Anda di halaman 1dari 27

PTERIGIUM

REFERAT

201

MASA KKM 28 DES 2015 24 JAN 2016


BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA | FAKULTAS
KEDOKTERAN |UNSRAT

PENDAHULUAN

Pterigium adalah suatu jaringan yang berbentuk


segitiga atau sayap pada permukaan basement
membrane sebagai akibat dari pertumbuhan epitel
limbus yang masuk ke kornea secara sentripetal
Diduga penyebab pterigium adalah exposure atau
sorotan berlebihan dari sinar matahari yang
diterima oleh mata (UVA ataupun UVB) Selain itu
dapat pula dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
seperti zat alergen, kimia, dan pengiritasi lainnya.
Karena Indonesia beriklim tropis, penduduknya
memiliki risiko tinggi mengalami pterigium

Pterigium masih menjadi permasalahan yang sulit


karena tingginya frekuensi pterigium rekuren.
Recurrence rate
pascaoperasi pterigium di
Indonesia adalah 3552%.
Pterigium menimbulkan masalah kosmetik dan
berpotensi
mengganggu penglihatan bahkan
berpotensi menjadi penyebab kebutaan pada
stadium lanjut.
Penegakan diagnosis dini pterigium diperlukan agar
gangguan penglihatan tidak semakin memburuk
dan dapat dilakukan pencegahan terhadap
komplikasi.

PEMBAHASAN

Anatomi dan fisiologi


Konjungtiva
tarsal
Konjungtiva
bulbi
Konjungtiva
forniks

Defenisi
Pterygium adalah suatu jaringan yang
berbentuk segitiga atau sayap pada
permukaan basement membrane sebagai
akibat dari pertumbuhan epitel limbus
yang masuk ke kornea secara sentripetal.

Etiologi

Faktor
Resiko
mekanisme anti

Belum di ketahui secara pasti


multifaktoral (paparan sinar matahari,
debu, udara kering)

apoptotic,
sitokin,
growth factor,
faktor angiogenik,
ekstraseluler matrix
remodelling,
mekanisme
imunologik,
infeksi virus
Fungsi lakrimal buruk
Def vit A
Riwayat Keluarga

Epidemiologi

Pterigium tersebar di seluruh dunia,


tetapi lebih banyak di daerah iklim
panas dan kering.
Di daerah tropis seperti Indonesia,
dengan paparan sinar matahari tinggi,
risiko timbulnya pterigium 44 lebih
tinggi dibandingkan daerah non-tropis,
dengan prevalensi untuk orang dewasa
> 40 tahun adalah 16,8%; laki-laki
16,1% dan perempuan 17,6%.

Di 2 desa di Kabupaten Minahasa Utara:


9,55% berusia di atas 50 tahun, dengan pekerjaan
petani sebesar 10,11%
Terbanyak adalah pterygium stadium 3 yaitu
42,11% yang tumbuh di bagian nasal sebesar
55,26%
Pterigium rekuren sering terjadi pada umur muda
dibandingkan dengan umur tua.
Laki-laki 4 kali lebih berisiko daripada perempuan
dan
Berhubungan dengan merokok, pendidikan rendah
dan riwayat paparan lingkungan diluar rumah.

Patofisiologi

Konjungtiva bulbi selalu berhubungan dengan


dunia luar. Kontak dengan ultraviolet, debu,
kekeringan mengakibatkan terjadinya penebalan
dan
pertumbuhan konjungtiva bulbi yang
menjalar ke kornea.
Daerah nasal konjungtiva juga relatif mendapat
sinar ultraviolet yang lebih banyak dibandingkan
dengan bagian konjungtiva yang lain, karena di
samping
kontak
langsung,
bagian
nasal
konjungtiva juga mendapat sinar ultra violet
secara tidak langsung akibat pantulan dari hidung

Patofisiologi pterigium ditandai dengan


degenerasi
elastotik
kolagen
dan
proliferasi
fibrovaskular,
dengan
permukaan yang menutupi epithelium.

Gejala Klinis

Tahap awal ringan, > tanpa keluhan sama


sekali (asimptomatik). Beberapa keluhan yang
sering dialami pasien antara lain:

Mata sering berair dan tampak merah


Merasa seperti ada benda asing
Timbul astigmatisme akibat kornea tertarik oleh
pertumbuhan
pterigium
tersebut,
biasanya
astigmatisme with the rule ataupun astigmatisme
irreguler sehingga mengganggu penglihatan
Pada pterigium yang lanjut (derajat 3 dan 4) dapat
menutupi pupil dan aksis visual sehingga tajam
penglihatan menurun.

Diagnosis

Anamnesis

Identitas mengetahui faktor resiko ( usia,


jenis kelamin, riwayat pekerjaan)
Keluhan : asimtomatis mata sering
berarir tampak merah, astigmatisma,
gang.penglihatan

Pemeriksaan Fisik

Px. Visus

Klasifikasi pterigium dibagi menjadi beberapa


kelompok yaitu:
Berdasarkan perjalanan penyakit

Progresif pterigium: tebal dan vaskular dengan


beberapa infiltrat di kornea di depan kepala
pterigium (disebut cap dari pterigium)
Regresif pterigium: tipis, atrofi, sedikit vaskular.
Akhirnya menjadi bentuk membran tetapi tidak
pernah hilang.

Berdasarkan luas pterigium

Derajat I : jika hanya terbatas pada limbus kornea


Derajat II : jika sudah melewati limbus tetapi tidak
melebihi dari 2 mm melewati kornea
Derajat III : jika telah melebihi derajat 2 tetapi
tidak melebihi pinggir pupil mata dalam keadaan
cahaya (pupil dalam keadaan normal sekitar 3-4
mm)
Derajat IV : jika pertumbuhan pterigium sudah
melewati pupil sehingga mengganggu
penglihatan1

Berdasarkan pemeriksaan pembuluh


darah dengan slitlamp

T1 (atrofi): pembuluh darah episkleral jelas


terlihat
T2 (intermediate): pembuluh darah
episkleral sebagian terlihat
T3 (fleshy, opaque): pembuluh darah tidak
jelas

Diagnosa Banding
1.

Pingekula

2. Pseudopterigium

Penatalaksanaan

Medikamentosa
a.

b.

Pterigium ringan tidak perlu


diobati
Std 1-2 yg inflamasi: tetes mata
kombinasi Ab + steroid

Tindakan Operatif
Indikasi :
Pterigium telah
memasuki kornea lebih
dari 4 mm.
Pertumbuhan yang
progresif, terutama
pterigium jenis vascular.
Mata terasa
mengganjal.
Visus menurun, terus
berair.
Mata merah sekali.

Telah masuk
daerah pupil atau
melewati limbus.
Alasan kosmetik.
Mengganggu
pergerakan bola
mata.
Mendahului
operasi intra
okuler

Jenis Operasi pada Pterigium antara


lain :

Bare sclera
Simple closure
Sliding flap
Rotational flap
Conjungtival graft

Komplikasi

Komplikasi yang terbanyak adalah rekuren


pterygium post operasi.
Komplikasi yang jarang adalah malignan
degenerasi pada jaringan epitel di atas
pterygium yang ada.
Komplikasi sewaktu operasi antara lain
perforasi korneosklera, graft oedem, graft
hemorrhage, graft retraksi, jahitan longgar,
korneoskleral dellen, granuloma konjungtiva,
epithelial inclusion cysts, skar konjungtiva, skar
kornea dan astigmatisma, disinsersi otot rektus

Prognosis

Umumnya prognosis baik. Kekambuhan


dapat dicegah dengan kombinasi operasi
sitostatik tetes mata atau Beta radiasi .
Penglihatan dan kosmetik pasien setelah
dieksisi adalah baik, rasa tidak nyaman
pada hari pertama postoperasi dapat
ditoleransi, kebanyakan pasien setelah
48 jam post operasi dapat beraktivitas
kembali

Edukasi

Menjelaskan kepada pasien mengenai


penyakitnya, rencana pengobatan, serta
komplikasi yang dapat terjadi.
Menjelaskan perlunya kontrol.
Menyarankan menghindari debu, daerah
kering dan berangin, dan paparan sinar
matahari.
Menyarankan
memakai
kacamata
pelindung
saat beraktivitas di luar
rumah saat siang hari

KESIMPULAN

Pterygium adalah suatu jaringan yang


berbentuk segitiga atau sayap pada
permukaan basement membrane sebagai
akibat dari pertumbuhan epitel limbus yang
masuk ke kornea secara sentripetal.
Penyebab multifaktoral seperti sinar UV yang
berlebihan, debu, dan berbagai faktor resiko
lainya.
Penderita
dapat
asimtomatikbisa
juga
menunjukkan keluhan mata iritatif, gatal,
merah,
sensasi
benda
asing
hingga
perubahan tajam penglihatan tergantung

Terapi dari pterigium umumnya tidak perlu


diobati, hanya perawatan secara konservatif
seperti memberikan anti inflamasi pada
pterigium yang iritatif. Pada pembedahan
akan dilakukan jika piterigium tersebut sudah
sangat mengganggu bagi penderita semisal
gangguan visual

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai