HALAMAN PENGESAHAN
Penyusun
: Jennefer
NIM
: 406148101
Fakultas
: Kedokteran umum
Universitas
: Tarumanagara
Bagian
: Ilmu Radiologi
Periode
Judul Kasus
Diajukan
: April 2016
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan
judul Seorang bayi laki-laki dengan hidrosefalus guna memenuhi salah satu persyaratan
dalam menempuh kepaniteraan klinik bagian Ilmu Radiologi Fakultas Kedokteran
UNIVERSITAS TARUMANAGARA di Rumah Sakit Umum Daerah Semarang.
Penulis menyadari bahwa banyak keterbatasan yang penulis miliki dalam
penulisan laporan kasus ini. Namun dengan bantuan, bimbingan, dorongan, dukungan, dan
doa baik dari pembimbing, segenap keluarga, sahabat, juga berbagai pihak, maka penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Lia Sasdesi Mangiri, Sp. Rad
2. dr. Oktina Rachmi Dachliana, Sp. Rad
3. dr. Luh Putu Endyah Santi. M, Sp. Rad
4. Para pegawai bagian Radiologi RSUD Semarang
5. Rekan-rekan anggota kepaniteraan klinik bagian Radiologi yang telah
memberikan sumbangan pikiran, motivasi, dan bantuan yang sangat berharga
dalam penulisan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari sempurna, karena itu
kritik dan saran bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri maupun pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
HALAMAN PENGESAHAN .. 2
KATA PENGANTAR .. 3
DAFTAR ISI ... 4
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..... 6
1.2 Tujuan Penulisan .. 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ......... 7
2.2 Epidemiologi ... 7
2.3 Anatomi dan Fisiologi ..
Anatomi ... 8
Fisiologi 11
2.4 Patofisiologi. 14
2.5 Klasifikasi 18
2.6 Gambaran Klinis . 23
2.7 Diagnosis... 25
2.8 Tatalaksana ... 31
2.9 Diagnosis Banding ... 37
2.10 Komplikasi ..... 38
2.11 Prognosis..... 38
4
LAPORAN KASUS . 39
KESIMPULAN . 45
DAFTAR PUSTAKA .... 47
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang
menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan
pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaan ini disebabkan oleh karena
terdapat ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi dari CSS.3
Secara keseluruhan, Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi
hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan
oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis
kelamin, juga dalam hal perbedaan ras.6
Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering
disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat abnormalitas
perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4%
akibat tumor fossa posterior.6
Secara internasional, insiden hidrosefalus yang didapat juga tidak diketahui jumlahnya.
Sekitar 100.000 shunt yang tertanam setiap tahun di negara maju, tetapi informasi untuk
negara-negara lain masih sedikit.6
2. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan kasus ini adalah untuk dapat mengetahui bagaimana definisi, klasifikasi,
diagnosis terutama dalam menegakkan diagnosis dari temuan pemeriksaan radiologis,
tatalaksana dan diagnosis banding dari hidrosefalus. Selain itu juga bertujuan untuk
memenuhi persyaratan dalam kepaniteraan klinik Ilmu Radiologi RSUD Kota Semarang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti kepala.
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang
menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan
pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid.1,2 Keadaan ini disebabkan oleh karena
terdapat ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi dari CSS.3
Kondisi ini juga dapat didefinisikan gangguan hidrodinamik pada CSS. Hidrosefalus akut
dapat terjadi dalam beberapa hari. Sub-akut dalam mingguan dan yang kronik bulanan atau
tahunan. Kondisi-kondisi seperti atrofi serebral dan lesi destruktif fokal juga menyebabkan
peningkatan abnormal CSS dalam SSP. Pada situasi semacam ini, kehilangan jaringan
serebral meninggalkan ruangan kosong yang secara pasif akan terisi dengan LCS. Kondisi
semacam iu tidak disebabkan oleh gangguan hidrodinamik sehingga tidak diklasifikasikan
sebagai hidrosefalus.3
2. EPIDEMIOLOGI
Secara keseluruhan, insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi
hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan
oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis
kelamin, juga dalam hal perbedaan ras.6
Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering
disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil terjadi sekitar 3 dari 1000 neonatus dan
terkadang kombinasi dengan spina bifida4; Hidrosefalus infantile 46% adalah akibat
abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan
kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior.6
Secara internasional, insiden hidrosefalus yang didapat juga tidak diketahui jumlahnya.
Sekitar 100.000 shunt yang tertanam setiap tahun di negara maju, tetapi informasi untuk
negara-negara lain masih sedikit.6
Kematian pada hidrosefalus yang tidak ditangani dapat terjadi oleh karena herniasi tonsil
sekunder yang dapat meningkatkan tekanan intracranial, kompresi batang otak dan sistem
pernapasan.5
Pemasangan shunt telah dilakukan pada 75% dari semua kasus hidrosefalus dan di 50%
pada anak-anak dengan hidrosefalus komunikan. Pasien dirawat di rumah sakit untuk
merevisi shunt sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, untuk pengobatan komplikasi,
atau kegagalan shunt.5
Kurangnya perkembangan fungsi kognitif pada bayi dan anak-anak, atau hilangnya
fungsi kognitif pada orang dewasa, dapat mejadi komplikasi pada hidrosefalus yang tidak
diobati. Hal ini dapat bertahan setelah pengobatan. Kehilangan fungsi visual dapat menjadi
komplikasi pada hidrosefalus yang tidak diobati dan dapat menetap setelah pengobatan.5
bersifat non-neural. Meningen terdiri dari jaringan ikat berupa membran yang menyelubungi
seluruh permukaan otak, batang otak dan medula spinalis.
Meningen terdiri dari 3 lapisan, yaitu Piamater, arakhnoid dan duramater. Piamater
merupakan selaput tipis yang melekat pada permukaan otak yang mengikuti setiap lekukanlekukan pada sulkus-sulkus dan fisura-fisura, juga melekat pada permukaan batang otak dan
medula spinalis, terus ke kaudal sampai ke ujung medula spinalis setinggi korpus vertebra.
Arakhnoid mempunyai banyak trabekula halus yang berhubungan dengan piameter,
tetapi tidak mengikuti setiap lekukan otak. Diantara arakhnoid dan piameter disebut ruang
subarakhnoid, yang berisi cairan serebrospinal dan pembuluh-pembuluh darah. Karena
arakhnoid tidak mengikuti lekukan-lekukan otak, maka di beberapa tempat ruang
subarakhnoid melebar yang disebut sisterna. Yang paling besar adalah sisterna magna,
terletak diantara bagian inferior serebelum dan medula oblongata. Lainnya adalah sisterna
pontis di permukaan ventral pons, sisterna interpedunkularis di permukaan ventral
mesensefalon, sisterna siasmatis di depan lamina terminalis. Pada sudut antara serebelum dan
8
lamina quadrigemina terdapat sisterna vena magna serebri. Sisterna ini berhubungan dengan
sisterna interpedunkularis melalui sisterna ambiens.
Ruang subarakhnoid spinal yang merupakan lanjutan dari sisterna magna dan sisterna
pontis merupakan selubung dari medula spinalis sampai setinggi S2. Ruang subarakhnoid
dibawah L2 dinamakan sakus atau teka lumbalis, tempat dimana cairan serebrospinal diambil
pada waktu pungsi lumbal.
Durameter terdiri dari lapisan luar durameter dan lapisan dalam durameter. Lapisan
luar dirameter di daerah kepala menjadi satu dengan periosteum tulang tengkorak dan
berhubungan erat dengan endosteumnya.
Gambar.1: Meningen dan ruang subarakhnoid.(dikutip dari The Anatomy of the nervus
system)
Ruang Epidural
Diantara lapisan luar duramater dan tulang tengkorak terdapat jaringan ikat yang
mengandung kapiler-kapiler halus yang mengisi suatu ruangan disebut ruang epidural.
Ruang Subdural
Diantara lapisan dalam durameter dan arakhnoid yang mengandung sedikit cairan,
mengisi suatu ruang disebut ruang subdural.
1. Ventrikel lateralis
Berjumlah dua, terletak didalam hemispherii telencephalon. Kedua ventrikel lateralis
berhubungan dengan ventrikel III (ventrikel tertius) melalui foramen interventrikularis
(foramen Monro).
FISIOLOGI
Mekanisme sekresi CSS oleh pleksus khoroideus adalah sebagai berikut:
Natrium dipompa/disekresikan secara aktif oleh epitel kuboid pleksus khoroideus
sehingga menimbulkan muatan positif di dalam CSS. Hal ini akan menarik ion-ion bermuatan
negatif, terutama clorida ke dalam CSS. Akibatnya terjadi kelebihan ion di dalam cairan
neuron sehingga meningkatkan tekanan osmotik cairan ventrikel sekitar 160 mmHg lebih
tinggi dari pada dalam plasma. Kekuatan osmotik ini menyebabkan sejumlah air dan zat
terlarut lain bergerak melalui membran khoroideus ke dalam CSS.7
Bikarbonat terbentuk oleh karbonik anhidrase dan ion hidrogen yang dihasilkan akan
mengembalikan pompa Na dengan ion penggantinya yaitu Kalium. Proses ini disebut Na-K
Pump yang terjadi dengan bantuan Na-K-ATPase, yang berlangsung dalam keseimbangan.7
Natrium memasuki CSS dengan dua cara, transport aktif dan difusi pasif. Kalium
disekresi ke CSS dengan mekanisme transport aktif, demikian juga keluarnya dari CSS ke
jaringan otak. Perpindahan Cairan, Mg dan Phosfor ke CSS dan jaringan otak juga terjadi
terutama dengan mekanisme transport aktif, dan konsentrasinya dalam CSS tidak tergantung
pada konsentrasinya dalam serum.7
Perbedaan difusi menentukan masuknya protein serum ke dalam CSS dan juga
pengeluaran CO2. Air dan Na berdifusi secara mudah dari darah ke CSS dan juga
pengeluaran CO2. Air dan Na berdifusi secara mudah dari darah ke CSS dan ruang
interseluler, demikian juga sebaliknya.7
Ada 2 kelompok pleksus yang utama menghasilkan CSS: yang pertama dan terbanyak
terletak di dasar tiap ventrikel lateral, yang kedua (lebih sedikit) terdapat di atap ventrikel III
dan IV. Diperkirakan CSS yang dihasilkan oleh ventrikel lateral sekitar 95%.
CSS dari ventrikel lateral melalui foramen interventrikular monroe masuk ke dalam
ventrikel III, selanjutnya melalui aquaductus sylvii masuk ke dalam ventrikel IV. Tiga buah
lubang dalam ventrikel IV yang terdiri dari 2 foramen ventrikel lateral (foramen luschka)
yang berlokasi pada atap resesus lateral ventrikel IV dan foramen ventrikuler medial
(foramen magendi) yang berada di bagian tengah atap ventrikel III memungkinkan CSS
keluar dari sistem ventrikel masuk ke dalam rongga subarakhnoid. 7,8
11
CSS mengisi rongga subarakhnoid sekeliling medula spinalis sampai batas sekitar S2,
juga mengisi keliling jaringan otak. Dari daerah medula spinalis dan dasar otak, CSS
mengalir perlahan menuju sisterna basalis, sisterna ambiens, melalui apertura tentorial dan
berakhir dipermukaan atas dan samping serebri dimana sebagian besar CSS akan diabsorpsi
melalui villi arakhnoid pada dinding sinus sagitalis superior. Yang mempengaruhi alirannya
adalah: metabolisme otak, kekuatan hidrodinamik aliran darah dan perubahan dalam tekanan
osmotik darah.7
CSS akan melewati villi masuk ke dalam aliran darah vena dalam sinus. Villi arakhnoid
berfungsi sebagai katup yang dapat dilalui CSS dari satu arah, dimana semua unsur pokok
dari cairan CSS akan tetap berada di dalam CSS, suatu proses yang dikenal sebagai bulk flow.
CSS juga diserap di rongga subrakhnoid yang mengelilingi batang otak dan medula spinalis
oleh pembuluh darah yang terdapat pada sarung/selaput saraf kranial dan spinal. Vena-vena
dan kapiler pada piamater mampu memindahkan CSS dengan cara difusi melalui
dindingnya.7
Perluasan rongga subarakhnoid ke dalam jaringan sistem saraf melalui perluasaan
sekeliling pembuluh darah membawa juga selaput piamater disamping selaput arakhnoid.
Sejumlah kecil cairan berdifusi secara bebas antara cairan ekstraseluler dan CSS dalam
rongga perivaskuler dan juga sepanjang permukaan ependim dari ventrikel sehingga
metabolit dapat berpindah dari jaringan otak ke dalam rongga subrakhnoid. Pada kedalaman
sistem saraf pusat, lapisan piamater dan arakhnoid bergabung sehingga rongga perivaskuler
tidak melanjutkan diri pada tingkatan kapiler. 8
Pada orang dewasa normal, volume total CSS adalah sekitar 150 mL, yang 25 % nya
terdapat di dalam sistem ventrikel. CSS terbentuk dengan kecepatan sekitar 20 mL/jam, yang
mengisyaratkan bahwa perputaran CSS terjadi tiga sampai empat kali sehari. Pada neonatus
jumlah total CSS berkisar 20-50 ml dan akan meningkat sesuai usia sampai mencapai 150 ml
pada orang dewasa.3 Menurut Harsono (1996), pada orang dewasa normal jumlah CSS 90150 ml, anak-anak 100-140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-50 ml dan pada prematur kecil
10-20 ml.
Komposisi cairan serebrospinal (CSS)
CSS
Osmolaritas
295 mOsm/L
Natrium
138 Mm
Klorida
119 Mm
PH
7,33
Tekanan CONCUSSION
6,31 kPa
Glukosa
3,4 Mm
Total Protein
0,35 g/L
Albumin
0,23 g/L
Ig G
0,03 g/L
13
3. CSS mengalirkan bahan-bahan yang tidak diperlukan dari otak, seperti CO2, laktat,
dan ion Hidrogen. Hal ini penting karena otak hanya mempunyai sedikit sistem
limfatik. Dan untuk memindahkan produk seperti darah, bakteri, materi purulen dan
nekrotik lainnya yang akan diirigasi dan dikeluarkan melalui villi arakhnoid.
4. Bertindak sebagai saluran untuk transport intraserebral. Hormon-hormon dari lobus
posterior hipofise, hipothalamus, melatonin dari fineal dapat dikeluarkan ke CSS dan
transportasi ke sisi lain melalui intraserebral.
5. Mempertahankan tekanan intrakranial.
4. PATOFISIOLOGI
Hidrosefalus secara teoritis hal ini terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu :3
1. Produksi likuor yang berlebihan
2. Peningkatan resistensi aliran likuor
3. Peningkatan tekanan sinus venosa
Sebagai konsekuensi dari tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial
sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya
dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan
hidrosefalus.3 Dilatasi ini dapat terjadi sebagai akibat dari :3
1. Kompresi sistem serebrovaskuler
2. Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler atau keduanya di
dalam sistem susunan saraf pusat
3. Perubahan mekanis dari otak (peningkatan elastisitas otak, gangguan viskoelastisitas
otak, kelainan turgor otak)
4. Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis (masih diperdebatkan)
5. Hilangnya jaringan otak
6. Pembesaran volume tengkorak (pada penderita muda) akibat adanya regangan
abnormal pada sutura kranial.
14
Produksi likuor yang berlebihan hampir semua disebabkan oleh karena tumor pleksus
khoroid (papiloma atau karsinoma). Adanya produksi yang berlebihan akan menyebabkan
tekanan intrakranial meningkat dalam mempertahankan keseimbangan antara sekresi dan
resorbsi likuor, sehingga akhirnya ventrikel akan membesar.3
Gangguan aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan
resistensi yang disebabkan oleh gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara
proporsional dalam upaya mempertahankan resorbsi yang seimbang.3
Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan
vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan
peningkatan tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk mempertahankan
aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari
hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak. Bila sutura kranial sudah menutup,
dilatasi ventrikel akan diimbangi dengan peningkatan volume vaskuler. Sebaliknya, bila
tengkorak masih dapat mengadaptasi, kepala akan membesar dan volume cairan akan
bertambah. Derajat peningkatan resistensi aliran cairan likuor dan kecepatan perkembangan
gangguan hidrodinamik berpengaruh pada penampilan klinis.3
Gambar.4
15
Hidrosefalus timbul akibat terjadi ketidak seimbangan antara produksi dengan absorpsi
dan gangguan sirkulasi dari CSS. Adapun keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan
terjadinya ketidak seimbangan tersebut adalah:5
1. Disgenesis serebri
Empat puluh enam persen hidrosefalus pada anak akibat malformasi otak dan yang
terbanyak adalah malformasi Arnold-Chiary. Berbagai malformasi serebral akibat kegagalan
dalam proses pembentukan otak dapat menyebabkan penimbunan CSS sebagai kompensasi
dari tidak terdapatnya jaringan otak. Salah satu contoh jelas adalah hidroanensefali yang
terjadi akibat kegagalan pertumbuhan hemisferium serebri.
b.
17
c.
Ventrikel IV
Sumbatan pada ventrikel IV akan menyebabkan pelebaran kedua ventrikel
lateralis, ventrikel III dan akuaduktus serebri
d.
e.
Produksi
Sirkulasi
Absorpsi
Meningkat
Normal
Normal
Terhambat
Menurun
Papiloma
plexus
choroideus
Normal
Aquaductus Silvii
Foramen
Luscha
Magendi
(
Sind.
Trauma
dan
SAH
Dandy
Gangguan
Walker)
pembentukan
Ventrikel III
arakhnoid
Ventrikel IV
Post meningitis
villi
5. KLASIFIKASI
Hidrosefalus dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, yaitu:3
1. Anatomis
1.1 Hidrosefalus tipe obstruksi/non komunikans
18
Terjadi bila drainase CSS dari ventrikel menuju ke ruang subaraknoid terganggu
(Gangguan di dalam atau pada sistem ventrikel yang mengakibatkan penyumbatan aliran
CSS dalam sistem ventrikel otak), kebanyakan disebabkan oleh kongenital : stenosis
akuaduktus Sylvius (menyebabkan dilatasi ventrikel lateralis dan ventrikel III. Ventrikel
IV biasanya normal dalam ukuran dan lokasinya), Arnold-Chiari malformation, DandyWalker cyst dan yang didapat : Radang (Eksudat, infeksi meningeal), Perdarahan/trauma
(hematoma subdural), Tumor dalam sistem ventrikel (tumor intraventrikuler, tumor
parasellar, tumor fossa posterior).3,5
1.2 Hidrosefalus tipe komunikans/aresorptive3
Terjadi bila drainase CSS dari ruang subaraknoid terhambat (gangguan diluar system
ventrikel). Terjadi karena gangguan penyerapan.
Kongenital :
- Perlekatan arachnoid/sisterna karena gangguan pembentukan.
- Gangguan pembentukan villi arachnoid
2. Etiologi
2.1 Tipe obstruktif (non-komunikans)
2.1.1 Kongenital
a. Stenosis akuaduktus serebri3,5
Mempunyai berbagai penyebab. Kebanyakan disebabkan oleh infeksi atau perdarahan
selama kehidupan fetal, stenosis kongenital sejati sangat jarang.
Russel mengklasifikasikan stenosis akuaduktal ke dalam 4 kelompok berdasarkan
temuan histologis: gliosis, forking stenosis ,simple, dan pembentukan septum. Stenosis atau
penyempitan akuaduktal terjadi pada 2/3 kasus hidrosefalus kongenital.
Temuan CT-Scan : Pembesaran ventrikel lateral dan tiga, ventrikel empat normal10
b. Sindroma Dandy-Walker (atresia foramen Megendie dan Luschka)3,5
19
Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan hidrosefalus. Etiologinya tidak
diketahui. Malformasi ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV dan hipoplasia veris serebelum.
Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh hubungan antara dilatasi ventrikel IV dan rongga
subarakhnoid yang tidak adekuat; dan hal ini dapat tampil pada saat lahir, namun 80%
kasusnya biasanya tampak dalam tiga bulan pertama.
Kasus semacam ini sering terjadi bersamaan dengan anomali lainnya seperti: agenesis
korpus kalosum, labiopalatoskhisis, anomali okuler, anomali jantung, dan sebagainya.
Temuan CT-scan : ventrikel empat melebar terbuka ke bagian posterior sehingga
membentuk ruangan cystic retrocerebellar yang besar10
c. Malformasi Arnold-Chiari3,5
Malformasi ini melibatkan kelainan susunan saraf pusat yang rumit (khas pada fossa
posterior). Batang otak tampak memanjang dan mengalami malformasi, dan tonsil serebellum
memanjang dan ekstensi ke dalam kanalis spinalis. Kelainan ini menyebabkan obliterasi
sisterna-sisterna fossa posterior dan mengganggu saluran ventrikel IV. Malformasi Arnold
Chiari dijumpai pada hampir semua kasus mielomeningokel, walaupun tidak semuanya
berkembang menjadi hidrosefalus aktif yang membutuhkan tindakan operasi pintas
(shunting) (80% kasus).
Temuan CT-scan : ventrikel-ventrikel besar asimetris dengan pointed dan scalloped
appearance. Ventrikel empat lebih kecil, memanjang, dan letaknya lebih rendah.10
e. Hidranensefali3
Suatu kondisi dimana hemisfer otak tidak ada dan diganti dengan kantong CSS. sangat
jarang. Temuan CT-scan berupa hanya bagian basal otak (cerebellum, batang otak, basal
20
ganglia, dan lobus oksipital) yang terlihat berkembang, sama sekali atau hampir tidak
memiliki hemisfer serebri, ruang yang normalnya diisi hemisfer dipenuhi oleh CSS.
2.1.2 Acquired / Didapat
a. Stenois akuaduktus serebri (setelah infeksi atau perdarahan)
Infeksi oleh bakteri meningitis yang menyebabkan radang pada selaput (meningen) di
sekitar otak dan spinal cord. Hidrosefalus berkembang ketika jaringan parut dari infeksi
meningen menghambat aliran CSS dalam ruang subarachnoid, yang melalui akuaduktus pada
sistem ventrikel atau mempengaruhi penyerapan CSS dalam villi arachnoid.14
Jika saat itu tidak mendapat pengobatan, bakteri meningitis dapat menyebabkan
kematian dalam beberapa hari. Tanda-tanda dan gejala meningitis meliputi demam, sakit
kepala, panas tinggi, kehilangan nafsu makan, kaku kuduk. Pada kasus yang ekstrim, gejala
meningitis ditunjukkan dengan muntah dan kejang. Dapat diobati dengan antibiotik dosis
tinggi.14
b. Herniasi tentorial akibat tumor supratentorial13
Ascending : Herniasi vermis cerebellar ke atas melalui incisura tentorium. Kompresi dan
displacement akuaduktus dan ventrikel tiga posterior
Descending : Depresi akuaduktus dan medulla ke arah bawah (inferior)
c. Hematoma intraventrikular
Jika cukup berat dapat mempengaruhi ventrikel, mengakibatkan darah mengalir dalam
jaringan otak sekitar dan mengakibatkan perubahan neurologis. Kemungkinan hidrosefalus
berkembang disebabkan oleh penyumbatan atau penurunan kemampuan otak untuk menyerap
CSS.6
Temuan CT-Scan berupa ventrikel tiga dilatasi dan hiperdens, temporal horn dilatasi
yang merupakan tanda awal dari hidrosefalus obstruktif.13
dapat menyebabkan hidrosefalus adalah tumor intraventrikuler dan kasus yang sering terjadi
adalah tumor plexus choroideus (termasuk papiloma dan karsinoma).15
Tumor yang berada di bagian belakang otak sebagian besar akan menyumbat aliran CSS
yang keluar dari ventrikel IV. Pada banyak kasus, cara terbaik untuk mengobati hidrosefalus
yang berhubungan dengan tumor adalah menghilangkan tumor penyebab sumbatan.15
Temuan CT-Scan pada papilloma pleksus choroideus adalah hiperdens atau isodens di
atrium (trigonum) ventrikel lateral dan di ventrikel empat, dilatasi temporal horn13
e. Abses/granuloma
f. Kista arakhnoid15
Kista adalah kantung lunak atau lubang tertutup yang berisi cairan. Jika terdapat kista
arachnoid maka kantung berisi CSS dan dilapisi dengan jaringan pada membran arachnoid.
Kista biasanya ditemukan pada anak-anak dan berada pada ventrikel otak atau pada ruang
subarachnoid. Kista subarachnoid dapat menyebabkan hidrosefalus non komunikans dengan
cara menyumbat aliran CSS dalam ventrikel khususnya ventrikel III.
Berdasarkan lokasi kista, dokter bedah saraf dapat menghilangkan dinding kista dan
mengeringkan cairan kista. Jika kista terdapat pada tempat yang tidak dapat dioperasi (dekat
batang otak), dokter dapat memasang shunt untuk mengalirkan cairan agar bisa diserap. Hal
ini akan menghentikan pertumbuhan kista dan melindungi batang otak.
Temuan CT-Scan berupa hipodens (CSS mengisi kavitas temporal yang berhubungan
dengan ruang subaraknoid)13
2.2 Tipe komunikans3
Jarang ditemukan. Terjadi karena proses berlebihan atau gangguan penyerapan
2.2.1 Penebalan leptomeningens dan/atau granulasi arakhnoid akibat:
a. Infeksi : Mikobakterium TBC, Kuman piogenik, Jamur; cryptococcus neoformans,
coccidioides immitis.
b. Perdarahan subarachnoid : Spontan seperti pada aneurisma dan malformasi
arteriol, Trauma
c. Meningitis karsinomatosa
22
Klasifikasi Lain
NPH (Normal Pressure Hydrocephalus)12
Hidrosefalus yang terjadi tanpa disertai dengan peningkatan tekanan intrakranial yang
berarti, merupakan suatu tipe hidrosefalus kronik dimana tekanan intrakranial berangsurangsur berubah stabil dan terjadi pembesaran dari ventrikel otak. Penderita dengan NPH tidak
menunjukkan gejala-gejala klasik dari peninggian tekanan intrakranial seperti sakit kepala,
mual, muntah, atau penurunan kesadaran sehingga seringkali salah terdiagnosis sebagai
penyakit Parkinson, Alzheimer, atau degeneratif berhubung sifat kronisnya dan gejala-gejala
yang menyertainya.
NPH akan menunjukkan gejala-gejala trias klasik yakni gaya berjalan ataxia, demensia,
dan inkontinensia urin.
6. GAMBARAN KLINIS
Gejala yang menonjol pada hidrosefalus adalah bertambah besarnya ukuran lingkar
kepala anak dibanding ukuran normal. Di mana ukuran lingkar kepala terus bertambah besar,
sutura-sutura melebar demikian juga fontanela mayor dan minor melebar dan menonjol atau
tegang. Beberapa penderita hidrosefalus kongenital dengan ukuran kepala yang besar saat
dilahirkan sehingga sering mempersulit proses persalinan, bahkan beberapa kasus
memerlukan operasi seksio sesaria. Tetapi sebagian besar anak-anak dengan hidrosefalus tipe
ini dilahirkan dengan ukuran kepala yang normal. Baru pada saat perkembangan secara cepat
terjadi perubahan proporsi ukuran kepalanya.16
Akibat penonjolan lobus frontalis, bentuk kepala cenderung menjadi brakhisefalik,
kecuali pada sindrom Dandy-Walker di mana kepala cenderung berbentuk dolikhosefalik,
karena desakan dari lobus oksipitalis akibat pembesaran fossa posterior.16
23
Sering dijumpai adanya Setting Sun Appearance / Sign, yaitu adanya retraksi dari
kelopak mata dan sklera menonjol keluar karena adanya penekanan ke depan bawah dari isi
ruang orbita, serta gangguan gerak bola mata ke atas, sehingga bola mata nampak seperti
matahari terbenam.6
Kulit kepala tampak tipis dan dijumpai adanya pelebaran vena-vena subkutan. Pada
perkusi kepala anak akan terdengar suara cracked pot, berupa seperti suara kaca retak. Selain
itu juga dijumpai gejala-gejala lain seperti gangguan tingkat kesadaran, muntah-muntah,
retardasi mental, kegagalan untuk tumbuh secara optimal. 6
Pada pasien-pasien tipe ini biasanya tidak dijumpai adanya papil edema, tapi pada tahap
akhir diskus optikus tampak pucat dan penglihatan kabur. Secara pelan sikap tubuh anak
menjadi fleksi pada lengan dan fleksi atau ekstensi pada tungkai. Gerakan anak menjadi
lemah, dan kadang-kadang lengan jadi gemetar.6
1. Hidrosefalus pada bayi (Tipe congenital/infantil):16
- Kepala membesar
- Sutura melebar
- Fontanella kepala prominen
- Mata kearah bawah (sunset phenomena)
- Nistagmus horizontal
- Perkusi kepala : cracked pot sign atau seperti semangka masak.
Ukuran rata-rata lingkar kepala berdasarkan umur16
Umur
Lingkar Kepala
0 bulan
35 cm
3 bulan
41 cm
6 bulan
44 cm
9 bulan
46 cm
12 bulan
47 cm
18 bulan
48,5 cm
- Mual, muntah
- Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak
- Gangguan perkembangan fisik dan mental
- Papil edema; ketajaman penglihatan akan menurun dan lebih lanjut dapat mengakibatkan
kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II.
- Tekanan intrakranial meninggi oleh karena ubun-ubun dan sutura sudah menutup, nyeri
kepala terutama di daerah bifrontal dan bioksipital. Aktivitas fisik dan mental secara bertahap
akan menurun dengan gangguan mental yang sering dijumpai seperti : respon terhadap
lingkungan lambat, kurang perhatian tidak mampu merencanakan aktivitasnya.
7. DIAGNOSIS
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan
psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan
penunjang, yaitu :3,6
2. Transiluminasi
Syarat untuk transiluminasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan
dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai
lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi
sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala
melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam
25
kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini
disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan
sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat
tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah
kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang
melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras
dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini
sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas
CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5. Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat
menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG
pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan
sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi
sistem
ventrikel
secara
jelas,
seperti
halnya
pada
pemeriksaan
CT
Scan.
6. CT Scan kepala
Indikasi :17
1. Tumor,massa dan lesi
2. Metastase otak
3. Perdarahan intracranial
4. Aneurisma
5. Abses
6. Atrophy otak
7. Kelainan post trauma (epidural dan subdural hematom)
8. Kelainan congenital
26
Persiapan pemeriksaan17
a. Persiapan pasien
Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksui-instruksi yang
menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus diketahui dengan jelas
terutama jika pemeriksaan dengan menggunakan media kontras. Benda aksesoris
seperti gigi palsu, rambut palsu, anting-anting, penjempit rambut, dan alat bantu
pendengaran harus dilepas terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan karena
akan menyebabkan artefak.Untuk kenyamanan pasien mengingat pemeriksaan
dilakukan pada ruangan ber-AC sebaiknya tubuh pasien diberi selimut.
b. Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan kepala dibedakan menjadi dua,
yaitu :
1. Peralatan steril :
Alat-alat suntik
Spuit.
Alkohol
2. Peralatan non-steril
Pesawat CT-Scan
Media kontras
Tabung oksigen
c. Persiapan Media kontras dan obat-obatan
Dalam pemeriksaan CT-scan kepala pediatrik di butuhkan media kontras nonionik
karena untuk menekan reaksi terhadap media kontras seperti pusing, mual dan muntah serta
obat anastesi jika diperlukan. Media kontras digunakan agar struktur-struktur anatomi tubuh
seperti pembuluh darah dan orga-organ tubuh lainnya dapat dibedakan dengan jelas. Selain
itu dengan penggunaan media kontras maka dapat menampakan adanya kelainan-kelainan
dalam tubuh seperti adanya tumor.Teknik injeksi secara intravena
27
Posisi pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat
dengan gantry.
Posisi Objek : Kepala hiperfleksi dan diletakkan pada head holder. Kepala diposisikan
sehingga mid sagital plane tubuh sejajar dengan lampu indikator longitudinal dan
interpupilary line sejajar dengan lampu indikator horizontal. Lengan pasien diletakkan
diatas perut atau disamping tubuh. Untuk mengurangi pergerakan dahi dan tubuh
pasien sebaiknya difikasasi dengan sabuk khusus pada head holder dan meja
pemeriksaan. Lutut diberi pengganjal untuk kenyamanan pasien.
e. Scan Parameter
1. Scanogram : kepala lateral
2. Range : range I dari basis cranii sampai pars petrosum dan range II dari pars
petrosum sampai verteks.
3. Slice Thickness : 2-5 mm ( range I ) dan 5-10 mm ( range II )
4. FOV : 24 cm
5. Gantry tilt : sudut gantry tergantung besar kecilnya sudut yang terbentuk oleh
orbito meatal line dengan garis vertical.
6. kV : 120
7. mA : 250
8. Reconstruksion Algorithma : soft tissue
9. Window width : 0-90 HU ( otak supratentorial ); 110-160 HU ( otak pada
fossa posterior ); 2000-3000 HU ( tulang )
10. Window Level : 40-45 HU ( otak supratentorial ); 30-40 HU ( otak pada fossa
posterior ); 200-400 HU ( tulang )
kasus seperti tumor maka jumlah irisan akan mencapai dua kalinya karena
harus dibuat foto sebelum dan sesudah pemasukan media kontras. Tujuan
dibuat foto sebelum dan sesudah pemasukan media kontras adalah agar dapat
membedakan dengan jelas apakah organ tersebut mengalami kelainan atau
tidak.
Potongan Axial I
Merupakan bagian paling superior dari otak yang disebut hemisphere. Kriteria
gambarnya adalah tampak : Bagian anterior sinus superior sagittal, centrum
semi ovale (yang berisi materi cerebrum), fissura longitudinal (bagian dari
falks cerebri), sulcus, gyrus bagian posterior sinus superior sagitalis.
Potongan Axial IV
Merupakan irisan axial yang ke empat yang disebut tingkat medial ventrikel.
Kriteria gambarnya tampak : Anterior corpus collosum, Anterior horn dari
ventrikel lateral kiri, Nucleus caudate, Thalamus, Ventrikel tiga, Kelenjar
pineal (agak sedikit mengalami kalsifikasi) , Posterior horn dari ventrikel
lateral kiri.
Potongan Axial V
Menggambarkan jaringan otak dalam ventrikel medial tiga. Kriteria gambar
yang tampak : Anterior corpus callosum, Anterior horn ventrikel lateral kiri,
Ventrikel tiga, Kelenjar pineal, Protuberantia occipital interna
29
Temporal horn pada CT scan normalnya tidak terlihat, jika terlihat jelas
menunjukkan first sign dari hidrosefalus obstruktif
8. PENATALAKSANAAN
Terapi medikamentosa4,15
Ditujukan untuk membatasi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari
pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorpsinya. Dapat dicoba pada pasien yang tidak
gawat, terutama pada pusat-pusat kesehatan dimana sarana bedah saraf tidak ada.
Obat yang sering digunakan adalah:
a. Asetasolamid
31
32
Diberi terapi medikamentosa, bila tidak berhasil, pasien dirujuk ke rumah sakit
terdekat yang mempunyai fasilitas bedah saraf.
b. Pasien dalam keadaan gawat
Pasien segera dirujuk ke rumah sakit terdekat yang mempunyai fasilitas bedah saraf
setelah diberikan mannitol.
Jenis Terapi Operatif pada Pasien Hidrosefalus2
1. Third Ventrikulostomi/Ventrikel III
Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma optikum, dengan bantuan
endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga CSS dari ventrikel III dapat mengalir keluar.
2. Operasi pintas/Shunting
Ada 2 macam :
- Eksternal (external ventricular drainage, EVD)
Sangat cepat dan minimal invasif. Ini melibatkan membuat lubang kecil di tengkorak, sering
di daerah frontal, penyisipan tabung halus ke dalam ventrikel dan hubungkan tabung ini ke
saluran eksternal di mana jumlah CSF dapat dikontrol.
- Internal
a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.
-Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor- Kjeldsen)
-Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.
-Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
-Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus
-Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
-Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum
33
34
Teknik Shunting2,4
1. Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu frontalis,
ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monro.
2. Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan analisis.
3. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak proksimal
dengan tipe bola atau diagfragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang terletak di
distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka pada tekanan tertentu.
4. Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium kanan jantung
melalui v. jugularis interna .
5. Ventriculo-Peritoneal Shunt.
a. Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan.
b. Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
Pada
anak-anak,
dengan
kumparan
silang
yang
banyak,
memungkinkan
tidak
35
c. Obstruksi
Dapat ditimbulkan oleh:
- Ujung proksimal tertutup pleksus khoroideus.
- Adanya serpihan-serpihan (debris).
- Gumpalan darah.
- Ujung distal tertutup omentum.
- Pada anak-anak yang sedang tumbuh dengan VA Shunt, ujung distal kateter dapat tertarik
keluar dari ruang atrium kanan, dan mengakibatkan terbentuknya trombus dan timbul oklusi.
f. Kraniosinostosis
Keadaan ini terjadi sebagai akibat dari pembuatan shunt pada hidrosefalus yang berat,
sehingga terjadi penututupan dini dari sutura kranialis.
Komplikasi dari operasi Shunt dapat terlihat pada CT-Scan :10
9. DIAGNOSIS BANDING.11,13
1. Higroma subdural ; penimbunan cairan dalam ruang subdural akibat pencairan hematom
subdural
2. Hematom subdural ; penimbunan darah di dalam rongga subdural
3. Emfisema subdural ; adanya udara atau gas dalam jaringan subdural.
4. Hidranensefali ; hanya bagian basal otak (cerebellum, batang otak, basal ganglia, dan lobus
oksipital) yang berkembang, sama sekali atau hampir tidak memiliki hemisfer serebri, ruang
yang normalnya di isi hemisfer dipenuhi CSS
5. Tumor otak (Papiloma/karsinoma plexus choroid) ; massa hiperdens atau isodens di atrium
(trigonum) ventrikel lateral , dilatasi temporal horn
6. Kepala besar
- Megalensefali : peningkatan ukuran parenkim otak ; proliferasi abnormal sel otak sehingga
jaringan otak bertambah. Dapat polymicrogyria atau agyria disertai retardasi mental.
Diagnosis gold standard dengan MRI ditandai dengan korteks yang menebal dengan dilatasi
ventrikel ipsilateral.
- Makrosefali : peningkatan ukuran cranium (Lingkar kepala lebih dari persentil 98), berat
cerebral lebih dari 2000 gram
7. Holoprosensefali : merupakan gangguan kongenital perkembangan proensefalon yang
biasanya disertai anomali wajah (anophtalmia, microphtalmia, agnesis nasal septum, Bibir
sumbing), sebagai hasil dari pemisahan inkomplit bagian lobus frontal. Struktur midline (falx
cerebri, fisura interhemisfere, corpus callosum, septum pelucidum, bulbus olfaktori) tidak
ada, Ventrikel lateral dan tiga terbentuk menjadi monoventrikel besar di tengah.
Holoprosensefali terbagi menjadi :
Lobar : Septum pelucidum dan corpus calosum tidak terlihat, thalamus terpisah,
terbentuk falx sehingga terbentuk occipital dan temporal horn, akan tetapi hemisfer
kearah frontal tidak terpisah sempurna
Jika tidak ada anomali wajah pada holoprosensefali, sulit dibedakan dengan hidrosefalus
berat dan hidranensefali, pemeriksaan CT-scan dengan ditemukannya falx cerebri yang
menghilang dapat digunakan sebagai indikator diagnostik pada kasus ini.
10. KOMPLIKASI2,3
- Atrofi otak : pelebaran pada ventrikel lateral, sulcus dan sisterna
- Herniasi otak yang dapat berakibat kematian
11. PROGNOSIS
Pada hidrosefalus infantil dengan operasi shunt menunjukkan perbaikan yang bermakna.
Jika tidak diobati 50-60% bayi akan tetap dengan hidrosefalus atau mengalami penyakit yang
berulang-ulang. Kira-kira 40% dari bayi yang hidup dengan intelektual mendekati normal.
Dengan pengobatan dan pembedahan yang baik setidak-tidaknya 70% penderita dapat hidup
hingga melampaui masa anak-anak, di mana 40% diantaranya dengan intelegensi normal dan
60% sisanya mengalami gangguan intelegensi dan motorik.16
38
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama
: by. Z.Z
Usia
: 13 hari
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: DK Rowo Tengah
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Tanggal masuk
: 19-03-2016
No.RM
: 355076
ANAMNESIS (secara alloanamnesis dan catatan medis 31-03-2016 Pukul 15:00 WIB)
Keluhan Utama
39
Ibu pasien biasa memeriksakan kandungannya secara teratur ke dokter 2 kali setiap
bulan sampai usia kehamilan 9 bulan. Obatobat yang diminum selama kehamilan
adalah vitamin dan penambah darah. Pasien mengaku tidak pernah menderita
penyakit dan trauma selama kehamilan.
Kesan : riwayat pemeliharaan perinatal baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
: HR : 130-150 x/menit
SpO2 : 90-99%
RR : 48x/menit
S
Data antropometri
:
- Berat badan
: 36,3C
: 2850 gram
Panjang Badan
: 50 cm
Status gizi
: (gizi baik)
40
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Thoraks
Cor
Abdomen
: Perut supel, BU +
Ekstremitas
Status Neurologis
CCS
: E4V4M6
: 14
E : Terbuka Spontan 4
V : Menangis lemah 4
M : Menarik karena sentuhan 6
PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium)
Lab darah
Hb
Ht
Trombosit
Leukosit
GDS
Bilirubin
total/direk
Na
K
Ca
19/3/2016
15,4
43,9
266.000
8600
76
22/3/2016
19
52,6
332.000
7500
11,31/0,69
135
3,6
1,29
24/3/2016
8,37/0,9
30/3/2016
14,8
46,8
370.000
10.900
83
8,75/0,33
135
6,6
1,44
41
42
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
44
KESIMPULAN
Telah diperiksa seorang bayi laki-laki berusia 13 hari, berat badan 2850 g, panjang badan
50 cm, lingkar kepala 43,5cm dengan keluhan kepala membesar sejak lahir (19 Maret 2016).
Ibu mengatakan ukuran kepala pasien membesar dan membunjul, tampak lemah, banyak
tidur, jarang menangis, malas minum, pipis sedikit sejak lahir. Demam disangkal, kejang
disangkal. BAB (+), BAK (+). Setelah lahir sampai saat dilakukan alloanamnesis, pasien
masih menjalani perawatan dan pemantauan di bagian perinatologi.
Sejak masih dalam kandungan, pasien dilakukan pemeriksaan USG oleh dokter Spesialis
Kebidanan dan Kandungan dengan hasil diameter kepala diatas normal. Menurut buku Ilmu
Kandungan (Sarwono Prawirohardjo), mengukur lingkar kepala janin dapat dilakukan pada
usia kehamilan diatas 12 minggu. Saat usia janin 13 minggu, lingkar kepala berada pada
angka 84 mm. Pada usia kehamilan 20-22 minggu lingkar kepala janin sekitar 175-198 mm.
Pada trimester ketiga, lingkar kepala janin normal berkisar antara 280-296 mm. Ukuran
lingkar kepala janin yang lebih dari 296 mm mengindikasi janin kemungkinan mengalami
Hidrosefalus. Sehingga setelah usia kehamilan 37minggu, pasien lahir perabdominal karena
indikasi tersebut.
Akan tetapi, setelah lahir keadaan pasien menurun dilihat dengan APGAR 2-5-7, refleks
primitive (Moro, menghisap, menggenggam) menurun, tampak lemah, banyak tidur, jarang
menangis,dan malas minum.
Maka dari itu, untuk menegakkan diagnosis pasti Hidrosefalus dilakukan pemeriksaan
MSCT Scan kepala tanpa kontras dengan hasil :
45
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2, R.Sjamsuhidat, Wim de Jong. EGC, Jakarta 2004. (hal 809810)
2. Ilmu Bedah Saraf, Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon, Ka.SMF Bedah Saraf RS. Dr. M.
Djamil / FK-UNAND Padang. (www.docslide.com/nc/neurosurgery/Hidrosefalus.html)
3. Tinjauan Pustaka Hidrosefalus. Sri M, Sunaka N, Kari K. Seksi Bedah Saraf Lab/SMF
Bedah FK UNUD RSU Sanglah, Denpasar-Bali. Dexa Media No.1, Vol.19, Januari-Maret
2006 (hal 40-48)
4. Delia R, Nickolaus dan RN Leanne Lintula. Hydrocephalus Therapy, Living with
Hydrocephalus.Medtronic, 2004.
5.
Sri
M,
6. Alberto
Sunaka
J
Espay,
N,
Kari
K. Hidrosefalus.
MD. Hydrocephalus.
Dexamedia
Emedicine
2006;
2010
19,
4
40-48.
available
Anatomi
Manusia
jilid
3,
edisi
6,.
Hipokrates,
2005,
262-271
10. Lange, S.,et al. Cerebral and Spinal Computerized Tomography, Schering publisher,
West Germany : 1981.
11.http://www.ninds.nih.gov/disorders/hydrocephalus/hydrocephalus.htm
12. DeVito EE, Salmond CH, Owler BK, Sahakian BJ, Pickard JD. 2007. Caudate structural
abnormalities in idiopathic normal pressure hydrocephalus. Acta Neurol Scand 2007: 116:
pages 328332.
13. Burgener,A.F, Kormano,M., Differential Diagnosis in Computed Tomography, Thieme
medical publisher, New York : 1996, 44-50.
14. Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. 2005. Adams And Victors Principles Of
Neurology: Eight Edition. USA.
15. Darsono dan Himpunan dokter spesialis saraf indonesia dengan UGM. 2005. Buku Ajar
Neurologi Klinis. Yogyakarta: UGM Press.
47
16. Rudolph ,AM., et al. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Edisi 20. Volume 3. Jakarta: EGC,
2006. Hal 2053-57
17. Bontrager,K.L, Lampignano,J.P. Textbook of Radiographic Positioning and related
anatomy. 8th edition. Gateway Community college, Phoenix, AZ : 2013
48