PENDAHULUAN
Batu apung atau pumice adalah bahan galian industri yang termasuk golongan
C yang cukup berperan dalam sektor industri, baik sebagai bahan utama maupun
sebagai bahan tambahan. Batu Apung adalah hasil gunung api yang kaya akan
silika dan mempunyai struktur porous, yang terjadi karena keluarnya uap dan gasgas yang larut didalamnya pada waktu terbentuk, berbentuk blok padat, fragmen
hingga pasir atau bercampur halus dan kasar. Batu Apung terdiri dari pada silika,
alumina, soda, besioksida. Warnanya antara lain putih, abu-abu kebiruan, abu-abu
gelap, kemerah-merahan, kekuning-kuningan, jingga. Bongkah-bongkah di waktu
kering dapat terapung diatas air. Penyelidikan umum dan eksplorasi batu apung
telah banyak dilakukan di Indonesia, salah satunya di beberapa daerah yang
tersebar di pulau lombok, NTB. Pulau Lombok salah satu daerah penghasil batu
apung terbanyak di Indonesia.
Eksplorasi secara umum dilakukan dengan tambang terbuka dan secara
manual, yaitu tidak membutuhkan peralatan yang khusus untuk mendapatkannya.
Kebanyakan batu apung yang diperolehdari penambangannya hanya berupa batu
apung yang dipisah berdasarkan ukurannya yang kemudian dijual dengan variasi
ukuran
tersebut.
Namun
dalam
proses
pengolahan
selanjutnya
untuk
telah menunjukkan peningkatan yang berarti, dan hal ini mengakibatkan segi
permintaan akan batu apung Indonesia terus meningkat.
Dari segi pemasokan, produksi batu apung di Indonesia sebagian besar
berasal dari daerah Nusa Tenggara Barat dan sisanya dari daerah Ternate, Jawa
dan lain-lain. Sementara itu, impor batu apung dapat dikatakan tidak ada atau
untuk kebutuhan di dalam negeri sudah terpenuhi. Di Lombok Barat sedikitnya
ada 20 perusahaan pengololahan batuapung yangtersebar di berbagai wilayah.
Namun Saat ini penambangan batuapung di Lombok Barat banyak menuai
masalah, terutama masalah lingkungan dimana sebagian besar penambangan
dilakukan tanpa memiliki perijinan dan tidak memperhatikan kelestarian
lingkungan. Limbah batu apung yang berasal dari pengayakan batu apung itu
sendiri telah merusak lingkungan. Hal ini dikarenakan pembuangannya pada lahan
yang masih produktif. Sehingga diperlukan suatu usaha untuk menaggulangi
limbah tersebut. Salah satunya yaitu dengan penggunaan limbah batu apung
sebagai bahan bangunan berupa batako, paving blok, genteng beton, beton ringan.
Hal ini dikarenakan selain sebagai salah satu penanggulangan limbah batu apung,
juga menjadi salah satu alternatif bahan bangunan yang ekonomis, serta peluang
lapangan kerja bagi masyarakat.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui kelimpahan Pumice di alam
2. Untuk mengetahui sifat Pumice
3. Untuk mengetahui kegunaan Pumice
BAB II
- Sub areal
- Sub aqueous
- New ardante; yaitu endapan yang dibentuk oleh pergerakan ke luar secara
horizontal dari gas dalam lava, yang menghasilkan campuran fragmen dengan
berbagai ukuran dalam suatu bentuk matriks.
-
formasi Kasai).
Lampung: sekitar Kepulauan Krakatau terutama di P. Panjang (sebagai
Kiaraberes Bogor.
Daerah Istimewa Yogyakarta; Kulon Progo pada Formasi Andesit Tua.
Nusa Tenggara Barat: Lendangnangka, Jurit, Rempung, Pringgasela (tebal
singkapan 2-5 m sebaran 1000 Ha): Masbagik Utara Kec. Masbagik Kab.
Lombok Timur (tebal singkapan 2-5 m sebaran 1000 Ha); Tanah Beak,
Kec. Batukliang Kab. Lombok Tengah (dimanfaatkan sebagai campuran
beton ringan dan filter); Kopang, Mantang Kec. Batukliang Kab. Lombok
Barat (telah dimanfaatkan untuk batako, sebaran 3000 Ha); Narimaga Kec
Rembiga Kab. Lombok Barat (tebal singkapan 2-4 m, telah diusahakan
rakyat).
Maluku: Rum, Gato, Tidore (kandungan SiO2 = 35,92-67,89%; Al2O3 =
6,4- 16,98%).
BAB III
PERTAMBANGAN
3.1. Eksplorasi
Batu apung sebagai bahan galian tersingkap dekat permukaan, dan relatif
tidak keras. Oleh sebab itu, penambangan dilakukan dengan tambang terbuka atau
tambang permukaan dengan peralatan sederhana. Pemisahan terhadap pengotor
dilakukan dengan cara manual. Apabila dikehendaki ukuran butir tertebtu proses
pemecahan (grinding) dan pengayakan dapat dilakukan.
Penelusuran keterdapatan endapan batu apung dilakukan dengan
mempelajari struktur geologi batuan di daerah sekitar jalur gunung api, antara lain
dengan mencari singkapan-singkapan dengan geolistrik atau melakukan
pengeboran dan pembuatan beberapa sumur uji. Selanjutnya, dibuat peta topografi
daerah yang diperkirakan mengandung endapan batu apung dengan skala yang
besar guna melakukan eksplorasi detail. Eksplorasi detail bertujuan untuk
mengetahui kualitas dan kuantitas cadangan dengan lebih pasti. Metode eksplorasi
yang digunakan diantaranya adalah dengan pengeboran (bor tangan dan bor
mesin) atau dengan pembuatan sumur uji.
Cangkul
Linggis
Tali
Belincong
Ember
10
3.3. Pengolahan
Untuk menghasilkan batu apung dengan kualitas yang sesuai dengan
persyaratan ekspor atau kebutuhan di sektor konstruksi dan industri, batu apung
dari tambang diolah terlebih dahulu, antara lain dengan menghilangkan pengotor
dan mereduksi ukurannya.
Pemilahan (sorting); untuk memisahkan batu apung yang bersih dari batu
apung yang masih banyak pengotornya (impuritis),dan dilakukan secara
manual atau dengan scalping screens.
11
12
air,
yang
salah
satunya
dapat
dilakukan
dengan
13
Digali
Dipecah sesuai
ukuran
Digiling atau
Dihaluskan
Penjemuran
Dipasarkan
Dikemas
Bahan
Bangunan
Penyortiran
Limbah Batu
Apung
14