Anda di halaman 1dari 48

1

HALAMAN PENGESAHAN

Penyusun

: Jennefer

NIM

: 406148101

Fakultas

: Kedokteran umum

Universitas

: Tarumanagara

Bagian

: Ilmu Radiologi

Periode

: 28 Maret 2016 30 April 2016

Judul Kasus

: Seorang bayi laki-laki dengan Hidrosefalus

Diajukan

: April 2016

Pembimbing

: dr. Lia Sasdesi Mangiri, Sp.Rad

Telah diperiksa dan disetujui tanggal :

dr. Lia Sasdesi Mangiri,Sp.Rad

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan
judul Seorang bayi laki-laki dengan hidrosefalus guna memenuhi salah satu persyaratan
dalam menempuh kepaniteraan klinik bagian Ilmu Radiologi Fakultas Kedokteran
UNIVERSITAS TARUMANAGARA di Rumah Sakit Umum Daerah Semarang.
Penulis menyadari bahwa banyak keterbatasan yang penulis miliki dalam
penulisan laporan kasus ini. Namun dengan bantuan, bimbingan, dorongan, dukungan, dan
doa baik dari pembimbing, segenap keluarga, sahabat, juga berbagai pihak, maka penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Lia Sasdesi Mangiri, Sp. Rad
2. dr. Oktina Rachmi Dachliana, Sp. Rad
3. dr. Luh Putu Endyah Santi. M, Sp. Rad
4. Para pegawai bagian Radiologi RSUD Semarang
5. Rekan-rekan anggota kepaniteraan klinik bagian Radiologi yang telah
memberikan sumbangan pikiran, motivasi, dan bantuan yang sangat berharga
dalam penulisan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari sempurna, karena itu
kritik dan saran bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri maupun pembaca pada umumnya.

Semarang , April 2016

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
HALAMAN PENGESAHAN .. 2
KATA PENGANTAR .. 3
DAFTAR ISI ... 4
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..... 6
1.2 Tujuan Penulisan .. 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ......... 7
2.2 Epidemiologi ... 7
2.3 Anatomi dan Fisiologi ..
Anatomi ... 8
Fisiologi 11
2.4 Patofisiologi. 14
2.5 Klasifikasi 18
2.6 Gambaran Klinis . 23
2.7 Diagnosis... 25
2.8 Tatalaksana ... 31
2.9 Diagnosis Banding ... 37
2.10 Komplikasi ..... 38
2.11 Prognosis..... 38
4

LAPORAN KASUS . 39
KESIMPULAN . 45
DAFTAR PUSTAKA .... 47

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang
menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan
pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaan ini disebabkan oleh karena
terdapat ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi dari CSS.3
Secara keseluruhan, Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi
hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan
oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis
kelamin, juga dalam hal perbedaan ras.6
Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering
disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat abnormalitas
perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4%
akibat tumor fossa posterior.6
Secara internasional, insiden hidrosefalus yang didapat juga tidak diketahui jumlahnya.
Sekitar 100.000 shunt yang tertanam setiap tahun di negara maju, tetapi informasi untuk
negara-negara lain masih sedikit.6

2. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan kasus ini adalah untuk dapat mengetahui bagaimana definisi, klasifikasi,
diagnosis terutama dalam menegakkan diagnosis dari temuan pemeriksaan radiologis,
tatalaksana dan diagnosis banding dari hidrosefalus. Selain itu juga bertujuan untuk
memenuhi persyaratan dalam kepaniteraan klinik Ilmu Radiologi RSUD Kota Semarang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti kepala.
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang
menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan
pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid.1,2 Keadaan ini disebabkan oleh karena
terdapat ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi dari CSS.3
Kondisi ini juga dapat didefinisikan gangguan hidrodinamik pada CSS. Hidrosefalus akut
dapat terjadi dalam beberapa hari. Sub-akut dalam mingguan dan yang kronik bulanan atau
tahunan. Kondisi-kondisi seperti atrofi serebral dan lesi destruktif fokal juga menyebabkan
peningkatan abnormal CSS dalam SSP. Pada situasi semacam ini, kehilangan jaringan
serebral meninggalkan ruangan kosong yang secara pasif akan terisi dengan LCS. Kondisi
semacam iu tidak disebabkan oleh gangguan hidrodinamik sehingga tidak diklasifikasikan
sebagai hidrosefalus.3

2. EPIDEMIOLOGI
Secara keseluruhan, insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi
hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan
oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis
kelamin, juga dalam hal perbedaan ras.6
Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering
disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil terjadi sekitar 3 dari 1000 neonatus dan
terkadang kombinasi dengan spina bifida4; Hidrosefalus infantile 46% adalah akibat
abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan
kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior.6
Secara internasional, insiden hidrosefalus yang didapat juga tidak diketahui jumlahnya.
Sekitar 100.000 shunt yang tertanam setiap tahun di negara maju, tetapi informasi untuk
negara-negara lain masih sedikit.6

Kematian pada hidrosefalus yang tidak ditangani dapat terjadi oleh karena herniasi tonsil
sekunder yang dapat meningkatkan tekanan intracranial, kompresi batang otak dan sistem
pernapasan.5
Pemasangan shunt telah dilakukan pada 75% dari semua kasus hidrosefalus dan di 50%
pada anak-anak dengan hidrosefalus komunikan. Pasien dirawat di rumah sakit untuk
merevisi shunt sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, untuk pengobatan komplikasi,
atau kegagalan shunt.5
Kurangnya perkembangan fungsi kognitif pada bayi dan anak-anak, atau hilangnya
fungsi kognitif pada orang dewasa, dapat mejadi komplikasi pada hidrosefalus yang tidak
diobati. Hal ini dapat bertahan setelah pengobatan. Kehilangan fungsi visual dapat menjadi
komplikasi pada hidrosefalus yang tidak diobati dan dapat menetap setelah pengobatan.5

3. ANATOMI & FISIOLOGI


ANATOMI1
Struktur anatomi yang berkaitan dengan produksi dan sirkulasi cairan serebrospinal, serta
bangunan-bangunan dimana CSS berada:

Meningen dan ruang subaraknoid1,9


Meningen adalah selaput otak yang merupakan bagian dari susunan saraf yang

bersifat non-neural. Meningen terdiri dari jaringan ikat berupa membran yang menyelubungi
seluruh permukaan otak, batang otak dan medula spinalis.
Meningen terdiri dari 3 lapisan, yaitu Piamater, arakhnoid dan duramater. Piamater
merupakan selaput tipis yang melekat pada permukaan otak yang mengikuti setiap lekukanlekukan pada sulkus-sulkus dan fisura-fisura, juga melekat pada permukaan batang otak dan
medula spinalis, terus ke kaudal sampai ke ujung medula spinalis setinggi korpus vertebra.
Arakhnoid mempunyai banyak trabekula halus yang berhubungan dengan piameter,
tetapi tidak mengikuti setiap lekukan otak. Diantara arakhnoid dan piameter disebut ruang
subarakhnoid, yang berisi cairan serebrospinal dan pembuluh-pembuluh darah. Karena
arakhnoid tidak mengikuti lekukan-lekukan otak, maka di beberapa tempat ruang
subarakhnoid melebar yang disebut sisterna. Yang paling besar adalah sisterna magna,
terletak diantara bagian inferior serebelum dan medula oblongata. Lainnya adalah sisterna
pontis di permukaan ventral pons, sisterna interpedunkularis di permukaan ventral
mesensefalon, sisterna siasmatis di depan lamina terminalis. Pada sudut antara serebelum dan
8

lamina quadrigemina terdapat sisterna vena magna serebri. Sisterna ini berhubungan dengan
sisterna interpedunkularis melalui sisterna ambiens.
Ruang subarakhnoid spinal yang merupakan lanjutan dari sisterna magna dan sisterna
pontis merupakan selubung dari medula spinalis sampai setinggi S2. Ruang subarakhnoid
dibawah L2 dinamakan sakus atau teka lumbalis, tempat dimana cairan serebrospinal diambil
pada waktu pungsi lumbal.
Durameter terdiri dari lapisan luar durameter dan lapisan dalam durameter. Lapisan
luar dirameter di daerah kepala menjadi satu dengan periosteum tulang tengkorak dan
berhubungan erat dengan endosteumnya.

Gambar.1: Meningen dan ruang subarakhnoid.(dikutip dari The Anatomy of the nervus
system)

Ruang Epidural
Diantara lapisan luar duramater dan tulang tengkorak terdapat jaringan ikat yang
mengandung kapiler-kapiler halus yang mengisi suatu ruangan disebut ruang epidural.

Ruang Subdural
Diantara lapisan dalam durameter dan arakhnoid yang mengandung sedikit cairan,
mengisi suatu ruang disebut ruang subdural.

Sistem ventrikel otak dan kanalis sentralis.7,8

1. Ventrikel lateralis
Berjumlah dua, terletak didalam hemispherii telencephalon. Kedua ventrikel lateralis
berhubungan dengan ventrikel III (ventrikel tertius) melalui foramen interventrikularis
(foramen Monro).

2. Ventrikel III (Ventrikel Tertius)


Terletak pada diencephalon. Dinding lateralnya dibentuk oleh thalamus dengan adhesio
interthalamica dan hypothalamus. Recessus opticus dan infundibularis menonjol ke anterior,
dan recessus suprapinealis dan recessus pinealis ke arah kaudal. Ventrikel III berhubungan
dengan ventrikel IV melalui suatu lubang kecil, yaitu aquaductus Sylvii (aquaductus cerebri).

3. Ventrikel IV (Ventrikel Quartus)


Membentuk ruang berbentuk kubah diatas fossa rhomboidea antara cerebellum dan
medulla serta membentang sepanjang recessus lateralis pada kedua sisi. Masing-masing
recessus berakhir pada foramen Luschka, muara lateral ventrikel IV. Pada perlekatan vellum
medullare anterior terdapat apertura mediana Magendie.

4. Kanalis sentralis medula oblongata dan medula spinalis


Saluran sentral korda spinalis: saluran kecil yang memanjang sepanjang korda spinalis,
dilapisi sel-sel ependimal. Diatas, melanjut ke dalam medula oblongata, dimana ia membuka
ke dalam ventrikel IV.

Gambar.2 Sistem ventrikel. (dikutip dari Textbook of Medical Physiology, 1981)


10

FISIOLOGI
Mekanisme sekresi CSS oleh pleksus khoroideus adalah sebagai berikut:
Natrium dipompa/disekresikan secara aktif oleh epitel kuboid pleksus khoroideus
sehingga menimbulkan muatan positif di dalam CSS. Hal ini akan menarik ion-ion bermuatan
negatif, terutama clorida ke dalam CSS. Akibatnya terjadi kelebihan ion di dalam cairan
neuron sehingga meningkatkan tekanan osmotik cairan ventrikel sekitar 160 mmHg lebih
tinggi dari pada dalam plasma. Kekuatan osmotik ini menyebabkan sejumlah air dan zat
terlarut lain bergerak melalui membran khoroideus ke dalam CSS.7
Bikarbonat terbentuk oleh karbonik anhidrase dan ion hidrogen yang dihasilkan akan
mengembalikan pompa Na dengan ion penggantinya yaitu Kalium. Proses ini disebut Na-K
Pump yang terjadi dengan bantuan Na-K-ATPase, yang berlangsung dalam keseimbangan.7
Natrium memasuki CSS dengan dua cara, transport aktif dan difusi pasif. Kalium
disekresi ke CSS dengan mekanisme transport aktif, demikian juga keluarnya dari CSS ke
jaringan otak. Perpindahan Cairan, Mg dan Phosfor ke CSS dan jaringan otak juga terjadi
terutama dengan mekanisme transport aktif, dan konsentrasinya dalam CSS tidak tergantung
pada konsentrasinya dalam serum.7
Perbedaan difusi menentukan masuknya protein serum ke dalam CSS dan juga
pengeluaran CO2. Air dan Na berdifusi secara mudah dari darah ke CSS dan juga
pengeluaran CO2. Air dan Na berdifusi secara mudah dari darah ke CSS dan ruang
interseluler, demikian juga sebaliknya.7
Ada 2 kelompok pleksus yang utama menghasilkan CSS: yang pertama dan terbanyak
terletak di dasar tiap ventrikel lateral, yang kedua (lebih sedikit) terdapat di atap ventrikel III
dan IV. Diperkirakan CSS yang dihasilkan oleh ventrikel lateral sekitar 95%.
CSS dari ventrikel lateral melalui foramen interventrikular monroe masuk ke dalam
ventrikel III, selanjutnya melalui aquaductus sylvii masuk ke dalam ventrikel IV. Tiga buah
lubang dalam ventrikel IV yang terdiri dari 2 foramen ventrikel lateral (foramen luschka)
yang berlokasi pada atap resesus lateral ventrikel IV dan foramen ventrikuler medial
(foramen magendi) yang berada di bagian tengah atap ventrikel III memungkinkan CSS
keluar dari sistem ventrikel masuk ke dalam rongga subarakhnoid. 7,8

11

CSS mengisi rongga subarakhnoid sekeliling medula spinalis sampai batas sekitar S2,
juga mengisi keliling jaringan otak. Dari daerah medula spinalis dan dasar otak, CSS
mengalir perlahan menuju sisterna basalis, sisterna ambiens, melalui apertura tentorial dan
berakhir dipermukaan atas dan samping serebri dimana sebagian besar CSS akan diabsorpsi
melalui villi arakhnoid pada dinding sinus sagitalis superior. Yang mempengaruhi alirannya
adalah: metabolisme otak, kekuatan hidrodinamik aliran darah dan perubahan dalam tekanan
osmotik darah.7
CSS akan melewati villi masuk ke dalam aliran darah vena dalam sinus. Villi arakhnoid
berfungsi sebagai katup yang dapat dilalui CSS dari satu arah, dimana semua unsur pokok
dari cairan CSS akan tetap berada di dalam CSS, suatu proses yang dikenal sebagai bulk flow.
CSS juga diserap di rongga subrakhnoid yang mengelilingi batang otak dan medula spinalis
oleh pembuluh darah yang terdapat pada sarung/selaput saraf kranial dan spinal. Vena-vena
dan kapiler pada piamater mampu memindahkan CSS dengan cara difusi melalui
dindingnya.7
Perluasan rongga subarakhnoid ke dalam jaringan sistem saraf melalui perluasaan
sekeliling pembuluh darah membawa juga selaput piamater disamping selaput arakhnoid.
Sejumlah kecil cairan berdifusi secara bebas antara cairan ekstraseluler dan CSS dalam
rongga perivaskuler dan juga sepanjang permukaan ependim dari ventrikel sehingga
metabolit dapat berpindah dari jaringan otak ke dalam rongga subrakhnoid. Pada kedalaman
sistem saraf pusat, lapisan piamater dan arakhnoid bergabung sehingga rongga perivaskuler
tidak melanjutkan diri pada tingkatan kapiler. 8

Gambar.3 Rongga perivaskuler. (dikutip dari textbook of medical physiology)


12

Pada orang dewasa normal, volume total CSS adalah sekitar 150 mL, yang 25 % nya
terdapat di dalam sistem ventrikel. CSS terbentuk dengan kecepatan sekitar 20 mL/jam, yang
mengisyaratkan bahwa perputaran CSS terjadi tiga sampai empat kali sehari. Pada neonatus
jumlah total CSS berkisar 20-50 ml dan akan meningkat sesuai usia sampai mencapai 150 ml
pada orang dewasa.3 Menurut Harsono (1996), pada orang dewasa normal jumlah CSS 90150 ml, anak-anak 100-140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-50 ml dan pada prematur kecil
10-20 ml.
Komposisi cairan serebrospinal (CSS)
CSS
Osmolaritas

295 mOsm/L

Natrium

138 Mm

Klorida

119 Mm

PH

7,33

Tekanan CONCUSSION

6,31 kPa

Glukosa

3,4 Mm

Total Protein

0,35 g/L

Albumin

0,23 g/L

Ig G

0,03 g/L

(dikutip dari Diagnostic Test in Neurology, 1991)


Fungsi CSS:7
1. CSS menyediakan keseimbangan dalam sistem saraf. Unsur-unsur pokok pada CSS
berada dalam keseimbangan dengan cairan otak ekstraseluler, jadi mempertahankan
lingkungan luar yang konstan terhadap sel-sel dalam sistem saraf.
2. CSS mengakibatkan otak dikelilingi cairan, mengurangi berat otak dalam tengkorak
dan menyediakan bantalan mekanik, melindungi otak dari keadaan/trauma yang
mengenai tulang tengkorak

13

3. CSS mengalirkan bahan-bahan yang tidak diperlukan dari otak, seperti CO2, laktat,
dan ion Hidrogen. Hal ini penting karena otak hanya mempunyai sedikit sistem
limfatik. Dan untuk memindahkan produk seperti darah, bakteri, materi purulen dan
nekrotik lainnya yang akan diirigasi dan dikeluarkan melalui villi arakhnoid.
4. Bertindak sebagai saluran untuk transport intraserebral. Hormon-hormon dari lobus
posterior hipofise, hipothalamus, melatonin dari fineal dapat dikeluarkan ke CSS dan
transportasi ke sisi lain melalui intraserebral.
5. Mempertahankan tekanan intrakranial.

Dengan cara pengurangan CSS dengan

mengalirkannya ke luar rongga tengkorak, baik dengan mempercepat pengalirannya


melalui berbagai foramina, hingga mencapai sinus venosus, atau masuk ke dalam
rongga subarakhnoid lumbal yang mempunyai kemampuan mengembang sekitar
30%.

4. PATOFISIOLOGI
Hidrosefalus secara teoritis hal ini terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu :3
1. Produksi likuor yang berlebihan
2. Peningkatan resistensi aliran likuor
3. Peningkatan tekanan sinus venosa
Sebagai konsekuensi dari tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial
sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya
dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan
hidrosefalus.3 Dilatasi ini dapat terjadi sebagai akibat dari :3
1. Kompresi sistem serebrovaskuler
2. Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler atau keduanya di
dalam sistem susunan saraf pusat
3. Perubahan mekanis dari otak (peningkatan elastisitas otak, gangguan viskoelastisitas
otak, kelainan turgor otak)
4. Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis (masih diperdebatkan)
5. Hilangnya jaringan otak
6. Pembesaran volume tengkorak (pada penderita muda) akibat adanya regangan
abnormal pada sutura kranial.

14

Produksi likuor yang berlebihan hampir semua disebabkan oleh karena tumor pleksus
khoroid (papiloma atau karsinoma). Adanya produksi yang berlebihan akan menyebabkan
tekanan intrakranial meningkat dalam mempertahankan keseimbangan antara sekresi dan
resorbsi likuor, sehingga akhirnya ventrikel akan membesar.3
Gangguan aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan
resistensi yang disebabkan oleh gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara
proporsional dalam upaya mempertahankan resorbsi yang seimbang.3
Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan
vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan
peningkatan tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk mempertahankan
aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari
hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak. Bila sutura kranial sudah menutup,
dilatasi ventrikel akan diimbangi dengan peningkatan volume vaskuler. Sebaliknya, bila
tengkorak masih dapat mengadaptasi, kepala akan membesar dan volume cairan akan
bertambah. Derajat peningkatan resistensi aliran cairan likuor dan kecepatan perkembangan
gangguan hidrodinamik berpengaruh pada penampilan klinis.3

Gambar.4

15

Gambar 5. Aliran LCS dan patofisiologi hidrosefalus5

Hidrosefalus timbul akibat terjadi ketidak seimbangan antara produksi dengan absorpsi
dan gangguan sirkulasi dari CSS. Adapun keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan
terjadinya ketidak seimbangan tersebut adalah:5

1. Disgenesis serebri
Empat puluh enam persen hidrosefalus pada anak akibat malformasi otak dan yang
terbanyak adalah malformasi Arnold-Chiary. Berbagai malformasi serebral akibat kegagalan
dalam proses pembentukan otak dapat menyebabkan penimbunan CSS sebagai kompensasi
dari tidak terdapatnya jaringan otak. Salah satu contoh jelas adalah hidroanensefali yang
terjadi akibat kegagalan pertumbuhan hemisferium serebri.

2. Produksi CSS yang berlebihan


Ini merupakan penyebab hidrosefalus yang jarang terjadi. Penyebab tersering adalah
papiloma pleksus khoroideus.
16

3. Obstruksi aliran CSS


Sebagian besar kasus hidrosefalus termasuk dalam kategori ini. Obstruksi dapat terjadi di
dalam atau di luar sistem ventrikel. Obstruksi dapat disebabkan beberapa kelainan seperti:
perdarahan subarakhnoid post trauma atau meningitis, di mana pada kedua proses tersebut
terjadi inflamasi dan eksudasi yang mengakibatkan sumbatan pada akuaduktus Sylvius atau
foramina pada ventrikel IV.
Sisterna basalis juga dapat tersumbat oleh proses arakhnoiditis yang mengakibatkan
hambatan dari aliran CSS. Tumor fossa posterior juga dapat menekan dari arah belakang
yang mengakibatkan arteri basiliaris dapat menimbulkan obstruksi secara intermiten, di mana
obstruksi tersebut berhubungan dengan pulsasi arteri yang bersangkutan.

4. Absorpsi CSS berkurang


Kerusakan vili arakhnoidalis dapat mengakibatkan gangguan absorpsi CSS, selanjutnya
terjadi penimbunan CSS. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan kejadian tersebut
adalah:
- Post meningitis
- Post perdarahan subarachnoid
- Kadar protein CSS yang sangat tinggi

5. Akibat atrofi serebri


Bila karena sesuatu sebab terjadinya atrofi serebri, maka akan timbul penimbunan CSS
yang merupakan kompensasi ruang terhadap proses atrofi tersebut.
Terdapat beberapa tempat yang merupakan predileksi terjadinya hambatan aliran CSS :11
a.

Foramen Interventrikularis Monroe


Apabila sumbatan terjadi unilateral maka akan menimbulkan pelebaran ventrikel
lateralis ipsilateral.

b.

Akuaduktus Serebri (Sylvius)


Sumbatan pada tempat ini akan menimbulkan pelebaran kedua ventrikel lateralis
dan ventrikel III.

17

c.

Ventrikel IV
Sumbatan pada ventrikel IV akan menyebabkan pelebaran kedua ventrikel
lateralis, ventrikel III dan akuaduktus serebri

d.

Foramen Mediana Magendie dan Foramina Lateralis Luschka


Sumbatan pada tempat-tempat ini akan menyebabkan pelebaran pada kedua
ventrikel lateralis, ventrikel III, akuaduktus serebri dan ventrikel IV. Keadaan ini
dikenal sebagai sindrom Dandy-Walker.

e.

Ruang Sub Arakhnoid di sekitar medulla-oblongata, pons, dan mesensefalon


Penyumbatan pada tempat ini akan menyebabkan pelebaran dari seluruh sistem
ventrikel. Akan tetapi apabila obstruksinya pada tingkat mesensefalon maka
pelebaran ventrikel otak tidak selebar seperti jika obstruksi terjadi di tempat
lainnya. Hal ini terjadi karena penimbunan CSS di sekitar batang otak akan
menekan ventrikel otak dari luar.

Produksi

Sirkulasi

Absorpsi

Meningkat

Normal

Normal

Terhambat

Menurun

Papiloma
plexus
choroideus

Normal

Aquaductus Silvii

Foramen
Luscha

Magendi
(

Sind.

Trauma

dan

SAH

Dandy

Gangguan

Walker)

pembentukan

Ventrikel III

arakhnoid

Ventrikel IV

Post meningitis

Ruang Sub Arakhnoid

Protein CSS >>

villi

5. KLASIFIKASI
Hidrosefalus dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, yaitu:3
1. Anatomis
1.1 Hidrosefalus tipe obstruksi/non komunikans
18

Terjadi bila drainase CSS dari ventrikel menuju ke ruang subaraknoid terganggu
(Gangguan di dalam atau pada sistem ventrikel yang mengakibatkan penyumbatan aliran
CSS dalam sistem ventrikel otak), kebanyakan disebabkan oleh kongenital : stenosis
akuaduktus Sylvius (menyebabkan dilatasi ventrikel lateralis dan ventrikel III. Ventrikel
IV biasanya normal dalam ukuran dan lokasinya), Arnold-Chiari malformation, DandyWalker cyst dan yang didapat : Radang (Eksudat, infeksi meningeal), Perdarahan/trauma
(hematoma subdural), Tumor dalam sistem ventrikel (tumor intraventrikuler, tumor
parasellar, tumor fossa posterior).3,5
1.2 Hidrosefalus tipe komunikans/aresorptive3
Terjadi bila drainase CSS dari ruang subaraknoid terhambat (gangguan diluar system
ventrikel). Terjadi karena gangguan penyerapan.

Perdarahan akibat trauma kelahiran menyebabkan perlekatan lalu menimbulkan


blokade villi arachnoid.

Perdarahan subdural dan subaraknoid, Meningitis menyebabkan perlekatan meningeal

Kongenital :
- Perlekatan arachnoid/sisterna karena gangguan pembentukan.
- Gangguan pembentukan villi arachnoid

2. Etiologi
2.1 Tipe obstruktif (non-komunikans)
2.1.1 Kongenital
a. Stenosis akuaduktus serebri3,5
Mempunyai berbagai penyebab. Kebanyakan disebabkan oleh infeksi atau perdarahan
selama kehidupan fetal, stenosis kongenital sejati sangat jarang.
Russel mengklasifikasikan stenosis akuaduktal ke dalam 4 kelompok berdasarkan
temuan histologis: gliosis, forking stenosis ,simple, dan pembentukan septum. Stenosis atau
penyempitan akuaduktal terjadi pada 2/3 kasus hidrosefalus kongenital.
Temuan CT-Scan : Pembesaran ventrikel lateral dan tiga, ventrikel empat normal10
b. Sindroma Dandy-Walker (atresia foramen Megendie dan Luschka)3,5

19

Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan hidrosefalus. Etiologinya tidak
diketahui. Malformasi ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV dan hipoplasia veris serebelum.
Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh hubungan antara dilatasi ventrikel IV dan rongga
subarakhnoid yang tidak adekuat; dan hal ini dapat tampil pada saat lahir, namun 80%
kasusnya biasanya tampak dalam tiga bulan pertama.
Kasus semacam ini sering terjadi bersamaan dengan anomali lainnya seperti: agenesis
korpus kalosum, labiopalatoskhisis, anomali okuler, anomali jantung, dan sebagainya.
Temuan CT-scan : ventrikel empat melebar terbuka ke bagian posterior sehingga
membentuk ruangan cystic retrocerebellar yang besar10
c. Malformasi Arnold-Chiari3,5
Malformasi ini melibatkan kelainan susunan saraf pusat yang rumit (khas pada fossa
posterior). Batang otak tampak memanjang dan mengalami malformasi, dan tonsil serebellum
memanjang dan ekstensi ke dalam kanalis spinalis. Kelainan ini menyebabkan obliterasi
sisterna-sisterna fossa posterior dan mengganggu saluran ventrikel IV. Malformasi Arnold
Chiari dijumpai pada hampir semua kasus mielomeningokel, walaupun tidak semuanya
berkembang menjadi hidrosefalus aktif yang membutuhkan tindakan operasi pintas
(shunting) (80% kasus).
Temuan CT-scan : ventrikel-ventrikel besar asimetris dengan pointed dan scalloped
appearance. Ventrikel empat lebih kecil, memanjang, dan letaknya lebih rendah.10

d. Aneurisma vena Galeni3


Kerusakan vaskuler yang terjadi pada saat kelahiran, tetapi secara normal tidak dapat
dideteksi sampai anak berusia beberapa bulan. Hal ini terjadi karena vena Galeni mengalir di
atas akuaduktus Sylvii, menggembung dan membentuk kantong aneurisma. Seringkali
menyebabkan hidrosefalus.

e. Hidranensefali3
Suatu kondisi dimana hemisfer otak tidak ada dan diganti dengan kantong CSS. sangat
jarang. Temuan CT-scan berupa hanya bagian basal otak (cerebellum, batang otak, basal

20

ganglia, dan lobus oksipital) yang terlihat berkembang, sama sekali atau hampir tidak
memiliki hemisfer serebri, ruang yang normalnya diisi hemisfer dipenuhi oleh CSS.
2.1.2 Acquired / Didapat
a. Stenois akuaduktus serebri (setelah infeksi atau perdarahan)
Infeksi oleh bakteri meningitis yang menyebabkan radang pada selaput (meningen) di
sekitar otak dan spinal cord. Hidrosefalus berkembang ketika jaringan parut dari infeksi
meningen menghambat aliran CSS dalam ruang subarachnoid, yang melalui akuaduktus pada
sistem ventrikel atau mempengaruhi penyerapan CSS dalam villi arachnoid.14
Jika saat itu tidak mendapat pengobatan, bakteri meningitis dapat menyebabkan
kematian dalam beberapa hari. Tanda-tanda dan gejala meningitis meliputi demam, sakit
kepala, panas tinggi, kehilangan nafsu makan, kaku kuduk. Pada kasus yang ekstrim, gejala
meningitis ditunjukkan dengan muntah dan kejang. Dapat diobati dengan antibiotik dosis
tinggi.14
b. Herniasi tentorial akibat tumor supratentorial13
Ascending : Herniasi vermis cerebellar ke atas melalui incisura tentorium. Kompresi dan
displacement akuaduktus dan ventrikel tiga posterior
Descending : Depresi akuaduktus dan medulla ke arah bawah (inferior)
c. Hematoma intraventrikular
Jika cukup berat dapat mempengaruhi ventrikel, mengakibatkan darah mengalir dalam
jaringan otak sekitar dan mengakibatkan perubahan neurologis. Kemungkinan hidrosefalus
berkembang disebabkan oleh penyumbatan atau penurunan kemampuan otak untuk menyerap
CSS.6
Temuan CT-Scan berupa ventrikel tiga dilatasi dan hiperdens, temporal horn dilatasi
yang merupakan tanda awal dari hidrosefalus obstruktif.13

d. Tumor : Ventrikel, Regio vinialis, Fossa posterior


Sebagian besar tumor otak dialami oleh anak-anak pada usia 5-10 tahun. 70% tumor ini
terjadi dibagian belakang otak yang disebut fosa posterior. Jenis lain dari tumor otakyang
21

dapat menyebabkan hidrosefalus adalah tumor intraventrikuler dan kasus yang sering terjadi
adalah tumor plexus choroideus (termasuk papiloma dan karsinoma).15
Tumor yang berada di bagian belakang otak sebagian besar akan menyumbat aliran CSS
yang keluar dari ventrikel IV. Pada banyak kasus, cara terbaik untuk mengobati hidrosefalus
yang berhubungan dengan tumor adalah menghilangkan tumor penyebab sumbatan.15
Temuan CT-Scan pada papilloma pleksus choroideus adalah hiperdens atau isodens di
atrium (trigonum) ventrikel lateral dan di ventrikel empat, dilatasi temporal horn13
e. Abses/granuloma
f. Kista arakhnoid15
Kista adalah kantung lunak atau lubang tertutup yang berisi cairan. Jika terdapat kista
arachnoid maka kantung berisi CSS dan dilapisi dengan jaringan pada membran arachnoid.
Kista biasanya ditemukan pada anak-anak dan berada pada ventrikel otak atau pada ruang
subarachnoid. Kista subarachnoid dapat menyebabkan hidrosefalus non komunikans dengan
cara menyumbat aliran CSS dalam ventrikel khususnya ventrikel III.
Berdasarkan lokasi kista, dokter bedah saraf dapat menghilangkan dinding kista dan
mengeringkan cairan kista. Jika kista terdapat pada tempat yang tidak dapat dioperasi (dekat
batang otak), dokter dapat memasang shunt untuk mengalirkan cairan agar bisa diserap. Hal
ini akan menghentikan pertumbuhan kista dan melindungi batang otak.
Temuan CT-Scan berupa hipodens (CSS mengisi kavitas temporal yang berhubungan
dengan ruang subaraknoid)13
2.2 Tipe komunikans3
Jarang ditemukan. Terjadi karena proses berlebihan atau gangguan penyerapan
2.2.1 Penebalan leptomeningens dan/atau granulasi arakhnoid akibat:
a. Infeksi : Mikobakterium TBC, Kuman piogenik, Jamur; cryptococcus neoformans,
coccidioides immitis.
b. Perdarahan subarachnoid : Spontan seperti pada aneurisma dan malformasi
arteriol, Trauma
c. Meningitis karsinomatosa

22

2.2.2 Peningkatan viskositas CSS


Kadar protein yang tinggi seperti pada perdarahan subarakhnoid, tumor kauda ekuina, tumor
intrakranial neurofibroma akustik, hemangioblastoma serebelum dan medulla spinalis,
neurosifilis, sindrom Guillain-Barre.
2.2.3 Produksi CSS yang berlebihan
Papiloma pleksus khoroideus

Klasifikasi Lain
NPH (Normal Pressure Hydrocephalus)12
Hidrosefalus yang terjadi tanpa disertai dengan peningkatan tekanan intrakranial yang
berarti, merupakan suatu tipe hidrosefalus kronik dimana tekanan intrakranial berangsurangsur berubah stabil dan terjadi pembesaran dari ventrikel otak. Penderita dengan NPH tidak
menunjukkan gejala-gejala klasik dari peninggian tekanan intrakranial seperti sakit kepala,
mual, muntah, atau penurunan kesadaran sehingga seringkali salah terdiagnosis sebagai
penyakit Parkinson, Alzheimer, atau degeneratif berhubung sifat kronisnya dan gejala-gejala
yang menyertainya.
NPH akan menunjukkan gejala-gejala trias klasik yakni gaya berjalan ataxia, demensia,
dan inkontinensia urin.

6. GAMBARAN KLINIS
Gejala yang menonjol pada hidrosefalus adalah bertambah besarnya ukuran lingkar
kepala anak dibanding ukuran normal. Di mana ukuran lingkar kepala terus bertambah besar,
sutura-sutura melebar demikian juga fontanela mayor dan minor melebar dan menonjol atau
tegang. Beberapa penderita hidrosefalus kongenital dengan ukuran kepala yang besar saat
dilahirkan sehingga sering mempersulit proses persalinan, bahkan beberapa kasus
memerlukan operasi seksio sesaria. Tetapi sebagian besar anak-anak dengan hidrosefalus tipe
ini dilahirkan dengan ukuran kepala yang normal. Baru pada saat perkembangan secara cepat
terjadi perubahan proporsi ukuran kepalanya.16
Akibat penonjolan lobus frontalis, bentuk kepala cenderung menjadi brakhisefalik,
kecuali pada sindrom Dandy-Walker di mana kepala cenderung berbentuk dolikhosefalik,
karena desakan dari lobus oksipitalis akibat pembesaran fossa posterior.16

23

Sering dijumpai adanya Setting Sun Appearance / Sign, yaitu adanya retraksi dari
kelopak mata dan sklera menonjol keluar karena adanya penekanan ke depan bawah dari isi
ruang orbita, serta gangguan gerak bola mata ke atas, sehingga bola mata nampak seperti
matahari terbenam.6
Kulit kepala tampak tipis dan dijumpai adanya pelebaran vena-vena subkutan. Pada
perkusi kepala anak akan terdengar suara cracked pot, berupa seperti suara kaca retak. Selain
itu juga dijumpai gejala-gejala lain seperti gangguan tingkat kesadaran, muntah-muntah,
retardasi mental, kegagalan untuk tumbuh secara optimal. 6
Pada pasien-pasien tipe ini biasanya tidak dijumpai adanya papil edema, tapi pada tahap
akhir diskus optikus tampak pucat dan penglihatan kabur. Secara pelan sikap tubuh anak
menjadi fleksi pada lengan dan fleksi atau ekstensi pada tungkai. Gerakan anak menjadi
lemah, dan kadang-kadang lengan jadi gemetar.6
1. Hidrosefalus pada bayi (Tipe congenital/infantil):16
- Kepala membesar
- Sutura melebar
- Fontanella kepala prominen
- Mata kearah bawah (sunset phenomena)
- Nistagmus horizontal
- Perkusi kepala : cracked pot sign atau seperti semangka masak.
Ukuran rata-rata lingkar kepala berdasarkan umur16
Umur

Lingkar Kepala

0 bulan

35 cm

3 bulan

41 cm

6 bulan

44 cm

9 bulan

46 cm

12 bulan

47 cm

18 bulan

48,5 cm

2. Tipe juvenile (2-10 tahun) : 16


- Sakit kepala
- Kesadaran menurun
- Gelisah
24

- Mual, muntah
- Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak
- Gangguan perkembangan fisik dan mental
- Papil edema; ketajaman penglihatan akan menurun dan lebih lanjut dapat mengakibatkan
kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II.
- Tekanan intrakranial meninggi oleh karena ubun-ubun dan sutura sudah menutup, nyeri
kepala terutama di daerah bifrontal dan bioksipital. Aktivitas fisik dan mental secara bertahap
akan menurun dengan gangguan mental yang sering dijumpai seperti : respon terhadap
lingkungan lambat, kurang perhatian tidak mampu merencanakan aktivitasnya.

7. DIAGNOSIS
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan
psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan
penunjang, yaitu :3,6

1. Rontgen foto kepala


Dengan prosedur ini dapat diketahui:
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura,
tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa impressio digitate dan erosi
prosessus klionidalis posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto
rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.

2. Transiluminasi
Syarat untuk transiluminasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan
dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai
lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi
sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.

3. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala
melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam

25

kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini
disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan
sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.

4. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat
tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah
kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang
melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras
dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini
sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas
CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.

5. Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat
menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG
pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan
sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi
sistem

ventrikel

secara

jelas,

seperti

halnya

pada

pemeriksaan

CT

Scan.

6. CT Scan kepala
Indikasi :17
1. Tumor,massa dan lesi
2. Metastase otak
3. Perdarahan intracranial
4. Aneurisma
5. Abses
6. Atrophy otak
7. Kelainan post trauma (epidural dan subdural hematom)
8. Kelainan congenital

26

Persiapan pemeriksaan17
a. Persiapan pasien
Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksui-instruksi yang
menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus diketahui dengan jelas
terutama jika pemeriksaan dengan menggunakan media kontras. Benda aksesoris
seperti gigi palsu, rambut palsu, anting-anting, penjempit rambut, dan alat bantu
pendengaran harus dilepas terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan karena
akan menyebabkan artefak.Untuk kenyamanan pasien mengingat pemeriksaan
dilakukan pada ruangan ber-AC sebaiknya tubuh pasien diberi selimut.
b. Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan kepala dibedakan menjadi dua,
yaitu :
1. Peralatan steril :

Alat-alat suntik

Spuit.

Kassa dan kapas

Alkohol
2. Peralatan non-steril

Pesawat CT-Scan

Media kontras

Tabung oksigen
c. Persiapan Media kontras dan obat-obatan
Dalam pemeriksaan CT-scan kepala pediatrik di butuhkan media kontras nonionik

karena untuk menekan reaksi terhadap media kontras seperti pusing, mual dan muntah serta
obat anastesi jika diperlukan. Media kontras digunakan agar struktur-struktur anatomi tubuh
seperti pembuluh darah dan orga-organ tubuh lainnya dapat dibedakan dengan jelas. Selain
itu dengan penggunaan media kontras maka dapat menampakan adanya kelainan-kelainan
dalam tubuh seperti adanya tumor.Teknik injeksi secara intravena

27

1. Jenis media kontras : omnipaque, visipaque


2. Volume pemakaian : 2 3 ml/kg, maksimal 150 ml
3. Injeksi rate : 1 3 ml/sec
d. Teknik Pemeriksaan

Posisi pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat
dengan gantry.

Posisi Objek : Kepala hiperfleksi dan diletakkan pada head holder. Kepala diposisikan
sehingga mid sagital plane tubuh sejajar dengan lampu indikator longitudinal dan
interpupilary line sejajar dengan lampu indikator horizontal. Lengan pasien diletakkan
diatas perut atau disamping tubuh. Untuk mengurangi pergerakan dahi dan tubuh
pasien sebaiknya difikasasi dengan sabuk khusus pada head holder dan meja
pemeriksaan. Lutut diberi pengganjal untuk kenyamanan pasien.
e. Scan Parameter
1. Scanogram : kepala lateral
2. Range : range I dari basis cranii sampai pars petrosum dan range II dari pars
petrosum sampai verteks.
3. Slice Thickness : 2-5 mm ( range I ) dan 5-10 mm ( range II )
4. FOV : 24 cm
5. Gantry tilt : sudut gantry tergantung besar kecilnya sudut yang terbentuk oleh
orbito meatal line dengan garis vertical.
6. kV : 120
7. mA : 250
8. Reconstruksion Algorithma : soft tissue
9. Window width : 0-90 HU ( otak supratentorial ); 110-160 HU ( otak pada
fossa posterior ); 2000-3000 HU ( tulang )
10. Window Level : 40-45 HU ( otak supratentorial ); 30-40 HU ( otak pada fossa
posterior ); 200-400 HU ( tulang )

Foto sebelum dan sesudah pemasukkan media kontras


o

Secara umum pemeriksaan CT-scan kepala membutuhkan 6-10 irisan axial.


Namun ukuran tersebut dapat bervariasi tergantung keperluan diagnosa. Untuk
28

kasus seperti tumor maka jumlah irisan akan mencapai dua kalinya karena
harus dibuat foto sebelum dan sesudah pemasukan media kontras. Tujuan
dibuat foto sebelum dan sesudah pemasukan media kontras adalah agar dapat
membedakan dengan jelas apakah organ tersebut mengalami kelainan atau
tidak.

Gambar yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT-scan kepala pada umumnya:


o

Potongan Axial I
Merupakan bagian paling superior dari otak yang disebut hemisphere. Kriteria
gambarnya adalah tampak : Bagian anterior sinus superior sagittal, centrum
semi ovale (yang berisi materi cerebrum), fissura longitudinal (bagian dari
falks cerebri), sulcus, gyrus bagian posterior sinus superior sagitalis.

Potongan Axial IV
Merupakan irisan axial yang ke empat yang disebut tingkat medial ventrikel.
Kriteria gambarnya tampak : Anterior corpus collosum, Anterior horn dari
ventrikel lateral kiri, Nucleus caudate, Thalamus, Ventrikel tiga, Kelenjar
pineal (agak sedikit mengalami kalsifikasi) , Posterior horn dari ventrikel
lateral kiri.

Potongan Axial V
Menggambarkan jaringan otak dalam ventrikel medial tiga. Kriteria gambar
yang tampak : Anterior corpus callosum, Anterior horn ventrikel lateral kiri,
Ventrikel tiga, Kelenjar pineal, Protuberantia occipital interna

Potongan Axial VII


Irisan ke tujuh merupakan penggambaran jaringan dari bidang orbita. Struktur
dalam irisan ini sulit untuk ditampakkan dengan baik dalam CT-scan.
Modifikasi-modifikasi sudut posisi kepala dilakukan untuk mendapatkan
gambarannya adalah tampak : Bola mata / occular bulb, Nervus optic kanan,
Optic chiasma, Lobus temporal, Otak tengah, Cerebellum, Lobus oksipitalis,
Air cell mastoid, Sinus ethmoid dan atau sinus sphenoid.

29

Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari


ventrikel cerebral: 10,13

Hambatan unilateral atau bilateral pada foramen Monro menunjukkan pelebaran


unilateral atau bilateral dari ventrikel lateral, sedangkan ventrikel tiga dan empat
normal

Stenosis akuaduktus merupakan penyebab kongenital yang paling sering


menunjukkan pelebaran ventrikel lateral dan ventrikel 3 dengan ventrikel 4 yang
normal. Bagian proksimal dari akuaduktus juga dapat melebar.

Hambatan pada foramina Magendie dan Luschka menunjukkan pelebaran pada


semua ventrikel cerebral.

Temporal horn pada CT scan normalnya tidak terlihat, jika terlihat jelas
menunjukkan first sign dari hidrosefalus obstruktif

Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi global dari


semua sistem ventrikel, dilatasi sisterna basalis, kumpulan CSS di ruang subarakhnoid
(walaupun sedikit) dan sulkus yang dalam
Pada hidrosefalus aktif, terdapat peningkatan volume ventrikel sedangkan pada
hidrosefalus pasif, ventrikel terkompensasi
Tanda khusus sebagai indikator hidrosefalus pada CT :
- Periventricular lucency. CSS menginvasi substansi otak yang berdekatan karena
pengaruh tekanan sehingga ependymal menjadi rusak (damaged). Gambaran hipodens,
zona band-shaped disebelah ventrikel lateral, diatas frontal dan temporal horn dan
system ventrikel yang kabur menunjukkan adanya edema
- Dilatasi ventrikel di oksipital. CSS menyebabkan kerusakkan lebih banyak pada
white matter daripada basal ganglia sehingga lobus oksipital lebih terlibat

Gambar 6.CT Scan hidrosefalus


30

Gambar 8. Stenosis akuaduktal

Gambar 7. Dandy-Walker syndrome & Hidrosefalus


7. MRI Kepala
MRI kepala dapat menunjukkan gambaran anatomi kepala secara mendetail dan
bermanfaat untuk mengidentifikasi tempat obstruksi

Gambar 7. MRI kepala dengan hidrosefalus

8. PENATALAKSANAAN
Terapi medikamentosa4,15
Ditujukan untuk membatasi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari
pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorpsinya. Dapat dicoba pada pasien yang tidak
gawat, terutama pada pusat-pusat kesehatan dimana sarana bedah saraf tidak ada.
Obat yang sering digunakan adalah:
a. Asetasolamid

31

25-100 mg/kg/bb/hari Acetazolamide bekerja dengan cara merintangi enzym


karboanhidrase di tubuli proksimal, sehingga disamping karbonat, juga Na dan K
dieksresikan lebih banyak, bersamaan dengan air. Fungsi diuretiknya lemah.
Efek samping dari obat ini biasanya kebas pada jari tangan dan kaki karena hipokalemia.
Beberapa dapat mengalami pandangan yang kabur, tapi biasanya hilang dengan penghentian
obat. Acetazolamide juga meningkatkan resiko batu ginjal kalsium oksalat dan kalsium
fosfat. Untuk mengurangi dehidrasi dan sakit kepala dianjurkan untuk minum banyak cairan.
Kontraindikasi bagi mereka yang mempunyai sickle cell anemia, alergi terhadap sulfa
dan CA inhibitor, sakit ginjal atau hati, gagal kelenjar adrenal, diabetes, ibu hamil dan
menyusui.
b. Furosemid
Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv 0,6
mg/kgBB/hari. Furosemide bekerja sebagai diuretik kuat pada transport Na K Cl loop henle
thick ascending untuk menghambat Na dan Cl reabsorbsi. Karena absorbsi Mg dan Ca pada
thick ascending tergantung konsentrasi Na dan Cl, loop diuretik juga menghambat absorbsi
ion tersebut. Dengan terganggunya reabsorbsi ion ini loop diuretik mengganggu terbentuknya
medula renal yang hipertonik. Dengan tanpa adanya medula yang terkonsentrasi, air menjadi
kurang osmotik kemudian melalui collecting duct, sehingga berakibat kenaikan produksi urin.
Diuretik ini mengurangi air yang direabsorbsi kembali ke darah berakibat pada
penurunan volume darah. Loop diuretik juga menyebabkan vasodilatasi vena pembuluh darah
ginjal sehingga menurunkan tekanan darah.
Efek samping lainnya dapat menyebabkan jaundice, tinitus, fotosensitif, rash,
pankreatitis, mual, sakit perut, pusing, anemia.
Terapi Pembedahan2,4
1. Pada pusat-pusat kesehatan yang memiliki sarana bedah saraf
Terapi operasi langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada penderita yang gawat
dan sambil menunggu operasi penderita biasanya diberikan:
- Mannitol (cairan hipertonik), dengan cara pemberian dan dosis: per infus, 0,5-2 g/kg
BB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.
2. Tidak terdapat fasilitas bedah saraf
a. Pasien tidak gawat

32

Diberi terapi medikamentosa, bila tidak berhasil, pasien dirujuk ke rumah sakit
terdekat yang mempunyai fasilitas bedah saraf.
b. Pasien dalam keadaan gawat
Pasien segera dirujuk ke rumah sakit terdekat yang mempunyai fasilitas bedah saraf
setelah diberikan mannitol.
Jenis Terapi Operatif pada Pasien Hidrosefalus2
1. Third Ventrikulostomi/Ventrikel III
Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma optikum, dengan bantuan
endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga CSS dari ventrikel III dapat mengalir keluar.
2. Operasi pintas/Shunting
Ada 2 macam :
- Eksternal (external ventricular drainage, EVD)
Sangat cepat dan minimal invasif. Ini melibatkan membuat lubang kecil di tengkorak, sering
di daerah frontal, penyisipan tabung halus ke dalam ventrikel dan hubungkan tabung ini ke
saluran eksternal di mana jumlah CSF dapat dikontrol.
- Internal
a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.
-Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor- Kjeldsen)
-Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.
-Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
-Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus
-Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
-Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum

33

b. Lumbo Peritoneal Shunt


CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi
terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.

34

Teknik Shunting2,4
1. Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu frontalis,
ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monro.
2. Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan analisis.
3. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak proksimal
dengan tipe bola atau diagfragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang terletak di
distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka pada tekanan tertentu.
4. Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium kanan jantung
melalui v. jugularis interna .
5. Ventriculo-Peritoneal Shunt.
a. Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan.
b. Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
Pada

anak-anak,

dengan

kumparan

silang

yang

banyak,

memungkinkan

tidak

diperlukan adanya revisi walaupun badan anak tumbuh memanjang.


Pada treated-hidrosefalus, Insersi kateter dapat dilihat melalui CT-Scan sehingga dapat
menentukan lokasi yang tepat. Sesaat setelah drainase, terlihat volume ventrikel menurun
tetapi dalam beberapa hari-minggu, struktur jaringan otak akan berproliferasi kembali
sehingga volume serebri akan meningkat. Jika proses ini gagal, akan terjadi komplikasi
berupa atrofi serebral.10
Komplikasi Shunting2
a. Infeksi
Berupa peritonitis, meningitis atau peradangan sepanjang saluran subkutan. Pada pasienpasien dengan VA Shunt. Bakteri aleni dapat mengawali terjadinya Shunt Nephritis yang
biasanya disebabkan Staphylococcus epidermis ataupun aureus, dengan risiko terutama pada
bayi. Profilaksis antibiotik dapat mengurangi risiko infeksi.
b. Hematoma Subdural
Ventrikel yang kolaps akan menarik permukaan korteks serebri dari duramater. Pasien
post operatif diletakkan dalam posisi terlentang mengurangi risiko sedini mungkin.

35

c. Obstruksi
Dapat ditimbulkan oleh:
- Ujung proksimal tertutup pleksus khoroideus.
- Adanya serpihan-serpihan (debris).
- Gumpalan darah.
- Ujung distal tertutup omentum.
- Pada anak-anak yang sedang tumbuh dengan VA Shunt, ujung distal kateter dapat tertarik
keluar dari ruang atrium kanan, dan mengakibatkan terbentuknya trombus dan timbul oklusi.

d. CSS yang rendah


Beberapa pasien Post shunting mengeluh sakit kepala dan vomiting pada posisi duduk
dan berdiri, hal ini ternyata disebabkan karena tekanan CSS yang rendah, keadaan ini dapat
diperbaiki dengan jalan: Intake cairan yang banyak dan Katup diganti dengan yang terbuka
pada tekanan yang tinggi.

e. Asites oleh karena CSS


Asites CSS hanya diperkirakan 1% dari penderita dengan VP shunt. Adapun
patogenesisnya masih bersifat kontroversial. Diduga sebagai penyebab kelainan ini adalah
pembedahan abdominal sebelumnya, peritonitis, protein yang tinggi dalam CSS.
Asites CSS biasanya terjadi pada anak dengan tekanan intrakranial di mana gejala yang
timbul dapat berupa distensi perut, nyeri perut, mual dan muntah-muntah.

f. Kraniosinostosis
Keadaan ini terjadi sebagai akibat dari pembuatan shunt pada hidrosefalus yang berat,
sehingga terjadi penututupan dini dari sutura kranialis.
Komplikasi dari operasi Shunt dapat terlihat pada CT-Scan :10

Higroma subdural unilateral atau bilateral : hipodens sickle-shaped dan band-shaped


diruang subdural

Hematom subdural : hiperdens sickle-shaped di ruang subdural


36

Hematom intracerebral (jarang) : hiperdens di parenkim otak, dapat juga terlihat di


ventrikel lateral

Collaps ventrikel : karena forced-drainage dari CSS

Hambatan pada shunt : meningkatnya volume ventrikel, periventricular lucency dan


tidak proporsional, terkadang dilatasi di bagian oksipital

Ventrikulitis : terdeteksi CT dengan kontras pada ventrikulitis kronis menunjukkan


hiperdens ringan pada tepi ventrikel.

9. DIAGNOSIS BANDING.11,13
1. Higroma subdural ; penimbunan cairan dalam ruang subdural akibat pencairan hematom
subdural
2. Hematom subdural ; penimbunan darah di dalam rongga subdural
3. Emfisema subdural ; adanya udara atau gas dalam jaringan subdural.
4. Hidranensefali ; hanya bagian basal otak (cerebellum, batang otak, basal ganglia, dan lobus
oksipital) yang berkembang, sama sekali atau hampir tidak memiliki hemisfer serebri, ruang
yang normalnya di isi hemisfer dipenuhi CSS
5. Tumor otak (Papiloma/karsinoma plexus choroid) ; massa hiperdens atau isodens di atrium
(trigonum) ventrikel lateral , dilatasi temporal horn
6. Kepala besar
- Megalensefali : peningkatan ukuran parenkim otak ; proliferasi abnormal sel otak sehingga
jaringan otak bertambah. Dapat polymicrogyria atau agyria disertai retardasi mental.
Diagnosis gold standard dengan MRI ditandai dengan korteks yang menebal dengan dilatasi
ventrikel ipsilateral.
- Makrosefali : peningkatan ukuran cranium (Lingkar kepala lebih dari persentil 98), berat
cerebral lebih dari 2000 gram
7. Holoprosensefali : merupakan gangguan kongenital perkembangan proensefalon yang
biasanya disertai anomali wajah (anophtalmia, microphtalmia, agnesis nasal septum, Bibir
sumbing), sebagai hasil dari pemisahan inkomplit bagian lobus frontal. Struktur midline (falx
cerebri, fisura interhemisfere, corpus callosum, septum pelucidum, bulbus olfaktori) tidak
ada, Ventrikel lateral dan tiga terbentuk menjadi monoventrikel besar di tengah.
Holoprosensefali terbagi menjadi :

Alobar : monoventrikel dengan kavitas besar di dorsal, tidak terlihat fisura


interhemisfer, thalamus terlihat menyatu.
37

Semilobar : monoventrikel dengan fisura interhemisfer partial, thalamus terpisah


sebagian, septum pelucidum dan corpus calosum tidak terlihat, occipital dan temporal
horn tidak berkembang

Lobar : Septum pelucidum dan corpus calosum tidak terlihat, thalamus terpisah,
terbentuk falx sehingga terbentuk occipital dan temporal horn, akan tetapi hemisfer
kearah frontal tidak terpisah sempurna

Jika tidak ada anomali wajah pada holoprosensefali, sulit dibedakan dengan hidrosefalus
berat dan hidranensefali, pemeriksaan CT-scan dengan ditemukannya falx cerebri yang
menghilang dapat digunakan sebagai indikator diagnostik pada kasus ini.

10. KOMPLIKASI2,3
- Atrofi otak : pelebaran pada ventrikel lateral, sulcus dan sisterna
- Herniasi otak yang dapat berakibat kematian

11. PROGNOSIS
Pada hidrosefalus infantil dengan operasi shunt menunjukkan perbaikan yang bermakna.
Jika tidak diobati 50-60% bayi akan tetap dengan hidrosefalus atau mengalami penyakit yang
berulang-ulang. Kira-kira 40% dari bayi yang hidup dengan intelektual mendekati normal.
Dengan pengobatan dan pembedahan yang baik setidak-tidaknya 70% penderita dapat hidup
hingga melampaui masa anak-anak, di mana 40% diantaranya dengan intelegensi normal dan
60% sisanya mengalami gangguan intelegensi dan motorik.16

38

LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama

: by. Z.Z

Usia

: 13 hari

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: DK Rowo Tengah

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Tanggal masuk

: 19-03-2016

No.RM

: 355076

ANAMNESIS (secara alloanamnesis dan catatan medis 31-03-2016 Pukul 15:00 WIB)
Keluhan Utama

: Kepala membesar sejak lahir

Riwayat Penyakit Sekarang :


Ibu mengatakan ukuran kepala pasien membesar dan membunjul, tampak lemah,
banyak tidur, jarang menangis, malas minum, pipis sedikit sejak lahir tanggal 19 Maret
2016. Demam disangkal, kejang disangkal. BAB (+), BAK (+). Setelah lahir sampai
saat dilakukan alloanamnesis, pasien masih menjalani perawatan dan pemantauan di
bagian perinatologi
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pertama kali diketahui hydrocephalus saat pasien masih berada dalam
kandungan, yaitu pada USG trimester 3 atas diagnosa dokter spesialis kandungan. Saat
itu, diketahui diameter kepala janin diatas normal, akan tetapi ibu pasien mengaku lupa
ukurannya.
Riwayat Penyakit Keluarga : DM, HT, Asma, dan Penyakit Jantung disangkal
Riwayat Pemeliharaan Perinatal :

39

Ibu pasien biasa memeriksakan kandungannya secara teratur ke dokter 2 kali setiap
bulan sampai usia kehamilan 9 bulan. Obatobat yang diminum selama kehamilan
adalah vitamin dan penambah darah. Pasien mengaku tidak pernah menderita
penyakit dan trauma selama kehamilan.
Kesan : riwayat pemeliharaan perinatal baik

Riwayat persalinan ibu:


Pasien merupakan anak laki-laki lahir dari ibu G2P1A0 dengan usia kehamilan 37
minggu, lahir secara perabdominal (SC) atas indikasi Hidrosefalus, bayi lahir
menangis, berat badan lahir 2850 gram, panjang badan lahir 50 cm, lingkar kepala
lahir 40 cm, mekoneum (+), APGAR 2-5-7, Refleks primitive (Moro, menghisap,
menggenggam) menurun.
Pasien lahir pada tanggal 19 Maret 2016 di RSUD Semarang
Kesan : neonatus aterm, sesuai masa kehamilan, lahir perabdominal, hidrosefalus
kongenital

Riwayat asupan nutrisi :


ASI diberikan sejak lahir tapi malas minum, OGT D5% 30cc/3 jam
Kesan

: Kualitas & kuantitas minuman menurun

PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 31/3/2016)


Status Generalis
Keadaan Umum

: Lemas, Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda vital

: HR : 130-150 x/menit

SpO2 : 90-99%

RR : 48x/menit
S
Data antropometri
:
- Berat badan

: 36,3C

: 2850 gram

Panjang Badan

: 50 cm

Status gizi

: (gizi baik)
40

Kepala

: Macrocephal, LK: 43,5 cm

Mata

: Sunset Phenomenon, CA -/-, SI -/-, RC +/+

Hidung

: Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-)

Telinga

: Bentuk normal, tanda peradangan (-/-), sekret (-/-)

Mulut

: Bibir kering (-), Bibir sianosis (-)

Thoraks

: Simetris dalam keadaan statis dan dinamis, ronki -/-

: S1,S2 reguler, murmur -/-, gallop -/-

Cor

Abdomen

: Perut supel, BU +

Ekstremitas

: Akral dingin, turgor baik

Status Neurologis
CCS

: E4V4M6

: 14

E : Terbuka Spontan 4
V : Menangis lemah 4
M : Menarik karena sentuhan 6
PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium)
Lab darah
Hb
Ht
Trombosit
Leukosit
GDS
Bilirubin
total/direk
Na
K
Ca

19/3/2016
15,4
43,9
266.000
8600
76

22/3/2016
19
52,6
332.000
7500
11,31/0,69

135
3,6
1,29

24/3/2016

8,37/0,9

30/3/2016
14,8
46,8
370.000
10.900
83
8,75/0,33
135
6,6
1,44

Gambaran MSCT Scan Kepala tanpa kontras

41

42

Tampak cairan memenuhi intracranial


Tampak gambaran sebagian korteks, tak tampak sulcus dan gyrus
Tak tampak gambaran sebagian falx cerebri
Tak tampak kalsifikasi maupun lesi hiperdens
Kesan : Hidrosefalus dd : curiga Holoprosencephalis semilobar
RESUME
Telah diperiksa seorang bayi laki-laki berusia 13 hari, berat badan 2850 g, panjang
badan 50 cm, lingkar kepala 43,5cm dengan keluhan kepala membesar sejak lahir (19
Maret 2016). Ibu mengatakan ukuran kepala pasien membesar dan membunjul, tampak
lemah, banyak tidur, jarang menangis, malas minum, pipis sedikit sejak lahir. Demam
disangkal, kejang disangkal. BAB (+), BAK (+). Setelah lahir sampai saat dilakukan
alloanamnesis, pasien masih menjalani perawatan dan pemantauan di bagian
perinatologi
DIAGNOSIS KERJA
Hidrosefalus
DIAGNOSIS BANDING
Hidranensefali
Holoprosensefali
PENATALAKSANAAN
Operatif : - Operasi VP shunt (Tanggal 6 April 2016)
- Konsul anestesi , Cek darah lengkap (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, CT, BT)
43

PROGNOSIS
Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam


Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

44

KESIMPULAN
Telah diperiksa seorang bayi laki-laki berusia 13 hari, berat badan 2850 g, panjang badan
50 cm, lingkar kepala 43,5cm dengan keluhan kepala membesar sejak lahir (19 Maret 2016).
Ibu mengatakan ukuran kepala pasien membesar dan membunjul, tampak lemah, banyak
tidur, jarang menangis, malas minum, pipis sedikit sejak lahir. Demam disangkal, kejang
disangkal. BAB (+), BAK (+). Setelah lahir sampai saat dilakukan alloanamnesis, pasien
masih menjalani perawatan dan pemantauan di bagian perinatologi.
Sejak masih dalam kandungan, pasien dilakukan pemeriksaan USG oleh dokter Spesialis
Kebidanan dan Kandungan dengan hasil diameter kepala diatas normal. Menurut buku Ilmu
Kandungan (Sarwono Prawirohardjo), mengukur lingkar kepala janin dapat dilakukan pada
usia kehamilan diatas 12 minggu. Saat usia janin 13 minggu, lingkar kepala berada pada
angka 84 mm. Pada usia kehamilan 20-22 minggu lingkar kepala janin sekitar 175-198 mm.
Pada trimester ketiga, lingkar kepala janin normal berkisar antara 280-296 mm. Ukuran
lingkar kepala janin yang lebih dari 296 mm mengindikasi janin kemungkinan mengalami
Hidrosefalus. Sehingga setelah usia kehamilan 37minggu, pasien lahir perabdominal karena
indikasi tersebut.
Akan tetapi, setelah lahir keadaan pasien menurun dilihat dengan APGAR 2-5-7, refleks
primitive (Moro, menghisap, menggenggam) menurun, tampak lemah, banyak tidur, jarang
menangis,dan malas minum.
Maka dari itu, untuk menegakkan diagnosis pasti Hidrosefalus dilakukan pemeriksaan
MSCT Scan kepala tanpa kontras dengan hasil :

Tampak cairan memenuhi intracranial


Tampak gambaran sebagian korteks, tak tampak sulcus dan gyrus
Tak tampak gambaran sebagian falx cerebri
Tak tampak kalsifikasi maupun lesi hiperdens
Kesan : Hidrosefalus DD : curiga Holoprosencephalis semilobar

Pada Hidrosefalus sulit dibedakan dengan Hidranensefali dan Holoprosensefali tanpa


anomali wajah, pada kasus ini diagnosis banding berupa Holoprosencephalis semilobar
karena ditemukannya hanya sebagian falx cerebri. Dimana menurut pustaka Differential
Diagnosis in Computed Tomography (Burgener,1996) jika ditemukannya falx cerebri yang
menghilang merupakan indikator diagnostik pada Holoprosencephaly.

45

Untuk mengatasi kelainan hidrosefalus tersebut akan dilakukan tatalaksana operatif


berupa V-P Shunt, yaitu dengan mengalirkan kelebihan CSS ke rongga peritoneum. Insersi
kateter pada tindakan shunt ini dapat dilihat melalui CT-Scan sehingga dapat menentukan
apakah lokasi shunt tepat. Sesaat setelah drainase, terlihat volume ventrikel menurun tetapi
dalam beberapa hari-minggu, struktur jaringan otak akan berproliferasi kembali sehingga
volume serebri akan meningkat. Namun apabila tidak berproliferasi maka lama kelamaan
otak akan mengalami atrofi dan hal tersebut akan menimbulkan prognosa yang buruk

46

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2, R.Sjamsuhidat, Wim de Jong. EGC, Jakarta 2004. (hal 809810)
2. Ilmu Bedah Saraf, Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon, Ka.SMF Bedah Saraf RS. Dr. M.
Djamil / FK-UNAND Padang. (www.docslide.com/nc/neurosurgery/Hidrosefalus.html)
3. Tinjauan Pustaka Hidrosefalus. Sri M, Sunaka N, Kari K. Seksi Bedah Saraf Lab/SMF
Bedah FK UNUD RSU Sanglah, Denpasar-Bali. Dexa Media No.1, Vol.19, Januari-Maret
2006 (hal 40-48)
4. Delia R, Nickolaus dan RN Leanne Lintula. Hydrocephalus Therapy, Living with
Hydrocephalus.Medtronic, 2004.
5.

Sri

M,

6. Alberto

Sunaka
J

Espay,

N,

Kari

K. Hidrosefalus.

MD. Hydrocephalus.

Dexamedia

Emedicine

2006;

2010

19,
4

40-48.
available

at www.emedicine.com di akses pada 26 November 2010


7. Price SA, Wilson LM. Vetrikel dan Cairan Cerebrospinalis, dalam Patofiologi Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta, 1994, 915-6
8. Dan Stranding S. Ventricular System and Cerebrospinal Fluid, in Grays Anatomy The
Anatomical Basis of Clinical Practice, thirty nine edition, Churchill Livingstone, New York :
2005, 287-94
9. Kahle, Leonhardt, Platzer. Sistem Saraf Dan Alat-Alat Sensoris, dalam Atlas Berwarna &
Teks

Anatomi

Manusia

jilid

3,

edisi

6,.

Hipokrates,

2005,

262-271

10. Lange, S.,et al. Cerebral and Spinal Computerized Tomography, Schering publisher,
West Germany : 1981.
11.http://www.ninds.nih.gov/disorders/hydrocephalus/hydrocephalus.htm
12. DeVito EE, Salmond CH, Owler BK, Sahakian BJ, Pickard JD. 2007. Caudate structural
abnormalities in idiopathic normal pressure hydrocephalus. Acta Neurol Scand 2007: 116:
pages 328332.
13. Burgener,A.F, Kormano,M., Differential Diagnosis in Computed Tomography, Thieme
medical publisher, New York : 1996, 44-50.
14. Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. 2005. Adams And Victors Principles Of
Neurology: Eight Edition. USA.
15. Darsono dan Himpunan dokter spesialis saraf indonesia dengan UGM. 2005. Buku Ajar
Neurologi Klinis. Yogyakarta: UGM Press.
47

16. Rudolph ,AM., et al. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Edisi 20. Volume 3. Jakarta: EGC,
2006. Hal 2053-57
17. Bontrager,K.L, Lampignano,J.P. Textbook of Radiographic Positioning and related
anatomy. 8th edition. Gateway Community college, Phoenix, AZ : 2013

48

Anda mungkin juga menyukai