1. DEFINISI
Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai satu atau
semua lapisan selaput yang menghubungkan jaringan otak dan sumsum tulang
belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa, disebabkan oleh
bakteri spesifik/non spesifik atau virus; cenderung bersifat jinak dan swasirna.
Meningitis dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun
jamur yang menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke dalam cairan
otak (Price, 2002).
2. EPIDEMIOLOGI
Miningitis bakteri dapat disebabkan oleh setiap agen bakteri yang
bervariasi. Haemophilus Influenza (Tipe ), Streptococcus pneumoniae, dan
Naisseria Miningitis
pada 95 % anak-anak yang lebih tua dari usia 2 bulan. Haemophilus influenzae
merupakan organisme yang dominan pada usia anak-anak 3 bulan sampai
dengan 3 tahun, tetapi jarang pada bayi dibawah 3 bulan, yang terlindungi oleh
substansi bakteri yang didapat secara pasif dan pada anak-anak diatas 5 tahun
yang mulai mendapat perlindungan ini.Sedangkan penyebab utama meningitis
neonatus adalah organisme Streptococcus hemolyticus dan Escherichia coli.
Infeksi Escherichia coli jarang terjadi pada anak-anak usia setelah bayi (lebih dari
1 tahun).
Laki-laki lebih sering terkena dibandingkan dengan perempuan terutama
pada periode neonatal. Angka kesakitan tertinggi seteleh timbulnya meningitis
mengenai anak-anak pada usia antara kelahiran sampai dengan empat tahun
(dibawah lima tahun). Faktor maternal seperti ketuban pecah dini dan infeksi ibu
hamil selama trimester akhir merupakan penyebab utama meningitis neonatal.
3. KLASIFIKASI
a. Meningitis Bakterial (Meningitis sepsis)
Sering terjadi pada musim dingin, saat terjadi infeksi saluran pernafasan.
Jenis organisme yang sering menyebabkan meningitis bacterial adalah
pneumococcus, meningococcus, stafilococcus, streptococcus, salmonela, dan
neisseria meningitis.Meningococal meningitis adalah tipe dari meningitis bacterial
yang sering terjadipada daerah penduduk yang padat, seperti: asrama, penjara.
c. Menigitis jamur
Meningitis Cryptococcal adalah infeksi jamur yang mempengaruhi sistem
saraf pusat pada klien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari
system kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi. Respon
inflamasi yang ditimbulkan pada klien dengan menurunnya sistem imun antara
lain: bisa demam/tidak, sakit kepala, mual, muntah dan menurunnya status
mental.
d. Menigitis parasit
Meningitis Parasit atau Primary amebic meningoencephalitis (PAM)
disebabkan oleh suatu jenis parasit berupa amoeba mikroskopis (organisme
hidup bersel tunggal) yaitu Naegleria fowleri. Jenis parasityang lain adalah
Angiostrongylus cantonensis, yang dapatmengkontaminasi makanan, air dan
tanah. Proses terjadinyameningitis parasit melalui hidung dan masuk ke dalam
tubuh. Infeksipenyakit jenis ini bisa fatal. Walaupun begitu jenis parasit ini
sangatjarang ada di daerah-daerah yang berkembang atau maju.
e. Menigitis non-infeksi
Jenis penyakit meningitis non-infeksi ini artinya meningitis terjadibukan
karena infeksi dari bakteri, virus, jamur atau parasit, melainkaninfeksi terjadi
karena disebabkan oleh adanya penyakit yang diidapseseorang atau pengaruh
lainnya. Penyakit yang bisa menimbulkanmeningitis non-infeksi misalnya kanker
dan lupus eritematosussistemik. Penyebab meningitis non-infeksi karena
pengaruh lainnyamisalnya mengkonsumsi obat-obatan tertentu, cedera kepala,
danoperasi otak. Penyakit ini tidak menular dari orang ke orang (Kusuma, 2012).
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi
pada cairan otak, yaitu :
Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan
otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.
Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan
medula
spinalis.
Penyebabnya
antara
lain
Diplococcus
pneumoniae
c. Faktor imunologi: usia muda, defisiansi mekanisme imun, defek lien karena
penyakit sel sabit atau asplenia (rentan terhadap S. Pneumoniae dan Hib), anakanak yang mendapat obat-obat imunosupresi
d. Anak dengan kelainan system saraf pusat, pembedahan atau injuri yang
berhubungan dengan system persarafan
e. Faktor yang berkaitan dengan status sosial-ekonomi rendah: lingkungan padat,
kemiskinan, kontak erat dengan individu tang terkena (penularan melalui sekresi
pernapasan)
f.
Infeksi sistemik
Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara
hematogen sampai ke selaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis,
pneumonia, TBC, perikarditis, dll.
g. Trauma kepala
Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii yang
memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui othorrhea dan
rhinorhea
h. Kelainan anatomis
Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga
tengah, operasi cranium
i.
Kehamilan.
Jika sedang hamil maka akan mengalami peningkatan listeriosis infeksi yang
disebabkan oleh bakteri listeria, yang juga menyebabkan meningitis. Jika
memiliki listeriosis, janin dalam kandungan juga memiliki risiko yang sama.
j.
Bekerja dengan hewan ternak dimana dapat meningkatkan risiko listeria, yang
juga dapat menyebabkan meningitis.
Otitis media
Pneumonia
Sinusitis
Operasi spinal
5. ETIOLOGI
a. Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa bakteri
yangsecara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah :
@ Haemophillus influenzae
@ Nesseria meningitides (meningococcal)
@ Diplococcus pneumoniae (pneumococcal)
@ Streptococcus, grup A
@ Staphylococcus aureus
@ Escherichia coli
@ Klebsiella
@ Proteus
@ Pseudomonas
Etiologi meningitis karena bakteri dapat dibagi menurut umur pasien yang
terkena, adalah sebagai berikut :
-
Neonatus
sampai
2bulan:
GBS,
basili
gram
negative,
missal,
b. Virus
Merupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi karena virus ini
biasanya bersifat self-limitting, dimana akan mengalami penyembuhan sendiri
dan penyembuhan bersifat sempurna. Beberapa virus secara umum yang
menyebabkan meningitis adalah:
@ Coxsacqy
@ Virus herpes
@ Arbo virus
@ Campak dan varicela
@ Enterovirus (80%), CMV, arbovirus, dan HSV
c. Jamur
Kriptokokal meningitis adalah serius dan fatal. Bentuk penyakit pada
pasien HIV/AIDS dan hitungan CD< 200.Candida dan aspergilus adalah contoh
lain jamur meningitis.
d. Protozoa
e. Lainnya
Penyakit : Kanker, SLE
Konsumsi obat tertentu
Cidera kepala
Operasi
6. PATOFISIOLOSI
i.
j.
a. Neonatus
Spesifik : menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah, diare,
tonus otot melemah, menangis lemah, Fontanel penuh, tegang, dan menonjol
dapat terlihat pada akhir perjalanan penyakit, leher biasanya lemas.
Non spesifik : Hipotermia atau demam (tergantung pada maturitas bayi),
Ikterik, Peka rangsang, Mengantuk, Kejang, Ketidakteraturan pernapasan atau
apnea, Sianosis, Penurunan berat badan.
b. Bayi dan Anak Kecil
Muntah, Peka rangsangan yang nyata, Sering kejang (seringkali disertai
dengan menangis nada tinggi), Fontanel menonjol, Kaku kuduk dapat terjadi
dapat juga tidak, Tanda Brudzinski dan Kernig bersifat tidak membantu dalam
diagnos, Sulit untuk dimunculkan dan dievaluasi dalam kelompok usia, dan
Empihema subdural (infeksi Haemophilus influenza).
c. Anak-anak dan Remaja
Demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori, kejang, mudah
terstimulasi, fotopobia, delirium, brudzinski dan kernig (+), kaku kuduk,halusinasi,
maniak, stupor, koma, ptechial (menunjukkan infeksi meningococal), Keterlibatan
sendi (infeksi meningokokal dan H. influenzae), dan drain telinga kronis
(meningitis pneumokokal) (Harsono, 2003).
8. KOMPLIKASI
Komplikasi pada meningitis menurut Smeltzer & Bare (2001) adalah
sebagai berikut:
-
Hidrosefalus obstruktif
Efusi subdural
Kejang
Cerebral palsy
Gangguan mental
Gangguan belajar
9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan menurut Ellenby dkk (2006)
dan Yayasan Sprintia (2006) diantaranya adalah:
a. Pungsi Lumbal 9
Tekanan cairan meningkat, jumlah sel darah putih meningkat, glukosa
menurun, protein meningkat.
Indikasi Punksi Lumbal:
-
Setiap pasien dengan kejang atau twitching baik yang diketahui dari
anamnesis atau yang dilihat sendiri.
Adanya paresis atau paralysis. Dalam hal ini termasuk strabismus karena
paresis N.VI.
Koma.
Leukemia.
Rontgen dada/kepala/ sinus : mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.
g. Pemeriksaan GCS :
Glasgow Coma Scale (GCS) adalah skala yang dipakai untuk
menentukan/menilai tingkat kesadaran pasien, mulai dari sadar sepenuhnya
sampai keadaan koma. Teknik penilaian dengan ini terdiri dari tiga penilaian
terhadap respon yang ditunjukkan oleh pasien setelah diberi stimulus tertentu,
yakni respon buka mata, respon motorik terbaik, dan respon verbal. Setiap
penilaian mencakup poin-poin, di mana total poin tertinggi bernilai 15. Derajat
cedera kepala berdasarkan GCS:
-
GCS : 3-8
10. PENATALAKSANAAN
a. Isolasi
Anak ditempatkan dalam ruang isolasi sedikitnya selama 24-48 jam
setelah mendapatkan antibiotik IV yang sensitif terhadap organisme penyebab.
b. Terapi antimikroba
Terapi anti mikroba pada meningitis bakteri terdiri dari ampisilin dan
sefotaksim atau ampisilin dan gentamisin. antibiotik yang diberikan didasarkan
pada hasil kultur dan diberikan dengan dosis tinggi.
kekurangan
cairan
dan
f.
j.
l.
Efusi subdural pada anak dikeluarkan 25-30 cc setiap hari selama 2-3 minggu,
bila gagal dilakukan operasi.
Jangan memberi minuman atau makanan apapun pada anak saat kejang.
Bila dengan tindakan ini kejang belum berhenti atau kondisinya semakin
parah, segera bawa anak ke dokter atau rumah sakit.
dengan
kejang
Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur demam yang terus
menerus
Auskultasi suara nafas ubah posisi pasien secara teratur,
klorampenikol, gentamisin.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi jaringan
sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
- Tirah baring dengan posisi kepala datar
- Pantau status neurologis
- Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang
- Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu,
masukan dan haluaran.
- Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan.
- Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.
- Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).
- Pantau BGA. Berikan obat : steroid, clorpomasin, asetaminofen.
3. Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang
umum/vokal, kelemahan umum vertigo.
- Pantau adanya kejang.
- Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang
jalan nafas buatan.
- Tirah baring selama fase akut
- kolaborasi berikan obat : venitoin, diazepam, venobarbital.
4. Nyeri (akut ) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam
sirkulasi.
- Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata,
berikan posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan
-
Berikan
latihan
rentang
gerak
aktif/pasif.
Gunakan
kerusakan
neuromuskuler.
- Kaji derajat imobilisasi pasien.
- Bantu latihan rentang gerak.
- Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab.
- Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan, berikan matras udara
atau air perhatikan kesejajaran tubuh secara fungsional.
- Berikan program latihan dan penggunaan alat mobilisasi.
6. Perubahan persepsi sensori sehubungan dengan defisit neurologis
- Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara, alam
perasaaan, sensorik dan proses pikir.
prosedur.
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.
Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan dan beri dukungan
serta petunjuk sumber penyokong.
dan
fungsi
DAFTAR PUSTAKA
Ellenby, Miles., Tegtmeyer, Ken., Lai, Susanna., and Braner, Dana. 2006. Lumbar
Puncture.
The
New
England
Journal
of
Medicine.
12
355
2.
Online,
(http://content.nejm.org/cgi/reprint/355/13/e12.pdf)
Harsono.
2003.
Meningitis.
Kapita
Selekta
Neurologi
&
Jenis.
Artikel
Kedokteran,
Neurologi.
Online
Disusun Oleh :
DIA AMALINDAH
125070207111013
K3LN
KELOMPOK 7A
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016