium preparasi dan
konsentrasi gradien yang telah di susun.
3. Gabungan antara Sentrifugasi dan Filtrasi Percoll
Persiapan Oosit

Dilakukan aspirasi atau pengambilan oosit pada ovary hewan ternak


1. metode chopper
2. metode isolasi folikel
3. metode pengambilan folikel dengan spuit

setelahnya akan dilakukan maturasi oosit dengan cara :


mengkultur oosit yang belum matang pada suatu media maturasi in vitro.
meliputi pematangan inti sel dan sitoplasma
Pelaksanaan In Vitro Fertilization
Oosit yang sudah dimaturasi dalam medium maturasi dicuci dua kali dengan
medium TALP
Sebanyak 10 oosit ditepatkan pada 50 mikroliter drop medium fertilisasi,
tyrode lactate medium yang disuplementasi dengan 2 mikrogram/ml
heparin, 20 mikrometer penisillamin, 10 mikrometer hypotaurin dan 1
mikrometer epineprin
Diinkubasi 18 jam pada suhu 38,5°C, 5% CO2 dalam udara
sel-sel kulumus dipisahkan dari oosit dengan pemipetan berulang dalam 2
ml medium TL-Hepes yang terletak pada cawan petri 3mm
Oosit yang telah terfertilisasi dipindahkan dalam medium kultur embrio
untuk dilakukan inkubasi agar berkembang menjadi fase embrio berikutnya
Kultur Embrio Pasca In Vitro Fertilization
Tujuan : Mempertahankan kehidupan dan memberikan kesempatan embrio untuk
berkembang.
Perkembangan sistem kultur embrio :
System ko-kultur sel-sel somatik
System Ko kultur : Menggunakan beberapa jenis sel somatik dalam kultur
(sel kumulus, sel granulosa, sel trofoblas, sel tuba falopii, dan sel uterus).
Berlangsung pada akhir tahun 1980 - awal tahun 1990.
Keuntungan : Meningkatkan jumlah embriyo layak transfer (Blastosis)
menjadi 30-40 %.
Kelemahan : Kondisi medium yang tidak pasti (Indefinitif) menyulitkan
saat evaluasi kebutuhan nutrisi embrio.
Penggunaan serum dalam kultur
Medium indefinitif : susunan kimiawinya tidak diketahui secara pasti karena dalam
medium ditambah serum sebagai sumber protein.
1. Serum : Serum fetus sapi atau serum sapi berahi yang mengandung komponen
penting ( Protein, mineral, elemen mikro, vitamin, asam amino, substrat energi,
faktor pertumbuhan, substansi penyangga) dan komponen negatif (Substansi
toksik). Hormon ( estradiol, progesteron, LH, dan prolaktin).
2. Dampak positif serum : meningkatkan presentase blastosis yang dihasilkan dan
jumlah blasstosis yang menetas, serta jumlah sel dalam embrio.
3. Negatif : menyebabkan berat lahir tinggi, Kejadian hidroalantois, malformasi
kongenital, serta kematian saat lahir tinggi.
Perbedaan morfologi kultur embrio dengan serum dan tanpa serum ( Blastulasi terjadi
lebih awal, butir lemak, perbedaan metabolisme, produksi laktat, serta kandungan
ATP lebih banyak.)
Kandungan lemak tinggi pada embrio -] terbentuknya kristal es intraseluler yang tidak
merata, menyebabkan rusaknya sel selama proses kriopreservasi.
Sistem kultur semi definitif dan definitif
Medium semi definitif : BSA (Bovine Serum Albumin) dan asam amino.
Karena sebagian substansi BSA tidak dapat diidentifikasi secara pasti.
Sebagai sumber protein kompleks bagi embrio.

Peran asam amino essensial dan non essensial :


A.Amino nonessensial mensitumulasi perkembangan fase awal cleavage,
menstimulasi pertumbuhan embrio mulai dari membentuk blastosis dan
menetas.
A.Amino essensial meningkatkan jumlah sel blastosis dan diferensiasi sel
menjadi massa sel bagian dalam.

Medium definitif : medium bebas BSA, bebas serum, bebas sel somatik, dan
bebas protein. Tersusun atas bahan-bahan kimia dengan komposisi bahan
penyusun diketahui pasti. Contoh : PVA (Polyvinyl Alkhohol) dan suplementasi
asam amino yang mampu meningkatkan angka perkembangan embrio menjadi
blastosis dan meningkatkan jumlah sel blastosis.
REFERENSI
Wahjuningsih,S., susilawati,T., Ihsan,M.N., Busono, W., Isnaini,N., dan Yekti, A.P.A.
(2019). Teknologi Reproduksi Ternak. Universitas Brawijaya Press

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai