Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI Eksklusif


2.1.1

Pengertian

Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan
garamgaram anorganik yang disekresi oleh kelenjar air susu ibu. Penelitian telah
membuktikan bahwa ASI merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi sampai usia enam bulan. ASI eksklusif adalah
Pemberian ASI pada bayi tanpa tambahan makanan lainnya ataupun cairan
lainnya seperti susu formula, jeruk, madu, teh, air putih dan tanpa tambahan
makanan padat apapun seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan
tim sampai usia enam bulan (Roesli, 2000). WHO menganjurkan pemberian ASI
eksklusif, yakni bayi diberi ASI selama enam bulan pertama tanpa mendapat
tambahan apapun. Selama ASI eksklusif pemantauan tumbuh kembang bayi harus
dilakukan rutin tiap bulan baik posyandu atau di rumah sakit (Tjipta, 2009).
Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal baik
fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat
terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah dengan
menyusui secara dini dengan posisi yang benar, teratur dan eksklusif. Oleh karena
itu, salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana ibu dapat tetap
memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif sampai enam bulan dan dapat
dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun. Organisasi Kesehatan Dunia, WHO
dan Pemerintah Indonesia mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
7

450/MENKES/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif


pada bayi Indonesia mulai tanggal 7 April 2004 ( Puslitbang Gizi dan Makanan,
2009).

2.1.2

Komposisi

ASI merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, vitamin, dan
mineral yang berfungsi sebagai makanan bayi. ASI mengandung laktosa yang
merupakan karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber
energi untuk otak. Kandungan laktosa di dalam ASI hampir dua kali lipat lebih
banyak dibandingkan di dalam susu formula. Namun kejadian diare akibat tidak
mampu mencerna laktosa jarang ditemukan pada bayi (intoleransi laktosa). Ini
disebabkan penyerapan laktosa ASI jauh lebih baik dibandingkan dengan susu
sapi atau susu formula (IDAI, 2008).
Laktosa dirubah menjadi asam laktat dan asam asetat dengan bantuan
lactobacillus bifidus. Asam laktat dan asam asetat ini menjadikan saluran
pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan mikroorgaisme
(Roesli, 2000).
Protein merupakan makronutrien yang ditemukan pada ASI. Susu sapi
mengandung lebih banyak protein (3,5 g/dl) dibandingkan dengan ASI (0,7 g/dl),
tetapi kadar ini melebihi kebutuhan bayi. ASI lebih banyak mengandung protein
whey, terutama laktalbumin suatu protein yang lebih komplek dibandingkan
dengan protein kasein. Tingginya persentase kasein dalam susu sapi menyebabkan
terbentuknya gumpalan keju keras dan besar (Wong dkk, 2009).

ASI mengandung asam amino yang lebih lengkap dibandingkan dengan susu sapi.
ASI juga kaya akan nukleotida (berbagai sebanyawa organik yang tersusun dari
tiga jenis basa nitrogen, karbohidrat dan fosfat) dan memiliki kualitas yang lebih
baik dibandingkan dengan susu sapi. nukleotida ini memiliki peran dalam
pertumbuhan dan kematangan usus serta meninkatkan penyerapan besi dan daya
tahan tubuh (IDAI, 2008).
Asam lemak tak jenuh tunggal lebih banyak terkandung di dalam ASI, terutama
asam linokleat, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung lemak tak jenuh
ganda. ASI memiliki butiran lemak yang lebih kecil dibandingkan susu sapi yang
memungkinkan bayi mampu mengabsorbsi lemak ASI lebih efisien (Wong dkk,
2009). Lemak mampu membantu meningatkan berat badan bayi dengan cepat
karena ASI mengandung lemak dengan nilai kalori tinggi. ASI mengandung
lipase yang mampu memecah lemak agar mudah diserap (Mainstone, 2008).
Lemak omega 3 dan 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi, yang banyak
ditemukan pada ASI. ASI juga mengandung banyak asam lemak rantai panjang
dari pada asam Dokosahesaoik (DHA) dan asam Arakidonat (ARA) yang
berkembang terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata.
ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada tiga minggu pertama
menyusui, bahkan dalam kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi. Karnitin ini
membantu dalam proses pembentukan energi yang dapat mempertahankan
metabolism tubuh. Konsetrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi
dibandingan bayi yang mendapat susu formula.

10

Zat gizi lainya yang terkandung di dalam ASI yaitu vitamin D, E, A, K dan
vitamin yang larut dalam air. Vitamin D rendah di dalam ASI tetapi sudah cukup
mampu memenuhi kebutuhan bayi. Vitamin E berfungsi dalam mempertahankan
diding sel darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan anemia.
Bahan baku pembuat vitamin A yaitu beta karoten banyak ditemukan pada ASI.
Vitamin A berfungsi menjaga kesehatan mata, mendukung pembelahan sel,
kekebalan tubuh dan pertumbuhan. Hal ini yang dapat menerangkan kenapa anak
dengan ASI mengalami tumbuh kembang dan daya tahan yang baik. Vitamin K
dibutuhkan dalam pembekuan darah, kadar vitamin K di dalam ASI hanya
seperempat dibandingkan dengan susu formula, oleh karena itu bayi baru lahir
diberikan vitamin K dalam bentuk injeksi (IDAI, 2008).
Hampir seluruh vitamin yang larut di dalam air seperti vitamin B, asam folat, dan
vitamin C terdapat di dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi di dalam
ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah di dalam ASI
ibu yang gizi kurang. Vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal pertumbuhan bayi,
sehingga ibu menyusui penting diberikan vitamin ini. Vitamin B12 cukup banyak
ditemukan pada makan sehari-hari kecuali pada orang vegetarian (IDAI, 2008).
Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang mepunyai fungsi
pertumbuhan jaringan otak dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan
darah. Kekurangan kalsium berupa kejang otot lebih banyak ditemukan pada bayi
yang hanya mendapat susu formula.
Kandungan zink rendah pada susu sapi dan ASI, akan tetapi zink pada ASI lebih
cepat diserap bayi (Wong dkk, 2009). Zink merupakan mineral yang sangat

11

esensial di dalam tubuh manusia. Mineral ini dibutuhkan dalam metabolisme


tubuh. Salah satu penyakit akibat kekurangan mineral ini adalah acrodermatitis
enterophatica dengan gejala kemerahan di kulit, diare kronis, gelisah dan gagal
pada tumbuh (IDAI, 2008).
ASI mengandung banyak anti bodi yang dibagi menjadi dua bagian yaitu sel darah
putih dan faktor lain. Pada sel darah putih mengandung limfosit B, limfosit T,
makrofag, dan neutrophil. Molekul lain yang ditemukan di dalam ASI adalah IgA,
bifidus, oligosakarida, asam lemak, laktoferin, dan mucin (Mainstone, 2008). ASI
terutama kolostrum mengandung kadar tinggi aktivitas lisoenzim dan IgA yang
memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit bakteri dan virus terutama
yang mengenai saluran pernafasan termasuk otitis media akut dan gastrointestinal.
Bukti bahwa ASI melindungi tubuh terhadap terjadinya alergi dan memperkuat
respon imun aktif terhadap vaksin Haemophilus influenza tipe B (Wong dkk,
2009).

2.1.3

Manfaat

Manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek
imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek
penundaan kehamilan (Danuatmaja, 2006).
a. ASI merupakan nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang terbaik.
ASI yang dihasilkan oleh seorang ibu yang melahirkan secara premature
komposisinya akan berbeda dengan ASI yang yang dihasilkan ibu yang
melahirkan cukup bulan. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik
kualitas maupun kuantitasnya. Dengan melaksanakan manajemen laktasi secara

12

baik, ASI sebagai makanan tunggal akan mencukupi kebutuhan tumbuh bayi
hingga usia enam bulan (IDIAI, 2008).
b. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh
Bayi baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan atau daya
tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut dengan cepat
akan menurun segera setelah kelahirannya. Badan bayi baru lahir akan
memproduksi sendiri imunoglobulin secara cukup saat mencapai usia sekitar
empat bulan. Pada saat kadar imunoglobulin dari ibu menurun dan yang dibentuk
sendiri oleh tubuh bayi belum mencukupi, terjadilah suatu periode kesenjangan
imunoglobulin pada bayi. Kesenjangan tersebut hanya dapat dihilangkan atau
dikurangi dengan pemberian ASI. Air Susu Ibu merupakan cairan yang
mengandung kekebalan atau daya tahan tubuh sehingga dapat menjadi pelindung
bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus dan jamur (IDIAI, 2008)
c. ASI eksklusif membantu perkembangan anak
Kecerdasan perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan
pertumbuhan otak. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak anak
adalah nutrisi yang diterima saat pertumbuhan otak, terutama saat pertumbuhan
otak cepat. Lompatan pertumbuhan pertama atau growth sport sangat penting
pada periode inilah pertumbuhan otak sangat pesat. Nutrisi pada ASI yang tidak
ada atau hanya sedikit terdapat pada susu sapi yaitu taurin, laktosa, hidrat arang,
dan asam lemak ikatan panjang (Prastyo, 2010).

13

d. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang bayi


Hal ini karena anak sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui dapat
merasakan kasih sayang ibu, rasa aman, tenteram dan terlindung. Perasaan
terlindung dan disayang inilah yang menjadi dasar perkembangan emosi anak,
yang kemudian membentuk kepribadian anak menjadi baik dan penuh percaya diri
(IDIAI, 200)8
e. Pemberian ASI dapat menurunan risiko kanker payudara (breast cancer).
Ibu yang tidak pernah menyusui menurut American Cancer Society (2011)
berisiko 3,4 kali mengalami kanker payudara. Dengan menyusui kelejar payudara
akan berfungsi secara fisiologis, tetapi pada ibu yang tidak menyusui kelenjar
payudara

tidak

difungsikan

secara

maksimal

sehingga

dapat

memicu

pembentukan sel kanker.

2.2 Ibu Primipara


Primipara adalah wanita yang pertama kali melahirkan anak yang mampu
bertahan hidup. Ibu primipara sebagai wanita yang telah menyelesaikan satu
kehamilan dengan bayi yang dapat bertahan hidup. Ibu primipara merupakan
wanita yang baru pertama kali mempunyai anak dan baru menjadi seorang ibu.
Beberapa ibu primipara biasanya mempunyai keinginan untuk melahirkan bayi
yang bebas dari gangguan, sehingga hal tersebut akan memotivasi ibu untuk
mencari pengetahuan tentang perawatan maternal, salah satunya yaitu tentang cara
pemberian ASI yang benar (Lowdermilk, 2005)

14

2.3 Konsep Pengetahuan


2.3.1

Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara dan angket yang
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau
responden (Notoatmodjo, 2010)

2.3.2

Manfaat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang


sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri seseorang
terjadi proses yang berurutan yakni:
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam diri
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut. Disini sikap
subyek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

15

d. Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.Apabila penerimaan perilaku baru
atau diadopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan
bersifat langgeng (Notoatmodjo, 2009).

2.3.3

Tingkat pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2009) tingkat pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkat,


yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang yang dipelajari antara lain:
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak
balita.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar,
dengan cara menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang real (sebenarnya).

16

d. Analisis (Analysis).
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis).
Sintesis

menunjuk

kepada

suatu

kemampuan

untuk

meletakkan

atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.


Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulas-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan


pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada.

2.3.4

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Lukman yang dikutip oleh Hendra (2008), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan, yaitu:
a. Umur
Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.
Selain itu Abu Ahmadi (2001), juga mengemukakan bahwa daya ingat seseorang
itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini, maka dapat kita

17

simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada


pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur
tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang.
b. Inteligensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak
guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi
seseorang merupakan salah satu model untuk berfikir dan mengolah berbagai
informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan
berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.
c. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana
seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk
tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan
memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang.
d. Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang
memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena
hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu
pengetahuan.

18

e. Pendidikan
Pendidikan

adalah

suatu

kegiatan

atau

proses

pembelajaran

untuk

mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran


pendidikan itu dapat berdiri sendiri.
f. Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun
seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi
yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar akan dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang.
g. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa
pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi
pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

2.3.5

Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang


menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2007). Cara
mengukur tingkat pengetahuan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan,
kemudian dilakukan penilaian nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk

19

jawaban salah. Kemudian digolongkan menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup dan
kurang. Dikatakan baik(> 75%), cukup (60-75%), dan kurang (<60%) (Nursalam,
2008)

2.4 Konsep Motivasi


2.4.1

Pengertian motivasi

Istilah motivasi (Motivation) berasal dari perkataan bahasa latin, yaitu moreve,
yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku.
Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau needs (Notoatmodjo,
2007). Motivasi adanya keinginan dan kebutuhan pada diri individu, memotivasi
individu tersebut untuk memenuhi (Sunaryo, 2004). Pentingnya motivasi karena
motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung prilaku
manusia, supaya mau antusias untuk mencapai hasil yang optimal (Hasibuan,
2005).
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan
(Ghufron, 2010).

2.4.2

Macam-macam Motivasi

Menurut Sunaryo (2004) ada dua macam motivasi, yaitu :


a. Motivasi primer
Motivasi primer adalah motivasi yang tidak dapat dipelajari karena berbentuk
insting dan untuk mempertahankan hidup serta mengembangkan keturunan.
Motivasi ini sering di sebut drive.

20

b. Motivasi sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dapat dimodifikasi, dikembangkan, dan
dipelajari, seiring dengan pengalaman yang diperoleh individu.

2.4.3

Aspek Motivasi

Menurut Ghufron, (2010) ada beberapa aspek motivasi yaitu :


a. Kesenangan
Kesenangan berupa bentuk ekspresi individu dalam melakukan tugas pekerjaaan
tanpa disertai dengan keterpaksaan.
b. Ketertarikan
Ketertarikan keinginan individu dalam melakukan karena merasa pekerjaan
tersebut memiliki daya tarik tersendiri.
c. Mengerti akan kemampuan
Mengerti akan kemampuannya yang bermakna derajat atau tingkat individu dalam
melakukan pekerjaan secara baik dan benar didorong oleh kemampuan yang ada
pada diri individu tersebut
d. Kebebasan untuk memilih
Kebebasan untuk memilih. Setiap individu bebas memilih suatu tugas pekerjaan
yang dirasa sangat tepat dan cocok untuk dijalaninnya.

2.4.4

Faktor Penggerak Motivasi

Menurut Djamarah (2002), motivasi terbagi menjadi dua jenis yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

21

a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik datang dari hati sanubari umumnya
karena kesadaran.
Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik
yaitu:
1. Kebutuhan (need)
Seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya faktor-faktor kebutuhan
baik biologis maupun psikologis.
2. Harapan (expentancy)
Seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan keberhasilan
bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga diri meningkat dan
menggerakkan seseorang ke arah pencapaian tujuan.
3. Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa ada
yang menyuruh (tanpa adanya pengaruh dari orang lain).
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik
adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang atau
pengaruh dari orang lain sehingga seseorang berbuat sesuatu (Hamzah, 2009).
Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik
adalah :

22

1. Dorongan keluarga
Ibu memberikan ASI bukan kehendak sendiri tetapi karena dorongan dari
keluarga seperti suami, orang tua, teman.
2. Lingkungan
Lingkungan adalah tempat di mana seseorang tinggal. Lingkungan dapat
mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu.
Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam memotivasi
seseorang dalam mengubah tingkah lakunya.
3. Media
Media adalah faktor yang sangat berpengaruh bagi seseorang mungkin karena
pada era globalisasi ini hampir dari waktu yang dihabiskan adalah berhadapan
dengan media informasi, baik itu media cetak maupun elektronika (TV, radio,
komputer/internet) sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang
akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah yang positif terhadap
kesehatan.

2.4.5

Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Ghufron (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi


seseorang, yaitu :
a. Prestasi
Kebutuhan untuk berprestasi adalah keinginan manusia untuk memperjuangkan
tugas dan melibatkan usaha individu dalam menghadapi lawan dan tantangan.

23

b. Pengakuan
Pengakuan adalah keinginan untuk diakui secara sosial dan keinginan untuk
terampil. Sementara reputasi adalah penghargaan orang lain terhadap individu
karena kecakapannya. Individu akan merasa dihargai apabila pengalaman
digunakan dalam partisipasi menyelesaikan tugas yang lebih rumit dan penting.
c. Pekerjaan itu sendiri
Individu senang dengan pekerjaannya karena pekerjaan itu sendiri. Individu
menyukai pekerjaan tersebut karena diikuti dengan minat dan bakat yang dimiliki.
Individu merasa pekerjaan yang ada menjadi sesuatu yang menantang untuk
berkembang dan menjadi lebih baik.
d. Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah keinginan manusia agar dapat mengerjakan tugas dengan
baik dan memadai. Hal ini berarti individu mempunyai keinginan untuk merasa
dapat melakukan tugas dan tanggung jawab.
e. Kemajuan
Individu merasa bahwa pekerjaan yang diperoleh sekarang ini memberikan
kemajuan dalam bekerja. Pekerjaan memberikan kesempatan bagi individu untuk
menambah wawasan, mengembangkan bakat, dan kemajuan.
f. Perkembangan
Sejalan dengan kemajuan, perkembangan mempunyai dimensi yang banyak dan
jangkauan yang lebih luas. Kemajuan tidak hanya dalam bidang kerja, tetapi
meluas pada bidang kehidupan. Prestasi kerja dan pekerjaan akan memberikan
kepercayaan pada diri sendiri untuk mengembangkan diri pada segi kehidupan

24

yang lain seperti bersosialisai, mengembangkan bakat, dan menambah wawasan


dan pengetahuan.

2.4.6

Cara Meningkatkan Motivasi

Dengan tehnik verbal menurut Widayatun (dalam Sriami, 2010) yaitu :


a. Berbicara untuk membangkitkan semangat.
b. Pendekatan pribadi.
c. Diskusi dan sebagianya.
d. Tehnik tingkah laku (meniru, mencoba, menerapkan).
e. Tehnik intensif dengan cara mengambil kaidah yang ada.
f. Supertisi (kepercayaan akan sesuatu secara logis, maupun membawa
keberuntungan).
g. Citra/image yaitu dengan imajinasi atau daya khayal yang tinggi maka
individu termotivasi.

2.4.7

Penilaian Motivasi

Menurut Winardi (dalam Eka Desi, 2012) ada 2 macam metode yang sering kali
digunakan untuk menilai kekuatan keinginan yaitu dengan cara:
a. Pertama-tama pernyataan yang berhubungan dengan keinginan-keinginan
spesifik untuk memberikan ASI eksklusif, dirumuskan dan para ibu diminta
untuk menunjukkan ada tidaknya keinginan-keinginan demikian pada diri
mereka.
b. Prosedur kedua adalah mengasumsi bahwa masing-masing pekerja memiliki
suatu hirarki kebutuhan, dimana ada kebutuhan tertentu, yang lebih kuat

25

dibandingkan dengan kebutuhan lain, dan bahwa seorang individu akan


berupaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada waktu permulaan.
Setelah data terkumpul akan dihitung menggunakan rumus:

Keterangan :
N

= Presentase

SP

= Jumlah nilai yang di dapat

SM

= Jumlah item yang dinilai

Penilaian motivasi menurut Arikunto (dalam Eka Desi, 2012) dapat dibedakan
menjadi :
1) Tinggi

:75-100%

2) Sedang

:56-75%

3) Rendah

: <56%

2.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Dengan Motivasi


Ibu Primipara Untuk Memberikan ASI Eksklusif
Pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan murapakan hal yang penting.
ASI mengandung nutrisi dengan kualitas dan kuantitas terbaik bagi bayi yang
dapat memaksimalkan tumbuh kembang anak, status gizi dan menurunkan risiko
terjangkit suatu penyakit sperti diare dan ISPA (Friedman, 2005). Untuk itu
penting diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku ibu dalam
memberikan ASI eksklusif.

26

Menurut Yani (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku ibu untuk


memberikan ASI secara eksklusif salah satunya adalah motivasi ibu dan
pengetahuan. Pengetahuan dan motivasi ibu dalam memberikan ASI merupakan
faktor yang berhubungan. Semakin tinggi pengetahuan semakin tinggi pula
motivasi ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Seseorang yang memiliki
pengetahuan tetapi tanpa motivasi atau kepercayaan diri tidak akan melakukan hal
positif (Nurma, 2009).
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Perubahan prilaku maupun motivasi ibu didasari oleh pengetahuan bagaimana
pentingnya ASI eksklusif. Pada awalnya pengetahuan akan memberikan
Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam diri mengetahui
terlebih dahulu pentingnya ASI eksklusif. Setelah itu ibu akan merasa Interest
(merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut. Disini sikap subyek sudah
mulai timbul. Munurut wadjosumidjo (2002) sikap merupakan arah intensitas
perasaan yang didasari keyakinan, penalaran, pemahaman dan penghayatan
mengenai suatu objek yang relatif tetap serta memberikan motivasi kepada
individu untuk membuat respon positif maupun negatif terhadap objek tersebut.
Hal ini berarti sikap hanya menunjukkan adanya ketertarikan individu terhadap
pemberian ASI eksklusif dan dengan motivasi yang tinggi diharapkan sikap ini
akan menjadi prilaku yang nyata.
Sedangkan menurut Ghufron, (2010) dengan pengetahuan dan sikap yang baik
akan dapat meningkatkan motivasi seseorang untuk melakukan apa yang

27

diyakininya baik bagi dirinya. Dengan tiga komponen ini baik pengetahuan, sikap,
motivasi akan mendorong seseorang mencoba terus prilaku positif dan beradaptasi
dengan kebiasaan tersebut sehingga prilaku positif ini akan bersifat langgeng
(Notoatmodjo, 2009). Hasil ini di dukung penelitian yang dilakukan oleh Widiarti
(2012) menemukan ada hubungan signifikan pengetahuan dengan motivasi ibu
dalam memberikan ASI eksklusif dan penelitian lain yang dilakukan Kartikasari
(2009) menemukan ada hubungan signifikan motivasi dengan pemberian ASI
eksklusif.

Anda mungkin juga menyukai