(1322-1406 H 1904-1985)
Beliau adalah Ustadz Umar Abdul Fattah bin Abdul Qadir Musthafa Tilmisani. Diangkat
sebagai Mursyid 'Aam Ikhwanul Muslimin setelah meninggalnya Mursyid ke dua, Ustadz
Hasan al-Hudhaibi pada bulan November 1973.
1. Masa Kecil dan Pertumbuhannya
Asal-usulnya kembali kepada wilayah Tilmisani di al-Jazaair. Lahir di kota Kairo pada
tahun 1322 Hijriah, atau 1904 Masehi, di jalan Hausy Qadim di Al-Ghauriah. Kakek dan
ayahnya bekerja sebagai pedagang pakaian dan batu mulia. Kakeknya adalah seorang
salafi yang banyak mencetak buku-buku karya Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab.
Karena itu ia tumbuh dalam lingkungan yang jauh dari bid'ah.
Syeikh Umar Tilmisani belajar di Sekolah Ibtidaiyyah Jam'iyyah Khaeriyah, lalu
melanjutkan di Sekolah Tsanawiyah al-Hilmiyah. Setelah itu, ia kuliah di Fakultas
Hukum. Setelah menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1933, ia kemudian menyewa
sebuah kantor advokat di jalan Syabiin al-Qanathir, dan bergabung dengan jamaah
Ikhwanul Muslimin.
Ustadz Tilmisani adalah pengacara pertama yang bergabung dengan Ikhwan. Di sinilah ia
mengerahkan usaha dan pikirannya demi membela jamaah ini. Ia juga adalah orang
terdekat Imam Syahid yang kerap menemani beliau dalam perjalanan yang dilakukannya
di wilayah Mesir atau di luar negeri. Imam Syahid juga sering meminta bantuan
kepadanya dalam berbaga perkara.
Ustadz Umar Tilmisani menikah saat masih duduk di Sekolah Tsanawiyah Negeri, dan
Istrinya wafat pada bulan Agustus 1979 setelah hidup bersamanya lebih dari setengah
abad. Mereka dikarunia empat orang anak; Abid dan Abdul Fattah, serta dua orang anak
perempuan.
Pekerjaan beliau sebagai pengacara tidak membuatnya lupa memperkaya dirinya dengan
wawasan keislaman. Karena itu, ia banyak membaca dan menelaah berbagai jenis buku,
seperti tafsir, hadits, fikih, sirah, sejarah dan biografi. Ia juga mengikuti dengan seksama
berbagai konspirasi dan strategi musuh-musuh Islam di dalam dan luar Mesir,
mengamati, mempelajari, menentukan caranya bersikap, cara menghadapinya dengan
bijak dan nasehat yang baik. Ia juga berusaha menangkal propaganda yang mereka
tiupkan, mendustakan ucapan-ucapannya, dan menepis kecurigaan mereka dengan sikap
seorang mukmin penuh percaya diri yang mengetahui keunggulan yang dimilikinya, dan
kelemahan yang ada pada lawan-lawannya. Bahwa tidak ada selain Allah yang dapat
menolong, dan tak ada agama lain kecuali Islam.
Saya mengenalnya saat pertama kali tiba di Mesir untuk kuliah pada tahun 1369,
bertepatan dengan tahun 1939, dimana kami bertemu dengan para tokoh dan petinggi
Ikhwan setelah syahidnya Imam Hasan al-Banna, dan sebelum pemilihan mursyid kedua,
ustadz Hasan al-Hudhaebi. Disana kami mendengar nasehat dan arahan yang
disampaikan para tokoh Ikhwan.
Kami juga dapat merasakan kesopan-santunan ustadz Umar, kerendahan hatinya dan
kasih sayangnya terhadap Ikhwan, khusunya para pemuda yang di dalam jiwa mereka
bergelora semangat membara untuk segera memetik buah yang mereka tanam. Mereka
juga berusaha melakukan pembalasan atas kezaliman yang terjadi atas diri Ikhwan.
Namun ustadz Umar Tilmisani berwasiat agar mereka tetap bersabar, teguh pendirian,
santun, tenang dan senantiasa mengharap pahala dan ganjaran Allah Azza wa Jalla.
2. Janji Setia pada Diri Sendiri
Ustadz Umar Tilmisani meninggalkan jejak kebaikan bagi setiap orang yang pernah
mengenalnya, atau bersentuhan dengannya. Ia dikaruniai kejernihan hati, dan kebersihan
jiwa, kata-kata yang lembut, penampilan menawan, serta caranya berdialog dan berdebat
yang menarik hati. Ia berkata tentang dirinya sendiri:
"Saya tidak pernah mengetahui bahwa sifat keras bersentuhan dengan prilaku yang
kumiliki. Tidak ada keinginan untuk menang atas seorang pun. Karena itu, saya tidak
merasa memiliki seorang musuh. Terkecuali mungkin karena pembelaan saya terhadap
kebenaran. Atau karena saya menyeru manusia untuk mengamalkan kitabuLlah. Itu
berarti bahwa permusuhan itu datang dari mereka sendiri dan bukan dariku. Saya telah
berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menyakiti seorang pun dengan kata-kata kasar,
walau saya berbeda dan berselisih pendapat dengannya secara politik, bahkan walau pun
mereka menyakitiku. Karena itu, tidak pernah terjadi benturan antara diriku dengan
seorang pun karena faktor pribadi."
Dari pernyataan ini kita dapat mengetahui bahwa tidak seorang pun meninggalkan
kediaman Tilmisani kecuali ia membawa penghormatan dan penghargaan dari dalam
dirinya dan rasa cinta kepada sang da'I mujahid ini. Demikian pula dengan mereka yang
pernah menjadi murid Imam Syahid, keluar dari madrasahnya dan bergabung dalam
jamaahnya, mengenalnya sebagai da'I yang tulus dan ikhlas.
3. Akhlak dan Sifatnya
Syaikh Umar Tilmisani adalah sosok yang sangat pemalu. Sebagaimana disaksikan oleh
setiap orang yang melihatnya dari dekat. Teman duduk dan kawan bercakapnya akan
merasakan bahwa penderitaan berkepanjangan yang ia alami dalam gelapnya penjara
berhasil menempa dirinya, sehingga ia tidak membiarkan ada celah sedikit pun dalam
dirinya untuk sebuah hakikat yang tidak diyakininya. Beliau mendekam di balik penjara
lebih selama 17 tahun. Bermula pada tahun 1948 (1368H), kemudian tahun 1954
(1373H), lalu pada tahun 1981 (1402H). Dan tak ada yang bertambah dalam dirinya saat
menghadapi seluruh ujian dan cobaan itu kecuali kesabaran dan ketegaran.
Dalam wawancaranya dengan majalah al-Yamamah, yang terbit di Saudi Arabia, edisi
tanggal 14 Januari 1982, Syaikh Umar Tilmisani berkata:
"Sesungguhnya tabiat dimana saya tumbuh di atasnya membuatku benci kepada
kekerasan dengan segala bentuknya. Ini bukan hanya sebagai sikap politik. Tapi juga
merupakan sikap pribadiku yang terkait erat dengan pembentukan jatidiriku. Bahkan
ketika ada seseorang yang coba menganiaya diriku, maka saya sungguh tidak akan
menyelesaikannya dengan kekerasan. Saya bisa saja menggunakan kekuatan untuk
menciptakan perubahan. Namun demikian, saya takkan pernah melakukan itu dengan
kekerasan."
4. Surat kepada Presiden
Dalam surat terbuka yang ia tujukan kepada presiden Republik Mesir, juga
disebarluaskan oleh harian asy-Sya'b al-Qahiriyah, tertanggal 14/3/1986, ia berkata:
"Wahai paduka Presiden. Yang paling penting bagi kami sebagai kaum Muslimin di Mesir
adalah menjadi bangsa yang aman, tentram dan tenang di bawah naungan syariat Allah
Azza wa Jalla. Karena kemaslahatan umat ini hanya akan tercapai bila aturan Allah
direalisasikan di tengah mereka. Saya kira tidak terlalu berlebihan bila saya katakan
bahwa sesungguhnya penerapan syariat Allah Ta'ala di bumi Mesir akan menjadi pintu
kemenangan bagi seluruh wilayahnya. Dan pada saat itulah sang pengadil dan terdakwa
akan merasakan ketenangan, demikian pula yang akan dinikmati oleh penguasa dan
rakyatnya.
5. Arahan dan Petunjuknya
Dalam rangkaian nasehat dan arahannya yang ditujukan kepada para pemuda dan
penyeru dari kalangan Ikhwan, beliau berkata:
"Sesungguhnya berbagai kesulitan yang dihadapi para da'i pada saat ini sangat berat dan
penuh bahaya. Kekuatan material masa kini berada di tangan musuh-musuh Islam dimana
mereka bersatu untuk menyingkirkan berbagai perbedaan yang ada di tengah mereka
demi memerangi kaum Muslimin, dan khususnya Ikhwanul Muslimin.
Bila didasarkan pada pertimbangan logika manusia, pasukan Thalut yang beriman
sebenarnya tidak memiliki kekuatan melawan pasukan Jalut dan balatentaranya. Namun
ketika keimanan mereka meyakini bahwa kemenangan itu berasal dari sisi Allah Ta'ala
dan bukan karena faktor jumlah dan bekal yang dimiliki, mereka akhirnya sanggup
menghancurkan pasukan Jalut dengan izin Allah Ta'ala.
Sesungguhnya saya tidak meremehkan kekuatan dari sisi jumlah, dan juga tidak menyeru
kepada para du'at agar mereka hanya berpasrah diri, berzikir hingga mulut berbusa-busa
sambil menggerakkan leher-leher ke kanan dan kiri lalu menepukkan tangannya. Karena
semua ini adalah bencana mematikan dan membinasakan. Tapi berpegang teguh kepada
wahyu yang diturunkan oleh Allah Ta'ala, berjihad dengan kalimat yang benar secara
berkesinambungan, tidak peduli berbagai gangguan, menjadikan diri sebagai tauladan
dalam kepahlawanan, keteguhan dan keberanian, disertai keyakinan bahwa bahwa Allah
Ta'ala akan menguji mereka dengan rasa takut, lapar, berkurangnya harta, jiwa dan buahbuahan agar Ia mengetahui manakah orang-orang yang jujur dan pengecut, maka semua
itu sesungguhnya adalah faktor-faktor hadirnya kemenangan sesuai sunnatullah. Kisahkisah yang terdapat dalam Al-Qur'an yang mulia adalah saksi terbaik yang menunjukkan
hal itu, dan mengandung pelajaran yang sangat banyak.
Adapun para pemuda yang memiliki semangat dan tekad kuat menyertai kesadaran
mereka yang dalam, maka sesungguhnya mereka tidak membutuhkan banyak
eksperimen. Yang mereka butuhkan adalah kesabaran dan komitmen dengan petunjuk
wahyu yang terdapat dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw., dan kemudian dari
sirah Salafushshalih yang telah terikat prilaku dan moral mereka dengannya, dan Allah
Ta'ala kemudian memberikan kemenangan dan kekuasaan yang seakan mustahil untuk
diraih.
prinsip-prinsip Ikhwan yang berlandaskan pada Kitabullah dan Sunnah, serta ijma' kaum
Salaf.
9. Jamaahnya
Dia melihat bahwa jamaah ini adalah sebuah gerakan Islam yang jujur pada zaman ini.
Beliau berkata:
"Sesungguhnya yang mengikuti pada langkah-langkah Jamaah Ikhwanul Muslimin sejak
masa kelahirannya pada tahun 1347H (1928) hingga hari ini, tidak tampak padanya
kecuali pengorbanan demi pengorbanan dalam menegakkan akidah yang mereka anut,
serta usaha yang padat dan memberi hasil dalam berbagai sisi kehidupan sosial
masyarakat. Memberi dukungan berkesinambungan untuk mempererat jalinan
persaudaraan di antara berbagai masyarakat Islam yang berbeda-beda, sekaligus
menyebarluaskan kedamaian di seluruh dunia.
Ikhwanul Muslimin telah diperangi dengan sangat dahsyat dari berbagai arah, lokal dan
internasional. Namun demikian, tidak pernah terdengar sedikit pun bahwa mereka
menyebar fitnah di tengah masyarakat, memecah belah kesatuan, menghancurkan
perusahaan-perusahaan, atau berdemonstrasi sambil melakukan pengrusakan di jalanjalan, atau berteriak-teriak dengan mengatakan, "Hidup si Fulan, dan matilah si fulan."
Karena sifat mereka adalah kedamaian, pekerjaan mereka membangun, dan kemenangan
mereka adalah keikhlasan. Namun demikian, mereka adalah sasaran kebencian yang
bahkan dilakukan oleh orang-orang yang selama ini tidak pernah bertemu dalam sebuah
kesepakatan, selain kesepakatan mereka untuk memerangi Ikhwanul Muslimin.
Setiap Muslim tidak mengenal adanya pemahaman yang mengatakan bahwa agama ini
milik Allah, sementara negara untuk seluruh manusia. Tapi yang dia ketahui adalah
bahwa segala sesuatu di atas muka bumi ini adalah milik Allah semata. Maka barang
siapa yang ingin berpaling dari pemahaman ini, niscaya dia adalah penipu yang ingin
memisahkan seorang Muslim dari menyatukan kekuatannya agar mereka lebih mudah
mengalahkannya.
Seorang Muslim tidak mengenal pemahaman, "Apa yang untuk Allah adalah milik Allah,
dan apa yang untuk Kaisar untuk Kaisar). Karena dia meyakini dengan sepenuh imannya
bahwa Kaisar tidak memiliki sesuatu pun yang juga menjadi milik Allah. Karena bila
demikian, maka ia dianggap sekutu dalam kekuasaan-Nya. Sementara setiap Muslim
menolak segala bentuk kemusyrikan.
10. Sifat Zuhud, Rendah Hati dan Kesederhanaannya
Seperti itulah kehidupan ustadz Tilmisani, sang Da'i, murabbi dan pemimpin yang jujur
dan setia pada janjinya dengan Allah, beramal untuk agama-Nya, terikat erat dalam
dakwah kepada-Nya, senantiasa bersabar dan berjuang dengan berpegang teguh kepada
tali Allah yang kokoh. Beramal bersama para mujahid yang jujur, apakah ia berposisi
sebagai prajurit atau pemimpin. Sama juga baginya apakah ia berada di dalam atau di luar
penjara. Ia tidak pernah berubah, tidak terwarnai, tidak berpaling, juga tidak pernah rakus
kepada perhiasan dunia dan tipu daya kedudukan. Ia bahkan menjalani kehidupannya
dengan menjauh dari godaan dunia menuju Allah Ta'ala.
Beliau tinggal di sebuah apartemen sederhana tanpa ada beban dalam jiwanya sedikit
pun. Membuatku sangat trenyuh saat mengunjunginya, seraya berusaha menahan air mata
yang nyaris keluar dari kelopak mataku agar ia tidak menyaksikanku. Dimanakah kita
gerangan dari para lelaki yang lebih tinggi dari dunia dengan iman mereka, dan
mempersembahkan sesuatu yang mahal dan murah demi agama yang mereka anut?
Apartemen Syaikh Umar Tilmisani berada di gang sempit di komplek al-Mulaiji asySya'biyah al-Qadimah di wilayah az-Zahir di Kairo, di dalam gang sempit. Perabot
apatemennya sangat sederhana. Walau ia berasal dari keluarga kaya raya dengan status
sosial cukup tinggi. Seperti itulah sifat zuhud, kesederhanaan dan kerendahan hati ustadz
Tilmisani. Beliau adalah sosok yang dicintai oleh seluruh lapisan masyarakat Mesir.
Bahkan pemeluk Kristen Koptik juga menghormatinya. Demikian pula penguasa yang
sangat menghargai kedudukannya dan mengetahui dengan baik keutamaan yang
dimilikinya.
Adapun Ikhwanul Muslimin, maka mereka melihatnya sebagai sosok yang patut
diteladani. Mereka berlomba untuk melaksanakan instruksi dan perintah yang datang
darinya. Itulah yang terjadi ketika cinta karena Allah menjadi intisari yang menjalin
hubungannya dengan mereka; ketika penerapan syariat Allah dan meraih redha-Nya
adalah tujuan dan keinginan mereka.
Kunjungan Syaikh Umar Tilmisani ke negara-negara Arab Islam dan kaum Muslimin di
negara-negara tempat mereka bermigrasi, bagaikan obat yang berusaha menyembuhkan
luka yang mereka derita, sekaligus sebagai arahan bijak atas apa yang harus dilakukan
oleh kaum Muslimin bagi agama, umat dan negeri mereka.
Ceramah, pelajaran, dialog, nasehat dan bimbingan yang ia sampaikan seluruhnya
mengandung motivasi untuk umat, khususnya bagi para pemuda, kaum intelektual dan
para tokoh ulama agar mereka mampu memikul tanggung jawab dan segera bangkit
menjalankan peran mereka. Setiap elemen dari umat agar berada pada posisi masingmasing, beramal dan bekerja bersama untuk mengembalikan kejayaan Islam dan
memimpin umat. Inilah sesungguhnya peran para du'at di setiap waktu dan zaman.
Seperti itu pula risalah para nabi hingga akhirnya diwariskan kepada para ulama, para da'i
yang jujur, dan orang-orang mukmin yang senantiasa ikhlas di atas jalan-Nya.